Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut"

Transkripsi

1 ISSN Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut Wahyuningsih 1, Endri Astuti 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta 2 Perawat Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta Abstrak Identifi kasi dini terhadap faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lanjut usia adalah sangat penting. Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, genetic, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi garam, kebiasaan olahraga, stress, dan kepribadian serta mengidentifi kasi faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya hipertensi pada usia lanjut. Subjek penelitian sebanyak 73 usia lanjut, Hipertensi dikategorikan menggunakan JCN, obesitas dengan BMI, stress menggunakan Skala Holmes dan tipe kepribadian dengan menggunakan Rosenman Scale. Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang usia, jenis kelamin, genetic, kebiasaan merokok, kebiasaaan olahraga, kebiasaan minum kopi, dan konsumsi garam. Hipertensi pada lanjut usia berhubungan dengan usia, kebiasaan olahraga, obesitas dan tipe kepribadian, sedangkan faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah usia, obesitas, kebiasaan olahraga, stress, tipe kepribadian serta stress merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut. Kata Kunci: hipertensi, usia lanjut Info artikel: artikel dikirim pada 11 agustus 2013 artikel diterima pada 12 agustus 2013 PENDAHULUAN Hipertensi merupakan silent killer sehingga menyebabkan fenomena gunung es. Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Kondisi patologis ini jika tidak mendapatkan penanganan secara cepat dan secara dini maka akan memperberat risiko. Yayasan Jantung Indonesia (2005) menyatakan bahwa akibat yang terjadi jika hipertensi tidak segera ditangani adalah otak (menyebabkan stroke), mata (menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan), jantung (menyebabkan penyakit jantung koroner termasuk infark jantung dan gagal jantung), ginjal (menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal). Hipertensi adalah penyakit nomor 3 dari 10 penyakit yang mempunyai persentase besar dan yang sering di jumpai pada usia lanjut (WHO, 1990 cit Nugroho, 2000). Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%, sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7 (Ruhyana, 2007). Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial (Amiruddin, 2007). Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah genetik, umur, obesitas, diet tinggi natrium, peningkatan konsumsi alkohol, dan tidak pernah olah raga (Davis, 2004). Hal ni didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prasetyaningsih (2007), hasil dari penelitiannya adalah ada hubungan antara senam lansia dengan kejadian hipertensi pada lansia. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Usia Lanjut 71

2 BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 73 lansia ( 60 tahun) yang bersedia menjadi responden dan tidak dalam keadaan yang dapat mempengaruhi pengambilan data. Variable terikat adalah hipertensi pada usia lanjut, dan variable bebas meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, stress, obesitas, konsumsi garam, kebiasaan minum kopi, kebiasaan olahraga, tipe kepribadian A. Analisis univariate dengan menggunakan tablefrekuensi, analisis bivariate dengan menggunakan chi-square dan analisis multivariate dengan penghitungan regresi logistic. HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa hampir setengah dari sampel yang di ambil yaitu 47,94% responden mengalami hipertensi. Sebagian besar responden adalah berumur tahun yaitu sebanyak 34. Sebagian besar responden adalah perempuan yaitu 46 orang (63,02%). Sebagian besar responden tidak ada riwayat keluarga hipertensi yaitu sebanyak 62 orang (85%). Sebagian besar responden yang mempunyai kebiasaan merokok sering yaitu sebanyak 46 orang (63%) sedangkan paling sedikit adalah responden dengan kebiasaan merokok jarang yaitu sebanyak 0 orang (0%). Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan tidak pernah olah raga, yaitu sebanyak 29 orang (39,7%). Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan tidak pernah minum kopi, yaitu sebanyak 51 orang (69,8%). Sebagian besar responden yaitu 40 orang (54,8%) tidak obesitas. Sebagian besar responden mengkonsumsi garam secara tidak berlebih, yaitu sebanyak 49 orang (67,1%). Sebagian besar responden tidak mengalami stres, yaitu sebanyak 69 orang (94,5%). Sebagian besar responden mempunyai tipe kepribadian non A, yaitu sebanyak 37 orang (50,7 %). Tabulasi silang antara factor umur dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 8,132 pada derajat kebebasan 2 dengan taraf signifikansi 0,017. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05 (0,017 < 0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Pada tabulasi silang antara factor jenis kelamin dengan kejadian hipertensi, hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 0,001 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,979. Penelitian Table 1.1 Distribusi frekuensi Variabel Penelitian Karakteristik Frekuesi Persentase Kejadian Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Usia/Umur tahun tahun tahun Riwayat keluarga Ada Tidak ada Kebiasaan Merokok Tidak pernah Jarang 0 0 Kadang-kadang Sering Kebiasaan Olah Raga Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Kebiasaan Minum Kopi Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Konsumsi Garam Berlebihan Tidak berlebihan Type Kepribadian Tipe kepribadian A Tipe kepribadian non A Obesitas Obesitas Tidak obesitas Stress Stress Tidak stres ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 ( 0,979 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Kesimpulannya bahwa tidak ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan terjadinya hipertensi pada usia lanjut di Dusun Kabregan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta Maret sampai April tahun Tabulasi silang antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 0,032 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,858. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 (0,858 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. 72 Wahyuningsih & Astuti, JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 71-75

3 Table 1.2: Tabulasi Silang Hipertensi dengan jenis kelamin, usia, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, kebiasaan minum kopi, konsumsi garam, stress, tipe kepribadian, dan obesitas. Karakteristik Tidak Hipertensi hipertensi p- value n % n % Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Usia/Umur tahun tahun tahun Riwayat keluarga Ada Tidak ada Kebiasaan Merokok Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Kebiasaan Olah Raga Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Kebiasaan Minum Kopi Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Konsumsi Garam Berlebihan Tidak berlebihan Type Kepribadian Tipe kepribadian A Tipe kepribadian non A Obesitas Obesitas Tidak obesitas Stress Stress Tidak stres Tabulasi silang antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 0,023 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf signifi kansi 0,989. Tabulasi silang antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 7,863 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf signifikansi 0,049. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05 ( 0,049 < 0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Tabulasi silang antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 0,827 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf signifi kansi 0,843. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 ( 0,843 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang antara obesitas dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 3,868 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,049. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05 ( 0,049 < 0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Tabulasi silang antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 0,555 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,456. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 ( 0,456 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang antara stress dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 1,241 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,265. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 ( 0,265 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 7,234 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,007. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05 ( 0,007 < 0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Analisis Univariat Variabel yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi pada Usia Lanjut di Dusun Kabregan, Srimulyo, Piyungan, Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik model Enter untuk menentukan apakah variabelvariabel secara bersama-sama berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada usia lanjut. Penggunaan model Enter tersebut mempunyai kemampuan memprediksi (overall) sebesar 83,6% artinya secara bersama-sama kemampuan variabel bebas (faktor umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, kebiasaan minum kopi, obesitas, konsumsi garam, stres, dan tipe kepribadian A) ketepatan dalam mempengaruhi terjadinya hipertensi pada usia lanjut sebesar 83,6%. SIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada usia lanjut di Dusun Kabregan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta Tahun 2008 antara lain adalah umur, obesitas, kebiasaan olah raga, stres, Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Usia Lanjut 73

4 tipe kepribadian A. Faktor umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, kebiasaan minum kopi, konsumsi garam, stres, dan tipe kepribadian A secara bersama-sama sangat mempengaruhi mempengaruhi terjadinya hipertensi pada usia lanjut di Dusun Kabregan, Srimulyo, Piyungan, bantul, Yogyakarta Tahun RUJUKAN 1. Almatsier, Sunita Penuntun Diet edisi baru. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2. Amiruddin, Ridwan Hipertensi dan Faktor risikonya dalam Kajian Epidemiologi. 3. Andra Memilih Terapi Optimal Untuk Hipertensi 4. Anonim Meredam Hipertensi dengan Aerobik dalam 5. Anonim Hipertensi PerlukahDiet dalam 6. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. 7. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. 8. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. 9. Baraas, Faisal Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol. Yayasan Kardia Iqratama: Jakarta. 10. China Radio International Dampak Minum Kopi Terhadap Kesehatan Manusia. 11. Darmojo, Boedhi GERIATRI (ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI: Jakarta. 12. Davis, Leslie Cardiovascular Nursing SECRET. Elsevier MOSBY: USA. 13. Dep Kes RI Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Bakti Husada: Jakarta. 14. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Raja Grafi ndo Persada: Jakarta. 15. DepKes RI Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kesehatan. Yayasan Bakti Sejahtera Korpri Unit Depkes: Jakarta. 16. Depkes RI Hipertensi. Bakti Husada dalam Gray, Huon & Irawan Lecture Notes Kardiologi edisi keempat. Erlangga: Jakarta. 17. Hardiman, Achmad Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung. 18. Harris, Salim Gejala Umum Stroke. 19. Hawari, Dadang Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. FKUI: Jakarta. 20. Indonesia Kidney Care Club Merokok Dapat Memperburuk Fungsi Ginjal. 21. Junaidi, Iskandar Stroke 22. Kaplan Pencegahan Jantung Koroner. EGC: Jakarta. 23. Keliat, Budi Anna Penatalaksanaan Stres. EGC: Jakarta. 24. Lukman Pengetahuan Bhaya Merokok 25. Miller, Carol A Nursing care of Older Adults Theory and Practice page 250. Lippincott: Philadelphia. 26. Mizwar Faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi Essensial di Kabupaten Klaten, Tesis, Yogyakarta. 27. Moeloek Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat Bakti Husada: Jakarta. 28. Mubarak, Wahit Iqbal dkk Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Sagung Seto: Jakarta. 29. Mujiono Bahaya Merokok 30. National Safety Council Manajemen Stres halaman 78. EGC: Jakarta 31. Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. 32. Nugroho, Wahjudi Keperawatan Gerontik. EGC: Jakarta. 33. Pardamean, Engelberta Gangguan Somatoform 34. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI: Jakarta. 35. Porth, Carol Mattson Pathophysiology Concept of Altered Health States page Lippincott Williams & Walkins: Philadelphia. 36. Pratiknya, Ahmad Watik Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan. RajaGrafi ndo Persada: Jakarta. 37. Prasetyaningtiyas, Nico Desy Hubungan Frekuensi senam Lansia Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di RW 10 Desa Gambiran Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta Tahun 2007, KTI, Yogyakarta. 38. Probosuseno Waspadai Hipertensi. 39. Rasmun Stres, Koping dan Adaptasi. Sagung Seto: Jakarta. 40. Rasyid Unit Stroke Manajemen Stroke Secara Komprehenif. FKUI: Jakarta. 41. Ruhyana, Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung. 74 Wahyuningsih & Astuti, JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 71-75

5 42. Saifullah Pengaruh minum kopi terhadap terjadinya hiperteni di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. 43. Setia, Agustina Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kebugaran Lanjut Usia Penghuni Panti Budi Agung Kupang Di Kota Kupang. 44. Setiadi Konsep & Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta. 45. Smeltzer, Suzanne.C & Brenda G. Bare Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8 Vol 2 halaman 898. EGC: Jakarta. 46. Smeltzer, Suzanne Keperawatan Medikal- Bedah Vol.2 Edisi 8. EGC: Jakarta. 47. Sobel, Barry J & George L. Bakris Pedoman Klinis Diagnosis & Terapi HIPERTENSI. Hipokrates: Jakarta. 48. Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare Buku Ajar Keperawatan Gerontik. EGC: Jakarta. 49. Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. 50. Sunaryo Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta. 51. Supariasa, I Dewa Nyoman dkk Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta. 52. Swarth, Judith Stres dan Nutrisi. Bumi Aksara: Jakarta. 53. Widjayakususmah, Djauhari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta Yayasan Jantung Indonesia Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Usia Lanjut 75

6 ISSN Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul Hendri Purwadi 1, Hamam Hadi 2, M.Nur Hasan 3 1, 2, 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Abstrak Posyandu lansia adalah salah satu cara untuk mengantisipasi perubahan degeneratif yang terjadi pada lansia. Jumlah kunjungan ke posyandu lansia di Dusun Karangkulon 2010, rata-rata 60 lansia dari 160 lansia yang terdaftar. Penelitian observasional dengan disain cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Sampel diambil dengan teknik total sampling pada 160 populasi lansia di Dusun Karangkulon. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil uji chi square menujukkan variabel jenis kelamin (0,000), status perkawinan (p=0,018), persepsi sehat sakit (p=0,000), persepsi kualitas pelayanan (p=0,000) ada pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Sedangkan variabel umur (0,774), pendidikan (p=0,059), pekerjaan (p=1), dukungan refrence group (0,865) tidak ada pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Hasil uji Regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan (p=0,025) berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia adalah persepsi kualitas pelayanan posyandu. Kesimpulan: Ada pengaruh signifi kan jenis kelamin, status perkawinan, persepsi sehat sakit dan persepsi kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Disarankan kader dan petugas kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan penyuluhan posyandu lansia. Kata Kunci: pemanfaatan pelayanan, posyandu, lansia Info Artikel: Artikel dikirim pada 19 Agustus 2013 Artikel diterima pada 19 Agustus 2013 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan dan kesehatan, salah satunya terlihat dari meningkatnya usia harapan hidup (life expentacy rate). Peningkatan usia harapan hidup menimbulkan peningkatan jumlah lanjut usia (lansia) di dunia. Lanjut usia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih (Nugroho 2010). Peningkatan ini dapat dilihat dari jumlah lansia di dunia pada periode tahun dengan periode Pertambahan penduduk dunia tahun sebesar 46,1% dengan usia 60 tahun mencapai 54,7 juta jiwa, sedangkan yang berusia 70 tahun sebesar 56,0 juta jiwa. Tahun mengalami peningkatan pertambahan penduduk sebesar 78,8% dengan usia 60 tahun mencapai 101,1 juta jiwa sedangkan usia 70 tahun mencapai 118,7 juta jiwa. Jumlah lansia dengan usia rata-rata 60 tahun pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Nugroho, 2010). Sedangkan berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar jiwa atau sekitar 8,48% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. (www. id.wikipedia.org). Meningkatnya jumlah lansia perlu terus diantisipasi karena akan membawa implikasi luas dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara. Karena itu, lansia perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan nasional. Diperlukan peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan baik yang dilakukan oleh lansia itu sendiri maupun oleh keluarga atau lembaga lain seperti pusat santunan dalam keluarga (pusaka), posyandu lansia, panti tresna wrehda maupun posyandu lansia. Posyandu adalah wadah kegiatan dari masyarakat dan untuk masyarakat yang didukung kerjasama lintas sektoral.puskesmas memberi dukungan dan pembinaan teknis. Kegiatan yang ada di posyandu 76 Purwadi, Hadi & Hasan, JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 76-81

7 meliputi kegiatan preventif,promotif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan tersebut yaitu penyuluhan kesehatan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan fi sik kesehatan lansia, pengobatan dan kesegaran jasmani (Departemen Kesehatan RI, 2003). Pentingnya penelitian ini dilakukan karena belum dimanfaatkannya posyandu lansia yang ada secara optimal. Beberapa faktor yang berpengruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) antara lain adalah persepsi atau konsep masyarakat tentang sehat dan sakit, persepi maysarakat tentang kualitas pelayanan, struktur sosial dan juga adanya masyarakat sebagai referensi (refrence group). Jumlah lansia yang terdata di posyandu lansia Dusun Karangkulon selama tahun 2010 adalah 160 orang yang terdiri dari 65 lansia laki-laki dan 95 lansia perempuan Dari 160 lansia yang terdata tersebut, hanya sekitar 60 orang yang rutin datang ke posyandu lansia setiap bulannya dan didominasi oleh lansia perempuan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa beberapa lansia tidak memanfaatkan posyandu lansia karena tidak dapat meninggalkan pekerjaan, kegiatan yang tidak menarik dan kurangnya informasi dari pemerintah setempat serta beberapa lansia yang mengganggap dirinya tidak sakit.berdasarkan permasalahan diatas penliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia di Dusun Karang Kulon Imogiri Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh demografi, struktur sosial, dukungan refrence group, persepsi sehat sakit dan persepsi kualitas pelayanan posyandu terhadap pemanfaatan posyandu di Dusun Karangkulon. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan crossectional.subjek penelitiannya adalah seluruh lansia yang terdata di posyandu lansia Dusun Karangkulon yang berjumlah 160 orang. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik total sampling. Jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 127 orang. Kirteria sampel adalah pria dan wanita 60 tahun keatas, mampu berkomunikasi, tidak mengalami demensia dan terdata di posyandu lansia Dusun Karangkulon. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 bertempat di Dusun Karang Kulon Bantul. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah terdiri dari data demografi (usia, jenis kelamin dan status perkawainan), status sosial (pendidikan dan pekerjaan), persepsi sehat sakit dan persepsi tentang kualitas pelayanan posyandu lansia dan dukungan refrence group. Perolehan data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabelitas.jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sedangkan variabel dependen (terikat) adalah pemanfaatan posyandu lansia. Perolehan data menggunakan data skunder yang terdiri dari data kehadiran lansia ke posyandu lansia dan senam lansia. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik dengan bantuan SPSS HASIL DAN BAHASAN Hasil Penelitian Hasil uji statsistik menggunakan uji chi square didapatkan bahwa karakteristik demografi yang terdiri dari umur, jenis kalmin dan status perkawainan. Umur lansia tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p=0,774. Sedangkan untuk jenis kelamin diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifi kan dengan pemanfaatan posyandu lansia. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p=0,000. Status perkawinan juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,018. Variabel independen selanjutnya adalah status sosial yang terdiri dari pendidikan dan pekerjaan diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan pekerjaan dengan pemanfaatan posyandu lansia hal itu dapat dilihat dari nilai p value untuk pendidikan adalah 0,059 dan pekerjaan adalah 1. Dukungan Refrence group tidak berpengaruh secara signifi kan dengan pemanfaatan posyandu lansia sedangkan persepsi sehat sakit dan persepsi tentang kualitas pelayanan posyandu mempunyai pengaruh yang signifikan dengan nilai p value masingmasing adalah 0,000. Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel yang dominan dalam pola hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji regresi logistik.untuk menentukan variabel yang dominan terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Setelah dilakukan analisis didapatkan 2 variabel yang mempunyai nilai p value <0,05 yaitu persepsi kualitas pelayanan posyandu (p=0,025) dan persepsi tentang sehat dan sakit (p=0,049). Sedangkan faktor yang paling berpengaruh adalah persepsi kualitas pelayanan posyandu dengan nilai p=0,025. Berdasarkan pada tabel tersebut dapat dibuat sebuah model atau rumus untuk memprediksi variabel terikat yaitu sebagai berikut: Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul 77

8 Tabel 1. Hasil tabulasi silang dan uji chi square Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan posyandu lansia Pemanfaatan Posyandu lansia Variabel Memanfaatkan Tidak Memanfaaatkan Total (p value) f % f % f % Umur 60-75th 32 35, , ,082 >75th 11 30, , (0,774) Jumlah 43 33, , Jenis Kelamin Laki-laki ,108 Perempuan 43 54, , (0,000) Jumlah 43 33, , Status Perkawainan Punya pasangan 25 27, , ,621 Tidak punya pasangan 18 51, , (0,018) Jumlah 43 33, , Pendidikan Dasar 42 36, , ,222 Menengah Atas 1 7, , (0,059) Jumlah 43 33, , Pekerjaan Bekerja 38 33, , ,000 Tidak bekerja 5 33, , (1) Jumlah 43 33, , Dukungan Refrence Group Tidak mendukung 8 38, , ,289 Dukungan sedang 28 33, , (0,865) Dukungan penuh 7 30, , Jumlah 43 33, , Persepsi Sehat sakit Baik 32 52, , ,572 Buruk 11 16, , ,000 Jumlah 43 33, , Persepsi kualitas pelayanan Baik 34 51, , ,523 Buruk 9 14, , (0,000) Jumlah 43 33, , Tabel 2 Uji Regresi Logistic Faktor-Faktor Yang Mempangruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia Variabel B Exp (B) p-value Tingkat pendidikan (x1) Persepsi sehat sakit (x2) Persepsi Kualitas Posyandu (x3) Jenis Kelamin (x4) Constanta (α) P = e p - y = 1 + 2,7 = 1+ 2,7 = 0, konstanta+ b 1(persepsi kualitas pelayanan) + b 2(persepsi sehat sakit) -(- 1,085) + 1,082(1) + 1,258(1) Artinya: Individu yang mempunyai persepsi buruk tentang kualitas posyandu lansia dan mempunyai persepsi buruk juga tentang sehat-sakit memiliki probabilitas untuk tidak memanfaatkan posyandu lansia sebesar 78,12%.Untuk mengetahui kemungkinan (probabilitas) lansia yang tidak memanfaatkan pelayanan posyandu dapat dilihat pada Tabel Purwadi, Hadi & Hasan, JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 76-81

9 Tabel 3 Probabilitas Lansia Tidak Memanfaatkan Posyanndu Lansia No Persepi Kualitas Pelayanan posyandu Persepsi Sehat-Sakit Probabilitas 1 Baik Baik 25,44% 2 Baik Buruk 45,72% 3 Buruk Baik 49,95% 4 Buruk Buruk 78,12% Bahasan Berdasarkan hasil penelitain menunjukkan bahwa lansia yang terbanyak adalah umur tahun (71,7%) dengan rata-rata umur responden adalah 70,7 tahun. Tingginya rata-rata umur responden ini menggambarkan tingginya usia harapan hidup pada penduduk di Dusun Karangkulon. Menurut Dinas Kesehatan DIY (2008) menyatakan bahwa tingginya usia harapan hidup di daerah DIY merupakan representasi perbaikan dari banyak faktor antara lain ekonomi, pelayanan kesehatan, kualitas lingkungan dan sosiokulural masyarakat. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan chi square menujukkan bahwa umur tidak mempunyai pengaruh signifi kan terhadap pemanfaatan posyandu lansia meskipun ada kencendrungan bahwa lansia yang tergolong elderly lebih banyak memanfaatkan posyandu lansia dibandingakan dengan kelompok old dan very old. Hal berbeda ditemukan oleh peneliti pada lansia di Dusun Karangkulon dimana sebagian besar penduduk lansia lebih dari 70 tahun relative tidak mengalami gangguan fi sik bahkan masih produktive dan letak posyandu yang strategis serta mudah dijangkau sehingga lansia dengan umur berapapun cendrung memanfaatkan posyandu lansia. Jenis kelamin berepengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansa dimana responden dengan jenis kelamin perempuan lebih memanfaatkan posyandu lansia Hal tersebut disebabkan karena perempuan lebih peka dan sensitif terhadap masalah kesehatan yang dideritanya sehingga perempuan lebih sering menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan untuk menjaga kesehatannya (Heniwati, 2006). Hal ini menyebabkan derajat kesehatan perempuan lebih bagus dari pada laki-laki yang akhirnya berpengaruh terhadap usia harapan hidup. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Berdasarkan struktur sosial diketahui bahwa pendidikan dan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia.hal tersebut menujukkan bahwa pengetahuan dan informasi tentang kesehatan tidak selalu didapatkan dari pendidikan formal. Terdapat berbagai macam sumber informasi untuk dapat meningkatkan pengetahuan misalnya radio, tv, kader maupun refrence group. Jika dilihat dari data yang ada bahwa mayoritas pekerjaan lansia adalah tani dan membatik.pekerjaan tersebut bersifat tidak mengikat seperti guru, pegawai atau pedagang yang memerlukan waktu kerja pagi sampai siang hari.terutama membatik, bisa dikerjakan pada kapan saja sehingga lansia mempunyai waktu luang untuk memanfaatkan posyandu lansia. Dukungan refrence group tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar lansia yang memanfaatkan posyandu adalah karena kesadaran pribadi tanpa ada paksaan ataupun intervensi atau dukungan dari refrence gruop. Hal ini bertentangan dengan pendapat WHO (1984) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang sedikit banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang dianggap penting untuknya maka apa yang ia katakan atau perbuat cendrung untuk dicontoh. Persepsi sehat sakit mempunyai pengaruh terhadap pemanfaaatan posyandu lansia. Hasil penelitian ini konsisten dengan apa yang diungkapkan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa persepsi sehat sakit mempengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan, jika persepsi masyarakat sama dengan persepsi penyedia pelayanan kesehatan maka masyarakat akan cendrung memanfaatkan pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya. Umumnya lansia yang memanfaatkan posyandu adalah lansia yang mempunyai persepsi baik terhadap kualitas posyandu lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan merupakan suatu hal yang penting karena seseorang yang merasa puas akan mau memanfaatkan pelayanan kesehatan kembali. Hasil ini juga sesuai dengan pendapat Pohan (2007) yang menyatakan pandangan masyarakat mengenai kualitas pelayanan merupakan hal yang penting. Menurut Walgito (2002) menyatakan bahwa persepsi terjadi melalui beberapa sub proses yaitu objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus yang diterima oleh alat indra diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak yang disebut sebagai proses fi siologis. Kemudian terjadilah proses diotak sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar atau diraba. Proses ini disebut sebagai proses psikologis. Jadi proses akhir dari terjadinya persepsi adalah individu menyadari tentang adanya stimulus yang diterima melalui alat indra dan merupakan proses dari hasil persepsi yang sebenarnya. Setelah itu individu akan memberikan respon dari persepsi dari berbagai respon yang diterima dalam berbagai bentuk. Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul 79

10 Dalam penelitian ini, bentuk persepsi yang baik mempunyai respon yang baik pula yaitu ada kecendrungan bahwa lansia yang mempunyai persepsi yang baik pada kualitas pelayanan dan sehat sakit akan berespon dengan memanfaatkan posyandu lansia. Simpulan Ada pengaruh signifi kan jenis kelamin, status perkawinan, persepsi sehat sakit dan persepsi kualitas pelayanan posyandu lansia sedangkan Umur, pendidikan, pekerjaan dan refrence group tidak berpengaruh signifi kan terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Dusun Karangkulon. Faktor yang paling berpengaruh adalah persepsi tentang kualitas pelayanan posyandu dilanjutkan dengan persepsi tentang sehat-sakit. Saran Kader dan petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kualitas posyandu dengan memfasilitasi dan mendukung semua kegiatan yang ada di posyandu lansia sehingga posyandu dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Selain itu petugas puskesmas juga harus lebih giat memberikan promosi kesehatan terhadap lansia agar persepsi lansia tentang sehat dan sakit menjadi lebih baik. Rujukan Abraham. C Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta: EGC. Affandi, B Masalah Kesehatan Pada Masa- Masa Menopause, dalam Medika No 9 Tahun XXIII. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Cahyati, Dewi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Trihanggo Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta.UGM. Tidak diterbitkan Bondan.Palestin Perawatan Restoratif Untuk Mencegah Gagal-Pulih Pada Lanjut Usia di Masyarakat dalam blogspot.com/2008/06/perawatan-restoratifuntuk-mencegah.html Tanggal Akses 23 Desember 2010, pukul 11:00. Dahlan. M. Sopiyudin Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Darmojo, Bodhi Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Dinas Kesehatan DIY Hasil Riset Dasar Kesehatan Yogyakarta: Dinas Kesehatan DIY. Dinas Kesehatan DIY Profil Kesehatan Provinsi DIY Yogyakarta: Dinas Kesehatan DIY. Departemen Kesehatan R.I Pedoman Pemantauan dan Penilaian Program Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan R. I. Departemen Kesehatan R.I Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan dan Perawatan Kesehatan Usia Lanjut di Rumah. Jakarta : Departemen Kesehatan R. I. Departemen Kesehatan R.I Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia lanjut Bagi Petugas Kesehatan.Jakarta : Departemen Kesehatan R. I. Departemen Kesehatan R.I Saya Bangga Menjadi Kader Posyandu. Jakarta: Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan R. I. Erfendi Pengelolaan Posyandu lansia dalam Akses 17 Desember 2010, pukul 11:20 WIB. Hardywinoto, Setiabudhi Panduan Gerontologi. Jakarta:Pustaka Utama. Hasibuan, Wirdasari dan Ismayadi Hubungan Program Pelayanan Posyandu Lansia Terhadap Tingkat Kepuasan Lansia Di Daerah Binaan Puskesmas Darussalam Medan dalam jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomer 1, tahun Heniwati Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur Tesis Mahasiswi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.Tidak diterbitkan. Hidyat, A, Aziz Alimul Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika. Machfoedz, Ircham Statistika Induktif. Yogyakarta: Fitramaya. Machfoedz, Ircham Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya. Machfoedz, Ircham Cara Membuat Kuesioner dan Panduan Wawancara. Yogyakarta: Fitramaya. Mangoenprasodjo Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia. Jakarta : Pradipta Publishing. Maramis, W.F Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University press.. Mubarok, dkk Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto. 80 Purwadi, Hadi & Hasan, JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 76-81

11 Notoatmodjo, S Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, W Keperawatan Gerontik edisi 2.Jakarta : EGC. Ozi Indonesia Targetkan UHH 72 Tahun dalam indonesia-targetkan-uhh-capai-72-tahun. Tanggal Akses 15 Desember, Pukul 11:30 Pohan, I Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. EGC : Jakarta Pujiono Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Jetis Kecamatan Karanganyar Kabupaten Grobogan Tesis Mahasiswa Program Pascasarjana Promosi Kesehatan Universitas Diponogoro. Saryono Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogykarta: Mitra Cendikia. Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rahayu, S Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaktifan Lansia ke Posyandu Lansia di Puskesmas Cebongan Salatiga.UGM. Tidak Diterbitkan. Ritonga Umur Harapan Hidup Penduduk Global dalam tanggal Akses 9 Desember 2010, Pukul 09:00 WIB. Noviana, Uki Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di kabupaten Sleman Yogyakarta Skripsi Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Walgito Psikologi Sosial Suatu Pengantar Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset., Sensus Penduduk Indonesia 2010 dalam Indonesia_2010. Tanggal Akses 10 Desember 2010, Pukul 19:30 WIB., Jumlah Penduduk DIY Berdasarkan Hasil Sensus 2010 dalam Tanggal Akses 10 Desember 2010, Pukul 20:00 WIB.,2009. Jumlah Lansia Di Indonesia Meningkat 11,34% dalam html. Tanggal Akses 9 Desember 2010, pukul 10:20 WIB., Usia Harapan Hidup Penduduk Indonesia dalam content/usia-harapan-hidup-penduduk-indonesia. Tanggal Akses 15 Desember 2010, Pukul 10:45 WIB Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul 81

12 ISSN Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA Farida Aryani 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Abstrak Pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai 1,3 % tiap tahun menjadi permasalahan kependudukan. Konseling program Keluarga Berencana diperlukan sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut. Penelitian non eksperimental dengan disain observasional yang menggunakan pendekatan shot model ini bertujuan Mengetahui peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan, Yogyakarta Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang melaksanakan kunjungan pertama dan kedua kontrasepsi suntik DMPA. Hasil penelitian ini adalah 71,1% bidan berperan dengan baik dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA. Kata Kunci: peran bidan, kontrasepsi, DMPA Info artikel: Artikel dikirim pada 19 agustus 2013 Artikel diterima pada 19 agustus 2013 PENDAHULUAN Masalah kependudukan di Indonesia yang utama adalah jumlah penduduk yang begitu besar dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 % tiap tahunnya. Dan harus diturunkan menjadi 1,14% per tahun, jika tidak maka pada tahun 2050 Indonesia akan mengalami kenaikan penduduk hingga 231,3%. Dilihat dari segi kuantitas penduduk Indonesia cukup besar tetapi dari sisi kualitas, melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kondisi Indonesia sangat memperihatinkan karena dari 117 negara Indonesia di posisi 108. Tingginya laju pertumbuhan yang tidak diiringi peningkatan kualitas penduduk ini membuat pemerintah terus melakukan upaya penanganan yaitu dengan program KB (Keluarga Berencana). 1 Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah di DIY pada tahun Di kota Yogyakarta, PUS berjumlah Peserta KB baru di DIY pada tahun 2011 mempunyai target , sedangkan pencapaiannya (102,95%). Peserta baru kontrasepsi IUD mempunyai target 9.261, sedangkan pencapaiannya (125,07%), target MOW pencapaiannya (97,01%),target kondom pencapaiannya (99,95%), target implant pencapaiannya (100,40%), target suntik pencapaiannya (99,59%) dan target pil pencapaiannya (92,47%). 2 Peserta KB baru dengan kontrasepsi suntik di DIY pada tahun 2011 berjumlah Di kota Yogyakarta peserta baru kontrasepsi suntik berjumlah paling sedikit yaitu (59,24%) dibandingkan dengan kabupaten lain, diantaranya di Kulon progo (100,44%), Gunung kidul (98,13%), Sleman (103,38%), dan di Bantul (111,22%). 2 Program KB merupakan program yang mendunia. Dengan adanya kesepakatan ICPD (Intrnational Conference On Population and Development) pelayanan KB dikaitkan dengan upaya mencegahan dan mengatasi masalah kesehatan reproduksi, misalnya masalah kematian ibu 3.KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan yang menunda kelahiran anak pertama, menjarangkan anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis 4. Dalam MDGs (Millenium Development Goals) tujuan yang ke-5 pada target 5b disebutkan bahwa tujuan MDGs untuk mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada tahun 2015 yaitu dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita usia 15 sampai 49 tahun 5. Dampak tidak menggunakan alat kontrasepsi terhadap perencanaan kehamilan bagi ibu yaitu penurunan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang kurang untuk 82 Aryani, JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 82-86

13 mengasuh anak dan perbaikan kesehatan tubuh terganggu karena kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.bagi anak tidak mendapatkan perhatian, pemeliharaan, dan makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut tidak diinginkan dan direncanakan.gangguan menstruasi yang dialami oleh akseptor kontrasepsi Suntik DMPA seringkali memberikan dampak psikologis dan perasaan khawatir dengan efek samping tersebut 6. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki posisi yang strategis dalam meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi, dan balita.salah satu peran bidan adalah konseling.bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan pemberdayaan lainnya.karena itu, sebagai ujung tombak dalam bidang kesehatan, bidan dituntut untuk berperan memberi pertolongan dini atau memberi petunjuk dalam pelayanan kesehatan 7. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Puskesmas Mergangsan, dari hasil wawancara langsung responden menyatakan bahwa kurang mengerti dengan efek samping kontrasepsi suntik DMPA, dan ada yang menyatakan kurang mengerti dengan kelebihan dan keterbatasan kontrasepsi suntik DMPA.Dari studi pendahuluan tersebut dapat diketahui bahwa bidan belum menjelaskan secara lengkap informasi saat konseling awal kontrasepsi suntik DMPA.Pasien tidak pernah diberi lembar evaluasi kineja bidan, sehingga kinerja bidan kurang pemantauan. Jumlah bidan di Puskesmas Mergangsan khususnya dibagian poli KIA adalah 5 orang, sedangkan jumlah pasien kurang lebih 10 orang setiap bulan untuk kunjungan baru kontrasepsi suntik DMPA. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional.jenis penelitian ini dengan metode kuantitatif dan didukung dengan metode kualitatif. Pendekatan waktu yang digunakan adalah one shot model.metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase besarnya peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA, sedangkan metode kualitatif dengan metode wawancara mendalam dirumah responden untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari informan tentang peran bidan dalam menerapkan langkah-langkah konseling kontrasepsi suntik DMPA. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 orang, yaitu ibu-ibu yang melakukan kunjungan pertama dan kunjungan ke dua kontrasepsi suntik DMPA. Sampel untuk data kualitatif berjumlah 2 ibu yang melakukan kunjungan pertama atau kunjungan ke dua kontrasepsi suntik DMPA dan seorang bidan. Hasil dan Pembahasan Karakteristik responden dalam penelitian ini digambarkan berdasarkan pendidikan, umur, pekerjaan dan kunjungan suntik DMPA.Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan, umur, pekerjaan dan kunjungan suntik DMPA dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2. Berdasarkan Pendidikan, Umur, Pekerjaan dan Kunjungan Suntik DMPA Karakteristik Responden Frekuensi % SD 1 3,3 SMP 8 26,7 SMA 19 63,3 D3 2 6,7 Total <20 tahun Total Swasta 16 53,3 PNS 2 6,7 Tidak bekerja Total Kujungan pertama 19 63,3 Kunjungan Ke dua 11 36,7 Total Sumber : Data Primer, diolah 2012 Berdasarkan hasil karakteristik responden di atas, pendidikan responden paling banyak adalah SMA yaitu 19 responden (63,3%). Umur responden yang terbanyak adalah usia tahun yaitu 18 orang (60%). Pekerjaan responden yang terbanyak adalah wiraswasta yaitu 16 orang (53,3%). Kunjungan suntik DMPA yang terbanyak adalah kunjungan yang pertama yaitu 19 orang (63,3%). Peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan, Yogyakarta dapat dilihat dari Tabel 2. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa peran bidan menyapa dan mengucap salam dalam kategori baik yaitu 76,7%. Peran bidan menanyakan informasi klien dalam kategori baik yaitu 83,3%. Peran bidan menguraikan informasi alat kontrasepsi dalam kategori baik yaitu 73,3%. Peran bidan membantu klien menentukan pilihan dalam kategori baik yaitu Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA 83

14 Tabel 2. Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA No Peran Bidan Kategori Penilaian Jumlah (orang) % 1. Menyapa dan Mengucap Salam Baik (76-100%) 23 76,7 Cukup (56-75%) 7 23,3 Kurang (< 56%) Menanyakan Informasi Klien Baik (76-100%) 25 83,3 Cukup (56-75%) 5 16,7 Kurang (< 56%) Menguraikan Informasi Alat Kontrasepsi Baik (76-100%) 22 73,3 Cukup (56-75%) 5 16,7 Kurang (< 56%) Membantu Klien Menentukan Pilihan Baik (76-100%) Cukup (56-75%) 7 23,3 Kurang (< 56%) 2 6,6 5. Menjelaskan Alat Kontrasepsi Pilihan Klien Baik (76-100%) Cukup (56-75%) 8 26,7 Kurang (< 56%) 4 13,3 6. Menjelaskan Kunjungan Ulang Baik (76-100%) 19 63,3 Cukup (56-75%) 7 23,3 Kurang (< 56%) 4 13,3 7. Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA Sumber: Data Primer, diolah 2012 Baik (76-100%) 21 71,1 Cukup (56-75%) 6 21,7 Kurang (< 56%) 3 7,2 70%.Peran bidan menjelaskan alat kontrasepsi pilihan klien dalam kategori baik yaitu 60%. Peran bidan menjelaskan kunjungan ulang dalam kategori baik yaitu 63,3%. Setelah dirata-rata peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA yaitu dengan kategori baik yaitu 71,1%, kategori cukup 21,7%, dan kategori kurang 7,2%. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data kuantitatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 responden yang melakukan kunjungan awal didapatkan hasil mengenai peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA yaitu: menyapa dan mengucapkan salam, menanyakan informasi klien, menguraikan informasi alat kontrasepsi pilihan klien, membantu klien menentukan pilihannya, menjelaskan secara lengkap alat kontrasepsi pilihan klien dan membuat kunjungan ulang. Menyapa dan Mengucapkan Salam Adapun ungkapan informan sebagai berikut:... bu bidan menyapa saya waktu itu... bidannya menyapa saya dengan sopan... ( Informan 1) Menanyakan Informasi Klien Adapun ungkapan informan sebagai berikut :...ada informasi yang ditanyakan waktu... yang ditanyakan umur saya, pekerjaan saya dan suami, terus saya pernah hamil dan bersalin berapa kali... (Informan 2) Menguraikan Informasi Alat Kontrasepsi Pilihan Klien Adapun ungkapan informan sebagai berikut :...ada informasi kontrasepsi suntik... bu bidan menjelaskan alat kontrasepsi yang tersedia seperti suntik KB 3 bulan, lalu dijelaskan keuntungan dan efek sampingnya... (Informan 2) Membantu Klien Menentukan Pilihannya Adapun ungkapan informan sebagai berikut :...bu bidan membantu saya untuk memilih alat kontrasepsi dan memantapkan pilihan saya... bu bidan bertanya alat kontrasepsi yang saya inginkan, lalu bertanya apakah suami saya mendukung saya apabila saya memakai suntik... (Informan 1) Menjelaskan Secara Lengkap Alat Kontrasepsi Pilihan Klien Adapun ungkapan informan sebagai berikut :...tidak semua dijelaskan oleh bu bidan... karena saya tidak tahu siapa saja yang boleh pakai suntik KB 3 bulanan... ( Informan 2) 84 Aryani, JNKI, Vol. 1, No. 3, Tahun 2013, 82-86

15 Membuat Kunjungan Ulang Adapun ungkapan informan sebagai berikut :...bu bidan membuat kunjungan ulang buat saya... saya diberi tahu jadwal untuk kontrol sesuai tanggal yang sudah dituliskan... (Informan 1) Berdasarkan tabel 2 setelah dirata-rata peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA yaitu dengan kategori baik adalah 71,1%, kategori cukup 21,7%, dan katgori kurang 7,2%. Dari data tersebut sebagian besar bidan mempunyai peran baik dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA.Peran bidan dalam konseling awal sangatlah penting karena membantu pasien untuk mengambil keputusan yang tepat dalam memilih alat kontrasepsi. Para bidan diharapkan memiliki teknik saat melakukan konseling, yaitu cara memberikan dukungan, kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasannya, membuat SIMPULAN dari perassan klien yang tersirat, dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan oleh klien 8. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan bidan dalam konseling adalah pendekatan kognitif dan behavioral.pada pendekatan kognitif bidan menekankan pada berfi kir rasional tentang sesuatu yang dihadapi oleh klien.sedangkan pendekatan behavioral menekankan pada prosedur untuk memfasilitasi perubahan perilaku klien 9. Seseorang berperilaku karena pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain 10. Tingkat pengetahuan tenaga kesehatan tentang kontrasepsi suntik DMPA berhubungan signifi kan dengan kemampuan dalam memberikan konseling awal pada ibu yang akan melakukan suntik DMPA. Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta dinyatakan bahwa sebagian besar peran bidan adalah baik (71,1%). Hal tersebut disebabkan karena tingkat kemampuan bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan.jika peran bidan kurang dikhawatirkan klien tidak puas terhadap pilihannya dan konsep yang salah tentang alat kontrasepsi tidak diklarifi kasi oleh bidan. Evaluasi di poliklinik RCSM Jakarta pada periode Januari sampai Mei tahun 2000 Pada kontrasepsi metode injeksi, penghentian penggunaan ditemukan pada 50% akseptor pada tahun pertama. Penyebab terbanyak penghentian tersebut adalah gangguan siklus menstruasi. Keluhan terbanyak adalah perdarahan spotting 29 pasien (78%), 3 pasien (8%) datang dengan keluhan pendarahan banyak diluar haid, dan (3%) pasien dengan keluhan amenorhea sekunder.gangguan menstruasi yang dialami oleh akseptor kontrasepsi Suntik DMPA sering kali memberikan dampak psikologis dan perasaan khawatir dengan efek samping tersebut, sehingga bidan yang menjelaskan efek samping alat kontrasepsi suntik DMPA pada waktu konseling awal akan mengurangi kekhawatiran dan menambah pengetahuan pasien tentang alat kontrasepsi suntik DMPA 6. Peran bidan secara keseluruhan adalah baik, namun yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi suntik bukan hanya dari bidan, melainkan dukungan dari suami. Dukungan adalah memberikan dorongan atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi pembuatan keputusan 11. Dukungan suami terhadap istrinya yang menjadi peserta KB dapat memberikan ketenangan sehingga pemakaian lestari. SIMPULAN DAN SARAN Peran bidan dalam menyapa dan mengucap salam saat konseling awal kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan dalam kategori baik yaitu 76,7%, peran bidan saat menanyakan informasi klien saat konseling awal kontrasepsi suntik dalam kategori baik yaitu 83,3%, peran bidan saat menguraikan informasi alat kontrasepsi dalam kategori baik yaitu 73,3%, peran bidan saat membantu klien menentukan pilihan dalam kategori baik yaitu 70%, peran bidan saat menjelaskan alat kontrasepsi pilihan klien dalam kategori baik yaitu 60%, peran bidan saat menjelaskan kunjungan ulang kontrasepsi suntik DMPA dalam kategori baik yaitu 63,3% dan rata-rata peran bidan dalam konseling awal kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan dengan kategori baik yaitu 71,1%, kategori cukup 21,7%, dan kategori kurang adalah 7,2%. RUJUKAN 1. Handayani, S Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 2. BKKBN Pencapaian Program Kependudukan dan KB sampai Bulan Desember Naskah dipresentasikan dalam rapat pengendalian program. Yogyakarta. 3. DepKes RI Penyelia Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Depkes RI.: 1 4. Sheilla, A. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Fertilitas Total (TFR). Journal Of Obstetric and Gynaecology Reseach, Stalker, P. MDGs (Diakses 30 Januari 2012) Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA 85

Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA

Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA Farida Aryani 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata

Lebih terperinci

Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul

Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul Hendri Purwadi 1, Hamam Hadi 2, M.Nur

Lebih terperinci

Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut

Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut Wahyuningsih 1, Endri Astuti 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO Hajar Nur Fathur Rohmah, Zulaikha Abiyah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK CYCLOFEM ( 1 BULAN ) DENGAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG DI DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA Ita Rahmawati 1, Asmawahyunita

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat

Lebih terperinci

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK HUBUNGAN PARITAS DAN SIKAP AKSEPTOR KB DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KELURAHAN MUARA ENIM WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2012 Imelda Erman, Yeni Elviani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN Roschidah Putri Rizani 1, Sudarti 2, Urip Tugiyarti 3, M.

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul Diyah Intan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH JURNAL SKRIPSI Diajukanuntuk melengkapi tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Ade Rindiarti 1, Tony Arjuna 2, Nindita Kumalawati

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN KEPATUHAN AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEGAGALAN KONTRASEPSI PIL DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Helmi Yenie* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Prevalensi kegagalan KB pil di

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DENI RAMDHANI FITRIYATI NIM: 201410104011

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP LANSIA MENGENAI POSBINDU DI RW 07 DESA KERTAWANGI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2011 Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani

Lebih terperinci

Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta Arif Kusmiarto 1, Hamam Hadi 2, Rista

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS Mestuti Hadi AKBID Mardi Rahayu Kudus ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN Hajar Nur Fathur Rohmah, Ida Fitriana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI Annisa Yuliana Salim, Anjar Nurrohmah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan; Penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE. TAHUN 2013 Nurbaiti Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017 HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN DENGAN EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN Eka Rati Astuti Akademi Kebidanan Manna Abstrak: Alat kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi. HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA Erwin Kurniasih, Nurul Hidayah Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi ABSTRAK Latar belakang: Gizi bagi balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI Aulia Kurnianing Putri 1), Yaniar Dyah Novitasari 2) Prodi DIII Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Iga Sukma Anggriani 201410104236 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI Oleh: Elisya Handayani S, S.ST Efek samping yang paling tinggi frekuensinya dalam

Lebih terperinci

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TM III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DENGAN PROGRAM JAMPERSAL DI BPM SRI HANDAYANI WELAHAN JEPARA Ummi Haniek 1 INTISARI Salah satu di antara beberapa penyebab terlambatnya

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN Martikowati Suryanis*, Andri Tri Kusumaningrum**, Mu ah***.......abstrak....... Kontrasepsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI Iwan Permana, Anita Nurhayati Iwantatat73@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA MANDIREJO KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN Umu Qonitun* *Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID PENELITIAN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID Anisa K.A*,Titi Astuti* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial

Lebih terperinci

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA Triana Widiastuti 1, dan Goenawan 2 INTISARI Pada trimester II, ibu hamil biasanya sudah bisa menyesuaikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DESA TEBON KECAMATAN BARAT KABUPATEN MAGETAN DAN DI UPT PSLU (PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) KECAMATAN SELOSARI KABUPATEN MAGETAN Priyoto

Lebih terperinci

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

Oleh : Eti Wati ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG PADA PUS DI DESA KANCANA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Eti Wati ABSTRAK

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN Lampiran I Summary FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Cindy Pratiwi NIM 841409080

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 155 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA Dechoni Rahmawati 1 *, Siti

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG 33 HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG Abstrak Ratih Ruhayati, S.ST, M.Keb Alat Kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Nuke Devi Indrawati.   Tlp : ABSTRAK ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELAYANAN KB YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR KB DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nuke

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Asri Septyarum 201310104217 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES LAELATUL MUBASYIROH INTISARI Kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR Ernawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi: ernawati@stikesnh.ac.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA Nova Yulita Sellia Juwita Universitas Abdurrab Jl. Riau Ujung No 73 Pekanbaru 085376039565 nova.yulita@univrab.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Eva Inayatul Faiza 1, Riski Akbarani 2 eva_inayatul@yahoo.com

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya

Lebih terperinci

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb Prodi Kebidanan Bangkalan Poltekkes Kemenkes Surabaya dwwulan1@gmail.com ABSTRAK Setiap jam terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Target dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015, salah satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi atau Balita (AKB), serta

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL ARSIAH NURHIDAYAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI 2012

Lebih terperinci

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN Asrina Pitayanti (STIKES Bhakti HUsada Mulia) ABSTRAK Pelayanan pada lansia untuk meningkatkan derajad kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

Disusun Oleh : MIA JIANDITA PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI POSYANDU LANSIA JETIS DESA KRAJAN KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO Dwi Handayani, Wahyuni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti,

Lebih terperinci

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT KONTRASEPSI DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKAJI KOTA SEMARANG Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2) 1

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 Endang Wahyuningsih Latar Belakang Penelitian, Asupan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan penduduk maka semakin

Lebih terperinci

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS NGESREP KELURAHAN NGESREP KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2) 1 Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah terjadinya peningkatan usia harapan hidup merupakan salah satu tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA Susiana Sariyati Prodi DIII Kebidanan, Universitas Alma ata Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU Titiek Idayanti Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto E-mail : tik.nurul@gmail.com ABSTRAK Seorang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR Dedes Fitria 1, Sinta Nuryati 2 1 Poltekkes Kemenkes Bandung 2 Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah di atas 140/90 mmhg (Depkes, 2006a). Hipertensi juga disebut sebagai the sillent killer

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL TAHUN 2009 1 Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI Pengenalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi

Lebih terperinci

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KELUHAN FISIOLOGIS MASA KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN FREKUENSI ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS KARTIYEM KULON PROGO 1 Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci