BAB III METODE PENELITIAN. lebih mudah untuk mendapatkan informasi-informasi dalam penelitian atau data

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. lebih mudah untuk mendapatkan informasi-informasi dalam penelitian atau data"

Transkripsi

1 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada fenomena plural yang melingkupi atau mengelilingi objek penelitian. Dengan demikian peneliti akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi-informasi dalam penelitian atau data yang harus dikumpulkan. Peneliti percaya terhadap anggapan kaum kausalitas, bahwa terjadi ketidakstabilan pada objek dipastikan karena telah terjadi sesuatu dalam realitas. Sesuatu tersebut secara kausalitas terjadi dan jawabanya pun ada dalam realitas tersebut. mendeskripsikan ontologinya sebagai realitas pluralistik, yang berarti bahwa realitas terdiri atas unit-unit kualitatif sederhana yang disebutnya reals (hal-hal). Semua ini membentuk sintesis-sintesis, yang mengarah ke dunia yang kita alami (Herbert, dalam Bagus, 2000: 853). Sesuatu berupa hal-hal yang mengelilingi objek penelitian, berdasarkan perspektif peneliti di pandang sebagai bentuk keberagaman ilmu pengetahuan. Peneliti mencari jawaban-jawaban atas keadaan yang tidak stabil atas objek penelitian. Pengalaman peneliti dalam beberapa bulan terakhir dalam mengamati Dul Muluk sebagai objek penelitian. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk membentuk opini atas beberapa fenomena menjadi sintesis yang kualitatif. Penelitian ini diarahkan pada penelitian kualitatif, karena peneliti akan menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif; seperti transkripsi, wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain-lain (Alwasilah, 2007: 114). Peneliti akan mengambarkan realitas kualitatif tentang pemahaman objek yang kompleks (objek penelitian dikelilingi fenomena). Kemudian objek tersebut

2 40 dideskripsikan melalui perspektif pospositivisme maupun melalui perspektif konstruktif agar objek penelitian dapat lebih dipandang secara mudah dan dimengerti oleh peneliti. Peneliti mengambil sikap ini agar dapat menentukan arah dalam mengungkapkan pengambaran objek penelitian ini. Metode ini selain memudahkan proses penggambaran objek penelitian, juga atas alasan orisinalitas dalam mendeskripsikan hasil temuan penelitian nantinya. Orientasi pospositivis maupun konstruktif, pemahaman tentang realitas berada pada hubungan: realitas-pengalaman-penggarapan-pemaknaanpemahaman. Pengajuan dan pertanyaan tentang realitas itu bisa berlangsung karena peneliti memiliki bahasa yang memungkinkan peneliti menghadirkan dan menguntai butir-bitir pengalaman yang terbentuk berdasarkan berdasarkan dunia luar (Basrowi & Suwandi, 2008: 50-51). Orientasi perspektif positivis untuk penelitian ini lebih diposisikan pada aspek faktual (fenomena) untuk memahami realitas objek sebagai ilmu pengetahuan. Persepsi posposivis dijadikan oleh peneliti sebagai pijakan untuk mengkemas objek penelitian dan mengkonstruksikan objek sebagai objek yang bergerak. Peneliti mencoba untuk memahami konteks positivis yang kualitatif. Peneliti menggunakan perspektif kontruktif sebagai pijakan menuju posmodernis. Peneliti ingin mengkondisikan dekonstruksi untuk memasuki ke dalaman objek penelitian dan mengkritisi kondisi faktual yang mengelilinginya. Berbeda konsep konstruktif yang mengandaikan terdapatnya akumulasi pemahaman sebagai konstruksi, posmodenis menyingkap pemahaman dalam kondisi dekonstruksi. Pemahaman selain bergantung pada subjek juga bergantung pada realitas yang ada sebagai hiper-reality (Brogman dalam Basrowi & Suwandi, 2008: 51).

3 41 Brogman mencontohkan realitas kejadian hiper-reality melalui kejadian atau proses pembicaraan tak langsung (telepon). Kejadian tersebut diartikan oleh Brogman sebagai kejadian yang memunculkan; makna, konsepsi, karakteristik yang berbeda-beda. Situasi tersebut menyebabkan kehadiran realitas bukan sekedar ada sebagai itu adalah, melainkan mengada sebagai hiperreality yang ada dalam kesadaran yang membuahkan hyperreal logic dan hiper-activity. Peneliti akan menjabarkan fenomena faktual yang bertebaran di sekitar objek penelitian untuk tujuan pencerapan makna faktual fenomenal. Sedangkan orientasi perspektif konstruktif diposisikan oleh peneliti sebagai cara untuk pengumpulan nilai pemahaman atas aspek faktual secara konstruktif. Nantinya kedua perspektif tersebut bermuara pada perspektif posmodernis. Pemahaman, dalam konteks pospositivis (kualitatif) didudukan sebagai tujuan dan dalam perspektif konstruktif didudukan sebagai pijakan penciptaan hubungan inter-subyektif dan akumulasi pemahaman berdasarkan life-praxis, dalam konteks posmodernis hanya didudukan sebagai jembatan menuju empowerment (Basrowi & Suwandi, 2008: 51). Persepsi pospositivis untuk mengkemas objek penelitian yang faktual dan mengkonstruksikan objek penelitian. Perspektif posmodernis mengkritisi segala aspek yang mengelilingi objek penelitian. Menggambarkan realitas dalam teks (objek penelitian) dan memaknai realitas kehidupan di luar teks (kehidupan saat ini). Penghadiran teks sebagai methodological hypothesis dan medan strategi mengemban konsepsi bahwa teks adalah presentasi dunia pengalaman dan pengetahuan mampu menggambarkan medan realitas, kemungkinan bentuk pemaknaan, dan konsepsi metodologis yang bersifat hipotesis (Basrowi & Suwandi, 2008: 63).

4 42 Pada awal proses penelitian, peneliti mengunjungi kelompok teater Dul Muluk Alun Jaya untuk melihat langsung proses latihan. Peneliti datang sebelum proses latihan dimulai, peneliti mencermati: persiapan properti dan kebutuhan lainnya untuk latihan, keakraban antar pemain, dan proses latihan. Dalam proses latihan di lapangan peneliti melihat, keseriusan berbalut canda, semangat yang menggelora, dan pertarungan kreatif antara sutradara pentas serta aktor-aktornya. Suatu keadaan yang khas dalam kajian seni pertunjukan baik seni pertunjukan modern maupun seni pertunjukan tradisi. Bahwa sutradara dan para aktornya dalam pertunjukannya harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi, karena kreativitas adalah daya atau jalan menuju kekuatan terbesar sebagai pengerak imajinasi. Ketika peneliti tengah asik mengamati proses latihan, ternyata terdapat kasus atau permasalahan teknis terkait dengan fenomena media komunikasi global. Peneliti ingat bahwa; penelitian kualitatatif tidak berangkat tanpa teori, pengetahuan tentang topik di sekitar fenomena adalah formula untuk memunculkan desain propositional dan tacit dalam penelitian (Alwasilah, 2009: 28-29). Atas anggapan tersebut maka peneliti mengangkat kasus atau permasalahan observasi terkait dengan kunjungan peneliti. Pada proses latihan kelompok teater Dul Muluk Alun Jaya, peneliti mengklasifikasikan masalah tersebut sebagai berikut:

5 43 Tabel 3.1. Fenomena Media Komunikasi Global dalam Pertunjukan Dul Muluk. Sumber: Dokumentasi Penelitian Dul Muluk in Action Aktor dan Aktris MEDIA KOMUNI Propositional/terungkap Penyampaian Kata/model dialog, Bahasa Tubuh, Konsep Permainan KASI GLOBAL Tacit/tidak terungkap Kesragaman Pola Menyesuaikan Citra Media Komunikasi Global Sehingga penelitian ini lebih menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam serta mendefinisikan suatu situasi tertentu. Fenomena di atas menjadi titik tolak perhatian peneliti untuk memperdalam kajian tentang topik seputar Dul Muluk yang fenomenal. Sehingga memunculkan nilai-nilai transformasi secara teoritis. Atas anggapan bahwa action pemain (aktor) teater Dul Muluk dalam perjalanan zaman mengalami beberapa fase-fase pergeseran. Khususnya saat ini, bahwa dari hasil pengamatan peneliti terjadi fase transformasi dalam hal penyampaian kata-kata dalam berdialog atau model dialog, bahasa tubuh, dan konsep permainan. Nilai-nilai transformasi tersebut secara khusus terletak pada pengemasan pertunjukan Dul Muluk. Pengemasan pertunjukan Dul Muluk adalah fase menyesuaikan diri menuju pada nilai-nilai pergeseran yang diseragamkan. Proses menyesuaikan diri ini adalah proses mengidentikkan diri dengan pengidentikkan yang lebih besar nilai komersilnya. Hal ini adalah proses penyesuaian konsep dengan apa yang

6 44 diinginkan media komunikasi global (stasiun TV) sebagai pemilik hegemoni. Persepsi ini adalah fenomena kenyataan di lapangan. Pendekatan kualitatif berfokus pada verifikasi dalam pembentukan sebuah teori berdasarkan pada data seutuhnya di lapangan grounded theory, (Alwasilah, 2009:44). Dalam pengumpulan data peneliti tidak terpaku dengan objek di lapangan. Penelitian ini juga melihat berbagai aspek kehidupan masyarakat di kota Palembang. Publik adalah sebagai objek pembanding penelitian dikaitkan dengan selera, bahwa sesuatu yang menghibur (entertainment) telah mengalami perubahan. Selanjutnya dalam pengembangan pengumpulan data penelitian, peneliti juga menemui tokoh yang memahami seluk-beluk pertunjukan Dul Muluk. Selain itu peneliti juga mendatangi Dinas Pariwisata Propinsi untuk melengkapi data penelitian. Sehingga data yang telah terkumpul sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan nilai keabsahannya. Kemudian temuan-temuan penelitian tersebut diolah dalam proses interpretasi data temuan. Peneliti memilah-milah data temuan, agar peneliti tidak kesulitan dalam menginterpretasi data penelitian yang telah terkumpul. display atau pajangan visual (Alwasilah, 2009: 164), bahwa display adalah cara untuk memperjelas data penelitian. Strategi analitis dalam mengolah dan menginterpretasi data kualitatif. Pajangan visual adalah sebuah konsep berpikir, membentuk representasi, mendirikan gagasan, dan menginterpretasi data. Dalam analisis data, display mempunyai tiga fungsi: (1) Mereduksi data yang kompleks menjadi tampak sederhana. (2) Menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data. (3) Menyajikan data sehingga data tampil secara menyeluruh (Alwasilah, 2009: 165). Data temuan adalah tentang pengaruh pencitraan media komunikasi global yang akan dipadukan dengan data tentang struktur penyajian pertunjukan Dul

7 45 Muluk berdasarkan asal mula kemunculannya. Hal ini dilakukan sebagai strategi untuk menganalisis data. Bahwa Dul Muluk adalah sebuah konsep berpikir membentuk representasi untuk mendirikan gagasan, dan menginterpretasi data tersebut. Sehingga strategi dalam mengkritisi fase-fase transformasi Dul Muluk sebagai pertunjukan dapat terapresiasi, sebagai berikut: Tabel 3.2. Fase Pergeseran Dul Muluk dan Pengaruh Media Komunikasi Global Sumber: Hasil analisis pada tabel ini, terkumpul dari buku tentang Dul Muluk yang diterbitkan oleh: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Kesenian Tradisional Pelembang, Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta hasil wawancara peneliti. Dul Muluk Pengaruh Media Komunikasi Global Ya/Tidak (1) Seni Drama Dul Muluk dalam pementasannya melibatkan pemain dengan dialog secara spontanitas. Seni Lawak, komedi adalah bahan utama dalam pentas Dul Muluk, lawak terutama dipakai untuk sindiran-sindiran sebagai bahasa komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada penontonnya. (2) Seni Sastra, menggunakan dialog atau bahasa yang halus, jika dirasakan seperti syair dan pantun, hal tersebut menjadi media ungkapan untuk berkomunikasi dengan penikmatnya. Bahasa ungkap tersebut mewakili tokoh yang sedang dimainkan, semua dibawakan secara improvisasi. Pemain Dul Muluk sangat kuat dalam membawakan ungkapanungkapan dengan nada pantun (sastra), dengan mengolah cerita-cerita rakyat berupa sastra lisan yang dikenal oleh masyarakat lama adalah merupakan modal utama bagi setiap pemain teater Dul Muluk, seperti cerita hikayat Abdul Muluk, hikayat Siti Zubaedah, hikayat Indra Bangsawan. Cerita-cerita tersebut adalah cerita paling menarik dimasanya.

8 46 (3) Seni Musik dan Seni Suara, iringan musik dalam pertunjukan teater Dul Muluk adalah terletak pada selingan pergantian babak atau adegan dan memberikan warna khas yang menarik pada pentas Dul Muluk: Musik awal sebelum pemain naik ke atas panggung diperdengarkan musik Keso, musik ini menjadi tanda bahwa pertunjukan akan dimulai. Ketika terdengar musik Barnas I, maka munculah pemain di atas pentas. Musik pengiring dagelan atau musik ekstra.musik pengiring lagu dan tarian. Musik pengundang penonton, musik ini bebas atau sama sekali tidak terkait dalam isi pertunjukan yakni musik disesuaikan dengan zamannya. Musik akhir yakni musik Barnas II, sebagai tanda berakhirnya pertunjukan Dul Muluk. (4) Seni Tari, gerak tarian digunakan dalam perpindahan adegan satu ke adegan berikutnya, geraknya selektif atau disesuaikan dan sifat tarian tidak merupakan bagian dari cerita yang sedang dipentaskan. (5). (6) Seni Rupa, beragam tata rias pemain, busana pemain dan dekorasi panggung adalah satu kesatuan yang keterikatannya tak dapat dipisahkan dengan pertunjukan Dul Muluk B. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di sanggar-sanggar yang ada di kota Palembang. Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada teater Dul Muluk Sanggar Seni Alon Jaya, jalan Bidar blok A. No. 20 RT 23, RW 07 Kel, Pakjo Kec, Ilir Barat I. Kampus Palembang, yang diajarkan oleh Jonhar. Sebagai pemain

9 47 Dul Muluk, bapak Jonhar juga memiliki prestasi dan pengalaman yang cukup baik sampai saat ini, selain mengajarkan Dul Muluk di sanggarnya, beliau juga sebagai tenaga pengajar luar biasa di Universitas PGRI Palembang. Kipahnya dinilai peneliti dapat memfasilitasi masa kejayaan Dul Muluk antara dahulu dan saat ini. Gambar 1. Lokasi Penelitian terletak di Kota Palembang : Detil Lokasi Penelitian Tabel 3.3. Instrumen Penelitian No. Jenis Instrumen Sumber Data Data 1. Pedoman wawancara -Pakar Teater Dul Muluk (Jonhar) -Budayawan -Data objektif Dul Muluk. -Data mengenai

10 48 (Nur Hasan) 2. Pedoman observasi -Proses peninjauan langsung ke lokasi latihan Dul Muluk. -Antara wacana dan realitas. perkembangan Dul Muluk. -Data objektif mengenai pengaruh media komunikasi global. Data pesanan kemasan pertunjukan yang diinginkan masyarakat. -Data antara Dul Muluk dahulu dan saat ini. 3. Pedoman studi dokumentasi -Dokumentasi Dul Muluk. -Foto latihan dan Video pertunjukan Dul Muluk. C. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan cara antara lain melalui pencatatan data yang dilakukan dalam dua cara yaitu: observasi partisipan, dan wawancara mendalam. Diterangkan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Observasi Partisipan Mencari informasi tentang teater Dul Muluk dari awal mula teater tersebut ada hingga keberadaannya saat ini, peneliti melakukan: Observasi bertujuan untuk mengamati atau mendengarkan untuk memahami, menjawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial, Hal ini dilakukan dengan cara mencatat, merekam, dan memotret fenomena tersebut guna penemuan dan analisis (Hasanuddin, dalam Basrowi & Suwandi, 2009: 85). Peneliti mengamati kejadian-kejadian fenomena sosial yang secara tidak langsung terkait dengan nilai-nilai pergeseran pertunjukan Dul Muluk. Proses pengamatan ini, dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan mendatangi lokasi penelitian.

11 49 Tabel 3.4. Panduan Observasi Tujuan Pembatasan Penelitian Pelaksanaan Penelitian 1. Observasi ini bertujuan untuk mengamati atau mendengarkan, memahami, menjawab, mencari bukti terhadap fenomena social Observasi ini dibatasi pada pengamatan langsung di lokasi penelitian di kota Palembang, meliputi - Melihat langsung latihan dan pengamatan terhadap beberapa pertunjukan teater Dul Muluk di kota Palembang, khususnya pengamatan dampak media komunikasi global terhadap kelangsungan pergeseran fungsi Dul Muluk. Observasi ini dibatasi pada pengamatan langsung di lokasi penelitian di kota Palembang, meliputi - Melihat langsung beberapa pertunjukan teater Dul Muluk di kota Palembang, khususnya pengamatan terhadap pergeseran fungsi pertunjukan. 2. Observasi ini dibatasi pada pengamatan langsung di lokasi penelitian di kota Palembang, meliputi - Melihat langsung lokasi latihan dan proses latihan dan mengamati beberapa pertunjukan Dul Muluk di kota Palembang, khususnya pengamatan terhadap dampak Media Komunikasi Global. Mengamati kelompok teater Dul Muluk Alun Jaya Palembang. - Mendiskripsikan segala hal temuan penelitian yang terkait dengan teater Dul Muluk. Membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.

12 50 Dari proses tersebut atas, peneliti meyakini bahwa data akan tampil secara sistematis. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang berbeda dan dapat menteorikan fenomena yang terjadi di dalam pertunjukan teater Dul Muluk di kota Palembang. 2. Wawancara Mendalam Mengadakan wawancara yang mendalam, secara langsung dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data berupa jawaban penelitian baik lisan maupun non lisan. Pusat data berasal dari informan kunci, peneliti menggunakan teknik wawancara yang tidak berstruktur. Hal ini dilakukan peneliti sebagai upaya mengurangi rasa kaku dalam berdialog dengan para narasumber. Agar terjalin suasana akrab sebagai jalan untuk membuka data yang terpendam atau terkunci. Pertanyaan-pertanyaan disesuaikan dengan keadaan informan dan mengalir seperti dalam percakapan keseharian. Wawancara mendalam ini, dilakukan oleh peneliti dalam dua tahapan karena terdapat dua narasumber kunci. Tahapan antara keduanya adalah tahapan saling melengkapi informasi data. Hal ini dilakukan hanya untuk mengkaji nilai kebenaran data penelitian. Tabel 3.5. Kisi-kisi Wawancara dengan Narasumber Kunci No. Butir Pertanyaan 1. Sejarah teater Dul Muluk 2. Fase-fase perkembangan teater Dul Muluk dalam perkembangan zaman 3. Fungsi pertunjukan teater Dul Muluk dari zaman dahulu hingga saat ini

13 51 4. Fungsi secara ekonomis dari zaman dahulu dan saat ini 5. Faktor perubahan konsep pertunjukan teater Dul Muluk 6. Hubungan antara teater Dul Muluk dengan teater Bangsawan 7. Faktor antara perubahan dan pengaruh pencitraan media informasi komunikasi global 8. Respon masyarakat Palembang mengenai keberadaan dan perubahan yang terjadi pada teater Dul Muluk 9. Respon seniman, budayawan, terhadap pergeseran nilai-nilai teater Dul Muluk di kota Palembang 10. Perubahan pada penyampaian kata-kata dalam berdialog atau model dialog 11. Perubahan dalam bahasa ungkap melalui bahasa tubuh, 12. Perubahan pada konsep pengemasan permainan. 3. Analisis Data Proses awal dalam menganalisis data peneliti mengelompokkan pengolahan keseluruhan hasil kajian wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis terhadap hasil ini memerlukan kecermatan tinggi supaya hasil analisis data mencapai target maksimal. Tabel 3.6. Pedoman Analisis Data Dul Muluk Analisis Data pertunjukan teater Dul Muluk di kota Palembang Data yang diperlukan: a. Profil Media Komunikasi Global b. Data riwayat pertunjukan teater Dul Muluk c. Foto pertunjukan Dul Muluk d. Video pertunjukan teater Dul Muluk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan 173 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk di Kota Palembang-. Penelitian ini memaknai nilai peruntuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv ix xiii xiv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi kepekaan rasa, peningkatan apresiasi, dan pengembangan kreativitas. Struktur kurikulum pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian di Jalan Kuantan Gang Puteri Ledeng 14 No. 11 Kelurahan Kota Piring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian ini bertepatan di kediaman narasumber kesenian Rebana tunggal yaitu Pak Asep yang berada di Jalan Selaawi Rt.06 Rw.02 Kampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan topik bahasan, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan topik bahasan, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Sesuai dengan topik bahasan, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik berdasarkan pada paradigma kualitatif. Metode desktiptif

Lebih terperinci

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH 2016 2017 1 Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada orang laindan secara terorganisir dinamakan a katalog b

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

BAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap segi kehidupan manusia tidak terlepas dari kesenian. Dan kesenian itu sendiri tidak pernah mati dan menghilang atau pun habis termakan zaman/waktu. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : SMP : VIII (Delapan) / 1 (Satu) : SENI BUDAYA Standar : SENI RUPA 1. Mengapresiasi karya seni rupa Kegiatan 1.1 Mengidentifikasi jenis karya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciandur Kecamatan Saketi, RT/RW 01/01. Kecamatan Saketi adalah salah satu kecamatan di wilayah kabupaten Pandeglang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tiap penelitian memerlukan suatu desain yang direncanakan salah satunya menggunakan metode penelitian. Metode memiliki arti yaitu cara yang teratur dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian berada di Jl. Cintapada Desa Setianagara Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. Wilayah Kecamatan Cibeureum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Seorang peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Seorang peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Seorang peneliti sebagai subyek penelitian berusaha mendeskripsikan suatu gejala, tindakan, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Smiers (2009: 383) pada 1970an sampai awal 1980an negara-negara non-

BAB I PENDAHULUAN. Smiers (2009: 383) pada 1970an sampai awal 1980an negara-negara non- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Smiers (2009: 383) pada 1970an sampai awal 1980an negara-negara non- Barat menuntut agar UNESCO membangun sebuah Tatanan Informasi dan Komunikasi Dunia Baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneliti memilih program lenong rempong trans 7 karena program yang menarik dan banyak sekali keunikan di program tersebut. Banyak sekali kejadian yang menghibur pada

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki keanekaragaman budaya dan kaya akan berbagai macam kesenian dengan nilai estetis yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 4545 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam proses kegiatan penelitian ini, ada beberapa langkah-langkah dalam melakukan proses penelitian berdasarkan prosedur yang dilaksanakan dilapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian dimana dengan metode ini diharapkan membantu memudahkan jalannya penelitian untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini memuat metode dan pendekatan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan A. Pendahuluan B. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah metode yang tepat guna mendapatkan berbagai data otentik dan akurat. Dikatakan demikian agar seluruh data yang

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas/Semester : IX (sembilan) / I (satu) Mata Pelajaran : Seni Budaya SILABUS PEMBELAJARAN Standar : SENI RUPA 1. Mengapresiasi karya seni rupa 1.1 Mengidentifikasi seni rupa murni yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik SILABUS Sekolah Kelas/ Semester Mata Pelajaran Standar : SMP : VIII (Delapan)/ 1 (Satu) : SENI BUDAYA : SENI RUPA 1. Mengapresiasi karya seni rupa 1.1 Mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan Sejarah

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) Sekolah : SMP Negeri 2 Gerokgak Mata Pelajaran : Seni Budaya / Seni Rupa Kelas/Semester : IX / I Pertemuan ke : 1-2 Alokasi Waktu : 4 x 40 menit Satandar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang akan diteliti. Metode penelitian merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian masyarakat. Adalah hal yang sangat diharapkan bahwa budaya mesti tumbuh dan terus hidup dalam

Lebih terperinci

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan dalam bab ini akan lebih terfokus kepada metode yang digunakan dalam perancangan karya, observasi data serta teknik pengolahannya dalam perancangan buku komik Ludruk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

Kesenian Sisingaan Grup Putra Mekar Jaya Pada Acara Khitanan Di kabupaten Subang

Kesenian Sisingaan Grup Putra Mekar Jaya Pada Acara Khitanan Di kabupaten Subang 29 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Metode yang disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan di Dusun Pengkolan Desa Rancamulya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung yang beralamat di jalan Pajajaran No. 50 Kota Bandung. Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki seni dan budaya tradisional masing-masing yang kemudian secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Sebagian besar lokasi penelitian dilakukan di kediaman Bapak Ganda sebagai narasumber utama dalam penelitian kesenian kohkol cangkilung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN PENDEKATAN PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan (Nasir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Keberhasilan dari suatu penelitian, salah satunya ditentukan oleh pendekatan penelitian yang digunakan. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês BAB V KESIMPULAN Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês yang diimplementasikan untuk mengubah bentuk pertunjukan Jêmblungan di atas

Lebih terperinci

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : AFIF WIDODOAJI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis.

BAB III METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis. BAB III METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis. Pendeskripsian data dilakukan dengan cara menunjukkan

Lebih terperinci

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian LONGSER KETOPRAK Longser merupakan salah satu jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di daerah Priangan, khususnya di daerah Bandung. Pada tahun 1915 di Bandung terdapat sebuah pertunjukan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membangun pembelajaran kreatif dalam sebuah proses pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas

Lebih terperinci

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 611 77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada studi ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

berbicara dan membawa diri harus sesuai dengan tata karma. Selain itu dalam menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, pembawaan diri dan cara

berbicara dan membawa diri harus sesuai dengan tata karma. Selain itu dalam menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, pembawaan diri dan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Raymond Williams mendefinisikan budaya sebagai struktur keluarga, struktur masyarakat dan organisasi produksi yang mengekspresikan serta mengatur hubungan sosial serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (Sumardjo, 1992:

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah :... Kelas/Semester : IX (sembilan) / I (satu) Mata Pelajaran : Seni Budaya/Seni Rupa Standar : 1. Mengapresiasi karya seni rupa. 1.1 Mengidentifikasi seni rupa murni yang diciptakan di daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berfungsi sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data atau informasi dengan tujuan tertentu yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan setiap peneliti.

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi

Bab 1 PENDAHULUAN. Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi dan religius menjadi inti dari kebudayaan Asia. Hal ini menyebabkan tertanamnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian pertunjukan kesenian ebeg grup Muncul Jaya pada acara khitanan di Kabupaten Pangandaran didesain dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran KESENIAN SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan adalah salah satu bagian dari ilmu dan juga salah satu kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya memiliki seni drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Seni

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Gambar 3.1 Peta Kecamatan Cilimus (Sumber: http://www.kuningankab.go.id/sites/default/files/petakecamatan/cilimus.gif) Lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu program intervensi gerak yang dapat meningkatkan keterampilan koordinasi gerak pada anak dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam kegiatan,di antaranya adalah seni yang di dalamnya termasuk seni tari. Batasan seni tari sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Skema desain penelitian digambarkan sesuai dengan tahapan kegiatan yang ada di lapangan, yaitu sebagai berikut. Studi Awal Tahap Perencanaan Penyusunan Laporan

Lebih terperinci