BAB I PENGANTAR Latar Belakang. bangsa. Sebagai generasi muda penerus bangsa, sudah
|
|
- Sukarno Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Generasi Muda merupakan satu element terpenting dalam menjaga pelestarian budaya bangsa. Sebagai generasi muda penerus bangsa, sudah menjadi kewajiban untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan negaranya. Pemberdayaan generasi muda dalam keikutsertaan melestarikan budaya dan menjaga benda-benda peninggalan cagar budaya sangat tepat karena mampu mempercepat kemajuan dunia industri budaya dan pariwisata Indonesia di masa yang akan datang, meskipun hal demikian tidak mudah untuk diwujudkan mengingat kurangnya apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan dan warisan benda-benda cagar budaya mereka sendiri. Kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan warisan cagar budaya menjadi salah satu faktor semakin tingginya ancaman terhadap cagar budaya di Indonesia. Beberapa ancaman terhadap perusakan tinggalan cagar budaya yakni disebabkan faktor alam dan faktor manusia (pencurian, penggalian, pemalsuan benda-benda cagar budaya). Kondisi ini diperparah dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah sehingga melakukan perburuan barang-barang peninggalan cagar budaya yang memiliki nilai jual tinggi dan minimnya penegakan hukum di Indonesia. Indonesia sendiri pada dasarnya merupakan salah satu bangsa di dunia yang memiliki warisan cagar budaya yang begitu tinggi nilai budayanya. Sebagai contoh yaitu: Kompleks Candi Borobudur dan Komplek Candi Prambanan di Yogyakarta serta Situs Biting di Lumajang. Selain ketiga 1
2 2 situs tersebut, Indonesia masih memiliki ribuan situs lainya yang tersebar diseluruh nusantara. situs-situs tersebut ada yang terawat baik dan sebagian lagi tidak terawat dengan baik. Salah satu situs peninggalan Kerajaan Majapahit sebagai warisan peninggalan cagar budaya yang saat ini mendapatkan perhatian lebih dari para generasi muda dan penggiat budaya yaitu Situs Biting yang terhadap di Kabupaten Lumajang. Kabupaten Lumajang merupakan daerah yang terletak di kawasan tapal kuda di Provinsi Jawa Timur. Letak wilayah Lumajang diapit oleh tiga gunung yaitu Gunung Semeru, Gunung Lamongan, dan Gunung Bromo. Letaknya yang diapit oleh tiga gunung menyebabkan kawasan ini sangat subur. Kabupaten Lumajang adalah daerah yang sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Daha pada masa pemerintahan Wisnuwardhana. Pada prasasti Mula Malurung sudah dikenal nama Lamajang yang merupakan nama kuno Lumajang. Prasasti ini ditemukan dengan angka tahun 1177 Saka atau 1255 Masehi dan nama Lamajang dikenal secara resmi. Pendiri Kerajaan Lamajang ialah seorang Adipati Sumenep yakni Banyak Wide atau Arya Wiraraja. Pada saat Raden Wijaya melarikan diri ke Madura, Arya Wiraraja menyambut keluarga Raden Wijaya dan membantunya berperang melawan Jayakatwang dan pasukan Mongol (Drake, 2012: 24). Ketika bumi Jawa sudah kembali tenang, berdasarkan perjanjian Sumenep, Raden Wijaya membagi Jawa Timur menjadi 2 yakni, Jawa Timur bagian barat beribukota di Trowulan dengan Kerajaan bernama Majapahit dan Jawa Timur bagian Timur beribukota di Lamajang dengan nama Kerajaan Lamajang Tigang Juru.
3 3 Lamajang Tigang Juru didirikan hampir bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Majapahit. Sedangkan Arya Wiraraja dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Lamajang Tigang Juru pada hari Kamis Legi, wuku landep, tanggal 25 bulan Bhadrapada (bulan karo) tahun 1216 Saka yang bertepatan dengan tanggal 26 Agustus 1294 Masehi. Nama gelar Arya Wiraraja sendiri berarti: Arya adalah orang pembesar atau bangsawan, Wira adalah pemberani sedang raja adalah Pemimpin (Hidayat, 2013: 32). Arya Wiraraja adalah seorang pemimpin yang tangguh dan pemberani. Situs Biting di Kabupaten Lumajang merupakan sebuah Situs Prasejarah yang terletak di Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Situs arkeologis peninggalan abad ke-xiii ini diperkirakan adalah peninggalan dari kerajaan Lamajang. Kawasan Situs Biting adalah sebuah kawasan ibu kota Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin oleh Prabu Arya Wiraraja. Tembok benteng biting memiliki ketebalan 6 meter, tinggi 10 meter dan panjang 10 km. Keunikan dari kawasan Situs Biting ini masih ditemukannya bekas bangunan benteng pertahanan yang jarang sekali ditemukan di daerah lain. selain tembok pertahanan biting terdapat pula petilasan makam Menak Koncar, bekas pemandian Ratu Kencana Wungu, serpihan-serpihan keramik dan hiasan yang diduga sebagai peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit. Situs Biting yang diduga sebagai sisa benteng pertahanan Kerajaan Lamajang Tigang Juru pada sekitar tahun 2010 mengalami kerusakan yang cukup parah. Kerusakan ini terjadi karena adanya proyek pengembangan perumahan
4 4 oleh PT. Perumnas Biting Indah di area kawasan Situs Biting. Menurut teori konservasi secara umum, pemeliharaan dan perlindungan suatu kawasan atau benda cagar budaya diperuntukkan untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan baik secara alami atau ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, yang terjadi di Situs Biting justru sebaliknya. Situs Biting yang menjadi salah satu warisan cagar budaya yang seharusnya dijaga dan dilestariakan. Pemerintah Kabupaten Lumajang sebenarnya telah membentuk Tim Pelestarian dan Perlindungan Cagar Budaya Kabupaten Lumajang yang disahkan pada 23 Februari 2011 dengan Surat Keterangan (SK) Bupati Lumajang yang kemudian menghasilkan rekomendasi untuk melindungi Situs Biting dan menjadikanya sebagai Kawasan Cagar Budaya. Kementerian Sekretariat Negara pun telah mengirimkan surat kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Direktorat Peninggalan Purbakala dan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur dengan nomor surat B-335/Kemsetneg/D-3/Ormas-ORGANISASI/SR.02/11/2011 pada tanggal 2 November 2011 yang meminta penanganan masalah Situs Biting sebagaimana laporan dari MPPM Timur. Situs Biting sebenarnya memiliki potensi yang sangat khususnya sebagai media pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, pemanfaaatan Situs Biting sebagai sumber pembelajaran sejarah di Lumajang seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk selalu berperan aktif menjaga dan melestarikan Situs Biting sehingga tidak dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab lagi. Apabila terjadi pembiaran oleh pemerintah
5 5 dan tidak adanya perhatian serius dari masyarakat dikawatirkan Situs Biting sebagai warisan cagar budaya yang miliki nilai sejarah yang tinggi ini akan hancur dan hilang begitu saja oleh pembangunan perumahan biting. Mengantisipasi semakin meluasnya perusakan yang terjadi di kawasan cagar budaya Situs Biting maka pada tahun 2010 Mansur Hidayat bersama dengan tokoh-tokoh spiritual mendirikan sebuah organisasi non-profit yang bernama Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur (MPPM Timur) yang melakukan gerakan perlindungan dan pelestarian Situs Biting. Selain MPPM Timur terdapat juga Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang (KMPL) sebagai anak organisasi MPPM Timur bergerak bersama untuk melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap Situs Biting. MPPM Timur sedari awal telah berfikiran bahwa perjuangan ini tidak akan berhasil jika tidak dilakukan secara bersamasama dengan seluruh elemen baik masyarakat umum, DPRD Lumajang, Disbudpar, dan dinas-dinas terkait untuk terus mendukung gerakan perlindungan dan pelestarian Situs Biting. MPPM Timur terus menyelenggarakan berbagai macam kegiatan dalam rangka perlindungan, pelestarian dan sosialisasi sejarah Situs Biting. Beberapa agenda yang telah dilaksanakan ini diantaranya Napak Tilas dan Pagelaran Seni Nusantara yang diselenggarakan setiap setahun sekali, lomba lukis benteng maupun seminar nasional. Acara napak tilas sendiri kemudian menjadi agenda resmi Pariwisata Jawa Timur dari Kabupaten Lumajang yang akan diadakan setiap bulan Juni. Pelestarian Situs Biting di Lumajang Jawa Timur merupakan contoh bagi para pecinta dan pelestari sejarah dimana para pemuda
6 6 pemerhati sejarah, mahasiswa maupun masyarakat telah bahu-membahu melakukan sosialisasi maupun advokasi terhadap peninggalan sejarah. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengangkat strategi pemberdayaan pemuda yang tergabung dalam MPPM Timur dalam pelestarian cagar budaya Situs Biting di Lumajang. Mengingat begitu pentingnya peranan generasi muda dalam menjaga warisan budaya bangsanya Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut Bagaimana strategi pemberdayaan pemuda di Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur dalam perlindungan dan pelestarian cagar budaya Situs Biting di Lumajang? Bagaimana implikasi strategi pemberdayaan pemuda di Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur dalam mewujudkan ketahanan budaya wilayah di Lumajang? 1.3. Keaslian Penelitian Meskipun penelitian terkait dengan strategi pemberdayaan pemuda, masyarakat atau dinas pemerintahan dalam beberapa bidang telah dilakukan, namun strategi pemberdayaan pemuda dalam pelestarian benda cagar budaya (situs) tidak banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Sejauh ini yang peneliti ketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti peran organisasi yang beranggotakan para pemuda-pemuda di suatu daerah dengan gigih
7 7 melakukan advokasi terhadap perlindungan dan pelestarian cagar budaya situs yang tentunya akan dikaitkan dengan implikasi terhadap Ketahanan Budaya Wilayah, khususnya di daerah Lumajang. Sejauh ini, penelitian yang pernah dilakukan terkait strategi pemberdayaan pemuda atau masyarakat antara lain: 1. Partisipasi Masyarakat Didalam Pelestarian dan Pendokumentasian Warisan (Arsitektur) Kota Surabaya Tahun (Poerbantenoe, B, 2001). Benny Poerbantanoe melihat partisipasi (peran) masyarakat dalam pelestarian dan pendokumentasian warisan (arsitektur) Kota Surabaya Tahun masih perlu dibangun dengan kesadaran akan arti visi dan misi keberadaan warisan (arsitektur) kota itu pada masa lampau, sekarang dan akan datang. Salah satu langkah yang digunakan agar partisipasi masyarakat tepat sasaran yakni dengan upaya pelestarian warisan (arsitektur) kota yang memperhatikan nilai-nilai estetika, sosial, ekonomi, dan budaya didalam menjamin keseimbangan lingkungan, keamanan-keselamatan, kesehatan publik dan keberlanjutan kehidupan. 2. Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi: Pelestarian dan Pengembangan Situs Ratu Boko (Hartono, T, 2004). Peranan yang diharapan dari penelitian ini adalah keterlibatan peranan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian dan pengembangan Situs Ratu Boko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi upaya pelestarian dan pengembangan Situs Ratu Boko yang telah berlangsung selama ini dan teryata didapatkan peranan atau keterlibatan masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan Situs Ratu Boko masih
8 8 kurang. Oleh karenanya ditawarkan beberapa strategi pengelolaan sumber daya arkeologi dalam penelitian ini. 3. Analisis Pengelolaan Dan Pelestarian Cagar Budaya Sebagai Wujud Penyelenggaraan Urusan Wajib Pemerintah Daerah (Studi pada Pengelolaan Dan Pelestarian Situs Majapahit Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto (Rosyadi, K, Dkk, 2012). Khalid Rosyadi, Mochamad Rozikin, & Trisnawati menekankan bagaimana peranan dari Pemerintah Daerah yang masih tumpang tindih dengan wewenang pemerintah Pusat di lingkungan Kemendikbud, dan Ditjen Kebudayaan, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengelolaan dan pelestarian Situs Majapahit Trowulan sebagai urusan wajib Pemerintah Kabupaten Mojokerto, serta aktor-aktor lain yang terlibat. 4. Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan Surabaya) (Wirastari, V.A. & Suprihardjo, R., 2012). Penelitian ini menganalisis bagaimana partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian warisan kawasan cagar budaya Bubutan di Surabaya. Upaya pelestarian yang dilakukan haruslah berdampak pada meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaaan benda-benda cagar budaya tersebut, sehingga masyarakat nantinya akan lebih berperan serta, sedangkan pemerintah hanya mengayomi dan mengawasi sehingga tidak keluar dari koridor hukum yang berlaku tentang pelestarian. Tujuan utama dalam penelitian ini yakni tingkat partisipasi masyarakat dan bentuk partisipasi masyarakat di Kawasan Cagar Budaya Bubutan Surabaya.
9 9 5. Meneliti kembali Situs Bitingdi Desa Kutorenon Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Kasnowihardjo, H,G., 2013). Artikel dalam jurnal Jurnal Berita Penelitian Arkeologi Nomor 27, Balai Arkeologi Yogyakarta ini menggunakan strategi penelitian kembali di Kawsan Situs Biting. Penelitian ini melihat terjadnya kerusakan kembali di Situs Biting yang tejadi karena penggalian liar dan juga pembangunan perumahan di kawasan Situs Biting. Rekomendasi dari penelitian ini yakni perlunya langkah-langkah konkrit dalam pengelolaan kawasan Situs Biting yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pengelolaan yang dimaksud meliputi bidang penelitian, pelestarian dan pemanfaatnya. Selain itu perlu adanya penelitian arkeologis yang berwawasan pelestarian dan pemanfaatan serta perlunya berbagai pemangku kepentingan untuk duduk bersama membahas dan mencari solusi dalam pengelolaan kawasan Situs Biting. 6. Strategi Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Berbasis Masyarakat (Kasus Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Gampong Pande Kecamatan Kutaraja Banda Aceh Provinsi Aceh) (Wibowo, A,B., 2014). Agus Budi Wibowo membahas terkait strategi pelestarian benda/situs cagar budaya berbasis masyarakat dengan studi kasus di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja Banda Aceh, yang cukup kaya akan tinggalan budaya. Untuk mencapai tujuan ideal strategi pelestarian benda cagar budaya pada masyarakat, penulis menggunakan analisis SWOT untuk melihat secara cermat permasalahan dasar yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang bersangkutan. Identifikasi ini sangat penting guna menentukan langkah
10 10 perencanaan dan penerapan pelaksanaan program pemberdayaan. Hasil penelitinan ini menunjukkan bahwa pelestarian cagar budaya dapat ditingkatkan dengan strategi pelestarian melalui pemberdayaan masyarakat. Keseluruhan penelitian di atas perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada fokus dan lokus penelitian di mana tidak ada satupun dari penelitian tersebut yang membahas bagaimana sebenarnya strategi pemberdayaan pemuda yang tergabung di dalam organisasi pelestarian dan perlindungan cagar budaya (situs) dan implikasinya terhadap Ketahanan Budaya Wilayah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mendalami lebih jauh fokus penelitian seperti yang tertera di dalam judul tesis ini. Banyak penelitian yang membahas tentang pemberdayaan pemuda, namun penelitian yang mengkaji tentang bagaimana strategi pemberdayaan pemuda masih sangat sedikit Tujuan Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan ini bertujuan untuk: Menganalisis strategi pemberdayaan pemuda di Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur dalam rangka perlindungan pelestarian cagar budaya Situs Biting di Lumajang Menganalisis implikasi strategi pemberdayaan pemuda di Masayarakat Peduli Peninggalan Majapahit (MPPM) Timur dalam mewujudkan ketahanan budaya wilayah di Lumajang.
11 Manfaat Penelitaian Adapun manfaat dari penelitian yang peneliti lakukan di antaranya : Sumberdaya Budaya Manfaat penelitian bagi sumberdaya budaya khususnya situ Biting yaitu agar sumberdaya budaya Situs Biting tersebut tidak hanya terjaga kelestariaanya tetapi juga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan yang lebih luas, khususnya bagi pemberdayaan pemuda dan masyarakat yang ada di sekitar situs Akademik Penelitian ini juga bermanfaat bagi pengembangan akademik, khususnya bagi perlindungan dan pelestarian cagar budaya Situs Biting mengingat manfaat sejarah, arsitektur, kelestarian lokal dalam keberadaannya. Selain itu juga memperkaya ilmu pengetahuan dalam pengembangan program pemberdayaan pemuda yang peduli terhadap pelestarian benda cagar budaya yang kental akan unsur kebudayaan Pemuda dan masyarakat Manfaat bagi pemuda dan masyarakat adalah agar para pemuda dan masyarakat mempunyai pemahaman dan kesadaran akan adanya nilai penting pada tinggalan-tinggalan khususnya yang ada di daerahnya, serta merasa ikut memiliki dan berperan serta dalam berbagai kegiatan baik penelitian, pengembangan, pemanfaatan, dan pelestarian situs tersebut. Peran serta pemuda dan masyarakat dalam berbagai kegiatan pelestarian
12 12 Situs Biting tersebut hendaknya memberi kemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari dan keberlangsungan pelestarian benda cagar budaya di daerahnya, khususnya mampu memperbaiki ekonomi masyarakat sekitar karena kunjungan dari wisatawan pemerhati sejarah Program Studi Ketahanan Nasional Penelitian ini akan bermanfaat bagi Program Studi Ketahanan Nasional karena diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya strategi pemberdayaan pemuda dalam mewujudkan Ketahanan Budaya Wilayah yang bertumpu pada Ketahanan Nasional Pemerintah Penelitian ini akan bermanfaat bagi pemerintah, khusunya bagi pemerintah daerah setempat. Sumberdaya budaya Situs Biting ini merupakan aset yang sangat berharga, karena kelestarian situs serta pemuda yang berdayaguna merupakan aset bagi pemerintah daerah setempat untuk dapat mengembangkan daerahnya.
BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya
BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan
Lebih terperinciPERANAN MASYARAKAT PEDULI PENINGGALAN MAJAPAHIT TIMUR (MPPMT) DALAM PENYELAMATAN DAN PENGAMANAN SITUS BITING KABUPATEN LUMAJANG TAHUN
PERANAN MASYARAKAT PEDULI PENINGGALAN MAJAPAHIT TIMUR (MPPMT) DALAM PENYELAMATAN DAN PENGAMANAN SITUS BITING KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2010-2014 PROPOSAL SKRIPSI Oleh Azvianti Ine Savitri NIM 140210302048
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur
Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur Oleh : Panggah Ardiyansyah, S.S Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Pendahuluan Semenjak diresmikannya pada tanggal 23
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda peninggalan bersejarah dan purbakala yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa ini. Peninggalan
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah lama diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN
SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan
BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.
Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciRENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1
RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan
Lebih terperinciPROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH
PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax
Lebih terperinciBUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA
BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa kawasan dan
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN, PENGELOLAAN DAN PERIZINAN MEMBAWA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental seperti Tamansari, Panggung Krapyak, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, dan Stasiun Kereta api Tugu (Brata: 1997). Beberapa
Lebih terperinciSITUS BITING (Historisitas dan Pemanfaatannya sebagai Sumber Belajar Sejarah) SKRIPSI. Oleh : Andri Firmanto NIM
SITUS BITING (Historisitas dan Pemanfaatannya sebagai Sumber Belajar Sejarah) SKRIPSI Oleh : Andri Firmanto NIM 060210302164 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candi Cetho merupakan salah satu candi peninggalan jaman Hindu yang dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi,
Lebih terperinciUPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1
UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU Drs. M. Nendisa 1 1. P e n d a h u l u a n Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki warisan masa lampau dalam jumlah
Lebih terperinciBAB 3: TINJAUAN LOKASI
BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu proses kepergian seseorang menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Hal yang mendorong kepergiannya seperti kepentingan agama,
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.kompleks Candi Prambanan telah tercatat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinci17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN
17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Situs Makam Sisingamangaraja XII yang ada di Soposurung Balige
75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap Pemanfaatan Situs Makam Sisingamangaraja XII sebagai sumber pembelajaran sejarah, maka penulis memperoleh
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata
1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR
Lebih terperinci- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah
- 2-4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
Lebih terperinciPelestarian Cagar Budaya
Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang
Lebih terperinciPERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D
PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciPelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-63 Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya) Volare Amanda Wirastari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Industri pariwisata terbukti kebal dari krisis global. Saat perekonomian
Lebih terperinciFestival Trowulan Majapahit (FTM) 2014, Keselarasan Keberagaman Indonesia. Tarian Gayatri Rajapatni
e-warta YAD/Budaya/Nov 2014 Festival Trowulan Majapahit (FTM) 2014, Keselarasan Keberagaman Indonesia Latar Belakang Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan Warisan Budaya Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan nomor register C.593. Kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu cagar budaya Indonesia yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah UNESCO sejak
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai
98 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai potensi
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Konservasi. Borobudur. Organisasi. Tata Kerja.
No.837, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Konservasi. Borobudur. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciPENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PASURUAN
Lebih terperinciLAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA
LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA 1. Visi dan Misi dari Balai Arkeologi Yogyakarta itu sendiri apa? 2. Dari zaman apa Situs Liyangan? - Apakah promosi tersebut berjalan dengan lancer?
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing
BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR
-1- BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa Kabupaten
Lebih terperinciBUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016
1 BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Blitar memiliki banyak sektor pariwisata yang salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Blitar memiliki banyak sektor pariwisata yang salah satunya adalah sektor yang sangat menjanjikan. Dibalik perkembangan teknologi yang begitu cepat,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan
Lebih terperinci'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR
Lebih terperinci2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni rupa sebagai ciptaan manusia senantiasa dikembangkan di setiap zaman dan tempat yang berbeda, hal itu akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sudah tidak banyak digunakan lagi pada bangunan-bangunan baru sangat. menunjang kelangkaan bangunan bersejarah tersebut.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bangunan bersejarah merupakan bangunan yang memiliki nilai dan makna yang penting bagi sejarah, namun juga ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan ada kalanya bersifat
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak peninggalan sejarah, baik yang berupa bangunan (candi, keraton, benteng pertahanan), maupun benda lain seperti kitab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah
1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi
Lebih terperinciPENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA
PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah museum di Indonesia dapat dikatakan yang paling tua dalam kegiatan mengumpulkan benda-benda aneh dan ilmu pengetahuan, menyimpan dan memamerkannya kepada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap
Lebih terperinciTerwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing
Renstra Dinas Pariwisata dan Kebudayaan BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi RPJMD Perumusan tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *
PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * OLEH : DANAR WIDIYANTA A. Latar Belakang Perjalanan sejarah
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 124 TAHUN 2016 T E N T A N G
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 124 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN KABUPATEN BANTUL DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bertahan sampai sekarang dan merupakan sumber daya yang terbatas dalam jumlah serta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Benda cagar budaya merupakan benda warisan kebudayaan nenek moyang yang masih bertahan sampai sekarang dan merupakan sumber daya yang terbatas dalam jumlah serta
Lebih terperinciPRIORITAS 11 TEMA PRIORITAS
PRIORITAS 11 TEMA PRIORITAS PENANGGUNGJAWAB BEKERJASAMA DENGAN KEBUDAYAAN, KREATIVITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI Pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu serta apresiasinya,
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU
PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 147 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN CANDI GUNUNG GANGSIR DI KABUPATEN PASURUAN SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN I.. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perhatian cukup tinggi terhadap pengelolaan sumber daya alam (SDA) dengan menetapkan kebijakan pengelolaannya harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
Dicabut dengan Perwal Nomor 95 Tahun 2013 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Museum merupakan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi kebudayaan dan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI KAWASAN TAMAN PURBAKALA RATU BOKO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciKEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)
KEBUDAYAAN Budaya Benda (Tangible) Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 38 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN PELESTARI KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN BENDA CAGAR BUDAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh
Lebih terperinciDirektorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014
Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 089 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 089 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN FASILITASI ORGANISASI KEMASYARAKATAN BIDANG KEBUDAYAAN, KERATON, DAN LEMBAGA ADAT DALAM PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu tidak terlepas dari kegiatan pembangunan. Dewasa ini pembangunan di Indonesia meliputi pembangunan di segala bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung sejak tempo dulu terkenal dengan julukan Kota Jajan dan Kota Belanja. Kota ini sekarang dikenal dengan sebutan Kota Outlet dan Kota Super Mall
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah yang terdiri dari 17.508 pulau dan memiliki lebih dari 500 suku bangsa dengan lebih
Lebih terperinci