Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011 ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011 ABSTRAK"

Transkripsi

1 BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Oleh: Nurnaningsih Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011 ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari ketidakmampuan siswa dalam mengelola emosinya dengan baik, setiap siswa memiliki kecerdasan emosional dalam mengelola diri dan kehidupannya. Individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik. Oleh karenanya untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa, perlu disusun sebuah program yang tepat dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa tersebut. Salah satu program yang dapat dilakukan yaitu program bimbingan kelompok dengan menggunakan berbagai teknik yang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan desain kuasi eksperimen menggunakan pretest-postest control group design. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cicalengka yang berjumlah 62 siswa tahun ajaran 2010/2011. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa berada pada kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Program bimbingan kelompok ini direkomendasikan untuk dipertimbangkan sebagai salah satu kerangka kerja dalam pengembangan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Bimbingan Kelompok PENDAHULUAN Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang mesti dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui proses pendidikan. Menurut Averoz (2008) diharapkan setiap siswa memperoleh pendidikan secara wajar menuju proses pendewasaan. Proses pendewasaan hakikatnya adalah tugas keluarga dengan lingkungan yang kondusif. Kendatipun demikian sekolah merupakan salah satu lembaga yang membantu proses pendewasaan serta membentuk manusia muda menuju kematangan. Dalam pembelajaran di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Terdapat siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Oleh karenanya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan 268 ISSN X

2 emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Fenomena di sekolah yaitu banyak siswa yang tidak dapat mengontrol emosinya atau bersikap agresif, seperti kasar terhadap orang lain, sering bertengkar, bergaul dengan anak-anak bermasalah, membandel di rumah dan di sekolah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok dan bertemperamen tinggi. Selain itu para siswa yang memasuki fase remaja di sekolah banyak yang merasa cemas dan depresi, hal tersebut ditunjukkan dengan perilaku seringkali merasa takut, sering merasa gugup dan sedih, serta selalu merasa tidak dicintai oleh lingkungan sekitar. Dalam pergaulan sosial banyak siswa yang menarik diri dari pergaulan, seperti lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, bermuka muram dan kurang ber-semangat, merasa tidak bahagia dan terlalu bergantung kepada sesuatu. Permasalahan lain dalam hal perhatian dan berfikir yaitu banyak diantara siswa yang tidak mampu memusatkan perhatian dengan baik atau duduk tenang, seringkali melamun, bertindak tanpa berfikir, bersikap terlalu tegang sehingga tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar, sering mendapatkan nilai buruk di sekolah serta tidak mampu membuat fikiran menjadi tenang. Melihat pergaulan para siswa yang kurang sehat serta kurangnya pembinaan moral terutama pembinaan emosi di setiap sekolah untuk membentuk sikap dan perilaku positif. Oleh karenanya dibutuhkan pendidikan yang mampu membina para siswa untuk dapat mengelola emosinya dengan baik. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar tentang berbagai pengetahuan yang ada di dunia. Trend di setiap sekolah sebagian besar terlalu mengedepankan prestasi belajar sehingga yang menjadi patokan utama yaitu perkembangan intelektual tanpa memperhatikan perkembangan emosional para siswanya, sehingga tidak jarang para siswa yang mengalami stress ketika akan menghadapi ujian, ditambah lagi ketika melihat prestasi belajarnya yang tidak mengalami peningkatan. Persoalan pendidikan seperti rendahnya mutu pendidikan dapat diatasi dengan menciptakan suasana pendidikan bermakna yang diciptakan oleh seorang guru di kelas. Senada dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 Ayat 2 yang menuntut guru untuk menciptakan suasana pendidikan bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Seorang guru di kelas dapat membentuk sikap emosional siswa mencakup penguasaan cara belajar yang baik, sehingga akan membentuk siswa memiliki kecerdasan emosional sesuai dengan harapan. Individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001). Oleh karenanya untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan kecerdasan emosional siswa, perlu disusun sebuah program 269 ISSN X

3 yang tepat dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa tersebut. Salah satu program yang dapat dilakukan yaitu program bimbingan kelompok dengan menggunakan berbagai teknik yang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Berdasarkan pendahuluan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: Program bimbingan seperti apa yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa?. Secara umum agar fokus masalah lebih jelas dan terarah dirumuskan bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Seperti apakah profil kecerdasan emosional siswa?; (2) Bagaimana rumusan program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa?; dan (3) Bagaimana efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa?. Tujuan penelitian ini sebagai berikut: (1) Mengetahui profil kecerdasan emosional siswa; (2) Menghasilkan program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa; dan (3) Mengetahui efektivitas program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa Manfaat penelitian ini, diantaranya sebagai berikut: 1. Teoretis: (a) Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan program bimbingan kelompok; (b) Memberikan bukti empirik terhadap pentingnya layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa yang sangat berarti dalam menjalankan kehidupannya pada periode sekarang dan periode selanjutnya; dan (c) Hasil penelitian dapat memberikan kajian dan informasi tentang bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional. 2. Praktis: (a) Bagi guru bimbingan dan konseling, dapat menyusun program bimbingan kelompok yang berlandaskan pada kerangka acuan layanan dasar bimbingan konseling, serta dapat lebih memanfaatkan jam bimbingan konseling di kelas seefektif mungkin untuk membantu siswa meningkatkan kecerdasan emosionalnya; (b) Bagi kepala sekolah, dapat mendukung komponen pelayanan yang dilakukan di sekolah salah satu diantaranya yaitu dalam dukungan sistem untuk menunjang pelaksanaan kegiatan layanan serta memahami pentingnya layanan BK; dan (c) Bagi peserta didik, dengan mengikuti kegiatan bimbingan kelompok siswa akan terdorong untuk dapat berfikir lebih maju, selalu memiliki gagasangagasan baru, berfikir objektif dan positif, lebih terbuka dalam berfikir dan berpendapat, menghargai orang lain, mau dan mampu mengendalikan emosi, mengembangkan rasa setiakawan, belajar untuk membina hubungan interpersonal yang harmonis dan konsisten, serta belajar untuk mempercayai kemampuan diri sendiri dalam memecahkan berbagai permasalahan. TINJAUAN PUSTAKA Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok di sekolah merupakan bagian program layanan bimbingan konseling yang tergolong ke dalam komponen pelayanan dasar. Pelayanan dasar ini diartikan sebagai proses 270 ISSN X

4 pemberian bantuan kepada seluruh konseli dalam hal ini siswa, melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan. Menurut Rusmana (2009) bimbingan kelompok dapat didefinisi-kan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi. Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk membantu individu-individu siswa agar lebih kompeten, bukan untuk menghasilkan suatu kelompok yang lebih baik. Menurut Dinkmeyer dan Muro (1979) tujuan-tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut: (1) Membantu setiap anggota kelompok mengetahui dan memahami dirinya untuk membantu proses menemukan identitas; (2) Dengan memahami diri sendiri, maka siswa diharapkan akan semakin mampu mengembangkan penerimaan diri dan merasa berharga sebagai pribadi; (3) Membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kecakapan antar pribadi, sehingga siswa mampu melaksanakan tugas perkembangan dalam kehidupan sosial-pribadi; (4) Menumbuhkembangkan kecakapan mengarahkan diri, me-mecahkan masalah, dan mentransfer kecakapan ini untuk digunakan dalam kehidupan sosial sehari-hari; (5) Membantu mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, sehingga menyadari dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya kepada orang lain. Belajar bagaimana mengidentifikasi perasaan orang-orang yang berarti dalam hidupnya (significant others), sehingga mampu menunjukan kecakapan yang lebih baik untuk bersikap empatik; (6) Membantu siswa belajar bagaimana menjadi pendengar yang empatik yang mampu mendengar bukan saja apa yang diucapkan, tetapi juga dapat mendengar perasaanperasaan yang mengikuti ucapan orang lain; (7) Membantu siswa untuk dapat memberi makna terhadap sesuatu sesuai dengan keyakinan dan pemikiran yang dimilikinya; dan (8) Membantu setiap anggota kelompok untuk dapat merumuskan tujuan-tujuan tertentu yang akan diwujudkannya secara konkrit. Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence), menjaga keselarasan emosi dan pengungkapan-nya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.goleman (2004) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif dan diukur dari self awareness yang merupakan kemampuan 271 ISSN X

5 seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya, self management yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, motivation adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga, empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, relationship management merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Proses Peningkatan Kecerdasan Emosional Peningkatan Kecerdasan emosional siswa yang diselenggarakan di sekolah yaitu dengan mempergunakan salah satu strategi layanan bimbingan konseling yaitu dengan mempergunakan layanan bimbingan kelompok. Berikut proses yang akan dilakukan guna peningkatan kecerdasan emosional siswa melalui program bimbingan kelompok. Instrumental Input Raw Input Siswa dengan kecerdasan Emosional yang rendah Program Bimbingan Kelompok Layanan Bimbingan Kelompok yang dilakukan oleh Guru BK atau Konselor kepada konseli Out Put Siswa dengan Kecerdasan Emosional Meningkat Environtmental input Outcome Kecerdasan emosional yang meningkat ditandai dengan perubahan diri dalam pengelolaan emosi Bagan 1 Proses Peningkatan Kecerdasan Emosional Keterangan : Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah. Instrumental input yaitu metode, program, kurikulum, konselor sebagai fasilitator yang sangat berpengaruh pada proses bimbingan kelompok Environtmental Input yaitu lingkungan yang berpengaruh terhadap kegiatan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa Program Bimbingan Kelompok yaitu proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kecerdasan emosional siswa Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Outcome yaitu dampak dari program bimbingan kelompok yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang ditandai dengan perubahan sikap dan perilaku siswa dalam merasakan, memahami secara efektif serta melakukan tindakan dengan menerapkan kepekaan emosi. 272 ISSN X

6 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen (eksperimental research) dengan jenis variasi kuasi eksperimen yang bertujuan menguji salah satu variabel, model kuasi eksperimen ini berkaitan dengan pengontrolan variabel, jadi siswa diberikan instrumen kecerdasan emosional lalu didapatkan hasilnya, setelah itu didapatkanlah satu kelompok siswa yang masuk kedalam kelompok eksperimen dan satu kelompok siswa yang masuk ke dalam kelompok kontrol, desainnya mempergunakan desain kelompok kontrol Prates- Pascates Berpasangan (matching Pretest-PostTest Kontrol Group Design. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan mengguna-kan probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana seluruh elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Probability sampling yang dipakai adalah dengan sampel random sampling, yaitu merupakan suatu pengambilan sampel secara acak. Dalam hal ini penulis mengambil sampel teknik random sampling atau secara acak, karena salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN penelitian: Berikut diuraikan hasil-hasil penelitian sesuai dengan tujuan dan rumusan pertanyaan 1. Profil Kecerdasan Emosional Siswa Tahap awal penelitian ini adalah dengan mengemukakan profil umum kecerdasan emosional siswa sebelum mengikuti pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Hal ini dilakukan untuk melihat secara umum bagaimana profil siswa sebelum mengikuti bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil pengukuran yang dilakukan sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh dari profil umum untuk tiap aspek kecerdasan emosional siswa. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa rata-rata kemampuan kecerdasan emosional siswa tergolong ke dalam kategori rendah, oleh karenanya diperlukan berbagai bantuan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan emosionalnya secara efektif. 2. Rumusan Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Program yang dikembangkan merupakan program yang sesuai dengan perkembangan siswa dan menyediakan kegiatan yang ditata dan diimplementasikan oleh guru bimbingan konseling (konselor sekolah). Komponen program yang dikembangkan meliputi (1) layanan dasar bimbingan, (2) layanan responsive, (3) perencanaan individual dan (4) dukungan sistem. Tujuan 273 ISSN X

7 program bimbingan kelompok yang dikembangkan adalah membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional para siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman diri, meningkatkan tanggung jawab, dapat mengontrol emosinya dengan baik sehingga kepercayaan diri konseli meningkat dan siswa dapat menjadi pribadi yang lebih berguna dan berkompeten. Tabel 1 Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Materi Kemampuan mengetahui perasaan dalam dirinya ( Self Awareness ) Kemampuan menangani Emosi Diri (Self Management) Kemampuan untuk memiliki keinginan membangkitkan semangat (Motivation) Kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain (Empathy) Kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain (Relationship Management) Indikator Keberhasilan Siswa mengetahui perasaan dalam dirinya dan memiliki kemampuan dalam menghadapi situasi saat ini. kesadaran terhadap emosi diri dan mampu menanganinya Siswa mampu membangkitkan semangat serta dapat mengaktualisasikannya kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain kemampuan dalam memelihara kualitas hidup serta hubungan dengan orang lain kemampuan dalam mendengarkan suara hati da tidak ragu dalam bersikap kemampuan dalam menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. kemampuan dalam menangani konflik batin antara dirinya dengan yang dirasakan orang lain. Strategi/Bentuk Bimbingan Kelompok Group Guidance Class Discussion Group (kelompok diskusi) Group Work (kelompok kerja) Home Room berupa Sosiodrama Group Guidance Class Permainan kursi putar Group Work (kelompok kerja) Discussion Group (kelompok diskusi) Metode dan Teknik Menulis (written) Bacaan umum (common reading) Lingkara n (rounds) Dyad dan Triad Lingkara n (rounds) Gerak (moveme nt) Dyad and triad Waktu 3. Efektivitas Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa 274 ISSN X

8 Dalam menentukan efektif tidaknya pelaksanaan bimbingan kelompok dibandingkan dengan bimbingan lainnya data yang digunakan adalah perbandingan hasil skor rata-rata pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selain skor rata-rata perbandingan juga digunakan data skor gain (selisih antara hasil pretest dan posttest) dari kedua kelompok. Pengujian Asumsi Statistik Pelaksanaan pengujian asumsi statistik yang disyaratkan dalam analisis data menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan tujuan pengujian. Data dalam penelitian harus normal artinya data yang dihubungkan berdistribusi normal, maka perlu diuji normalitas. Uji normalitas data pada penelitan ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dan Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi yang digunakan sebagai aturan untuk menerima atau menolak pengujian normalitas atau ada tidaknya suatu distribusi data adalah = Hasil pengujian pada penelitian ini didaptkan data bahwa kedua kelompok menunjukkan sebaran data yang normal baik pada hasil gain kelompok eksperimen maupun gain kelompok kontrol. Pengujian Hipotesis Penelitian Untuk menguji efektivitas pelaksanaan bimbingan kelompok, langkah yang digunakan adalah dengan membandingkan gain atau selisih pretest posttets pada kelompok eksperimen dan gain atau selisih pretest-posttest pada kelompok eksperimen. Pengujian hipotesis statistik dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan hasil Uji t pada masing-masing kelompok. Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan t hitung sebesar dengan df sebesar 60, maka pada taraf signifikansi 5 % didapatkan t tabel sebesar 1,658 dan pada taraf signifikan 1 % didapatkan t tabel sebesar 1,289. Karena t hitung lebih besar dari t tabel baik pada taraf signifikan 5% dan 1% maka H o ditolak. Berdasarkan nilai probabilitas, dari tabel di atas didapatkan angka 0,00. Hal ini berarti H o : µ 1 =µ 2 ditolak karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 dan 0,01. Dengan demikian karena H o ditolak maka H a = µ 1 > µ 2 diterima, sehingga hipotesisnya berbunyi Bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, analisis data penelitian, uji statistik serta pembahasan pada bagian terdahulu tentang program bimbingan kelompok, studi pendahuluan, gambaran umum serta kuesioner terhadap peningkatan kemampuan kecerdasan emosional pada siswa, secara keseluruhan studi ini telah memenuhi tujuannya yaitu pelaksanaan program bimbingan kelompok yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Profil kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tergolong pada kategori rendah, kriteria siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah diantaranya siswa belum dapat 275 ISSN X

9 merespon berbagai macam kondisi emosi secara wajar dan positif, sebagian besar masih kebingungan dan bersikap impulsif (kekanak-kanakan) seperti egois, mau menang sendiri, tidak sabaran ataupun melakukan sesuatu tanpa pertimbangan norma (agama atau adat istiadat), cenderung selalu bermasalah dengan orang lain karena kurang menghargai perasaan orang lain. Oleh karenanya diperlukan berbagai bantuan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan emosionalnya secara efektif. 2. Program bimbingan kelompok yang telah disusun merupakan suatu rencana atau pola kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan, rencana dan pola kegiatan tersebut dijabarkan ke dalam komponen-komponen: (1) Prinsip dasar, dimana mencerminkan konsep bimbingan kelompok, visi dan misi bimbingan konseling serta kebutuhan para siswa, (2) tujuan layanan bimbingan kelompok, khususnya bagi peningkatan kemampuan kecerdasan emosional siswa, (3) isi bimbingan kelompok, meliputi layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem. 3. Bimbingan kelompok yang diterapkan kepada siswa terbukti efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa, nilai rata-rata Post-Test lebih tinggi dari Pre-Test. Dengan melihat bahwa skor Post-Test lebih tinggi dari skor Pre-Test, maka dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan kecerdasan emosional siswa setelah diberikan kegiatan bimbingan kelompok. Berdasarkan analisis terhadap temuan penelitian dan pembahasan maka dikemukakan beberapa saran diantaranya (1) Kepada pihak-pihak yang ingin meneliti lebih jauh tentang peningkatan kemampuan kecerdasan emosional siswa, dapat dilakukan melalui pendekatan yang berbeda dengan bimbingan kelompok seperti konseling kelompok dengan mempergunakan teknik khusus yang dipandang efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa seperti Ratioemotive therapy. Selain itu jumlah subjek penelitian dapat ditambah dan mewakili berbagai tingkat pendidikan seperti tingkat SMA, TK ataupun SD, (2) Guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan bimbingan di kelas mampu menunjukkan diri sebagai individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang tinggi, sehingga siswa akan menyenangi guru tersebut dan berupaya untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada berbagai aspek kecerdasan emosional terjadi peningkatan yang signifikan, akan tetapi pada aspek kemampuan menangani emosi diri masih memerlukan penambahan materi layanan agar lebih tampak peningkatannya.wali Kelas diharapkan agar dapat memanfaatkan dan menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari di kelas, dengan memperhatikan segala aspek emosional yang dimiliki oleh seluruh siswa. Selain itu dalam penugasan terhadap berbagai persoalan untuk diselesaikan, alangkah lebih baik jika melibatkan diri mereka secara pribadi beserta teman-temannya agar tercipta sebuah hubungan emosional yang 276 ISSN X

10 utuh dan belajar dalam penanganan konflik baik dengan dirinya ataupun dengan orang lain di luar dirinya. Dalam pembelajaran di kelaspun diharapkan seluruh pihak terutama wali kelas, agar memperhatikan aspek-aspek emosional siswa dan bukan semata hasil akademik yang menjadi tuntutan. DAFTAR PUSTAKA Dinas Pendidikan (2008). Jurnal Pengembangan Profesi. Bandung: Direktorat Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat. Goleman, Daniel. (1997). Kecerdasan Emosional ( Mengapa EI lebih penting daripada IQ ). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Gysbers, N. & Henderson, P. (2006). Developing & Managing your School Guidance and Counseling Program. America: American Counseling Association. Juntika, Achmad. (2007). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: Refika Aditama. Juntika, dkk (tim MGBK Provinsi JABAR, MGMP DKI Jakarta, Jurusan PPB FIP UPI). (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Juntika, dkk. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Musyawarah Guru Bimbingan Konseling Provinsi Jawa Barat. Kartadinata, Sunaryo dkk. (b), (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan konseling Indonesia. Kartadinata, Sunaryo dkk. (c), (2007). Rambu-rambu penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS. Kartadinata, Sunaryo. (a), (2009). Terapi dan Pemulihan Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Kartadinata, Sunaryo. (b), (2009). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Kasim. Anwar. (2001). Bimbingan dan Konseling Sosial. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Lucas, Bill. (2008). Senam Otak Kanan. Bandung: Jabal. Marliah. (2008). Pengaruh kecerdasan emosional dan adversiti terhadap peningkatan prestasi kerja. Jurnal PNFI. Surabaya: Balai Pengembangan Pendidikan NonFormal dan Informal (BPPNFI) Regional Prayitno. (b), (1997). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ikrar mandiri abadi. Program Studi Bimbingan dan Konseling. (2010). Panduan Penulisan Karya Akademik. Bandung: SPS UPI. Ramli, M. (2010). Model Konseling Berbasis Permainan Simulasi untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Bimbingan Konseling. XIII, (1), ISSN X

11 Rosadi, Dedi. (2010). Program Bimbingan Konseling untuk meningkatkan pencapaian Tugastugas Perkembangan Siswa SMP. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Rose, Colin. (2008). Super Accelerated Learning. Bandung: Jabal. Rusmana, Nandang. (a), (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (metode, teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press Rusmana, Nandang. (b), (2009). Permainan (game and play). Bandung: Rizki Press Rusmana, Nandang. (c), (2009). Konseling Kelompok bagi anak berpengalaman Traumatis. Bandung: Rizki Press Sudrajat, Ahmad. (2008). Macam-macam emosi dalam sudrajat.wordpress.com/ 2008/01/23/macam-macam emosi-/ Surya, Muhamad Psikologi Konseling. Bandung: Maestro. Sutoyo, Anwar. (2009). Bimbingan dan Konseling Islami. Semarang: Widya Karya Syaodih, Nana. (2005). Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syamsudin, Abin. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Yusuf, Syamsu LN & Nurihsan, Juntika. (a), (2003). Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Perkembangan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Yusuf, Syamsu LN & Nurihsan, Juntika. (b), (2008). Landasan Bimbingan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu LN. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press. Yusuf, Syamsu LN, dkk. (2010). Bimbingan Etika Pergaulan bagi Pengembangan Karakter Remaja (panduan bagi konselor, guru, orangtua dan remaja). Bandung: Rizqi Press. BIODATA SINGKAT Penulis adalah Guru Bimbingan Konseling di SMPN 2 Cicalengka hingga sekarang. Perjalanan karir sebagai guru sebenarnya telah dimulai pada tahun ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berkembang dan akan selalu mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab hakikat manusia sejak terjadinya

Lebih terperinci

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE 1 Prof. Dr. Mudjiran, MS.Kons. Dosen Bimbingan dan Konseling, UNP Padang Email: mudjiran.01@yahoo.com Abstract The research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial dalam arti manusia senantiasa tergantung dan berinteraksi dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012 Millati Hayati, Yuyun Wahyu I.I., S.S.T (Program DIII Kebidanan STIKES YPIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat anak memasuki usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, anak mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen 81 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen (eksperimental research) dengan jenis variasi kuasi eksperimen yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

BAB II. KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar... ii Ungkapan Terima Kasih... iii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xii Daftar Bagan... xiii Daftar Lampiran... xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang, juga dalam hal ini termasuk bidang pendidikan.

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai model pendidikan yang mendukung pendidikan nasional, selama ini tidak di ragukan lagi kontribusinya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, hipotesis penelitian, metode penelitian dan lokasi serta sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung menganggap bahwa Intelligence Quotient (IQ) yang sangat berpengaruh penting dalam prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih. pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih. pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kemajuan pendidikan salah-satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam rentang kehidupannya setiap individu akan melalui tahapan perkembangan mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia, namun ia mampu menorehkan prestasi di berbagai ajang festival menyanyi internasional. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN INFORMASI PEMAHAMAN DIRI TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS XI SMA

PENGARUH LAYANAN INFORMASI PEMAHAMAN DIRI TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS XI SMA PENGARUH LAYANAN INFORMASI PEMAHAMAN DIRI TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS XI SMA Ari Saputra, Busri Endang, Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNTAN Pontianak Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, meskipun pada dasarnya proses pendidikan dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian perlu memutuskan metode mana yang akan dipakai, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR Tulozomasi Hulu 1*), Irna Minauli 1 1 Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area *) E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO EMOTIONAL INTELLIGENCE IN CLASS STUDENTS ACCELERATION IN SMP NEGERI 1 PURWOKERTO Oleh : Dwi Hartoko Aji *) Retno Dwiyanti**)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia senantiasa berproses, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Peningkatan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Konselor Volume 3 Number 2 June 2014 ISSN: 1412-9760 Received April 9, 2014; Revised May 19, 2014; Accepted Juny 30, 2014 Peningkatan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas adalah modal dasar sekaligus kunci keberhasilan pembangunan nasional. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

Lebih terperinci

Ramtia Darma Putri 1) Rosmawati 2) Abu Asyari 3) Program Studi Bimbingan Konseling

Ramtia Darma Putri 1) Rosmawati 2) Abu Asyari 3) Program Studi Bimbingan Konseling PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGALAMI MASALAH DIRI PRIBADI KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/2013 Ramtia Darma Putri 1) Rosmawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap perkembangan yang merupakan suatu pross alamiah yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki tugas perkembangan yang sudah terbagi menjadi beberapa fase dalam rentang kehidupan individu. Menurut Hurlock (1999) tugas perkembangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, karena menyangkut kelangsungan hidup manusia dan tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20 DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan dan merupakan aset keluarga dan bangsa, anak diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat digunakan

Lebih terperinci

1. Latar Belakang Penelitian

1. Latar Belakang Penelitian Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN KOMPONEN DASAR KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROSES ADAPTASI MAHASISWA TINGGAL DI ASRAMA STIKES SANTO BARROMEUS Elizabeth Ari Setyarini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusia hanya dapat berkembang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh prestasi akademik sesuai dengan target yang telah ditentukan. Berdasarkan konsep pembelajaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG Arika Fitri, Linda Fitria Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email : linda.fitria81@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan

Lebih terperinci

PROFIL KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMAN 3 PARIAMAN

PROFIL KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMAN 3 PARIAMAN 1 PROFIL KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMAN 3 PARIAMAN Rosimiati 1, Helma 2, Yasrial Chandra 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik di SMA memasuki masa late adolescence yang berada pada rentang usia 15-18 tahun. Santrock (2007) menjelaskan, remaja mengalami berbagai perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK 189 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK Akhmad F. Amar 1, Dadang Hidayat 2, Amay Suherman 3 Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah "One Group Pre-Test and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pre-Test and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu Penelitian yaitu selama 3 Bulan, dari Januari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan mengubah maksud atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE TSTS TERHADAP PEMAHAMAN MENGENAI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE TSTS TERHADAP PEMAHAMAN MENGENAI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 43 PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE TSTS TERHADAP PEMAHAMAN MENGENAI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Oleh: Nairi Juwatiar Nurjannah 1 Drs. Fahmi Idris, M.M 2 Aip Badrujaman, M.Pd 3 Abstrak

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SD MUHAMMADIYAH PAHANDUT PALANGKARAYA.

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SD MUHAMMADIYAH PAHANDUT PALANGKARAYA. SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, Agustus 2016, Volume 2 Nomor 2 (6-11) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/suluh BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Jawa Siswa Kelas X SMA N 1 Klirong Kebumen

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Jawa Siswa Kelas X SMA N 1 Klirong Kebumen Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Jawa Siswa Kelas X SMA N 1 Klirong Kebumen Oleh: Akbar Mubarok Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Akbar.mubarok11@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ketiga menjelaskan tentang metode penelitian yang mencakup tentang pendekatan, metode, desain penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang baik dalam suatu organisasi. Dalam setiap kelompok kerja terdiri dari banyak anggota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, untuk menentukan keberbakatan dan kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,

Lebih terperinci

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM PENGARUH LAYANAN INFORMASI DENGAN MEDIA FILM TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah individu. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup Melalui pendidikan, individu memperoleh pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Pada masa remaja awal, perkembangan emosi bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan kegiatan interaksi sosial.interaksi sosial ini tidak dapat bejalan dengan baik jika seseorang tidak dapat menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kecakapan Emosional, Program Bimbingan dan Konseling, Teknik Sosiodrama.

ABSTRAK. Kata Kunci: Kecakapan Emosional, Program Bimbingan dan Konseling, Teknik Sosiodrama. ABSTRAK. Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Melalui Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Kecakapan Emosional Siswa (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Depok Tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS VIII SMPN 3 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS VIII SMPN 3 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Pendidikan Bimbingan dan Konseling OLEH: SUNARYO NPM:11.1.01.01.0494 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

ARTIKEL PENGARUH GAME ASAH OTAK TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS XI TPM SMK NEGERI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN

ARTIKEL PENGARUH GAME ASAH OTAK TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS XI TPM SMK NEGERI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN ARTIKEL PENGARUH GAME ASAH OTAK TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS XI TPM SMK NEGERI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016-2017 THE EFFECT OF A BRAIN TEASER GAME AGAINST THE INCREASED CONCENTRATION

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia memiliki kapasitas yang unik untuk dapat merenungkan status quo mereka menuju ideal. Kapasitas ini didukung oleh kemampuan dari setiap individu

Lebih terperinci

Metsi Daud 1. Keywords: Emotional Intelligence, Academic Achievement

Metsi Daud 1. Keywords: Emotional Intelligence, Academic Achievement ISSN 2087-3581 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MANADO Metsi Daud 1 ABSTRACT This study aims to determine

Lebih terperinci

PENGARUH METODE STAD TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL

PENGARUH METODE STAD TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL 38 Pengaruh Metode Stad Terhadap Pemahaman Iswa Mengenai Cara Mengembangkan Kecerdasan Emosional PENGARUH METODE STAD TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL Oleh : Christiana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan

Lebih terperinci