BAB III. A. Faktor penyebab tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik. dengan Format MP3(Motion Picture Experts layer III)
|
|
- Shinta Sucianty Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK DARI TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (MOTION PICTURE EXPERTS LAYER III) A. Faktor penyebab tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan Format MP3(Motion Picture Experts layer III) Bahwa didalam permasalahan mengenai hak cipta sangat beragam, ada yang menunjukkan persamaan dengan situasi dan kondisi industri musik nasional dan ada pula yang menunjukkan kondisi setempat yang unik. Seperti halnya pada situasi dan kondisi industri musik nasional, pada kondisi industri musik lokal pun ada pihak-pihak yang merasa diuntungkan dan ada pihak yang dirugikan. Pihak pertama yang mendapat keuntungan dari produk bajakan adalah para pembajak. Secara ekonomis pelaku pembajakan mendapatkan keuntungan yang paling besar, karena tanpa susah payah dapat menjual karya orang lai. Si pembajak tidak terlibat dalam proses panjang, pembuatan suatu produk album musik yang meliputi perencanaan, penggandaan lagu, pencarian penyanyi, dan proses perekaman yang memakan waktu panjang. Dari segi biaya, si pembajak juga sangat diuntungkan. Karena tidak perlu membayar penyanyi, musisi, pencipta lagu, biaya iklan, kemudian tidak membayar pajak dan dijual di emperan yang juga tidak bayar pajak. lxiii
2 Sementara dari sisi konsumen, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. Konsumen yang dirugikan adalah konsumen yang membeli dengan barang asli (original) tetapi pada kenyataannya mendapatkan barang bajakan. Sedangkan konsumen yang diuntungkan adalah konsumen yang memang secara sadar menghendaki barang bajakan. Hal itu disebabkan harga yang jauh lebih murah, tanpa memperdulikan kualitas produk. Dalam industri musik pada umumnya, konsumen yang secara sadar membeli produk bajakan adalah target marketing yang utama bagi pembajak. Konsumen tersebut pada umumnya adalah masyarakat kelas menengah bawah yang memerlukan hiburan dengan biaya murah. Pertautan antara produsen dan konsumen tersebut menjadi salah satu sebab maraknya pembajakan dalam industri musik. Selain itu penyebab maraknya penmbajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah lemahnya pengawas aparat (dalam hal ini kepolisian). Pembajakan menyangkut perkara pidana dengan bentuk delik umum, artinya pihak kepolisian tidak perlu menunggu pengaduan masyarakat korban pembajakan, melainkan harus aktif mencegah dan memberantas pembajakan. Akan tetapi tidak seperti yang diharapkan. Pada umunya keberadaan pembajak tidak tersentuh hukum, banyak para pedagang produk bajakan dengan leluasa menggelar dagangannya secara terbuka. Jadi dengan kata lain bahwa penyebab dari tindak pidana hak cipta atas karya musik atau lagu dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah sebagai berikut : lxiv
3 1. Faktor ekonomi Pada dasarnya memang berkisar pada keinginan untuk mencari keuntungan financial secara cepat dan mengabaikan kepentingan para pencipta dan pemegang hak cipta. Begitu juga dengan permintaan pasar yang besar sementara stok terbatas. 2. Faktor harga Harga yang terjangkau bagi masyarakat dimana bahwa CD bajakan dengan format MP3 dapt dibeli dengan harga berkisar antara Rp 5000,- sampai dengan harga Rp ,- rupiah dan ini merupakan sebagai salah satu pemicu terjadinya tindak pidana hak cipta Faktor masyarakat Kesadaran masyarakat terhadap barang bajakan yang illegal masih sangat rendah. Trend didalam masyarakat saat ini tampaknya belum perduli terhadap barang legal atau illegal yang hanya memnetingkan harga murah dan dapat menikmati lagu atau musik. Masyarakat yang kurang informasi bahwa barang bajakan itu tidak boleh beredar, dan bila mengedarkan terkena sanksi hukuman lxv
4 4. Faktor aparat penegak hukum Selain itu juga tingkat penguasaan atau pemahaman materi Undangundang hak cipta dikalangan aparat penegak hukum khususnya penyidik masih minim disamping terbatasnya jumlah penyidik. Pada kenyataannya penyidik PNS sering memberikan peringatan terlebih dahulu sebelum diadakan razia. Hal ini akan mengakibatkan pelaku tindak pidana hak cipta melarikan diri dan melakukannya ditempat lain. Misalnya penjual CD (Compact Disc) MP3 bajakan, sebelum penyidik melakukan penyitaan terhadap CD MP3 bajakan itu, penyidik memberi peringatan kepada penjual CD MP3 bajakan itu bahwa tidak boleh menjual CD MP3 bajakan. Maka kalau penjual itu tetap berjualan maka penyidik akan menyita CD MP3 bajakannya tetapi tidak melakukan tindakan apapun terhadap penjual itu. Padahal penyidik dari Departemen Kehakiman dapat melakukan penangkapan jika tertangkap tangan. Oleh karena itu, kebanyakan penjual CD MP3 lari dan memindahkan jualannya atau ia menjual CD (Compact Disc) MP3 bajakan dikawasan lain. Selain itu ada juga yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan maraknya pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) yaitu : Format seperti MP3 dapat diperbanyak dan disimpan dengan ukuran yang kecil; 49 Ibid lxvi
5 2. Pengubahan bentuk format dari yang tidak digital menjadi digital sangat mudah, dengan adanya scanner; 3. Harga alat-alat penyimpanan informasi dalam bentuk digital harganya relative murah; 4. Adanya kemudahan dalam pengambilan materi dari internet. Karena banyaknya pelanggaran yang terjadi, maka upaya perlindungan hak cipta selain perlindungan hukum dilakukan produsen karya. Contohnya dalam industri software dilakukan cara seperti berikut : pembeli software harus memasang suatu hardware pada komputer, untuk menjalankan software tersebut dan memastikan bahwa software yang dibeli hanya dijalankan pada 1 mesin saja kemudian memasang watermark pada intelektual property multimedia. Pembajak software secara illegal banyak dilakukan di Indonesia baik perusahaan kecil atau besar dalam Undang-undang hak cipta yang baru, pelaku pembajakan software bisa dikenai sanksi paling berat 5 tahun penjara atau denda lima ratus juta. Untuk menghindari adanya kejahatan pembajakan ini maka diperlukan kesadaran masyarakat akan hukum hak cipta. B. Dampak tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) Dampak dari kegiatan tindak pidana tersebut telah sedemikian besarnya terhadap tatanan kehidupan bangsa. Pihak yang memiliki dampak kerugian akibat tindak pidana ini, antara lain : lxvii
6 1. Pencipta dan pelaku karena tidak mendapatkan pembayaran sejumlah uang yang seharusnya mereka peroleh dan tindak pidana ini juga merupakan keadaan yang dapat menumbuhkan sikap apatis dan menurunkan gairah mencipta dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra Konsumen dan masyarakat karena membeli ciptaan yang berkualitas rendah dan tidak mendapat semangat untuk menciptakan sesuatu yang baru dan yang lebih baik. Pada masyarakat sebagai konsumen, semakin tumbuh sikap yang tidak lagi memandang perlu untuk mempertanyakan apakah sesuatu barang tersebut merupakan hasil pelanggaran atau tidak. Semakin tumbuh sikap acuh dan tidak acuh mengenai yang baik dan buruk apa yang sah atau tidak sah, kendati negara kita adalah negara yang berdasarkan hukum Pemerintah karena dengan banyaknya tindak pidana hak cipta, maka dilihat dari sektor penerimaan atau pendapatan negara melalui pajak penghasilan dari hak cipta, jelas bahwa negara sangat dirugikan karena tidak memperoleh pemasukan atau pendapatan dari sektor itu yang cukup potensial sebagai salah satu sumber dana untuk pembangunan Insan Budi Maulana, Ridwan khairandy Nurjihad, Kapita Selekta Hak atas Kekayaan Intelektual I (Yogyakarta : Pusat Studi Hukum UI dan Yayasan Klinik HAKI, 2000), hal Widyapramono, Tindak Pidana Hak Cipta analisis dan penyelesaiannya, (Jakarta : Sinar Grafika, 1989) hal Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy Nurjihad, Opcit hal 200 lxviii
7 4. Hubungan Internasional karena khusus menyangkut ciptaan asing, apabila tindak pidana ini dibiarkan berlarut-larut dan kurang terlindungi kepentingan negara asing di Indonesia tentang hak cipta. 53 Dampaknya akan berakibat terhadap pembinaan hubungan antara negara Indonesia dengan negara lain, terutama yang menyangkut masalah bidang perdagangan yang pada gilirannya akan sangat merugikan. Bisa jadi mereka akan mendapatkan sanksi-sanksi diluar cakupan undang-undang hak cipta. Setidaktidaknya dengan perjanjian bilateral maupun perjanjian multilateral. adalah : Beberapa perjanjian Bilateral hak cipta yang telah diratifikasi Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 17 Tahun 1989 tentang pengesahan persetujuan pemerintah Republik Indonesia dengan masyarakat Eropa mengenai pemberian perlindungan hukm secara timbal balik atas rekaman suara (Sound Recordings) 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 25 Tahun 1989 tentang ratifikasi persetujuan perlindungan hak cipta antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat (RI-AS). 53 Widyapramono, Opcit hal 27 lxix
8 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 38 Tahun 1993 tentang ratifikasi persetujuan perlindungan hak cipta antara Republik Indonesia dengan Australia (RI-Australia) 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 56 Tahun 1994 tentang retifikasi perlindungan hak cipta antara Republik Indonesia dengan Inggris (RI-Inggris). 54 lain : Disamping perjanjian bilateral, terdapat juga perjanjian multilateral, antara 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 1994 tentang pengesahan persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia (Agreement Establishing The World Trade Organization) 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 18 Tahun 1997 tentang pengesahan Konversi Berne (Berne Convention For The Protection of Literary and Artistic Works) 3. Keputusan Presiden No. 15 Tahun 1997 tentang pengesahan organisasi WIPO (WIPO Copyright Treaty). 55 Jika tahun 1997, angka pembajakan sebanyak 15%, tahun 2010 ini membumbung puluhan kali lipat mencapai 500%. Peningkatan setajam ini membuat Indonesia masuk kedalam daftar Priority Watch List artinya, kalau 54 Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989) hal Ibid lxx
9 tidak ditangani secara serius, Indonesia terancam menghadapi pembatasan kuota Ekspor, bahkan akan mendapatkan sanksi yang lebih berat. 56 Menurut Matthew.S.Drew, staf Internasional Federation of Photographic Industry (IFPI) lembaga yang mengurusi produk rekaman internasional, Indonesia merupakan negara yang paling parah dalam kasus pembajakan hak cipta. 57 Bahkan penanganan masalah ini pun relative lebih rumit diwilayah ASEAN, karena disini sudah menyebar ketingkat distribusi, bagi ASIRI (Asosiation Industri Rekaman Indonesia) dan aparat keamanan akan sulit melakukan ketimbang di negara lain. 58 Kondisi ini berbeda dengan negara Malaysia. Pemberantasan pembajakan hak cipta disana lebih mudah dilakukan, karena pelakunya adalah perusahaan besar lagi pula pemerintah Malaysia memiliki kemauan politik untuk memberantas pembajakan.di Indonesia kurang mendapat dukungan dari pemerintah. Untuk menyelesaikan kasus ini dengan cepat harus ada komitmen antara pemerintah dengan aparat penegak hukum untuk menindak siapapun, tanpa pilih bulu tidak hanya pedagang CD (Compact Disc) bajakan kaki lima dan distributor kacangan tetapi juga terhadap pembajakan lagsung Com, pembajakan kian brutal,2 April Ibid 58 Ibid 59 Ibid lxxi
10 BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMEGANG HAK CIPTA SERTA UPAYA HUKUM ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (MOTION PICTURE EXPERTS LAYER III) MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 A. Perlindungan hukum kepada pemegang hak cipta menurut undangundang No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta Prinsip dasar dalam perlindungan hak cipta adalah bahwa seseorang pencipta memiliki hak untuk mengeksploitasi hasil karyanya dan pihak lain dilarang untuk meniru hasil kreatif yang diciptakan olehnya. Suatu karya agar dapat dilindungi hak cipta harus bersifat asli (original), rampung (fixed), dan merupakan suatu bentuk ekspresi (form of expression) 60 sehingga hak cipta tidak melindungi ide-ide. Perlindungan terhadap MP3 (Motion Picture Experts layer III) dalam sudut pandang hukum mengenai hak kekayaan intelektual khususnya hak cipta dapat dipandang dari dua sisi yaitu: form of expression (bentuk ekspresi) MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah program komputer. Di Indonesia perlindungan hukum bagi pecipta atau pemilik program komputer diatur dalam Undang-undang hak cipta. Pengaturan tersebut telah dimulai sejak tahun 1987 dengan disempurnakannya undangundang hak cipta Nomor 6 tahun 1982 dengan undang-undang hak cipta tahun 60 Scot W Pink, Opcit, hal wikipedia.opcit lxxii
11 1987 tentang perubahan atas undang-undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta. Kini aturan yang digunakan adalah undang-undang nomor 19 tahun substance (substansinya) dilain sisi, apabila memahami MP3 (Motion Picture Experts layer III) dari sudut pandang substansinya maka pemahaman ini beranjak dilain sisi, apabila memahami MP3 (Motion Picture Experts layer III) itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konten atau isi dari MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah data audio yang umumnya merupakan musik atau lagu. Dengan pemikiran ini, maka secara substantif MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah sebuah karya cipta yang merupakan bagian dari hak cipta. Dengan demikian segala tindakan perbanyakan dan/atau pengumuman ciptaan tersebut tanpa izin dari pencipta atau pemegang hak ciptanya adalah suatu pelanggaran. Adapun hak pemegang hak cipta yang dilindungi di berbagai negara dimana hak-hak eksklusif pemegang hak cipta yang diakui dan dilindungi oleh sebagian besar undang-undang hak cipta adalah hak untuk mereproduksi atau menyalin, mengadaptasi (yaitu, mempersiapkan karya turunan), mendistribusikan dan publik melakukan pekerjaannya. Sifat yang tepat dari hak-hak ini, bagaimanapun, sering kali berbeda antar negara. Hak eksklusif untuk menampilkan umumnya tidak diakui di luar Amerika Serikat, kecuali sejauh bahwa hal tersebut dapat dilindungi oleh hak moral pengungkapan. Sejumlah negara, dan Uni Eropa juga Software Directive, juga mengakui "hak moral", yang mungkin termasuk hak untuk menjadi dikenal sebagai penulis lxxiii
12 karya, hak untuk mencegah orang lain dari pekerjaan yang menyimpang ( hak integritas), hak untuk mengontrol penerbitan karya (hak pengungkapan) dan hak untuk menarik kembali, memodifikasi, atau mengingkari setelah sebuah karya telah diterbitkan. Perlindungan hak moral mencerminkan pandangan bahwa individu, bukan hanya bekerja, harus dilindungi. Ruang lingkup hak-hak ini bervariasi di antara negara-negara yang melindungi hak-hak moral penulis. Konvensi Bern hanya mengakui dua hak moral di atas. Dalam kebanyakan yurisdiksi seperti itu, kesepakatan untuk menarik kembali atau mentransfer hak moral tidak dipaksakan. Di negara-negara di mana hak moral dilindungi, hak-hak tersebut dapat membatasi pengalihan perangkat lunak (seperti pihak yang menugaskan pekerjaan) dari melakukan perubahan pada perangkat lunak tanpa izin dari penulis asli. 62 adalah: Faktor-faktor yang menjadi penghalang, untuk melindungi pencipta a. Pemahaman yang kurang dari para pencipta lagu, mengenai hak ekonomi mereka. b. Belum adanya penghargaan anggota masyarakat terhadap karya cipta pencipta lagu, mengakibatkan mereka tertarik untuk mendownload lagu secara gratis di internet. Penyelesaian secara pidana atas sengketa lagu yang didownload di internet, tidak mudah dilaksanakan dalam praktek, karena pihak kepolisian 62 KO = & language = E (1971). lxxiv
13 sendiri, belum memahami Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta. Disamping itu, walaupun tindak pidana dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, termasuk delik biasa, pencipta lagu seharusnya lebih aktif mengadukan, jika menemukan lagu ciptaannya ditawarkan untuk didownload di internet tanpa ijin darinya. Pencipta harus lebih aktif berperan, karena mereka sendiri yang lebih mengetahui keaslian ciptaan mereka. B. Upaya hukum terhadap tindak pidana hak cipta atas praktik penggandaan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) menurut undang-undang No 19 Tahun 2002 Terhadap permasalahan mengenai hak cipta,uuhc (undang-undang hak cipta) menentukan bahwa pihak-pihak yang merasa dirugikan atau dilanggar haknya dapat mengajukan gugatan ke pengadilan niaga. Dalam Pasal 55 UUHC dikatakan bahwa pencipta atau ahli warisnya tetap berhak untuk mengajukan gugatan atas pelanggaran yang terjadi, walupun hak cipta atas seluruh ciptaan telah diserahkan kepada pihak lain. Ditegaskan bahwa terhadap siapapun yang tanpa persetujuannya, meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu; mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya; mengganti atau mengubah judul;, maka pencipta atau ahli warisnya berhak untuk mengajukan gugatan ganti rugi UUHC opcit.,pasal 55 lxxv
14 Selanjutnya, dalam UUHC ditegaskan bahwa pemegang hak cipta berhak untuk mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan niaga atas pelanggaran hak cipta yang terjadi dan meminta agar benda hasil pelanggaran tersebut disita oleh pengadilan niaga. Disamping itu, pemegang hak cipta berhak pula untuk mengajukan permohonan kepada pengadilan niaga agar memerintahkan penyerahan atas seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, dan pertunjukkan atau pameran karya yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta. Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang hak-haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar hak cipta untuk menghentikan kegiatan penggumuman dan/atau perbanyakan ciptaaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta tersebut. 64 Penetapan sementara pengadilan dengan tujuan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang hak, seperti dinyatakan pada Pasal 56 khususnya di ayat (3), merupakan salah satu hal yang baru dalam UUHC. Ketentuan ini di satu sisi cukup menggembirakan karena terlihat seperti peduli pada kerugian yang dialami oleh pemegang hak, tetapi dalam kasus sengketa hak cipta yang belum diketahui secara pasti pemegang hak sebenarnya, ketentuan ini bisa jadi akan membawa kerugian bagi pihak yang dibebani kewajiban oleh penetapan sementara tersebut. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka dalam Pasal 57 dinyatakan bahwa hak yang dimiliki oleh pemegang hak cipta untuk mengajukan gugatan ganti rugi tidak berlaku terhadap ciptaan yang berada pada pihak yang dengan itikad baik 64 Ibid., pasal 56 ayat (1) s/d (3) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 lxxvi
15 memperoleh ciptaan tersebut semata-mata untuk keperluan komersial dan/atau untuk kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersial. 65 Upaya hukum dalam penanggulangan kejahatan pembajakan ini dapat menggunakan jalur penal (hukum pidana ) dan jalur non penal (bukan atau diluar hukum pidana). Penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitiberatkan pada sifat repressive (penindasan atau pemberantasan atau penumpasan sesudah kejahatan itu terjadi sedangkan penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih menitiberatkan pada sifat preventive (pencegahan atau penangkalan atau pengendalian) sebelum kejahatan itu terjadi. 66 Karena tindak pidana hak cipta merupakan kejahatan seperti yang tercantum dalam Pasal 72 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 maka tindak pidana hak cipta ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan kebijakan penanggulangan kejahatan melalui jalur penal dan non penal. 1. Kebijakan melalui jalur penal Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan menggunakan jalur penal atau dengan menggunakan hukum pidana merupakan cara yang paling tua, setua peradaban manusia sendiri. Adapula yang menyebutnya sebagai older philosophy of crime control. Dilihat sebagai suatu masalah kebijakan, maka ada yang mempermasalahkan apakah perlu kejahatan itu ditanggulangi, dicegah atau dikendalikan dengan menggunakan sanksi pidana. 67 Menurut Dr. Saparinah Sadli, prilaku menyimpang ini merupakan suatu ancaman yang nyata atau ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari kehidupan atau keteraturan sosial, dapat menimbulkan ketegangan individual 65 Ibid., pasal 57 Undang-Undang No.19 Tahun Muladi dan Barda nawawi arief,teori dan kebijakan Hukum Piodana (Bandung : alumni,1984) hal Ibid lxxvii
16 maupun ketegangan-ketegangan sosial, dan merupakan ancaman riil atau potensial bagi berlangsungnya ketertiban sosial Kebijakan Penanggulangan melalui jalur non penal penal yaitu : Kebijakan penanggulangan kejahatan yang ditempuh dengan jalur non 69 a. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment) b.mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing views of society on crime and punishment/mass media) Selain itu perlu adanya kebijakan penanggulangan dalam hal penegakan hukum hak cipta yaitu bahwa penegakan hukum hak cipta bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri lepas dari kinerja penegakan hukum pada umumnya. Penegakan hukum hak cipta adalah bagian dari integral dari sistem penegakan hukum Indonesia. Masalah-masalah yang kita hadapi dalam penegakan hukum secara umum adalah juga masalah yang dihadapi dalam penegakan hukum hak cipta. Menyangkut penegak hukum misalnya, penegak hukum hak cipta pun adalah penegak hukum Indonesia yang terdiri dari polisi, jaksa, hakim dan advokat yang kebanyakan selama ini disorot kurang profesional, tidak konsisten menjalankan etika profesi, dan gampang tergoda hal-hal yang bersifat materi adalah sesuatu yang mustahil melihat terlaksananya penegakan hukum hak cipta yang konsisten jika kinerja penegakan hukum pada umumnya masih sangat buruk seperti selama ini. Sama halnya akan sangat mustahil menyaksikan penegakan hukum yang baik 68 Ibid, hal Ibid lxxviii
17 di Indonesia jika kinerja pemerintahan buruk, kehidupan politik tidak stabil, dan kehidupan ekonomi rakyat tidak kunjung membaik. Dari uraian tentang perkembangan hukum hak cipta di Indonesia tampak bahwa pemerintah Indonesia belum memberi perhatian yang besar terhadap perlindungan hak cipta. Bahkan,pemerintah Indonesia sejak dulu sampai sekarang belum pernah menunjukkan political will untuk menegakkan hak cipta. Indikasinya dapat dilihat bahwa sejak Indonesia merdeka, UUHC yang bersifat nasional baru bisa dibentuk 37 tahun kemudian, Konvensi Bern yang merupakan sumber hukum Internasional hak cipta baru diratifikasi tahun 1997 atau setelah 52 tahun setelah Indonesia merdeka. Satu catatan yang tidak bisa dilupakan adalah peristiwa ditahun 1958, bahwa Indonesia keluar dari Konvensi Bern dengan maksud agar Indonesia dapat dengan leluasa menerjemahkan dan meniru karyakarya ilmu pengetahuan dari luar negri. Yang sangat memprihatinkan adalah setelah terbentuknya UUHC nasional yang pertama tahun 1982 dan mengalami revisi sebanyak dua kali ( ), pelanggaran hak cipta di Indonesia bukannya surut, sebaliknya semakin marak. Itu sebabnya Indonesia pernah dimasukkan kedalam kategori Priority Watch List (daftar negara yang menjadi prioritas untuk diawasi) untuk kasuskasus pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dikeluarkan oleh Kantor Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (USTR-United States Trade lxxix
18 Representative) dan baru tahun 2006 berubah status menjadi negara Watch List (daftar negara yang diawasi). 70 Masalah pokok dalam penegakan hak cipta di Indonesia yaitu : 1. Pemerintah Indonesia belum menunjukkan kemauan yang kuat untuk menegakkan perlindungan hak cipta di Indonesia; 2. Perundang-undangaan Hak Cipta belum komprehensif; 3. Pada umumnya, pengetahuan masyarakat masih sangat kurang tentang hak cipta khususnya dan hak milik intelektual pada umumnya termasuk hukum yang mengaturnya. Bahkan, kalangan masyarakat yang terkait langsung dengan ciptaan yang dilindungi itu pun, seperti pencipta dan pemegang hak terkait, banyak yang kurang mengetahui hak cipta dan hukum yang mengaturnya; 4. Karena pengetahuan tentang hak cipta ini masih sangat kurang, pada umumnya masyarakat tidak menyadari arti pentingnya perlindungan hak cipta bagi pengembangan kebudayaan, peningkatan kreativitas masyarakat, dan pembangunan ekonomi; 5. Karena kurangnya pengetahuan tentang hak cipta dan kurangnya kesadaran tentang arti pentingnya perlindungan hak cipta, masyarakat banyak melakukan pelanggaran terhadap hak cipta. Di pihak pencipta dan pemegang hak terkait, kurangnya pemahaman tentang hak cipta dan hak 70 Hasibuan, Otto, 2008, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan khusus hak cipta lagu, Neighbouring rights, dan Collecting Society (Bandung;Penerbit P.T. Alumni, 2008) hal lxxx
19 terkait membuat mereka kurang bereaksi melihat maraknya pelanggaran hak cipta dan hak terkait; 6. Aparat penegak hukum pun banyak yang kurang memahami hak cipta, termasuk hukum yang mengaturnya dan juga kurang menyadari arti penting dari perlindungannya; dan 7. Karena kurangnya pengetahuan aparat penegak hukum tentang hak cipta dan hukum yang mengaturnya, serta kurangnya kesadaran tentang arti pentinganya perlindungannya, kebanyakan aparat penegak hukum enggan menyeret pelaku pelanggaran hak cipta kepengadilan dan menghukmnya secara maksimal Ibid,hal : lxxxi
20 KESIMPULAN 1. Jenis tindak pidana atas karya musik atau lagu dalam Format MP3 adalah : a. Web, file transfer protocol (ftp) and link sites yaitu Merupakan bentuk tradisional dari pembanyakan secara online yang meletakkan musik digital yang illegal pada web,ftp atau link sebuah situs. b. Unathorized Services yaitu memanfaatkan secara tidak langsung dari musik atau karya-karya cipta lain yang dilindungi. c. Illegal Uploaders yaitu meng-upload file-file yang illegal. 2. Faktor Penyebab terjadinya tindak pidana hak cipta atas karya musik atau lagu dalam bentuk format MP3 adalah sebagai berikut : a. Faktor ekonomi dimana pada dasarnya memang berkisar pada keinginan untuk mencari keuntungan financial secara cepat dan mengabaikan kepentingan para pencipta dan pemegang hak cipta. b. Faktor harga yaitu harga yang terjangkau bagi masyarakat dimana bahwa CD bajakan dengan format MP3 dapt dibeli dengan harga berkisar antara Rp 5000,- sampai dengan harga Rp ,- rupiah c. Faktor masyarakat dimana kesadaran masyarakat terhadap barang bajakan yang illegal masih sangat rendah. lxxxii
21 d. Faktor aparat penegak hukum yaitu tingkat penguasaan atau pemahaman materi Undang-undang hak cipta dikalangan aparat penegak hukum khususnya penyidik masih minim disamping terbatasnya jumlah penyidik. e. Adanya kemudahan dalam pengambilan materi dari internet. Dampak dari tindak pidana hak cipta atas karya musik atau lagu dalam bentuk format MP3 adalah sebagai berikut : a. Pencipta dan pelaku karena tidak mendapatkan pembayaran sejumlah uang yang seharusnya mereka peroleh. b. Konsumen dan masyarakat karena membeli ciptaan yang berkualitas rendah dan tidak mendapat semangat untuk menciptakan sesuatu yang baru dan yang lebih baik. c. Pemerintah karena negara sangat dirugikan tidak memperoleh pemasukan atau pendapatan dari sektor itu yang cukup potensial sebagai salah satu sumber dana untuk pembangunan. d. Hubungan Internasional karena khusus menyangkut ciptaan asing. 3. Perlindungan terhadap MP3 (Motion Picture Experts layer III) dalam sudut pandang hukum mengenai hak kekayaan intelektual khususnya hak cipta dapat dipandang dari dua sisi yaitu : lxxxiii
22 a. form of expression (bentuk ekspresi) MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah program komputer. Diatur dalam Undang-undang hak cipta No. 19 Tahun b. Secara substantif MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah sebuah karya cipta yang merupakan bagian dari hak cipta. Dengan demikian segala tindakan perbanyakan dan/atau pengumuman ciptaan tersebut tanpa izin dari pencipta atau pemegang hak ciptanya adalah suatu pelanggaran. Upaya hukum dalam penanggulangan kejahatan pembajakan ini dapat menggunakan jalur penal (hukum pidana ) dan jalur non penal (bukan atau diluar hukum pidana) yaitu : a. Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan menggunakan jalur penal atau dengan menggunakan hukum pidana yang mempermasalahkan apakah perlu kejahatan itu ditanggulangi, dicegah atau dikendalikan dengan menggunakan sanksi pidana. b. kebijakan melalui jalur non penal 1. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment) 2.Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa lxxxiv
23 Saran Hak cipta adalah cration of mind yang berarti karya manusia yang lahir dengan curahan tenaga, karsa cipta, waktu, dan biaya. Oleh sebab itu, hak cipta sangatlah layak untuk dihormati dan dihargai. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya pembajakan, diperlukan adanya hukum yang tegas dan harus disosialisasikan. Karena tanpa sosialisasi yang berdampak pada perubahan budaya dan penegakan hukum hak cipta akan tetap sedemikian krusial dan Indonesia pun akan tetap menjadi bahan pengujingan internasional menyangkut pelanggaran hak kekayaan intelektual yang pada akhirnya ditempatkan sebagai bangsa yang bermartabat rendah.dimana sosialisasi itu dapat berupa informasi atau seminar mengenai Undang-undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002 kepada masyarakat,aparat penegak hukum sehingga mereka memahami bahwa pembajakan khususnya lagu dan musik dengan Format MP3 dapat menimbulkan resiko cukup tinggi. Bahwa sangat penting kiranya semua pihak di Indonesia memberi perhatian yang serius terhadap hak kekayaan intelektual yang bernama hak cipta, setidaknya karena beberapa alasan : 1. hak cipta mengandung budaya berpikir rasional,budaya berpikir kreatif, budaya bekerja atau berkarya, dan budaya menghormati karya atau jerih payah orang lain 2. Bahwa barang-barang ber-hki umumnya dan ber-hak cipta khususnya sudah menjadi komoditi yang bernilai tinggi secara ekonomi lxxxv
24 3. Hak cipta seharusnya diberi penghargaan, penghormatan, dan apresiasi yang tinggi terhadap peran organisasi kemasyarakatan, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh agama yang mendukung penegakan hukum hak cipta. lxxxvi
HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta
HAK CIPTA SOFTWARE Pengertian Hak Cipta Hak cipta (lambang internasional: ) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu.
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU
BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. MP3 dapat diartikan dalam dua hal, yakni sebagai program komputer
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan MP3 dapat diartikan dalam dua hal, yakni sebagai program komputer (software) dan medium penyimpanan dan menjalankan musik dan lagu. Dua arti tersebut jika dilihat dari sisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi buku berisikan pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan lainnya yang akan menambah wawasan
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015
SUATU TINJAUAN TENTANG HAK PENCIPTA LAGU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1 Oleh: Ronna Sasuwuk 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah yang merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intellectual Property Rights (IPR) dalam bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) istilah yang pada awalnya adalah Hak Milik Intelektual dan kemudian berkembang menjadi
Lebih terperinciBAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembajakan merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang sering kita dengar dan sering kita jumpai dengan mudah pada saat ini. Pembajakan yang dilakukan mencakup berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi menjadi suatu trend perkembangan teknologi 1. mengurangi jumlah tenaga kerja, biaya, dan mengurangi jumlah kemungkinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang terjadi dalam masyarakat saat ini tidak dapat dipungkiri lagi. Teknologi informasi menjadi salah satu kebutuhan yang penting bagi
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undangundang tentang
Lebih terperinciUPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK
UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK Oleh: Ade Hendra Yasa A.A.Ketut Sukranatha Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This title of this paper is The solution
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang. dipublikasikan kepada masyarakat umum baik dalam bidang ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang HAKI (hak atas kekayaan intelektual) adalah hak hukum yang timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang dipublikasikan kepada masyarakat umum baik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing
Lebih terperinciUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu
Lebih terperinciHAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI) 1. Pembahasan HAKI Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam hubungan antar manusia dan antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan internasional
Lebih terperinci*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 32/2000, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU *12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO
LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO Subjek dan Objek Hukum Arti & Peranan Hak Kekayaan Intelektual Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual Subjek Hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat
Lebih terperinciUndang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri
Lebih terperinciPENGUNDUHAN ILEGAL MUSIK DIGITAL (MP3) MELALUI JASA LAYANAN INTERNET SEBAGAI DARI HAK CIPTA 1 Oleh : Valentine Felisya Kaunang
PENGUNDUHAN ILEGAL MUSIK DIGITAL (MP3) MELALUI JASA LAYANAN INTERNET SEBAGAI DARI HAK CIPTA 1 Oleh : Valentine Felisya Kaunang ABSTRAK Masalah pelanggaran hak cipta sampai sekarang masih marak terjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional Republik Indonesia yang tergambar melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri
Lebih terperincidengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa
91 A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan atas rumusan masalah ditambah dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perbedaan perlindungan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 244, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu, pada dasarnya hak
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 85, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang memiliki aneka ragam etnik atau suku bangsa, budaya, serta kekayaan dibidang seni dan sastra, kekayaan tersebut merupakan potensi yang
Lebih terperinciBAB I Hak Cipta. I. Pendahuluan
BAB I Hak Cipta I. Pendahuluan Hak kekayaan Intelektual dapat dairtikan suatu bagian dari ide, gagasan, imajinasi seseorang yang dituangkan lewat suatu karya seni maupun karya sastra. Hak Cipta adalah
Lebih terperinciKEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN VCD (VIDEO COMPACT DISK) ILEGAL ABSTRAKSI
1 KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN VCD (VIDEO COMPACT DISK) ILEGAL ABSTRAKSI A. LATAR BELAKANG Faktor yang menyebabkan tindak pidana Hak Cipta pada dasarnya memang berkisar pada keinginan untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing
Lebih terperinciHAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI
HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI JANUARI RIFAI januari@raharja.info Abstrak Apa itu HAKI? Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi teknologi berbasis sumber daya kecerdasan manusia. Seperti
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY
Lebih terperinciLEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,
LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 31, 1997 HAKI. MEREK. Perdagangan. Ekonomi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3681). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
PERLINDUNGAN MEREK BAGI PEMEGANG HAK MEREK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK YAYUK SUGIARTI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wiraraja Sumenep Yayuksugiarti66@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciUPAYA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BALI DALAM MENCEGAH PELANGGARAN HAK CIPTA
UPAYA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BALI DALAM MENCEGAH PELANGGARAN HAK CIPTA Oleh : Dewa Ayu Padmaning Novianti Suhirman Program Kekhususan Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman
Lebih terperinciInstitute for Criminal Justice Reform
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri
Lebih terperinciTinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.
Undang-undang Hak Cipta dan Perlindungan Terhadap Program Komputer PERTEMUAN 7 Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perdagangan terhadap orang di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan sudah mencapai taraf memprihatinkan. Bertambah maraknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang mengikuti arus perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya pola pikir, intelektual,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal yang baru dikenal dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Hak kekayaan intelektual adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku tersebar di seluruh daerah. Keberadaan suku-suku tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Kita mengetahui bahwa Negara Indonesia ini terdiri dari berbagai suku tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas dari daerah tersebut. Pada ruang lingkup nasional lagu-lagu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu hiburan yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat pada umumnya. Musik tersebut meliputi berbagai macam jenis hiburan mulai dari yang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Perlindungan terhadap Hak Cipta di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No.19
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Hak cipta memiliki hak ekslusif di dalamnya yaitu hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada orang lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut
Lebih terperinciP E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI
P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI I. UMUM Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan
Lebih terperinciPOTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING
POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING Oleh : Tarsisius Maxmilian Tambunan I Gusti Agung Ayu Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper is titled
Lebih terperinciBAB IV. A. Pelaksanaan Perjanjian Lisensi Program Komputer menurut Undang- Menurut Soebekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu peristiwa di
BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENYALAHGUNAAN SOFTWARE KOMPUTER SECARA MASSAL BERDASARKAN PERJANJIAN LISENSI OLEH SUATU INSTANSI DENGAN MICROSOFT MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang memberikan kebebasan negara-negara untuk melakukan perdagangan tanpa adanya restriksi atau pembatasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan perlu dilindungi oleh Undang-Undang. 1
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya.hal tersebut sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama
Lebih terperinciKebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36
Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36 KEBIJAKAN KRIMINAL PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI Oleh : Aprillani Arsyad, SH,MH 1 Abstrak Penyalahgunaan Bahan Bakar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu daya saing tersebut adalah dengan memanfaatkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensikonvensi
Lebih terperinciKEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2 Abstrak Penelitian ini mengkaji mengenai kebijakan hukum pidana terutama kebijakan formulasi
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG HAKI
TINJAUAN TENTANG HAKI Mata Kuliah : Legal Aspek dalam Produk TIK Henny Medyawati, Universitas Gunadarma Materi dikutip dari beberapa sumber Subjek dan objek hukum Subjek Hukum adalah : Segala sesuatu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula hasrat dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Semakin tinggi peradaban manusia, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, dan kebudayaan, semakin tinggi pula hasrat
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI
20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana
Lebih terperinciETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:
ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan (Marcomm) www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual, disingkat "HKI" atau akronim "HaKI" adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul
Lebih terperinciHASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta? Bapak Agung : Jangka waktu perlindungan Hak cipta: 6. Selama hidup ditambah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciPenerapan Delik Biasa terhadap Hak Cipta
Penerapan Delik Biasa terhadap Hak Cipta MRR Tiyas Maheni DK Politeknik Negeri Semarang Abstract: All the articles on intellectual property right apply common offense over copyright only. The violation
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 72 (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belanda dengan berlakunya Auteurswet 1912, Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Cipta adalah hak yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna bagi umat manusia. Sistem hukum Hak Cipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu
A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Bahaya narkotika di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Sehingga Pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUK UMKM MELALUI HAK MEREK SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING BERBASIS KREATIVITAS
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUK UMKM MELALUI HAK MEREK SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING BERBASIS KREATIVITAS Dr. Abdul Atsar, SH, MH Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang
Lebih terperinci5 contoh kasus pelanggaran hak cipta (software)
5 contoh kasus pelanggaran hak cipta (software) 1. Software Bajakan Marak di Tangerang, Polisi Tunggu Laporan Masyarakat Peredaran DVD dan software bajakan di wilayah kabupaten Tangerang kini tak lagi
Lebih terperinci(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;
DESAIN INDUSTRI SEBAGAI BAGIAN PERLINDUNGAN HUKUM DI BIDANG HAKI Oleh: Widowati ABSTRAKSI Tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memperoleh profit. Agar profit dapat diraih biasanya perusahaan melakukan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Perjanjian. Bantuan Timbal Balik. Viet Nam. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 277). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. 1. Upaya hukum preventif dalam perlindungan hak cipta konten blog dapat
62 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Upaya hukum preventif dalam perlindungan hak cipta konten blog dapat dilakukan dengan pendaftaran konten blog tersebut sebagai salah satu upaya untuk membuktikan bahwa
Lebih terperinciIntellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri;
Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciUPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta
1 UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. LATAR BELAKANG Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi diartikan sebagai suatu proses transformasi sosial yang membawa kondisi umat manusia yang berbeda, terpencar di seluruh dunia ke satu kondisi yang
Lebih terperinciMENGURAI BENANG KUSUT PEMBAJAKAN HAK CIPTA MELALUI 5 (LIMA) LANGKAH STRATEGIS DI BIDANG HKI. Oleh : Eddhie Praptono,SH.MH.
MENGURAI BENANG KUSUT PEMBAJAKAN HAK CIPTA MELALUI 5 (LIMA) LANGKAH STRATEGIS DI BIDANG HKI Oleh : Eddhie Praptono,SH.MH. A. Pendahuluan Persoalan pembajakan karya cipta bukan merupakan hal yang baru dinegeri
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Film sebagai media komunikasi massa pandangdengar mempunyai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinci2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2013 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SOSIALIS VIET NAM (TREATY ON MUTUAL
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Afrillyanna Purba, S.H., M.H., Perlindungan Hukum Seni Batik Tradisional
DAFTAR PUSTAKA Buku Afrillyanna Purba, S.H., M.H., 2009. Perlindungan Hukum Seni Batik Tradisional Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. P.T. Alumni, Bandung Afrillyanna Purba, S.H., M.H.,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1992 TENTANG MEREK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1992 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciKEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996)
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996) *51746 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas. Oleh karena itu dengan pesatnya perkembangan TIK, penerapan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia sangatlah pesat, teknologi telah diciptakan manusia untuk mendukung berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciRony Arifiandy, S.Si. HaKI-5. Hak Cipta (Copyright)
Rony Arifiandy, S.Si 1 HaKI-5 Hak Cipta (Copyright) HAK TERKAIT NEIGHBORING RIGHTS Hak cipta memberikan insentif untuk membuat ciptaan dengan memberikan hak eksklusif kepada pencipta. Namun, pengumuman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana 1. Penegakan hukum Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara
Lebih terperinciPerbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
4 Perbedaan dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga? Undang Undang Nomor
Lebih terperinci