LABORATORIUM KLINIK 1: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LABORATORIUM KLINIK 1: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI"

Transkripsi

1 LABORATORIUM KLINIK 1: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa D III Kebidanan Penyusun: Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes Telefon: (rumah), (mobile), (kantor) heruswn@yahoo.co.id atau heruswn@telkom.net atau heruswn@gmail.com website: atau Alat-alat untuk pemeriksaan hematologi Peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan hematologi antara lain: 1. Lanset darah Lanset darah disposable (sekali buang) diperlukan untuk mendapatkan darah kapiler. Lanset yang baik adalah sekali berujung tajam dan melebar. 2. Jarum, semprit dan botol Jarum dan semprit disposable digunakan untuk memperoleh darah vena dan arteri. Jarum hendaknya cukup besar, berujung runcing, tajam dan lurus. Lebih baik lagi jika digunakan jarum dan tabung hampa udara steril (venoject) yang membuat darah terhisap ke dalam tabung dan benar-benar tak tercemar. Botol kecil steril digunakan untuk menampung darah setelah diambil ke dalam semprit. Venoject 3. Hemositometer Hemositometer digunakan untuk menghitung eritrosit, lekosit dan trombosit. Alat ini terdiri atas kamar hitung, kaca penutup dan pipet. a. Kamar hitung Kamar hitung yang banyak digunakan adalah improved Neubauer. Gambar detail dari kamar hitung dapat Anda lihat pada gambar. b. Kaca penutup Kaca penutup dibuat benar-benar datar, agak lebih tebal dari kaca obyek. c. Pipet Pipet yang digunakan adalah pipet Thoma untuk mengencerkan eritrosit, terdiri atas pipa kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujung membentuk bola. Di dalam bola terdapat sebutir kaca merah. Pipet Thoma untuk mengencerkan lekosit sama dengan pipet eritrosit, namun di dalam bola terdapat sebutir kaca putih. 1

2 Kamar hitung Pipet Thoma 4. Hemoglobinometer (hemometer) Hemoglobinometer digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin secara sederhana. Hemometer Sahli masih digunakan di laboratorium-laboratorium kecil atau di lembagalembaga pelayanan kesehatan dasar misalnya puskesmas. Sehingga, meskipun cara ini tak dianjurkan karena akurasinya yang rendah namun masih perlu dipelajari. Alat ini terdiri atas HCl, tabung reaksi dan pengaduk, pipet hemogobin serta warna pembanding. 5. Kaca obyek dan kaca penutup Kaca obyek berukuran 1 x 3 inci. Sebaiknya pinggir kaca obyek benar-benar rata sehingga baik untuk membuat sediaan apus. Kaca penutup harus tipis supaya dapat digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis. 2

3 Cara memperoleh sampel darah Dalam pemeriksaan hematologi umumnya digunakan darah kapiler dan darah vena. 1. Darah kapiler Darah kapiler diambil dari ujung jari atau anak daun telinga untuk orang dewasa dan dari tumit atau ibu jari kaki untuk bayi. Tak boleh mengambil sampel darah dari bagian tubuh dengan gangguan sirkulasi, misalnya sianosis atau iskemia. Cara mengambil sampel darah kapiler adalah: a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering. b. Pegang bagian yang dipilih supaya tak bergerak c. Tekan sedikit untuk mengurangi nyeri d. Tusuk dengan cepat dan cukup dalam menggunakan lanset. Untuk jari, tusuk secara tegak lurus dengan garis-garis sidik jari, jangan sejajar. Untuk daun telinga, tusuk pinggirnya, jangan sisinya. Jangan dipijat-pijat, karena darah akan bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi lebih encer, yang berdampak terhadap akurasi hasil pemeriksaan. e. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering. 2. Darah vena Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti. Untuk bayi, darah vena dapat diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis superior. Cara mengambil darah vena adalah: a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering. b. Pasang torniket, sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat jelas c. Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak d. Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena e. Longgarkan torniket secara perlahan, lalu hisap darah sesuai dengan kebutuhan f. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering. g. Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat h. Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien) i. Cabut jarum dari semprit lalu alirkan darah ke botol secara perlahan melalui dinding botol supaya tidak terjadi lisis sel-sel darah Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) Cara pemeriksaan kadar Hb yang lazim digunakan adalah cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual. 1. Cara fotoelektrik Dengan cara ini, hemoglobin diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobin-sianida) dalam larutan yang berisi kaliumferrisianida dan kalium sianida. Larutan Drabkin mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Cara ini tidak kita bahas lebih lanjut, yang jelas cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin karena memiliki akurasi yang sangat tinggi. 2. Cara kolorimetrik visual (cara Sahli) Dengan cara ini, hemoglobin diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat. Kemudian warna ini dibandingkan dengan warna standar secara visual. Langkah-langkah pemeriksaan dengan cara Sahli yaitu: a. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer b. Isap darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA atau oksalat dengan menggunakan pipet Hb sampai tanda 20 µl tanpa terputus c. Hapuslah darah diluar ujung pipet d. Segera alirkan darah ke dasar tabung, jangan sampai ada gelembung udara 3

4 e. Angkat pipet sedikit lalu hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah f. Aduklah supaya cepat terjadi reaksi antara darah dan HCl. Selama pengadukan tambahkan setetes demi setetes aquades. g. Setelah 3-5 menit bandingkan warna tersebut dengan warna standar sampai benarbenar sama. Bacalah kadar Hb setinggi permukaan cairan dalam tabung Kelemahan metode ini adalah: a. Tak semua hemoglobin menjadi hematin asam, misalnya karboksihemoglobin (Hb- CO 2 ), methemoglobin dan sulfhemoglobin b. Kemampuan visual pemeriksa sangat mempengaruhi hasil c. Cahaya yang kurang terang mempengaruhi hasil Penghitungan sel-sel darah Lekosit, eritrosit dan trombosit dihitung setelah diencerkan. Pada laboratorium besar, penghitungan dilakukan secara elektronik dan pengenceran otomatis sehingga memberikan hasil yang sangat akurat. Selanjutnya cara ini tak dibahas. Selain itu, masih ada cara manual yang tetap diperlukan hingga saat ini yaitu menggunakan pipet dan kamar hitung. Penghitungan lekosit Untuk menghitung lekosit, darah diencerkan dalam pipa lekosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Turk. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah: 1. Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5 2. Hapus kelebihan darah di ujung pipet 3. Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Turk dengan sudut 45 o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Turk hingga mencapai tanda 11. Jangan sampai ada gelembung udara 4. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap 5. Kocok selama detik 6. Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja 7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet 8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30 o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas 9. Biarkan 2-3 menit supaya lekosit mengendap 10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 10 kali, fokus dirahkan ke garisgaris bagi. 11. Hitunglah lekosit di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas. 12. Jumlah lekosit per µl darah adalah: jumlah sel X 50 Penghitungan eritrosit Untuk menghitung eritrosit, darah diencerkan dalam pipa eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Hayem. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah: 1. Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5 2. Hapus kelebihan darah di ujung pipet 3. Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Hayem dengan sudut 45 o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Hayem hingga mencapai tanda 101. Jangan sampai ada gelembung udara 4. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap 5. Kocok selama detik 6. Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di atas meja 4

5 7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet 8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30 o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas 9. Biarkan 2-3 menit supaya eritrosit mengendap 10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus dirahkan ke garisgaris bagi dalam bidang besar yang tengah. 11. Hitunglah eritrosit di 5 bidang sedang yang masing-masing tersusun atas 16 bidang kecil, dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas. 12. Jumlah lekosit per µl darah adalah: jumlah sel X Penghitungan lekosit dan eritrosit (lingkaran besar: daerah penghitungan lekosit, lingkaran kecil: daerah penghitungan eritrosit) Penghitungan trombosit Ada 2 cara penghitungan trombosit yaitu cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak langsung tidak dibahas dalam kuliah ini. Untuk menghitung trombosit secara langsung, darah diencerkan dalam pipet eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Rees Ecker. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah: 1. Hisap cairan Rees Ecker sampai tanda 1 dan buang lagi cairan tersebut 2. Hisap darah sampai tanda 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai tanda 101 lalu kocok selama 3 menit 3. Lanjutkan langkah-langkah seperti penghitungan eritrosit 4. Biarkan kamar hitung selama 10 menit dalam posisi horisontal supaya trombosit mengandap 5. Hitunglah trombosit dalam seluruh bidang besar tengah dengan lensa obyektif besar 6. Jumlah trombosit per µl darah adalah: jumlah trombosit x

6 Sediaan hapusan darah Sediaan hapusan darah penting untuk pemeriksaan keadaan trombosit, keadaan eritrosit dan keadaan lekosit. Cara membuat sediaan hapusan darah dapat menggunakan kaca obyek dan menggunakan kaca penutup. Dalam kuliah ini hanya kita bahas cara yang pertama saja yaitu: 1. Sentuhlah setetes kecil darah (diameter maksimal 2 mm) kira-kira 2 cm dari tepi kaca obyek. Darah yang dipakai adalah darah kapiler, darah heparin atau darah EDTA. 2. Letakkan kaca obyek dengan darah di sebelah kanan 3. Dengan tangan kanan, letakkan kaca obyek lain di kiri tetes darah, lalu gerakkan ke kanan sampai menyentuh darah 4. Tunggu darah menyebar sampai ½ cm dari sudut kaca penggese 5. Geser kaca ke kiri dengan sudut o, jangan menekan ke bawah 6. Biarkan sediaan mengering di udara 7. Tulis nama klien dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal Pembuatan apusan darah dengan menggunakan kaca obyek Setelah hapusan darah selesai, dilanjutkan dengan pewarnaan dengan berbagai cara misalnya pewarnaan Wright dan Giemsa. Teknik pewarnaan tidak perlu dibahas dalam kuliah ini. Dengan pewarnaan maka keadaan sel-sel darah akan terlihat jelas di bawah mikroskop. HASIL PEWARNAAN GIEMSA HASIL PEWARNAAN WRIGHT Contoh hasil pewarnaan dengan cara Giemsa dan Wright 6

7 Keadaan trombosit Dalam pemeriksaan keadaan trombosit yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan mofologi trombosit. Jumlah trombosit dihitung dalam 100 lapangan penglihatan dan secara normal akan didapatkan lebih dari trombosit. Pemeriksaan morfologi trombosit dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk trombosit. Keadaan eritrosit Keadaan trombosit Dalam pemeriksaan keadaan eritrosit yang perlu diperhatikan adalah mofologi eritrosit meliputi bentuk bentuk, ukuran dan karakteristik warna. eritrosit Morfologi eritrosit Ada beberapa kelainan morfologi eritrosit antara lain: 1. Anisositosis (abnormalitas ukuran eritrosit). Contoh mikrosit (eritrosit lebih kecil dari normal) pada kasus anemia defisiensi besi dan makrosit (eritrosit lebih besar dari normal) pada kasus anemia defisiensi asam folat. 2. Poikilositosis (abnornalitas bentuk eritrosit yaitu ada yang tidak bundar) Contohnya adalah kondisi hemoglobin patologik dan beberapa jenis anemia. 3. Polikromasi (terdapat beberapa eritrosit dengan warna kebiruan di antara eritrosit normal yang berwarna merah) Polikromasi menunjukkan adanya eritrosit yang masih muda. 4. Hipokrom (bagian pucat di tengah eritrosit meluas). Keadaan ini menunjukkan rendahnya kadar hemoglobin 7

8 5. Sferosit (eritrosit mendekati bentuk bola) Contoh kasus ini adalah anemia hemolitik Keadaan lekosit Dalam pemeriksaan keadaan lekosit yang perlu diperhatikan adalah hitung jenis (differential counting) lekosit. Jenis-jenis lekosit Hitung jenis adalah menghitung 100 lekosit dan mengelompokkan berdasarkan jenisjenisnya. Urutan pengelompokan adalah basofil, eosinofil, netrofil (batang dan segmen), limfosit dan monosit. Nilai normal dari hitung jenis adalah basofil: 0-1%, eosinofil: 1-3%, netrofil batang: 2-6%, netrofil segmen: 50-70%, limfosit: 20-40% dan monosit: 2-8%. Menghitung retikulosit Hitung jenis lekosit tinggi dan rendah Setelah eritrosit muda kehilangan inti, sebagian kecil RNA tertinggal di dalam eritrosit. Sel ini dinamakan retikulosit. Jumlah retikulosit normal adalah 0,5-1,5% dari jumlah eritrosit, yaitu per µl darah. 8

9 Laju endap darah (LED) Menghitung retikulosit Laju endap darah adalah kecepatan pengendapan eritrosit, oleh karena itu untuk mengukurnya diperlukan darah dengan anti koagulan. Ada 2 cara pemeriksaan LED yaitu cara Wintrobe dan cara Westergren. Pada kuliah ini hanya diberikan contoh cara Wintrobe, dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Ambil darah EDTA atau darah oksalat 2. Dengan menggunakan pipa Wintrobe, masukkan darah ke dalam tabung Wintrobe hingga tanda 0 mm. Cegah terjadinya gelembung udara. 3. Biarkan tabung Wintrobe dalam posis tegak lurus selama 60 menit 4. Bacalah tinggi lapisan plasma dalam milimeter dan catat sebagai LED. Nilai LED normal adalah pria: < 10 mm/jam dan wanita: < 15 mm/jam Hematokrit Hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah. Ada 2 cara pemeriksaan hematokrit yaitu cara Wintrobe dan cara mikrometode. Pada kuliah ini hanya dibahas cara Wintrobe, dengan langkah langkah pemeriksaan sebagai berikut: 1. Ambil kapiler atau darah EDTA, darah heparin atau darah oksalat lalu masukkan ke dalam tabung Wintrobe hingga tanda 100 di atas. 2. Masukkan tabung ke dalam sentrifuge yang cukup besar lalu pusingkan selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm 3. Bacalah hasilnya dengan memperhatikan: a. Plasma di atas (kuning) dibandingkan dengan kaliumbikromat dan intensitasnya disebut satuan. Satu satuan adalah 1:10000 b. Ketebalan lapisan putih (lekosit dan trombosit) c. Volume sel-sel darah merah. Nilai hematokrit normal adalah pria: 40-48% dan wanita: 37-43% Masa perdarahan (bleeding time) Masa perdarahan digunakan untuk menilai faktor-faktor ekstravaskuler dari hemostasis (pembekuan darah). Ada 2 cara pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu cara Ivy dan cara Duke. Langkah-langkah pemeriksaan masa perdarahan adalah: 9

10 1. Bersihkan bagian voler lengan bawah (cara Ivy) atau anak daun telinga (cara Duke) dengan alkohol 70% dan tunggu sampai kering. 2. Khusus untuk cara Ivy pasang manset sfigmomanometer pompa sampai batas tekanan 40 mmhg lalu pertahankan tekanan tersebut 3. Cara Ivy: tegangkan kulit dan tusuk dengan lanset sedalam 3 mm di lokasi 3 jari dibawah lipat siku Cara Duke: tusuk pinggir anak daun telinga dengan lanset sedalam 2 mm 4. Ketika darah mulai keluar, hidupkan stopwatch 5. Isap tetesan darah dengan kertas saring tiap 30 detik, cegah menekan kulit saat menghisap darah 6. Ketika darah tak terhisap hentikan stopwatch dan catatlah waktunya Masa perdarahan normal adalah 1-6 menit. Jika melampaui 10 menit perdarahan belum berhenti, hentikan percobaan. Batalkan percobaan jika hasil percobaan kurang dari 1 menit, karena terjadi akibat kurang dalamnya tusukan. Pemeriksaan masa perdarahan Masa pembekuan (clotting time) Masa pembekuan digunakan untuk menilai faktor-faktor pembekuan darah, khususnya faktor pembentuk tromboplastin dan faktor trombosit, serta kadar fibrinogen. Ada 2 cara pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu modifikasi cara Lee dan White serta cara Duke. Langkah-langkah untuk pemeriksaan dengan modifikasi cara Lee dan White adalah: 1. Sediakan dalam rak 4 tabung berdiameter 7-8 mm 2. Ambil 5 cc darah vena, saat darah masuk semprit jalankan stopwatch. 3. Masukkan 1 cc darah ke dalam setiap tabung 4. Tiap 30 detik, angkat tabung pertama dan miringkan untuk melihat bekuan. Cegah tabung lain agar tak bergoyang 5. Setelah darah di tabung pertama membeku, periksa tabung kedua tiap 30 detik. Catatlah waktunya 6. Lakukan langkah berikutnya untuk tabung ketiga dan keempat 7. Masa pembekuan adalah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga dan keempat 10

11 Pemeriksaan masa pembekuan Masa pembekuan normal adalah 9-15 menit. Masa pembekuan melebihi 20 menit menunjukkan abnormalitas Faktor-faktor pembekuan darah 11

12 Mekanisme hemostasis (pembekuan darah) Peran trombosit (platelet) dalam proses pembekuan darah 12 Benang-benang fibrin yang berperan dalam proses pembekuan darah

13 Pemeriksaan golongan darah Ada berbagai macam penggolongan darah, namun yang akan kita praktikkan pada kesempatan ini adalah penetapan sistem golongan darah ABO. Tanpa melihat subgroup ada 4 macam golongan darah, yaitu: 1. A: eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum aglutinin anti B 2. B: eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum aglutinin anti A 3. O: eritrosit tak mengandung aglutinogen dan serum mengandung aglutinin anti A dan anti B 4. AB: eritrosit mengandung aglutinogen A dan B, sedangkan serum tidak mengandung aglutinin Penggolongan darah menurut sistem ABO Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen dalam sel. Selain itu dikenal pula penetapan agglutinin dalam serum. Cara terbaik adalah dengan menggunakan kedua penetapan yaitu aglutinogen dan agglutinin. 1. Taruh di bagian kiri object glass 1 tetes serum anti A dan di bagian kanan 1 tetes serum anti B 2. Tambahkan 1 tetes kecil darah pada serum, kemudian campurlah dengan ujung lidi 3. Goyangkan object glass dengan gerakan melingkar 4. Perhatikan aglutinasi dengan mata telanjang, lalu benarkan dengan menggunakan mikroskop. Catatan: Warna serum anti A: hijau/biru Warna serum anti B: kuning Darah yang diperiksa boleh darah kapiler segar atau darah vena yang telah membeku terlebih dahulu yang kemudian sel-selnya dilepaskan memakai ujung lidi. Jumlah darah yang dicampur dengan serum sebaiknya mencapai nilai hematokrit 2%. Anti serum kuat memberikan hasil tegas dalam waktu kurang dari 1 menit, sebaiknya hasil diperiksa setelah 2 menit dan selanjutnya disusul pemeriksaan ulang setelah lewat 20 menit. Tindakan terakhir mengamankan adanya subgroup lemah dalam golongan A. Jaga jangan sampai bahan pemeriksaan mengering pada object glass. 13

14 Untuk menghindari kesalahan, sebaiknya gunakan juga serum anti A,B (serum golongan O). Ini berguna untuk mendapatkan subgroup A yang lemah, yang tidak bereaksi dengan serum Anti A. Object glass harus bersih benar, tidak boleh ada sisa zat kimia atau darah. Hal ini menghindari adanya aglutinasi palsu. Pedoman kesimpulan: Anti A Anti B Anti A,B Golongan darah O A B AB Keterangan: + : terjadi aglutinasi, - : tidak terjadi aglutinasi Hasil pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan darah untuk HIV Untuk kasus HIV, pemeriksaan darah yang diperlukan adalah ELISA. Pemeriksa ELISA dilakukan secara langsung dan secara tak langsung. Pemeriksaan ELISA secara langsung Langkah-langkah pemeriksaan ini adalah: 1. Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate) 2. Sampel darah dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi 3. Enzyme-linked antibody spesific untuk menguji antigen ditambahkan dan mengikat antigen, membentuk sandwich 4. Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna 14

15 Pemeriksaan ELISA secara tak langsung Langkah-langkah pemeriksaan ini adalah: 1. Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate) 2. Antiserum pasien dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi 3. Enzyme-linked anti HISG ditambahkan dan mengikat antibodi 4. Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna Lempeng ELISA Pemeriksaan ELISA secara langsung dan tidak langsung 15

16 Pemeriksaan gula darah Hasil pemeriksaan ELISA (hasil positif diberi tanda kotak) Pemeriksaan gula darah bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa di dalam darah, yang dinyatakan dalam g/dl. Pada masa sekarang banyak diedarkan peralatan pengukuran kadar gula darah yang praktis secara digital, sehingga mudah diterapkan di mana saja. Langkah-langkah pengukurannya adalah: 1. Ambil darah kapiler dengan lanset yang terdapat pada set peralatan 2. Letakkan darah pada monitor untuk mengetahui kadar glukosa 3. Jika kadar glukosa terlalu tinggi, insulin diberikan. Jika kadar glukosa terlalu rendah karbohidrat dikonsumsi 4. Insulin diberikan dengan pompa insulin Pemeriksaan kadar gula darah dengan cara praktis 16

17 Tugas: Meletakkan darah pada monitor untuk memantau kadar glukosa darah 1. Carilah nilai normal hasil pemeriksaan darah lengkap dari salah satu laboratorium klinik (boleh lembar aslinya saja)! 2. Carilah nilai normal dari berbagai macam cara pemeriksaan gula darah! 17

18 Lampiran: Contoh nilai normal hasil pemeriksaan laboratorium Complete blood cell count - Units Reference Interval Hct 49.3 % RBC 7.06 x 10 6 /µl Hgb 16.9 g/dl MCV 69.9 fl MCH 24.0 pg MCHC 34.3 g/dl Platelets 372 x 10 3 /µl MPV 8.3 fl RBC morphology slight anisocytosis, moderate poikilocytosis WBC 7.9 x 10 3 /µl Seg (79%) x 10 3 /µl Band (2%) x 10 3 /µl Lymph (13%) x 10 3 /µl Mono (5%) x 10 3 /µl Eos (1%) x 10 3 /µl Baso 0.0 (0%) x 10 3 /µl WBC morphology Plasma Appearance occasional polychromatophils 1+ Lipemia Biochemical profile - Units Reference Interval BUN 17 mg/dl Creatinine 0.9 mg/dl Total protein 7.6 g/dl Albumin 3.8 g/dl Alkaline phosphatase 871 U/L Alkaline phosphatase w/ levamisole resistance 525 U/L 0-94 Levamisole resistance 60 % Alanine aminotransferase 102 U/L Glucose 410 mg/dl Sodium 143 mmol/l

19 Potassium 4.7 mmol/l Chloride 107 mmol/l Bicarbonate 14 mmol/l Anion gap 27 mmol/l Calcium 11.2 mg/dl Phosphorus 3.5 mg/dl Magnesium 2.4 mg/dl Amylase 687 U/L Lipase 353 U/L Cholesterol 302 mg/dl Triglycerides 755 mg/dl Total bilirubin 0.1 mg/dl

20 LABORATORIUM KLINIK 2: PEMERIKSAAN URIN Disajikan sebagai Bahan Kuliah Biokimia bagi Mahasiswa D III Kebidanan Penyusun: Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes Telefon: (rumah), (mobile), (kantor) heruswn@yahoo.co.id atau heruswn@telkom.net atau heruswn@gmail.com website: atau Pemilihan sampel urin Hasil urinalisa (pemeriksaan urin) terhadap kumpulan urin sepanjang 24 jam pada seseorang akan memberikan hasil yang hampir sama dengan urin sepanjang 24 jam berikutnya. Namun meskipun pada hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan memberikan hasil yang berbeda. Sebagai contoh, urin pagi berbeda dengan urin siang atau malam. Berbagai jenis sampel urin antara lain urin sewaktu, urin pagi, urin postprandial, urin 24 jam serta urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada pria 1. Urin sewaktu Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tak ditentukan secara khusus. Urin ini dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus. 2. Urin pagi Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah bangun tidur. Urin pagi lebih pekat daripada urin siang sehingga cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dll. Bagi kalangan kebidanan, urin pagi baik untuk pemeriksaan kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic gonadotrophin (HCG) di dalam urin. 3. Urin postprandial Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam setelah makan. Urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria (adanya glukosa di dalam urin) 4. Urin 24 jam Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam, dengan cara: a. Siapkan botol besar bersih bertutup (minimal 1,5 L) umumnya dilengkapi pengawet. b. Jam 7 pagi urin dibuang. c. Urin selanjutnya (termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan dicampur. Urin 24 jam diperlukan untuk pemeriksaan kuantitatif Ada juga urin yang tak tak penuh 24 jam, misalnya urin siang 12 jam (jam 7 pagi sampai dengan jam 7 malam), urin malam 12 jam (jam 7 malam sampai dengan jam 7 pagi), urin 2 jam dll. 20

21 5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas, dengan cara: a. Beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih b. Siapkan 3 gelas (sebaiknya gelas sedimen) c. Penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa henti Gelas I diisi ml pertama (berisi sel-sel uretra pars anterior dan prostatika) Gelas II diisi volume berikutnya (berisi unsur-unsur dari kandung kemih) Gelas III diisi volume terakhir (berisi unsur-unsur khusus dari uretra pars prostatika dan getah prostat) Urin 2 gelas diperoleh dengan cara sama dengan urin 3 gelas, dengan 2 gelas saja, gelas pertama diisi ml. Urin ini digunakan untuk menentukan letak radang atau lesi yang menghasilkan darah atau nanah pada urin seorang pria. Pemeriksaan urin rutin Pemeriksaan urin rutin meliputi: jumlah urin, makroskopis (warna dan kejernihan), berat jenis, protein, glukosa serta pemeriksaan sedimen. 1. Jumlah urin Jumlah urin dapat diukur dengan urin 24 jam, urin 12 jam, timed specimen pada pemeriksaan tertentu serta urin sewaktu. Jumlah urin berkaitan dengan faal ginjal, keseimbangan cairan tubuh serta penafsiran hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif urin. 2. Warna urin Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus. Ada beberapa macam hasil yaitu: tak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat, kuning bercampur hijau, putih susu dll. Perubahan warna urin disebabkan oleh: obat-obatan, darah, mikroorganisme, zat warna normal maupun abnormal, pus, protein dll. Beberapa contoh penyebab perubahan warna urin antara lain: Warna Kemungkinan Penyebab Kuning muda sampai dengan kuning Tak berwarna Kuning sangat tua Merah sampai merah kecoklatan Coklat kemerahan sampai coklat Hijau normal Sangat encer Sangat pekat; bilirubinuria hematuria, hemoglobinuria, myoglobinuria myoglobinuria, hemoglobinuria, methemoglobin bilirubinuria 21

22 3. Kejernihan urin Contoh perubahan warna urin Kejernihan dapat diperiksa dengan cara yang sama dengan pemeriksaan warna urin. Ada beberapa macam hasil yaitu: jernih (normal), agak keruh, keruh dan sangat keruh. Kekeruhan urin disebabkan oleh bakteri, sedimen, lemak, dll. 4. Berat jenis urin Berat jenis urin diukur dengan bantuan alat urinometer. Jika volume urin kecil, maka dapat digunakan refraktometer. Berat jenis urin normal adalah Berat jenis berhubungan dengan diuresis. Semakin besar diuresis, makin rendah berat jenisnya. Berat jenis berkaitan dengan pekatnya urin (faal pemekat ginjal). Glukosuria akan meningkatkan berat jenis urin. 5. Bau urin Bau urin dari semula (bukan bau akibat dibiarkan tanpa pengawet) memiliki makna. Bau normal disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau abnormal dapat disebabkan oleh a. Makanan mengandung atsiri (jengkol, petai, durian dll.) b. Obat-obatan (mentol, terpentin dll.) c. Amoniak (perombakan ureum menjadi amoniak oleh bakteri) d. Ketonuria (bau aseton) e. Bau busuk (perombakan protein) 6. Derajat keasaman urin Pemeriksaan ini penting pada kasus gangguan keimbangan asam-basa. Penyebab berubahnya keasaman urin antara lain mikroorganisme. ph dapat ditentukan dengan kertas lakmus, kertas nitrazin, reagent strip serta campuran indikator (lebih cepat dan tepat). 22 Indikator ph urin

23 7. Protein Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin). Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara Esbach. Pemeriksaan proteinuria Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan adanya protein dengan cara pemanasan dengan asam asetat: a. Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh b. Pegang ujung bawah tabung, panasi lapisan atas urin sampai mendidih selama 30 detik c. Bandingkan kekeruhan lapisan atas dengan lapisan bawah urin. Jika keruh mungkin disebabkan oleh protein d. Tetesi urin dengan asam asetat 6% (3-5 tetes). Jika tetap keruh maka tes protein positif. Jika kekeruhan hilang, penyebab kekeruhan pertama adalah kalsium fosfat atau kalsium karbonat e. Panasi sekali lagi sampai mendidih, lalu tentukan hasilnya: - Tak ada kekeruhan : - - Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir : + (protein 0,01-0,05%) - Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%) - Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++ (protein 0,2-0,5%) - Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal: ++++(> 0,5%) 8. Glukosa Glukosuria ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup. Hasil pemeriksaan reduksi untuk urin Langkah-langkah pemeriksaan reduksi dengan menggunakan reagen Benedict adalah: a. Masukkan 5 cc Reagen Benedict ke dalam tabung reaksi b. Masukkan 5-8 tetes urin ke dalam tabung c. Masukkan tabung ke dalam air mendidih selama 5 menit 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1Tujuan A. Pungsi Darah Vena (Flebotomi) Untuk pemeriksaan hematologi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. B. Pemeriksaan Laju

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: DARAH 2: -LED -Membuat & memeriksa sediaan apus darah tepi -Evaluasi DARAH 3: - Pemeriksaan gol.darah -Tes inkompatibilitas DARAH 4: Bleeding

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian adalah dilaboratorium Klinik Analis Kesehatan UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Analis Kesehatan fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah merupakan

Lebih terperinci

Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih

Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih 1.PEMERIKSAAN URIN RUTIN A.PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih Alat/ bahan: Pipet tetes Tabung reaksi Refraktometer Kertas lakmus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode diskriptif yang di dukung oleh studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil penelitian

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 05/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH.

BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH. BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH. Tujuan Praktikum Mengamati darah tanpa diproses lebih lanjut. 1. Memperhatikan bentuk-bentuk sel-sel darah ada tidaknya sel eritrosit yang mengalami krenasi (pengerutan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah penelitian analitik diskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN PUSKESMAS PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN Pemeriksaan penunjang Laboratorium untuk menentukan penyakit. 3.kebijakan Pemeriksaan Lab. Dilakukan untuk menegakkan diagnosa pasien Laboran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di laboratorium Patologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode analitik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel yang digunakan / diperiksa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di Desa Kedu Temanggung dan pada bulan April 2016 di kandang unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darahmerupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Loboratorium Klinik Fikkes Unimus Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat variabel yang diteliti akan dibandingkan antara kelompok pasien yang diperiksa menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,

Lebih terperinci

ILMU PATOLOGI KLINIK. Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH

ILMU PATOLOGI KLINIK. Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH ILMU PATOLOGI KLINIK Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH ILMU PATOLOGI KLINIK Cabang ilmu kedokteran yang: 1. Memeriksa dan mempelajari contoh bahan yang berasal dari manusia : * Darah * Urine * Tinja *

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan dilaboraturium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang Fapet Farm dan analisis proksimat bahan pakan dan pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel darah yaitu obyek glass, cover glass, Haemicitometer, jarum suntik, pipet kapiler, mikroskop monokuler. Vitamin E

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. B. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga, dan untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit. Jangan menusuk pada bagian

Lebih terperinci

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 11 September 2001 Tanggal Laporan : 19 September 2001 Asisten : Astania Departemen Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. B. Waktu Dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian analitik Jenis Penelitian yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan hasil pemeriksaan asam urat metode test strip dengan metode enzymatic colorimetric. B.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Darah Darah adalah suatu komponen esensial makhluk hidup,mulai dari binatang primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes Disusun Oleh : Nama: Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 Prodi : Pendidikana IPA PRODI

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran BAB II TINJAUAN PUSKATA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah yang di tandai dengan berkembang biaknya mikro organisme dalam saluran kemih. Saluran kemih yang normal tidak mengandung bakteri,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MUARA AMAN Nomor : TENTANG PERMINTAAN, PEMERIKSAAN,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara 11 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara yang diberi ransum dengan tambahan urea yang berbeda ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH I. Tujuan Untuk dapat mengetahui cara pembuatan dan pewarnaan sediaan hapusan darah II. Metode Hapusan darah ( blood smear ) III.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A. PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI Oleh, Kelompok 2: I Dewa Ayu Megarani (P07134012003) Ni Wayan Nursilayani (P07134012013) I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P07134012023) I Putu Paramartha Wicaksana A. (P07134012033)

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan 19 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010 di Kandang Unit Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6 8 % dari berat badan total. Darah

Lebih terperinci

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1 1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan total. Darah adalah jaringan yang berbentuk cairan, terdiri dari dua bagian besar yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo.

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif tentang kadar bilirubin total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo. B. Tempat

Lebih terperinci

Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O

Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O Anita Oktari 1 *, Nida Daeninur Silvia 1 1 Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung Jl. Padasuka Atas No. 233

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO SISTEM SIRKULASI 1. Darah 2. Alat Peredaran Darah 3. Proses Peredaran Darah 4. Peredaran Darah Hewan 5. Kelainan Dan Penyakit 1. DARAH Cairan yang berwarna merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Malaria Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan

Lebih terperinci

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang PHLEBOTOMY Oleh Novian Andriyanti (125070200111036) PSIK Reguler 2 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2013 Komplikasi Phlebotomy Phlebotomy ternyata juga dapat mengakibatkan komplikasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan disuatu laboratorium klinik. Pemeriksaan hematologi ini digunakan oleh klinisi sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER Disusun oleh: Nama : WAHDA NURISMI NIM : 14 3145 453 137 Kelompok : I (SATU) PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN STIKes MEGA REZKY

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2007. Bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

Anti Koagulansia, pengawet dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK

Anti Koagulansia, pengawet dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK Anti Koagulansia, pengawet dan sampling Dr.Ozar Sanuddin, SpPK Anti KoagAulansia Adalah suatu bahan kimia/substansi yang dapat menekan, menunda atau mencegah pembekuan darah. Jenis- jenis anti koagulansia

Lebih terperinci

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. UPTD PUSKESMAS BELOPA PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. Revisi : 00 SOP Tanggal terbit : 02 Januari 2016 Halaman

Lebih terperinci

PAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT

PAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT PAPER HEMATOLOGI MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT OLEH: KELOMPOK I (GENAP) ANGGOTA: 1. NI NYOMAN MELINDAWATI (P07134013 002) 2. NI MADE INKI ARIANTI (P07134013 004) 3. NI KADEK SUCAHYANINGSIH (P07134013 006)

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH Bagian Patologi Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 KETERAMPILAN KLINIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasnya, air bersih adalah air

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH DISUSUN OLEH: DEWI RIMPANG ANJANI PUTRI E1A 012 008 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2015

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan April sampai dengan Desember 2011. Lokasi pemeliharaan pada penelitian ini bertempat di Laboratorium Lapang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. trombosit. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. trombosit. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % berat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM DARAH Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah.sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit, dan

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG STANDAR PEMERIKSAAN KADAR TIMAH HITAM PADA SPESIMEN BIOMARKER MANUSIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Jalan Raya Sungai Kakap Telp. (0561) 743574 Kecamatan Sungai Kakap Kode Pos 78381 KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Nomor : 445/

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi sangatlah penting dan sering diminta di beberapa laboratorium. Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 bulan

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 364/MENKES/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1647/MENKES/SK/XII/2005 tentang Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan; 4. Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini 1 KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI (Dipersiapkan oleh Sitti Wahyuni) TUJUAN Umum: Setelah selesai melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba dilakukan dengan membuat proporsi antara ekstrak kulit nanas muda dan masak

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. B.

Lebih terperinci

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab : Seorang laki laki 54 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki dan seluruh tubuh lemas. Penderita juga merasa berdebar-debar, keluar keringat dingin (+) di seluruh tubuh dan sulit diajak berkomunikasi. Sesak

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

b) Prinsip c) Teori PENGGOLONGAN ABO

b) Prinsip c) Teori PENGGOLONGAN ABO I. PENDAHULUAN a) Tujuan 1. Menetukan adanya Antigen A dan antigen B pada plasma (cell grouping). 2. Menentukan adanya antibody A dan antibody B pada sel darah merah (serum grouping). b) Prinsip Antigen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba dilakukan dengan membuat proporsi antara ekstrak buah nanas masak, muda dan volume darah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung Jaya Farm, Desa Varia Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H D 4 A N A L I S K E S E H ATA N PENGAMBILAN SAMPLE DARAH A S S Y FA U LT I I S K A N D A R G 1 C 0 1 5 0 3 7 M A R C H 2 0 1 6 CLICK HERE FROM FIRST PENGUMPULAN SAMPEL DARAH PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH

Lebih terperinci