BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimum. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum. Penilaian yang tepat akan menunjukkan perilaku peserta didik yang lengkap, hidup dan nyata sesuai harapan guru dan orang tua bahkan masyarakat. Dalam hal penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keterampilan menulis karangan dari dulu hingga saat ini, kurang mendapat perhatian baik dari guru maupun para pakar bahasa Indonesia. Bahkan saat ini dalam Ujian Nasional, keterampilan menulis/mengarang tidak termasuk materi yang diujikan. Hal ini amat disayangkan mengingat pentingnya keterampilan menulis bagi pengembangan bahasa dan keterampilan hidup para siswa. Di samping hal tersebut, penilaian untuk tulisan/karangan dalam bahasa Indonesia pun masih belum memuaskan karena hanya menggunakan satu cara penilaian yaitu cara analitik yang berfokus pada tiga aspek, yaitu : isi, bahasa dan struktur karangan. Penilaian karangan tidak berdasarkan kemampuan siswa menghasilkan wacana karangan, tetapi lebih menguji pada kemampuan siswa dalam hal mengingat fakta-fakta, menerapkan peraturan tata bahasa dan pengetahuan struktur karangan yang sistematik. Hal ini telah berpengaruh terhadap proses pembelajaran menulis/mengarang. Pada umumnya guru hanya menugaskan menyusun karangan berdasarkan judul dan kerangka karangan disertai bentuk tulisan (tegak bersambung, ejaan) atau jumlah paragraf. Jarang sekali guru yang

2 menugaskan mengarang dengan menyebutkan sasarannya/orientasinya (khalayak, informasi, diri sendiri atau pencerita), dengan demikian karangan siswa kurang komunikatif dan ide atau gagasan siswa kurang dihargai. B. Rumusan Masalah Fokus penelitian ini diarahkan pada penyusunan model evaluasi karangan bahasa Indonesia yang terdiri dari jenis karangan, yaitu: karangan narasi, eksposisi, argumentasi dan bagaimanakah pengaruh model evaluasi tersebut terhadap pembelajaran mengarang bahasa Indonesia. Secara rinci masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:. Bagaimanakah model evaluasi untuk setiap jenis karangan: narasi, eksposisi dan argumentasi? 2. Bagaimanakah pengaruh model evaluasi tersebut terhadap pembelajaran mengarang bahasa Indonesia? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menyusun model- model penilaian karangan dalam pembelajaran menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis/mengarang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa sekolah dasar kelas tinggi (kelas IV,V,VI). Secara khusus tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan penelitian ini, sebagai berikut:. Tersusunnya model penilaian holistik untuk karangan bahasa Indonesia, yang terdiri dari model, yaitu: a. Model penilaian holistik untuk karangan narasi. b. Model penilaian holistik untuk karangan eksposisi. c. Model penilaian holistik untuk karangan argumentasi. 2. Membandingkan hasil penilaian holistik dengan penilaian tradisional (analitik). 2

3 D. Manfaat Penelitian. Bagi guru SD dapat menilai karangan bahasa Indonesia secara signifikan dan tepat sesuai dengan tujuan dan jenis-jenis karangan yang ada sehingga guru mampu meningkatkan pengetahuan dan kinerjanya guna kemajuan peserta didik. 2. Bagi siswa sekolah dasar, terutama kelas tinggi dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis macam-macam karangan sesuai arahan guru berdasarkan Pedoman Penilaian Mengarang secara Holistik.. Bagi lembaga terkait, terutama Dinas Pendidikan Kota Bandung, diharapkan model penilaian holistik dalam pembelajaran mengarang ini, dapat dijadikan masukan sebagai salah satu alternatif penilaian di samping yang sudah lazim digunakan (penilaian analitik).. Bagi UPI diharapkan model penilaian holistik dapat disosialisasikan bagi guru-guru sekolah dasar baik tertulis (dalam bentuk buku) maupun lisan ( dalam bentuk penataran atau pelatihan), sebab diyakini model ini dapat efektif dan efisien bagi siswa dan guru.. Bagi Depdiknas, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam sistem penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam aspek menulis lanjut/mengarang, karena belakangan ini keterampilan mengarang tidak diujikan dalam UAN.

4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Proses menulis atau istilah lainnya mengarang merupakan proses yang rumit dalam operasi mental manusia.. Menurut Hayes dan Flower (980) proses menghasilkan wacana khususnya karangan merupakan proses perancangan yang melibatkan pelahiran ide, penyusunan, dan penyesuaian berdasarkan kerangka yang dibentuk. Odell (98) merumuskan bahwa menulis merupakan keterampilan penemuan yaitu proses penulis menemukan ide dan akan disampaikannya dalam tulisan. Ide yang ditetapkan akan dipindahkan ke dalam bentuk bahasa melalui seleksi yang tepat, memerlukan kemampuan menyusun struktur dan unsur bahasa yang tepat serta bahan informasi yang sesuai dengan sasaran pembaca. Hayes dan Flower (980) menyimpulkan bahwa proses ini adalah proses penerjemahan yaitu pemindahan ide ke dalam bentuk bahasa yang diikuti proses penyuntingan. Untuk memahami tulisan seseorang (dalam hal ini karangan siswa) diperlukan pemahaman tentang konteks/lingkungan dan situasi selain pengetahuan tatabahasa. Mengenai cara penilaian karangan yang lazim digunakan dalam pengajaran bahasa Indonesia dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi dalam dekade terakhir ini adalah penilaian cara analitik yang berfokus pada tiga aspek penilaian yaitu: bentuk, isi dan bahasa. Jadi penilaian karangan tidak berdasarkan kemampuan anak didik menghasilkan wacana karangan tetapi menguji kemampuan mengingat isi (bahan karangan) dan mengetahui struktur dan aturan tata bahasa. Keterampilan menulis karangan tidak dinilai sebagai perilaku berbahasa yang lain dalam bentuk wacana penulisan. Wacana adalah perilaku berbahasa dalam konteks, baik lisan maupun tulisan yang dihasilkan melalui kemampuan menggunakan unsurunsur kohesi dan koherensi. Keutuhan suatu wacana/karangan berdasarkan

5 adanya kesatuan hubungan antara: tujuan, khalayak sasaran, dan pengorganisasiannya (penyusunannya). Dengan demikian penilaian karangan dapat dilakukan secara holistik, berdasarkan asumsi bahwa keseluruhan itu lebih penting daripada bagian-bagian yang membangun sebuah wacana. Dalam penelitian ini penilaian karangan dan cara menulis karangan akan mempergunakan model keterampilan menulis/mengarang White (98) dan Panduan Penilaian Holistik White (98). Di Amerika Serikat penilaian holistik sesungguhnya telah lama dipergunakan, yaitu sekitar tahun 70-an di National Assessment of Educational Progress, Denver dan di Educational Testing Service, Princeton. Tujuan penilaian holistik adalah pemberian nilai kepada setiap jawaban berdasarkan kesan atau kualitas keseluruhan jawaban berdasarkan pedoman yang berisi kriteria penilaian. Nilai yang diberikan berdasarkan kualitas sampel karangan, selanjutnya diberikan gred (A,B,C,D dst). Pemeriksa membaca setiap jawaban dengan seksama, dan mengkategorikan menjadi kelompok: tinggi, sederhana dan rendah (Ebel 99; Hasim,2000). Banyak ahli yang berpendapat, bahwa penilaian holistik lebih mudah dan layak daripada pendekatan analitik dan hasil penilaiannya dapat dipercaya (Llyod-Jones,997; Ebel, 99). Walau demikian, Ebel 99) menyarankan untuk menggabungkan kedua penilaian yang ada, yaitu: penilaian analitik dan holistik. Agar lebih jelas mengenai konsep penilaian holistik, di bawah ini akan diuraikan Pedoman Penilaian Holistik berdasarkan Edward M.White dalam bukunya, Teaching and Assessing Writing (White, 98:). Di samping itu akan dicantumkan juga kriteria penilaian karangan secara analitik yang dewasa ini dipergunakan di sekolah-sekolah, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

6 PEDOMAN PENILAIAN HOLISTIK WHITE NILAI URAIAN PENCAPAIAN 6 Karangan dalam kategori ini dapat dikatakan sempurna, sesuai tugas yang dikehendaki. Karangan jelas, memperlihatkan kelancaran dan urutan pemikiran, juga memperkenalkan tafsiran asli tentang judul penulisan. Karangan memperlihatkan hampir tidak ada kesalahan langsung dalam aspek mekanik, penggunaan dan struktur kalimat. Terdapat bukti kematangan penguasaan bahasa. Karangan dalam kategori ini kemungkinan hanya menyentuh secara sepintas lalu saja salah satu dari yang ditugaskan atau hanya menyatakannya secara umum. Tetapi penulis menunjukkan pemahaman yang jelas tentang judul penulisan. Alasan dalam karangan ini mungkin tidak sebaik seperti nilai 6, tetapi karangan ini tidak hanya menyatakan ide secara umum. Walaupun terdapat kesalahan kecil dalam hal paragraf, terdapat bukti penulis dapat mengatur susunan informasi kepada satu kesatuan dan unit yang koheren. Sebagian besar karangan terhindar dari kesalahan yang serius dalam mekanik, penggunaan dan struktur kalimat. Secara umum karangan ditulis dengan baik dan jelas. Karangan dalam kategori ini merupakan hasil yang kurang sempurna atau kurang sistematik dibandingkan dengan nilai 6 atau, walau demikian karangan ini telah memenuhi unsur utama sesuai yang ditugaskan. Alasan yang diberikan kurang jelas atau tepat seperti nilai 6 atau, tetapi logis. Terdapat satu atau dua bagian isi tidak dikembangkan sepenuhnya, tetapi terdapat bukti kemampuan penulis mengembangkan ide penting. Karangan disusun dan menggunakan paragraf dengan baik supaya pembaca dapat mengikuti wacana tersebut, walaupun kadangkala tidak koheren dan kurang terpadu. Tulisan tersebut mengandung kesalahan mekanik, penggunaan dan struktur kalimat. Walaupun 6

7 kesalahan tidak banyak, tetapi kemampuan bahasa penulis dipersoalkan karena mengganggu fokus pembaca terhadap isi kandungan. Secara umum bahasa yang digunakan tepat. Karangan yang termasuk kategori ini, memperlihatkan kesukaran serius penulis dalam menyelesaikan tugas; atau memperlihatkan kelemahan yang jelas dalam pemikiran analisis; atau ide-ide penting tidak dijelaskan dan dikembangkan; atau terdapat kesalahan dalam struktur kalimat, penggunaan dan mekanik sehingga mengganggu keterbacaan karangan. Mungkin terdapat kelemahan yang kentara dalam paragraf dan penyusunannya tetapi kesan keseluruhan tidak kacau-balau. Penguasaan dan kontrol bahasa penulis tidak rapi. 2 Karangan dalam kategori ini gagal memenuhi tuntutan penugasan; tugas mungkin diabaikan, salah tafsir, lemah pengendalian atau tidak dapat menjelaskan maksud Si Penulis. Ada kombinasi kekurangan yang berikut: kesalahan yang serius dalam penalaran, kurang atau tidak ada pengembangan ide dan pengembangan antara bagian tidak jelas. Banyak kesalahan yang serius dalam penggunaan struktur kalimat dan mekanik yang menunjukkan kelemahan dalam penulisan. Termasuk karangan kategori khusus yang memiliki kesalahan: kekeliruan konsep, penyusunan yang tidak menentu yang menggambarkan tidak adanya kemampuan menyelesaikan tugas dan tidak adanya bakat menulis. 0 Karangan ini jelas keluar dari judul/ menyeleweng dari tema, apapun mutunya. 7

8 Berikutnya akan dibahas teknik penyekoran analitik yang hingga saat ini masih dipergunakan di Indonesia dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Teknik penyekoran analitik merupakan teknik penyekoran karangan yang dilakukan dengan cara penyekoran dikenakan pada komponenkomponen pembentuk karangan dengan melakukan penghitungan secara rinci kesalahan-kesalahan yang ada dalam karangan. Komponen-komponen pembentuk karangan yang dimaksud meliputi: judul, gagasan, organisasi gagasan (kesatuan, kepaduan kelogisan), penggunaan struktur, pemilihan diksi, tanda baca dan ejaan. Kelebihan teknik penyekoran ini terletak pada kemungkinan untuk dapat menilai semua komponen yang mendukung kemampuan secara rinci. Kelemahannya terletak pada kesulitan untuk mengkuantifisikan hasil penyekoran setiap komponen (Rofiuddin, 996) Contoh penyekoran analitik: Contoh I: Pedoman Penyekoran Analitik (Rofiuddin,996) Aspek yang Dinilai. Judul 2. Gagasan. Organisasi gagasan - Kesatuan - Kepanduan - Kelogisan. Penggunaan struktur. Pemilihan diksi 6. Tanda Baca dan ejaan Skala Penilaian A B C D E 8

9 Contoh 2 : Penskoran Mengarang (Depdikbud,99/996) No KRITERIA PENSKORAN JAWABAN SKOR RENTANG SKOR Kesesuaian isi dengan tema - a. Sangat tepat b. Tepat c. Kurang tepat 2 Komposisi penyajian isi dan kesesuaian jenis karangan a. Bagian karangan (pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan) lengkap dan sesuai dengan jenis karangan b. Bagian karangan lengkap, kesesuaian jenis karangan tepat c. Bagian karangan lengkap, kesesuaian jenis karangan tidak tepat d. Bagian karangan tidak lengkap, kesesuaian jenis karangan tidak tepat - Struktur kalimat dan pilihan kata (diksi) a. Struktur kata banyak yang benar, pilihan kata banyak yang tepat b. Struktur kata banyak benar, pilihan kata sedikit yang tepat c. Struktur kata sedikit yang benar, pilihan kata banyak yang tepat d. Struktur kata sedikit yang benar, pelihan kata sedikit yang tepat - Ejaan a. Penggunaan ejaan banyak yang benar b. Penggunaan ejaan sedikit yang benar c. Pengunaan ejaan sangat sedikit yang benar - Koherasi antarkalimat a. Koherensi antarkalimat sangat padu b. Koherensi antarkalimat padu c. Koherensi antarkalimat kurang padu - 6 Kerapian bentuk karangan - 9

10 a. Bentuk karangan rapi, tulisan terbaca b. Bentuk karangan kurang rapi, tulisan terbaca c. Bentuk karangan rapi, tulisan sedikit terbaca d. Bentuk tulisan rapi, tulisan kurang terbaca SKOR MAKSIMUM Contoh : Pedoman Penskoran Bahasa Indonesia di SD (Depdiknas, 200) No Unsur yang dinilai Kriteria Skor Kesesuaian isi karangan dengan gambar - Isi sepenuhnya sesuai dengan gambar - 80% isi sesuai dengan gambar - 60% isi sesuai dengan gambar - 0% isi sesuai dengan gambar - 20% isi sesuai dengan gambar - Seluruh isinya tidak sesuai dengan gambar 2 Pilihan kata (diksi) - Seluruh pilihan kata tepat - 80% pilihan kata tepat - 60% pilihan kata tepat - 0% pilihan kata tepat - 20% pilihan kata tepat Keterpaduan kalimat dalam paragraf Keterpaduan antar paragraf - Pilihan kata seluruhnya tidak tepat - Seluruh kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 80% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 60% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 0% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - 20% kalimat dalam paragraf runtut dan padu - Seluruh kalimat dalam paragraf tidak runtut dan padu - Seluruh paragraf runtut dan padu - 7% paragraf runtut dan padu - 0% paragraf runtut dan padu - 2% paragraf runtut dan padu - Seluruh paragraf tidak runtut dan padu Ejaan - Penggunaan ejaan dalam semua paragraf tepat - 80% pengguna ejaan tepat - 60% pengguna ejaan tepat - 0% pengguna ejaan tepat - 20% pengguna ejaan tepat - Seluruh pengguna ejaan tidak tepat 6 Tanda baca - Penggunaan tanda baca pada seluruh kalimat tepat - paragraf menggunakan tanda baca secara tepat - -2 paragraf menggunakan tanda baca secara tepat - Seluruh paragraf tidak menggunakan tanda baca secara tepat 7 Kerapian penulisan - Karangan ditulis dengan huruf tegak bersambung secara rapi - paragraf ditulis dengan huruf tegak bersambung

11 secara rapi - -2 paragraf ditulis dengan huruf tegak bersambung secara rapi - Seluruh paragraf tidak ditulis dengan huruf tegak bersambung secara rapi B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan Jenis tulisan/karangan siswa SD yang diteliti terdiri dari jenis karangan (narasi, eksposisi, argumentasi ). Hal ini sesuai dengan materi menulis dalam Kurikulum 99 dan Kurikulum 200 (KBK). Materi menulis ini sejalan dengan pendapat Inman dan Gardner (979) Parere (98), Keraf (99) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis dalam pengembangannya terdiri dari: mengisahkan, mendeskripsikan, menjelaskan sesuatu dan berargumentasi. Hasil penelitian Sriasih (200) menunjukkan bahwa ada perbedaan struktur wacana tulis antara kelas yang lebih rendah (kelas IV) dan kelas yang lebih tinggi (kelasvi), khususnya dalam karangan argumentasi. Siswa kelas VI SD memiliki pola struktur yang lebih kompleks dalam hal: claim (pernyataan), ground (alasan), warrant (pembenaran), backing (pendukung), kualifikasi dan possible (bantahan). Hasil yang lebih menyeluruh tentang penilaian karangan bahasa Indonesia pada siswa kelas VI telah dilakukan oleh Pusat Bahasa pada siswa SD kelas VI se-dki Jakarta (Pusat Bahasa,200). Penilaian difokuskan pada hal: kemampuan menempatkan gagasan pokok, kemampuan kohesi dan kemampuan pemakaian referensi. Dari hasil analisisnya diperoleh data ketidaktepatan dalam penulisan paragraf. Ketidaktepatan tersebut meliputi: pemakaian lebih dari satu gagasan utama, pemakaian ungkapan penghubung antarkalimat, pemakaian satu kalimat panjang, kurangnya kepaduan dan kesatuan suatu paragraf. Mengenai penilaian holistik dalam karangan bahasa Inggris telah banyak digunakan mengikuti prosedur White. Mitchel dan Anderson (986) melaporkan bahwa terdapat reliabilitas yang tinggi antarpemeriksa yang terdiri dari orang. Demikian pula laporan peneliti lain, seperti Kubisyen (990) dan Varbles (990). Realibilitas tinggi dicapai dengan melatih 0

12 pemeriksa memahami kriteria penilaian dan berlatih menggred sampel karangan secara teratur. Penilaian holistik dalam bahasa Malaysia telah dilakukan oleh Hashim (999) dengan menggunakan pendekatan komunikatif dan berhasil membuktikan validitas dan realibilitas penilaian holistik yang memiliki korelasi yang tinggi dengan skema tradisional dan skema wacana yang berlandaskan pendekatan analitik. Model penilaian Hashim ini disebut Model Penilaian Holistik Berfokus yang terdiri dari versi, yaitu:. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Informasi 2. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Pencerita. Skema Penskoran Karangan Berorientasikan Khalayak Ketiga model penilaian tersebut merupakan penerapan teori bahasa dan penilaian bahasa dalam kemampuan menulis karangan bahasa Melayu sekolah menengah. Penelitiannya dilakukan melalui penyusunan beberapa instrumen untuk mengetahui kemampuan menulis karangan dan mengassesmen pencapaian pelajar dalam karangan untuk kegunaan guru dalam penilaian bahasa di dalam kontrol sekolah. Eksplorasi kemampuan menulis bagi siswa sekolah menengah tersebut berdasarkan ide komunikatif Hymes (972) dan model wacana Llyod-Jones (977), sementara assesmen kemampuan menulis menggunakan pendekatan holistik. Penggunaan model skema penilaian komunikatif berfokus tersebut telah menunjukkan validitas dan realibilitas tinggi. Assessmen yang disusunnya bukan saja tepat dan efisien tetapi telah merupakan suatu pembaharuan dalam pendidikan bahasa Melayu (Hashim, 200; 200). Di bawah ini akan disajikan secara lengkap versi skema penilaian holistik berfokus yang saat ini banyak digunakan dalam penilaian mengarang bahasa Melayu di sekolah-sekolah Malaysia. 2

13 PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan Berorientasi Informasi agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek: a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa 2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi kategori: a. kategori tinggi b. kategori sederhana c. kategori rendah Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no. di atas.. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut: Gred/ tahap Nilai Deskriptor A Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan B Berkomunikasi pada tahap memuaskan C 0-9 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan D 0-9 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi E 0-9 Menguasai dasar bahasa yang terbatas F 0-29 Tidak menguasai dasar bahasa. Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa.

14 SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI I. SOSIOLINGUISTIK Siswa memahami tujuan penulisan dan mengetahui pembacanya (a) Tujuan Menjelasakan informasi-informasi khusus tentang judul berdasarkan situasi dalam karangan; dan mengutarakan ide dan pengalaman pribadi untuk meyakinkan pembaca. (b) Khalayak Mewujudkan hubungan dan berkolaborasi ide dengan pembaca melalui pengusaan gaya penulisan dan format ceramah. II. WACANA Siswa menunjukkan penguasaan aspek-aspek penyususnan, pemikiran dan penekanan wacana paparan (a) Penyusunan (b) Pemikiran (c)penekanan Membentuk kohesi tatabahasa (kata hubung, ellipsis) dan leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana) secara seimbang; dan menyusun isi secra logik berdasarkan hubungan syarat-hasil, sebab-tujuan, dan sebab akibat. Menunjukkan pemikiran karangan penerangan yang menekankan fakta dan perinciannya; dan membentuk kohesi meliputi jenis tatabahasa dan leksikal. Fokus terhadap judul melalui penyusunan ide secara logis dengan dukungan isu-isu yang berkaitan. III. TATABAHASA Siswa menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan bahasa (a) Pengetahuan Menunjukkan penguasaan aspek mekanis, khususnya tanda baca dan ejaan; aspek morfologi memperlihatkan penggunaan dan pemilihan kata yang tepat dari kosa kata yang luas; dan aspek sintaksis menunjukkan penguasaan struktur kalimat yang mengukuhkan kohesi.

15 FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI INFORMASI No Nama Kemampuan T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa Grade/ Peringkat Nilai (%)

16 PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan Berorientasi Pencerita, agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek: a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa 2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi kategori: d. kategori tinggi e. kategori sederhana f. kategori rendah Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no. di atas.. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut: Gred/ tahap Nilai Deskriptor A Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan B Berkomunikasi pada tahap memuaskan C 0-9 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan D 0-9 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi E 0-9 Menguasai dasar bahasa yang terbatas F 0-29 Tidak menguasai dasar bahasa 6

17 . Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa. SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASIKAN PENCERITA I. SOSIOLINGUISTIK Calon memahami tujuan penulisan, situasi, dan mengetahui khalayaknya (pembaca). (a) Tujuan Melahirkan ide dan perasaaan dalam penulisan kreatif, menyusun isi serta menggunakan kata-kata pembuka dan penutup wacana berdasarkan tujuan penulisan. (b) Konteks Membina hubungan dan menyatukan pengalaman dengan pembaca tentang peristiwa yang menyangkut watak yang diceritakan, dan mengemukakan ide berdasarkan tema, pengalaman pribadi/imajinasi. (c) Khalayak Menunjukkan kesadaran terhadap pembaca dengan berusaha untuk mengaitkan idenya dengan pengalaman khalayak, dan menggunakan kohesi tatabahasa (kata hubung, elipsis) untuk mengekalkan fokus pembaca. II. WACANA Calon menunjukkan penguasaan pemikiran dan penyajian wacana pelahiran (a) Pemikiran Mengemukakan ide yang berdasarkan hubungan syarat-hasil dan sebab-akibat. (b) Penyajian Menggunakan kemampuan menyusun kohesi dan koherensi secara seimbang, berfokuskan ide utama (plot yang jelas) dan menggunakan gaya penulisan kreatif yang tepat. III. TATABAHASA Calon mempunyai pengetahuan dan memahami seluk-beluk bahasa (a) Pengetahuan Menggunakan struktur bahasa (morfologi dan sintaksis) dan mekanis (tanda baca dan ejaan) dengan baik; dan menunjukkan kohesi tatabahasa (kata hubung, elipsis) dan leksikal (sinonim,antonim,hiponim,kolokasi,ulangan, pembuka dan penutup wacana) yang baik. 7

18 FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA No Nama Kemampuan T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa Grade/ Peringkat Nilai (%) 8

19 PANDUAN PENGGREDAN KARANGAN BERORIENTASI KHALAYAK. Bacalah dengan teliti kriteria penilaian dalam Skema Karangan Berorientasi Khalayak, agar Anda terfokus pada penilaian yang akan dilakukan. Fahami kemampuan berbahasa dalam aspek: a. sosiolinguistik b. wacana c. tatabahasa 2. Bacalah karangan siswa sekilas, kemudian klasifikasikan menjadi kategori: d. kategori tinggi e. kategori sederhana f. kategori rendah Penetapan kategori setiap karangan berdasarkan aspek pada no. di atas.. Bacalah kembali karangan siswa tersebut dan tentukan gred serta interval nilai, berdasarkan deskriptor yang berikut: Gred/ tahap Nilai Deskriptor A Berkomunikasi pada tahap sangat memuaskan B Berkomunikasi pada tahap memuaskan C 0-9 Berkomunikasi pada tahap agak memuaskan D 0-9 Menguasai dasar bahasa untuk berkomunikasi E 0-9 Menguasai dasar bahasa yang terbatas 9

20 . Catatkan gred dan nilai prosentase pada daftar yang disediakan. Sebutkan tingkat pencapaian siswa bagi kemampuan sosiolinguistik, wacana dan tatabahasa. SKEMA PENSKORAN KARANGAN BERORIENTASIKAN KHALAYAK I. SOSIOLINGUISTIK Calon memahami tujuan penulisan, situasi, dan mengetahui khalayaknya (pembaca). (a) Tujuan (b) Situasi Membujuk dan mencoba meyakinkan pembaca dengan alasan-alasan yang mendukung tajuk/judul. Menggunakan alasan-alasan berdasarkan pengalaman pribadi untk memperkuat dasar judul. (c) Khalayak Berkomunikasi dengan khalayak melalui gaya penulisan yang sesuai; dan menyampaikan ide berdasarkan format arahan dengan susunan ide yang rapi dalam paragraf. II. WACANA Calon menunjukkan penguasaan aspek-aspek penyajian, pengolahan dan kesatuan (a) Penyajian (b)pengolahan (c) Kesatuan Menyajikan ide secara teratur dan dan berfokus melalui kohesi leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana); dan menyusun koheren melalui hubungan sebab-tujuan, syarat-hasil, sebab-akibat, dan latar kesimpulan. Mengolah ide berdasarkan logika, hubungan perbandingan, kata pembuka dan penutup wacana, di samping mengemukakan bukti-bukti khusus dan uraian yang jelas Menyusun kohesi berdasarkan sarana rujukan dan kata hubung. III. TATABAHASA Penulis menunjukkan kemampuan menggunakan pengetahuan tatabahasa 20

21 (a)penggunaan Menunjukkan penguasaan aspek sintaksis dan menggunakannya dengan berkesan untuk menyusun kohesi aspek nahu tata bahasa (kata hubung, elipsis) dan leksikal (sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, ulangan, dan pembuka dan penutup wacana); dan menggunakan tanda baca dengan tepat, disamping menguasai ejaan dan aspek morfologi. FORMAT PENILAIAN KARANGAN BERORIENTASI KHALAYAK No Nama Kemampuan T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa Grade/ Peringkat Nilai (%) 2

22 C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Bahasa Pembelajaran Menulis/Mengarang Jenis Karangan: eksposisi,narasi,argumentasi Pendekatan Komunikatif Penilaian Holistik Penilaian Analitik Proses Pembelajaran Perencanaan Pelaksanaan Hasil Tugas Validasi & Finalisasi Model Model Penilaian MengarangHolistik di SD 22

23 2

FORMAT PENILAIAN KARANGAN NARASI (KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA)

FORMAT PENILAIAN KARANGAN NARASI (KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA) FORMAT PENILAIAN KARANGAN NARASI (KARANGAN BERORIENTASI PENCERITA) No Nama Kemampuan T=Tinggi, S=Sedang, R=Rendah Sosiolinguistik Wacana Tatabahasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Lebih terperinci

Hasil Penelitian Dalam penelitian Research Development studi awal merupakan langkah pertama untuk mengembangkan suatu model yang akan disusun.

Hasil Penelitian Dalam penelitian Research Development studi awal merupakan langkah pertama untuk mengembangkan suatu model yang akan disusun. Hasil Penelitian Dalam penelitian Research Development studi awal merupakan langkah pertama untuk mengembangkan suatu model yang akan disusun. Hasil studi awal dalam penelitian ini berupa sampel tiga jenis

Lebih terperinci

MODEL PENILAIAN HOLISTIK DALAM PEMBELAJARAN MENGARANG BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR*) Oleh Tatat Hartati Abstrak Penelitian ini bertujuan

MODEL PENILAIAN HOLISTIK DALAM PEMBELAJARAN MENGARANG BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR*) Oleh Tatat Hartati Abstrak Penelitian ini bertujuan MODEL PENILAIAN HOLISTIK DALAM PEMBELAJARAN MENGARANG BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR*) Oleh Tatat Hartati Abstrak Penelitian ini bertujuan menyusun model penilaian dalam pembelajaran mengarang bahasa

Lebih terperinci

Judul Penelitian : Model Penilaian Analitik dan Holistik dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Judul Penelitian : Model Penilaian Analitik dan Holistik dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Judul Penelitian : Model Penilaian Analitik dan Holistik dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. Dalam mengungkapkan ide atau gagasan itu diperlukan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia, karena pendidikan merupakan salah satu wujud nyata dalam peningkatan sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen penting yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan di SD Negeri Dawuan Timur I, yang beralamatkan di Jl. Sumur Bandung desa Dawuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif melalui penelitian tindakan kelas yang di fokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Arikunto (2010: 2), penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga memiliki peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang hendaknya dikuasai oleh peserta didik. Sebagai salah satu productive skill, keterampilan menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab lima ini, dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab lima ini, dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab lima ini, dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Simpulan dimulai dari observasi awal mengenai pembelajaran menulis di lapangan, perencanaan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ekplanasi Kompleks Teks eksplanasi berisi penjelasan tentang keadaan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penguasaan kosakata (X 1), kemampuan menyusun kalimat efektif (X 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama kalinya pengajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan

Lebih terperinci

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis 1 1 keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu kompetensi yang dikaji dan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 2.1.1 Kompetensi Inti Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun menjadi satu kesatuan dengan suatu kesesuaian yang kemudian membentuk paragraf-paragraf, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada metodologi penelitian ini akan dijelaskan tentang metode penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen penelitian, instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK 251 KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Tulisan ini bertujuan mengkaji kemampuan menulis paragraf deskripsi mahasiswa semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan pada siswa di sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen keterampilan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti Isdianti15@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketrampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan paragraf secara efektif. Kegagalan ini terjadi karena tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nadia Keti Dwiguna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nadia Keti Dwiguna, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ragam formal, pemakaian bahasa tulis lebih sering ditampilkan dalam bentuk wacana tulis misalnya karangan (ilmiah atau fiksi), surat, pengumuman, dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran wajib yang telah ditetapkan di setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pembelajaran

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan ARTIKEL ILMIAH Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh: Pebrina Pakpahan A1B110064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KIKIH DIAN FITRIANI, 2015 PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE

KIKIH DIAN FITRIANI, 2015 PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan kita, karena kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI SISWA SD MUHAMMADIYAH I MALANG

PENERAPAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI SISWA SD MUHAMMADIYAH I MALANG Ribut W.E., Arif B.W., Penerapan Alat Penilaian Berbasis Kompetensi Pembelajaran PENERAPAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI SISWA SD MUHAMMADIYAH I MALANG Ribut W.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP secara umum adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari empat keterampilan berbahasa (skills). Dalam keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari empat keterampilan berbahasa (skills). Dalam keterampilan 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kompetensi dasar yang perlu dikuasai oleh siswa SD. Menulis juga merupakan kemampuan berbahasa tulis dan sebagai salah satu dari empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA

NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SDN I GRANTING JOGONALAN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Penilaian Proses yang Berfokus pada Kemahiran Menulis, Berbicara dan Menyimak. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia

Penilaian Proses yang Berfokus pada Kemahiran Menulis, Berbicara dan Menyimak. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia Penilaian Proses yang Berfokus pada Kemahiran Menulis, Berbicara dan Menyimak Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia Penilaian Proses yang Berfokus pada Kemahiran Menulis Hal-Hal yang Dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam mengkomunikasikan ilmunya. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah eksprimen semu (Quasi Experimental

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah eksprimen semu (Quasi Experimental BAB 3 METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah eksprimen semu (Quasi Experimental Design). Pada dasarnya desain quasi eksperimen terbagi menjadi dua, yaitu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh NEULIS ATIN 10210562 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya untuk menyampaikan pengalaman, perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk mengungkapkan ide, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ketika seseorang ingin

BAB I PENDAHULUAN. mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ketika seseorang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan di Indonesia, dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Berdasarkan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup panjang. Selain fasilitator dan motivator, guru dituntut profesional dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

SEKOLAH BERASRAMA PENUH BAHAGIAN PENGURUSAN SEKOLAH BERASRAMA PENUH / KLUSTER KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA. 2 ¼ jam Dua jam lima belas minit

SEKOLAH BERASRAMA PENUH BAHAGIAN PENGURUSAN SEKOLAH BERASRAMA PENUH / KLUSTER KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA. 2 ¼ jam Dua jam lima belas minit SEKOLAH BERASRAMA PENUH BAHAGIAN PENGURUSAN SEKOLAH BERASRAMA PENUH / KLUSTER KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA PEPERIKSAAN PERCUBAAN 1103/1 SIJIL PELAJARAN MALAYSIA 2008 BAHASA MELAYU Kertas 1 Ogos 2 ¼ jam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fitri Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fitri Rahmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia, sesuai dengan isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), secara umum bertujuan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) untuk mencapai sasaran pembelajaran di sekolah. Menurut Usman (dalam Suryosubroto 2002:19),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat aspek kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tapubolon, 1990:5).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Dasar-dasar fundamental kemahiran bahasa. Penyusunan kalimat secara efektif

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Nurmila Moidady Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting untuk diajarkan dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan bahasa dalam berinteraksi. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci