BAB 2 LANDASAN TEORI. klasifikasi dari objek atau pola menjadi beberapa kategori atau kelas. Dan bertujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. klasifikasi dari objek atau pola menjadi beberapa kategori atau kelas. Dan bertujuan"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pattern Recognition Pengenalan pola (pattern recognition) dapat diartikan sebagai proses klasifikasi dari objek atau pola menjadi beberapa kategori atau kelas. Dan bertujuan untuk pengambilan keputusan (Theodoridis and Koutroumbas 2006, 1). Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang dapat dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan mempunyai sejenis pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana dapat dikatakan mempertunjukan pola. Deteksi pola dasar disebut pengenalan pola. Untuk dapat mengenali suara dan pemilik suara (speaker), diperlukan suatu pengenalan pola yang dapat mengenal dan mencocokan pola uang diinput dan pola yang telah disimpan di dalam database. Riset untuk pengenalan suara otomatis sudah lama dilakukan, dimulai dari tahun 1960 yang awalnya terinspirasi oleh film fiksi yang berjudul A Space Odyssey. Pengenalan pola digunakan untuk mengenali objek kompleks dari bentuk sifat objek yang akan dikenali ciri-ciri dari objeknya. Pengenalan pola secara formal dapat dideskripsikan sebagai sebuah proses yang menerima pola atau sinyal berdasarkan

2 9 hasil pengukuran yang kemudian diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih kategori atau kelas tertentu (Haykin 1999, 67) Metode klasifikasi yang digunakan pada sistem pengenalan pola memiliki dua jenis pendekatan. Pendekatan statistik dan pendekatan struktural (atau sintaktik). Pengenalan pola statistik berdasarkan pada karakteristik statistikal dari pola-pola yang ada dengan asumsi bahwa pola-pola tersebut dihasilkan oleh sebuah sistem probabilistik. Pengenalan pola struktural berdasarkan pada hubungan struktural dari fitur dari setiap pola. Sebuah sistem pengenalan pola terdiri dari sensor yang mengumpulkan pola yang akan diproses dan mengukur variabel dari setiap pola, pre-processing yang menghilangkan noise dalam data, mekanisme ekstraksi fitur untuk mendapatkan informasi numerik atau simbolik dari pola-pola tersebut, model pembelajaran yang mempelajari pemetaan antara fitur dan kelompok pola, metode klasifikasi yang memisah-misahkan pola-pola tersebut ke dalam kategori berdasarkan fitur dan model pembelajaran, dan post-processing yang mengevaluasi benar tidaknya hasil yang didapat. Pengenalan pola merupakan bidang dalam pembelajaran mesin dan dapat diartikan sebagai tindakan mengambil data mentah dan bertindak berdasarkan klasifikasi data. Dengan demikian, hal tersebut merupakan himpunan kaidah bagi pembelajaran yang diawasi (supervised learning).

3 Sinyal dan sinyal percakapan Sinyal Sebuah sinyal adalah variasi dari variabel seperti gelombang tekanan udara dari suara, warna dari gambar, kedalaman sebuah permukaan, temperatur dari tubuh, tegangan atau arus dari sebuah konduktor atau sistem biologis, cahaya, sinyal elektromagnetik radio, harga-harga barang, atau volume dan berat dari suatu objek. Sebuah sinyal membawa informasi mengenai satu atau lebih atribut mengenai status, komposisi, arah pergerakan dan tujuan dari sumber. Dapat dikatakan, sebuah sinyal adalah sebuah media untuk membawa informasi mengenai keadaan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang dari suatu variabel (Vaseghi 2007, 3). Sinyal dapat diklarifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu, sinyal waktu, sinyal nilai, sinyal random, dan sinyal non-random. Pada umumnya variabel independen untuk sinyal satu dimensi adalah waktu. Jika variabel independennya kontinu, maka sinyal tersebut disebut sebagai sinyal waktu kontinu (continuous-time signal). Jika variabel independennya diskrit, maka sinyal tersebut disebut sebagai sinyal waktu diskrit (discrete-time signal). Sinyal waktu kontinu didefinisikan setiap waktu t dalam sebuah interval yang biasanya tidak terbatas, sedangkan sinyal waktu diskrit didefinisikan pada waktu diskrit, dan biasanya berupa urutan angka.

4 11 Gambar 2. 1 (a) Sinyal Waktu Kontinu dan (b) Sinyal Waktu Diskrit Sumber: (Santamarina 2005) Sinyal waktu kontinu dengan amplitudo kontinu biasanya disebut sebagai sinyal analog. Contoh sinyal analog adalah sinyal suara. Sinyal waktu diskrit dengan amplitudo bernilai diskrit yang direpresentasikan oleh digit angka yang terbatas (finite), biasanya disebut sebagai sinyal digital. Berdasarkan jenis frekuensinya, sinyal terbagi menjadi sinyal stationary dan sinyal non-stationary. Frekuensi dalam sinyal stationary tidak berubah dan selalu berulang dalam waktu, sedangkan frekuensi dalam sinyal non-stationary berubah-ubah dalam waktu Sinyal percakapan Sinyal percakapan adalah sinyal yang dihasilkan dari suara manusia sewaktu melakukan percakapan. Sinyal percakapan merupakan kombinasi kompleks dari variasi tekanan udara yang melewati pita suara dan vocal tract, yaitu mulut, lidah, gigi, bibir, dan langit-langit mulut. Speech (wicara) dihasilkan dari sebuah kerjasama antara lungs (paru-paru), glottis (dengan vocal cords) dan

5 12 articulation tract (mouth atau mulut dan nose cavity/rongga hidung). Sinyal suara terdiri dari serangkaian suara yang masing masing menyimpan sepotong informasi. Berdasarkan cara menghasilkannya, suara dapat dibagi menjadi voiced dan unvoiced. Voiced sounds atau suara ucapan dihasilkan dari getaran pita suara, sedangkan unvoiced sounds dihasilkan dari gesekan antara udara dengan vocal tract. Sinyal percakapan memiliki beberapa karakteristik, seperti pitch dan intensitas suara yang berguna dalam melakukan analisis sinyal suara. Pitch adalah frekuensi dari sinyal atau yang sering disebut intonasi. Intensitas suara adalah tingkat kekuatan suara. Gambar 2. 2 Produksi Suara Manusia Sumber: (Holmes and Holmes 2001, 18)

6 13 Impuls tekanan pada umumnya disebut sebagai pitch impulses dan frekuensi sinyal tekanan adalah pitch frequency atau fundamental frequency. Sederet impuls (fungsi tekanan suara) dihasilkan oleh pita suara untuk sebuah suara. Hal ini merupakan bagian dari sinyal voice (suara) yang mendefinisikan speech melody (melodi wicara). Ketika berbicara dengan pitch yang stabil, suara sinyal wicara monotonous tetapi dalam kasus normal sebuah perubahan permanen pada frekuensi terjadi. Impuls pitch merangsang udara dalam mulut dan untuk suara tertentu (nasals) juga merangsang nasal cavity (rongga hidung). Ketika rongga beresonasi, timbul radiasi sebuah gelombang suara yang merupakan sinyal percakapan. Kedua rongga beraksi sebagai resonators dengan karakteristik frekuensi resonansi masing masing yang disebut formant frequencies, sehingga formant merupakan variasi resonasi yang dihasilkan oleh vocal tract. Pada saat rongga mulut mengalami perubahan besar, dihasilkan beragam pola ucapan suara yang berbeda. Di dalam kasus unvoiced sounds, keluaran pada vocal tract lebih menyerupai noise atau derau Bit Rate Bit rate menyatakan jumlah bit yang digunakan setiap unit waktu dalam file suara. Sebuah suara digital terdiri dari word yang berisi 0 atau 1. Pada word 2 bit, terdapat 4 kemungkinan nilai, yaitu 00, 01, 10, dan 11. Pada word 3 bit, terdapat 8 kemungkinan nilai, yaitu 000, 111, 001, 010, 011, 100, 101, dan 110. Pada word n bit, terdapat 2 n kemungkinan nilai. Jika word 8 bit digunakan untuk menyatakan volume, maka terdapat 256 kemungkinan nilai volume,

7 14 berkisar dari 0 sampai dengan 255. Semakin tinggi bit rate, semakin akurat resolusi dari volume file suara tersebut Sampling Rate Sampling rate (biasa disebut juga sampling frequency) menyatakan jumlah sample per detik yang diambil dari sinyal kontinu untuk membuat sinyal diskrit. Untuk sinyal time-domain, sampling rate dapat diukur dalam hertz (Hz). Kebalikan dari sampling rate adalah sampling period yang menyatakan selang waktu di antara setiap sample (Antoniou 2006, 3). Gambar 2. 3 Sampling Sinyal Sumber: (Park 2009, 21) Semakin tinggi sampling rate, maka semakin akurat resolusi file suara tersebut. Sebagai contoh, suara 16 bit dan 44,1 Khz bermakna suara tersebut disampling kali per detik dan diukur dengan akurasi 16 bit. Sinyal suara yang hanya berisi suara manusia (speech signal) dapat di sampling pada nilai yang jauh lebih rendah. Dalam kebanyakan kasus, hampir

8 15 semua energi dalam suara tersimpan dalam rentang Hz sehingga sampling cukup dilakukan pada 8000 Hz (Vaseghi 2007, 163). Hal ini didasarkan pada teori Nyquist-Shannon yang menyebutkan bahwa untuk mencegah hilangnya informasi dalam sebuah konversi sinyal kontinu ke diskrit, sampling minimal harus dua kali lebih besar dari sinyal asli (Shannon 1949) Metode Signal Processing Metode pemprosesan sinyal menyediakan sebuah variasi alat untuk memodelkan, menganalisis, membuat, mensintetiskan, dan mengenali sinyal. Metode pemprosesan sinyal telah berevolusi dalam kompleksitas algoritma yang bertujuan untuk mengoptimalkan utilisasi dari informasi yang tersedia untuk mencapai performa terbaik. Secara umum kebutuhan komputasi meningkat terkadang secara eksponesial, seiring dengan kompleksitas algoritma. Tetapi biaya implementasi dari metode pemprosesan sinyal terbaru telah cukup memadai dengan trend yang konsisten beberapa tahun terakhir. Dengan peningkatan berkelanjutan dalam performa, ditambah dengan pengurangan biaya secara bersamaan, dari perangkat keras pemprosesan sinyal, pemprosesan sinyal digital (Digital Signal Processing) dapat dikategorikan menjadi empat kategori umum, yaitu pemprosesan sinyal berbasiskan transformasi, pemprosesan sinyal berbasiskan model, pemprosesan sinyal statistik bayesian, dan jaringan saraf tiruan.

9 Ekstraksi Fitur Setelah pengambilan sampel, sinyal percakapan diketahui masih relatif berulang, sehingga speech coders/decoders (codecs) didesain untuk mengekstraksi representasi yang kompak (compact representation) yang cukup untuk rekonstruksi dari sinyal dengan kualitas tinggi. Dalam sistem pengenalan suara, representasi yang kompak ini juga diperlukan. Algoritma pemprosesan sinyal digunakan untuk mengekstrak vektor fitur, mempertahankan informasi yang diperlukan untuk mengenali percakapan dan membuang sisanya. Langkah ini sering disebut sebagai Ekstraksi Fitur (Feature Extraction). (Thiran, Marqués and Bourlard 2010, 29). Fitur dari sebuah sistem pengenalan pola yang baik harus bersifat alamiah, dapat diukur dengan mudah, tidak berubah dari waktu ke waktu atau terpengaruh oleh kondisi kesehatan pengguna, tidak terpengaruh oleh noise, dan tidak dapat ditiru oleh orang lain. Pengenalan suara pada dasarnya bergantung pada pengenalan rangkaian fenomena yang bergantung pada bentuk suara. Pada umumnya pendekatan umum untuk ekstraksi fitur adalah mengekstraksi representasi halus dari kepadatan kekuatan spectrum sinyal (karakteristik dari respon filter frekuensi), biasanya diperkirakan dari analisis frame yang sepanjang ms. Beberapa alat pemprosesan sinyal sering digunakan pada implementasi ekstraksi fitur. Alat tersebut termasuk transformasi fourier waktu singkat (short-time fourier transform) yang dapat digunakan untuk memperoleh kekuatan dan fase spectrum dari analisa frame singkat. Alat lainnya yang biasa digunakan adalah Linear Predictive Coding

10 17 (LPC) yang mana kita modelkan daerah vokal dengan filter all-pole. Alat lainnya adalah cepstrum, yang dihitung sebagai inverse short time fourier transform dari logaritma pangkat dari spectrum. Elemen urutan rendah dari cepstrum vector merupakan pendekatan yang baik dari bagian filter yang baik dari sebuah model. Perkembangan pengetahuan kita akan sistem pendengaran manusia telah membuat beberapa model dari resolusi frekuensi nonlinear, dan kehalusan dari pendengaran sering digunakan. Salah satunya adalah Mel-Frequency Cepstrum Coefficients (MFCCs) Mel-Frequency Cepstrum Coefficients (MFCCs) Mel-frequency Cepstrum coefficient merupakan metode yang paling dikenal dan paling banyak digunakan pada bidang ekstraksi fitur suara. MFC (Mel-Frequency Cepstrum) memetakan komponen frekuensi dengan mengunakan skala Mel yang dimodelkan berdasarkan persepsi suara dari kuping manusia. Mel-frequency cepstrum mewakili spectrum jangka pendek dari suara mengunakan linear cosine transform dari log dari sebuah spectrum skala Mel. Rumus dari skala Mel adalah : (2. 1)

11 Mel Frequency(mels) Frequency(Hz) Gambar 2. 4 Gambar Skala Mel Sumber: (Vaseghi 2007, 518) MFCC merupakan parameter domain frekuensi yang lebih konsisten dan akurat daripada fitur domain waktu. Langkah langkah untuk menghitung MFCC: Fast Fourier Transform, memfilter dengan filter Mel dan cosine transform dari vektor log energi. MFCC dimulai dihitung dengan mengambil windowed frame dari sinyal suara, lalu menggunakan Fast Fourier Transform (FFT) untuk memperoleh parameter tertentu dan kemudian diubah menjadi skala Mel untuk meperoleh vektor fitur yang mewakili amplitudo terkompres secara logaritmik dan informasi frekuensi yang sederhana. Kemudian dihitung dengan mengaplikasikan discrete cosine transform kepada log dari Mel-filter bank. Hasilnya adalah fitur yang menggambarkan bentuk spektral dari sinyal (Muda, Begam and Elamvazuthi 2010).

12 19 Speech Input A/D Pre emphasis Framing/ Windowing Fourier Transform Melfrequency wrapping Logarithm Discrete Cosine Transform Mel Frequency Cepstral Coefficients Gambar 2. 5 Diagram dari Mel-Frequency Cepstral Cooeficient Sumber: (Muda, Begam and Elamvazuthi 2010) Pre-emphasis Pre-emphasis memproses pengiriman sinyal melalui filter yang menekankan terhadap frekuensi tinggi. Proses Pre-emphasis akan meningkatkan energi sinyal pada frekuensi tinggi. (2. 2) Jika dimisalkan a=0.95, maka 95% dari suatu sampel diduga berasal dari sampel sebelumnya Framing Proses untuk memisahkan sampel yang telah diperoleh dari analog to digital conversion (ADC) menjadi beberapa frame dengan panjang sekitar ms. Sinyal suara dibagi menjadi beberapa frame sebanyak N sampel. Frame yang bersebelahan dipisahkan sebesar M (M<N) nilai normal yang biasa digunakan adalah M=128 dan N=256

13 20 Gambar 2. 6 Framing Signal Sumber: (Park 2009, 69) Windowing Langkah berikutnya adalah melakukan proses window pada setiap bagian sinyal yang telah dibuat pada proses framing. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan diskontinuitas pada bagian awal dan akhir sinyal dan mengintegrasikan garis-garis frekuensi terdekat. Jika didefinisikan sebuah window w(n) dan sinyal tiap bagian adalah x(n) maka sinyal hasil proses windowing ini adalah sebagai berikut. (2. 3) Adapun N adalah jumlah sampel dari setiap frame. Model window yang paling sering digunakan adalah Hamming Window yang direpresentasikan dengan persamaan berikut. Hasil yang didapatkan lalu dikalikan dengan sampel. (2. 4)

14 Fast Fourier Transform Fast Fourier Transform (FFT) yang ditemukan tahun 1965 merupakan pengembangan dari Fourier Transform (FT). Penemu FT adalah J. Fourier pada tahun FT membagi sebuah sinyal menjadi frekuensi yang berbeda-beda dalam fungsi eksponensial yang kompleks. (2. 5) Adapun t menyatakan waktu, f menyatakan frekuensi, X(f) menyatakan sinyal dalam domain frekuensi, dan x(t) menyatakan sinyal dalam domain waktu. Untuk pemprosesan sinyal diskrit, sebuah algoritma baru yang disebut Discrete Fourier Transform (DFT) diciptakan. DFT memiliki rumus sebagai berikut. (2. 6) Adapun N menyatakan jumlah sampel. Persamaan (2.5) memiliki kompleksitas algoritma O(N/2). FFT membagi sampel N menjadi dua buah N1 dan N2 secara rekursif bersama perkalian dengan hasil yang didapatkan lalu dikalikan dengan sampel. Hal ini membuat FFT hanya memiliki kompleksitas O(N log N). Dalam pemprosesan sinyal suara, FFT akan mengubah sinyal suara dalam domain waktu menjadi domain frekuensi.

15 Mel Filter Bank Processing Jangkauan frekuensi dalam spectrum FFT sangat lebar. Sinyal suara juga tidak mengikuti skala linear. Maka filter kemiringan menurut skala Mel yang ditunjukkan pada 2.7 lalu diaplikasikan. Gambar 2. 7 Mel scale filter bank Sumber: (Holmes and Holmes 2001, 161) Gambar di atas menunjukan rangkaian filter segitiga yang digunakan untuk menghitung jumlah berat dari filter komponen spektral sehingga hasil dari proses mendekati skala Mel. Setiap ketinggian silter frequency response adalah bentuk segitiga dan setara pada penggabungan pusat frekuensi dan penurunan secara linear menuju nol pada pusat frekuensi.dari dua filter besebelahan. Setelah itu untuk menghitung Mel dari sebuah frekuensi f dalam Hz digunakan persamaan berikut. (2. 7)

16 Discerete Cosine Transform Setelah melalui Mel filter. Log Mel spectrum perlu untuk diubah menjadi domain waktu mengunakan Discrete Cosine Transform (DCT). Hasil dari konversi inilah yang disebut sebagai Mel Frequency Cepstrum Coefficient. Kumpulan dari koefisien ini disebut sebagai vektor akustik (acoustic vectors) yang akan digunakan sebagai nilai yang mewakili sinyal suara Hidden Markov Model (2. 8) Model Markov Tersembunyi atau lebih dikenal sebagai Hidden Markov Model (HMM) adalah sebuah model statistik dari sebuah sistem yang diasumsikan sebuah Markov Process dengan parameter yang tak diketahui, dan tantangannya adalah menentukan parameter-parameter tersembunyi (hidden) dari parameterparameter yang dapat diamati. Parameter-parameter yang ditentukan kemudian dapat digunakan untuk analisis yang lebih jauh, misalnya untuk aplikasi Pattern Recognition (Rabiner 1989). Sebuah HMM dapat dianggap sebagai sebuah Bayesian Network dinamis yang paling sederhana. Pada model Markov umum, state-nya langsung dapat diamati, oleh karena itu probabilitas transisi state menjadi satu-satunya parameter. Di dalam Model Markov yang tersembunyi (Hidden), state-nya tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi yang dapat diamati adalah variabel-variabel yang terpengaruh oleh state. Setiap state memiliki distribusi probabilitas atas token-token output yang mungkin

17 24 muncul. Oleh karena itu rangkaian token yang dihasilkan oleh HMM untuk memberikan informasi tentang sekuens state-state. Dalam HMM ada dua buah asumsi independen pertama variabel tersembunyi dengan variabel tersembunyi adalah independen dari variabel sebelumnnya atau, lalu kedua observasi dengan variabel tersembunyi adalah independen dengan variabel yang lainnya atau Dari persamaan diatas. adalah variabel diskrit acak dengan N nilai kemungkinan. Kemudian dimisalkan sebagai matriks transisi ). Kemudian dideskripsikan dengan distribusi awal. Kemudian dapat dikatakan situasi berada pada state pada waktu jika. Rangkaian observasi dideskripsikan sebagai. Probalitas dari vektor observasi pada waktu dan dideskripsikan sebagai

18 25. Distribusi lengkap dari parameter untuk semua observasi dapat dideskripsikan sebagai [3]. Kita dapat mendeskripsikan himpunan lengkap dari parameter HMM dengan model sebagai berikut. (2. 9) Setiap data dari suara yang diambil akan dimodelkan dengan forwardbackward algorithm atau yang lebih dikenal dengan Baum-Welch algorithm. Forward variable didefinisikan sebagai observasi sebagian dinotasikan dengan dan state pada waktu, dengan dan sebagai. Backward variable didefinisikan sebagai sebagai observasi sebagian dari state probability sampai state sekarang, di mana state pada waktu, dengan dan sebagai. Rangkaian state probability ini dapat dinotasikan sebagai berikut. (2. 10)

19 26 Gambar 2. 8 ilustrasi Baum-Welch algorithm. (a) Forward variable Backward variable Sumber: (Rabiner 1989, 262) (b) Probabilitas pada state pada waktu t dengan observasi rangkaian dan HMM (pour and Farokhi 2009) dapat dinotasikan sebagai berikut. (2. 11)

20 27 Gambar 2. 9 dua jenis penggambaran HMM Sumber: (Thiran, Marqués and Bourlard 2010, 29) Dalam Hidden Markov Model, terdapat tiga masalah dasar, yaitu a. Masalah Evaluasi (Evaluation Problem) Masalah Evaluasi adalah masalah di mana probabilitas P(O λ) dari serangkaian pengamatan (O=o1,o2,...,oT) yang dibangun oleh model HMM (λ) belum diketahui. Probabilitas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan algoritma forward (forward algorithm) b. Masalah Pengkodean (Decoding Problem) Masalah pengkodean adalah masalah di mana bagian dari rangkaian state dalam model HMM (λ) yang menghasilkan pengamatan (O=o1,o2,...,oT) belum diketahui. c. Masalah pembelajaran (Learning Problem) Masalah pembelajaran adalah masalah di mana parameter model harus disesuaikan berdasarkan model HMM (λ) dan serangkaian pengamatan O=o1,o2,...oT agar nilai probabilitas P(O λ) maksimal. Untuk mendapatkan model HMM tersebut, digunakan algoritma k-means (k-means algorithm).

21 Algoritma Forward Untuk menghitung probabilitas dari serangkaian pengamatan (O=o1,o2,...,oT) yang dibangun oleh model HMM λ = (A, B,π ), diperlukan algoritma forward. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam algoritma forward. 1. Inisialisasi (2. 12) di mana : α adalah variabel forward π 1 adalah distribusi state awal b i adalah probabilitas state ke i o 1 adalah pengamatan ke 1 N adalah jumlah state 2. Induksi (2. 13) di mana : t adalah waktu

22 29 T adalah jumlah pengamatan a ij adalah probabilitas transisi i ke j 3. Terminasi (2. 14) di mana : P(O λ ) adalah probabilitas dari pengamatan O yang dibangun oleh model HMM (λ) Algoritma k-means Algoritma k-means berguna untuk mendapatkan model HMM λ=(a, B,π) agar mendapatkan nilai probabilitas yang maksimal. Dalam menjalani proses learning pada algoritma k-means ini, dibutuhkan serangkaian data dan sejumlah pengamatan. Berikut ini adalah algoritma k-means yang terdiri dari 6 langkah. a. Pilihlah means inisial secara acak dari data yang akan diolah di mana : means(k ) = data(rand(i),rand( j)) 1 i w, 1 j T, 1 k N (2. 15) data(i,j) adalah data pada matriks i, j

23 30 rand( ) adalah fungsi acak w adalah jumlah baris data T adalah jumlah kolom data N adalah jumlah state b. Berikan nilai klasifikasi pada setiap unit dari data berdasarkan euclidean distance terkecil dari means. c. Hitung means baru berdasarkan klasifikasi baru. (2. 16) d. Hitung error antara means dengan means baru (2. 17) (2. 18) e. Jika error lebih besar dari batas yang ditentukan, ulangi langkah b sampai e f. Hitung nilai-nilai pada model HMM λ = (A, B,π), dengan menggunakan klasifikasi akhir Speaker Recognition Speaker recognition atau yang juga dikenal dengan voice recognition adalah sistem yang dapat mengenali identitas seseorang dari suaranya (Holmes and Holmes 2001, 219). Sistem ini mengekstrak fitur dari suara, memodelkannya, dan

24 31 menggunakan model tersebut untuk membedakan seseorang berdasarkan suaranya. Speaker recognition sering disamakan dengan speech recognition, padahal keduanya memiliki definisi yang berbeda. Speaker recognition mengenali siapa yang berbicara sementara speech recognition mengenali apa yang diucapkan. Speaker recognition terdiri dari dua tahap yaitu tahap pelatihan dan tahap pengenalan (evaluasi). Pada tahap pelatihan, suara pembicara akan direkam dan fitur di dalamnya akan diekstrak untuk mendapatkan voice print, template, atau model suara. Pada tahap evaluasi, suara pembicara dicocokkan dengan template atau model. Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam evaluasi sistem speaker recognition : Kualitas suara (jumlah channel dan karakteristik mikrofon, tingkat noise, variasi suara pada tahap pelatihan dan evaluasi) Metode input (text-dependent atau text-independent) Lama suara (durasi dan jumlah sesi suara pada tahap pelatihan dan evaluasi) Jumlah subjek dalam tahap pelatihan Berdasarkan fungsinya, speaker recognition terbagi menjadi speaker verification (atau voice authentication) dan speaker identification (Holmes and Holmes 2001, 219) Speaker Identification

25 32 Sebuah sistem speaker identification bertujuan untuk mengidentifikasi siapa yang sedang berbicara dari sekumpulan set suara yang telah dikenali dan tidak terdapat klaim identitas dari pengguna. Dalam speaker identification, suara pengguna dicocokkan dengan semua template yang ada 1 banding N template. Ruang lingkup speaker identification terbagi dua yaitu membedakan setiap speaker dalam sebuah percakapan dan mengidentifikasi suara seseorang berdasarkan data yang telah dimasukkan sebelumnya di mana suara orang tersebut termasuk di dalamnya. Speaker identification dapat digunakan dalam investigasi polisi seperti pencarian suara seorang tersangka pada database pelaku kriminal untuk mengenali identitas tersangka Speaker Verification Sebuah sistem speaker verification bertujuan untuk mengesahkan identitas seseorang berdasarkan suaranya. Ketika pengguna memberikan input suaranya, ia juga memasukkan identitas yang diklaimnya. Dalam speaker verification, suara pengguna hanya dicocokkan dengan 1 template yang diklaim ketika proses pemasukan 1 banding 1. Speaker verification biasa digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan akses keamanan seperti aplikasi sekuritas yang menggunakan input suara sebagai pengganti password dan PIN (Personal Identification Number). Dalam speaker verification dikenal dua jenis kesalahan yaitu false rejection di mana pengguna yang mengklaim sebagai dirinya sendiri ditolak oleh

26 33 sistem dan false acceptance di mana peniru yang mengklaim sebagai pengguna lain diterima oleh sistem Interaksi Manusia dan Komputer Manusia adalah makhluk yang senang berinteraksi dengan manusia lain. Oleh karena itulah maka penggunaan komputer dibuat sesederhana mungkin sehingga manusia dapat berinteraksi dengan komputer semudah berinteraksi dengan manusia lain. Proses penyederhanaan ini dikenal dengan interactive user inteface Program Interaktif Ada lima kriteria yang harus dimiliki oleh suatu program sehingga dapat berinteraksi dengan baik dan bersifat user friendly (Shneiderman, 2005, p16). Lima kriteria tersebut adalah sebagai berikut. 1. Memiliki waktu belajar yang relatif singkat. 2. Mampu memberikan informasi yang diperlukan dengan cepat. 3. Mudah untuk dioperasikan oleh user. 4. Kemudahaan untuk mengingat program tersebut walaupun telah lama tidak mengoperasikannya. 5. Kepuasan pribadi Delapan Aturan Emas

27 34 Menurut Shneiderman (2005, p74-75) terdapat delapan aturan dalam merancang sistem interaksi manusia dan komputer yang baik yaitu sebagai berikut. 1. Bertahan untuk konsistensi. 2. Memperbolehkan user untuk memakai shortcut. 3. Memberikan umpan balik yang informatif. 4. Pengorganisasian yang baik sehingga user mengetahui kapan awal dan akhir dari suatu action. 5. Pengguna mampu mengetahui dan memperbaiki kesalahan dengan mudah. 6. Dapat dilakukan pembalikan action. 7. User mampu aktif dalam mengambil langkah selanjutnya bukan hanya merespon pesan yang muncul. 8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek bagi pemakai sehingga perancangannya harus sederhana Waterfall Model Dalam membuat suatu program aplikasi terdapat beberapa paradigma atau model proses, satu diantaranya adalah Waterfall Model atau yang biasa dikenal dengan Classic Life Cycle. Model ini mendukung pendekatan yang berurutan dan

28 35 sistematis terhadap pengembangan program aplikasi yang dimulai dengan spesifikasi konsumen, dan perkembangan melalui tahap perencanaan, pemodelan, pembuatan dan pengaplikasian dalam dukungan aplikasi yang lengkap. Model ini disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan (Pressman 2005, 79). Terdapat 6 tahapan dalam model Waterfall. Berikut adalah penjelasan dari tahap-tahap yang dilakukan di dalam model ini. Analisis dan perancangan sistem Permodelan ini diawali dengan mencari kebutuhan dari keseluruhan sistem yang akan diaplikasikan ke dalam program aplikasi. Hal ini sangat penting, mengingat program aplikasi harus dapat berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti hardware, database, dsb. Tahap ini sering disebut dengan Project Definition. Analisis kebutuhan Proses pengumpulan elemen sistem ditingkatkan dan dipusatkan secara khusus untuk mengerti karakteristik dari program yang akan dibuat. Kebutuhan maupun sistem harus dibicarakan bersama dengan pelanggan.

29 36 Perancangan Proses perancangan menerjemahkan kebutuhan elemen sistem yang direpresentasikan ke dalam sebuah blueprint yang dapat diperkirakan kualitasnya sebelum dilakukan pengkodean. Pengkodean Untuk dapat dimengerti oleh komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh komputer, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses pengkodean. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap desain yang secara teknis nantinya dikerjakan oleh programmer. Pengujian Pengujian dilakukan untuk memastikan hasilnya sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya. Pemeliharaan Pemeliharaan suatu program diperlukan karena program yang dibuat tidak selamanya hanya seperti itu. Pengembangan merupakan salah satu bagian dari pemeliharaan. Pengembangan terjadi untuk memperbaiki error kecil yang tidak ditemukan sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada program tersebut.

30 37 Gambar Model waterfall Sumber: (Pressman 2005) Model ini menjadi terkenal karena pengaplikasian yang mudah, dan ketika semua kebutuhan sistem dapat didefinisikan secara utuh, eksplisit, dan benar di awal proyek, maka pembuatan program dapat berjalan dengan baik dan tanpa masalah. Tetapi karena model ini melakukan pendekatan secara berurutan, maka ketika suatu tahap terhambat, tahap selanjutnya tidak dapat dikerjakan dengan baik dan hal itu menjadi salah satu kekurangan dari model ini. Kesimpulannya adalah ketika suatu proyek skalanya sedang mengarah kecil cocok menggunakan model ini, akan tetapi bila menggerjakan proyek yang besar, tampaknya akan kesulitan jika menggunakan model waterfall ini C#

31 38 C# adalah sebuah bahasa pemrograman yang berorientasi pada objek yang dikembangkan oleh Microsoft dan menjadi bahasa pemrograman utama dari Microsoft yang mendukung.net programming melalui Visual Studio. C# menekankan fitur-fitur yang cepat, dengan inovasi terbaru. Mudah dan effisien digunakan untuk menulis program untuk lingkungan komputasi perusahaan. C# dibuat oleh Microsoft pada akhir tahun 1990an dan merupakan bagian dari strategi.net dari Microsoft. C# pertama kali dilkeluarkan pada pertengahan tahun Perancang utama dari C# adalah Anders Hejlsberg. Hejlsberg merupakan seorang pakar bahasa pemograman terkemuka, dengan beberapa pencapaian yang luar biasa. Salah satunya adalah pengembangan Turbo Pascal yang menjadi standar untuk semua kompiler masa kini. C# sangat berhubungan erat dengan C,C++ dan Java. Hal ini dikarenakan mereka bertiga merupakan bahasa pemograman yang paling banyak dipakai di dunia. Terlebih pada saat C# diciptakan, hampir semua programmer profesional mengetahui C, C++ dan Java. Dengan membangun C# pada fondasi yang solid maka C# menawarkan kemudahan migrasi dari ketiga bahasa tersebut. (Schildt 2010) Flow Chart Flow chart juga dikenal sebagai flow diagram atau work flow. Flow chart digunakan untuk menunjukan informasi yang saling berhubungan (kejadian, langkah-langkah dalam sebuah proses, aliran uang atau data, dll). Flow chart juga

32 39 sering digunakan untuk membantu memecahkan masalah. Juga dapat digunakan untuk mendefinisikan dan melihat efek dari alur kerja (Fowler and Stanwick 2004, 428). Simbol-simbol utama yang digunakan dalam Flow chart adalah 1. berupa proses atau aktivitas, fungsi, tugas 2. untuk merubah proses, start, stop, pause, interupt 3. untuk menujukan pilihan. Berupa pertanyaan atau penentuan sebuah keputusan. 4. untuk data. Dapat berupa proses input/ouput 5. untuk inisialisasi data 6. Untuk menghubungkan komponen dan menunujukan arah.

MODUL 2 SINYAL DAN SUARA

MODUL 2 SINYAL DAN SUARA MODUL 2 SINYAL DAN SUARA 2.1. Pembangkitan Sinyal Ucapan pada Manusia Speech (ucapan/wicara) dihasilkan dari sebuah kerjasama antara paru-paru (lungs), pangkal tenggorokan pada pita suara (glottis) dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI. mahasiswa Binus University secara umum. Dan mampu membantu

ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI. mahasiswa Binus University secara umum. Dan mampu membantu BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI 3.1. Analisa Sistem 3.1.1. Sejarah Umum Perusahaan Binus Learning Community adalah komunitas belajar binus yang berada dibawah sub unit mentoring Student

Lebih terperinci

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun

Lebih terperinci

MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA

MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA I. TUJUAN - Mahasiswa mampu melakukan proses perekaman dan pengeditan sinyal wicara dengan menggunakan perangkat lunak. II. DASAR TEORI 2.1. Pembangkitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari voice recognition. Voice recognition dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK

IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK Ade Fruandta dan Agus Buono Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Manusia dianugrahi oleh Tuhan dua telinga yang memiliki fungsi untuk menangkap sinyal-sinyal suara. Namun untuk mengoptimalkan dari fungsi telinga tersebut manusia harus belajar

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI.

Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI. Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wicara atau ucapan adalah cara berkomunikasi yang paling sederhana dan sering digunakan oleh manusia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, proses komunikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripan satu dengan yang lain, seperti kemiripan dalam hal frekuensi musik, struktur ritmik, dan konten harmoni. Genre

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENAL PENUTUR MENGGUNAKAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL (HMM)

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENAL PENUTUR MENGGUNAKAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL (HMM) RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENAL PENUTUR MENGGUNAKAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL (HMM) Maryati Gultom 1), Mukhlisa 2), Derry Alamsyah 3) 1 gultommaryati@gmail.com, 2 immobulus92@gmail.com, 3 derryfseiei@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan satu set komputer dengan prosesor berkecepatan 1,18 GHz,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II TINA BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Pola Suara Pengenalan pola dapat diartikan sebagai proses klasifikasi dari objek atau pola menjadi beberapa kategori ataukelas. Dan bertujuan untuk pengambilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Tujuan Latar Belakang Ruang Lingkup Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Nada dan Chord Gitar

PENDAHULUAN Tujuan Latar Belakang Ruang Lingkup Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Nada dan Chord Gitar PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pendengaran manusia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menangkap dan mengenali sinyal suara. Dalam mengenali sebuah kata ataupun kalimat bukanlah hal yang sulit

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Voice Command pada demonstrasinya merupakan aplikasi pengenalan suara yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk menampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengenalan Suara

TINJAUAN PUSTAKA. Pengenalan Suara Pengenalan Suara TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peacock (1990), pengenalan suara merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan. Terdapat 5 faktor yang dapat mengontrol dan menyederhanakan

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK ABSTRAK PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Pada penelitian ini dibuat sebuah sistem pengenalan suara manusia dengan

Lebih terperinci

PenerapanHidden Markov Model (HMM) pada Pengenalan Penutur

PenerapanHidden Markov Model (HMM) pada Pengenalan Penutur Jatisi, Vol. 1 No. 1 September 2014 111 PenerapanHidden Markov Model (HMM) pada Pengenalan Penutur Mukhlisa* 1, Maryati Gultom 2, Derry Alamsyah 3 1,2,3 STMIK GI MDP; Jln. Rajawali No. 14, 0711 376400

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mengenali sebuah kata atau kalimat bukanlah hal yang sulit dilakukan bagi manusia Apalagi kata tersebut merupakan Bahasa Utama yang digunakannya sehari-hari Berbagai logat

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SUARA. : Fadlisyah Bustami M. Ikhwanus. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

PENGOLAHAN SUARA. : Fadlisyah Bustami M. Ikhwanus. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 PENGOLAHAN SUARA Oleh : Fadlisyah Bustami M. Ikhwanus Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian

Lebih terperinci

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING TUJUAN 1. Memahami karakteristik sinyal suara dan audio 2. Mampu melakukan pengolahan terhadap sinyal suara dan audio 3. Mampu menggunakan tool untuk pengolahan sinyal

Lebih terperinci

Bab 3. Perancangan Sistem

Bab 3. Perancangan Sistem 34 Bab 3 Perancangan Sistem 3.1 Gambaran Umum Sistem Aplikasi yang kami namakan Voice Protect ini, mempunyai alur program sebagai berikut: Start Enkripsi Dekripsi Pilih File Buka file enkripsi Rekam Suara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pengenalan fonem adalah implementasi dari speech to teks yang merupakan bagian dari speech recognition atau pengenalan ucapan. Pengenalan ucapan lebih dikonsentrasikan pada ekstraksi

Lebih terperinci

INDEPT, Vol. 3, No.1, Februari 2013 ISSN

INDEPT, Vol. 3, No.1, Februari 2013 ISSN SISTEM SPEAKER RECOGNITION (PENGENAL PENGUCAP) UNTUK MENCARI KARAKTERISTIK UCAPAN SESEORANG DENGAN METODE MEL FREQUENCY CEPTRUM COEFFISIENT (MFCC) MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB Andriana, ST., MT. Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suara (Wicara) Suara khususnya wicara merupakan cara yang natural bahkan paling penting dalam melakukan proses komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Emosi Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu dan juga merupakan reaksi terhadap seseorang atau kejadian.emosi dapat ditunjukkan ketika merasa

Lebih terperinci

APLIKASI SPEECH RECOGNITION BAHASA INDONESIA DENGAN METODE MEL-FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT

APLIKASI SPEECH RECOGNITION BAHASA INDONESIA DENGAN METODE MEL-FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT APLIKASI SPEECH RECOGNITION BAHASA INDONESIA DENGAN METODE MEL-FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT DAN LINEAR VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENDALIAN GERAK ROBOT Anggoro Wicaksono, Sukmawati NE, Satriyo Adhy,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA)

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 21 PERANGKAT LUNAK UNTUK MEMBUKA APLIKASI PADA KOMPUTER DENGAN PERINTAH SUARA MENGGUNAKAN METODE MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENTS Anna Dara Andriana Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gelombang Bunyi Menurut Anwar, et al (2014), gelombang bunyi atau lebih khusus dikenal sebagai gelombang akustik adalah gelombang longitudinal yang berada dalam sebuah medium,

Lebih terperinci

Sistem Verifikasi Penutur menggunakan Metode Mel Frequensi.

Sistem Verifikasi Penutur menggunakan Metode Mel Frequensi. SISTEM VERIFIKASI PENUTUR MENGGUNAKAN METODA MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENTS-VECTOR QUANTISATION (MFCC-VQ) SERTA SUM SQUARE ERROR (SSE) DAN PENGENALAN KATA MENGGUNAKAN METODA LOGIKA FUZZY Oleh : Atik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 SPEAKER IDENTIFICATION DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL DAN VECTOR QUANTIZATION UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI SUARA

PERBANDINGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL DAN VECTOR QUANTIZATION UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI SUARA PERBANDINGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL DAN VECTOR QUANTIZATION UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI SUARA M. G. J. Harry Khesa S 1, W. Setiawan 2, I.G.A.K. Diafari Djuni H 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro dan Komputer,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Suara Suara adalah sebuah sinyal yang merambat melalui media perantara. suara dapat didefinisikan sebagai gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu. Suara

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Membuat aplikasi pengenalan suara untuk pengendalian robot dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritma pembelajaran dan pemodelan dalam pengenalan suara.

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG TUGAS AKHIR MUHAMMAD AGUNG NURSYEHA 2211100164 Pembimbing: Dr. Muhammad

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berikut merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses penelitian penerapan Hidden Markov Models : 40 Studi Literatur dan Kepustakaan Rumusan

Lebih terperinci

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan

Lebih terperinci

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan BAB III HIDDEN MARKOV MODELS Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan yang dapat diamati. Tetapi terkadang ada urutan dari suatu keadaan yang ingin diketahui tetapi tidak dapat

Lebih terperinci

BIOMETRIK SUARA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET BERBASIS ORTHOGONAL DAUBENCHIES

BIOMETRIK SUARA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET BERBASIS ORTHOGONAL DAUBENCHIES Agustini, Biometrik Suara Dengan Transformasi Wavelet 49 BIOMETRIK SUARA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET BERBASIS ORTHOGONAL DAUBENCHIES Ketut Agustini (1) Abstract: Biometric as one of identification or recognition

Lebih terperinci

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2016) - Semarang, 10 Oktober 2016 ISBN:

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2016) - Semarang, 10 Oktober 2016 ISBN: Perintah Suara Berbahasa Indonesia untuk Membuka dan Menutup Aplikasi dalam Sistem Operasi Windows Menggunakan Metode Mel Frequency Cepstrum Coefficient dan Metode Backpropagation Zakaria Ramadhan 1, Sukmawati

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan ucapan (speech recognition) merupakan sistem yang dirancang untuk dapat mengenali sinyal suara, sehingga menghasilkan keluaran berupa tulisan. Input dari

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TINGKAT USIA MUDA, DEWASA DAN TUA MENGGUNAKAN METODE MFCC DAN FUZZY LOGIC BERBASISKAN SPEECH RECOGNITION

PENDETEKSIAN TINGKAT USIA MUDA, DEWASA DAN TUA MENGGUNAKAN METODE MFCC DAN FUZZY LOGIC BERBASISKAN SPEECH RECOGNITION PENDETEKSIAN TINGKAT USIA MUDA, DEWASA DAN TUA MENGGUNAKAN METODE MFCC DAN FUZZY LOGIC BERBASISKAN SPEECH RECOGNITION DETECTION OF THE LEVEL OF YOUTH, ADULTS AND ELDERLY BY USING MFCC METHOD AND FUZZY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi tentang pemasangan iklan di suatu radio (antara lain mengenai, jam berapa suatu iklan ditayangkan, dalam sehari berapa kali suatu iklan ditayangkan dan berapa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan BAB II DASAR TEORI 2. 1 Suara Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitude tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun benda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang pesat pada akhir-akhir ini mengingat perkembangan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang pesat pada akhir-akhir ini mengingat perkembangan teknologi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan bidang yang berkembang pesat pada akhir-akhir ini mengingat perkembangan teknologi yang mengarah kepada bidang

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WICARA BERDASARKAN CEPSTRUM. Ivanna K. Timotius, Danie Kurniawan. Intisari

SISTEM PENGENALAN WICARA BERDASARKAN CEPSTRUM. Ivanna K. Timotius, Danie Kurniawan. Intisari SISTEM PENGENALAN WICARA BERDASARKAN CEPSTRUM SISTEM PENGENALAN WICARA BERDASARKAN CEPSTRUM Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Program Studi Teknik Elektro, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga,

Lebih terperinci

2.4. Vector Quantization Kebisingan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Requirements Definition...

2.4. Vector Quantization Kebisingan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Requirements Definition... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

APLIKASI SPEECH TO TEXT BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENTS DAN HIDDEN MARKOV MODEL (HMM)

APLIKASI SPEECH TO TEXT BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENTS DAN HIDDEN MARKOV MODEL (HMM) APLIKASI SPEECH TO TEXT BERBAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENTS DAN HIDDEN MARKOV MODEL (HMM) Eko Widiyanto, Sukmawati Nur Endah, Satriyo Adhy, Sutikno Jurusan Ilmu Komputer/Informatika,

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN SUARA MENGGUNAKAN ALGORITMA FFT (FAST FOURIER TRANSFORM)

SISTEM PENGOLAHAN SUARA MENGGUNAKAN ALGORITMA FFT (FAST FOURIER TRANSFORM) SISTEM PENGOLAHAN SUARA MENGGUNAKAN ALGORITMA FFT (FAST FOURIER TRANSFORM) Harun Sujadi 1, Ii Sopiandi 2, Agis Mutaqin 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Majalengka

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBERADAAN TIKUS BERDASARKAN SUARANYA MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

IDENTIFIKASI KEBERADAAN TIKUS BERDASARKAN SUARANYA MENGGUNAKAN SMS GATEWAY IDENTIFIKASI KEBERADAAN TIKUS BERDASARKAN SUARANYA MENGGUNAKAN SMS GATEWAY Erni Seniwati 1), Ninik Tri Hartanti 2) 1 Sistem Informasi, STMIK Amikom erni.s@amikom.ac.id 2 Sistem Informasi, STMIK Amikom

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum Landasan teori dasar / umum yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. 2.1.1 Speaker Recognition Pada

Lebih terperinci

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz Data yang pada awalnya berupa chanel stereo diubah ke dalam chanel mono. Kemudian data tersebut disimpan dengan file berekstensi WAV. Praproses Pada tahap ini dilakukan ekstraksi ciri menggunakan metode

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan penelitian di dunia telekomunikasi sangat pesat beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya adalah penelitian di bidang suara. Suara adalah salah satu cara manusia

Lebih terperinci

Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model

Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model Ziaul Haq, Teknik Informatika S1,Universitas Dian Nuswantoro Semarang Abstract Pengenalan

Lebih terperinci

Identifikasi Suara Vokal Suku Banjar Berdasarkan Frekuensi Formant

Identifikasi Suara Vokal Suku Banjar Berdasarkan Frekuensi Formant Identifikasi Suara Vokal Suku Banjar Berdasarkan Frekuensi Formant Arfan Eko Fahrudin 1), Nofida Risna Diyanti 2) dan Tetti Novalina Manik 1) Abstrak: Telah dibuat program untuk mengidentifikasi suara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya teknologi telekomunikasi, internet menjadi sesuatu yang tidak lagi sulit dan mahal. Kemudahan ini menyebabkan internet dipenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicolokan ke komputer, hal ini untuk menghindari noise yang biasanya muncul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicolokan ke komputer, hal ini untuk menghindari noise yang biasanya muncul 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengambilan Database Awalnya gitar terlebih dahulu ditala menggunakan efek gitar ZOOM 505II, setelah ditala suara gitar dimasukan kedalam komputer melalui

Lebih terperinci

Identifikasi Pembicara dengan Menggunakan Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) dan Self Organizing Map (SOM)

Identifikasi Pembicara dengan Menggunakan Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) dan Self Organizing Map (SOM) Pembicara dengan Menggunakan Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) dan Self Organizing Map (SOM) Inggih Permana 1, Benny Sukma Negara 2 1 Universitas Sultan Sarif Kasim Riau 2 Universitas Sultan Sarif

Lebih terperinci

Verifikasi Biometrika Suara Menggunakan Metode MFCC Dan DTW

Verifikasi Biometrika Suara Menggunakan Metode MFCC Dan DTW Verifikasi Biometrika Suara Menggunakan Metode MFCC Dan DTW Darma Putra 1, Adi Resmawan 2 1 Staff pengajar Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT DAN DYNAMIC TIME WARPING UNTUK PENGENALAN NADA PADA ALAT MUSIK BELLYRA

IMPLEMENTASI MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT DAN DYNAMIC TIME WARPING UNTUK PENGENALAN NADA PADA ALAT MUSIK BELLYRA IMPLEMENTASI MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT DAN DYNAMIC TIME WARPING UNTUK PENGENALAN NADA PADA ALAT MUSIK BELLYRA Yusup Miftahuddin 1) Mira Musrini B 2) Muhammad Rifqi Hakim 3) 1) 2) 3) Teknik Informatika

Lebih terperinci

Implementation of Voice Recognition Based Key Using Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC)

Implementation of Voice Recognition Based Key Using Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 3998 IMPLEMENTASI KUNCI BERBASIS SUARA MENGGUNAKAN METODE MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT (MFCC) Implementation of Voice

Lebih terperinci

Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan Metode Berbasis Amplitudo

Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan Metode Berbasis Amplitudo Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php.jika Volume 2 Nomor 1 halaman 29-37 ISSN: 2089-6026 Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prinsip teknologi dikembangkan adalah untuk membuat alat atau sarana yang dapat membantu dan memberi kemudahan bagi manusia untuk melakukan kegiatan dalam hidup. Seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenali penggunanya lebih tepat. Beberapa aplikasi biometrik antara lain retinal

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenali penggunanya lebih tepat. Beberapa aplikasi biometrik antara lain retinal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biometrik adalah autentikasi secara biologis memungkinkan sistem dapat mengenali penggunanya lebih tepat. Beberapa aplikasi biometrik antara lain retinal scan, face

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Genre Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, genre adalah jenis, tipe, atau kelompok sastra atas dasar bentuknya. Jadi genre musik merupakan pengelompokan musik berdasarkan kemiripan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset di bidang sistem pengenalan ucapan otomatis (Automatic Speech Recognition) merupakan salah satu riset yang banyak ditekuni dan terus dikembangkan hingga saat

Lebih terperinci

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata,

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata, BAB III Hidden Markov Models (HMM) 3.1 Pendahuluan Rantai Markov mempunyai state yang dapat diobservasi secara langsung. Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata, beberapa

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN PENUTUR DENGAN METODE MEL-FREQUENCY WRAPPING DAN KUANTISASI VEKTOR

SISTEM PENGENALAN PENUTUR DENGAN METODE MEL-FREQUENCY WRAPPING DAN KUANTISASI VEKTOR SISTEM PENGENALAN PENUTUR DENGAN METODE MEL-FREQUENCY WRAPPING DAN KUANTISASI VEKTOR Ali Mustofa Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya Email: a_tofa@yahoo.com Abstrak - Pengenalan penutur adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. BAB II DASAR TEORI. Umum Pada kebanyakan sistem, baik itu elektronik, finansial, maupun sosial sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. Karena sebagian besar sinyal

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN CHORD PADA FILE MUSIK DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN PITCH CLASS PROFILES DAN HIDDEN MARKOV MODEL. Ivanna K. Timotius, Adhi Prayogo

SISTEM PENGENALAN CHORD PADA FILE MUSIK DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN PITCH CLASS PROFILES DAN HIDDEN MARKOV MODEL. Ivanna K. Timotius, Adhi Prayogo SISTEM PENGENALAN CHORD PADA FILE MUSIK DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN PITCH CLASS PROFILES DAN HIDDEN MARKOV MODEL Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Program Studi Teknik Elektro, Universitas Kristen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PROBABILISTIC NEURAL NETWORK UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR ARVIANI RIZKI

PENGEMBANGAN MODEL PROBABILISTIC NEURAL NETWORK UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR ARVIANI RIZKI PENGEMBANGAN MODEL PROBABILISTIC NEURAL NETWORK UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR ARVIANI RIZKI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PERNYATAAN

Lebih terperinci

Suara bisa dibuat database engine untuk pengenalan kata. Dengan aplikasi ini, dapat secara otomatis melakukan transkripsi suara, sehingga dapat mengur

Suara bisa dibuat database engine untuk pengenalan kata. Dengan aplikasi ini, dapat secara otomatis melakukan transkripsi suara, sehingga dapat mengur PEMBENTUKAN BASIS DATA UCAPAN DALAM BAHASA INDONESIA DAN PENGKODEANNYA BERDASARKAN LINEAR PREDICTIVE CODING (LPC) Elly Oktarina zonalee_cho@yahoo.com Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok

Lebih terperinci

Penerapan Perintah Suara Berbahasa Indonesia untuk Mengoperasikan Perintah Dasar di Windows

Penerapan Perintah Suara Berbahasa Indonesia untuk Mengoperasikan Perintah Dasar di Windows Penerapan Perintah Suara Berbahasa Indonesia untuk Mengoperasikan Perintah Dasar di Windows 1 Muhammad Anggia Muchtar, 2 Raisha Ariani Sirait, 3 Romi Fadillah Rahmat 1,2,3 Program Studi S1 Teknologi Informasi

Lebih terperinci

PENERAPAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENTS

PENERAPAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENTS PENERAPAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENTS (MFCC) SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN FONEM DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) SEBAGAI CLASSIFIER CLARA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan (Pertemuan ke-3) Disampaikan oleh: Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T. Program Studi Sistem Komputer Universitas Diponegoro 1. Sistem Pembentukan Ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia lainnya berbeda-beda intonasi dan nadanya, maka

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia lainnya berbeda-beda intonasi dan nadanya, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Suara adalah suatu alat komunikasi paling utama yang dimiliki oleh manusia. Dengan suara, manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Melalui suara,

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

Algoritma Viterbi dalam Metode Hidden Markov Models pada Teknologi Speech Recognition

Algoritma Viterbi dalam Metode Hidden Markov Models pada Teknologi Speech Recognition Algoritma Viterbi dalam Metode Hidden Markov Models pada Teknologi Speech Recognition Abstrak Angela Irfani 1, Ratih Amelia 2, Dyah Saptanti P 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik

Lebih terperinci

Penerapan Metode Mel Frequency Ceptral Coefficient dan Learning Vector Quantization untuk Text-Dependent Speaker Identification

Penerapan Metode Mel Frequency Ceptral Coefficient dan Learning Vector Quantization untuk Text-Dependent Speaker Identification Jurnal Telematika, vol. 11 no. 1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Penerapan Metode Mel Frequency Ceptral Coefficient dan Learning Vector Quantization untuk Text-Dependent Speaker

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL CODEBOOK UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR TONI HARYONO

PENGEMBANGAN MODEL CODEBOOK UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR TONI HARYONO PENGEMBANGAN MODEL CODEBOOK UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR TONI HARYONO DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV Marianus Hendra Wijaya 1), Linggo Sumarno 2) 1) Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universtas Sanata Dharma Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem ini hanya menggunakan beberapa perangkat keras yang umum digunakan, seperti mikrofon, speaker (alat pengeras suara), dan seperangkat komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi secara beruntun dan dengan kemungkinan yang berbeda-beda. Sebagai contoh sekarang

Lebih terperinci

Jurnal Komputer Terapan Vol. 1, No. 2, November 2015, Jurnal Politeknik Caltex Riau

Jurnal Komputer Terapan Vol. 1, No. 2, November 2015, Jurnal Politeknik Caltex Riau Jurnal Komputer Terapan Vol. 1, No. 2, November 2015, 121-132 121 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Aplikasi Pengenalan Ucapan Dengan Ekstraksi Ciri Mel- Frequency Cepstrum Coefficients

Lebih terperinci

PENGENALAN UCAPAN ANGKA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI FFT DAN FUNGSI SIMILARITAS KOSINUS

PENGENALAN UCAPAN ANGKA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI FFT DAN FUNGSI SIMILARITAS KOSINUS TUGAS AKHIR PENGENALAN UCAPAN ANGKA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI FFT DAN FUNGSI SIMILARITAS KOSINUS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL DAN VECTOR QUANTIZATION UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI SUARA

PERBANDINGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL DAN VECTOR QUANTIZATION UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI SUARA SKRIPSI PERBANDINGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL DAN VECTOR QUANTIZATION UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI SUARA MADE GDE JAYA HARRY KHESA S JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Knuth Morris Pratt pada Alat Penerjemah Suara

Implementasi Algoritma Knuth Morris Pratt pada Alat Penerjemah Suara Implementasi Algoritma Knuth Morris Pratt pada Alat Penerjemah Suara Bima Laksmana Pramudita (13511042) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Aplikasi Pengenalan Suara Dalam Pengaksesan Sistem Informasi Akademik

Aplikasi Pengenalan Suara Dalam Pengaksesan Sistem Informasi Akademik Aplikasi Pengenalan Suara Dalam Pengaksesan Sistem Informasi Akademik Jenny Putri Hapsari (L2F003511) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia jenny_putri_hapsari@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. aman semakin diperlukan untuk menjamin keamanan data. Berbagai solusi proteksi

Bab 1. Pendahuluan. aman semakin diperlukan untuk menjamin keamanan data. Berbagai solusi proteksi 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di era teknologi informasi khususnya internet, keberadaan sistem proteksi yang aman semakin diperlukan untuk menjamin keamanan data. Berbagai solusi proteksi tersedia

Lebih terperinci

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov A39 Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov Risa Septi Pratiwi dan Daryono Budi Utomo Departemen Matematika, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, Digital Signal Processing (DSP) atau pemrosesan sinyal digital sudah banyak diterapkan di berbagai bidang karena data dalam bentuk digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernah tepat, dan sedikitnya semacam noise terdapat pada data pengukuran.

BAB I PENDAHULUAN. pernah tepat, dan sedikitnya semacam noise terdapat pada data pengukuran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat sesuatu diukur maka beberapa data didapatkan. Umumnya pengukuran tidak pernah tepat, dan sedikitnya semacam noise terdapat pada data pengukuran. Mendapatkan data

Lebih terperinci

PENGUJIAN SINYAL AUDIO MULTICHANNEL DENGAN METODE SUBJECTIVE TEST BERDASARKAN REC. ITU-R BS

PENGUJIAN SINYAL AUDIO MULTICHANNEL DENGAN METODE SUBJECTIVE TEST BERDASARKAN REC. ITU-R BS PENGUJIAN SINYAL AUDIO MULTICHANNEL DENGAN METODE SUBJECTIVE TEST BERDASARKAN REC. ITU-R BS.1116-1 FADLUR RAHMAN 0910952042 DOSEN PEMBIMBING : Dr. IKHWANA ELFITRI Blok Diagram Sampel Audio Multichannel

Lebih terperinci

SISTEM PENILAIAN BERDASARKAN TEPUK TANGAN MENGGUNAKAN MFCC DAN CODEBOOK PUSPITA KARTIKA SARI

SISTEM PENILAIAN BERDASARKAN TEPUK TANGAN MENGGUNAKAN MFCC DAN CODEBOOK PUSPITA KARTIKA SARI SISTEM PENILAIAN BERDASARKAN TEPUK TANGAN MENGGUNAKAN MFCC DAN CODEBOOK PUSPITA KARTIKA SARI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Latar Belakang

1. Pendahuluan Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Musik merupakan sarana untuk menyimpan hasil karya seseorang. Dan hampir semua notasi musik dituliskan ke dalam not balok. Not balok adalah susunan nada yang ditulis

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Dalam proses pembuatan suatu sistem harus dilakukan penelitian dan penganalisaan tentang sistem yang akan dibangun, berikut adalah beberapa analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tugas kita, mempermudah kita mencari informasi. Komputer juga bisa bergerak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. tugas kita, mempermudah kita mencari informasi. Komputer juga bisa bergerak sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komputer adalah sebuah alat/mesin yang membantu kita untuk menyelesaikan tugas kita, mempermudah kita mencari informasi. Komputer juga bisa bergerak sebagai penghibur

Lebih terperinci