GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS"

Transkripsi

1 GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program S1 Keperawatan Oleh : ANGGA NUGROHO NIM : 12SP PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016

2 GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS 1 Angga Nugroho 2 Jajuk Kusumawaty 3 Yanti Srinayanti 4 INTISARI Katarak merupakan kekeruhan lensa mata yang timbul karena adanya gangguan metabolisme pada lensa. Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaanya yaitu dengan operasi. Pembedahan atau operasi katarak merupakan salah satu stressor bagi pasien penderita katarak. Dari tinjauan keperawatan jiwa tindakan operasi menimbulkan krisis situasi yaitu gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan, mengancam dan meningkatkan kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis. Jenis penelitian menggunakan deskriptif yaitu suatu metode penelitian dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi suatu objek. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi katarak di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian yaitu sebanyak 31 orang pasien pre operasi katarak. Hasil penelitian menunjukan bahwa kecemasan pasien pre operasi katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis, frekuensi tertinggi yaitu hampir setengah responden memiliki kecemasan ringan sebanyak 16 orang (51,6%), 10 orang (32,3%) mengalami kecemasan sedang, dan frekuensi terendah yaitu 5 orang (16,1%) mengalami kecemasan berat sedangkan pada kecemasan sangat berat (panik) tidak ada yang mengalami. Saran diharapkan memberikan perhatian, rasa nyaman, sikap yang ramah, serta mencoba mengerti perasaan pasien terkait operasi yang akan dilakukan serta lebih menekankan pemberian penjelasan ataupun prosedur tindakan sebagai upaya pencegahan kecemasan pada pasien dengan meningkatkan komunikasi terapeutik oleh perawat yang tepat agar pasien tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi operasi. Kata Kunci : Kecemasan, Preoperasi, Katarak Kepustakaan : 25 Referensi ( ) Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa S1 Keperawatan, 3 Nama Pembimbing I, 4 Nama Pembimbing II v

3 ANXIETY LEVEL OVERVIEW PATIENTS PRE CATARACT SURGERY OPERATIONS IN THE GENERAL HOSPITAL DISTRICT CIAMIS 1 Angga Nugroho 2 Jajuk Kusumawaty 3 Yanti Srinayanti 4 ABSTRACT Cataract is a clouding of the eyepiece arising from metabolic disorders in the lens. Cataracts can not be prevented unless the kebutaanya is by surgery. Surgery or cataract surgery is one stressor for patients with cataracts. From a review of nursing soul surgery lead to a crisis situation, namely internal disturbances caused by stressful events, threats and increased anxiety. The aim of this study is to describe the patient's level of anxiety pre cataract surgery at General Hospital Operating Theatre District Ciamis. This research uses descriptive is a research method with the ultimate aim of making a picture or description of an object. The population in this study were all patients pre cataract surgery in the operating room Public Hospital District Ciamis. The samples in this study using total sampling technique that is the entire population of the research sample as many as 31 patients pre cataract surgery. The results shows that anxiety patients pre cataract surgery at General Hospital Operating Theatre Ciamis District, which has The highest frequency that almost half of respondents have a mild anxiety as many as 16 people (51.6%), 10 (32.3%) had moderate anxiety, and the lowest frequency is 5 people (16.1%) experienced severe anxiety while in the very anxiety weight (panic) no experience. Advice is expected to provide care, comfort, a friendly attitude, and try to understand the feelings of the patient -related operations to be performed as well as more emphasis on the provision of explanation or action procedures for prevention of anxiety in patients with increasing the therapeutic communication by nurses the right so that the patient does not experience anxiety in the face operation. Keywords : Anxiety, preoperative, Cataract Bibliography : 25 reference ( ) Description : 1.Title, 2. Student Name, 3. Name of Supervisor I, 4. Name of Supervisor II vi

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan salah satu organ yang vital bagi individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Masalah pada mata dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Masalah kesehatan pada mata yang dapat mengancam kualitas hidup seseorang adalah kebutaan (Ilyas, 2014). Angka kebutaan di Indonesia saat ini mencapai 1,5%. Dimana angka tersebut merupakan yang tertinggi di Asia dan nomor 2 di dunia. Oleh karena itu, kebutaan di Indonesia telah menjadi masalah nasional karena kebutaan akan menyebabkan kehilangan produktivitas dan membutuhkan biaya besar untuk rehabilitas dan pendidikan tuna netra. Penyebab utama antara lain katarak, kelainan refraksi dan penyakit lain yang berhubungan dengan degeneratif (Kemenkes RI, 2014). Katarak merupakan kekeruhan lensa mata yang timbul karena adanya gangguan metabolisme pada lensa. Hal ini mengakibatkan gangguan refraksi cahaya ke dalam retina. Masyarakat di daerah tropis sangat berisiko mengalami katarak karena paparan sinar ultra violet yang lebih banyak dari pada daerah sub tropis (Ilyas, 2014). Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaanya yaitu dengan operasi. Katarak merupakan penyakit degeneratif namun saat ini katarak yang telah ditemukan pada usia muda (35-40 tahun) selama ini katarak dijumpai pada orang yang berusia diatas 55 tahun sehingga sering diremehkan oleh kaum muda. Hal ini disebabkan kurangnya asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh (Ady Novery, 2011) 1

5 2 WHO memperkirakan jumlah ada 285 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan di dunia,dimana 39 juta mengalami kebutaan dan 246 juta memiliki low vision. Terlepas dari kemajuan dalam teknik bedah di banyak negara selama sepuluh tahun terakhir, penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia adalah katarak (51%), glaukoma (8%), AMD (5%), kebutaan pada anak dan kornea opacitiy (4%), kesalahan-refraktivedikoreksi dan trakoma (3%), dan diabetik retinopathy (1%), idiopatik (21%) (Kemenkes RI, 2014). Prevalensi katarak hasil pemeriksaan petugas enumerator dalam Riskesdas 2013 adalah sebesar 1,8%, Prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%). Masih banyak penderita katarak yang tidak mengetahui jika menderita katarak. Hal ini terlihat dari tiga terbanyak alasan penderita katarak belum operasi hasil Riskesdas 2013 yaitu 51,6% karena tidak mengetahui menderita katarak, 11,6% karena tidak mampu membiayai dan 8,1% karena takut operasi. Di Jawa Barat prevalensi penderita katarak sebesar 1,5% dari jumlah penduduk Jawa Barat (Kemenkes RI, 2014). Satu-satunya terapi untuk penderita katarak adalah pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki visus atau tajam penglihatan. Pembedahan katarak dilakukan dengan mengambil lensa mata yang terkena katarak kemudian diganti dengan lensa implan atau Intraokuler Lens (IOL). Sebanyak lebih dari 90% operasi katarak berhasil dengan perbaikan fungsi penglihatan yang dinyatakan dengan perbaikan visus pasien pasca operasi. Sebagian besar pasien mencapai visus kategori baik yaitu 6/18-6/6 setelah empat sampai delapan minggu (Kusuma, 2008).

6 3 Pembedahan atau operasi katarak merupakan salah satu stressor bagi pasien penderita katarak. Sebagaimana disampaikan Hawari (2011) yang menyatakan bahwa prosedur pembedahan merupakan salah satu stressor bagi individu yang akan menjalaninya. Dari tinjauan keperawatan jiwa tindakan operasi menimbulkan krisis situasi yaitu gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan, mengancam dan meningkatkan kecemasan. Menurut Long (2012), tindakan operasi adalah salah satu bentuk terapi yang dapat merupakan ancaman, baik potensial maupun aktual terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang yang dapat mencetuskan kecemasan pada diri pasien. Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010). Perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit adalah kecemasan, dimana yang sering terjadi adalah apabila pasien yang dirawat di rumah sakit harus mengalami proses pembedahan. Pembahasan tentang reaksi-reaksi pasien terhadap pembedahan sebagian besar berfokus pada persiapan pembedahan dan proses penyembuhan. Kecemasan merupakan gejala klinis yang terlihat pada pasien dengan penatalaksanaan medis. Bila kecemasan pada pasien pre operasi tidak diatasi maka dapat mengganggu proses penyembuhan (Dewi Wijayanti, 2006).

7 4 Ketakutan dan kecemasan yang dirasakan pasien pre operasi ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih (Long, 2012). Terjadinya kecemasan karena stressor yang dirasakan dan dipersepsikan individu, merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan. Oleh karana itu pasien pre operasi katarak harus selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal. Sikap optimis merupakan sikap yang sangat dianjurkan dalam Islam, sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat Al Imraan 3 Ayat 139 : Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imran 3 : 139). Sikap optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati kita. Untuk itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis dalam diri. pasien pre operasi katarak harus mampu untuk percaya bahwa hidup memang tidak mudah, tetapi dengan upaya baru, hidup akan menjadi lebih baik. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang menakutkan bagi sebagian besar pasien yang akan menjalani operasi hal ini mengakibatkan kecemasan pada pasien preoperasi. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, Amerika Serikat menganalisis data dari klien bedah dirawat di unit perawatan intensif antara 1 oktober 2003 dan 30 september Dari pasien (25,1%) mengalami kondisi kejiwaan dan 2,473 klien (7%) mengalami kecemasan (WHO, 2008).

8 5 Hasil penelitian Indrawati (2015) mengenai hubungan antara tingkat kecemasan dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi fraktur ekstremitas bawah di RSUD Sidoarjo menunjukan bahwa dari 33 orang pasien pre operasi 13 responden (39,4%) mengalami kecemasan berat, 9 responden (27,3%) mengalami kecemasan sangat berat, 9 responden (27,3%) mengalami kecemasan sedang dan 2 responden (6,1%) mengalami kecemasan ringan. Penelitian Rondonuwu, (2014) tentang hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Manado diketahui bahwa dari 42 klien pre operasi katarak yang memiliki kecemasan ringan 16 responden, kecemasan sedang 14 responden, kecemasan berat 10 responden, tidak ada kecemasan 2 responden dan kecemasan panik 0 responden. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis didapatkan klien katarak : Table 1.1 Data Pasien Katarak yang Menjalani Operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis No Tahun Jumlah Pasien Operasi Katarak katarak Jumlah % , ,23 3 Januari-Februari ,23 (Sumber : Rekam Medik RSUD Kabupaten Ciamis, 2016) Berdasarkan table 1.1 pasien katarak sebanyak 1269 orang pada tahun 2014 sedangkan pada 2015 sebanyak 1541 orang dan pada periode bulan januari-februari tahun 2016 sebanyak 303 orang sedangkan penderita katarak yang melakukan operasi pada tahun 2015 sebanyak 173 orang sedangkan pada periode januari-februari tahun 2016 sebanyak 31 orang (Rekam Medik RSUD Kabupaten Ciamis, 2016).

9 6 Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10 maret 2016 di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis didapatkan data bahwa dari 9 pasien yang akan melakukan operasi 3 orang mengalami kecemasan ringan, 4 orang mengalami kecemasan sedang dan 2 orang lainnya mengalami kecemasan berat hal ini disebabkan karena rasa takut terhadap anastesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut karena ketidaktahuan atau takut tentang ancaman lain terhadap citra tubuh, pasien juga mengalami kekhawatiran seperti masalah keuangan, tanggung jawab terhadap keluarga, dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan terhadap prognosa yang buruk atau probabilitas kecacatan di masa mendatang. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis. B. Rumusan Masalah Mata merupakan salah satu organ yang vital bagi individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Masalah kesehatan pada mata yang dapat mengancam kualitas hidup seseorang adalah kebutaan. Angka kebutaan di Indonesia saat ini mencapai 1,5%, penyebab utama antara lain katarak, kelainan refraksi dan penyakit lain. Katarak merupakan kekeruhan lensa mata yang timbul karena adanya gangguan metabolisme pada lensa, masyarakat di daerah tropis sangat berisiko mengalami katarak karena paparan sinar ultra violet yang lebih banyak. Pembedahan merupakan satusatunya terapi untuk penderita katarak yang bertujuan memperbaiki visus atau tajam penglihatan. Pembedahan atau operasi katarak merupakan salah satu stressor bagi pasien penderita katarak. yang dapat mencetuskan kecemasan pada diri pasien.

10 7 Berdasarkan uraian di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkat kecemasan ringan pasien pre operasi katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis b. Diketahuinya tingkat kecemasan sedang pasien pre operasi katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis c. Diketahuinya tingkat kecemasan berat pasien pre operasi katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis d. Diketahuinya tingkat kecemasan sangat berat pasien pre operasi katarak Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan di dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan.

11 8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur, mengelola, menarik pelanggan yang menggunakan jasa rumah sakit dan sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan keperawatan terutama pada dukungan keluarga terhadap kecemasan pasien pre operasi. b. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai tambahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama masalah keperawatan dalam kecemasan pasien pre operasi. c. Bagi Perawat Dapat berguna sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pelayanan keperawatan untuk memberikan penaganan kecemasan pada pasien pre operasi. d. Bagi Peneliti Lain Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sumber informasi atau sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil studi pustaka tentang operasi katarak, pernah diteliti oleh Herianto (2013) dengan judul Gambaran Pengetahuan Pasien Katarak Tentang Tindakan Operasi di Poli Mata RSUD Raden Mataher Provinsi Jambi Tahun Penelitian ini bersifat deskriptif ini dilakukan pada seluruh pasien katarak yang periksa di Poli Mata RSUD Raden Matahher Jambi pada bulan juni Tahun Pemilihan sampel penelitian ini

12 9 dilakukan dengan cara minimal sampel yaitu 93 orang yang akan dilakukan tindakan operasi dan bersedia mengisi informed concent. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuisioner tertutup dan di uji validitas dan reliabilitas dari kuisioner. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar pasien katarak mempunyai pengetahuan kurang tentang pengertian penyakit katarak yaitu 45 orang atau 46.9%, sebagian besar pasien katarak mempunyai pengetahuan kurang tentang tindakan operasi yaitu 79 orang atau 82.3%, sebagian besar persepsi pasien katarak tentang pelayanan di Poli Mata RSUD Raden Mataher Jambi adalah cukup yaitu 86 orang atau 89.6% dan sebagian besar pasien yang berkunjung ke poli mata RSUD Raden Mataher menggunakan layanan Askes yaitu 46 orang atau 47.9 %. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang operasi katarak. Pada penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti saat ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu judul, lokasi, waktu dan jenis penelitian pada penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi suatu objek yaitu kecemasan pasien operasi katarak. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien preoperasi katarak, sedangkan pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling.

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, dan keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik dimana perasaan isolasi, keterasingan, dan ketidakamanan juga hadir (Stuart, 2007). Sedangkan menurut Asmadi (2009) kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan. Didukung pula oleh Dalami (2009) yang menyatakan bahwa kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang di pengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Menurut Arofiati (2010) kecemasan adalah suatu keadaan dimana suatu individu/kelompok mengalami perasaan yang sulit dan disertai saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan ancaman tidak spesifik. Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa kecemasan adalah sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan berkembang dari konflik antara sistem ID, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah mengingatkan adanya bahaya yang datang. Kecemasan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : 10

14 11 1) Kecemasan realita Kecemasan realita yaitu rasa takut akan bahaya yang datang dari luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata (Stuart, 2007). 2) Kecemasan neurotic Kecemasan neurotic adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum (Stuart, 2007). 3) Kecemasan moral Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral (Stuart, 2007). Dari pendapat beberapa para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik dan bersifat subjektif berupa rasa takut, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. b. Tingkat Kecemasan Menurut Stuart (2007) kecemasan dapat digolongkan dalam beberapa tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut : 1) Kecemasan ringan : Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas (Stuart, 2007).

15 12 2) Kecemasan sedang : Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang tidak selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya (Stuart, 2007). 3) Kecemasan berat : Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk pada area lain (Stuart, 2007). 4) Tingkat panik dari ansietas : Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian (Stuart, 2007).

16 13 Respon Adaptif Respon Maladaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik c. Teori Kecemasan Gambar 2.1 Rentan Respon Kecemasan Sumber : Stuart (2007) Stuart (2007) menyatakan ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, diantaranya : 1) Faktor Predisposisi Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah : a) Teori psikoanalitis Menurut Sigmund Freud Kecemasan dimulai pada saat bayi sebagai akibat dari rangsangan tiba-tiba dan trauma lahir. Kegelisahan berlanjut dengan kemungkinan bahwa lapar dan haus mungkin tidak puas. Kecemasan primer karena itu keadaan tegang atau dorongan yang dihasilkan oleh penyebab eksternal. Lingkungan mampu mengancam serta memuaskan. Ini ancaman implisit predisposes orang untuk kecemasan di kemudian hari (Stuart, 2007). Freud menyatakan struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Superego mencerminkan

17 14 hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan superego. Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Stuart, 2007). b) Teori interpersonal Sullivan tidak setuju dengan Freud. Ia menyatakan ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat (Stuart, 2007). c) Teori prilaku Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli prilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya (Stuart, 2007).

18 15 d) Kajian keluarga Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi (Stuart, 2007). e) Kajian biologis Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Selain itu kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor (Stuart, 2007). 2) Faktor Prespitasi Faktor prespitasi dibedakan menjadi: a) Faktor eksternal : (1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Stuart, 2007). (2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada individu (Stuart, 2007). b) Faktor internal : (1) Umur, seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua umurnya (Stuart, 2007).

19 16 Umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Mengungkapkan bahwa semakin bertambahnya umur kematangan psikologi individu semakin baik, artinya semakin matang psikologi seseorang, semakin baik pula adaptasi terhadap kecemasan. (Feist, 2009). Semakin tua semakin banyak seseorang mendapatkan pengalaman sehingga semakin baik pula pengetahuannya. (Notoatmodjo, 2010). (2) Jenis kelamin, gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang ditandai dengan kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami wanita daripada pria. Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subjek berjenis kelamin lakilaki. Dikarenakan bahwa perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detail, sedangkan lakilaki cara berpikirnya cenderung global atau tidak detail. Individu yang melihat lebih detail, akan juga lebih mudah

20 17 dirundung oleh kecemasan karena informasi yang dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa benar-benar menekan perasaannya (Stuart, 2007). (3) Pendidikan merupakan usaha kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup secara optimal. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2012). Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan seseorang tentang hal baru yang belum pernah dirasakan atau sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang terhadap kesehatannya (Stuart, 2007).. (4) Tipe kepribadian, orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, dan ingin serba sempurna (Stuart, 2007). (5) Lingkungan dan situasi, seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati (Stuart, 2007). d. Alat Ukur Kecemasan Tingkatan kecemasan ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties Of The Depression Anxiety

21 18 Stress Scale 42 terdiri dari 42 item atau lebih diringkas sebagai Depression Anxiety Stress Scale terdiri dari 21 item. DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres (Psychology Foundation of Australia, 2010). DASS dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman pengertian, dan pengukuran yang berlaku dimanapun dari status emosional. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian (Psychology Foundation of Australia, 2010). Menurut Psychology Foundation of Australia (2010), tingkatan cemas pada instrumen ini berupa ringan, sedang, berat, dan panik. Psychometric Properties Of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14 item memiliki nilai 0 hingga 3 dimana nilai 0 berarti responden tidak pernah mengalami hal tersebut, nilai 1 berarti sesuai yang dialami, nilai 2 berarti sering mengalami, nilai 3 berarti hampir setiap hari mengalami hal tersebut. skor yang diperoleh dikategorikan dengan makna 14 (normal); (ringan); (sedang); (berat); 34 (panik). e. Respon terhadap Kecemasan Menurut Stuart (2007) bahwa respon individual terhadap kecemasan meliputi respon fisiologik, prilaku, kognitif dan afektif. Penjelasan dari hal tersebut di atas adalah sebagai berikut :

22 19 1) Respon fisikologik Respon fisikologik individu terhadap kecemasan, yaitu : a) Sistem kardiovaskuler Responnya berupa palvitasi jantung berdebar, meningkatnya tekanan darah, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun dan nadi menurun (Stuart, 2007). b) Sistem Respirasi Responnya berupa nafas cepat dan dangkal, nafas pendek, tekanan pada dada, pembengkakkan pada tenggorokan, sensasi tercekik dan tersenggal-senggal (Stuart, 2007). c) Sistem Neuromuskular Responnya berupa refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, regiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah dan gerakan yang janggal (Stuart, 2007). d) Sistem Gastrointestinal Responnya berupa kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual dan diare (Stuart, 2007). e) Sistem traktus urinarius Responnya berupa sering berkemih atau pun tidak dapat menahan kencing (Stuart, 2007). f) Kulit Responnya berupa wajah kemerahan, rasa panas dan dingin pada kulit, berkeringat setempat (telapak tangan), wajah pucat dan berkeringat seluruh tubuh (Stuart, 2007).

23 20 2) Respon perilaku Respon perilaku gelisah, ketegangan otot, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, serta menghindari diri dari masalah (Stuart, 2007). 3) Respon kognitif Respon kognitif meliputi perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, takut pada gambaran visual, takut cidera atau kematian (Stuart, 2007). 4) Respon afektif Respon afektif meliputi kondisi gelisah, tidak sabar, tegang, nervous, mudah terganggu, ketakutan, tremor dan gugup (Stuart, 2007). 2. Katarak a. Pengertian Katarak adalah setiap keadaaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Tsamsuri Anas 2011). Seseorang yang mengalami katarak penglihatannya menjadi berkabut/buram. Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya atau gambar. Retina merupakan bagian yang terdapat dibagian belakang mata bersifat sensitive terhadap cahaya, pada keadaan normal cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian diteruskan ke retina,

24 21 selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar akan diubah menjadi sinyal/impuls yang akan diteruskan ke otak oleh saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. (Ilyas, 2014). Berbagai faktor yang dideteksi sebagai sumber penyakit katarak diantaranya faktor keturunan, cacat bawaan lahir, masalah kesehatan seperti diabetes, penggunaan obat-obat tertentu seperti steroid, aksposur matahari terhadap mata dalam waktu yang relative lama, operasi mata sebelumnya dan trauma pada mata contohnya karena kecelakaan. (Ilyas, 2014) Katarak bukan merupakan penyakit menular hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari/menyembuhkan gangguan katarak, salah satu upaya yang efektif untuk memperlambat terjadinya gangguan katarak adalah melindungi mata dari sinar matahari yang berlebihan. (Ilyas, 2014). b. Manifestasi klinik Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik atau kelainan (katarak senile, juvenile, herediter) atau kelainan congenital mata. Lensa yang dalam proses pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa, perubahan protein, necrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabutserabut saraf. Pada umumnya, terjadinya perubahan lensa sesuai dengan tahap perkembangan katarak. Kekeruahn lensa pada katarak imatur (insifiens) tipis. Akan tetapi, pada katarak matur (perkembangan agak lanjut) kekeruhan lensa sudah sempurna dan

25 22 agak sembab. Jika kandungan airnya maksimal dan kapsul lensa teregang, katarak ini dinamakan intumesens (sembab). Katarak hipermatur (katarak lanjut) ditandai keluarnya air meninggalkan lensa yang relative mengalami dehidrasi, sangat keruh, dan kapsulnya keriput. Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat yang awam sampai kekeruhannya sudah cukup padat (matur atau hipermatur) yang menyebabkan kebutaan, walaupun demikian katarak stadium dini dapat dipantau dengan oftalmoskop, lup, atau lampu celah dengan pupil yang telah dilebarkan, semakin padat kekeruahn lensa, semakin sulit memantau fundus okuli, sampai akhirnya refleks fundus negative. Pada tahap ini, katarak sudah masak dan pupilnya tampak putih (Ilyas, 2014). Klien katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transfaran sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. pada mata, akan tampak kekeruhan ini juga ditemukan pada berbagai lokasi dilensa seperti korteks dan nukleus. (Tsamsuri Anas, 2011). Katarak menyebabkan : 1) Menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri 2) Menyebabkan rasa silau 3) Dapat mengubah kelainan refraksi 4) Tajam penglihatan berkurang c. Patofisiologi Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis.

26 23 Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju (Ilyas, 2014). Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak (Ilyas, 2014). Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (Diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama (Sain, Awan. 2010).

27 24 d. Etiologi Menurut Dinfirman dan Gayuh (2010) katarak dapat disebabkan oleh : 1) Akibat proses penuaan 2) Trauma mata tajam maupun tumpul 3) Penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu panjang 4) Penyakit iskemik seperti Diabetes mellitus, hipoparatiroid 5) Pemajanan radiasi 6) Pemajanan yang lama sinar matahari (sinar UV) 7) Kelainan mata lain seperti uveitis e. Klasifikasi Berdasarkan usia katarak menurut Ilyas, (2014) dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu : 1) Katarak congenital : yaitu katarak yang timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah dilahirkan, umumnya disebabkan karena adanya infeksi, dan kelainan metabolisme pada saat pembentukan janin. Katarak Kongenital yang sering timbul karena infeksi saat ibu mengandung, terutama pada kehamilan 3 bulan pertama. Katarak sudah dapat terlihat pada usia kurang dari 1 tahun. 2) Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. 3) Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun diduga karna proses penuaan. Berdasarkan penyebabnya menurut Ilyas, (2014) katarak dapat dibedakan menjadi 3 jenis :

28 25 1) Katarak Traumatik Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tumpul. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata(katarak monokuler) Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar-x, radioaktiv dan benda asing (Ilyas, 2014). 2) Katarak Toksila Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pejanan dengan bahan kimia tertentu. Katarak ini dapat juga terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan clorpromazin (Ilyas, 2014). 3) Katarak komplikata Katarak terjadi karena gangguan sistematik seperti diabetes mellitus, hipoparatiroid, atau akibat local seperti uveitis, gloukomma, dan miopi atau proses degenerasi pada satu mata lainnya (Ilyas, 2014). Berdasarkan stadium menurut Ilyas, (2014) katarak senile dapat dibedakan menjadi 4 jenis : 1) Katarak insipien Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih terbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Klien mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda pada penglihatan satu mata. Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan sehingga bilik mata depan memiliki kedalaman normal. Iris dalam posisi biasa disertai kekeruhan ringan pada lensa. Belum terjadi gangguan tajam penglihatan (Ilyas, 2014).

29 26 2) Katarak imatur Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya miopi, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal. Sudut bilik mata depan dapat tertutup sehingga mungkin timbul gloukoma sekunder (Ilyas, 2014). 3) Katarak matur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi kekeruhan lensa. Tekanan cairan dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan normal kembali. Tajam penglihatan sudah menurun dan hanya tinggal proyeksi sinar positif (Ilyas, 2014). 4) Katarak hipermatur Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam didalam korteks lensa. Pada stadium ini dapat juga terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa maupun korteks lensa yang cair dapat masuk kedalam bilik mata depan. Bahan lensa dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata depan sehingga timbul gloukoma fakolitik (Ilyas, 2014). f. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan kecuali bila terdapat dugaan penyakit sistemik yang harus dieksklusi atau katarak telah terjadi sejak muda. (James, Brues dkk, 2006) Adapun pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain (Sain, Awan. 2010)

30 27 1) Kartu mata Snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. 2) Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,glukoma. 3) Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmhg). 4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma. 6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. 7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. 8) EKG, kolesterol serum, lipid 9) Tes toleransi glukosa : kotrol DM g. Penatalaksanaan Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksan masih tetap dengan pembedahan. Pasien mungkin mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membaca, atau mengemudi, bahkan beberapa pasien sangat terganggu oleh rasa silau. Pasien diberikan informasi tentang prognosis visual mereka dan harus diberitahu pula mengenai semua penyakit mata yang terjadi bersamaan yang bisa mempengaruhi hasil pembedahan katarak (Tsamsuri. Anas, 2011). h. Operasi katarak Operasi katarak/pengangkatan katarak adalah pengangkatan melalui bedah terhadap lensa yang telah mengalami opak akibat perubahan degeneratif senile, trauma atau penyakit sistemik

31 28 (diabetes) atau lensa opak congenital. Operasi katarak dibedakan menjadi dua yakni operasi ekstrakapsuler dan intrakapsuler (Tsamsuri. Anas, 2011). Katarak ekstrakapsuler atau ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EKEK) merupakan tindakan pembedahan pada lensa katarak yaitu dengan mengeluarkan isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dapat keluar melalui robekan tersebut (Tsamsuri. Anas, 2011). Katarak intrakapsuller atau ekstraksi katarak intarkapsuler (EKIK) merupakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa dengan kapsul. (Tsamsuri. Anas, 2011) 3. Pre Operasi a. Pengertian Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan (Brunner & Suddarth, 2011). Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi (Brunner & Suddarth, 2011).

32 29 b. Persiapan Yang Harus Dilakukan Persiapan pembedahan menurut Brunner & Suddarth (2011) dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien). 1) Persiapan Psikologi Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena Brunner & Suddarth (2011) : a) Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya. b) Keadaan sosial ekonomi dari keluarga. Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah. Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi Brunner & Suddarth (2011) : a) Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan). b) Hal-hal yang rutin sebelum operasi. c) Alat-alat khusus yang diperlukan d) Pengiriman ke ruang bedah. e) Ruang pemulihan. Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi Brunner & Suddarth (2011) : a) Bernafas dalam dan latihan batuk b) Latihan kaki c) Mobilitas d) Membantu kenyamanan

33 30 2) Persiapan Fisiologi a) Diet Pada 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum (Brunner & Suddarth, 2011). Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain Brunner & Suddarth (2011) : (1) Aspirasi pada saat pembedahan (2) Mengotori meja operasi. (3) Mengganggu jalannya operasi. b) Persiapan Perut. Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi (Brunner & Suddarth, 2011). Maksud dari pemberian lavement antara lain Brunner & Suddarth (2011) : (1) Mencegah cidera kolon (2) Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi. (3) Mencegah konstipasi. (4) Mencegah infeksi.

34 31 c) Persiapan Kulit Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya cm 2 (Brunner & Suddarth, 2011). d) Hasil Pemeriksaan Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain (Brunner & Suddarth, 2011). e) Persetujuan Operasi / Informed Consent Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat (Brunner & Suddarth, 2011). Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin (Brunner & Suddarth, 2011). 3) Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK) Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini Brunner & Suddarth (2011) : a) Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).

35 32 b) Cek gelang identitas / identifikasi pasien. c) Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci. d) Lepas perhiasan e) Bersihkan cat kuku. f) Kontak lensa harus dilepas dan diamankan. g) Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas. h) Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran. i) Kaos kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis. j) Kandung kencing harus sudah kosong k) Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi : (1) Catatan tentang persiapan kulit. (2) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN). (3) Pemberian premedikasi. (4) Pengobatan rutin. (5) Data antropometri (BB, TB) (6) Informed Consent (7) Pemeriksan laboratorium. 4) Pemberian Obat premedikasi Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anasthesi Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas (Brunner & Suddarth, 2011).

36 33 B. Landasan Teori Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, dan keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2007). Katarak adalah setiap keadaaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya. Operasi katarak/pengangkatan katarak adalah pengangkatan melalui bedah terhadap lensa yang telah mengalami opak akibat perubahan degeneratif senile, trauma atau penyakit sistemik (diabetes) atau lensa opak congenital (Tsamsuri Anas 2011). Pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan (Brunner & Suddarth, 2011). Kecemasan pre operasi merupakan suatu respons antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Pasien yang menghadapi pembedahan dilingkupi oleh ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang anestesia, kekhawatiran mengenai kehilangan waktu kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga (Brunner & Suddarth 2011). C. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

37 34 Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diatas maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Cemas Ringan Pasien Operasi katarak Kecemasan pasien pre operasi Gambar 2.2 Kerangka Penelitian Cemas Sedang Cemas Berat Panik Kerangka konsep diatas menggambarkan bahwa operasi katarak dapat menimbulkan perasaan cemas pada pasien pre operasi katarak. Perasaan cemas bervariasi dari, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan cemas sangat berat (panik).

38 DAFTAR PUSTAKA Al Quran Surat Al Imraan 3 Ayat 139 Ady Novery, (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian katarak Pada Pasien Di Poli Matarsud Pariaman. KTI. Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman. Tersedia Dalam Arikunto, S, (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI, Cetakan 13. Rineka Cipta. Jakarta. Arofiati. (2010). Tingkat Kecemasan Individu Keluarga Pasien ICU Atau ICCU RSU PKU Muhamadiyah Yogyakarta. Yogyakarta, KTI Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Asmadi. (2009). Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC. Brunner & Suddarth, (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Yasmin Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta. : Trans Info Media Dewi Wijayanti,. (2006). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Bangsal Melati RSD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. tersedia dalam Dinfirman dan Gayuh (2010) Etiologi dalam Marianti (2011) Hubungan Pengetahuan Dan Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi Katarak di Poli Klinik Mata Rumah Sakit Islam Siti Khodijah Palembang Tahun Karya Tulis Ilmiah Hawari, D. (2011). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI James, Bruce, dkk. (2006). Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Penerbit Erlangga Kusuma, (2008). Perbedaan Tajam Penglihatan Pasca Operasi Katarak Senilis Di RSUP. dr. Kariadi Semarang Periode 1 Januari Desember 2007 (Antara Operator Dokter Spesialis Mata Dan Calon Dokter Spesialis Mata Tahap Mandiri). Artikel karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN CIAMIS 1. Yanti Srinayanti, Jajuk Kusumawaty, Angga Nugroho ABSTRACT

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN CIAMIS 1. Yanti Srinayanti, Jajuk Kusumawaty, Angga Nugroho ABSTRACT TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI KATARAK DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN CIAMIS 1 Yanti Srinayanti, Jajuk Kusumawaty, Angga Nugroho ABSTRACT Background. Cataract is an eye lens opacities arising from

Lebih terperinci

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indera penglihatan merupakan organ vital bagi manusia untuk memperoleh informasi dalam bentuk visual yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan apapun, maka mata memerlukan perawatan yang baik. Kebutaan yang diakibatkan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Katarak Katarak berasal dari bahasa Yunani, Katarrhakies yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skripsi 1. Pengertian Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa setingkat strata satu (S1) dalam rangka persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir atau program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Ada beberapa pengertian tentang kecemasan, diantaranya disampaikan oleh Kaplan dan Saddok (1997) kecemasan merupakan suatu

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF SELAMA MENUNGGU JAM OPERASI ANTARA RUANG RAWAT INAP DENGAN RUANG PERSIAPAN OPERASI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : PARYANTO J.210

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi cemas Cemas atau ansietas antara lain adalah reaksi emosional yang ditimbulkan oleh penyebab yang tidak pasti atau spesifik yang dapat menimbulkan perasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep dan Teori Terkait Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien GGT yang sedang menjalani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan jalan memotong dan mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, dirawat inap dan jenis operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi

Lebih terperinci

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011 PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 011 DESEMBER 011 1 Dwi Ananda Thayeb J.S.M Saerang Laya M. Rares 1Kandidat SKRIPSI Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata merupakan organ sensoris yang sangat vital. Delapan puluh persen informasi diperoleh dari penglihatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan penglihatan masih menjadi sebuah masalah di dunia. Angka kejadian gangguan penglihatan di dunia cukup tinggi yakni mencakup 4,25 % dari penduduk dunia atau

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut lensa. uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut lensa. uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat kelahiran (katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kejadian katarak yang cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa prevalensi katarak tertinggi di

Lebih terperinci

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ Agia Dwi Nugraha 2007730005 Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ Fisiologi lensa : Fungsi utama memfokuskan berkas cahaya ke retina. Kerjasama

Lebih terperinci

Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)

Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara) KONSEP MEDIK. Pengertian Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara) 2. Etiologi Ketuaan, biasanya dijumpai

Lebih terperinci

Pengertian. Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)

Pengertian. Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998) Pengertian Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998) Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. SPO Tanggal Terbit 1 dari 7 Ditetapkan Oleh Direktur PENGERTIAN ANAMNENIS Dr. H. Zainoel Arifin, M. Kes Nip. 19591104 198511 1 001 Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma? Glaukoma Glaukoma dikenal sebagai "Pencuri Penglihatan" karena tidak ada gejala yang jelas pada tahap awal terjadinya penyakit ini. Penyakit ini mencuri penglihatan Anda secara diam-diam sebelum Anda menyadarinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkan kecemasan, kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang dijalani pasien dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hospitalisasi 1. Pengertian Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PROSEDUR BEDAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN BEDAH USIA DEWASA DI RUANG BEDAH RSUD CIDERES PERIODE MEI-JUNI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN PROSEDUR BEDAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN BEDAH USIA DEWASA DI RUANG BEDAH RSUD CIDERES PERIODE MEI-JUNI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN PROSEDUR BEDAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN BEDAH USIA DEWASA DI RUANG BEDAH RSUD CIDERES PERIODE MEI-JUNI TAHUN 2015 Oleh : Rina Nuraeni ABSTRAK Tindakan pembedahan merupakan ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini banyak penyakit yang bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun fisiologis, tidak sedikit

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE DI WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT RAJAWALI CITRA BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AYU PUTRI UTAMI NIM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

berkas cahaya, sehingga disebut fotoreseptor. Dengan kata lain mata digunakan

berkas cahaya, sehingga disebut fotoreseptor. Dengan kata lain mata digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah alat indra untuk melihat. Mata menerima rangsangan berupa berkas cahaya, sehingga disebut fotoreseptor. Dengan kata lain mata digunakan untuk menangkap

Lebih terperinci

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG Asri Rahmawati, Arena Lestari, Ferry Setiawan ABSTRAK Salah satu penyakit yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja adalah suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa, Kecemasan, spiritualitas dan mekanisme koping juga kerangka konsep yang memberikan alur pikir hubungan antar

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

PATOFISIOLOGI ANSIETAS PATOFISIOLOGI ANSIETAS Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik 2. Konflik emosional 3. Konsep diri terganggu 4. Frustasi 5. Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Mata adalah jendela dunia. Melalui kedua mata manusia dapat menikmati segala bentuk keindahan dunia, sehingga tanpa mata yang sehat manusia menjadi kurang mampu melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ansietas 1. Pengertian Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA Rina Budi Kristiani 1, Alfia Nafisak Dini 2 Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam segala proses kehidupan komunikasi merupakan hal paling pokok. HAM (Hubungan Antar Manusia) bisa terjadi tidak lain karena adanya sistem komunikasi. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH RELATIONSHIP BETWEEN ANXIETY RATE WITH THE IMPROVEMENT OF BLOOD PRESSURE IN PATIENTS OF ELEKTIF

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan

Lebih terperinci

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. 1 Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasif yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang memberikan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks di Indonesia, yang perlu ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu, efisien, ekonomis

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KECEMASAN 1. Pengertian kecemasan Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf outonom dalam berespon terhadap ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Informed Consent Informed Consent atau persetujuan tindakan adalah persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi (mis. operasi, transfusi

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014 HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014 Imelda Erman, Yeni Elviani, Bambang Soewito Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat. HUBUNGAN ANTARA KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS PERAWAT PELAKSANA DI RUANG ICU RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Deden Iwan Setiawan INTISARI Latar Belakang : Stress adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus menjalani rawat inap adalah sesuatu yang membuat mereka cemas. Faktor kecemasan ini dipicu karena

Lebih terperinci

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo Oleh: NURUL KALIFAH 11611992 PROGRAM STUDI D IIII KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemamouan tubuh gagal untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jasmani merupakan hal yang penting, karena saat keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jasmani merupakan hal yang penting, karena saat keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jasmani merupakan hal yang penting, karena saat keadaan tubuh sehat maka kita bisa melakukan kegiatan yang menjadi rutinitas setiap harinya. Salah satu kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci