BAB III DESKRIPSI BANDAR UDARA INTERNASIONAL YOGYAKARTA
|
|
- Susanto Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III DESKRIPSI BANDAR UDARA INTERNASIONAL YOGYAKARTA III.1. Profil Propinsi DIY Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu propinsi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Propinsi DIY terletak di pulau Jawa, berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah selatan dan propinsi Jawa Tengah di sebelah barat, utara, dan timur. Posisi DIY terletak antara 7º.33' - 8º.12' Lintang Selatan dan 110º.00' - 110º.50' Bujur Timur merupakan propinsi terkecil di Indonesia setelah propinsi DKI Jakarta. Propinsi DIY mencakup area seluas 3.185,8 km² yang terbagi dalam lima Daerah Tingkat II, yaitu: (sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2006) Kota Yogyakarta (ibukota propinsi), luas 32,50 km² (1,02%) Kabupaten Sleman, luas 574,82 km² (18,04%) Kabupaten Kulonprogo, luas 586,27 km² (18,40%) Kabupaten Bantul, luas 506,85 km² (15,91%) Kabupaten Gunungkidul, luas 1485,36 km² (46,63%) Gambar III.1. Peta wilayah Propinsi DIY Sumber : Propinsi DIY secara umum dikenal luas sebagai kota pelajar dan kota budaya. Oleh karena itu propinsi DIY dipadati oleh masyarakat pendatang yang sebagian besar bertujuan untuk menuntut ilmu di propinsi ini. Terlepas dari
2 kepadatan jumlah masyarakat pendatang, propinsi DIY memiliki populasi penduduk ± jiwa dengan pertumbuhan penduduk 0,72 % per tahun dengan sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian (36,09%) dan perdagangan (24,26%) (sumber: Badan Pusat Statistik DIY, 2008) Ditinjau dari kondisi alam dan iklim, propinsi DIY berada di kaki gunung Merapi dan menurun ke arah selatan hingga pesisir samudera Indonesia. Suhu di Yogyakarta berkisar antara 26º 33º celcius dengan curah hujan antara 2000 hingga 3000 mm/tahun. Secara geologis, kondisi tanah di propinsi DIY relatif subur dan ketersediaan air tanah yang cukup. III.1.1. Potensi Wisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Propinsi DIY telah dikenal luas sebagai kota pelajar dan kota budaya, namun potensi yang dimiliki propinsi DIY tersebut masih belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Potensi yang dimaksud adalah potensi budaya sebagai tujuan wisata serta potensi pendidikan yang dapat menarik pelajar dari kotakota lain di Indonesia bahkan mancanegara. Aspek pariwisata di propinsi DIY merupakan potensi yang besar untuk terus dikembangkan. Propinsi DIY dan daerah di sekitarnya memiliki tempattempat tujuan wisata yang menarik. Tujuan wisata itu diantaranya, Kompleks Keraton Yogyakarta, kompleks candi-candi (Prambanan, Ratu Boko, Mendut, dan Borobudur), sentra industri kerajinan tangan (Kotagede, Kasongan, dll), sentra perbelanjaan Malioboro, objek wisata alam pegunungan (Dieng, Ketep, dan Kaliurang), objek wisata alam pantai (Parangtritis, Baron, dll), dan berbagai tujuan wisata alam, budaya, dan pendidikan lainnya. Perkembangan pariwisata propinsi DIY terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini ditandai dengan terus bertambahnya jumlah wisatawan domestik maupun internasional yang memasuki propinsi DIY, baik melalui jalur darat maupun jalur udara. Berikut adalah data jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang mengunjungi Propinsi DIY:
3 Grafik Jumlah Wisatawan yang Mengunjungi Propinsi DIY Wisatawan Domestik Wisatawan Internasional Grafik III.1. Data wisatawan yang mengunjungi Propinsi DI.Yogyakarta Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi DIY, 2008 Berdasarkan data diatas dan dikomparasikan dengan data jumlah penumpang yang melalui bandar udara internasional Adisutjipto, dapat dianalisis bahwa hingga tahun 2003 jumlah wisatawan yang berkunjung ke propinsi DIY banyak yang melalui jalur darat dari beberapa kota besar di pulau Jawa yang memiliki bandar udara besar (Jakarta-Surabaya) karena bandar udara Adisutjipto belum mampu menjadi jangkar wilayah Jawa bagian selatan sehingga opsi penerbangan pariwisata langsung ke DIY masih kurang. Oleh karena itu, untuk mengembangkan potensi pariwisata tersebut dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, salah satunya adalah fasilitas bandar udara. Bandar udara merupakan salah satu pintu gerbang masuk utama bagi sebuah wilayah melalui jalur udara. Bandar udara yang representatif tentunya mencerminkan keadaan wilayah tersebut dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di wilayah itu. Potensi yang dapat dikembangkan tidak hanya pada sektor pariwisata dan pendidikan saja, namun keberadaan sebuah bandar udara yang memiliki fasilitas lengkap akan semakin memajukan sektor perdagangan dan perekonomian wilayah, tidak hanya bagi wilayah di propinsi DIY, namun juga bagi wilayah disekitar propinsi DIY (Jawa Tengah bagian selatan).
4 III.1.2. Sarana dan Prasarana Transportasi Transportasi di Propinsi DIY didominasi oleh moda transportasi darat yaitu kendaraan bermotor, seperti mobil, sepeda motor, taksi, bus, dan kereta api serta kendaraan tak bermotor, seperti sepeda, becak, dan andong. Alat transportasi yang paling mendominasi di jalan-jalan kota Yogyakarta adalah sepeda motor. Pada setiap daerah tingkat II (Kotamadya/Kabupaten) memiliki armada transportasi umum yang dapat diakses baik di dalam kota hingga antar kota dalam Propinsi. Namun kendaraan umum di Yogyakarta cenderung kurang diminati oleh masyarakat yang cenderung lebih senang menggunakan kendaraan pribadi Hal inilah yang seringkali menimbulkan kepadatan pada jam-jam tertentu. Kereta api, meskipun secara terbatas, menghubungkan beberapa tempat di propinsi DIY, seperti Wates - Kota Yogyakarta - Kalasan dan juga menjangkau tempat-tempat lain di sekitar Yogyakarta, seperti Purworejo, Kutoarjo, Klaten, dan Solo. Adapun armada transportasi lain seperti bus dan taksi dapat beroperasi penuh sesuai dengan rute yang dikehendaki. Secara umum, sarana prasarana transportasi pendukung bagi kepentingan rencana pembangunan bandar udara internasional yang baru di DIY cukup mendukung dan mampu melayani akses dari dan menuju bandar udara Rencana pemerintah propinsi DIY untuk membangan bandar udara internasional Yogyakarta diharapkan akan membuka jalur transportasi langsung dari dan menuju lokasi bandar udara internasional Yogyakarta di kawasan pantai selatan kabupaten Kulonprogo. Moda transportasi darat yang dapat direncanakan tersebut adalah kendaraan seperti mobil angkutan, bus, serta kereta api. Saat ini transportasi yang mengakses bandar udara internasional Adisutjipto sudah memfasilitasi beberapa kota disekitar propinsi DIY seperi rute Bandara Adisutjipto-Kebumen untuk bagian barat DIY, dan Bandara Adisutjipto-Magelang untuk bagian utara DIY. Sedangkan untuk bagian timur DIY (Klaten-Solo) dapat diakses melalui jalur kereta api. Namun hal tersebut hanya berlaku pada jadwal yang telah ditentukan.
5 III.2. Bandar Udara Internasional Yogyakarta III.2.1. Data Lalu Lintas Angkutan Udara di Yogyakarta Bandar udara internasional Adisutjipto saat ini sudah mencapai batas kemampuan daya tampung penumpang ( penumpang per tahun). Adapun data statistik lalu lintas angkutan udara yang melalui bandar udara Adisutjipto di Yogyakarta adalah sebagai berikut : Jumlah Penumpang yang melalui Bandar Udara Internasional Adisutjipto Grafik Jumlah Penumpang Grafik III.2. Jumlah Penumpang yang melalui Bandara Internasional Adisutjipto Sumber : Bandar Udara Internasional Adisutjipto Jumlah Pesawat yang melalui Bandar Udara Internasional Adisutjipto Grafik Jumlah Pesawat Grafik III.3. Jumlah Pesawat yang melalui Bandara Internasional Adisutjipto Sumber : Bandar Udara Internasional Adisutjipto
6 Jumlah Muatan Kargo yang melalui Bandar Udara Internasional Adisutjipto Grafik Jumlah Muatan Kargo (kg) Grafik III.4. Jumlah Muatan Kargo yang melalui Bandara Internasional Adisutjipto Sumber : Bandar Udara Internasional Adisutjipto Bandar udara Adisutjipto saat ini melayani berbagai rute penerbangan baik domestik maupun internasional dengan menggunakan armada 28 maskapai penerbangan domestik dan 10 maskapai penerbangan internasiona diantaranya adalah: (sumber: Statistik lalu-lintas udara 2006 PT. Angkasa Pura I) a. Domestik Garuda Indonesia Airlines, Merpati Nusantara Airlines, Lion Air, Wings Air, Mandala Airlines, Batavia Air, Sriwijaya Air, Air Asia, Kartika Air, Pelita Air, dan berbagai maskapai penerbangan komersial, kargo, militer, hingga personal yang tidak terjadwal resmi pada otoritas bandar udara internasional Adisutjipto. b. Internasional Garuda Indonesia Airlines, Singapore Airlines, Airmark Aviation, Japan Air Sist, Japan Airlines, Malaysia Air System, Kuwait Airlines, Asia Air (carter), dan berbagai maskapai penerbangan komersial, kargo, militer, hingga personal yang tidak terjadwal resmi pada otoritas bandar udara internasional Adisutjipto.
7 III.2.2. Situasi dan Kondisi Bandar Udara Adisutjipto saat ini. Bandar udara internasional Adisutjipto merupakan bandar udara kelas IB yang memilki landasan pacu dengan dimensi m x 45 m dan luas apron m 2. Terminal penumpang yang ada di bandar udara ini memiliki luas 8500 m 2 yang dapat menampung orang/tahun. Saat ini pesawat terbesar yang dapat dilayani di bandar udara internasional Adisutjipto adalah pesawat Boeing-737 series, Airbus-320 series, dan McDonnel Douglas-82 series. Bandar udara internasional Adisutjipto tidak Bandar udara internasional Adisutjipto beroperasi selama 15 jam sehari ( WIB). Saat ini ada 8 maskapai penerbangan berjadwal yang melayani rute dari dan ke Yogyakarta, serta ditambah beberapa penerbangan tak berjadwal/carter. Dalam satu hari rata-rata ada pergerakan pesawat komersial sebanyak 64 kali dengan jumlah penumpang rata-rata orang/hari dan jumlah penumpang dalam satu tahun mencapai 2,5 juta orang. Kesibukan di bandar udara internasional Adisutjipto masih ditambah dengan aktivitas penerbangan militer, terutama pergerakan pesawat latih milik Skadron Pendidikan TNI-AU yang digunakan oleh para siswa Akademi Angkatan Udara. Bandar udara internasional Adisutjipto saat ini sudah overload, sehingga perlu direnovasi terutama pada gedung terminal penumpang agar dapat menampung jumlah penumpang yang terus meningkat. Kondisi bandar udara internasional Adisutjipto saat ini sudah terlalu padat dan terkesan kumuh serta tidak teratur. Hal ini merupakan citra negatif karena bandar udara internasional Adisutjipto merupakan salah satu pintu gerbang pariwisata propinsi DIY. III.3. Tinjauan Lokasi Bandar Udara Internasional Yogyakarta III.3.1. Kebijakan Pengembangan Kawasan Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulonprogo, salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terletak di bagian paling barat DIY. Secara
8 geografis terletak antara 7º 38' 42" - 7º 59' 3" Lintang Selatan dan 110º 1' 37" - 110º 16' 26" Bujur Timur. Gambar III.2. Peta wilayah Propinsi DIY dan letak Kabupaten Kulonprogo Sumber : Kabupaten Kulon Progo dengan luas wilayah 586,28 km2 secara administratif terdiri dari 12 kecamatan, 88 desa dan 930 dusun. Secara fisiografis Kulonprogo terdiri dari dataran pantai di bagian selatan, di bagian tengah dan timur berupa topografi bergelombang sampai berbukit, dan di bagian barat serta utara berupa perbukitan-pegunungan. Berdasarkan kebutuhan akan peningkatan pelayanan fasilitas transportasi udara bagi pemerintah Propinsi DIY dan disesuaikan dengan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan wilayah Kabupaten Kulonprogo dan wilayah sekitarnya, maka pemerintah Propinsi DIY dan pemerintah Kabupaten Kulonprogo menyusun rencana untuk
9 mendirikan bandar udara baru di wilayah administratif Kulonprogo. Rencana umum ini kemudian tertuang dalam Peraturan Bupati Kulonprogo Nomor 40 Tahun 2005 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pantai Selatan Tahun Bupati Kulonprogo, Toyo S. Dipo telah menyediakan lahan seluas 750 Ha di pesisir pantai Bugel untuk dapat dijadikan lahan pembangunan bandar udara di masa depan (sumber: Kedaulatan Rakyat 23/01/2008 tentang Pendirian Bandara Baru di Kulonprogo). III.3.2. Kondisi Fisik Lokasi Bandar Udara Atas dasar peraturan Bupati tersebut, maka peruntukan lahan bagi bandar udara internasional yang baru ini terletak di Kecamatan Panjatan wilayah Garongan Pleret. Kondisi eksisting lahan saat ini hanya berupa lahan kosong yang diperuntukkan sebagai lahan pertanian namun tidak produktif, memiliki topografi datar, temperatur yang mendukung, dan memiliki luasan lahan yang mencukupi untuk didirikan bandar udara berskala internasional Gambar III.3. Foto udara lahan yang disiapkan untuk bandar udara internasional Sumber : google earth, 2010 Lahan yang disiapkan untuk pembangunan bandar udara internasional ini memiliki luas panjang ±5,5 km dan lebar ±700 m dengan jarak dari bibir pantai sejauh 300 m. Perencanaan bandar udara internasional ini pada realisasinya akan berdampingan dengan Pangkalan TNI Angkatan Laut yang posisinya tepat disamping lahan bandar udara.
10 Gambar III.4. Peta Rencana dan eksisting pemanfaatan lahan kawasan pantai selatan Kabupaten Kulonprogo Sumber : Bappeda Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,
11 Terkait dengan kondisi fisik lokasi bandar udara, ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh tapak sebagai kriteria untuk memfasilitasi kebutuhan elemen-elemen bandar udara. Berikut adalah kriteria lahan yang optimal digunakan dalam perancangan bandar udara internasional : 1. Air Side a. Lahan yang ada mampu menyediakan fasilitas landasan pacu dengan panjang minimal 3600 m, belum termasuk clearway dan runway end safety area untuk di sekitar bandar udara. b. Memiliki turning area yang dapat digunakan pesawat memutar untuk menuju apron maupun sebaliknya. c. Memiliki taxiway lebih dari 1 (satu) dan dilengkapi dengan rapid end taxiway dengan sudut kemiringan berkisar antara 25 0 hingga d. Memiliki jarak ruang gerak selebar 15 meter antara ekor pesawat hingga ujung sayap pesawat yang sedang dalam posisi berjalan menuju taxiway. e. Mempunyai lubang in let drainase setiap 50 meter di landasan pacu untuk menghindari genangan air. f. Memiliki ruang transisi untuk memberikan kenyamanan calon penumpang ketika menuju pesawat maupun ruang kedatangan. Hal ini bisa dilakukan dengan garbarata maupun akses khusus yang aman. 2. Land Side a. Membutuhkan luas bangunan terminal memadai dengan menganalisis jumlah penumpang pada jam sibuk sebagai acuan perhitungan. b. Memiliki area imigrasi, bea cukai, pengurusan visa dan pembayaran fiskal untuk keperluan penerbangan internasional.
12 c. Memiliki ruang CIQ (Custom Imigration Quarantina) internasional sebagai tempat karantina benda benda khusus di dalam bandar udara. d. Memiliki smoking area dan fasilitas bagi para difabel di beberapa bagian/ruang tertentu. e. Memiliki fasilitas transit baik berupa ruang khusus maupun hotel yang berjarak efisien dan mudah dijangkau dengan cepat oleh penumpang. f. Memiliki fasilitas failitas penunjang kenyamanan penumpang yang dapat dipergunakan dengan leluasa khusunya di daerah flight interface. Berdasarkan kriteria diatas, kondisi topografi tapak dan luas tapak yang tersedia dirasa cukup untuk memfasilitasi kebutuhan bandar udara berskala internasional. Untuk menuju lokasi tapak bandar udara internasional Yogyakarta, sudah tersedia jalan arteri yang menghubungkan kotamadya Yogyakarta dengan kabupaten Kulonprogo. Gambar III.5. Foto akses jalan menuju lokasi tapak bandar udara Sumber : Dokumentasi Bima K.Adhitya, 2008 Secara umum tidak banyak unit hunian penduduk di lokasi sekitar tapak. Bangunan yang ada cenderung bersifat semi permanen dan non permanen. Pada bagian lainnya, terdapat pemanfaatan lahan untuk fungsi pertanian, namun hanya untuk jenis tanaman tertentu karena jenis tanah yang tidak produktif.
13 Gambar III.6. Foto tapak di desa Bugel yang berfungsi sebagai lahan pertanian Sumber : Dokumentasi Bima K.Adhitya, 2008 Gambar III.7. Foto tapak di desa Bugel pada pesisir pantai Sumber : Dokumentasi Bima K.Adhitya, 2008 Kondisi fisik lainnya disekitar tapak adalah tidak adanya bangunan tinggi. Hal ini terkait dengan persyaratan keselamatan penerbangan bahwa disekitar lokasi bandar udara, tidak diperkenankan adanya bangunan tinggi pada radius ±1 km.
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH
P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia, seperti juga dengan yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya, khususnya di Asia, akan semakin kompleks dengan semakin terbukanya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.
54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandara Adisucipto adalah bandar udara yang terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Semula Bandara Adisucipto
Lebih terperinciBandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, kota Semarang strategis untuk dijadikan sebagai transit point dalam berbagai penyelenggaraan kegiatan yang berskala lokal, regional
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya
Lebih terperinciPERANCANGAN TERMINAL BANDAR UDARA INTERNASIONAL KULON PROGO DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERANCANGAN JURUSAN ARSITEKTUR
BAB I PENDAHULUAN I. 1. I. 1. 1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Eksistensi Proyek Transportasi udara mengalami perkembangan yang pesat setiap tahun. Hal ini disebabkan peranan transportasi udara yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan proyek Pada saat ini transportasi udara sudah menjadi hal yang penting di dalam kehidupan manusia masa kini. Di Indonesia, transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang General Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Adisutjipto Andi G Wirson mengatakan tren penumpang angkutan udara di DIY pada tahun 2015 cenderung dikisaran rata-rata
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN
BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1 Tinjauan Geografis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN
BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar udara merupakan tempat moda pemrosesan penumpang dan bagasi, untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Sebagai instansi yang memberikan fasilitas
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya pembangunan suatu wilayah. Transportasi menjadi sektor tersier, yaitu sektor yang menyediakan jasa pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alamnya sudah tersohor hingga ke dunia internasional. Dengan luas provinsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Bali menjadi tujuan wisata nomor satu di Indonesia. Keindahan alamnya sudah tersohor hingga ke dunia internasional. Dengan luas provinsi 5.636,66 km 2 yang terdiri
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA
BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA IV.1. Kondisi Kota Yogyakarta IV.1.1. Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Adisucipto yang berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta merupakan bandar udara yang digunakan sebagai bandara militer dan bandara komersial untuk penerbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi prioritas utama untuk mencapai sasaran program pemerintah road map to zerro accident. Dalam peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Terbentuknya Provinsi Gorontalo berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 2000 maka
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Terbentuknya Provinsi Gorontalo berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 2000 maka pada tanggal 16 Februari 2001 merupakan wujud dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Ternate merupakan salah satu kota di Propinsi Maluku Utara yang memiliki prospek untuk berkembang lebih besar dibanding kota-kota lain di Propinsi Maluku Utara.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian masyarakat di Indonesia untuk bepergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini oleh
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana perhubungan, baik perhubungan darat, laut, maupun udara. Dari ketiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Transportasi udara Indonesia saat ini sedang giat untuk berbenah diri. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transportasi udara Indonesia saat ini sedang giat untuk berbenah diri. Salah satunya adalah rencana pemindahan bandara dari Adisucipto Sleman, Yogyakarta ke wilayah
Lebih terperinciBANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK
Lebih terperinciBAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN
BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2029 telah tertuang rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota
Lebih terperinciAnalisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda, adalah bandar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantara 96 buah pulau tersebut, telah diberi nama pada tahun. - sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sumba Timur merupakan bagian integral dari Nusa Tenggara Timur yang lokasinya terletak di bagian Selatan dan merupakan salah satu dari empat Kabupaten yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir. Batas-batas geografis Kota Sorong adalah: 1. sebelah barat : Selat Dampir,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sorong adalah salah satu dari 11 Daerah Tingkat II di Provinsi Papua Barat. Kota Sorong terletak di Semenanjung Kepala Burung pulau Papua. Secara geografis kota
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan peningkatan pembangunan disektor industri dan pariwisata wilayah Kalimantan Utara khususnya Kabupaten Bulungan, juga perlu adanya peningkatan sarana
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB. Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB 4.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi NTB terdiri atas dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau sumba dan Propinsi Nusa Tenggara Timur ( Lihat Gambar
Lebih terperinciSelain digunakan untuk operasional penerbangan
BAB III BANDAR UDARA ADISUCIPTO 3.1. KONDISI BANDAR UDARA 3.1.1. Lokasi Bandar Udara Bandar udara Adisucipto terletak sekitar 8 km arah timur kota Yogyakarta dengan koordinat geografis 07 47'S - 110 26'
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan
Lebih terperincipenduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.
penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga
Lebih terperinciLP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Kota Yogyakarta Sumber: google.com, diakses tanggal 17 Mei 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa kita menyebutnya DIY merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Belitung yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai potensi sumber daya alam yang potensial baik di laut maupun di darat. Di antaranya
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciyang lebih luas1 Dari sarana transportasi udara tersebut, komunikasi dengan bangsa lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan bagian dari negara-negara di dunia yang tersusun dari banyak pulau yang tersebar. Untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut, transportasi udara merupakan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang
Lebih terperinciTERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinciBAB III: TINJAUAN LOKASI
BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat
Lebih terperinciKata Kunci : Transposrtasi, Bandara, Terminal Penumpang Bandara Pusako Anak Nagari, Ikon Daerah
TERMINAL PENUMPANG BANDARA PUSAKO ANAK NAGARI KAB. PASAMAN BARAT TERMINAL PENUMPANG BANDARA PUSAKO ANAK NAGARI KAB. PASAMAN BARAT Oleh : Ricky Masri, Abdul Malik, Bharoto Keberadaan Bandar Udara Pusako
Lebih terperinciRevitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1! Latar Belakang Sistem transportasi udara di Indonesia semakin berperan dalam pengembangan perekonomian dan merupakan kewenangan transportasi udara untuk dapat melayani seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang letaknya sangat strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda transportasi udara saat ini
Lebih terperinciTERMINAL BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
TERMINAL BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU Binsar Siahaan Universitas Atmajaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Abstrak: Daerah Istimewa Yogyakrta merupakan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU RIAU
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU RIAU Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sekaligus sebagai pendorong pertumbuhan pariwisata. Untuk
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah kepulauan yang sangat besar dan relatif luas.wilayah geografi tersebut
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN
BAB III TINJAUAN KAWASAN III.1 Latar Belakang Pemilihan Kawasan Day care dan Pre-school merupakan sebuah lembaga pendidikan bagi anak usia dini yang membutuhkan bimbingan dalam perkembangannya karena orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke terdiri dari 13.446 pulau dan 34 provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi ke-empat
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan I-1
I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang melaksanakan pembangunan nasional dalam segala aspek. Sarana yang menjadi sasaran pembangunan nasional adalah bidang ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk di Indonesia pada masa saat sekarang ini semakin pesat, bila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka bangsa ini akan mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan penting terhadap kehidupan manusia dalam mendukung, mendorong, dan menunjang segala aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, sosial budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...
Lebih terperinciPerencanaan dan Perancangan Maguwoharjo Sport Center BAB III TINJAUAN WILAYAH / KAWASAN BAB III TINJAUAN WILAYAH / KAWASAN
BAB III TINJAUAN WILAYAH / Perencanaan dan perancangan sebuah bangunan sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan olahraga bertipe sport center yang berlokasi di Yogyakarta apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar belakang Belakang pengadaan proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar belakang Belakang pengadaan proyek Bandar udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN
BAB III TINJAUAN KAWASAN 3.1. Tinjauan Wilayah D.I. Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 110º.00-110º.50 Bujur Timur dan antara 7º.33-8 º.12 Lintang Selatan. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA 3.1. Kondisi Wilayah DI Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Administratif Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara, 1. Kebandarudaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di bagian pesisir pantai barat pulau
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II Bandar Udara Radin Inten II adalah bandara berkelas umum yang penerbangannya hanya domestik. Bandara ini terletak di kecamatan Natar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan atau archipelago terbesar di dunia dengan lebih dari 2/3 luasnya terdiri dari wilayah perairan. Indonesia dikenal sebagai negara
Lebih terperinciBAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI
BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI 4.1 Pendekatan Pelaku dan Aktifitas pada Terminal Penumpang Tabel 4. 1 Pendekatan Pelaku dan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Sebagai Negara kepulauan dengan luas wilayah yang tersusun lebih dari 17 ribu pulau kecil dan besar, serta penduduk yang relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa (DIY) dikenal akan kekayaan pesona alam dan budaya. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal tidak hanya di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
A. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta BAB IV GAMBARAN UMUM GAMBAR 4.1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki dalam setiap moda transportasi. Salah satu moda transportasi yang harus memiliki standar peraturan keamanan
Lebih terperincitahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang
1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,
Lebih terperincibagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya
BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO
BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN DEFINISI DAN PENGERTIAN JUDUL DEFINISI JUDUL
BAB I PENDAHULUAN DEFINISI DAN PENGERTIAN JUDUL A.1. DEFINISI JUDUL TERMINAL Terminal adalah tempat pengaturan angkutan, pergantian moda, menyimpan/mangkal kendaraan, perdagangan, dan lain-lain. Terminal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Mego, Kecamatan Lela, Kecamatan Nita, Kecamatan Maumere,
BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Kabupaten Sikka berada di sebelah timur Pulau Flores dari Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Kota Maumere merupakan ibukota kabupaten (Gambar., Gambar.2). Kabupaten Sikka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum Kota Yogyakarta 3.1.1 Letak Geografis Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II
Lebih terperinciOleh : BAGUS DWIPURWANTO
EVALUASI LOAD FACTOR PADA BANDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUJUAN SURABAYA JAKARTA DAN SURABAYA DENPASAR Oleh : BAGUS DWIPURWANTO 3106 100 016 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang
Lebih terperinci