PEDOMAN BUDIDAYA FLORIKULTURA YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FLORICULTURE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN BUDIDAYA FLORIKULTURA YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FLORICULTURE)"

Transkripsi

1 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA FLORIKULTURA YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FLORICULTURE) PEDOMAN BUDIDAYA FLORIKULTURA YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FLORICULTURE) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek yang sangat cerah sebagai komoditas unggulan ekspor maupun untuk pemasaran di dalam negeri. Pada era perdagangan global, tidak lagi mengandalkan hambatan tarif tetapi lebih menekankan pada hambatan teknis berupa persyaratan mutu, sanitary dan phytosanitary. Kondisi ini menuntut produsen untuk meningkatkan daya saing produknya termasuk tanaman florikultura. Menghadapi tuntutan persyaratan tersebut, dan dalam rangka menghasilkan produk florikultura bermutu yang diproduksi secara ramah lingkungan serta menindaklanjuti amanat Pasal 65 dan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura dan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, maka perlu disusun pedoman budidaya florikultura yang baik, mencakup penerapan teknologi yang ramah lingkungan, pencegahan penularan OPT, penjagaan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan petani, serta prinsip penelusuran balik (traceability). Pedoman Budidaya Tanaman Florikultura Yang Baik selanjutnya dijabarkan ke dalam petunjuk teknis atau Standard Operational Procedure (SOP) spesifik komoditas, agar dapat dilakukan registrasi lahan usaha sebagai bukti bahwa pelaku usaha telah menerapkan GAP. B. Maksud Maksud diterbitkannya Pedoman Budidaya Florikultura Yang Baik (Good Agriculture Practices for Floriculture) ini sebagai panduan

2 6 dalam melaksanakan kegiatan budidaya tanaman florikultura secara baik. C. Tujuan Tujuan dari penerapan Pedoman Budidaya Florikultura Yang Baik untuk: 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman; 2. Meningkatkan mutu produk dan efisiensi produksi tanaman florikultura; 3. Menjamin pelestarian, kesuburan lahan, penggunaan sumber daya dan sistem produksi yang berkelanjutan/ramah lingkungan; 4. Menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja; 5. Menjamin keamanan konsumen; 6. Meningkatkan daya saing dan peluang penerimaan oleh pasar internasional maupun domestik; 7. Meningkatkan kesejahteraan petani. D. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik meliputi: 1. Kriteria. 2. Registrasi dan Sertifikasi. 3. Dasar-dasar Usaha Tani a. Lahan; b. Kelestarian Lingkungan; c. Tenaga Kerja. 4. Dasar-dasar Budidaya a. Lahan; b. Penggunaan Benih/Varietas; c. Penanaman; d. Pemupukan; e. Perlindungan Tanaman; f. Pengairan; g. Pengawasan, Pencatatan dan Penelusuran Balik. 5. Tanaman Hias dan Bunga. 6. Alat dan Mesin Pertanian. 7. Pengaduan.

3 7 8. Pencatatan. 9. Evaluasi Internal. E. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Tanaman Florikultura adalah suatu kelompok jenis tanaman hortikultura yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keindahan, keasrian dan kenyamanan di dalam ruang tertutup dan/atau terbuka. 2. Budidaya Tanaman Florikultura adalah semua kegiatan proses produksi yang meliputi kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan pascapanen florikultura. 3. Benih Tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman. 4. Varietas adalah bagian dari suatu jenis tanaman yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama. 5. Varietas Unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh pemerintah baik berupa varietas baru maupun varietas lokal yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifat-sifat lainnya. 6. Perlindungan Tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman florikultura yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan. 7. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. 8. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. 9. Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman. 10. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung.

4 8 11. Konservasi Lahan adalah semua kegiatan untuk mencegah penurunan daya dukung lahan, menghindari erosi dan terbawanya unsur hara sehingga akan menurunkan kualitas tanah dan tingkat kesuburannya. 12. Standard Operational Procedure (SOP) budidaya adalah cara berbudidaya yang baik spesifik komoditas yang mengacu kepada GAP. 13. Produk Aman Bagi Konsumen adalah produk yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya dan tidak mengandung cemaran biologis, kimiawi maupun fisik. 14. Produk Bermutu adalah produk yang memenuhi kriteria dan/atau standar mutu sesuai dengan persyaratan kebutuhan konsumen. 15. Panen adalah serangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya tanaman dengan cara dipetik, dipotong, ditebang dan/atau dicabut. 16. Pascapanen adalah kegiatan setelah panen yang meliputi pembersihan, pencucian, penyortiran, pengkelasan (grading), pengolahan primer (pengeringan, pewarnaan), pengemasan, pelabelan dan penyimpanan. 17. Usaha Budidaya Ramah Lingkungan adalah usaha budidaya yang dilakukan dengan prinsip tidak merusak dan mencemari lingkungan terkait dengan aspek pemanfaatan sumberdaya alam, pembuangan limbah dan keamanan lingkungan. 18. Perwilayahan Komoditas adalah penentuan wilayah yang diperuntukkan bagi pengembangan suatu komoditas karena dinilai sesuai dengan pertimbangan agroekologi, sosio ekonomi dan pemasaran serta persediaan prasarana, sarana dan teknologinya. 19. Kebun/Lahan Usaha adalah tempat diusahakannya budidaya tanaman florikultura yang ada batas-batasnya. 20. Registrasi Lahan Usaha adalah proses penomoran atau pengkodean lahan usaha yang telah memenuhi persyaratan penerapan GAP Florikultura. 21. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada pelaku usaha, produk, proses dan usaha florikultura. 22. Dinas adalah dinas yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi di bidang pengembangan hortikultura. 23. Catatan Lahan Usaha adalah dokumen yang berupa tulisan dan/atau gambar yang memberikan bukti obyektif dari

5 9 serangkaian kegiatan usaha pertanian yang dilakukan atau hasil yang dicapai. 24. Pelaku Usaha adalah petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, asosiasi, atau badan usaha yang bergerak di bidang budidaya florikultura. 25. Pemohon adalah pelaku usaha tanaman florikultura yang telah menerapkan GAP tanaman florikultura pada pengelolaan lahan usahanya dan mengajukan permohonan untuk diregistrasi sebagai lahan usaha GAP tanaman florikultura baik yang baru maupun perpanjangan. 26. Pembina adalah petugas/pegawai pemerintah atau lainnya yang memiliki kompetensi untuk melakukan verifikasi, pembinaan dan pendampingan lahan usaha yang menerapkan GAP tanaman florikultura. 27. Penilai adalah petugas/pegawai pemerintah atau lainnya yang memiliki kompetensi dalam melakukan penilaian terhadap lahan usaha yang telah menerapkan GAP tanaman florikultura. II. KRITERIA Kriteria yang digunakan dalam Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik ada tiga kelompok, yaitu: 1. Dianjurkan/A (*) yaitu dianjurkan untuk dilaksanakan; 2. Sangat dianjurkan/sa (**) yaitu sangat dianjurkan untuk dilaksanakan; atau 3. Wajib/W (***) yaitu harus dilaksanakan. III. REGISTRASI DAN SERTIFIKASI 1. Lahan Usaha yang dinilai dan memenuhi persyaratan GAP diberi nomor registrasi. 2. Registrasi dilakukan oleh Dinas Provinsi yang membidangi tanaman hortikultura. 3. Lahan usaha yang telah diregistrasi siap untuk disertifikasi. 4. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi terakreditasi atau yang ditunjuk. IV. DASAR-DASAR USAHA TANI A. Lahan 1. Pemilihan Lokasi a. lokasi lahan usaha berada di daerah sentra produksi sesuai dengan RUTR/RDTRD komoditas. (A)

6 10 b. lokasi lahan usaha sesuai dengan peta pewilayahan komoditas yang akan diusahakan. (A) c. ada catatan riwayat penggunaan lahan. (SA) 2. Peta Lokasi Tersedia peta/denah/lokasi lahan. (A) 3. Kesuburan Lahan Tingkat kesuburan lahan cukup baik. (A) 4. Penyiapan Lahan a. lahan bebas dari pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. (W) b. kemiringan lahan kurang dari 30% atau bila sampai 40% harus diikuti dengan melakukan tindakan konservasi. (W) c. penyiapan lahan/media tanam dilakukan dengan cara yang dapat menghindarkan terjadinya erosi. (SA) B. Kelestarian Lingkungan 1. Analisis Dampak Lingkungan Sebelum pembukaan lahan dilakukan analisis dampak lingkungan. (A). 2. Isu Lingkungan a. pelaku usaha memahami dampak usaha taninya terhadap pelestarian lingkungan. (SA) b. penambahan bahan kimia dalam penyiapan lahan dan media tanam tidak mencemari lingkungan. (SA) 3. Pengolahan Limbah Tersedia tempat atau fasilitas pembuangan dan/atau pengolah limbah yang letaknya terpisah dari lokasi produksi untuk mencegah terjadinya resiko cemaran pada produk dan lingkungan. (W) C. Tenaga Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Pekerja 1. Tenaga Kerja a. tenaga kerja yang bekerja di usaha budidaya memiliki keahlian, keterampilan dan kompetensi di bidang budidaya dan keselamatan kerja. (SA) b. tenaga kerja telah mendapat pelatihan sesuai bidang dan tanggung jawabnya. (SA) c. tenaga kerja memenuhi Peraturan Ketenagakerjaan. (SA)

7 11 2. Keselamatan dan Kesehatan Pekerja a. pekerja yang menangani peralatan/bahan berbahaya harus mengikuti pelatihan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3). (SA) b. prosedur penanganan kecelakaan kerja dipajang di tempat kerja. (SA) c. tersedia fasilitas sanitasi dan P3K di lokasi tempat produksi/kebun. (SA) d. pekerja mengetahui peraturan tentang keselamatan kerja, dan tata cara pencegahan. (SA) e. pekerja yang menangani pestisida menjalani pengecekan kesehatan secara berkala. (SA) f. pekerja harus menggunakan peralatan dan perlengkapan atau pelindung keselamatan kerja sesuai dengan anjuran. (W) g. tersedia tempat untuk menyimpan baju/perlengkapan pelindung kerja. (A) V. DASAR-DASAR BUDIDAYA A. Lahan 1. Penyiapan Lahan a. dilakukan tindakan untuk mempertahankan kesuburan tanah. (SA) b. penyiapan lahan/media tanam dilakukan dengan cara yang dapat memperbaiki atau memelihara struktur tanah dan menghindari terjadinya pemadatan tanah. (SA) 2. Media Tanam a. media tanam diketahui sumbernya. (A) b. media tanam tidak mengandung cemaran Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). (W) c. media tanam yang digunakan tidak mengandung OPT. (A) B. Penggunaan Benih dan Varietas Tanaman 1. Mutu Benih a. benih yang ditanam merupakan varietas unggul komersial. (A) b. benih memiliki surat keterangan mutu. (A) c. label benih disimpan. (A)

8 12 2. Perlakuan Benih Penggunaan bahan kimia untuk perlakuan benih sesuai anjuran. (SA) C. Penanaman Teknik menanam Penanaman sudah dilakukan sesuai dengan teknik budidaya anjuran. (SA) D. Pemupukan 1. Jenis Pupuk a. pupuk terdaftar atau diizinkan oleh pemerintah. (SA) b. penggunaan pupuk organik yang telah mengalami dekomposisi dan layak digunakan. (SA) c. pemupukan sesuai anjuran. (SA) d. penggunaan pupuk tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. (SA) e. kotoran manusia tidak digunakan sebagai pupuk. (W) 2. Penyimpanan Pupuk a. pupuk disimpan pada tempat yang bersih, kering dan tidak lembab. (A) b. pupuk disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari, hujan, air dan api. (SA) c. pupuk disimpan di tempat aman dan terpisah dengan produk pertanian. (W) d. pupuk yang berbentuk cair, granular dan bubuk disimpan pada tempat yang benar yang meminimalkan resiko pencemaran lahan produksi dan sumber air. (SA) e. pupuk disimpan dengan cara yang benar dan mengurangi resiko pencemaran lingkungan. (SA) 3. Kompetensi a. pelaku usaha mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan pemupukan. (A) b. aplikasi cara pemupukan berdasarkan rekomendasi para ahli, dosis/konsentrasi, jenis, frekuensi. (SA)

9 13 E. Perlindungan Tanaman 1. Prinsip Perlindungan Tanaman a. pengendalian OPT sesuai prinsip PHT. (SA) b. penggunaan pestisida sesuai dengan anjuran rekomendasi dan aturan pakai. (SA) 2. Kompetensi Pelaku usaha mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasikan pestisida. (W) 3. Pestisida a. pestisida yang digunakan terdaftar dan diizinkan, bila untuk tujuan ekspor disesuaikan dengan peraturan negara tujuan. (SA) b. pestisida yang digunakan belum kadaluwarsa. (SA) 4. Penyimpanan Pestisida a. pestisida disimpan di lokasi yang layak/kokoh. (SA) b. pestisida disimpan di ruang yang berventilasi baik. (SA) c. pestisida disimpan di tempat aman dan terpisah dari produk pertanian. (W) d. pestisida disimpan di tempat dengan pencahayaan yang baik untuk memastikan agar label dapat dibaca dengan jelas. (SA) e. pestisida disimpan dalam kemasan asli. (SA) f. pestisida cair diletakkan terpisah dari pestisida bubuk. (SA) g. tempat penyimpanan pestisida mampu menahan tumpahan. (SA) h. terdapat pedoman/tata cara penanggulangan kecelakaan akibat keracunan pestisida yang terletak pada lokasi yang mudah dibaca/dilihat. (SA) i. terdapat fasilitas untuk mengatasi keadaan darurat. (SA) j. tanda-tanda peringatan potensi bahaya pestisida diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan strategis. (SA) 5. Penanganan Wadah Pestisida a. wadah bekas pestisida ditangani dengan benar agar tidak mencemari lingkungan. (SA) b. wadah bekas pestisida dirusakkan agar tidak digunakan untuk keperluan lain. (SA) c. kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan digunakan untuk pengendalian di tempat lain. (SA)

10 14 6. Peralatan a. peralatan aplikasi pestisida dirawat secara teratur agar selalu berfungsi dengan baik. (SA) b. peralatan aplikasi pestisida dikalibrasi secara berkala untuk menjaga keakurasiannya. (SA) c. tersedia peralatan yang memadai untuk menakar dan mencampur pestisida. (SA) d. tersedia panduan penggunaan peralatan dan aplikasi pestisida. (A) F. Pengairan 1. Ketersediaan air sesuai dengan kebutuhan tanaman. (SA) 2. Air yang digunakan untuk irigasi tidak mengandung limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). (SA) 3. Terdapat fasilitas pengelolaan air limbah. (A) 4. Penggunaan air pengairan tidak bertentangan dengan kepentingan umum. (SA) G. Pengawasan, Pencatatan dan Penelusuran Balik 1. Pengawasan Tersedia dokumen hasil pengawasan internal terhadap penerapan GAP Florikultura. (SA) 2. Pencatatan Tersedia catatan tentang tahap kegiatan mulai dari jenis/varietas, mutu benih, tanggal kadaluwarsa, jenis, dosis pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, bahan aktif pestisida, cara aplikasi, dosis, waktu pengairan, frekuensi, penggunaan bahan kimia, dosis, waktu aplikasi, alasan pengguna. (SA) VI. TANAMAN HIAS DAN BUNGA A. Benih/Varietas Pemilihan Benih a. pelaku usaha memahami kualitas dan spesifikasi benih. (W) b. pemilihan benih sesuai dengan preferensi pasar. (A) B. Pengelolaan Lahan dan Media Tanam 1. Sterilisasi media Dilakukan sterilisasi media. (A) 2. Fumigasi tanah a. tersedia rekomendasi tanah di fumigasi. (A) b. interval fumigasi dan waktu tanam harus dicatat. (A)

11 15 C. Penggunaan Pupuk Kebutuhan nutrisi a. tanaman dan tanah diberi pupuk untuk meminimalkan kekurangan nutrisi. (A) b. aplikasi pemupukan berdasarkan perhitungan kebutuhan tanaman. (A) D. Panen Kebersihan a. tersedia fasilitas toilet dan tempat mencuci tangan yang bersih. (SA) b. wadah hasil panen yang akan digunakan dalam keadaan baik, bersih dan tidak terkontaminasi. (SA) E. Perlakuan Pascapanen 1. Kualitas Air Pencucian hasil panen menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak berbau, tidak terkontaminasi). (SA) 2. Penggunaan Bahan Kimia a. bahan kimia yang digunakan dalam proses pascapanen terdaftar dan diizinkan. (SA) b. penggunaan bahan kimia untuk perlakuan pascapanen hanya dilakukan jika tidak ada alternatif lain. (A) c. tersedia dokumen yang jelas dan memadai tentang penggunaan perlakuan pascapanen. (SA) 3. Pengemasan a. pengemasan atau pengepakan yang dilakukan bisa melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan. (A) b. tempat pengemasan bersih, bebas dari hama dan kontaminasi. (SA) c. kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk. (W) 4. Penyimpanan Ruang penyimpanan mampu melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan. (SA) 5. Kompetensi Pelaku usaha mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasikan bahan kimia. (SA) 6. Tempat Pengemasan Tempat/areal pengemasan terpisah dari tempat penyimpanan pupuk dan pestisida. (SA)

12 16 VII. SARANA, PERALATAN DAN MESIN PERTANIAN A. Penggunaan alsintan dilakukan secara tepat. (A) B. Sarana, peralatan, dan mesin pertanian dirawat secara teratur. (A) C. Peralatan dan mesin yang terkait dengan pengukuran dikalibrasi secara berkala. (SA) VIII. PENGADUAN A. Tersedia catatan tentang keluhan/ketidakpuasan konsumen. (SA) B. Tersedia catatan mengenai langkah koreksi dari keluhan konsumen. (SA) C. Terdapat dokumen tindak lanjut dari pengaduan. (SA) IX. PENCATATAN A. Tersedia sistem pencatatan yang mudah ditelusuri. (SA) B. Catatan dan dokumentasi selalu diperbarui. (SA) X. EVALUASI INTERNAL A. Tersedia bukti bahwa evaluasi internal dilakukan secara periodik. (SA) B. Tersedia catatan tindakan perbaikan sesuai hasil evaluasi. (A) XI. PENUTUP Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik (Good Agriculture Practices for Floriculture) bersifat umum, belum spesifik komoditi, dan bersifat dinamis yang akan disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat. Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik (Good Agriculture Practices for Floriculture) agar disosialisasikan kepada pemangku kepentingan dan pelaku usaha untuk dapat menerapkan dan meregistrasi lahan usaha dalam budidaya florikultura. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, SUSWONO

13 17 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA FLORIKULTURA YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FLORICULTURE) TATACARA PENERAPAN REGISTRASI LAHAN USAHA DALAM BUDIDAYA TANAMAN FLORIKULTURA YANG BAIK A. PROSES DAN SYARAT PERMOHONAN 1. Proses permohonan sampai dengan penerbitan nomor registrasi paling lama 6 (enam) bulan. 2. Permohonan registrasi lahan usaha dilakukan melalui permohonan sesuai format-1a dan format-1b. 3. Formulir permohonan registrasi meliputi permohonan untuk registrasi baru dan/atau registrasi perpanjangan. 4. Pemohon registrasi baru mengajukan permohonan kepada Dinas provinsi melalui Dinas kabupaten/kota sesuai format-1a dan format-1b. 5. Proses dan syarat perpanjangan sebagai berikut: a. pemohon mengajukan permohonan perpanjangan registrasi kepada Dinas provinsi melalui Dinas kabupaten/kota sesuai format-2a dan format-2b; b. prosedur perpanjangan nomor registrasi dilaksanakan sama dengan proses registrasi awal, dengan mengajukan permohonan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum masa berlaku nomor registrasi berakhir; c. pemohon yang masa berlaku nomor registrasinya telah berakhir tetapi sudah mengajukan permohonan perpanjangan tetap dapat melaksanakan kegiatannya sampai terbit keputusan hasil penilaian yang tetap dan untuk sementara waktu akan diterbitkan persetujuan oleh Kepala Dinas provinsi. 6. Pemohon perlu mengajukan permohonan registrasi baru apabila terjadi perubahan kepemilikan lahan, jenis komoditas yang diusahakan dan/atau lokasi lahan usaha. 7. Pemohon registrasi harus memenuhi persyaratan: a. telah memahami dan menerapkan GAP;

14 18 b. telah memahami dan menerapkan prinsip-prinsip PHT; c. telah memiliki, memahami dan menerapkan SOP; d. telah melakukan pencatatan/pembukuan. 8. Bagi pemohon kelompok tani/gabungan kelompok perlu menambahkan persyaratan dokumen: a. pernyataan kesanggupan anggota untuk melaksanakan kesepakatan pelaksanaan GAP sesuai keputusan kelompok; dan b. struktur organisasi kelompok tani/gabungan kelompok tani yang menerapkan GAP untuk diregistrasi. B. VERIFIKASI DAN PENILAIAN 1. Verifikasi Verifikasi dilakukan untuk menilai dokumen administrasi terhadap berkas/dokumen permohonan yang dilaksanakan oleh petugas Pembina. a. apabila ditemukan kekurangan/ketidaklengkapan, maka berkas/dokumen akan dikembalikan ke pemohon agar diperbaiki/dilengkapi; b. apabila berkas/dokumen telah lengkap, maka berkas/dokumen akan disampaikan ke Kepala Dinas untuk ditindaklanjuti. 2. Penilaian Penilaian dilakukan oleh petugas penilai atas lahan usaha untuk mengetahui tingkat kepatuhan dalam penerapan GAP setelah mendapat persetujuan/perintah dari Kepala Dinas dan dilakukan dengan menggunakan check list Penilaian Lahan Usaha GAP sebagaimana format Hasil penilaian a. Hasil penilaian lapangan dinyatakan dengan kategori: 1) Lulus a) pemohon dinyatakan lulus, apabila memenuhi 100% kategori kegiatan wajib (W), minimal 60% kegiatan kategori Sangat Anjuran (SA) dan minimal 40% kegiatan kategori Anjuran (A); b) bagi pemohon baru dapat diterbitkan nomor registrasi lahan usaha dan diberikan surat keterangannya. Sedangkan bagi pemohon perpanjangan dapat memperoleh perpanjangan nomor registrasi atau memakai nomor registrasinya

15 19 kembali yang diterakan dalam surat keterangan yang baru. 2) Lulus dengan catatan perbaikan a) hasil ini diberikan apabila ditemukan ketidakpatuhan/penyimpangan kegiatan khususnya pada kategori Sangat Dianjurkan (SA) dan Anjuran (A) sehingga tidak memenuhi syarat minimal; b) dalam waktu tidak terlalu lama (maksimal 3 (tiga) bulan sejak diterima keputusan perbaikan) diharapkan dapat segera diperbaiki; c) untuk hasil ini, bagi pemohon hanya diberitahukan nomor registrasi lahan usahanya saja. Sedang Surat keterangan akan diberikan apabila pemohon telah melakukan perbaikan sebagaimana yang dimaksud dalam hasil penilaian; d) bila dalam kurun waktu perbaikan pemohon tidak juga melakukan perbaikan, maka nomor registrasi yang telah diberikan dianggap batal dan ditetapkan tidak lulus. 3) Tidak lulus a) hasil ini diberikan apabila ditemukan ketidakpatuhan/penyimpangan penerapan GAP terutama pada kategori Wajib (W) sehingga tidak memenuhi syarat minimal. b) kepada pemohon disarankan: i. melakukan perbaikan pada aspek kegiatan penerapan GAP yang tidak memenuhi persyaratan; ii. mengajukan permohonan registrasi kembali setelah melakukan perbaikan. b. Hasil penilaian selanjutnya disampaikan secara langsung kepada Kepala Dinas pertanian provinsi untuk diproses lebih lanjut. Alur registrasi lahan usaha tanaman florikultura sebagaimana bagan pada format-5. C. PEMBERIAN NOMOR REGISTRASI DAN SURAT KETERANGAN 1. Nomor registrasi dan surat keterangan diberikan kepada lahan usaha yang dinyatakan lulus dan memenuhi kriteria penilaian.

16 20 2. Nomor registrasi berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 2 (dua) tahun berikutnya setelah didahului dengan proses surveilan untuk pengesahannya. 3. Penerbitan nomor registrasi dan surat keterangan registrasi lahan usaha dilakukan oleh Dinas Provinsi berdasarkan Pedoman ini sesuai format Pola urutan nomor registrasi mengikuti format sebagai berikut: GAP IV.001 Segmen1 Segmen 2 Segmen3 Keterangan : Segmen 1 : GAP Hortikultura. Segmen 2 : Kode lokasi provinsi, kode lokasi kabupaten/kota, nomor lahan usaha mengacu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008 sebagaimana format-6). Segmen 3 : Kode kelompok Komoditas, urutan nomor komoditas yang diregistrasi mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 sebagaimana format-7, kode I untuk Buah Segar, kode II untuk Sayur Segar, kode III untuk tanaman Obat atau Tanaman Biofarmaka, dan kode IV untuk Tanaman Hias. 5. Nomor Registrasi dan surat keterangan Registrasi Lahan Usaha disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada Dinas kabupaten/kota dan Kementerian Pertanian c.q Direktorat Jenderal Hortikultura. 6. Nomor registrasi lahan usaha tidak bisa dipindahtangankan atau diperjualbelikan. D. SURVAILEN 1. Surat keterangan registrasi lahan usaha berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang selama 2 (dua) tahun berikutnya setelah didahului dengan survailen baik secara berkala maupun sewaktu-waktu untuk mengetahui komitmen dan konsistensi penerapan GAP pada lahan usaha yang telah mendapat nomor registrasi; 2. Survailen berkala dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun sejak surat keterangan registrasi diterbitkan atau survailen terakhir dilakukan;

17 21 3. Survailan sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila ada informasi dan/atau indikasi bahwa pemohon yang telah memperoleh surat keterangan registrasi melakukan ketidakpatuhan/penyimpangan atas pelaksanaan GAP. E. PEMBEKUAN, PENCABUTAN DAN PEMBERLAKUAN KEMBALI NOMOR REGISTRASI Tindakan pembekuan atau pencabutan nomor registrasi lahan usaha tanaman florikultura dilakukan apabila ditemukan adanya ketidakpatuhan atau terjadi penyimpangan atas pelaksanaan GAP. 1. Pembekuan nomor registrasi dilakukan apabila: a. ditemukan adanya ketidakpatuhan/penyimpangan atas kegiatan Wajib (W), Sangat dianjurkan (SA) dan Anjuran (A) pada GAP tanaman florikultura sesuai syarat minimal yang dipersyaratkan dan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan tidak dilakukan perbaikan atas ketidakpatuhan/penyimpangan tersebut; b. masa berlaku nomor registrasi telah habis dan pengajuan masa perpanjangannya disampaikan kurang dari 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum masa berlakunya habis. Untuk kondisi ini, maka pemohon harus mengajukan permohonan awal kembali. 2. Pencabutan nomor registrasi dilakukan apabila: a. nomor registrasi sudah 3 (tiga) kali dibekukan; b. selama 1 (satu) tahun setelah registrasi, pemohon tidak melakukan kegiatan sesuai komponen yang disyaratkan; atau c. atas permintaan pemohon. 3. Pemberlakukan kembali nomor registrasi Pemberlakuan kembali diberikan kepada pemegang nomor registrasi setelah yang bersangkutan terbukti telah melaksanakan perbaikan atas ketidakpatuhan/penyimpangan yang menjadi penyebab dikenakannya tindakan pembekuan. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, SUSWONO

18 22 FORMULIR PERMOHONAN REGISTRASI AWAL Format-1a Nomor :... (nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun) Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan Registrasi Lahan Usaha Tanaman Florikultura Yang Menerapkan GAP Kepada Yth. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.. Di... Dengan hormat, Bersama ini kami sampaikan permohonan agar kiranya lahan usaha tanaman florikultura yang kami kelola dapat diregistrasi sebagai lahan usaha tanaman florikultura GAP sesuai dengan aturan yang berlaku. Adapun data dan informasi teknis mengenai lahan usaha yang akan diregistrasi sebagaimana terlampir. Selanjutnya kami mohon kesediaannya untuk dapat memproses lebih lanjut permohonan ini. Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih. Hormat kami Pemohon, (nama jelas,tandatangan) Tembusan Yth: Kepala Dinas Pertanian Provinsi...

19 23 Format-1b DATA PERMOHONAN REGISTRASI AWAL A. DATA PEMOHON Jenis Pengajuan Registrasi Perorangan Kelompok Nama : Alamat : Telepon/HP : Alamat Alamat/Lokasi Lahan Usaha : Luas Lahan Usaha : Komoditas yang akan diregistrasi : B. INFORMASI AWAL LAHAN USAHA Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah sudah melakukan pencatatan kegiatan? 2. Apakah sudah memahami dan menerapkan SOP? 3. Apakah sudah memahami dan menerapkan prinsip-prinsip PHT? 4. Apakah sudah memahami dan menerapkan GAP? Gambar Denah Pencapaian Lokasi Lahan Usaha (contoh) Jl. Pramuka Jl. Sirep Gg. Antri Balai Desa Lokasi Gg. Masdikun Persetujuan dan Kesepakatan Dengan ini saya menyatakan bahwa informasi yang saya berikan di atas adalah benar, dan saya setuju untuk mengikuti aturan yang berlaku pada proses registrasi lahan usaha. Nama : Jabatan : Tempat, Tanggal : Nama Jelas & Tanda Tangan

20 24 Format-2a SURAT PERMOHONAN PERPANJANGAN REGISTRASI Nomor :... (nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun) Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan Perpanjangan Registrasi Lahan Usaha Tanaman Florikultura Yang Menerapkan GAP Kepada Yth. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota... di... Dengan hormat, Sehubungan dengan akan berakhirnya masa berlaku surat keterangan registrasi lahan usaha penerapan GAP pada lahan usaha yang kami kelola, maka bersama ini kami bermaksud mengajukan permohonan perpanjangan nomor registrasi lahan usaha tanaman florikultura dalam penerapan GAP sesuai ketentuan yang berlaku. Bersama surat ini juga kami lampirkan copy surat keterangan yang telah kami peroleh sebelumnya dan data/informasi teknis mengenai mengenai lahan usaha yang akan registrasi ulang sebagaimana terlampir. Selanjutnya kami mohon kesediaannya untuk dapat memproses lebih lanjut permohonan ini. Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih. Hormat kami Pemohon, Tembusan Yth : Kepala Dinas Pertanian Provinsi (nama jelas,tandatangan)

21 25 Format-2b DATA PEMOHON PERPANJANGAN REGISTRASI A. DATA PEMOHON Jenis Pengajuan Registrasi Perorangan Kelompok Nama : Alamat : Telepon/HP : Alamat Alamat/Lokasi Lahan Usaha : Luas Lahan Usaha : Komoditas yang akan diregistrasi : B. INFORMASI KONDISI LAHAN USAHA TERKINI Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah masih melakukan pencatatan kegiatan? 2. Apakah dokumen pencatatan masih dilakukan dan selalu diperbaharui? 3. Apakah penerapan SOP masih konsisten dilaksanakan? 4. Apakah penerapan prinsip PHT masih konsisten dilaksanakan? 5. Apakah penerapan GAP masih konsisten dilaksanakan?

22 26 CHECK LIST PENILAIAN PENERAPAN BUDIDAYA TANAMAN FLORIKULTURA YANG BAIK Format-3 I. DASAR-DASAR USAHA TANI NO I. LAHAN KEGIATAN A. Pemilihan Lokasi A.1 Apakah lokasi kebun/lahan usaha sesuai dengan RUTR/RDTRD? A.2 Apakah lokasi sesuai dengan peta pewilayahan komoditas? A.3 Apakah ada catatan riwayat penggunaan lahan? Kriteria A SA W Y T Y T Y T INDIKATOR A Lokasi lahan usaha sesuai untuk usaha pertanian, berada didaerah sentra produksi, tidak berada didaerah industri, sesuai dengan tata ruang setempat, tidak bertentangan dengan undangundang budidaya A Lokasi lahan usaha sesuai dengan peta pewilayahan komoditas yang akan diusahakan; Apabila peta pewilayahan komoditas belum tersedia, lokasi sesuai dengan Agro Ecology Zone (AEZ) SA Untuk lahan baru, dilakukan pengamatan/pe nelitian untuk mengetahui resiko yg dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. KET

23 27 NO KEGIATAN B. Pemetaan Lahan Kriteria A SA W Y T Y T Y T INDIKATOR Pengamatan tersebut meliputi: pemanfaatan lahan sebelumnya, potensi dampak produksi terhadap lingkungan sekitarnya, potensi dampak lahan yang berdekatan terhadap lahan baru. Terdapat catatan penggunaan/pe manfaatan lahan serta status dan hak penggunaannya (milik, sewa, sakap/ bagi hasil dll) KET Apakah tersedia peta lokasi lahan? C. Kesuburan Lahan A Tersedia peta kepemilikan lahan yang menginformasikan lokasi lahan produksi, tempat untuk mencampur dan menyimpan bahan kimia, sumber air/saluran drainase, tempat pembuangan limbah, gudang dan infrastruktur Apakah tingkat kesuburan lahan cukup baik? A Lahan untuk budidaya tanaman

24 28 NO KEGIATAN Kriteria A SA W Y T Y T Y T INDIKATOR memiliki kesuburan tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman yang mengandung unsur hara mikro dan makro yang cukup yang ditunjukkan oleh pertumbuhan tanaman yang baik atau kondisi tanah di lapang atau analisis tanah KET D. Penyiapan Lahan D.1 Apakah lahan bebas dari cemaran limbah bahan berbahaya dan beracun D.2 Apakah kemiringan lahan < 30%? W Lahan bebas dari pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun. Lahan usaha tidak dicemari limbah bahan berbahaya dan beracun dalam bentuk padat dan cair yang berasal antara lain dari limbah rumah tangga, rumah sakit dan buangan pabrik W Lahan yang digunakan untuk budidaya adalah lahan datar atau lahan yang mempunyai kemiringan kurang dari 30% atau

25 29 NO KEGIATAN D.3 Apakah penyiapan lahan dilakukan dengan cara yang dapat menghindarkan erosi? II. KELESTARIAN LINGKUNGAN E. Analisis dampak lingkungan Apakah sebelum pembukaan lahan dilakukan analisa dampak lingkungan untuk mengetahui potensi dampak? F. Isu Lingkungan F.1 Apakah pelaku memahami dampak usahataninya terhadap pelestarian lingkungan? Kriteria A SA W SA A Y T Y T Y T INDIKATOR apabila sampai 40% harus dengan melakukan tindakan konservasi (terasering, parit, guludan) Penyiapan lahan dilakukan dengan cara yang dapat menghindarkan terjadinya erosi permukaan tanah dan kelongsoran tanah sesuai dengan bangunan konservasi (terasering, parit, guludan) Pembukaan lokasi lahan sebaiknya dilakukan analisa dampak lingkungan SA Pelaku usaha harus memahami dampak usaha taninya terhadap pelestarian lingkungan mencakup aspek kesuburan tanah, KET

26 30 NO KEGIATAN F.2 Apakah pemberian bahan kimia untuk penyiapan lahan dan media tanam tidak mencemari lingkungan? G. Pengolahan Limbah III. Tenaga Kerja Apakah tersedia tempat atau fasilitas pembuangan dan/ atau pengolah limbah? A. Kompetensi Tenaga Kerja A.1 Apakah tenaga kerja yang bekerja di usaha budidaya mempunyai keahliaan, keterampilan dan kompetensi? Kriteria A SA W SA W Y T Y T Y T INDIKATOR keseimbangan mikroba tanah, kualitas air, sifat fisik tanah, bebas erosi dan lainnya Penambahan bahan kimia dalam penyiapan lahan dilakukan dengan cara yang menghindarkan terjadinya pencemaran lingkungan. Bahan kimia yang ditambahkan harus diketahui jenis dan asal usulnya serta cara aplikasinya Tersedia tempat pembuang/ pengolah limbah yang letaknya jauh dari lokasi produksi untuk mencegah terjadinya resiko cemaran pada produk SA Tenaga kerja sebaiknya memiliki keahlian, keterampilan dan kompetensi di bidang budidaya dan keselamatan KET

27 31 NO KEGIATAN A.2 Apakah tenaga kerja telah mendapatkan pelatihan sesuai bidang dan tanggungjawabny a? A.3 Apakah tenaga kerja memenuhi peraturan ketenagakerjaan? B. Keselamatan dan Kesehatan Pekerja B.1 Apakah pekerja yang menangani peralatan yang berbahaya telah mengikuti pelatihan K3? B.2 Apakah tersedia prosedur penanganan kecelakaan kerja? Kriteria A SA W Y T Y T Y T INDIKATOR kerja SA Tenaga kerja telah mendapatkan pelatihan/maga ng/konsultasi dan mampu menunjukkan keterampilanny a sesuai dengan tugas dan tanggungjawab nya. SA Tenaga kerja memenuhi Peraturan Perundangan Ketenagakerjaa n dari aspek batasan umur, jam kerja, keselamatan kerja dan upah kerja SA Pekerja yang menangani peralatan/baha n berbahaya harus mengikuti pelatihan K3 (keamanan dan keselamatan kerja) SA Prosedur penanganan kecelakaan kerja agar dipajang di tempat kerja KET B.3. Apakah tersedia fasilitas sanitasi dan P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)? SA Tersedia fasilitas sanitasi dan P3K di lokasi tempat produksi/ kebun

28 32 NO KEGIATAN Kriteria A SA W Y T Y T Y T INDIKATOR KET B.4 Apakah pekerja mengetahui peraturan tentang keselamatan kerja dan tatacara pencegahan? SA Pekerja harus mengetahui ketentuan peraturan tentang keselamatan kerja, persyaratan dan tatacara pencegahan keracunan pestisida B.5 Apakah pekerja yang menangani pestisida mendapatkan pengecekan kesehatan secara berkala? SA Pekerja yang menangani pestisida dilakukan pengecekan kesehatan secara berkala dan rutin B.6 Apakah pekerja menggunakan peralatan dan perlengkapan perlindungan sesuai anjuran? W Pekerja harus menggunakan peralatan dan perlengkapan pelindung kerja sesuai dengan anjuran baku B.7 Apakah tersedia tempat untuk menyimpan baju/ perlengkapan pelindung kerja? A Baju perlengkapan pelindung kerja ditempatkan pada tempat khusus (lemari) terpisah dengan barang lainnya II. DASAR-DASAR BUDIDAYA No Kegiatan Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator Ket I. LAHAN A. Penyiapan Lahan

29 33 No Kegiatan Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator Ket A.1 Apakah dilakukan tindakan untuk mepertahankan kesuburan tanah? A.2 Apakah Penyiapan lahan/media tanam dilakukan dengan cara yang dapat memperbaiki atau memelihara struktur tanah? B. Media Tanam SA Kesuburan tanah yang rendah diatasi melalui pemupukan, menggunakan pupuk organik misalnya pupuk kandang/kompos atau pupuk anorganik SA Penyiapan lahan/media tanam dilakukan dengan cara yang dapat mem perbaiki atau memelihara struktur tanah dan menghindari terjadinya pemadatan tanah II. B.1 Apakah media tanam diketahui sumbernya? B.2 Apakah media tanam tidak mengandung cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3)? B.3 Apakah media tanam tidak mengandung OPT? PENGGUNAAN BENIH/VARIETAS A. Mutu benih A W A Media tanam yang digunakan diketahui asal usulnya; Media tanam yang digunakan tidak mengandung cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti logam berat atau bahan berbahaya lainnya. Media tanam yang digunakan tidak mengandung OPT A.1 Apakah Benih yang ditanam merupakan varietas unggul komersial? A Benih yang dipilih untuk ditanam adalah varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian

30 34 No Kegiatan A.2 Apakah benih mempunyai surat keterangan mutu? A.3 Apakah label benih disimpan? B. Perlakuan Benih III. Penanaman Apakah bahan kimia untuk perlakuan benih sesuai anjuran? A. Teknik menanam IV. Pemupukan Apakah penanaman sudah dilakukan sesuai dengan teknik budidaya anjuran? A. Jenis Pupuk A.1 Apakah pupuk terdaftar atau diijinkan oleh pemerintah? Kriteria A SA W A Y T Y T Y T Indikator Benih atau bahan tanaman yang digunakan mempunyai surat keterangan mutu, berasal dari penangkar/produs en yang terdaftar di instansi yang berwenang dibidang perbenihan A Label benih disimpan (minimal 2 tahun) untuk membuktikan bahwa tanaman yang dibudidayakan berasal dari benih yang mempunyai surat keterangan mutu SA SA Penggunaan bahan kimia untuk perlakuan benih dilakukan sesuai anjuran Kegiatan penanaman dilakukan sesuai dengan rekomendasi/anjur an sesuai SOP SA Pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk yang terdaftar, diijinkan atau direkomendasikan oleh pihak yang Ket

31 35 No Kegiatan A.2 Apakah pupuk organik telah mengalami dekomposisi? A.3 Apakah pemupukan sesuai anjuran? A.4 Apakah pemupukan tidak mencemari lingkungan? A.5 Apakah kotoran manusia tidak digunakan sebagai pupuk? B. Penyimpanan Pupuk B.1. Apakah pupuk anorganik disimpan pada tempat yang bersih, kering dan tidak lembab? Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator kompeten/ berwenang SA Pupuk organik yang digunakan berasal dari pupuk yang telah matang/telah mengalami dekomposisi (tidak berbau, tidak panas) SA Pupuk yg digunakan sesuai dengan panduan pemupukan (SOP) mliputi jenis,dosis, cara aplikasi dan waktu pemupukan SA Penggunaan pupuk organik dan/atau anorganik tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan W Tidak ditemukan bukti/tanda-tanda penggunaan kotoran manusia dilapangan dan konfirmasi pelaku usaha/masyarakat sekitarnya A Pupuk anorganik disimpan pada tempat yang kering dan tidak lembab. Pupuk disimpan ditempat yang berventilasi baik, tidak diletakkan langsung di tanah, tidak terkena air hujan B.2 Apakah pupuk SA Pupuk anorganik Ket

32 36 No Kegiatan anorganik disimpan pada tempat yang terlindung? B.3 Apakah pupuk disimpan di tempat aman dan terpisah dari produk pertanian? B.4 Apakah pupuk anorganik disimpan dengan cara yang benar dan mengurangi resiko pencemaran air? Kriteria A SA W W Y T Y T Y T Indikator disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari, hujan, air dan api Pupuk disimpan di tempat yang aman dari jangkauan anak-anak dan terpisah dengan produk pertanian SA Pupuk anorganik yang berbentuk cair, granular dan bubuk disimpan pada tempat yang benar yang meminimalkan resiko pencemaran lahan produksi dan sumber air. Pupuk cair disimpan dalam wadah yang ditutup rapat dan diberi alas yang dapat menampung tumpahan Ket B.5 Apakah pupuk organik disimpan dengan cara yang benar dan mengurangi resiko pencemaran lingkungan? C. Kompetensi SA Tempat mencampur, mengkomposkan dan menyimpan pupuk organik pada tempat yang selalu dipelihara dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan C.1 Apakah petani/pekerja dapat menunjukkan pengetahuan dan keterampilan pemupukan? A Petani/pekerja yang melakukan pemupukan memiliki sertifikat/dapat menjelaskan atau mendemonstrasika n cara pemupukan

33 37 No Kegiatan C.2 Apakah pemupukan sudah dilakukan sesuai rekomendasi? V. PERLINDUNGAN TANAMAN A. Prinsip Perlindungan Tanaman A.1 Apakah pengendalian OPT sesuai prinsip PHT? A.2 Apakah penggunaan pestisida sesuai dengan anjuran rekomendasi dan aturan pakai? B. Kompetensi Kriteria A SA W SA Y T Y T Y T Indikator yang benar Aplikasi pemupukan (dosis/konsentrasi, jenis, frekwensi, waktu, cara) berdasarkan rekomendasi para ahli; literatur, produsen SA Pengendalian OPT dilakukan sesuai dengan prinsip PHT. Pengendalian OPT dilakukan melalui berbagai cara seperti kultur teknis, fisik, mekanik dan biologi; adanya bukti catatan dilakukan pengamatan tingkat serangan, jenis OPT dan musuh alami. Penggunaan pestisida sintetik merupakan alternatif terakhir dengan pertimbangan nilai ekonomis SA Penggunaan pestisida sesuai dengan instruksi yang tertera pada label atau mendapat bimbingan dari penyuluh/petugas lapang Ket

34 38 No Kegiatan Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator Ket Apakah petani/ pekerja dapat menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasika n pestisida? C. Pestisida C.1 Apakah pestisida yang digunakan terdaftar dan diijinkan? W Petani/pekerja yang melakukan aplikasi pestisida memiliki pengetahuan dan keterampilan atau surat keterangan/sertifik at yang dapat menjelaskan atau mendemonstrasika n cara penggunaan pestisida yang baik dan benar SA Pestisida yang digunakan terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, bila untuk tujuan ekspor disesuaikan dengan peraturan negara tujuan C.2 Apakah pestisida yang digunakan belum kadaluarsa? D. Penyimpanan Pestisida SA Pestisida yang digunakan belum kadaluarsa (tanggal penggunaannya masih berlaku) D.1 Apakah pestisida disimpan lokasi layak? D.2 Apakah pestisida disimpan ruang berventilasi baik? di yang di yang SA SA Pestisida disimpan ditempat yang kokoh Pestisida disimpan pada tempat dengan sirkulasi udara yang baik untuk menghindari terjadinya akumulasi gas berbahaya D.3 Apakah pestisida disimpan di W Pestisida disimpan di tempat yang aman dari

35 39 No Kegiatan tempat aman dan terpisah dari produk? D.4 Apakah pestisida disimpan di yang ruang memiliki pencahayaan yang baik? D.5 Apakah pestisida disimpan dalam kemasan aslinya? D.6 Apakah pestisida cair diletakkan terpisah dari pestisida bubuk? D.7 Apakah tempat penyimpanan pestisida mampu menahan tumpahan? Kriteria A SA W Y T Y T Y T SA SA SA SA Indikator jangkauan anakanak serta terkunci dan terpisah dari produk pertanian agar tidak terjadi kontaminasi Pestisida disimpan pada tempat dengan pencahayaan yang baik untuk memastikan agar label dapat dibaca dengan jelas Pestisida disimpan dalam kemasan aslinya dengan label yang jelas dan sesuai dengan petunjuk yang ada. Jika terjadi kerusakan pada kemasan, maka pestisida harus dipindahkan ke kemasan lain, dan kemasan yang baru tersebut harus diberi label yang jelas sesuai dengan merknya, dosis dan waktu kadaluarsa Pestisida berbentuk cair diletakkan terpisah dari pestisida berbentuk bubuk. Pestisisida cair diletakkan paling bawah dan diberi alas yang dapat menampung tumpahan Tempat penyimpanan pestisida mampu menahan tumpahan dengan cara bagian Ket

36 40 No Kegiatan D.8 Apakah terdapat pedoman/tata cara penanggulang an kecelakaan akibat keracunan pestisida yang terletak pada lokasi mudah dilihat? yang D.9 Apakah terdapat fasilitas untuk mengatasi keadaan darurat? D.10 Apakah tandatanda peringatan potensi bahaya pestisida diletakkan pada tempat Kriteria A SA W SA Y T Y T Y T Indikator dasar/lantai diberi alas yang kedap air. Tempat penyimpanan pestisida dilengkapi dengan alas yang dapat menampung cairan yang lebih besar dari kemasan terbesar yang disimpan untuk menjamin tidak terjadinya kontaminasi di luar tempat penyimpanan. Alas terbuat dari beton, metal atau plastik yg kedap Terdapat pedoman/tatacara penanggulangan kecelakaan akibat keracunan pestisida yang terletak pada lokasi yang mudah dibaca dan dilihat (seperti stiker, tulisan dipapan, poster, dll) SA Pada tempat penyimpanan pestisida terdapat fasilitas untuk mengatasi keadaan darurat seperti ember, selang, sumber air, P3K SA Pestisida merupakan materi yang memiliki potensi yang menimbulkan bahaya, oleh karena itu diperlukan tanda- Ket

37 41 No Kegiatan strategis? E. Penanganan Wadah Pestisida E.1 Apakah wadah bekas pestisida ditangani agar tidak mencemari lingkungan? E.2 Apakah wadah bekas pestisida tidak digunakan untuk keperluan lain? E.3 Apakah kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan digunakan untuk pengendalian ditempat lain? Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator tanda peringatan/tanda diletakkan pada tempat strategis dan jelas (dilarang merokok, dilarang makan minum, dll) SA Wadah bekas pestisida dibuang ke tempat pembuangan yang tidak membahayakan manusia dan mencemari lingkungan, antara lain merusak, membuang dan mengubur wadah bekas pestisida yang aman untuk manusia maupun lingkungan SA Wadah bekas pestisida dirusak dengan cara disobek untuk bahan kertas/plastik atau dilubangi untuk bahan dari kaleng agar wadah bekas pestisida tersebut tidak digunakan untuk keperluan lain SA Pemakaian pestisida harus direncanakan dengan baik sehingga tidak ada kelebihan pestisida. Apabila ada kelebihan pestisida digunakan untuk menyemprot Ket

38 42 No Kegiatan F. Peralatan F.1 Apakah peralatan aplikasi pestisida dirawat secara teratur agar selalu berfungsi dengan baik F.2 Apakah peralatan aplikasi pestisida dikalibrasi secara berkala untuk menjaga keakurasiannya F.3 Apakah tersedia peralatan yang memadai untuk menakar dan mencampur pestisda Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator tanaman ditempat lain sampai habis SA Peralatan aplikasi pestisida dirawat secara teratur, agar selalu berfungsi dengan baik, dicatat tanggal perawatan termasuk perbaikanperbaikan penggantian pelumas, suku cadang dan dilakukan pemeriksaan terhadap cara kerjanya minimal sekali dalam setahun serta dilakukan oleh orang yang berkompeten SA Peralatan aplikasi pestisida dikalibrasi secara berkala oleh petugas yang kompeten untuk menjaga keakurasiannya SA Tersedia fasilitas untuk menakar dan mencampur pestisida berupa gelas ukur, ember, alat pengaduk untuk mencampur pestisida yang selalu dalam keadaan baik dan bersih Ket F.4 Apakah tersedia panduan penggunaan peralatan dan A Tersedia panduan yang jelas tentang penggunaan peralatan dan

39 43 No Kegiatan aplikasi pestisida VI. PENGAIRAN 1 Apakah ketersediaan air sesuai dengan kebutuhan tanaman? 2 Apakah air yang digunakan untuk irigasi tidak mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)? Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator aplikasi pestisida. Untuk menjamin proses pencampuran pestisida, menggunakan prosedur yang benar sesuai instruksi pada label SA Setiap budidaya tanaman didukung dengan ketersediaan air sesuai kebutuhan dan peruntukkannya (waktu pemberian air, fase pertumbuhan tanaman, musim/iklim) dan diberikan secara efektif dan efisien dengan mempertimbangka n pengaruhnya terhadap lingkungan SA Tidak menggunakan air limbah bahan berbahaya beracun (B3). Penggunaan air limbah bahan berbahaya beracun (B3) untuk irigasi sangat berbahaya karena dapat memberikan dampak yang negatif untuk pertumbuhan tanaman serta keamanan produk yang dihasilkan 3 Apakah A Terdapat fasilitas Ket

40 44 No Kegiatan terdapat fasilitas pengelolaan air limbah? Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator pengelolaan air limbah yang dapat mengolah limbah. Air yang sudah diolah tersebut harus sesuai dengan baku mutu untuk irigasi Ket 4 Apakah penggunaan air pengairan tidak bertentangan dengan kepentingan umum? VII.PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PENELUSURAN BALIK A. Pengawasan Apakah tersedia dokumen hasil pengawasan internal terhadap GAP Tanaman Florikultura? B. Pencatatan Apakah tersedia catatan setiap tahap kegiatan, misal: pemilihan bibit, penanaman, SA Penggunaan air untuk irigasi tidak menimbulkan permasalahan dengan masyarakat disekitarnya (keperluan rumah tangga) terutama pada musim kemarau. Penggunaan air untuk irigasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dimasyarakat setempat SA Hasil pengawasan internal didokumentasikan, dicatat dan disimpan dengan baik untuk menunjukkan bukti bahwa aktivitas produksi telah sesuai dengan ketentuan SA Tersedia catatan tentang tahap kegiatan mulai dari jenis/varietas, mutu benih, tanggal kadaluarsa,

41 45 No Kegiatan pemupukan, pemberian air, perlindungan tanaman (penggunaan pestisida), panen, pasca panen, dll? Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator jenis, dosis pupuk, waktu dan frekwensi pemupukan, bahan aktif pestisida, cara aplikasi, dosis, waktu pengairan, Ket III. TANAMAN HIAS DAN BUNGA No Kegiatan 1. Benih/varietas A. Pemilihan benih A.1 Apakah pelaku usaha memahami kualitas dan spesifikasi benih? A.2 Apakah pemilihan benih sesuai dengan preferensi pasar? 2. Pengelolaan lahan dan media tanam A. Sterilisasi media Apakah dilakukan sterilisasi media tanam? B. Fumigasi tanah B.1 Apakah ada rekomendasi tanah difumigasi B.2 Apakah ada interval dengan waktu tanam? Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator W Benih harus jelas nama varietasnya, daya tumbuh, tempat asal dan nama perusahaan dan penangkar yang menyediakan A Jenis yang ditanam harus varietas unggul dan sesuai dengan preferensi pasar A Sterilisasi media dilakukan untuk mengeliminasi OPT dengan syarat tidak menyebabkan pencemaran lingkungan A Ada bukti/catatan yang merekomendasikan tanah di fumigasi meliputi: waktu, bahan aktif, metode aplikasi dan operator. A Interval fumigasi dan waktu tanam harus dicatat Ket

42 46 No Kegiatan 3. Penggunaan Pupuk A. Kebutuhan nutrisi A.1 Apakah tanaman dan tanah diberikan pupuk untuk meminimilkan kekurangan nutrisi? A.2 Apakah aplikasi pemupukan berdasarkan perhitungan kebutuhan tanaman akan nutrisi? 4. Panen A. Kebersihan A.1 Apakah pekerja mendapatkan fasilitas toilet dan pencuci tangan setelah bekerja? A.2 Apakah wadah panen yang akan digunakan dalam keadaan baik, bersih dan tidak terkontaminasi 5. Perlakuan Pasca Panen A. Kualitas air untuk pasca panen Apakah pencucian hasil panen menggunakan air bersih? Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator A Tersedia hasil analisa tanah yang dibuat sebelum merencanakan tanam dan program pemupukan (waktu, frekwensi, jumlah) untuk meminimalkan kekurangan nutrisi A Perhitungan dibuat berdasar kan kebutuhan setiap tanaman mulai tanam hingga panen secara kontinue SA Di kebun tersedia fasilitas toilet dan tempat mencuci tangan yang bersih SA SA Wadah panen yang akan digunakan dalam keadaan baik,bersih&bebas dari kontaminan (pestisida, kotoran&cemaran lainnya). Wadah panen berasal dari bahan yang tidak dapat mengkontaminasi produk Pencucian menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak berbau, tidak terkontaminasi). Ket

43 47 No Kegiatan B. Penggunaan bahan kimia B.1 Apakah bahan kimia yang digunakan dalam proses pasca panen terdaftar dan diijinkan? B.2 Apakah perlakuan pasca panen merupakan alternatif untuk menjaga kualitas produk? B.3 Apakah ada petunjuk penggunaan? Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator Pembersihan dilakukan dengan hati-hati agar tidak rusak dengan menggunakan air bersih yang mengalir atau tidak mengalir yang diganti secara berkala SA Penggunaan bahan kimia, pulsing dan holding harus tidak berbahaya bagi kesehatan pekerja dan konsumen A Penggunaan bahan kimia untuk perlakuan pasca panen hanya dilakukan jika tidak ada alternatif lain SA Tersedia dokumen yang jelas dan memadai tentang penggunaan perlakuan pasca panen, seperti: catatan perlakuan perlindungan pasca panen produk, pengemasan, tanggal pengiriman dan perlakuan produk yang ditunjukkan dengan label instruksi produk, pengemasan, tanggal Ket C. Pengemasan C.1 Apakah pengemasan atau pengepakan yang dilakukan bisa melindungi A Pengemasan atau pengepakan dapat melindungi produk dari kerusakan karena proses penanganan dan

44 48 No Kegiatan produk dari kerusakan dan kontaminan? C.2 Apakah tempat pengemasan bersih, bebas dari hama dan kontaminasi? C.3 Apakah kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk? D. Penyimpanan Apakah ruang penyimpanan mampu melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan? Kriteria A SA W Y T Y T Y T SA W SA Indikator distribusi. Bahan kemasan disesuaikan dengan sifat produk agar tidak mengakibatkan kerusakan atau pencemaran oleh bahan kemasan Lokasi/area pengemasan produk berada pada tempat yang bersih, bebas kontaminasi dan terlindung dari panas dan hujan serta hama pengganggu lainnya Kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk (meliputi jenis komoditas, varietas, asal kebun/petani/produ sen, tanggal panen, tanggal pengepakan, kelas mutu) Produk segar yang dikemas, disimpan pada ruangan yang sesuai dengan karakteristik produk sebelum didistribusikan. Ruang penyimpanan produk bebas dari hewan dan serangga. Sirkulasi udara pada ruang penyimpanan harus baik yang suhu dan kelembaban nya disesuaikan dengan kondisi penyimpanan yang baik bagi komoditas yang disimpan. Ruang penyimpanan harus dibersihkan Ket

45 49 No Kegiatan E. Kompetensi Apakah pelaku usaha mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasika n bahan kimia? F. Tempat Pengemasan Apakah tempat/areal pengemasan terpisah dari tempat penyimpanan pupuk dan pestisida? Kriteria A SA W Y T Y T Y T SA Indikator secara periodik (sebelum dan sesudah produk dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan) Pekerja/pelaku usaha yang mengaplikasikan bahan kimia untuk proses pascapanen telah terampil dan terlatih; memiliki sertifikat atau dapat menjelaskan/ mendemonstrasikan cara mengaplikasikan yang benar SA Produk yang telah dikemas disimpan pada tempat yang terpisah dari tempat pupuk dan pestisida agar produk tidak tercemar dan aman bagi konsumen Ket IV. SARANA, PERALATAN DAN MESIN PERTANIAN 1 Apakah penggunaan alsintan untuk pengolahan lahan sesuai rekomendasi? 2 Apakah sarana, peralatan dan mesin pertanian dirawat secara teratur? A A Penggunaan alsintan dilakukan secara tepat. Terdapat bukti penggunaan alsintan tidak berdampak terhadap pemadatan tanah, erosi tanah, pelongsoran tanah atau kerusakan tanah Peralatan dan mesin pertanian perlu dijaga dan dirawat secara teratur agar dapat berfungsi dengan baik dan

46 50 No Kegiatan Kriteria A SA W Y T Y T Y T Indikator dapat digunakan kembali; yang bisa ditunjukkan dengan dokumen pencatatan perawatan berkala Ket 3 Apakah peralatan dan mesin yang terkait dengan pengukuran dikalibrasi secara berkala? SA Untuk peralatan dan mesin yang sensitif perlu dilakukan kalibrasi secara berkala, oleh pihak yang berkompeten V. PENGADUAN 1 Apakah tersedia catatan tentang keluhan/ketida kpuasan konsumen? 2 Apakah tersedia catatan mengenai langkah koreksi dari keluhan konsumen? 3 Apakah terdapat dokumen tindaklanjut dari pengaduan? VI. PENCATATAN 1 Apakah tersedia sistem pencatatan yang mudah ditelusuri? 2 Apakah seluruh catatan dan dokumentasi SA Tersedia catatan tentang keluhan/ketidakpua san konsumen terhadap produk yang dihasilkan SA Adanya respon sebagai tindak lanjut dari keluhan/ ketidakpuasan konsumen dan masyarakat terkait dengan langkah koreksi SA Terdapat dokumen tindaklanjut dari pengaduan SA Sistem pencatatan dan pendokumentasian yang dapat ditelusuri ke belakang dari semua aktifitas mulai dari konsumen ke proses produksi dan selalu diperbaharui SA Catatan dan dokumentasi selalu diperbaharui untuk

47 51 No Kegiatan selalu diperbaharui? VII. EVALUASI INTERNAL 1 Apakah tersedia bukti bahwa evaluasi internal dilakukan secara periodik? 2 Apakah tersedia catatan tindakan perbaikan sesuai hasil evaluasi? Kriteria A SA W Y T Y T Y T A A Indikator mengetahui semua aktifitas yang sudah dilakukan Tersedia bukti bahwa evaluasi internal dilakukan dengan interval waktu dan berkelanjutan Tindakan perbaikan/koreksi dilaksanakan sesuai hasil evaluasi dan didokumentasi kan Ket

48 52 Format-4 KOP DINAS PERTANIAN PROVINSI SURAT KETERANGAN REGISTRASI Nomor : Diberikan kepada : Nama (perorangan/kelompok*) : Komoditas : Luas Lahan : Alamat Lahan Usaha : Menerangkan bahwa nama dan alamat lahan usaha yang dikelola telah memenuhi persyaratan GAP Tanaman Florikultura berdasar Permentan Nomor /Permentan/OT.140/... /20... dengan Nomor Registrasi : GAP Berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan oleh : Dinas Pertanian :. Tanggal :. Kepala Dinas Pertanian Provinsi Catatan : *) Pilih sesuai kategori

49 53 Format-5 Alur Registrasi Lahan Usaha Tanaman Florikultura Pemahaman dan Penerapan GAP, SOP, PHT dan Pencatatan oleh Pelaku Usaha Pengajuan Permohonan Registrasi Lahan Usaha Tindakan Pencukupan Dokumen Verifikasi Kecukupan Dokumen Tidak Cukup Penetapan Hasil Verifikasi Kecukupan Dokumen Cukup Penilaian Lapangan Tindakan Perbaikan Sesuai Catatan Penetapan Hasil Penilaian Tidak Lulus Lulus Catatan dengan Lulus Penerbitan dan Penyerahan Nomor Registrasi dan Surat Keterangan Lahan Usaha Nomor Registrasi dan Surat Keterangan

50 54

51 55

52 56

53 57

54 58

55 59

56 60

57 61

58 62

59 63

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48/Permentan/OT.140/2009 TANGGAL : 19 Oktober 2009

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48/Permentan/OT.140/2009 TANGGAL : 19 Oktober 2009 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48/Permentan/OT.140/2009 TANGGAL : 19 Oktober 2009 PEDOMAN BUDIDAYA BUAH DAN SAYUR YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FRUIT AND VEGETABLES) A. Latar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NO 48/ Permentan/OT.140/10/2009

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NO 48/ Permentan/OT.140/10/2009 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NO 48/ Permentan/OT.140/10/2009 Tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur Yang Baik (Good Agriculture Practices For Fruit and Vegetables) Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48 Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48 Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48 Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA BUAH DAN SAYUR YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FRUIT AND VEGETABLES)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pedoman. Budi Daya. Buah dan Sayur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pedoman. Budi Daya. Buah dan Sayur. No.402, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pedoman. Budi Daya. Buah dan Sayur. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 48 Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA BUAH DAN

Lebih terperinci

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Good Agricultural Practices (GAP) GAP menjamin keamanan dan kualitas pangan viabilitas

Lebih terperinci

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices 1. Pengertian Good Agriculture Practice Standar pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihaslikan memenuhi standar internasional. Standar ini harus dibuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Era pasar global, perdagangan komoditas pertanian, khususnya komoditas yang berhubungan langsung dengan kesehatan manusia, seperti komoditas biofarmaka akan menghadapi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

IndoGAP. Hubungan antar sistem. (Pre--requisite Programmes) (GAP, GMP, GHP, SOP, etc.) Program Persyaratan (Pre

IndoGAP. Hubungan antar sistem. (Pre--requisite Programmes) (GAP, GMP, GHP, SOP, etc.) Program Persyaratan (Pre Hubungan antar sistem IndoGAP Pekebun Sertifikat GAP Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura 2011 2011 Pengepak Exportir Importir Grosir Sprmarket Best Practices: GAP; GHP; GMP BRC HACCP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 48/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 48/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 48/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN YANG BAIK DAN BENAR ( GOOD AGRICULTURE PRACTICES) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam perkembangan

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH MENTERI PERTANIAN, Menimbang: a. Mengingat : 1. bahwa pupuk organik dan pembenah tanah sangat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat sekarang ini pertanian tidak lagi menjadi aktivitas yang sederhana, tidak sekedar bercocok tanam, tetapi menjadi suatu kegiatan bisnis yang kompleks. Pasar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Draf RUU SBT 24 Mei 2016 Presentasi BKD di Komisi IV DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN

Draf RUU SBT 24 Mei 2016 Presentasi BKD di Komisi IV DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un No.836, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Budidaya. Hortikultura. Perizinan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/Permentan/SR.140/8/2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/Permentan/SR.140/8/2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/Permentan/SR.140/8/2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. No.81, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENJAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/Permentan/OT.140/9/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/Permentan/OT.140/9/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/Permentan/OT.140/9/2014 TENTANG KUALIFIKASI KEAHLIAN DAN KEMAMPUAN TERTENTU SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG HORTIKULTURA DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa produk pangan segar asal tumbuhan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam mencapai

Lebih terperinci

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG =DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN KETENTUAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 505/Kpts/SR.130/2/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SISTEM INFORMASI HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa hortikultura merupakan komoditas

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA PRODUKSI PANGAN OLAHAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. No.288, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMELIHARAAN, PEMULIHAN, SERTA PENINGKATAN FUNGSI LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148,2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Rekomendasi. Impor. Produk. Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/OT.140/1/2012 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.199, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Pemasukan. Pengeluaran. Benih Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA Menimbang: a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tingkat produksi budidaya tanaman yang mantap sangat menentukan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2017 KEMTAN. Impor Produk Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/2007................... TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI

PT MUTUAGUNG LESTARI Bagian 1. Informasi Umum Nama : Nama Kebun : Jenis Tanaman : Alamat : Kota : Propinsi : Kode Pos : Negara : Tanggal : Telepon : Fax : Email : Ruang lingkup tanaman yang akan disertifikasi Jumlah petani

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara. No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS DAN INSENTIF USAHA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 61/Permentan/OT.160/11/2006 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA BUAH YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 61/Permentan/OT.160/11/2006 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA BUAH YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 61/Permentan/OT.160/11/2006 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA BUAH YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5799 EKONOMI. Usaha. Hortikultura. Pembiayaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 331) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI INDUSTRI ATAU USAHA SUATU KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3586 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 12) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 60, 2009 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4997)

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER /MEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER /MEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER /MEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci