Lampiran 1. Tata cara pengukuran untuk SO 4 2-, PO 4 3-, Alkalinitas Total, COD, dan BOD
|
|
- Yulia Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lampiran. Tata cara pengukuran untuk SO 4 -,, Alkalinitas Total,, dan BOD -. Pengukuran SO 4 (HACH, 99) ml sampel dan ml akuades (blanko) masing masing ditambah dengan ml reagen Sulfaver 4, kemudian diguncang sampai bercampur semua. ml reagen Sulfide ditambahkan ke dalam ke dalamnya lalu diguncang hingga bercampur sempurna. Kandungan So - 4 diukur dengan spektrofotometer HACH DREL 000 pada panjang gelombang 680 nm.. Pengukuran (HACH, 99) Satu Phosver 3 Phospate Powder Pillow ditambahkan ke dalam ml sampel air. Kemudian dikocok sampai larut dan didiamkan selama menit agar reaksinya berjalan dengan sempurna. Mengukur kandungan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 890 nm, sebagai blanko digunakan sampel. 3. Pengukuran Kesadahan Total (HACH, 988) 0 sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 00 ml. Ditambahkan dengan 80 ml akuades kedalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan ke dalamnya 3 tetes Bromocressol Green Methil Red. Larutan ini kemudian dititrasi dengan Titration Cartridge H SO 4,6 N hingga titik akhir berwarna merah muda. Alkalinitas total (dalam mg CaCO 3 /l) dihitung dengan mengalikan digit volume titrasi yang dibutuhkan (digit required) dengan digit multiplier sesuai HACH (988), dalam hal ini digit multiplier adalah Pengukuran (Winarno dan Fardiaz, 974) ml HgSO 4 dimasukkan ke dalam erlenmeyer 00 ml. Ditambahkan dengan 0 ml sampel, kemudian ditambahkan 5 ml larutan diges (K Cr O 7 ). Dipanaskan pada air medidih selama 0 menit, setelah dingin ditambahkan 37,5 ml akuades. Ditambahkan,5 gram KI, kemudian dititrasi dengan larutan Na S O 3 0,00 N hingga berwarna kuning pucat. Setelah itu ditambahkan ml Amilum % dan diteruskan titrasi dengan Na S O 3 0,00 N hingga terbentuk warna hijau. Perhitungan = Blanko sampel N Na SO ml conto h pengenceran
2 Lampiran. (Lanjutan) 5. Penentuan Kadar Biologycal Oxygen Demand (BOD) (Alerts dan Santika,987) Cara Kerja:. Ke dalam sampel yang sudah ada dalam botol Winkler tambahkan dengan pipet ml larutan mangan sulfat di bawah permukaan cairan.. Tambahkan ml larutan alkali - iodida azida dengan pipet yang lain. Botol ditutup kembali dengan hati-hati untuk mencegah terperangkapnya udara dari luar, kemudian dikocok dengan membalik-balikkan botol beberapa kali. 3. Biarkan gumpalan mengendap selama 0 menit. 4. Bila proses pengendapan sudah sempurna, maka bagian larutan yang jernih dikeluarkan dari botol dengan menggunakan pipet, sebanyak 0 ml dipindahkan ke dalam erlenmeyer. 5. Tambahkan ml H SO 4 pekat pada sisa larutan yang mengendap dalam botol Winkler yang dialirkan melalui diding bagian dalam dari leher botol, kemudian botol segera ditutup kembali. 6. Botol digoyangkan dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut. Seluruh isi botol dituangkan secara kuantitatif ke dalam Erlenmeyer 500 ml (butir 3). 7. Iodin yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat 5 N sehingga terjadi warna coklat muda. 8. Tambahkan indicator kanji ml (akan timbul warna biru). Titrasi dengan tiosulfat dilanjutkan, sehingga warna biru tepat hilang. 9. Untuk menaikkan ketelitian analisa, dibuat duplikat setiap analisa. Perhitungan BOD5 = ( X 0 X 5) ( B0 B5)( I P) P BOD5 = sebagai mg O /l X0 X5 B0 B5 P = OT (oksigen terlarut) sampel saat t = 0 (mg O /l) = OT (oksigen terlarut) sampel saat t = 5 hari (mg O /l) = OT blangko saat t= 0 (mg O /l) = OT blangko saat t= 5 hari (mg O /l) = derajat pengenceran.
3 Lampiran. (Lanjutan) Perhitungan OT (mg O /l) = a. N.8000 V 4 OT a N V = oksigen terlarut (mg O /l) = volume titran natrium tiosulfat. = normalitas larutan natrium tiosulfat (ek/l) = volume botol Winkler (ml).
4 Lampiran. PP No.8 Tahun 00 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Parameter Satuan Kelas Keterangan Fisika I II III IV Temperatur C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi tempertur dari keadaan alamiahnya Residu terlarut mg/l 000 Residu tersuspensi mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi 5000mg/L KIMIA ANORGANIK 5-9 Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah BOD mg/l 3 6 mg/l DO mg/l Angka batas minimum Total Fosfat mg/l 5 sebagai P NO 3 sebagai N mg/l NH 3 -N mg/l Bagi perikanan, kandungan amoniak bebas untuk ikan yang peka Arsen mg/l 0,05 Kobalt mg/l Barium mg/l Boron mg/l Selenium mg/l 0,05 0,05 0,05 mg/l sebagai NH 3
5 Lampiran. (Lanjutan) KIMIA ANORGANIK Kadmium mg/l Krom(VI) mg/l 0,05 0,05 0,05 Tembaga mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu mg/l Besi mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe 5 mg/l Timbal mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb 0. mg/l Mangan mg/l 0, Air raksa mg/l 0,00 0,00 0,00 0,004 Seng mg/l 0,05 0,05 0,05 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn 5 mg/l Klorida mg/l Sianida mg/l - Fluorida mg/l,5,5 - Nitrit sebagai N mg/l 0,06 0,06 0,06 - Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO -N mg/l Sulfat mg/l Klorin bebas mg/l - Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belerang sebagai H s mg/l 0,00 0,00 0,00 - Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H S 0, mg/l
6 Lampiran. (Lanjutan) MIKROBIOLOGI Fecal coliform Jml/00ml Total coliform Jml/00ml RADIOAKTIVITAS Gross - A Bq/L 0, 0, 0, 0, Gross -B Bq/L KIMIA ORGANIK Minyak dan g/l - lemak Detergen g/l sebagai MBAS Senyawa fenol g/l - sebagai fenol BHC g/l Aldrin/ Dieldrin g/l Klordan g/l DDT g/l Heptaklor dan g/l heptaklor epoksida Lindane g/l Metoksiklor g/l Endrin g/l Toxaphan g/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal koliform 000 jml/00 ml dan total coliform 0 jml/00 ml.
7 Lampiran. (Lanjutan) Keterangan: mg = miligram g = mikrogram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk dan DO Bagi merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum Nilai DO merupakan batas minumum Arti di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda adalah lebih kecil PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. MEGAWATI SOEKARNO PUTRI
8 Lampiran 3. Keputusan Menteri Negara Ligkungan Hidup nomor 5 Tahun 003. Penentuan Status Mutu Air dengan Metoda Indeks Pencemaran Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 5 Tahun 003 Tanggal: 0 Juli 003 PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN METODA INDEKS PENCEMARAN I. Uraian Metode Indeks Pencemaran Sumitomo dan Nemerow (9), Universitas Texas, A.S., mengusulkan suatu indeks yang berkaitan dengan senyawa pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan. Indeks ini dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran (Pollution Index) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan (Nemerow, 974). Indeks ini memiliki konsep yang berlainan dengan Indeks Kualitas Air (Water Quality Index). Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai. Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. IP mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independent dan bermakna.
9 Lampiran 3. (Lanjutan) II. Definisi Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. PIj = (C/Lj, C/Lj,,Ci/Lij)....(-) Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh parameter kualitas air. Nisbah ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij =,0 adalah nilai yang kritik, karena nilai ini diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu Baku Mutu Peruntukan Air. Jika Ci/Lij >,0 untuk suatu parameter, maka konsentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, kalau badan air digunakan untuk peruntukan (j). Jika parameter ini adalah parameter yang bermakna bagi peruntukan, maka pengolahan mutlak harus dilakukan bagi air itu. Pada model IP digunakan berbagai parameter kualitas air, maka pada penggunaannya dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolok-ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai lebih besar dari. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum PIj = {(Ci/Lij)R,(Ci/Lij)M}.....(-) Dengan (Ci/Lij)R : nilai,ci/lij rata-rata (Ci/Lij)M : nilai,ci/lij maksimum Jika (Ci/Lij)R merupakan ordinat dan (Ci/Lij)M merupakan absis maka Pij merupakan titik potong dari (Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M dalam bidang yang dibatasi oleh kedua sumbu tersebut. (Ci/Lij) R (Ci/Lij) M Gambar.. Pernyataan Indeks untuk suatu Peruntukan (j) Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij)R dan atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari,0. Jika nilai maksimum Ci/Lij dan atau nilai rata-rata
10 Lampiran 3. (Lanjutan) Ci/Lij makin besar, maka tingkat pencemaran suatu badan air akan makin besar pula. Jadi panjang garis dari titik asal hingga titik Pij diusulkan sebagai faktor yang memiliki makna untuk menyatakan tingkat pencemaran m Ci Lij R Pij = m Ci Lij (-3) Dimana m = faktor penyeimbang Keadaan kritik digunakan untuk menghitung nilai m PIj =,0 jika nilai maksimum Ci/Lij =,0 dan nilai rata-rata Ci/Lij =,0 maka,0 = m ( ) () m = /, maka persamaan 3 menjadi PIj = Ci Lij Ci Lij m R..(-4) Metoda ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter tertentu. Evaluasi terhadap nilai PI adalah : 0 PIj,0 memenuhi baku mutu (kondisi baik),0 < PIj 5,0 cemar ringan 5,0 < PIj 0 cemar sedang PIj > 0 cemar berat III. Prosedur Penggunaan Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu suatu Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij.
11 Lampiran 3. (Lanjutan) Harga Pij ini dapat ditentukan dengan cara :. Pilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik.. Pilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang. 3. Hitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan cuplikan. 4.a. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan, yaitu : Cim Ci (Ci/Lij)baru = Cim Lij hasilpengukuran 4.b. Jika nilai baku Lij memiliki rentang - untuk Ci < Lij rata-rata (Ci/Lij) baru = Ci Lij rata Lij Lij min imum - untuk Ci > Lij rata-rata rata rata rata (Ci/Lij) baru = Ci Lij rata Lij maksimum Lij rata rata rata 4.c. Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan,0, misal C/Lj = 0,9 dan C/Lj =, atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 0,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah : () Penggunaan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari,0. () Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari,0. (Ci/Lij)baru =,0 + P.log(Ci/Lij)hasil pengukuran P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5). 4. Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M).
12 Lampiran 3. (Lanjutan) 5. Tentukan harga PIj PIj = Ci Lij Ci Lij m R IV. Contoh Perhitungan Pada contoh berikut ini diberikan data untuk suatu sampel sungai yang akan ditentukan indeks pencemarannya (IP). Hasil pengukuran sampel diberikan pada kolom (Ci) dan baku mutu perairan tersebut diberikan pada kolom 3 (LiX). Pada contoh perhitungan hanya digunakan 6 parameter saja. Contoh yang diberikan berikut ini hanya bertujuan agar pemakai metoda Indeks Pencemaran dapat memahami cara menghitung harga PIj. Tabel.. Contoh penentuan IP untuk baku mutu x Parameter Ci Lix Ci/Lix Ci/Lixbaru TSS DO Fecal coliform BOD Se ,0 7,0,5 8,5 4,0 5, Contoh perhitungan TSS : C /L X = 00 / 50 = C /L X > Maka gunakan persamaan (Ci/Lij)baru (C /L X )baru =,0 + 5 log =,5 Catatan : Ci/Lij baru dihitung karena nilai Ci/Lij yang berjauhan untuk Ci/Lij < digunakan Ci/Lij hasil pengukuran, tetapi bila Ci/Lij > perlu dicari Ci/Lij baru. Contoh perhitungan DO : DO merupakan parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas akan menrun. Maka sebelum menghitung C/LX harus dicari terlebih dahulu harga C baru. DOmaks = 7 pada temperatur 0C
13 Lampiran 3. (Lanjutan) C baru = C/LX = (5/3) / 6 = 8 Contoh perhitungan : Karena harga baku mutu memiliki rentang, maka penetuan C 3 /L 3X dilakukan dengan 6 9 cara : L 3X rata-rata = C 3 /L 3X = 8 7,5 = 9 8 = 7,5 C 3 > L 3X rata-rata Tentukan nilai (Ci/LiX)R =,58 (nilai rata-rata dari kolom 5) Tentukan nilai (Ci/LiX)M = 5, (nilai maksimum dari kolom 5) Dengan menggunakan persamaan pada langkah no 5 (lihat prosedur 3.), maka dapat ditentukan nilai P IX = 4,0. Apabila kemudian data air sungai yang sama ingin dibandingkan terhadap baku mutu yang berbeda, misalnya Y (kolom II, Tabel 3.3), maka perhitungannya menjadi sebagai berikut: Tabel.3. Contoh penentuan IP untuk baku mutu Y Parameter Ci Liy Ci/Liy Ci/Liybaru TSS DO BOD Se Dari Tabel.3., maka dapat ditentukan nilai-nilai berikut: (Ci/Li Y ) R = (Ci/Li Y ) M = 8 PI Y = 6 Jika dibandingkan antara contoh pada Tabel. dengan contoh pada Tabel.3, maka dapat diambil kesimpulan bahwa air sungai yang diukur memenuhi baku mutu Y dan tidak memenuhi baku mutu X. Jadi bila nilai PI lebih kecil dari,0, maka sampel air tersebut memenuhi baku mutu termaksud, sedangkan bila lebih besar dari,0, sampel dinyatakan tidak memenuhi baku mutu.
14 Lampiran 3. (Lanjutan) Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 0 Juli 003 Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Nabiel Makarim, MPA, MSM Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
15 Lampiran 4. Penentuan Indeks Pencemaran ditelaah berdasarkan konsentrasi dan dan beberapa parameter fisiko kimiawi air sumur di dusundusun sekitar TPA Ngronggi, Salatiga. Nomor Sumur Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori TDS TDS 3 TDS 4 TDS 5 TDS 6 TDS 7 TDS 00 5,8 7, ,0 36, ,,46 4 0,00 0 6,4 9,44 6 0,00 80,07 5,55 7 0,00 0,00 0 5,6 7,49 0, 0, ,8,38 0 0,00 0,,3,09,35 0,,48 8 0, 0,90, 0,,5 3,3,07,35 0, 0,,7 0,5,3 6,5 0, 0,,7,8,65 0,,85 5,5 0, 0,90,40 0,,88 3,57,5,65 0, 0,,5 0,88,7 6,99 0,,3 Cemar ringan 4,00 Cemar ringan,47 Cemar ringan, Cemar ringan, Cemar ringan,47 Cemar ringan,4 Cemar ringan
16 Nomor Sumur Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori 8 TDS 9 TDS 0 TDS TDS TDS 3 TDS 4 TDS 0 6, 9,44 0, ,5 7,49 6 0, ,5 9,44 9 5,7,34 7 0,008 0, ,7, ,5 3,33 5 0,006 6,7,38 3 0,00 5 7, 0,06,33 0 3,3 0,05,33,45 7, 5 3,93 0 0,05,,0,4 7,75,5 3 6,5 5 7,6 0,06,6 0 3,59 0,05,6, ,93 0 0,05,40,0,90 7,,88 3 6,30 0,9 Kondisi baik,68 Cemar ringan,44 Cemar ringan,88 Cemar ringan,8 Cemar ringan,74 Cemar ringan,03 Cemar ringan
17 Nomor Sumur Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori 5 TDS 6 TDS 7 TDS 8 TDS 9 TDS 0 TDS TDS ,44 0, ,4 9 0, ,,34 4 0,004 0,04 6,3,7 7 0, ,9 5,55 0,00 0, ,7 3,33 8 0, ,6 3,6 5 0,04 0,05 5,5 0,05 3 0,9,5 7 5,,0,85,07,6 0, 3 0,,,4 0, 0,06,7 4 3,75 0,05 5,88 0,05 3 0,9,88 7 5,40,5,0 3,7,5 3,07 0, 3,39 0,,40,90 0, 0,06,5 4 3,87,5,97 Cemar ringan,44 Cemar ringan,9 Cemar ringan,4 Cemar ringan,59 Cemar ringan,6 Cemar ringan,93 Cemar ringan
18 Nomor Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori Sumur TDS 5,7 3,6 8 0,00, 4 4,4 0,,40 4 4, 0, 3,0 Cemar ringan 3 TDS 4 TDS TDS 6 TDS 7 TDS 8 TDS 00 6,4,46 4 0, ,3,46 0,007 6,3 4,7 7 0,005 0, ,,7 7 0,005 0, ,3,46 3 0, ,98 0,00 0,04 0, 3 0,90,7 0,06 0,90,6,5 0,99, 7,0,85 0, 0,90,65 99, 0, 3 0,90,5 0,06 0,90,0,88 0,99,76 7,0,34,5 0, 0,90,09 99,0,505,6 Cemar ringan,6 Cemar ringan,07 Cemar ringan,97 Cemar ringan,6 Cemar ringan,89 Cemar ringan
19 Nomor Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori Sumur 9 TDS 90 5,7 8,7 4 0,00, 488,,5, ,3959,8805,49 Cemar ringan 30 TDS 3 TDS 3 TDS 33 TDS 34 TDS 35 TDS 6 7,49 4 0, , 5, ,98 0, ,8 4,98 0,007 0, ,7 4,98 3 0,006 5,8,7 0, ,,05 0, 99,,5 0,, , 99,5,3,008,5,5 996,3959,059 0, 99,0,8805 0,, ,3856, ,3035,754,033,8805,8805,3 Cemar ringan 9 Kondisi baik,4 Cemar ringan,5 Cemar ringan,5 Cemar ringan,54 Cemar ringan
20 Nomor Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori Sumur 36 TDS 0 5,9,38 6 0,006 0,06 0,,07 55,3 3 0,,469 55,5697 3,3856,56 Cemar ringan 37 TDS 38 TDS 39 TDS 40 TDS 4 TDS 4 TDS 80 5,8 8,7 0, ,5 7, 0,00 0 5,9 9,44 3 0,008 5,9 9,44 8 0,004 0, ,44 0, ,7 4,8 0,9,3 488,33,0888,6 0,,07,5,5,07,4,5,50, 0, 0,,,65 0,95, ,693,847 3,0749 0,,5,30,88,5,90,99,88, 0, 0,,40,09 0,95 0,98 Kondisi baik,34 Cemar ringan,5 Cemar ringan,33 Cemar ringan,44 Cemar ringan,63 Cemar ringan
21 Nomor Sumur Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori 43 TDS 44 TDS 45 TDS 46 TDS 47 TDS 48 TDS 49 TDS 30 5,5,38 4 0, ,9 3,33 4 0, , ,8 8,7 0, 90 5, , ,7 5,55 0, ,7,38 4 0,005,33 6,7,07, 0,,7,4,3 5,5,33,,55,5 0,, 6,,6 6,5,5,5,7 0,,5,73,7 5,88,6,40,95,88 0,,40 6,40,00 Cemar ringan,04 Cemar ringan,39 Cemar ringan,45 Cemar ringan,30 Cemar ringan,56 Cemar ringan,4 Cemar ringan
22 Nomor Sumur Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori 50 TDS 5 TDS 5 TDS 53 TDS 54 TDS 55 TDS 56 TDS ,49 0, ,3 8,7 9 0,00 0,04 6, 9,44 6 0, , 9,44 5 0,004 5,5 8,7 0 0, ,7,38 8 0,00 6,0 5,55 4 0,005 0, 0,6 0, 0, 5,45 0,,3 0, 7,75,5,33 5,5 4, 6 3,4, 0,,0 0, 0, 5,95 0,,5,57 0, 7,,88,6 5,5,88 4,40 6 3,66,7,54 Cemar ringan, Cemar ringan,3 Cemar ringan,73 Cemar ringan,99 Cemar ringan,7 Cemar ringan,04 Cemar ringan
23 Nomor Sumur Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori 57 TDS 58 TDS 59 TDS 60 TDS 6 TDS 6 TDS 63 TDS 40 6,3,75 8 0,00 0 5, ,004 0,04 5,6 3,33 7 0, ,9,7, 0, , 5,55 6 0, ,8,66 0, ,5 6,75 0,0 0,04 7,4 0,,5 0,,07,5,7,35,07,0 6,,8 3,3 7,5 0,,5,33 7 7,90 0,,88 0,,5,30,5,5,86,5,0 4,93,8 3,7 7,88 0,,88,6 7,5,0 Cemar ringan,9 Cemar ringan,8 Cemar ringan 3,6 Cemar ringan, Cemar ringan,50 Cemar ringan,90 Cemar ringan
24 Nomor Sumur Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori 64 TDS 65 TDS 66 TDS 67 TDS 68 TDS 69 TDS TDS 00 5,6 9 0, 0, ,6 7,86 0, ,8 5,48 0,9 5,4 6,75 0,00 0,04 0 5,6 6,75 0,06 0, ,6 3,33 5 0,004 5,9,38 7 0,00 0,,7 5 0,,5,7 5,5,3 0,95,4 7 0,,7 7,5 4,7 3,75,07 6,35 0, 0,,5 5 0,,88,5 5,88,7 0,95,73 7,5 0,,5 7,88 4,5 3,87,5 6,65 0,,45 Cemar ringan,46 Cemar ringan,03 Cemar ringan,9 Cemar ringan,46 Cemar ringan,89 Cemar ringan,30 Cemar ringan
25 Nomor Parameter Ci Li Ci/Li Ci/Li baru Nilai IP Kategori Sumur 7 TDS 90 6, 6,85 0,004 0,0674 0, Kondisi baik 7 TDS 73 TDS 74 TDS 75 TDS 76 TDS 80 6, 3,33 8 0, ,49 6 0, ,9 43,06 0, ,7,38 0,00 5,9 7,49 5 7,4,5 0,,8,07,7, 6,5,07 0 4,,5 7,73,88 0,,8,5,8,4 6,88,5 0 4,4,88,5 Cemar ringan,73 Cemar ringan,67 Cemar ringan,47 Cemar ringan 3,08 Cemar ringan
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit
Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
Lampiran 1. Baku Mutu Kualitas Air Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Tabel 4. Standar Baku Mutu Kualitas Air
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA
LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA o C Temperatur mg/l Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/l
Lebih terperinciLAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER
LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2
Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok Didiamkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN KELAS AIR PADA SUNGAI DI WILAYAH KABUPATEN TABALONG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
Lebih terperinciPENENTUAN STATUS MUTU AIR
PENENTUAN STATUS MUTU AIR Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alami, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Sungai berfungsi menampung
Lebih terperinci: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)
LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1
Lebih terperinciLampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur
LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No. 27 2000 Seri D PERATURAN DAERAH JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2000 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CITARUM DAN ANAK-ANAK SUNGAINYA DI JAWA BARAT
Lebih terperinciLampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9
97 Lampiran 1 ph Alat Ukur : ph meter Prosedur Pengukuran 1. Kalibrasi dengan larutan buffer sampai ph 4 2. Pengukuran ph air gambut (dicelupkan ph meter ke air gambut) 3. Dicatat berapa ph yang terukur
Lebih terperinciLAMPIRAN I. No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
LAMPIRAN I Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. I. PARAMETER WAJIB No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU
85 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No Parameter Satuan A. FISIKA Bau Jumlah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
SALINAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciANALISIS BOD dan COD DI SUNGAI SROYO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI DI KECAMATAN JATEN
ISBN : 979-498-467-1 Kimia Anorganik, Analitik, Fisika, dan Lingkungan ANALISIS BOD dan COD DI SUNGAI SROYO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI DI KECAMATAN JATEN Nanik Dwi Nurhayati Program Studi P.Kimia FKIP UNS
Lebih terperinciL A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH
L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH 323 BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI KECAP PARAMETER BEBAN PENCEMARAN Dengan Cuci Botol (kg/ton) Tanpa Cuci Botol 1. BOD 5 100 1,0 0,8 2. COD 175 1,75 1,4 3. TSS
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 13 2000 SERI D KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 28 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CIWULAN DAN SUNGAI CILANGLA DI JAWA
Lebih terperinciPENENTUAN STATUS MUTU AIR
PENENTUAN STATUS MUTU AIR I. METODE STORET I.. URAIAN METODE STORET Metode STORET ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui
Lebih terperinciLampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.
Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. No Parameter Fisik, Kimia, Biologi Satuan Alat 1 Temperatur air 0 C Termometer Air Raksa 2 DO (Oksigen Terlarut)
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PASURUAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang
Lebih terperinciBAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi
17 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian di Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lebih terperinciBerdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :
. PENDAHULUAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciLampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3
Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Kerang Diambil daging Ditambah 25 ml aquades Ditambah 10 ml HNO 3 Dipanaskan dengan suhu 120 0 C selama 30 menit Didinginkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
Lampiran PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat
Lebih terperinciLAMPIRAN I PROSEDUR ANALISA TSS
165 LAMPIRAN I PROSEDUR ANALISA TSS 1. Alat a. Cawan penguapan, diameter 90 mm, kapasitas 100 ml, terbuat dari porselin b. Oven untuk pemanasan 105 o C c. Desikator d. Kertas Saring e. Timbangan analitis,
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l
Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l No Panjang Gelombang % T Absorbansi (nm) 1 500 75 0,1249 2 505 74 0,1308 3 510 73
Lebih terperinciTARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA
TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.
Lebih terperinciLampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan
Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat Larutan Sampel Berwarna Coklat 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan 1 ml
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan komposisi pencampuran air
Lampiran 1. Perhitungan komposisi pencampuran air DO (mg/l) Kedalaman A B rata-rata 0 7,5 7,7 7,60 Ketebalan kolom air yang terwakili 4 meter (kedalaman 0 sd 4 meter) 2 6,6 7,0 6,80 4 6,1 6,3 6,20 6 3,7
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011, berlokasi di mata air Kuluhan dan Jabung serta sungai alirannya di Desa Jabung,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk memetakan kualitas air tanah di Desa Dauh Puri Kaja Kota Denpasar. 4.2. Lokasi
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG BAKU MUTU AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,
SALINAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG BAKU MUTU AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang : a. bahwa pencemaran lingkungan hidup disebabkan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Data Hasil Analisis Laboratorium Terhadap Air Tanah di Desa Dauh Puri Kaja Kota Denpasar
35 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Data Hasil Analisis Laboratorium Terhadap Air Tanah di Desa Dauh Puri Kaja Kota Denpasar Hasil uji laboratorium terhadap air tanah menunjukkan bahwa beberapa parameter telah
Lebih terperinciNO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 16 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.
BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa
Lebih terperinciINDEKS KUALITAS AIR (IKA)
INDEKS KUALITAS AIR (IKA) Metode IKA di Indonesia Metode Storet PI (Pollution Index) Dirujuk oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. 1 Penentuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2017 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BESARAN NILAI PEROLEHAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sumber mata air Kuluhan dan alirannya di Desa Jabung Kecamatan Panekkan Kabupaten Magetan. Sumber mata air Kuluhan terletak
Lebih terperinciI. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.
I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN II. TUJUAN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan oksigen kimia 3. Untuk mengoksidasi
Lebih terperinciTabel Lampiran 2. Sifat fisik dan kimia air permukaan
LAMPIRAN 58 59 Tabel Lampiran 1. Sifat kimia air hujan No Contoh Air ph P-total (mg/l) Nitrat (mg/l) Pb (mg/l) 1 Air Hujan 1 6.3 0.25 6.2 0.13 2 Air Hujan 2 6.3 0.2 0 0.09 3 Air Hujan 3 6.1 0.33 6.2 0.13
Lebih terperinciph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15
69 Lampiran 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :06 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN YANG MELAKUKAN LEBIH DARI
Lebih terperinciGUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR
GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR I. DATA PEMOHON Data Pemohon Baru Perpanjangan Pembaharuan/ Perubahan Nama Perusahaan Jenis Usaha / Kegiatan Alamat........
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan lingkungan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut
Lebih terperinciBAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.
BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL
Lebih terperinciPENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A
PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016
Lebih terperinciLAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU
LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU 1. Kadar Air Suhu Massa awal Massa akhir (gr) ( o C) (gr) I II III IV V 500 4,77 4,82 4,80 4,79 4,80 600 4,64 4,63 4,64 4,65 4,64 700 5 4,53 4,54
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015
BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciAnalisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda
24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Way Sekampung Tahun 2013 dan 2014, dimana pada Tahun 2013 dilakukan 4 kali pengambilan sampel dan pada Tahun 2014 dilakukan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 200 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciLAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet
LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna Benda uji Tabung reaksi berisi laktosa broth Di Pipet Diinkubasi pada suhu 35 ± 0,5ºC selama 24 jam Tahap Pendugaan Gas + dalam 24 jam Gas dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada 7 Oktober 2015 hingga 7 November 2015 di Sub Lab Kimia FMIPA UNS dan Balai Laboratorium Kesehatan
Lebih terperinciLaporan Pemantauan Kualitas Air di Pravinsi Papua Tahun
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas kehendak-nya laporan ini dapat diselesaikan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Pemantauan Kualitas
Lebih terperinciLampiran 1 Bagan alir penelitian
LAMPIRAN 10 11 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Botol PET kosong diisi dengan air minum dan didiamkan selama enam jam Sampel botol dan isinya Pengukuran DEHP terlarut awal Isi air dibuang, botol dibiarkan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO
PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sepriani, Jemmy Abidjulu, Harry S.J. Kolengan Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciTARIF LINGKUP AKREDITASI
TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan
Lebih terperinciSTUDI STATUS MUTU AIR SUMUR DANGKAL DI KECAMATAN MANGGALA KOTA MAKASSAR
PROSIDING 3 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI STATUS MUTU AIR SUMUR DANGKAL DI KECAMATAN MANGGALA KOTA MAKASSAR Jurusan Teknik Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. Tamalanrea
Lebih terperinciPenentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius
Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi oleh: Yulfiperius Pendahuluan Alat-alat ukur : ph meter, oksigen meter, dan pengukur (probe) amonia. Alat-alat diatas amatlah berguna namun tidak murah.
Lebih terperinciOleh : Putri Paramita ( )
Tugas Akhir SB-091358 Oleh : Putri Paramita (1507100006) Dosen Pembimbing: Dr.rer.nat. Maya Shovitri, M.Si Nengah Dwianita Kuswytasari S.Si., M.Si Limbah Organik Sungai Tercemar BOD, COD, TSS, TDS, ph
Lebih terperinciLAMPIRAN. 200 mg / L Minyak dan lemak 25 mg/l. Amoniak (N-NH.-,) 0,5 nig/l
LAMPIRAN Lampiran 1. a. Keputusan Gubemur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor KPTS.764/ XI1/1994 t&ntang baku mutu air terproduksi penambangan minyak bumi di darat, tanggal 22 Desember 1994. Parameter Konsentrasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan dan pengawetan sampel plankton dilakukan di Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu Magetan Jawa Timur pada bulan Agustus 2011 dengan denah
Lebih terperinciLampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng
59 Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 60 Lampiran 2. Diagram alir pengolahan air oleh PDAM TP Bogor 61 Lampiran 3. Perbandingan antara kualitas air baku dengan baku mutu pemerintah
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian ini diuraikan dengan bentuk, sasaran, strategi penelitian, sumber data, teknik pengambilan data, teknik sampling, pengembangan validitas penelitian, analisis
Lebih terperinciSLHD Kabupaten Sinjai Tahun 2013 BUKU DATA I- 1
SLHD Kabupaten Sinjai Tahun 2013 BUKU DATA I- 1 BAB 1 KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA I-A. Lahan Dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan / Tutupan Lahan No. Kecamatan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM
BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi.
LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi. KUESIONER DAMPAK PEMUPUKAN NITROGEN DOSIS TINGGI PADA USAHATANI SAYURAN
Lebih terperinciLampiran F - Kumpulan Data
Lampiran F - Kumpulan Data TABEL 1.1.d. PEMANTAUAN KUALITAS AIR Jenis Perairan : Sungai Code Tahun Data : Desember 2006 Air Klas III Titik 1 Titik 2 1 1 Residu terlarut *** mg/l 1000 245 280 2 Residu tersuspensi
Lebih terperinciStasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang
LAMPIRAN 10 Lampiran 1 Stasiun pengambilan contoh bivalvia Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan Stasiun II Karang, Pulau Tarahan Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5
III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)
Lebih terperinciLampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN YANG MELAKUKAN PENGOLAHAN AIR
Lebih terperinciSNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-080-IDN Bahan atau produk yang Jenis Pengujian atau sifat-sifat yang Spesifikasi, metode pengujian, teknik yang Kimia/Fisika Pangan Olahan dan Pakan Kadar
Lebih terperinciJURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015
JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 PENYEBARAN POTENSI AIR TANAH DANGKAL UNTUK KEBUTUHAN AIR BERSIH BERDASARKAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR PESISIR TELUK KENDARI Irawati 1), Firdaus
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri
PENENTUAN KADAR CuSO 4 Dengan Titrasi Iodometri 22 April 2014 NURUL MU NISAH AWALIYAH 1112016200008 Kelompok 2 : 1. Widya Kusumaningrum (111201620000) 2. Ipa Ida Rosita (1112016200007) 3. Ummu Kalsum A.L
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata
11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM
BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengujian Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah- Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM No. 17 Kampung
Lebih terperinciPENENTUAN STATUS PENCEMARAN KUALITAS AIR DENGAN METODE STORET DAN INDEKS PENCEMARAN (Studi Kasus: Sungai Indragiri Ruas Kuantan Tengah)
PENENTUAN STATUS PENCEMARAN KUALITAS AIR DENGAN METODE STORET DAN INDEKS PENCEMARAN (Studi Kasus: Sungai Indragiri Ruas Kuantan Tengah) Chitra Hermawan Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Kuantan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO, Menimbang
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 202 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
Lebih terperinciFORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT I. INFORMASI UMUM A. Pemohon 1. Nama Pemohon :... 2. Jabatan :... 3. Alamat :...
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sokaraja dengan kondisi lingkungan dominan pemukiman penduduk
II. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o 21'31"
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1. bahwa air merupakan salah satu sumber
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I ;
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 28 / KPTS/013/2005 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM KUALITAS AIR PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA (PIT) I SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode
Lebih terperinciA = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)
LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Banyumas dan mengalir dari bagian selatan kaki Gunung Slamet di Desa Pajerukan
Lebih terperinci