ANALISIS NILAI BUDAYA SASTRA LISAN BATAK TOBA BATU SIGADAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NILAI BUDAYA SASTRA LISAN BATAK TOBA BATU SIGADAP"

Transkripsi

1 ANALISIS NILAI BUDAYA SASTRA LISAN BATAK TOBA BATU SIGADAP Oleh Enjelina Sinaga ABSTRACT Oral literature is the literary expression of literature that includes citizens, a culture that spread and handed down orally (word of mouth). Bec ause of its spread from mouth to mouth, oral literature will be easy to fade. For that the solution offered is to raise the research on oral stories to maintain the existence of the oral literature. Legend of Batu Sigadap is one form of oral literature Batak Toba community property, which is precisely Silalahi Silahisabungan District, Dairi. This study aimed to describe the composition of the stories and events that happened in the legend Batu Sigadap, structured and translated into a story and explore the cultural values contained therein. This research is a qualitative descriptive study, prioritize the meaning and context, the role of researcher of high demand. Informants in this study there were seven people in the two cultural experts Silalahi, one Raja Adat in Silalahi, three people Silalahi, and one journalist in Silalahi. The latter finding of this study is that there are eight cultural values, cultural values of the nine major Batak Toba in Batu Sigadap story, the cultural values of kinship, religion, conflict, law, hasangapon, hamoraon, hagabeon and protection. Based on this research, the value of cultural kinship says there are five events, religion and conflict each said there are three events, while the value of legal culture, hasangapon, hamoraon, hagabeon each said there are two events and cultural values aegis of the event said. Batu Sigadap oral literature, which is considered as a judge in the Silalahi believed to have supernatural powers to know the truth, based on research, until now Batu Sigadap still feared and trusted, which is why Batu Sigadap Silalahi sacred by the community. Key word: Cultural values, Batak Toba, Oral Literature, Batu Sigadap. 1

2 PENDAHULUAN Sastra lisan yang telah lama ada, lahir dan muncul dari masyarakat yang menjadikannya sebagai suatu tradisi dalam kelompok bermasyarakat. Sastra lisan hadir sebagai karya sastra yang beredar di masyarakat atau diwariskan secara turun-temurun dalam bentuk lisan. Tentunya seluruh daerah memiliki sastra lisan yang umumnya akan berbeda dengan yang lain. Sastra lisan, baik bentuk puisi maupun cerita tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya, nilai falsafah, pendidikan, moral, etika, dan masih banyak lagi nilai-nilai kehidupan yang positif yang amat penting ditanamkan ke dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mencerminkan pola hidup masyarakat tempat sastra lisan itu pernah hidup dan berkembang. Menurut Suwardi Endraswara (2003:151) Sastra lisan adalah karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Oleh karena penyebarannya dari mulut ke mulut, banyak sastra lisan yang memudar karena tidak dapat dipertahankan. Selain keterbatasan memori manusia dalam mengingat, perkembangan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi dewasa ini ikut menggeser sastra lisan yang pernah ada, termasuk sastra lisan masyarakat Batak Toba yang memiliki nilai budaya tinggi, yang seharusnya dapat dijaga kelestariannya. Secara umum kebudayaan terbagi atas dua komponen, yaitu kebudayaan nonmaterial dan material. Kebudayaan nonmaterial menunjukkan kekuatankekuatan kreatif dalam diri manusia sendiri yang menghasilkan kebudayaan, yang merupakan realisasi diri manusia, wujudnya dapat berupa kesempurnaan batin, seperti nilai-nilai dan perasaan-perasan. Kebudayaan nonmaterial juga terwujud dalam kebenaran, kebajikan dan keindahan. Sedangkan kebudayaan material merupakan hasil materialisasi dari kebudayaan nonmaterial tadi. Berbeda dengan kebudayaan nonmaterial, kebudayaan material dapat dinikmati, dipakai dan dipartisipasikan dengan orang-orang lain (Mudji Sutrisno, 2008:9). Sebagai produk budaya masyarakat, sastra lisan, baik genre prosa maupun puisi, dapat dijumpai hampir seluruh daerah. Namun, dewasa ini mulai menunjukkan gejala perubahan yang mengkhawatirkan, yaitu ketidakpedulian 2

3 masyarakat terhadap sastra lisan. Sastra lisan hanya dipandang sebagai kisahkisah yang tidak masuk akal dan berada di luar jangkauan akal sehat. Hal itu tentu saja menjadi ancaman terhadap eksistensi sastra lisan dalam kehidupan masyarakat (Nurelide, 2007:15). Masyarakat Batak Toba sebagaimana salah satu kelompok masyarakat yang ada di Indonesia mewariskan tradisi budaya yang kaya. Menyumbangkan nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai suri teladan. Namun tradisi dan kesenian Batak Toba lebih sering diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dibandingkan dengan sastra. Sastra Batak Toba lebih banyak terpendam dan tidak jarang hanya sebagian indivu yang mengetahui kesusastraan tersebut. Sastra lisan Batak Toba dapat dipandang sebagai aset budaya yang penting dan berharga yang layak untuk dikaji dan dilestarikan (Nurelide, 2006: 1). Sebagian dari sastra lisan Batak Toba masih ikut diterapkan dalam acara adat masyarakat tersebut. Mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folklor), merupakan genre prosa rakyat yang pernah hidup dalam mayarakat Batak Toba. Mite merupakan cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan supranatural yang melebihi batas kemampuan manusia yang diungkapkan secara gaib dan dianggap suci. Legenda merupakan cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah tetapi tidak dianggap suci, dan dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benat terjadi oleh empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat (Bascom dalam Danandjaya, 1984:50). Namun jika dikaji secara mendalam, ternyata legenda mempunyai pengertian yang mendalam, terdapat pandangan hidup, kehidupan religi, dan dunia sakral dari masyarakatnya. Sebagian individu dalam masyarakat mempercayai legenda sebagai penuntun hidupnya. Keingintahuan manusia untuk memahami sesuatu dibalik legenda semakin kuat, yaitu peristiwa yang menggambarkan sejarah dan nilai-nilai moral yang terdapat didalamnya dan hampir seluruh legenda memiliki hal-hal mistis. Sehingga, melalui karya sastra tersebut ditemukan pola hubungan kekerabatan, tingkah laku, kepercayaan dan segala sesuatu yang hidup dan menjadi tradisi dalam mayarakat tersebut (Nurelide, 2006:5). Melalui karya sastra yang juga 3

4 tercipta sebagai salah satu produk budaya tentunya dapat menjembatani untuk sampai pada pemahaman atau setidak-tidaknya sikap terbuka melakukan apresiasi terhadap berbagai kultur etnink yang ada di Nusantara. Oleh karena peneliti ikut terbuka dalam apresiasi sastra, maka peneliti tertarik untuk mengkaji sastra lisan dalam Batak Toba. Landasan utama dalam penelitian ini adalah mengkaji nilainilai budaya utama nonmaterial dalam sastra lisan Batak Toba Batu Sigadap. Batu Sigadap merupakan salah satu cerita lisan yang dimiliki oleh masyarakat Batak Toba, yang berasal dari Silalahi atau Tao Silalahi, peninggalan dari Oppungku Raja Silahisabungan, yang dicatat dalam peta Belanda, pada saat penjajahan Belanda tahun 1832 dengan ejaan lama yang diberi nama Tao Silalahe. ( Sedangkan peresmian Silalahi tercatat pada pembangunan tugu/makam Raja Silahisabungan yang diresmikan pada tanggal Nopember ( Cerita Batu Sigadap tersebut memiliki nilai suri teladan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Batu Sigadap merupakan bentuk persidangan dalam masyarakat Silalahi yang menekankan aspek kejujuran. Ketertarikan penulis dalam mengambil legenda Batu Sigadap, selain memiliki nilai suri teladan, tidak semua individu atau masyarakat Batak Toba yang mengenal cerita lisan tersebut, untuk itu peneliti ingin memperkenalkannya agar cerita tersebut tidak punah. Menurut (Olrik dalam Sukatman, 2009:13) kepunahan tradisi lisan disebabkan terlalu lama tidak diingat oleh masyarakat dan tidak pernah diperdengarkan lagi. Karena sastra lisan yang semakin memudar dan hanya berdasarkan daya ingat penuturnya sehingga dapat merubah keaslian suatu sastra lisan, peneliti merasa tertarik untuk mengkajinya kemudian mendokumentasikannya, harapan yang ingin dicapai dalam peneltian ini dapat menjadikan sastra lisan tersebut menjadi sastra yang selalu hidup dan dapat dipertahankan. Berdasar atas uraian tersebut, tulisan ini dimaksudkan: (1) Untuk menganalisis dan mendeskripsikan nilai-nilai budaya nonmaterial yang terkandung dalam cerita lisan legenda Batu Sigadap (2) Untuk membahas 4

5 relevansi sastra lisan legenda Batu Sigadap terhadap nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat Silalahi dewasa ini. Sehingga berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang hendak dilakukan adalah, mengungkapkan nilai-nilai budaya utama Batak Toba, melihat relevansi pola budaya masyarakat Silalahi berdasarkan nilai-nilai budaya Batak Toba dalam legenda Batu Sigadap, terlebih mempertahankan sastra lisan agar tetap hidup, sehingga dapat menambah karya sastra dalam bentuk teks terjemahan. Kajian teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah sastra lisan dan nilai budaya utama Batak Toba. Nilai budaya utama nonmaterial Batak Toba secara khusus yang mencakup segala aspek kehidupan orang Batak, yang dianggap penting dan berharga terdiri dari sembilan nilai budaya utama yang sampai saat ini masih dipertahankan. Kesembilan nilai budaya tersebut adalah: Kekerabatan, Religi, Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon, Hamajuon, Hukum, patik dohot uhum, Pengayoman, dan Konflik. (Harahap & Siahaan 1987:134). Kekerabatan, terlihat pada tutur sapa baik karena pertautan darah atau solidaritas marga dan pertalian perkawinan. Religi, menyatu dengan agama adat. Kepercayaan masyarakat Batak Toba yang telah berganti dengan agama baru yang masuk ke tanah Batak tidak serta merta melupakan tradisi kepercayaan jaman dulu. Dalam kepercayaan religi Batak, leluhur adalah perwakilan dari Debata Mula Jadi Nabolon atau Tuhan Maha Pencipta di dunia. Dengan menghormati leluhur, berarti menghormati Tuhan. Hagabeon dalam kebudayaan Batak adalah mempunyai keluarga yang besar, panjang umur dan sekaligus menjadi panutan masyarakat (Harahap & Siahaan, 1987:160). Hukum, dalam adat Batak Toba disebut juga patik dohot uhum. Nilai patik dohot uhum merupakan nilai budaya yang diwariskan oleh orang Batak secara turun-temurun. Hamajuon, memiliki pengertian kemajuan, hanya dapat diraih dengan cara merantau dan menuntut ilmu. Konflik, merupakan sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, memiliki mekanisme untuk menyelesaikan setiap konflik melalui musyawarah keluarga dekat, rapat adat ataupun rapat warga. Orang Toba mengatakan, kalau ada masalah harus segera dinetralisasikan agar tidak mendalam dan meluas menjadi 5

6 konflik. Hamoraon atau kaya raya merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan menjadi sumber penting otoritas. Hasangapon, memiliki makna bermartabat dan yang terakhir pengayoman dalam adat Batak Toba adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaati, pencipta ketentraman batin yang dalam sistem kekerabatan Dalihan Na tolu diperankan oleh hula-hula. (Harahap & Siahaan, 1987:134). METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode ini sesuai dengan pendapat Lofland (dalam Moleong, 2006:157) yang menyebutkan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah Kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Metode tersebut dipilih karena data yang digarap adalah kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Penelitian ini ditekankan pada pendeskripsian nilai-nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan Batu Sigadap, yang digarap melalui katakata dari hasil wawancara, catatan lapangan dan foto dari sumber data utama yang ditemui di lapangan. Data-data yang telah terkumpul dijadikan sebagai usaha untuk memperoleh makna dan pemahaman dari sasaran kajian yang ingin diteliti. Lokasi penelitian yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah di Silalahi, Kecamatan Silhisabungan, Kabupaten Dairi, yang dilaksanakan selama dua bulan. Sumber data yang diperoleh adalah orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial dari cerita Batu Sigadap. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancari dilakukan secara purposive, yaitu orang-orang tua yang masih menguasai atau memahami cerita Batu Sigadap. berusia 50 tahun ke atas, mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi, tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri dan terpandang dalam masyarakat, misalnya ahli budaya, pengetua adat dan sebagainya. Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Maka untuk menjaring data dalam penelitian ini, penulis 6

7 menggunakan alat-alat sebagai berikut: (1) buku catatan, yang berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan informan, (2) tape recorder, yang berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan, khususnya merekam cerita lisan Batu Sigadap, dan (3) kamera, yang berfungsi untuk memotret informan dan data-data yang mendukung objek-objek peninggalan Batu Sigadap. Setelah data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data, maka langkah selanjutnya untuk menganalisis data adalah sebagai berikut: (1) mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data, seperti rekaman dan catatan lapangan dari observasi dan wawancara, (2) hasil rekaman tersebut didokumentasikan dan catatan lapangan diarsipkan, (3) r ekaman dan catatan ditranskip ke bentuk tulisan, disertai terjemahan teks, (4) m embaca dan menganalisis cerita sambil melakukan reduksi, reduksi dilakukan dengan tujuan memfokuskan pada nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita, HASIL PENELITIAN Batu Sigadap, merupakan batu yang dapat ditemui di Silalahi Nabolak, terletak di Sidabariba Toruan desa Silalahi I sekitar 300 m dari pusat desa Silalahi, kecamatan Silahisabungan yang diciptakan oleh Raja Silahisabungan. Raja Silahisabungan merupakan manusia pertama yang menempati Silalahi, yang pindah dari desa Balige. Keseluruhan tanah yang ada di Silalahi merupakan tanah Raja Silahisabungan. Jika hendak bepergian ke Silalahi, terlebih dahulu melewati pagar Raja Silahisabungan yang terletak di Lae Pondom, pagar yang diciptakan oleh Raja Silahisabungan tersebut, merupakan pagar yang mengetahui orangorang yang masuk atau keluar dari desa Silalahi Nabolak, pagar tersebut juga pagar yang mengetahui tingkah laku orang-orang yang ingin masuk ke desa 7

8 Silalahi Nabolak. Pada jaman dahulu, orang-orang jahat, seperti penjajah Belanda yang ingin masuk ke desa Silalahi akan gagal dan berputar-putar disekeliling pagar. Pagar tersebut dikatakan sebagai pengawal desa Silalahi Nabolak, manusialah yang ditanam didalam pagar tersebut dan hingga kini dipercayai manusia pengawal tersebut masih hidup. Pagar tersebut juga dikatakan sebagai pagar roh dan nyawa, supaya tetap mendapat kesehatan, maka hendaknya meminta ke pagar tersebut agar kesehatan badan selalu dijaga. Agar suka cita tetap terasa maka diletakkanlah sirih dan jeruk purut dan memohon kepada pagar agar suka cita tersebut tetap terjaga. Setelah pagar, Raja Silahisabungan juga menciptakan air kehidupan. Air, tempat dimana Raja Silahisabungan minum. Air yang dapat melegakan bagi orang-orang yang letih berjalan atau bagi orang yang lelah bekerja. Dahulu kala, Raja Silahisabungan dan istrinya boru Padang Batanghari melakukan perjalanan ke desa Balna, karena perjalanan yang begitu jauh dan sulit, boru Padang Batanghari lelah dan merasa haus. Raja Silahisabungan pun memukulkan tongkatnya ke sebuah batu, dan keluarlah air, dan air tersebutlah yang diminum oleh boru Padang Batanghari dan Raja Silahisabungan. Setelah meminumnya Raja Silahisabungan dan boru Padang Batanghari memperoleh kekuatannya lagi untuk melanjutkan perjalana ke desa Balna. Jika hendak mandi ke air kehidupan tersebut, tetaplah meletakkan sirih dan jeruk purut. Sirih dan jeruk purut dipercayai oleh masyarakat Silalahi sebagai jalan untuk meminta. Jika hujan deras atau musim kemarau, debit air kehidupan tersebut tidaklah berubah. Tidak akan banjir jika hujan, atau kering jika musim kemarau. Raja Silahisabungan memiliki tujuh orang anak dari istri pertama, boru Padang Batanghari. Yaitu, Loba Raja (Sihaloho), Tungkir Raja (Situngkir), Sondi Raja (Ruma Sondi), Butar Raja (Sinabutar), Dabariba Raja (Sidabariba), Debang Raja (Sidebang), Batu Raja (Pintu Batu) dan satu orang putri yang bernama Deang Namora. Dari istri kedua lahir seorang anak yang bernama Tambun Raja (Tambunan). Istri kedua yaitu boru Nairasaon, dahulu kala boru Nairasaon sedang sakit di Balige, pada waktu itu Raja Silahisabungan sedang mengadakan perjalanan ke Balige, karena Raja Silahisabungan merupakan orang yang sakti, 8

9 yang dapat memohon langsung kepada Tuhan sang pencipta, maka Raja Silahisabungan pun mengobati boru Nairasaon. Upah yang diminta dari ayah boru Nairasaon yaitu Datu Pejel adalah jika ia bisa menyembuhkan boru Nairasaon maka Raja Silahisabungan meminta agar boru Nairasaon menjadi istrinya. Padahal pada waktu itu boru Nairasaon telah memiliki kekasih yang bermarga Sianturi yang pada waktu itu melakukan perjalanan, tetapi demi kesembuhan boru Nairasaon, maka upah yang diminta Raja Silahisabungan pun dituruti. Setelah beberapa lama, marga Sianturi pulang dari perjalanannya, dan ia marah ketika mengetahui boru Nairasaon telah menikah. Dikejarlah Raja Silahisabungan, hingga akhirnya Raja Silahisabungan kembali ke Silalahi Nabolak bersama anaknya Tambun Raja. Raja Silahisabungan sempat menyembunyikan keberadaan Tambun Raja dari boru Padang Batanghari, tetapi tidak beberapa lama kemudian Raja Silahisabungan pun menceritakan keberadaan Tambun Raja kepada boru Padan Batanghari, setelah boru Padang Batanghari berjanji tidak akan marah jika Raja Silahisabungan menceritakan yang disembunyikannya. Setelah Raja Silahisabungan menceritakannya, benarlah boru Padang Batanghari tidak marah, sebaliknya boru Padang Batangharilah yang membesarkan Tambun Raja seperti ketujuh anak dan satu putrinya. Tambun Raja begitu dimanja oleh Raja Silahisabungan dan boru Padang Batanghari, sehingga menimbulkan kebencian ketujuh anak tersebut. Tambun Raja pun selalu dimaki oleh ketujuh anak boru Padang Batanghari. Maka mengadulah Raja Tambun kepada boru Padang Batanghari. Karena mereka sering bertengkar, maka boru Padang Batangahari memberitahukan kepada suaminya, Raja Silahisabungan dan Raja Silahisabungan pun menyuruh boru Padang Batanghari untuk membuatkan sagu-sagu marlangan. Sagu-sagu marlangan, merupakan sejenis makanan yang terbuat dari tepung beras. Boru Padang Batanghari membutkan sagu-sagu marlangan tersebut menyerupai bayi yang sedang duduk dalam sebuah bakul. Selama tiga puluh hari lamanya boru padang Batanghari membuatkan sagu-sagu marlangan tersebut. Setelah sagu-sagu marlangan terbentuk dipanggillah semua anak-anak dan duduk menghadap sagu-sagu marlangan, diikuti dengan upacara sambil berdoa kepada Tuhan Maha pencipta. Setelah mendoakannya, Raja Silahisabungan membuat 9

10 sagu-sagu marlangan berisi nasehat, nasehat tersebut bunyinya seperti ini: pertama, kalian dan keturunanmu harus saling mengasihi. Kedua, ketujuh abng, tidak boleh mengatakan bahwa kalian bukan satu ayah satu ibu dengan sang adik, si Tambun Raja. Ketiga, ketujuh abangnya dan semua keturunannya harus lebih mengasihi saudara perempuan mereka dari keturunan sang adik, Tambun Raja. Demikian juga Tambun Raja dan seluruh keturunannya, harus lebih mengasihi saudara perempuan dari keturunan ketujuh abangnya. Keempat, pantang keturunan ketujuh abang mengawini keturunan sang adik, Tambun Raja. Demikian sebaliknya, pantang keturunan Tambun Raja mengawini keturunan ketujuh abangnya, dan yang kelima, kalian tidak boleh memulai perselisihan, jika ada perselisihan diantara kalian bertujuh hingga keturunanmu, maka harus Tambun Raja dan keturunannyalah yang menjadi juru damai, yang memberikan keputusan yang adil dan tidak memihak, serta harus dipatuhi. Sebaliknya, kalau ada perselisihan diantara keturunan Tambun Raja, maka juru damai harus dari keturunan ketujuh abangnya yang memberikan keputusan yang adil dan tidak memihak, yang harus dipatuhi pihak yang berselisih. Dan perselisihan di antara kedelapan putraku jangan diselesaikan oleh pihak lain. Nasehat tersebutlah yang harus menjadi pegangan anak-anak dari Raja Silahisabungan. Setelah nasehat itu dinyatakan, Raja Silahisabungan menyuruh anak-anaknya memegang sagu-sagu marlangan, tanda menuruti nasehat yang ia berikan. Setelah pembuatan sagu-sagu marlangan itu jugalah Raja Silahisabungan memberangkatkan Tambun Raja pulang kembali ke Balige untuk menjumpai pamannya. Setelah sagu-sagu marlangan tersebut tebentuk maka akurlah anak-anak dari Raja Silahisabungan. Terlebih Deang Namora, ia begitu rajin menenun di gubuknya untuk membuatkan baju abang-abangya. Digubuk itu jugalah ia menghidupi abang-abangya. Di gubuk tersebut terdapat sebuah batu lebar, di batu tersebutlah ia meluruskan kakinya untuk menenun. Dan di gubuk itu pula abang-abangnya menyampaikan keinginannya kepada Deang Namora, agar Deang Namora menyampaikan keinginan abang-abangnya yang ditujukan kepada Raja Silahisabungan. Deang Namora yang lebih dipercaya meminta kepada Raja Silahisabungan dan untuk menyampaikan keinginan abang-abangnya. Di gubuk itu pula Deang Namora 10

11 meninggal dunia, karena sakit hati mengetahui adiknya Tambun Raja diberangkatkan ke Balige. Sampai saat ini, jika keturunan Raja Silahisabungan ingin meminta sesuatu maka diletakkanlah pisang, ayam putih dan sirih. Makanan yang manis dan lembut itu diberikan bertujuan jika Deang Namora marah, menjadi lemah lembutlah hatinya. Setelah nasehat dinyatakan, Raja Silahisabungan kembali berpikir untuk hari esok, untuk melengkapi sagu-sagu marlangan. Akan bagaimana lagi anakanaknya jika tumbuh perkelahian, ia teringat kembali kelakuan anak-anaknya dulu. Berpikir dan berdoalah Raja Silahisabungan apa yang akan hendak ia buat esok hari agar anak-anaknya takut melakukan yang tidak baik, yang tidak akan melakukan dosa di hadapan Tuhan Maha pencipta. Maka diciptakanlah Batu Sigadap, setelah itu dipanggillah seluruh anak-anaknya dan dijejerkanlah dihadapan Batu Sigadap. Batu Sigadap tersebut telah di doakan berdasarkan kuasa Tuhan, dan dikuatkan oleh Tuhan. Batu tersebut terdiri dari dua buah batu, satu jonjong (berdiri) dan satunya lagi gadap (tergeletak). Dan dinyatakanlah kepada seluruh anak-anaknya agar saling berterus terang. Siapa yang menyatakan kebenaran maka ia akan tetap benar seperti batu jonjong (berdiri), dan siapa yang salah ia akan mati seperti batu gadap (tergeletak). Hingga sekarang masyarakat Silalahi masih takut terhadap Batu Sigadap, mereka masih percaya terhadap kesaktian Batu Sigadap. Jika ada perkara atau yang hendak mencari kebenaran, maka orang tersebut akan dihadapkan ke Batu Sigadap dan ditempat itulah mereka meletakkan sirih dan menyatakan pengakuan. Siapa yang salah tetapi tidak mengaku salah, ia akan gadap (tergeletak) dan bisa saja akan terkena imbas kepada keturunannya. Setelah Raja Silahisabungan menciptakan keseluruhannya, ia pun meninggal dunia. Raja Silahisabungan meninggal di depan tugu (monumen). Di depan tugu tersebut adalah air tempat pemandian Raja Silahisabungan. Karena ia mengetahui ia akan meninggal dunia, maka di air tersebutlah mas dan uang yang dibungkus dalam kain ditenggelamkan. Ditempat pemandian itu dilarang untuk bercanda dan sampai sekarang banyak keturunan marga Silahisabungan yang meminta sesuatu ke tempat pemandian Raja Silahisabungan tersebut. 11

12 Diletakkanlah sirih dan jeruk purut, dan mandilah keturunan marga Silahisabungan tersebut membersihkan diri dan meminta kesehatan. PEMBAHASAN Nilai Budaya dalam Cerita Kekerabatan Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu (Hula -hula, dongantubu, boru). Hubungan kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa baik karena pertautan darah, solidaritas marga, martandang dan segala yang berkaitan dengan hubungan kekerabatan karena perkawinan. Dalam cerita Batu Sigadap, terdapat tokoh-tokoh seperti ayah, ibu, anak dan saudara-saudara yang mencakup hubungan kekerabatan. Nilai kekerabatan dalam legenda Batu Sigadap terdiri dari lima persitiwa tuturan. Pertama, solidaritas tolong menolong yang dilakukan oleh Raja Silahisabungan kepada calon istri keduanya Boru Nairasaon. Kedua, Raja Silahisabungan menghormati ayah Boru Nairasaon, sehingga ia meminta persetujuan terlebih dahulu untuk menikahi Boru Nairasaon. Ketiga, ketika Boru Nairasaon memiliki seorang kekasih sebelum menikah dengan Raja Silahisabungan. Keempat, pada saat Raja Silahisabungan memberangkatkan anak dari istri keduanya menemui pamannya. Kelima, ketika anak-anak Raja Silahisabungan sudah akur. Religi Religi mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang, kemudian yang mengatur hubungannya dengan maha pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya. Orang Batak boleh dibilang sangat religius. Dalam kepercayaan religi Batak, leluhur adalah perwakilan dari debata Mula Jadi Nabolon (Tuhan Maha Pencipta) di dunia. Dengan menghormati nenek moyang, berarti juga menghormati Tuhan. 12

13 Hubungan adat yang berwujud pemujaan terhadap Debata Mula Jadi Nabolon dengan religi yang telah masuk kedalam masyarakat Batak Toba, yang sebagian besar adalah Kristen Protestan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat batak Toba. Pengormatan terhadap Debata Mula Jadi Nabolon juga terlihat dari pembangunan tugu yang diciptakan oleh masyarakat Batak toba. Di Silalahi sendiri didirikan tugu Silalahi tempat makam Raja Silahisabungan yang cukup mewah. Nilai religi dalam legenda Batu Sigadap terdapat tiga peristiwa tutur. Doa merupakan jalan untuk memohon kepada sang pencipta. Dalam legenda Batu Sigadap. Tuturan pertama, Raja Silahisabungan dan keluarga mengadakan upacara sambil berdoa kepada Tuhan Maha Pencipta dihadapan Sagu-Sagu Marlangan. Tuturan kedua, agar menjauhi larangan Tuhan. Untuk mengantisipasi perilaku anak-anak Raja Silahisabungan agar tidak melakukan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, Raja Silahisabungan menciptakan Batu Sigadap. Tuturan ketiga, Raja Silahisabungan kembali mendoakan Batu Sigadap Hagebeon Orang sangat menghargai orang yang memiliki banyak anak dan berumur panjang. Dahulu semakin banyak anak, dianggap semakin kaya seseorang. Kehadiran anak dianggap sebagai generasi penerus orang tuanya, yang akan membawa nama keluarga dikemudian hari. Dalam prinsip hagabeon, disebut juga dengan prinsip saurmatua, yaitu seseorang yang mati sempurna pada saat dia tua dengan anak-anak yang sudah menikah dan memiliki banyak cucu. Nilai Hagabeon ( banyak anak) terdapat dua perstiwa tutur. Pertama, Raja Silahisabungan memiliki tujuh orang anak dan satu putri dari istri pertamanya, boru Padang Batanghari. Kedua, disebutkan Raja Silahisabungan memiliki satu orang anak dari istri kedua. Uhum (Hukum ) Sebelum adanya hukum formal seperti sekarang, masyarakat Batak Toba menganut hukum tradisional yang berkaitan dengan hukum adat. Harahap & Siahaan (1987:166) juga mengatakan hukum tradisional mengandung makna religi dan kesadaran hukum formal. Hukum tradisonal adalah aturan yang datang 13

14 dari Debata Mula Jadi Nabolon melalui nenek moyang hula-hula, yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya, sekaligus mengatur hubungan manusia dengan roh nenek moyang dan Debata Mula Jadi Nabolon. Selain bersumber dari uhum adat yang berlaku dikalangan masyarakat, Uhum juga ditetapkan oleh kepala-kepala suku atau raja-raja adat setempat. Dalam cerita Batu Sigadap makna hukum sangatlah kuat. Batu Sigadap berlaku bagi masyarakat Silalahi tidak lain sebagai penghakiman terakhir yang melakukan pelanggaran. Nilai hukum terdapat dua perstiwa tutur. Tuturan pertama menyebutkan hukuman orang jahat yang hendak masuk Silalahi akan berputar-putar di sekeliling Pagar. Tuturan kedua menyebutkan orang yang bersalah akan mendapat hukuman mati dihadapan Batu Sigadap. Konflik Menurut Harahap, konflik dipandang dari sudut lain, merupakan komponen yang penting dalam proses sosialisasi orang Toba. Proses melibatkan atau dilibatkan dalam suasana konflik, mendidik orang toba menjadi orang yang terbuka. Hal ini dapat dipahami, karena hampir tidak ada konflik yang disembunyikan. Berkonflik dalam masyarakat Toba bukanlah suatu aib Nilai konfik dalam legenda Batu Sigadap terdapat tiga peristiwa tutur. Pertama, kemarahan marga Sianturi mengetahui boru Nairasaon telah menikah. Kedua, Kebencian anak-anak Raja Silahisabungan terhadap saudara tirinya yang dimanja oleh Raja Silahisabungan. Ketiga, adanya saudara tiri, menimbulkan seringnya perkelahian. Hamoraon (kekayaan) Harahap menyatakan bahwa hamoraon merupakan salah satu nilai budaya yang mendasari mendorong orang Batak, khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak. Secara lebih luas hamoraon merupakan tujuan hidup untuk menyejahterakan dan menjadi sumber penting otoritas. Kekayaan dianggap sebagai lambang keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan kekayaan, ia bisa mengangkat status sosial dirinya di mata keluarga. 14

15 Nilai hamoraoan juga disebutkan sebagai pemicu bagi orang Batak untuk meraih kehormatan diri dan keluarganya. Nilai Hamoraon terdapat dua perstiwa tutur. Yang pertama, Raja Silahisabungan adalah pemilik tanah Silalahi. kedua, Raja Silahisabungan memiliki banyak uang dan emas. Hasangapon (arif dan bijaksana) Istilah hasangapon bagi masyarakat Batak Toba adalah pemberi kearifan dan kebijaksanaan. Seseorang akan dikatakan sangap jika ia mampu bersikap arif dan bijaksana dalam menyelesaika konflik atau masalah Nilai Hasangapon terdapat dua peristiwa tutur. Pertama, Raja Silahisabungan meminta kepada anak-anaknya agar menuruti nasehatnya. Kedua, anak-anak Raja Silahisabungan lebih mempercayai saudara perempuan mereka untuk mewakilkan permintaan kepada sang ayah. Pengayoman (Pelindung) Kehadiran pengayom dalam kehidupan orang Toba sangat diperlukan. Pengayom adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaati, pencipta ketentraman batin. Pengayom hanya diperlukan pada saat-saat yang kritis, misalnya ketika yang diayomi mengalami penderitaan baik lahir maupun batin Nilai pengayoman terdapat satu peristiwa tutur, yaitu pada saat anak Raja Silahisabungan mengadu kepada istri pertama Raja Silahisabungan. Relevansi Legenda Batu Sigadap dengan Nilai Budaya Masyarakat Silalahi Dewasa ini. Legenda Batu Sigadap sangat relevan atau berhubungan dengan pola hidup masyarakat Silalahi. Hal ini dapat dilihat dari cara pandang masyarakat terhadap cerita legenda tersebut. Masyarakat Silalahi meyakini kebenaran cerita Batu Sigadap. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legenda Batu Sigadap tidak terlepas dengan pola budaya masyarakat dewasa ini. Masyarakat Silalahi juga menganggap bahwa cerita itu ada dan benar-benar terjadi, dari keyakinan 15

16 inilah lahir kepercayaan atau nilai-nilai yang bersifat religius, sehingga masyarakat Silalahi mempercayai dan meyakini adanya kekuatan-kekuatan supranatural yang dilahirkan cerita tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dari seorang ahli budaya Silalahi, Efendi Silalahi (50 tahun) kebanyakan pihak yang bertikai akan menolak dibawa ke Batu Sigadap karena masih mempercayai kekuatan didalamnya dan memilih menyelesaikan masalah berdasarkan kekeluargaan daripada menerima konsekwensi yang berat. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Dalam cerita lisan legenda Batu Sigadap terdapat delapan nilai utama budaya Batak Toba, Nilai kekerabatan terdapat lima peristiwa tutur, religi tiga peristiwa tutur, konflik tiga peristiwa tutur, hasangapon dua peristiwa tutur, hagabeon dua peristiwa tutur, hamoraon dua peristiwa tutur, hukum dua peristiwa tutur dan pengayoman satu peristiwa tutur, legenda Batu Sigadap juga masih sangat relevan terhadap masyarakat Silalahi. Mereka masih sangat mempercayai kekuatan Batu Sigadap, sehingga memilih menyelesaikan masalah secara kekeluargaan daripada diperhadapakan pada Batu Sigadap, nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita Batu Sigadap juga tidak terlepas dengan pola budaya yang dianut oleh masyarakat Silalahi. Nilai-nilai budaya yang ada dalam legenda Batu Sigadap masih diterapkan dalam kehidupan masyarakat Silalahi, dan itu sebabnya Batu Sigadap dikeramatkan oleh masyarakat Silalahi. DAFTAR PUSTAKA Danandjaja, James Folkor Indonesia Ilmu Gosip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Grafitipers Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps Harahap, B.H. dan Hotman M Siahaan Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar 16

17 Moleong, Lexy. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Simanjuntak, Bungaran Antonius Melayu Pesisir dan Batak Toba Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945, Suatu Pendekatan Sejarah, Antropolgi Budaya Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Sukatman Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta: LaksBang Sutrisno, Mudji Filsafat Kebudayaan Ikhtiar Sebuah Teks. Penerbit: Hujan Kabisat Tinambunan, T.Raman, dkk Sastra Lisan Dairi Inventarisasi dan Analisis Struktur Prosa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemngembangan Bahasa Sumber Lain Edward Silalahi, Sejarah Silalahi, Error! Hyperlink reference not valid., 06/12/2012 Hogasipayung, Sejarah Batu Sigadap, 06/11/2012 Nurelide Menelusuri Makna Simbolik Budaya Batak Toba Dalam Sastra Lisan Batak Toba Tinjauan Antropologis dan Semiotik. (Pada Penelitian Mandiri) Medan: Pusat Bahasa Meretas Budaya Masyarakat Batak Toba Dalam Cerita Sigalegale Telaah Cerita Rakyat Dengan Pendekatan Antropologi Sastra. (Tesis) Semarang: Universitas Diponegoro 17

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA BATAK TOBA DALAM SASTRA LISAN HUTA SILAHISABUNGAN. Oleh SARMAIDA T.R. SIGALINGGING

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA BATAK TOBA DALAM SASTRA LISAN HUTA SILAHISABUNGAN. Oleh SARMAIDA T.R. SIGALINGGING STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA BATAK TOBA DALAM SASTRA LISAN HUTA SILAHISABUNGAN Oleh SARMAIDA T.R. SIGALINGGING ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur cerita rakyat Batak Toba huta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang menjadikannya sebagai suatau tradisi dalam kelompok masyarakat.sastra lisan hadir sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini. BAB V KESIMPULAN Suku Batak Toba merupakan suku yang kaya akan budaya salah satunya falasafah Dalihan Na Tolu yang menjadi landasan orang Batak Toba dalam bermasyarakat. Dalihan Na Tolu ini mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak merantau. Suku Batak terdiri dari beberapa subsuku, yaitu: Toba,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan bagian folklore, yang dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok

Lebih terperinci

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA Oleh Sandro Tamba Hendra K. Pulungan, S. Sos., M.I.Kom Pengkajian terhadap sastra merupakan kajian yang cukup menarik dengan memperhatikan segi media

Lebih terperinci

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI BUDAYA BATAK TOBA DALAM SASTRA LISAN LEGENDA NAMARTUA LIMANG. Oleh Listra Panjaitan Drs. M. Joharis Lubis, M,M, M.

ANALISIS NILAI BUDAYA BATAK TOBA DALAM SASTRA LISAN LEGENDA NAMARTUA LIMANG. Oleh Listra Panjaitan Drs. M. Joharis Lubis, M,M, M. ANALISIS NILAI BUDAYA BATAK TOBA DALAM SASTRA LISAN LEGENDA NAMARTUA LIMANG Oleh Listra Panjaitan Drs. M. Joharis Lubis, M,M, M.Pd Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lima nilai budaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung 1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Samosir merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah-tengah Danau Toba. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan masyarakat Batak Toba. Di pulau inilah lahir si

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MULTIKULTURAL DALIHAN NA TOLU DALIHAN NA TOLU DALAM PERSPEKTIF KONSELINGMULTIKULTURAL

BAB IV KAJIAN MULTIKULTURAL DALIHAN NA TOLU DALIHAN NA TOLU DALAM PERSPEKTIF KONSELINGMULTIKULTURAL BAB IV KAJIAN MULTIKULTURAL DALIHAN NA TOLU Mengacu pada temuan hasil penelitian maka dalam bab ini akan membahas secara khusus dalihan na tolu dalam perspektif konseling multikultural. 4.1.1 DALIHAN NA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Belakangan ini Kehidupan masyarakat Batak semakin maju dan berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Belakangan ini Kehidupan masyarakat Batak semakin maju dan berkembang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini Kehidupan masyarakat Batak semakin maju dan berkembang, terutama di perkotaan seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.Dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Siti Nurfaridah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa flowersfaragil@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. Banyaknya pulau-pulau di Indonesia menghadirkan suku dan budaya yang memiliki adat istiadat yang berbeda disetiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak sebagai salah satu golongan ethnis di Sumatera sejak dahulu sampai kini menempuh kebudayaannya menurut kepribadian sendiri. Tampaknya moderenisasi yang terjadi

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Oleh: Mentari Nurul Nafifa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mentarinurul.93@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkat-tingkat) sosial. Perbedaan itu tidak

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ekspressi perasaan, pikiran dan pergumulan manusia yang terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati manusia

Lebih terperinci