TEKNIK MUDAH PERUMUSAN KKM Oleh: Drs.Abd. Wahab, SH,MA. Widyaiswara BDK Medan
|
|
- Yuliani Sudirman
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TEKNIK MUDAH PERUMUSAN KKM Oleh: Drs.Abd. Wahab, SH,MA. Widyaiswara BDK Medan ABSTRAKSI Makalah ini berjudul: Teknik mudah Perumusan KKM. Tujuan penulisan adalah untuk memberi pertolongan kepada tenaga pendidik, supaya memiliki kompetensi perumusan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal, mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri dalam perencanaan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan, ia merupakan batas pencapaian nilai minimal dari hasil belajar siswa. KKM ditentukan melalui pendekatan yakni dengan pendekatan kompleksitas, pendekatan daya dukung, dan pendekatan intake siswa. Masing-masing pendekatan tersebut ditentukan skor dan nilainya, apakah bersekor tinggi, sedang atau rendah, dengan nilai 1, atau. Nilai dari masing-masing pendekatan ini diolah dengan rumus sebagai berikut: nilai kompleksitas + nilai daya dukung + nilai intake siswa : 9 X 100 =. KKM yang dicari adalah KKM indikator. Setiap indikator yang ada dalam SI untuk satu semester dicari KKMnya, kemudian dijumlahkan, kemudian dibagi sejumlah indikator, maka hasilnya merupakan hasil rata-rata dan hasil rata-rata inilah menjadi KKM mata pelajaran. Sebagai kesimpulan bahwa dengan penulisan makalah ini para tenaga pendidik dapat melakukan penyusunan KKM mata pelajaran secara baik, benar serta professional, karenanya disarankan supaya tenaga pendidik membaca makalah ini dan ditambah dengan referensi lainnya sebagai pengembangan. KEY WORDS Kompetensi KKM I. Pendahuluan Proses pembelajaran berbasis KTSP adalah proses pembelajaran ketuntasan, yakni ketuntasan pencapaian kompetensi KD melalui ketuntasan kompetensi indikator, setelah diadakan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran, melalui penilaian hasil belajar. Tuntas tidak tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh standar ukuran pencapaian nilai minimal yang harus dicapai oleh seorang siswa. Ukuran pencapaian nilai minimal dikenal dengan KKM, yakni kriteria ketuntasan minimal, dari setiap mata pelajaran. Jadi 1
2 tuntas tidak tuntasnya hasil belajara manakala pencapaian hasilnya mencapai nilai minimal. Nilai minimal (KKM), ditentukan/ dirumuskan secara tioritik dan ilmiah oleh tingkat satuan pendidikan. Pengetahuan, keahlian dan keterampilan secara professional, tentang KKM, harus dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran, sebab tanpa memiliki keahlian ini bagaimana ia dapat menyatakan bahwa seorang siswa setelah mengikuti proses kegiatan pembelaaran tuntas atau belum tuntas, Karenanya seorang guru mata pelajaran wajib memiliki keahlian ini secara professional dan oprasional. Sementara banyak ditemukan peserta diklat guru mata pelajaran pendidikan agama islam, rata-rata mereka belum dapat menentukan/ merumuskan KKM secara professional, mereka menetapkan hanya melalui permufakatan secara subjektif, yaitu dugaan tanpa melalui data dan prosedur sebagaimana mestinya. Apa yang dikemukakan di atas merupakan kesenjangan/ masalah yang tidak bisa dibiarkan, ia harus diatasi sebagaimana mestinya. Banyak cara untuk mengatasi itu, seperti melalui diklat, akan tetapi hal ini diluar kewenangan penulis, karena banyak hal yang harus dipikirkan dan hal itu berkaitan dengan orang lain. Untuk itu penulis memilih jalur yang cukup sederhana dan aman, yakni melalui penulisan KTI dengan menyederhankan permasalahannya dan pembahasan yang sederhana akan tetapi fokus dan tepat guna. Untuk memudahkan teknik perumusan KKM secara mudah dan dapat diterapkan, maka penulis menyederhanakan rumusan masalahnya kepada hal-hal yang mudah dicerna oleh setiap tingkatan satuan pendidikan. Rumusan masalah dimaksud adalah Apakah dengan penulisan teknik penyusunan KKM secara sederhana dapat meningkatkan kompetensi tenaga pendidik? Kajian terhadap rumusan masalah ini bertujuan untuk supaya tenaga pendidik dan kependidikan memahami KKM secara benar dan baik, tidak
3 salah dan ragu terhadap penyusunan KKM, akan tetapi ditentukan secara objektif, melalui pendekatan kompleksitas daya dukung, dan intake siswa, sehingga KKM yang dirumuskan mencapai sasaran secara berdaya guna dan hasil guna. II. Pembahasan Untuk memecahkan masalah dan pencapaian tujuan yang telah dikemukakan di atas dalam pendahuluan, maka dalam pembahasan ini akan diurai hal-hal sebagai berikut: (1) Memahami KKM, () Fungsi dan Tujuan KKM, () Pendekatan Perumusan KKM (5) Teknik Penyusunan KKM. A. Memahami KKM KKM kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal. KKM adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) dengan pencapaian nilai minimal tertentu yang ditentukan oleh satuan pendidikan melalui guru mata pelajaran, tuntas tidak tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh standar ukuran pencapaian nilai minimal yang harus dicapai oleh seorang siswa. Ukuran pencapaian nilai minimal dikenal dengan KKM, yakni kriteria ketuntasan minimal, dari setiap mata pelajaran. Jadi tuntas tidak tuntasnya hasil belajar manakala pencapaian hasilnya mencapai nilai minimal. Nilai minimal (KKM), ditentukan/ dirumuskan secara tioritik dan ilmiah oleh tingkat satuan pendidikan. B. Fungsi dan Tujuan KKM Kriteria ketuntasan minimal ditentukan oleh tingkat satuan pendidikan, berfungsi sebagai panduan, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik dalam melakukan proses kegiatan pembelajaran, bahwa sasaran yang akan dicapai adalah ketuntasan pembelajaran dengan tolak ukur KKM. Seorang guru berupaya dengan sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran,
4 mengajar, mendidik dan membimbing siswanya, agar mencapai hasil pembelajaran sesuai dengan KKM. Demikian sebaliknya, peserta didik, bahwa upaya apapun yang dilakukannya dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai target, yakni target pencapaian nilai KKM. KKM juga merupakan bahagian dari data evaluasi, sebab KKM merupakan alat ukur evaluasi untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas lembaga yang bersangkutan. KKM yang dibawah standar nasional menunjukkan satuan pendidikan itu bermutu redah, KKM satuan pendidikan yang mencapai jenjang standar nasional, menunjukkan bahwaq satuan pendidikan itu telah mencapai standar minimal secara nasional. Demikian halnya manakala satuan pendidikan memiliki KKM di atas standar nasional, maka satuan pendidikan itu telah berada diatas standar nasional pendidikan. KKM juga merupakan neraca bagi satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu satuan pendidikan, dengan menciptakan program yang bermutu dan berdaya guna bagi tenaga pendidik dan kependidikan, yakni melengkapi segala faktor daya dukung yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan umumnya dan tenaga pendidik dan kependidikan khususnya. Dengan kontek seperti ini menunjukkan bahwa kesepadanan paedagogik antara satuan pendidikan dengan orang tua/ wali murid dalam meningkatkan mutu satuan pendidikan. KKM mata pelajaran merupakan data base bagi satuan pendidikan dalam evaluasi keberhasilan pencapaian mata pelajaran, sehingga diketahui secara positif, mana mata pelajaran yang telah mencapai KKM nasional dan mana yang belum mencapai. Data base ini dapat dijadikan bahan analisis/diagnose, baik terhadap mata pelajaran yang KKMnya dibawah standar maupun KKMnya mencapai standar atau di atas standar. Dan hasil analisis inilah yang dijadikan acuan dalam penyusunan program peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan. 4
5 C. Pendekatan Perumusan KKM Pendekatan perumusan KKM, dengan mempergunakan pendekatan, yakni: dengan pendekatan kompleksitas, daya dukung dan intake siswa. Yang dimaksud dengan kompleksitas adalah tingkat kesulitan dari suatu indikator, baik tingkat kesulitan kompetensi kata kerjanya maupun tingkatan kesulitan materinya. Tingkatan kompetensi kata kerja dapat dilihat melalui tingkatan ranah, baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut tiori Binyamin S.Blum, tingkatan ranah itu adalah sebagai berikut: 1. Tingkatan kognitif Kognitif adalah daya piker, tingkatan kognitif, terdiri dari 6 tingkatan yaitu: a. Pengetahuan (c.1) b. Pemahaman (c.), c. Penerapan (c.), d. Analisis (c4), e. Sentesis (c.5) f. Evaluasi (c.6).. Apektif Apektif adalah kejiwaan, rohani, nurani, tingkatannya ada 5 tingkatan,yakni: a. Menerima (a.1). b. Menanggapi (a.). c. Menilai (a.). d. Mengelola (a.4). e. Menghayati (a.5).. Psikomotorik 5
6 Psikomotorik adalah keterampilan gerakan fisik, tingkatannya ada 4, yakni: a. Peniruan (p.1) b. Manipulasi (p.) c. Artikulasi ( p.) d. Pengalamiahan (p.4) Tingkat kompleksitas dapat juga diukur melalui kompleksitas materi, yakni melalui jenis materi, yang terdiri dari materi faktual, materi konsep, materi prinsip, dan materi prosedur. Materi faktual adalah materi yang berkaitan dengan mengingat kejadian masa lalu, yang berkaitan dengan: nama, waktu, tempat, kejadian. Konsep adalah materi yang berkaitan dengan penjelasan, uraian, narasi, pendapat, defenisi. Prinsip adalah materi yang barkaitan dengan sesuatu yang tetap dan sulit untuk dirubah, seperti materi mengenai hukum, dalil, rumus. Prosedur adalah materi yang berkaitan dengan proses, yakni adanya langkah-langkah penyelesaian atau langkahlangkah pekerjaan, untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu yang abstrak menjadi kongkret, yang umum jadi detail. Sistimatis urutan berbentuk sistemik, yakni langkah pertama menjadi prasyarat langkah berikutnya. Artinya langkah berikutnya tidak dapat dilakukan tanpa melakukan langkah pertama, demikian seterusnya. Bila mempergunakan pendekatan ranah maka tingkat kesulitannya sebagai berikut: 1. Ranah kognitif, maka c.1 lebih rendah dari c., c. lebih rendah dari c., demikian sebaliknya c.6 lebih tinggi dari c.5 dan seterusnya.. Ranah afektif, maka a.1 lebih rendah dari a., a. lebih rendah dari a. dan seterusnya.. Ranah psikomotor, maka p.1 lebih rendah dari p., p. lebih rendah dari p. dan seretusnya. 6
7 Bila mempergunakan pendekatan jenis materi, maka materi fakta lebih rendah dari materi konsep, materi konsep lebih rendah dari materi prinsip dan materi prinsip lebih rendah dari materi prosedur. D. Teknik Penyusunan KKM Teknik penyusunan KKM melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tentukan Kriteria pengukuran KKM.. Tentukan rentang nilai kriteri KKM.. Tentukan skor kriteria KKM. 4. Tentukan rumus menghetung KKM. 5. Prosedural pencarian KKM. Sebagai mana telah dikemukakan di atas bahwa kriteria pendekatan pengukuran KKM mempergunakan pendekatan, yakni: pendekatan konpleksitas, pendekatan daya dukung dan pendekatan intake siswa. Kepada pendekatan ini ditentukan rentang nilai kriteria KKM dan skor pada masing-masing kriteria dengan mempergunakan rumus: kriteria kompleksitas + kriteria daya dukung + kriteria intake siswa : 9 X 100 =. Kriteria rentang nilai KKM sebagai berikut: 1. Rentang nilai kompleksitas: Tinggi = Sedang = Rendah = Rentang nilai daya dukung: Tinggi = Sedang = Rendah = Rentang nilai intake siswa: Tinggi = Sedang =
8 Rendah = Kriteria skor nilai KKM sebagai berikut: 1. Rentang nilai kompleksitas: Tinggi = 1 Sedang = Rendah =. Rentang nilai daya dukung: Tinggi = Sedang = Rendah = 1. Rentang nilai intake siswa: Tinggi = Sedang = Rendah = 1 Rentang nilai merupakan alat bantu menentukan skor kriteria KKM pada tiap-tiap unsur kriteria KKM, pada unsur kompleksitas, rentang nilai menandakan kompleksitasnya tinggi dengan skor nilai 1 dan pada unsur daya dukung rentang nilai menandakan daya dukungnya tinggi dengan skor nilai, dan pada intake siswa rentang nilainya menandakan intake siswa rendah dengan skor nilai 1 dan pada kompleksitas rentang nilainya menandakan kompleksitasnya rendah dengan skor nilai 1. Menentukan kompleksitas, tinggi-sedang-rendah, dapat dilakukan dengan memakai kompleksitas ranah, baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan mempergunakan rentang nilai sebagai berikut: 1. Kriteria kompleksitas NO JENIS TINGKAT RENTANG SKOR PENDEKATAN KOMPETENSI 1. Ranah kognitif 1. Pengetahuan dan Tinggi 1 8
9 pemhaman. Penerapan dan Sedang analisis. Sentesis dan Rendah evaluasi. Ranah afektif 1. Menerima dan Tinggi 1 menanggapi. Menilai dan Sedang mengelola. Menghayati Rendah. Ranah psikomotor 1.Peniruan dan Tinggi 1 manipulasi. Artikulasi Sedang. Pengalamiahan Rendah. Kriteria daya dukung PERSEN N0 DAYA DUKUNG REALITA PEROLEHAN RENTANG SKOR YANG DUBUTUHKAN DAYA DUKUNG DAYA DUKUNG Rendah Sedang Tinggi 1. Kriteria intake siswa N0 NAMA SISWA RATA-RATA RENTANG SKOR DST. Rendah Sedang Tinggi 1 9
10 Selain mempergunakan pendekatan kompetensi indikator dapat juga mempergunakan pendekatan kompleksitas materi indikator, dengan kriteria sebagai berikut: NO JENIS MATER RENTANG SKOR 1. Fakta 1-55 Rendah. Konsep 1-55 Rendah. Prinsip Sedang 4. Prosedur Tinggi 1 Pada hakikatnya walaupun dengan mempergunakan pendekatan di atas, namun pengetahuan, keahlian dan keterampilan pendidik terhadap pemahaman dan analisis indikator merupakan sesuatu yang sangat berarti dalam penggunaan pendekatan di atas, muai dari perumusan indikator melalui analisis pemetaannya sampai kepada perumusan KKM itu sendiri, untuk ini hanya guru yang professional yang dapat melakukannya. Setelah menemukan skor dari masing-masing pendekatan, maka skor itu kita masukkan kedalam rumus. Contoh: Skor kompleksitas tinggi nilaianya 1, Skor daya dukung sedang nilainya dan skor intake siswa tinggi nilaianya. Nilai-nilai ini kita masukkan kedalam rumus sebagai berikut: X 100 = 66,6, dibulatkan menjadi Jadi KKMnya 67. KKM 67 untuk KKM satu indikator, sementara yang dicari adalah KKM mata pelajaran, maka untuk mencari KKM mata pelajaran, melalui KKM indikator, yakni carilah KKM setiap indikator untuk satu semester, kemudian dijumlahkan, hasil penjumlahan dibagi sebanyak indikator dalam satu semester, maka dapatlah nilai rata-rata, maka nilai ratarata inilai menjadi nilai KKM mata pelajaran. 10
11 III. Penutup Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik yang membaca dan menghayati tulisan ini, memperoleh kompetensi perumusan KKM secara baik dan benar. Karenanya disarankan supaya hal ini dikembangkan dengan membaca referensi laiannya, sehingga pengetahuan, keahlian dan keterampilan tentang KKM benar-benar dikuasai secara professional. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Fokus Media. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor Tahun 006, tentang Standar Isi, Jakarta, 006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 0 Tahun 007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Allyn-Bacon.Undang-Undang Nomor 0 Tahun 00 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media. 11
PERUMUSAN KKM MELALUI DIKLAT GURU MATA PELAJARAN MADRASAH DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN. Oleh: Abd. Wahab ABSTRACT
PERUMUSAN KKM MELALUI DIKLAT GURU MATA PELAJARAN MADRASAH DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN Oleh: Abd. Wahab ABSTRACT This paper titled: The Formulation of KKM Through A Training on Madrasah Subject Teacher
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Perkembangan teknologi
Lebih terperinciPenetapan Kriteria Ketuntasan Minimal
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal PENGERTIAN Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk
Lebih terperinciKriteria Ketuntasan Minimal
PENETAPAN Kriteria Ketuntasan Minimal HALAMAN 1/7 PENGERTIAN Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-undang No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003) didefinisikan sebagai berikut pendidikan kejuruan merupakan
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP BAGI GURU PESERTA DIKLAT DI LINGKUNGAN BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN. Oleh:.Abd. Wahab
STRATEGI PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP BAGI GURU PESERTA DIKLAT DI LINGKUNGAN BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN Oleh:.Abd. Wahab ABSTRACT This paper entitled: Syllabus & Lesson Plan Development Strategy for
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 25 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan zaman yang berorientasi pada pembangunan manusia menjadi suatu perubahan yang diharapkan mampu menjawab tantangan masa kini. Manusia dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA adalah mata pelajaran fisika. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 25 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan
Lebih terperinciKAJIAN SK - KD. sebagai PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1
KAJIAN SK - KD sebagai PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS HALAMAN 1 LATAR BELAKANG Pada umumnya satuan pendidikan: dalam mengembangkan silabus belum melakukan kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Selain itu, melalui pendidikan akan dibentuk manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan bangsa itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan berdasarkan tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan berdasarkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik (intake siswa), kesulitan dan kerumitan pada masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
Lebih terperinciBAB II KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MADRASAH
BAB II KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MADRASAH A. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia karena pendidikan terkait dengan kehidupan sehari-hari maka dari itu manusia membutuhkan pendidikan agar mampu mempertahankan
Lebih terperinciPenetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan telah bergulir dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
Lebih terperinciBahan Bacaan 2 Analisis dan Tindak Lanjut Penilaian
Bahan Bacaan 2 Analisis dan Tindak Lanjut Penilaian Penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap
Lebih terperinciPEMBELAJARAN. Penulis Fatih Arifah & Yustisianisa. Penerbit Mentari Pustaka. Tebal 200 halaman. Cetakan
EVALUASI PEMBELAJARAN Penulis Fatih Arifah & Yustisianisa Penerbit Mentari Pustaka Tebal 200 halaman Cetakan I, 2012 Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran A. Pengertian
Lebih terperinciKriteria Ketuntasan Minimal
Departemen Pendidikan Nasional Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal PENETAPAN KKM ANALISIS PENCAPAIAN KKM RAMBU-RAMBU KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah Nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sengaja, teratur dan terencana untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan anak sehingga
Lebih terperinciPANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH
PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH M.V. Sri Hartini H.S. Disdikpora Kabupaten Karanganyar mvsrihartini@yahoo.com
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 333334 D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 363637 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu
Lebih terperinciALAT PERAGA MATEMATIKA SEDERHANA UNTUK SEKOLAH DASAR. Oleh : Drs. Ahmadin Sitanggang, M.Pd Widyaiswara LPMP Sumatera Utara
ALAT PERAGA MATEMATIKA SEDERHANA UNTUK SEKOLAH DASAR Oleh : Drs. Ahmadin Sitanggang, M.Pd Widyaiswara LPMP Sumatera Utara LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) SUMATERA UTARA 2013 Jl. Bunga Raya No.
Lebih terperinciUNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA
UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDAHULUAN Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran karena adanya rancangan pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Hal ini menjadi kewajiban bagi para guru termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bagian dari perkembangan zaman yang memiliki peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Matematika memberikan kontribusi yang sangat
Lebih terperinci64 Media Bina Ilmiah ISSN No
64 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SMA NEGERI 3 MATARAM DALAM MENGANALISIS KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI BIMBINGAN INDIVIDU Oleh: H. Muhammad Jauhari Kepala
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,
1 1. PENDAHULUAN Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten
62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini didesain untuk mengamati dan menganalisis bagaimana fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Pringsewu telah terlaksana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional.
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas tahun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan (Action Research), karena ruang lingkup penelitiannya adalah kelas
Lebih terperinciPenetapan Kriteria Ketuntasan Minimal
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal Perencanaan Pembelajaran di Sekoah Dasar Oleh Badarudin, S.Pd. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal RAMBU-RAMBU KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran KKM ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan mampu mempercedaskan kehidupan bangsa. Seperti yang diamanatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri Pancatengah merupakan Unit Sekolah Baru (USB) dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SMK Negeri Pancatengah merupakan Unit Sekolah Baru (USB) dengan program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) dan Pemasaran. Dari hasil observasi awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang akan datang. Pendidikan juga merupakan sebagai usaha manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedisiplinan merupakan modal dasar dalam keberhasilan belajar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedisiplinan merupakan modal dasar dalam keberhasilan belajar, dengan sikap disiplin seseorang akan tahu mana yang di harapkan dan yang tidak diharapkan olehnya. Untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari respoden. Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinci10 Media Bina Ilmiah ISSN No
10 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI WORKSHOP DI SD NEGERI 31 AMPENAN Oleh: Sri Banun Kepala SD Negeri 31 Ampenan
Lebih terperinciAgusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 216 ISSN 2477-224 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA SD Negeri
Lebih terperinciKriteria Ketuntasan Minimal
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal PENETAPAN KKM ANALISIS PENCAPAIAN KKM RAMBU-RAMBU KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk
Lebih terperinciKriteria Ketuntasan Minimal
Departemen Pendidikan Nasional Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal PENETAPAN KKM ANALISIS PENCAPAIAN KKM RAMBU-RAMBU KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah Nilai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkwalitas, karena matematika merupakan sarana berfikir bagi siswa untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan akan menciptakan manusia yang berkwalitas serta terjadi proses pendewasaan diri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemilihan model
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa suatu keadaan kepada keadaan baru yang lebih baik. Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari (Mahmudah, 2011: 1). Dalam pembelajaran, aktivitas
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai jenjang pendidikan yang berada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai jenjang pendidikan yang berada menengah atas sesudah program pendidikan dasar sembilan tahun, dalam hierarki sistem
Lebih terperinciSTANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)
STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) PENGERTIAN PENILAIAN PRINSIP PENILAIAN TEKNIK & INSTRUMEN PENILAIAN MEKANISME & PROSEDUR PENILAIAN PENILAIAN OLEH PENDIDIK PENILAIAN OLEH SATUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar, seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (dalam Norep,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perkembangan pendidikan memang seharusnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses pembelajaran banyak guru menggunakan media interaktif ketika menjelaskan materi pelajaran
Lebih terperinci2015 PERBANDINGAN ANTARA HASIL BELAJAR SISWA KELAS BILINGUAL DENGAN KELAS REGULER PADA MATA PELAJARAN MIPA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan perubahan perilaku manusia berkat adanya interaksi antara manusia satu dengan yang lain. Dalam proses belajar pada dasarnya mencari suatu kebenaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah standar yang diberi nama Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah mengembangkan berbagai cara untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah dengan melakukan standarisasi di berbagai
Lebih terperinci2 memperoleh pembelajaran. Karena belajar itu adalah dari tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Metode y
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar memiliki kedudukan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh
BAB V PEMBAHASAN 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
Lebih terperinciDAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2
DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas proses dan hasil belajar para siswa disetiap jenjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan lembaga sosial yang harus menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan
Lebih terperinciPENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi
PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan
Lebih terperinciInisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD
Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD Saudara-saudara mahasiswa PGSD S-1 PJJ, selamat bertemu kembali dalam kegiatan tutorial bersama saya Yuni Pantiwati sebagai tutor mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN AWAL Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan, terdapat masalah dalam sistem pembelajaran di kelas VII E yaitu ketidakbiasaan siswa untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 34 D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 34 D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 37 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciKata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik
PENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU NON PNS DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI CABEAN 2 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Al Munawar
Lebih terperinciPERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan
PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan ; setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia, bangsa yang mengalami pembangunan secara terus menerus dalam berbagai aspek kehidupan. Faktor penunjang keberhasilan pembangunan adalah pendidikan.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperincidengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini masih kurang efektif, dimana proses
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pendidikan di Indonesia saat ini masih kurang efektif, dimana proses belajar mengajar di sekolah masih cenderung berpusat pada guru. Dimana guru kurang mengajak peserta
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN
Lebih terperinciKriteria Ketuntasan Minimal
Departemen Pendidikan Nasional Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal PENETAPAN KKM ANALISIS PENCAPAIAN KKM RAMBU-RAMBU KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah Nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri. Hal ini tercantum dalam Permendiknas No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berfikirnya. Tujuan pokok
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Analisis Struktur Desain Kegiatan Laboratorium () Analisis struktur yang dimaksud pada penelitian ini adalah analisis keberadaan dan kualitas dari lima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat dominan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup dan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan faktor yang sangat dominan dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam landasan teori ini diuraikan teori-teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Landasan teori tersebut terdiri atas berbagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat diabaikan adalah pelaksanaan penilaian (assessment). Dalam kurikulum pendidikan di sekolah, baik
Lebih terperinciPENDAHULUAN. membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Pendidikan IPS sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari pembangunan dan juga berperan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa, serta lingkungan belajar yang saling berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Terkadang terjadi kendala
Lebih terperinci