BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah negara Jepang. Pada masa inilah muncul restorasi meiji yaitu suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah negara Jepang. Pada masa inilah muncul restorasi meiji yaitu suatu"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Zaman Meiji ( ) merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah negara Jepang. Pada masa inilah muncul restorasi meiji yaitu suatu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dibawah pimpinan kaisar Meiji untuk membuka diri dari dunia luar. Salah satu dampak positif dari kebijakan ini membawa Jepang bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa dasawarsa saja mencapai pembentukan suatu bangsa yang modern yang memiliki perindustrian, lembagalembaga politik, pola masyarakat, serta pemikiran yang modern hingga saat ini. Namun, Jepang yang mendapatkan peringkat ketiga sebagai Negara maju di dunia ini memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan negara maju lainnya. Mereka masih memiliki kepercayaan terhadap hal-hal supranatural dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir seluruh orang Jepang memiliki jimat keberuntungan. Contoh lainnya, di dalam media massa seperti televisi banyak sekali jenis-jenis ramalan mulai dari ramalan cuaca, shio, golongan darah, dsb yang sangat laris diikuti masyarakat Jepang. Buku-buku mengenai paranormal menjadi bestseller dalam waktu singkat, dan semua majalah sekarang dicurahkan untuk membahas fenomena supranatural. Belum lagi mengenai bermacam-macam dewa yang ada di Jepang, serta pemujaan roh leluhur yang berupa kamidana 神棚 (rak dewa Shinto), butsudana 仏壇 (rak dewa Buddha), dan ubusunagami 産土神 (dewa daerah) yang pada

2 akhirnya dijadikan sebagai kepercayaan rakyat atau minkan shinkou 民間信仰 (Situmorang, 2013:28). Masyarakat Jepang juga masih mempercayai dan masih mempertahankan cerita rakyat seperti mitos atau mitologi. Walaupun sebagian masyarakat memandang mitos hanya sebagai cerita bohong, kepalsuan, takhayul, ataupun dongeng belaka, namun tidak bagi masyarakat Jepang. Bagi mereka, mitos justru memiliki peran yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Para ahli juga menganggap bahwa manusia baik perseorangan maupun sebagai kelompok, tidak dapat hidup tanpa mitos. Mitos seperti yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial, khususnya para antropolog, dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan manusia untuk menjelaskan alam lingkungan di sekitarnya, juga sejarah masa lampaunya. Contoh nyata dari kepercayaan masyarakat Jepang terhadap mitos dapat dilihat pada masyarakat Okinawa. Di daerah ini terdapat mitos tentang sepasang patung berbentuk setengah singa dan setengah anjing yang dapat melindungi manusia. Patung tersebut diberi nama shisa. Saat berkunjung ke daerah Okinawa, akan terlihat bahwa hampir disetiap bangunan seperti rumah, toko, restoran, hotel, dan lainnya diletakkan sepasang patung ini. Hal inilah yang membuat Okinawa memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan daerah lain. Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat Okinawa untuk meletakkan patung shisa di depan atau atap rumah/bangunan. Kebiasaan meletakkan patung ini bermula dari munculnya mitos-mitos yang mengatakan bahwa patung shisa memiliki kekuatan supranatural yang dapat melindungi si pemilik dari roh dan perbuatan jahat yang ingin masuk ke dalam rumah. Kemudian

3 kebiasaan ini diwariskan secara turun-temurun sampai sekarang hingga shisa dijadikan sebagai salah satu artefak kebudayaan dan ikon daerah Okinawa. Shisa merupakan mahluk mitologis. Makhluk mitologis adalah makhluk yang keberadaannya dituturkan dalam kisah-kisah mitologis, legenda maupun fabel. Makhluk tersebut juga terkait dengan folklor suatu suku. Makhluk mitologis pada umumnya bersifat fantastis, baik bentuk maupun kemampuannya ( khluk_mitologis). Jika dilihat dari segi bentuk, beberapa makhluk mitologis merupakan hibrida, yaitu gabungan dari dua binatang (hewan mitologi) atau lebih. Ciri khas ini juga ditemukan pada patung shisa yang bentuknya seperti gabungan antara anjing dan singa. Shisa atau yang dalam bahasa Jepang シーサー diperkirakan datang ke Okinawa dari negeri Cina pada abad ke 14. Mitos ini dipercaya oleh masyarakat Okinawa dan diteruskan dari generasi ke generasi. Sejak saat itu juga patung shisa memiliki arti penting yaitu dianggap sebagai pelindung bagi masyarakat Okinawa. Tidak hanya di Okinawa, pada masyarakat Jepang secara umum pun terdapat mahluk mitologi yang memiliki kesamaan bentuk dan juga dipercaya dapat melindungi, namun dengan nama yang berbeda yaitu komainu yang dalam huruf kanji ditulis 狛犬. Jika dilihat sekilas, komainu dan shisa hampir serupa. Tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Jika shisa ada hampir disetiap bangunan dan rumah-rumah di Okinawa, komainu justru hanya dapat ditemukan pada pintu-pintu gerbang kuil shinto di Jepang. Selain itu, dari segi sejarah dan asal usul kemunculannya pun berbeda. Beberapa sumber mengatakan bahwa komainu berasal dari korea dikarenakan kanji dari 狛 adalah istilah

4 kuno untuk semenanjung korea, dan ada juga yang mengatakan istilah itu mengandung arti berasal dari negara asing. Sedangkan 犬 adalah huruf kanji dari kata anjing. Seperti shisa, komainu juga diwujudkan dalam bentuk patung. Di negara Myanmar, Tibet, Korea, dan Asia timur lainnya juga terdapat patung yang berfungsi sebagai pelindung sama seperti shisa dengan nama dan variasi bentuk yang sedikit berbeda. Namun, diyakini hanya di daerah Okinawa yang diletakkan pada rumah-rumah warga dan bangunan komersial. Sedangkan di tempat atau negara lain biasanya hanya diletakkan di kuil dan istana kerajaan atau hanya dijadikan sebagai simbol otoritas istana kerajaan. Jika dilihat, topik ini sangat menarik untuk dibahas. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa negara Jepang sudah banyak mengalami proses modernisasi dalam berbagai bidang sehingga menjadikannya sebagai negara yang maju. Secara langsung, daerah Okinawa juga tersentuh oleh proses modernisasi tersebut. Namun uniknya masyarakat okinawa masih mempertahankan dan mempercayai mitos-mitos tentang benda tertentu yang memiliki kekuatan supranatural dapat melindungi. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti PANDANGAN MASYARAKAT OKINAWA TERHADAP PATUNG SHISA 1.2 Rumusan Masalah Mahluk mitologi Okinawa yaitu Shisa yang diwujudkan ke dalam bentuk patung dan dipercaya sebagai pelindung ini bisa juga dikategorikan sebagai Folk Belief.

5 Hori Ichiro dalam Situmorang (2013: 28) mengatakan folk belief adalah kepercayaan rakyat terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan supranatural. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kemunculan patung shisa ke daerah Okinawa diperkirakan berasal dari negeri Cina. Hal ini diperkuat dengan banyaknya pengaruh kebudayaan Cina yang mendominasi di daerah ini, salah satunya adalah bangunan bersejarah Okinawa yang mirip dengan arsitektur bangunan milik kerajaan Cina. Selain itu, dahulu Okinawa merupakan sebuah kerajaan yang terpisah dari Jepang dan bernama kerajaan ryukyuu. Kerajaan ini banyak melakukan hubungan perdagangan dengan Cina. Dari aktivitas ini, banyak kebudayaan Cina yang masuk dan terserap, kemudian mengalami pembauran dengan kebudayaan setempat. Dari sekian banyak kebudayaan yang mengalami pembauran, patung shisa adalah salah satunya. Suatu kebudayaan luar yang diterima dan masih terus terpelihara oleh suatu daerah disebabkan oleh adanya manfaat atau keuntungan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sama seperti patung shisa yang dirasakan bermanfaat sebagai penjaga atau pelindung oleh masyarakat Okinawa. Contohnya, semenjak kebiasaan meletakkan patung shisa di rumah/bangunan terus dilakukan, tindak kejahatan khususnya pencurian semakin berkurang dan keadaan kota pun semakin aman. Hal ini dikarenakan orang yang ingin mencuri menjadi takut akan terkena musibah atau hukuman dari hewan mitologi shisa ini. Dari uraian diatas, bisa disimpulkan juga bahwa patung shisa merupakan sebuah kearifan lokal. Sebab, patung ini menjadi alat untuk mensiasati lingkungan hidup di daerah Okinawa agar tetap aman dan dijadikan sebagai bagian dari budaya, serta diteruskan dari generasi ke generasi. Masih banyak contoh lain yang mendukung patung

6 shisa sebagai sebuah kearifan lokal. Maka dari itu, penulis akan mencoba merumuskan permasalahan yang akan dibahas agar penelitian lebih terarah dan memudahkan sasaran yang ingin dikaji. Perumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana asal-usul kemunculan patung shisa? 2. Bagaimana pandangan kearifan lokal masyarakat Okinawa terhadap patung shisa? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan masalah agar dalam membahas masalah tidak terlalu luas dan peneliti juga dapat lebih terfokus membahas masalah yang ingin diteliti. Serta agar tidak menyulitkan pembaca dalam memahami pokok permasalahan yang akan dibahas. Secara umum, penelitian ini dibatasi menjadi dua fungsi yaitu fungsi religius dan fungsi logis. Fungsi religius meliputi tentang asal-usul patung shisa sehingga dijadikan sebagai suatu kepercayaan. Sedangkan fungsi logisnya meliputi tentang patung shisa yang merupakan hasil karya pemikiran masyarakat dijadikan sebagai bagian dari kebudayaan yang lambat laun menjadi suatu kearifan lokal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, patung berbentuk setengah singa dan setengah anjing ini tidak hanya ada pada daerah Okinawa saja tetapi juga ada di beberapa negara lain. Untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasannya, maka dalam penulisan ini hanya akan membahas asal-usul patung shisa dari sejarah, mitologi,

7 dan sumber lain yang terkait dengan masyarakat Okinawa saja dan tidak mengaitkan atau membandingkannya dengan komainu, ataupun dengan patung setengah singa setengah anjing yang terdapat di negara lain secara mendalam meskipun terdapat banyak kesamaan. Penulis juga terlebih dahulu akan membahas mengenai sejarah singkat berdirinya daerah Okinawa. Selain itu, untuk mendukung pembahasan ini penulis akan membahas tentang bagian-bagian dari patung shisa yang memiliki makna penting bagi masyarakat Okinawa. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka C. Kluckhohn dalam Poerwanto (2005: 88) mendefinisikan Kebudayaan adalah proses belajar dan bukan sesuatu yang diwariskan secara biologis. Oleh karenanya kebudayaan merupakan pola tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam Wisadirana (2004: 26), kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Beliau juga membagi 3 wujud kebudayaan yaitu: a. Wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Ada didalam kepala, atau dengan lain perkataan, dalam alam pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup b. Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut sistem sosial, mengenai tata kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-

8 aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, hari ke hari, dan tahun ke tahun selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. c. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh total dari hasil fisik aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, sifatnya konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, atau difoto. Salah satu hasil dari wujud kebudayaan adalah cerita mitos. Bascom dalam Danandjaja (1984:50-67) mengatakan bahwa mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh empunya itu sendiri. Kata mitos berasal dari bahasa yunani muthos, yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang, dalam pengertian yang lebih luas bisa berarti suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama (Dhavamony, 2001:147). Ilmu yang mempelajari tentang mitos disebut mythology. Kata mythology dalam bahasa inggris menunjuk pengertian, baik sebagai studi atas mitos atau isi mitos, maupun bagian tertentu dari sebuah mitos. Sedangkan kata mitos berasal dari bahasa inggris myth yang berarti dongeng atau cerita yang dibuat-buat. Mitos atau mite juga merupakan wujud dari kebudayaan masyarakat. Mitos adalah cerita tentang asal mula terjadinya dunia, alam, peristiwa yang tidak biasa sebelum (atau dibelakang) alam duniawi yang kita hadapi sekarang ini. Cerita itu menurut kepercayaan sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu keramat (Keesing, 1993:93).

9 Sedangkan Pals dalam Agus (2003:60), mengatakan bahwa mitos adalah cerita untuk memperdekat dunia supranatural ke dunia natural. Mitos penuh dengan ceritacerita tentang yang sakral yang mendekatkan kehidupan supernatural yang ilahi ke dalam kehidupan nyata manusia. Cerita mitos merupakan salah satu wujud dari tradisi budaya. Di dalam tradisi budaya, terkandung nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal adalah suatu nilai dan norma budaya yang berlaku dalam menata kehidupan masyarakat (Sibarani, 2012:131). Sedangkan definisi kearifan lokal Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat di pahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh masyarakatnya. Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legendalegenda, nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat (

10 2. Kerangka Teori Dalam melakukan penelitian memerlukan kerangka teori untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka teori berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak ke dalam bentuk yang nyata (Koentjaraningrat dalam Astuti, 2014:10). Jika membahas tentang sistem kepercayaan, tidak hanya berhubungan dengan agama. Namun bisa juga berupa konsepsi tentang faham-faham yang terintegrasikan dalam dongeng-dongeng (Koentjaraningrat, 1967: 240). Ada berbagai bentuk kepercayaan atau religius beliefs, salah satunya adalah percaya akan berbagai hal yang mengandung kekuatan sakti atau kekuatan yang dianggap ada dalam hal-hal atau peristiwa luar biasa pada alam, binatang, tumbuhan, benda-benda dan suara. Hal ini sama dengan masyarakat Okinawa yang percaya bahwa patung shisa memiliki kekuatan sakti dan terintegrasikan juga ke dalam cerita-cerita rakyat seperti mitos. Sehingga, bisa dikatakan bahwa patung shisa juga merupakan bagian dari kepercayaan di daerah ini. Mitos menceritakan bagaimana suatu keadaan menjadi sesuatu yang lain; bagaimana dunia yang kosong menjadi berpenghuni, bagaimana situasi yang kacau menjadi teratur dan lain-lain (Mubarak, 2009). Zaman mitos adalah kejadian yang menyebabkan manusia dipengaruhi dan menjadi seperti sekarang ini. Di zaman modern seperti sekarang ini pun tetap ada dan berpengaruh dalam kehidupan manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa mitos sangat bermanfaat bagi manusia. Dalam Dhavamony (1958: ) Eliade menyatakan, mengetahui mitos berarti mempelajari rahasia asal muasal segala hal. Hal ini sama dengan ketika kita mengetahui tentang mitos-mitos mengenai

11 patung shisa, kita akan mengetahui asal muasal patung shisa dijadikan sebagai pelindung masyarakat Okinawa. Sedangkan menurut Minsarwati dalam Mubarak (2009) mitos adalah suatu fenomena yang sangat dikenal, namun tempatnya sangat sulit dirumuskan dengan tepat, sehingga dalam membicarakan mengenai mitos, pertama harus diuraikan dahulu apa makna dari mitos. Mitos (myth) adalah cerita rakyat legendaris atau tradisional, biasanya bertokoh mahluk yang luar biasa dan mengisahkan peristiwa-peristiwa yang tidak dijelaskan secara rasional, seperti cerita terjadinya sesuatu kepercayaan atau keyakinan yang tidak terbukti tetapi diterima mentah-mentah (Sudjima, 1988: 50). Begitu juga halnya dengan shisa, yang memiliki berbagai mitos-mitos, dimana mitosmitos itu berupa cerita-cerita yang dapat dipercaya tetapi tidak bisa dibuktikan secara rasional. Karena hal itu penulis menggunakan landasan atau pandangan terhadap teori mitos. Selain itu penulis juga memakai landasan teori magi. Menurut Dhavamony (2001: 47), magi adalah suatu fenomena yang sangat dikenal dan umumnya dipahami, namun tampaknya sangat sulit dirumuskan dengan tepat. Atau lebih jelasnya magi adalah kepercayaan dan praktik menurut yang mana manusia yakin bahwa secara langsung mereka dapat mempengaruhi kekuatan alam dan mereka sendiri, entah unuk tujuan baik atau buruk. Menurut Frazer dalam Dhavamony (1958:58) magi sama sekali tidak berkaitan dengan agama yang dedefinisikannya sebagai sesuatu orientasi ke arah roh, dewa-dewa, atau hal-hal lain yang melampaui susunan alam atau kosmik fisik ini. Ahli magi

12 menghubungkan dirinya dengan kekuatan supranaturral yang melampaui alam dan manusia. Dengan demikian, magi adalah suatu jenis supranaturalisme. Shisa juga mempunyai kekuatan magi untuk menarik orang untuk bisa memilikinya dan meyakininya. Seolah-olah shisa mempunyai kekuatan supranatural yang tersembunyi. Selain itu, magi bersifat individual, magi biasanya merupakan keadaan dimana seseorang mempergunakan penyihir untuk memenuhi maksud-maksud pribadi tertentu. Misalnya kematian seorang musuh, penyembuhan penyakit, tercapainya kemakmuran atau kemenangan atas suatu perang (B.Malinowski, 1967:88). Jika dilihat, shisa memiliki magi untuk melindungi pemiliknya dari roh jahat, menjaga agar roh baik tetap ada namun bukan untuk menyakiti atau merugikan seseorang. Selain mitos dan magi, penulis juga menggunakan landasan Takhayul yang hampir sama dengan magi namun jelas berbeda. Menurut Mustafa kamal dalam Mubarak (2009) Takhayul berasal dari Tahayalat yang artinya khayalan. Oleh karena itu Takhayul merupakan cerita hayalan dari manusia. Takhayul itu mitos, sesuatu yang tidak nyata (khayali) jadi Takhayul itu hanya ada dalam cerita-cerita yang tidak jelas asal usulnya atau cerita dalam mimpi dan cerita yang tidak masuk akal. Sedangkan menurut Yusfitriadi dalam Mubarak (2009), Takhayul adalah sesuatu yang tidak nyata. Itu hanya ada dalam cerita saja tidak nyata (khayali). Berdasarkan pendapat diatas, cerita shisa juga bisa dikatakan cerita berupa khayalan belaka, khayalan-hkayalan yang dibuat oleh masyarakat okinawa saja. Namun khayalan ini bisa menjadi kenyataan dan bisa juga tidak sama sekali. Tetapi masyarakat Okinawa tetap menjadikan cerita tentang shisa sebagai suatu kepercayaan, karena sudah menjadi suatu kebudayaan bagi masyarakat Okinawa percaya terhadap cerita yang baik untuk mereka atau sebaliknya.

13 Takhayul adalah semacam sistem kepercayaan ada unsur keyakinan terhadap sesuatu yang ada di luar jangkauan logika dan nalar. Keyakinan ini akan menjadi sebuah tradisi ketika dipertahankan dari generasi ke generasi (http;//kompas.com). maka dari itu cerita tentang shisa yang dipercaya dapat melindungi dari roh jahat ini sudah menjadi suatu kepercayaan dan keyakinan yang telah tertanam kuat dalam masyarakat Okinawa. Penulis juga menggunakan teori interaksionalisme simbolik. Teori ini memiliki tiga premis utama, yang salah satunya yaitu manusia bertindak terhadap sesuatu (benda, orang, atau ide) atas dasar makna yang diberikan kepada sesuatu itu (Bungin, 2010: 7). Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa penulis juga akan coba menguraikan mengenai kearifan lokal yang terdapat dalam kepercayaan patung shisa. Kearifan lokal bersumber dari nilai budaya yang dimanfaatkan untuk menata kehidupan komunitas. Kearifan lokal juga sering dianggap padanan kata Indigenous Knowledge yakni kebiasaan, pengetahuan, persepsi, norma, dan kebudayaan yang dipatuhi bersama suatu masyarakat dan hidup turun-temurun (Sibarani, 2012: ). Di dalam kepercayaan terhadap patung shisa, terdapat nilai-nilai budaya yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kehidupan bermasyarakat tertata dengan baik. Kebiasaan meletakkan patung shisa di setiap bangunan ini telah ada dan dilakukan sejak dahulu dan disampaikan turun-temurun sehingga masih hidup sampai sekarang. Geertz dalam Sibarani (2012:131) mengatakan bahwa kearifan lokal merupakan entitas yang menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitas. Dengan kata lain, kearifan lokal dapat membentuk karakter baik seorang individu yang dapat mengangkat harkat dan martabatnya. Kepercayaan terhadap patung shisa ini

14 mengajarkan masyarakat untuk tidak mencuri, merawat binatang khususnya anjing dengan baik, dan lain-lain. Karna hal ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak sadar telah membentuk karakter yang baik dalam diri setiap masyarakat Okinawa. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, ada tujuan dari penelitian yang ingin dilakukan, yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana asal-usul munculnya patung shisa 2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Okinawa terhadap patung shisa sebagai sebuah kearifan lokal 2. Manfaat Penelitian 1. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca untuk menambah pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah atau asal usul munculnya patung shisa 2. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca untuk menambah pemahaman dan pengetahuan tentang fungsi dan pandangan masyarakat Okinawa terhadap patung shisa sebagai bagian dari kearifan lokal 3. Menambah referensi atau informasi untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian berhubungan dengan patung shisa

15 1.6 Metode Penelitian Istilah metode memiliki arti jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode yaitu cara melakukan sesuatu dan rencana didalam pelaksanaannya. Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang dikehendaki ( Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Ini adalah suatu metode yang dipakai untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi, mengkaji dan menginterpretasikan data. Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, datadata yang diperoleh, dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan, sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada (Koentjaraningrat 1976: 30). Selain metode deskriptif, dalam melakukan penelitian ini penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan (library Research). Metode ini sangat penting bagi peneliti. Menurut Nasution (1996 : 14), metode kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti meliputi: masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran.

16 Agar penelitian ini lebih jelas, peneliti juga mencari dan mengumpulkan datadata dari beberapa situs di internet yang mendukung permasalahan yang akan diteliti. Seluruh data-data yang didapat dari studi kepustakaan dan internet akan dianalisa dan kemudian diinterpretasikan agar diperoleh hasil kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita mempercayai adanya kekuatan tak tampak yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita mempercayai adanya kekuatan tak tampak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia kita mempercayai adanya kekuatan tak tampak yang mengatur segala aktivitas ataupun kegiatan kita sehari-hari. Hal ini tentu saja kita sadari

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. Banyaknya pulau-pulau di Indonesia menghadirkan suku dan budaya yang memiliki adat istiadat yang berbeda disetiap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG 2.1 Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan bagian folklore, yang dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk berbudaya dan menciptakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk berbudaya dan menciptakan kebudayaan. Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makluk berbudaya dan menciptakan kebudayaan. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh dan bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belaakang Masalah Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di benua Asia di ujung barat Samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode

Lebih terperinci

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6 LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6 Abstrak: Kearifan lokal berkaitan erat dengan manajemen sumber daya manusia. Dewasa ini, kearifan lokal mengalami tantangan-tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Folklor Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata dasar, yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes (Danandjaja, 2007: 1-2), folk

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Folklore Fakultas 03FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta Mandra

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS Pada BAB ini akan menjelaskan mengenai pengenalan totem yang dipakai berdasarkan pemahaman dari Emile Durkheim dan Mircea Eliade. Pemahaman mereka mengenai totem beserta dengan fungsinya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Gambar 1.1 Permukaan Bulan Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan bulan saat malam hari, membuat malam menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ekspressi perasaan, pikiran dan pergumulan manusia yang terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati manusia

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, yang berupa pengalaman, perasaan, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Folklor merupakan khazanah sastra lama. Salah satu jenis folklor adalah cerita rakyat. Awalnya cerita rakyat merupakan cerita lisan yang dapat dikategorikan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Japanese Art and Popular Culture menyebutkan bahwa daruma adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Japanese Art and Popular Culture menyebutkan bahwa daruma adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut McFarland dalam bukunya Daruma, The Founder of Zen in Japanese Art and Popular Culture menyebutkan bahwa daruma adalah salah satu kunci penting untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberuntungan. Kucing tersebut dikenal dengan nama maneki neko( 招き猫 ). Biasanya

BAB I PENDAHULUAN. keberuntungan. Kucing tersebut dikenal dengan nama maneki neko( 招き猫 ). Biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang percaya akan adanya mitos. Salah satunya adalah mitos tentang kucing yang dipercaya sebagai pembawa keberuntungan.

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH OKINAWA DAN KEMUNCULAN PATUNG SHISA. Okinawa adalah sebutan untuk pulau dalam bahasa Jepang, pertama kali ditemukan

BAB II SEJARAH OKINAWA DAN KEMUNCULAN PATUNG SHISA. Okinawa adalah sebutan untuk pulau dalam bahasa Jepang, pertama kali ditemukan BAB II SEJARAH OKINAWA DAN KEMUNCULAN PATUNG SHISA 2.1 Sejarah Okinawa Okinawa atau 沖縄 adalah salah satu prefektur yang ada di Jepang. Kata Okinawa adalah sebutan untuk pulau dalam bahasa Jepang, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat dan kepercayaan pada setiap etnik bangsa yang menjadikan sebuah daya tarik tersendiri

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

di zaman Heian. Inilah yang ditunjukkan dalam novel THE DRAGON SCROLL lewat sebuah cerita fiksi. Begitu juga dengan novel THE DRAGON SCROLL yang

di zaman Heian. Inilah yang ditunjukkan dalam novel THE DRAGON SCROLL lewat sebuah cerita fiksi. Begitu juga dengan novel THE DRAGON SCROLL yang seperti itulah hidup yang harus dijalani ketika ditakdirkan menjadi wanita miskin di zaman Heian. Inilah yang ditunjukkan dalam novel THE DRAGON SCROLL secara umum. Ketika di dalam sejarah adanya permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

Muhamad Budiawan. Diterbitkan melalui. Nulisbuku.com

Muhamad Budiawan. Diterbitkan melalui. Nulisbuku.com Muhamad Budiawan Diterbitkan melalui Nulisbuku.com Daftar Isi Daftar isi Pendahuluan.. Mitos tentang rumput dan embun pagi Mitos tentang orang yang tersesat di hutan.. Mitos tentang hujan. Mitos tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki banyak cerita rakyat atau dongeng berbentuk fabel. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

RELIGI. Oleh : Firdaus

RELIGI. Oleh : Firdaus RELIGI Oleh : Firdaus Pertemuan ini akan Membahas : 1. Konsep Religi 2. Komponen sistem Religi 3. Teori Berorintasi Keyakinan Pertanyaan untuk Diskusi Awal: 1. Apa Konsep Religi 2. Apa Komponen Sistem

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dengan menggunakan metode penelitian deskripsi analisis maka penulis. mencoba untuk menarik kesimpulan mengenai analisa tersebut:

BAB IV KESIMPULAN. dengan menggunakan metode penelitian deskripsi analisis maka penulis. mencoba untuk menarik kesimpulan mengenai analisa tersebut: BAB IV KESIMPULAN Setelah penulis menguraikan analisa karya ilmiah penulis pada bab III dengan menggunakan metode penelitian deskripsi analisis maka penulis mencoba untuk menarik kesimpulan mengenai analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, kemudian dikembangkan menjadi suatu kebiasaan aktifitas turun-temurun.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, kemudian dikembangkan menjadi suatu kebiasaan aktifitas turun-temurun. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Budaya merupakan ciptaan masyarakat yang berkembang dan dimiliki suatu kelompok, kemudian dikembangkan menjadi suatu kebiasaan aktifitas turun-temurun. Kebudayaan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. A. Kenapa (Harus) Mitos?

Bab I. Pendahuluan. A. Kenapa (Harus) Mitos? Bab I Pendahuluan A. Kenapa (Harus) Mitos? Pertanyaan tersebut acap kali dilontarkan ketika penulis mulai melakukan kajian dan menulis buku ini. Tentu saja dilontarkan dengan berbagai macam nada, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah,menyelidiki atau mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN/Permana Adi Wijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ratusan peninggalan benda bersejarah yang berbedabeda. Masing masing daerah memiliki benda yang bersejarah tersendiri yang dapat diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan berasal dari kata tahu yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2008, artinya mengerti setelah melihat suatu fenomena alam. Berdasarkan pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

TENTANG MITOS. Oleh Nurcholish Madjid. The Compact Edition of the Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1971), s.v. Myth dan Mythos.

TENTANG MITOS. Oleh Nurcholish Madjid. The Compact Edition of the Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1971), s.v. Myth dan Mythos. c Demokrasi Lewat Bacaan d TENTANG MITOS Oleh Nurcholish Madjid Dalam percakapan sehari-hari, mitos mengandung makna kepalsuan. Penyebutan tentang sesuatu sebagai mitos akan mengisyaratkan perendahan nilainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan disampaikan secara turun menurun. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan

Lebih terperinci