EVALUASI KEPUASAN PENGGUNA KATALOG INDUK NASIONAL ONLINE PERPUSTAKAAN NASIONAL RI WIRATNA TRITAWIRASTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KEPUASAN PENGGUNA KATALOG INDUK NASIONAL ONLINE PERPUSTAKAAN NASIONAL RI WIRATNA TRITAWIRASTA"

Transkripsi

1 EVALUASI KEPUASAN PENGGUNA KATALOG INDUK NASIONAL ONLINE PERPUSTAKAAN NASIONAL RI WIRATNA TRITAWIRASTA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Evaluasi Kepuasan Pengguna Katalog Induk Nasional Online Perpustakaan Nasional RI, adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini. Bogor, Oktober 2012 Wiratna Tritawirasta NRP G ii

3 ABSTRACT WIRATNA TRITAWIRASTA. Evaluation of user s satisfaction on online union catalog at The National Library of Indonesia. Under direction of FIRMAN ARDIANSYAH and YUYU YULIA. The International Standard Organisation (ISO) Technical Report (TR) 28118: Information and documentation Performance indicators for national libraries in 2009 item A.2 of the national library service catalog in a country mentioned that the national library of a country should publish national bibliographies in a catalog as soon as possible as well as with the publication of a new collection. It can only be done in electronic form known an online catalog. In Indonesia, the National Library of Indonesia has developed an online union catalog ( since However, it showed very low utilization. By using the guidelines based on ISO : Guidance On Usability, this evaluation concluded that the satisfaction of the online union catalog users nationwide have met the basic needs on searching information in the library of a country, although it needs to improve the web interface and dissemination/ socialization of national online union catalog so that it known by the public. Keywords: Union catalog, bibliographic record, usablility, user satisfaction. iii

4 RINGKASAN WIRATNA TRITAWIRASTA. Evaluasi Kepuasan Pengguna Katalog Induk Nasional Online Perpustakaan Nasional RI. Dibimbing oleh FIRMAN ARDIANSYAH dan YUYU YULIA. Internasional Standar Organisation (ISO) Technical Report (TR) : Information and documentation Performance indicators for national libraries tahun 2009 dalam butir A.2 tentang layanan katalog di perpustakaan nasional sebuah negara menyebutkan bahwa perpustakaan nasional sebuah negara harus mempublikasikan bibliografi nasionalnya dalam bentuk katalog secepat mungkin seiring dengan diterbitkannya koleksi yang baru. Hal tersebut hanya dapat dimungkinkan apabila berbentuk elektronik yang dikenal sebagai elektronik katalog. Di Indonesia, Perpustakaan Nasional RI telah mengembangkan sebuah katalog induk nasional online ( sejak tahun Namun seiring perkembangan waktu dirasa pemanfaatannya sangat minim. Metode penelitian menggunakan panduan keterpakaian berdasarkan ISO dalam mengajukan beberapa pertanyaan dalam survei dan heuristic evaluation terkait dengan prinsip perancangan antarmuka KIN dalam melakukan penilaian hasil survei oleh kelompok diskusi terarah (focused group discussion). Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden, yakni pemustaka dan pustakawan yang terdapat di 33 (tiga puluh tiga) Badan Perpustakaan Propinsi. Pertanyaan tersebut dinyatakan dalam bentuk pilihan sesuai dengan skala Likert dan pertanyaan terbuka. Jumlah pertanyaan yang digunakan sebanyak 37 daftar pertanyaan yang sesuai dengan variable yang diharapkan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah keberadaan dan keterbacaan KIN online, kebutuhan dasar pengguna terhadap KIN online, kemampuan pengguna dalam memahami/mempelajari KIN online dan fitur-fitur yang diperlukan dalam KIN online. Penelitian dipertajam dengan mengevaluasi hasil survei menggunakan evaluasi heuristik. Evaluasi heuristik merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi sistem antarmuka secara detail yang dilakukan oleh spesialis perancang antarmuka untuk mengindentifikasikan masalah yang terjadi pada tampilan antarmuka sebuah program aplikasi. Dengan menggunakan 47 pertanyaan yang termuat dalam sepuluh tingkat keterpakaian sebuah sistem diharapkan akan mengetahui permasalahan yang terjadi pada KIN online. Hasil survei dengan menjaring 116 pengguna baik pemustaka maupun pustakawan menunjukkan bahwa keberadaan dan keterbacaan KIN online mulai diterima oleh pengguna perpustakaan dengan indikasi 73,17% pemustaka dan 88% pustakawan telah memahami persepsi tentang katalog induk nasional online dengan benar, walau baru 21,95% pemustaka dan 45,33% pustakawan yang telah mencoba mengakses. Kebutuhan dasar KIN online sebagai sarana penelusuran dinyatakan mudah untuk digunakan oleh lebih dari 40% pengguna baik pemustaka dan pustakawan serta 29,27% pemustaka dan 36% pustakawan sepakat bahwa proses penelusuran masih dalam batas yang wajar. Namun fungsi utama KIN online sebagai sarana salin katalog (copy cataloging) oleh sebagian besar pustakawan sebagai indikator kemampuan pustakawan dalam memahami fungsi iv

5 utama KIN online masih sangat minim sejumlah 11% yang pernah menggunakannya lebih dari 3 kali dalam satu sesi pemasukan data. Kategori pemahaman dalam mempelajari KIN online sebagai sebuah mesin pencari dinyatakan oleh pengguna bahwa 26,83% pemustaka dan 48% pustakawan memahami antarmuka dan fungsinya. Perlu menjadi informasi dan perhatian bagi pengembang aplikasi dan pustakawan sebagai pengkatalog bahwa 82,93% pemustaka dan 62,67% pustakawan memulai titik akses pencarian dari judul, yang disusul oleh subyek dan terakhir pengarang. Sebagai akhir survei didapatkan informasi bahwa perlunya penambahan fitur-fitur KIN online berbasis catalog 2.0 dimana rata-rata 64,43% pemustaka dan 74,89% pustakawan menginginkan fitur tersebut ada. Di samping survei yang telah dilakukan di 33 Perpustakaan propinsi sebagai mitra, hasil dari survei dipertajam dengan evaluasi heuristik, di mana menghasilkan rekomendasi dari permasalahan keterpakaian pada KIN online yang mencakup permasalahan utama seperti perlunya bantuan dan dokumentasi pada halaman muka KIN online, dukungan fitur-fitur bagi pengguna pemula dan mahir seperti pada catalog 2.0 termasuk diperlukannya operator pencarian. Masalah lain seperti fungsionalitas teknis KIN online masih perlu diperbaiki seperti ruas pencarian, ikon, tataletak, penyajian hasil dan warna serta keberadaan KIN online pada dunia maya yang tersembunyi, perlu segera ditangani. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa kepuasan pengguna katalog induk nasional online telah memenuhi kebutuhan dasar sebagai alat penelusuran informasi dan katalog rujukan di perpustakaan sebuah negara, walaupun perlu perbaikan disisi antarmuka, fitur dan perlunya sosialisasi terhadap katalog induk nasional online agar dikenal oleh masyarakat luas. Kata Kunci: Katalog induk, cantuman bibliografi, keterpakaian, kepuasan pengguna. v

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB vi

7 EVALUASI KEPUASAN PENGGUNA KATALOG INDUK NASIONAL ONLINE PERPUSTAKAAN NASIONAL RI WIRATNA TRITAWIRASTA G Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 vii

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT. viii

9 Judul : Evaluasi Kepuasan Pengguna Katalog Induk Nasional Online Perpustakaan Nasional RI Nama : Wiratna Tritawirasta NRP : G Program Studi : Teknologi Informasi untuk Perpustakaan Disetujui, Komisi Pembimbing Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si. Ketua Ir. Yuyu Yulia, S.IP., M.Si. Anggota Diketahui, Ketua Program Studi MTP Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian: 25 Juli 2012 Tanggal Lulus: ix

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui beasiswa yang penulis terima dari Perpustakaan Nasional RI, meskipun dengan perjuangan yang tidak mudah karena penulis harus mengerahkan segala daya, upaya, pikiran dan waktu untuk mencapainya. Penelitian ini berjudul Evaluasi Kepuasan Pengguna Katalog Induk Nasional Online Perpustakaan Nasional RI. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011 Maret Lokasi penelitian bertempat di instansi di mana penulis bekerja yaitu di Subbidang Otomasi, Bidang Kerjasama Perpustakaan dan Otomasi, Perpustakaan Nasional RI yang berlokasi di jalan Salemba Raya No. 28 A Jakarta dan pengambilan data survei dilakukan di 33 (tiga puluh tiga) Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi sebagai perpustakaan mitra. Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang sempurna tidak mudah, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si dan Ibu Ir. Yuyu Yulia, S.IP., M.Si. selaku pembimbing atas arahan dan masukannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT selaku penguji pada sidang tugas akhir, dan kepada Perpustakaan Nasional RI yang telah memberikan beasiswa dan biaya penelitian selama mengikuti program pascasarjana kepada penulis, serta orangtua, istri serta rekan-rekan kampus maupun di Perpustakaan Nasional RI, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis mengakui terdapat kelemahan dan kekurangan di dalam penelitian ini, dengan demikian harapan penulis agar kelemahan dan kekurangan ini dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan ridho-nya pada setiap niat baik kita dan penelitian ilmiah ini agar bermanfaat. Amin. Bogor, Oktober 2012 Wiratna Tritawirasta x

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 April 1973 yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan bapak Hernandono dan ibu Nunuk Susmiyati. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan kuliahnya di jurusan Teknik Komputer, Universitas Gunadarma Depok dengan gelar sebagai Sarjana Komputer. Setelah mendapatkan gelar sarjananya tersebut penulis sempat bekerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer (STMIK) Darmajaya Bandarlampung sampai dengan tahun 2001, kemudian bekerja di Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Bina Sarana Informatika. Pada tahun 2003 penulis menjadi Pegawai Negeri Sipil di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di tahun 2008 penulis mendapatkan beasiswa pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor yang diperoleh dari institusi tempat penulis bekerja. Selama mengikuti program pascasarjana, penulis sempat menyajikan makalah berjudul : Indonesia E-Mobile Library : a prototype to covers outreach area pada Conference of Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL) ke 14 di Hanoi,Vietnam pada bulan April xi

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 4 II TINJAUAN PUSTAKA Roadmap Penelitian Katalog Format Metadata MARC (Machine Readable Catalog) Katalog Induk (Union Catalogue) Katalog Induk Nasional (KIN) Online Orientasi Tingkat Keterpakaian Pengguna Dan Kepuasan Pengguna Berdasarkan International Standard Organization (ISO) Katalog Online Generasi Lanjut (Next-Generation Catalogs) Evaluasi Heuristik (Heuristic Evaluation) Kelompok Diskusi terarah (Focused Group Discussion) III METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Persiapan... Error! Bookmark not defined Survei... Error! Bookmark not defined Pengolahan Data... Error! Bookmark not defined Evaluasi... Error! Bookmark not defined. 3.2 Variabel Penelitian Waktu Dan Tempat Penelitianl IV HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil survei Keberadaan dan keterbacaan KIN online xii

13 4.1.2 Kebutuhan Dasar Pengguna Terhadap KIN Online Pemahaman Dalam Mempelajari KIN Online Fitur-Fitur Yang Diperlukan Dalam KIN Online Hasil Evaluasi Heuristik V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tampilan hasil cantuman MARC pada OPAC Perpustakaan Nasional RI Tampilan hasil cantuman MARC pada KIN online Kategori standar keterpakaian (usability) dan rancangan sistem berbasis manusia (human-centred design) menurut ISO Bagan alir kegiatan penelitian Pengenalan pengguna terhadap KIN online Waktu rata-rata penggunaan OPAC/ mesin pencari (menit) Pengenalan pengguna terhadap KIN online perpulau di Indonesia Aksesibilitas KIN online melalui internet Langkah penelusuran KIN online Proses yang diperlukan untuk pencarian pada KIN online Hasil pencarian KIN online Faktor kesulitan salin katalog bagi pustakawan Frekuensi penggunaan salin katalog bagi pustakawan persesi pemasukan data Persepsi pengguna terhadap antarmuka KIN online Persepsi pengguna terhadap pemilihan huruf, tata letak dan Warna KIN online Persepsi pengguna terhadap ruas penelusuran dan lokasi KIN online Persepsi pengguna terhadap operator penelusuran KIN online Titik akses yang dipakai pengguna dalam mencari koleksi Fitur-fitur yang ditawarkan KIN online Salin katalog KIN online Aplikasi perpustakaan gagal menerima hasil salin katalog KIN online xiv

15 DAFTAR TABEL Halaman 1 Tag yang sering dipakai sebagai cantuman bibliografi Pengukuran kepuasan pengguna diturunkan dari ISO Fitur yang dimiliki oleh katalog online perpustakaan generasi lanjut Peringkat permasalahan evaluasi heuristik Responden berdasarkan jenis kelamin (orang) Responden berdasarkan umur (orang) Responden berdasarkan tingkat pendidikan (orang) Tingkat permasalahan No.4 KIN online Tingkat permasalahan No.3 KIN online Tingkat permasalahan No.2 KIN online xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Bentuk Kuesioner Daftar pertanyaan evaluasi heuristik (heuristic evaluation) Kodefikasi hasil survei dan evaluasi heuristik Hasil survei Hasil evaluasi heuristik xvi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama perpustakaan nasional ialah menyimpan semua bahan pustaka yang tercetak dan terekam yang diterbitkan di suatu negara. Dengan demikian untuk mendukung fungsi tersebut perlu ditunjang dengan undang-undang deposit yang mewajibkan setiap penerbit dan pencetak mengirimkan contoh terbitannya. (Sulistyo-Basuki 1993) Sesuai Undang-Undang No. 43 tahun 2007 Perpustakaan Nasional RI memiliki fungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan memiliki tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan hal tersebut. Berbagai usaha telah lama dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI untuk melaksanakan amanat undang-undang, di antaranya dengan membangun perpustakaan deposit nasional dan sesuai Undang-Undang Nomor 4 tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam yang mensyaratkan agar seluruh penerbit menyerahkan hasil karyanya kepada Perpustakaan Nasional RI sebanyak dua eksemplar untuk karya cetak dan satu salinan rekaman untuk karya rekam. Sejatinya, seiring pemberian International Standard Book Number (ISBN) dan penyerahan bahan pustaka pada Perpustakaan Nasional RI, maka saat itulah pemasukan mengenai data bahan pustaka yang baru dimuat ke dalam basis data yang berisi keterangan mengenai koleksi yang pernah diterbitkan di Indonesia yang dikenal sebagai katalog induk nasional (KIN). Internasional Standar Organisation (ISO) Technical Report (TR) : Information and documentation Performance indicators for national libraries tahun 2009 mensyaratkan dalam butir A.2 tentang layanan katalog di perpustakaan nasional sebuah negara. Dalam butir A.2 disebutkan perpustakaan nasional harus mempublikasikan bibliografi nasionalnya dalam bentuk katalog secepat mungkin seiring dengan diterbitkannya koleksi yang baru dalam suatu

18 negara. Dengan demikian, hal tersebut hanya dapat dimungkinkan apabila katalog berbentuk elektronik yang dikenal sebagai katalog berbasis elektronik. Syarat tersebut bagi Perpustakaan Nasional RI merupakan hal yang cukup berat di mana Perpustakaan Nasional RI harus mampu menerbitkan katalog induknya untuk menghimpun seluruh koleksi bibliografi di nusantara yang tersebar di Indonesia. Dengan semangat menghimpun seluruh karya yang terdapat di nusantara, maka Perpustakaan Nasional RI mulai membuat beberapa kegiatan dalam menunjang program Perpustakaan Digital Nasional Indonesia. Tahap awal dari kegiatan ini adalah pemberian bantuan (intensifikasi) bagi perpustakaan yang terdapat di ibukota propinsi berupa penyediaan perangkat keras dan lunak yang bertujuan agar terdapat keseragaman teknologi yang dipakai sehingga tidak ada kesenjangan yang terjadi antara bagian barat, tengah dan timur Indonesia pada tahun Tahap selanjutnya pada tahun 2009, menghubungkan sistem informasi manajemen perpustakaan di masing-masing propinsi dengan teknologi komunikasi data (virtual private network) untuk menghimpun informasi koleksi di masing-masing perpustakaan. Kelanjutan kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya katalog induk nasional (KIN) secara online dalam bentuk web (kin.pnri.go.id) di samping pembangunan beberapa situs-situs terkait seperti Bibliografi Nasional Indonesia (bni.pnri.go.id), Arsip web (arsipweb.pnri.go.id), Pusaka Indonesia (pdni.pnri.go.id) dan kumpulan situs perpustakaan mitra (perpusmitra.pnri.go.id). Pada tahun 2010, beberapa perpustakaan secara berangsur-angsur mengisi data pada situs tersebut. Namun setelah hampir tiga tahun sejak pengembangan program Perpustakaan Digital Nasional, khususnya penggunaan katalog induk nasional (KIN) secara online masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini di antaranya diindikasikan dengan belum dimanfaatkannya katalog induk nasional bagi masyarakat umum di mana rata-rata pengguna mengakses situs katalog induk nasional online sebanyak 20 hit/harinya dan belum banyaknya penggunaan fasilitas salin katalog (copy cataloging) pada situs katalog induk nasional online oleh pustakawan khususnya di daerah (propinsi), ditambah belum tersosialisasinya pemanfaatan katalog induk nasional (KIN) online oleh pihak 2

19 3 Perpustakaan Nasional RI pada pengguna. Di samping itu banyak faktor lain mengapa pemanfaatan katalog online masih sangat minim seperti perlunya pelatihan, pengalaman, fitur yang ditawarkan oleh sistem katalog online, topik yang dicari serta karakteristik individual pengguna (Borgman 1986). Demikian pula hasil survei yang dilakukan oleh OCLC (Online Computer Library Center) pada tahun 2005 yang cukup mengejutkan bahwa pencari informasi lebih memilih mesin pencari yang ada di internet (84%) dibandingkan pada situs web yang dimiliki oleh perpustakaan (1%) termasuk di dalamnya Online Public Access Catalog (OPAC). 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang dapat dijadikan sebagai asumsi dasar dalam memformulasikan masalah penelitian, sehingga dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : (1) Apakah dengan adanya katalog induk nasional (KIN) online telah memenuhi keinginan pemustaka dan pustakawan di 33 (tiga puluh tiga) perpustakaan propinsi seluruh Indonesia terhadap kebutuhan penelusuran informasi bahan pustaka dan membantu pekerjaan pustakawan dalam mengolah bahan pustaka sehari-hari? (2) Apakah katalog induk nasional (KIN) online telah berorientasi kepada keinginan pengguna? dan apakah memang telah sesuai dengan harapan pemustaka dan pustakawan di Indonesia? Apakah ada aspek orientasi lain sehingga perlu ada pembenahan dari sisi penyajian bagi pengguna? (3) Apakah bentuk katalog induk nasional (KIN) online telah sesuai standar internasional, khususnya terkait tentang keterpakaian (usability) dan telah berorientasi terhadap pengguna? Diharapkan dengan adanya penelitian ini, aspek-aspek tersebut dapat terjawab dan akan dituangkan dalam bentuk rekomendasi yang dapat dijadikan pedoman dasar untuk pengembangan katalog induk nasional (KIN) online di kemudian hari. 3

20 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kepuasan pengguna katalog induk nasional (KIN) online di Perpustakaan Nasional RI berdasarkan persepsi pengguna baik pemustaka maupun pustakawan di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah mengetahui persepsi pemustaka dan pustakawan terhadap katalog induk nasional (KIN) online, di samping: (1) Bahan evaluasi dan rekomendasi bagi Perpustakaan Nasional RI dalam mengembangkan katalog induk nasional (KIN) online di kemudian hari; (2) Bahan masukan yang tepat dalam merancang antarmuka berbasis pengguna bagi katalog induk nasional (KIN) online Perpustakaan Nasional RI; (3) Bahan evaluasi dan rujukan bagi perpustakaan di Indonesia dalam mengembangkan katalog online berbasis pengguna. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : (1) Evaluasi penggunaan katalog induk nasional dibatasi pada kepuasan pengguna (user satisfaction) yang mengambil turunan dari International Standard Organization (ISO) : Panduan keterpakaian (Guidance on usability); (2) Lingkup pengambilan data dibatasi pada 33 (tiga puluh tiga) badan perpustakaan propinsi yang menjadi perpustakaan mitra dengan melibatkan pemustaka dan pustakawan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, maka definisi pemustaka adalah pengguna perpustakaan yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan; sedang pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. (3) Metode analisa saat pengolahan data menggunakan statistik deskriptif dan evaluasi heuristik (heuristic evaluation). 4

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Roadmap Penelitian Penelitian mengenai tingkat kepuasan katalog induk nasional di sebuah perpustakaan nasional pernah dilakukan oleh Lindström dan Martin (2008) di Perpustakaan Nasional Swedia. Hasil dari penelitian tersebut, Lindström dan Marten menyarankan perlunya pengujian pengguna yang terus menerus dan melakukan proses rancangan berbasis pengguna. Mereka juga menegaskan bahwa model pengembangan sistem informasi manajemen perpustakaan yang dilakukan secara iterasi dengan versi yang terus berkembang sangat disarankan oleh mereka agar sistem mudah dikembangkan dan dengan leluasa dapat menambah fitur-fitur yang baru secara lebih baik, cepat dan murah. Seperti dikutip dalam Borgman (1986), penelitian lain mengenai tingkat penggunaan katalog perpustakaan online bermula semenjak internet dengan halaman web-nya sudah mulai berkembang. Penelitian katalog perpustakaan online atau yang dikenal dengan katalog terbacakan mesin/ online public access catalag (OPAC) telah dilakukan oleh Penniman terkait dengan evaluasi kebiasaan pengguna perpustakaan terhadap sistem temu kembali di National Library of Medicine Maryland; Borgman pada Perpustakaan Universitas Negara Bagian Ohio dan Lombardo & Condic pada Perpustakaan Universitas Oakland, Michigan saat melakukan migrasi menggunakan sistem OPAC yang baru. Penelitian-penelitian tentang penggunaan katalog perpustakaan online juga dilakukan oleh lembaga-lembaga independen seperti Online Computer Library Center (OCLC) pada tahun 2009 terkait dengan harapan pengguna baik pemustaka maupun pustakawan. Penelitian di Indonesia tentang evaluasi kepuasan pengguna khususnya mengenai katalog induk nasional (KIN) online yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu penulis mengambil tema tersebut dengan alasan belum pernah dilakukan penelitian tersebut, terlebih cakupan yang cukup luas dari pengguna, baik pemustaka dan pustakawan tersebar di 33 (tiga puluh tiga) propinsi di Indonesia,

22 dengan berbagai latar belakang pendidikan, penetrasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang beragam, baik dari infrastruktur maupun kesempatan serta masih minimnya informasi terkait KIN online menjadi tantangan bagi penulis. 2.2 Katalog Seperti dikutip Dhiman dan Rani (2005), katalog berasal dari bahasa Yunani, Katalogos. Kata berarti sesuai dengan atau oleh. Logos memiliki banyak arti seperti kata-kata, urutan atau alasan/lantaran. Bila diartikan berarti sebuah karya di mana isi disusun dengan cara yang "masuk akal" dengan "urutan" tertentu atau sesuai dengan "rencana" yang ditetapkan. Masih dalam sumber yang sama beberapa pendapat di antaranya : Charles Ammi Cutter mendefinisikan katalog perpustakaan dalam bukunya Rules for a Dictionary Catalogue sebagai daftar buku yang disusun pada beberapa rencana yang pasti. James Duff Brown mendefinisikan katalog perpustakaan dalam bukunya Manual of Library Economy sebagai sebuah penjelasan yang disusun secara logis dan sebagai kunci buku dan isinya yang terbatas pada buku di perpustakaan. S. Akers dan Margaret Mann menjelaskan bahwa katalog adalah sebuah catatan dari bahan perpustakaan. S.R. Ranganathan mendefinisikan katalog sebagai sebuah metode yang mengatur catatan dari informasi tentang sumber-sumber bibliografi. H. Sharp mendefinisikan katalog sebagai rekaman dari informasi mengenai naskah, buku, pamflet, komposisi musik, gambar, barang cetakan, peta, slide. Mal (2006) mendefinisikan katalog sebagai sebuah daftar dari buku, peta, koin, perangko, rekaman suara atau bahan dalam berbagai media lain yang merupakan sebuah koleksi dengan tujuan utamanya untuk merekam, menggambarkan dan mengindeks kepemilikan koleksi secara khusus. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa katalog merupakan daftar dari koleksi perpustakaan yang disusun secara sistematis, sehingga memungkinkan pengguna perpustakaan dapat mengetahui dengan mudah koleksi 6

23 7 apa yang dimiliki oleh perpustakaan dan di mana koleksi tersebut dapat ditemukan. Bentuk-bentuk katalog perpustakaan di antaranya adalah katalog kartu, katalog buku, katalog dalam bentuk mikro (microform catalog) dan katalog yang diakses melalui komputer (Chan 1994). Prosedur pembuatan katalog mengikuti standar pengkatalogan (pembuatan deskripsi dan subyek katalog), klasifikasi dan pekerjaan authority. Perpustakaan Nasional RI mengikuti standar pengkatalogan berdasarkan AACR2 (Anglo-American Cataloguing Rules second edition tahun 1978), standar klasifikasi menggunakan Dewey Decimal Classication (DDC) dan pekerjaan authority control sebagai sarana bagi pustakawan untuk menentukan keseragaman akses pada katalog dan untuk memberikan identitas yang jelas dari penulis dan subjek serta memberikan istilah kosakata yang baku dalam pencarian oleh pemustaka. Seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, pada katalog yang diakses melalui komputer, pengkatalog perlu memasukkan kode-kode dan informasi tertentu yang memuat tentang data dari suatu koleksi tertentu yang nantinya dikenal sebagai format metadata katalog terbacakan komputer untuk dapat ditelusur keberadaan sumber informasi tersebut Format Metadata Foulonneau dan Riley (2008) mengutip dari Caplan (2003) mendefinisikan metadata adalah informasi yang terstruktur tentang sumber informasi dari setiap jenis atau format. Pendit (2008) menyatakan dari prespektif pengembangan pangkalan data metadata sering diartikan sebagai sesuatu yang mengontrol data; sesuatu yang menjadikan data terstruktur dan terkendali untuk kepentingan tertentu. National Information Standard Organization (2004) menyatakan bahwa metadata adalah informasi yang terstruktur yang menggambarkan, menjelaskan, menempatkan atau membuat agar sumber informasi dapat lebih mudah untuk diambil, digunakan, atau dikelola. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa metadata adalah penyajian informasi yang terstruktur untuk menggambarkan sumber informasi yang berupa koleksi perpustakaan baik tercetak maupun 7

24 elektronik. Penyajian infomasi dalam hal ini dapat berupa informasi dalam bentuk tercetak (kartu katalog) atau elektronik (online public access catalog) dengan berbagai ragam dan fiturnya MARC (Machine Readable Catalog) Seperti dikemukakan sebelumnya, MARC merupakan cantuman (record) bibliografis yang dihasilkan dalam bentuk katalog online. Agar data katalog dapat terbacakan mesin, tiap elemen harus dikodekan (Chan, 1994). Pengkodean tersebut sesuai dengan aturan AACR2. Cantuman dari MARC terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama berisi informasi yang dimasukkan oleh pengkatalog dan selebihnya dikalkulasikan secara otomatis oleh komputer yang dikenal sebagai Label Cantuman (Header/Leader). Bagian kedua berfungsi sebagai daftar isi sebuah cantuman yang dikenal sebagai Direktori dan bagian terakhir merupakan Ruas berisi data bibliografi karya yang dikatalog. Ruas tersebut direpresentasikan melalui kode tiga digit yang merupakan identitas yang diberikan kepada setiap ruas data bibliografi suatu cantuman yang dikenal sebagai Tag. Tabel 1 memperlihatkan Tag yang umum digunakan. Tabel 1 Tag yang umum digunakan sebagai cantuman bibliografi Tag Pernyataan 008 Keterangan umum* (Coded control information**) 010 Nomor kendali Library of Congress 020 Nomor Buku Standar Internasional (ISBN) 040 Sumber pengkatalogan 043 Kode wilayah 050 Nomor panggil Library of Congress 082 Nomor panggil Desimal Dewey (DDC) 090 Nomor panggil lokal 100 Entri utama Nama orang 110 Entri utama Nama badan korporasi 111 Entri utama Nama pertemuan 8

25 9 Tag Pernyataan 130 Entri utama Judul seragam 245 Pernyataan judul 250 Pernyataan edisi 260 Penerbitan, Distribusi, dsb (Imprint) 300 Deskripsi fisik 400 Pernyataan seri/entri tambahan Nama orang 410 Pernyataan seri/entri tambahan Nama badan korporasi 440 Pernyataan seri/entri tambahan Judul 500 Catatan umum 504 Catatan bibliografi 505 Catatan isi 600 Entri tambahan subyek Nama orang 610 Entri tambahan subyek Nama badan korporasi 611 Entri tambahan subyek Nama pertemuan 650 Entri tambahan subyek Topik 651 Entri tambahan subyek Nama geografis 653 Indeks Uncontrolled 700 Entri tambahan Nama orang 710 Entri tambahan Nama badan korporasi 730 Entri tambahan Judul seragam 740 Entri tambahan Judul lain 800 Entri tambahan seri Nama orang 810 Entri tambahan seri Nama badan korporasi 811 Entri tambahan seri Nama pertemuan Sumber : Chan (1994) Salah satu keunggulan teknologi katalog online saat ini adalah dengan berbagai bentuk cantuman bibliografi dapat diambil untuk ditampilkan. Terlepas dari puluhan paket perangkat lunak katalog di pasaran, masing-masing menawarkan gaya tersendiri dalam menampilkan antarmuka. Namun sebagian besar dari paket tersebut memungkinkan perpustakaan untuk menyesuaikan 9

26 tampilan bibliografi mereka dan memetakan beberapa ruas-ruas MARC sesuai dengan kepentingannya (Wool 1996). Dalam antarmuka pencarian, cantuman MARC standar tidak menyediakan seluruh informasi yang diperlukan. Proses ekstraksi data diperlukan terkait dengan lokasi koleksi, eksemplar dan informasi khusus lainnya yang tidak terdapat didalam cantuman MARC. Kadang authority file juga dipakai dalam keperluan ini (Breeding 2010). Untuk itulah OCLC membagi tingkat kerincian bibliografis atau level deskripsi bibliografis menjadi lima tingkatan (OCLC Bibliographic Formats and Standards) yang digunakan untuk memenuhi kelengkapan informasi metadata dari sebuah koleksi yang terdiri atas: 1. Full-level cataloging. Cantuman memenuhi kebutuhan pada deskripsi tingkat kedua (AACR2, rule 1.0D2). 2. Core-level cataloging. Cantuman memenuhi kebutuhan pada deskripsi tingkat pertama (AACR2, rule 1.0D1) dan beberapa tambahan pada deskripsi tingkat kedua (AACR2, rule 1.0D2). 3. Minimal-level cataloging. Cantuman memenuhi kebutuhan pada deskripsi tingkat pertama (AACR2, rule 1.0D1). 4. Abbreviated-level cataloging. Cantuman tidak memenuhi spesifikasi tingkatminimal (ELvl code 3) 5. Dublin Core. Seluruh cantuman ditampilkan menggunakan format metadata Dublin Core (ELvl code 3). Perpustakaan Nasional RI menggunakan IndoMARC dalam pembuatan cantuman bibliografis untuk terbitan Indonesia dalam Bibliografi Nasional Indonesia (BNI) dan untuk pengkatalogan terbitan lain yang ditambahkan pada koleksinya. Keseluruhan cantuman ini akan menjadi landasan bagi terciptanya pangkalan data bibliografi nasional (PNRI 2011). Menurut Pedoman Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI (2002), tingkat deskripsi bibliografis menggunakan tingkatan Full-level cataloging/ level kedua dengan aturan sebagai berikut : 1. Data bibliografis tingkat 2 menurut standar deskripsi bibliografis internasional (ISBD/ International Standard Bibliographic Description) dan peraturan katalogisasi yang digunakan; 10

27 11 2. Memasukkan kode pustakawan (pengkatalog, pengklasifikasi dan korektor); 3. Memasukkan kode operator pemasukkan data; 4. Data bibliografis sesuai kebutuhan format metadata IndoMARC dengan rincian sebagai berikut : a. Ruas data yang panjangnya tetap (Fixed) berisi : Tahun terbit, kode tempat terbit, kode bahasa, kode ilustrasi, kode terbitan pemerintah, kode terbitan konferensi, kode indeks, kode tajuk utama, kode cantuman yang sudah dimodifikasi dan kode sumber katalogisasi. b. Ruas data yang panjangnya tidak tetap (variabel data field) berisi : Nomor standar bahan pustaka (ISBN, ISSN), sumber katalogisasi, kode wilayah, nomor panggil, nomor DDC, tajuk utama (nama orang/ nama badan korporasi/ nama pertemuan), judul seragam, judul, edisi, penerbit, deskripsi fisik, seri, catatan, tajuk subyek, tajuk tambahan, tajuk tambahan judul lain, tajuk tambahan seri, nomor induk/eksemplar. Contoh tampilan hasil cantuman MARC melalui katalog terbacakan mesin (OPAC) Perpustakaan Nasional RI ( pada aplikasi Integrated Library System (INLIS) seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1 Tampilan hasil cantuman MARC pada OPAC Perpustakaan Nasional RI ( 11

28 2.3 Katalog Induk (Union Catalogue) Menurut Hanson (1981) seperti dikutip Chelak dan Azadeh (2009), katalog induk (union catalogue) berasal dari bahasa Yunani Katalogos dan bahasa Latin Unio yang berarti umum. Katalog induk menurut arti sederhana merupakan sekumpulan cantuman (record) katalog yang berasal dari dua atau lebih perpustakaan yang bertujuan untuk memfasilitasi pinjaman antar perpustakaan dan pemanfaatan secara bersama berbagai sumber daya (Gorman 2005). Sekumpulan cantuman tersebut yang merupakan usaha dari berbagai organisasi yang kemudian memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian secara konsisten dari berbagai perpustakaan merupakan keuntungan utama dari terbentuknya katalog induk. Seperti dikutip Chelak dan Azadeh (2009), banyak keuntungan dengan dibuatnya katalog induk bagi perpustakaan dan pustakawan seperti : 1. Fasilitas untuk melakukan katalogisasi dan perbaikan dalam kecepatan mengkatalog. Harmawan (2008) menyatakan bahwa salah satu fungsi utama katalog induk ialah mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing). Fungsi tersebut bukan ditujukan untuk kepentingan pengguna perpustakaan secara langsung, melainkan untuk kepentingan para pustakawan khususnya pengkatalog dan pengklasir. Katalog induk juga memungkinkan pengkatalog dan pengklasir menyalin, mengkopi, atau mengunduh data bibliografi dan nomor kasifikasi yang sudah ada dalam katalog induk tersebut sehingga akan sangat menghemat biaya, tenaga dan waktu dan akan mempercepat pemrosesan bahan pustaka serta pada gilirannya akan meningkatkan pelayanan kepada pengguna perpustakaan. Dalam melakukan salin katalog, proses yang umum digunakan adalah sebagai berikut (Jauhiainen 2004) : a. Cantuman metadata koleksi yang ingin dimasukkan, sebelumnya dicari dahulu pada katalog induk; b. Apabila ditemukan, cantuman metadata disalin dengan memasukkan perintah khusus kemudian dimasukkan ke basisdata lokal. 12

29 13 c. Apabila tidak ditemukan, cantuman metadata dibuat dalam basisdata lokal, yang kemudian secara berkala katalog induk akan mengambil metadata yang baru dibuat. 2. Meningkatkan ketersediaan mutu cantuman baik untuk bibliografis maupun authority dalam jaringan bibliografi nasional yang dikenal sebagai pengawasan bibliografi (bibliographic control) yang merupakan sebuah mekanisme untuk mengetahui karya cetak dan karya rekam yang telah dihasilkan oleh sebuah negara. 3. Standar bersama dalam hal pengembangan dan pemeliharaan; 4. Pengembangan dalam pasokan dan koleksi bersama baik tercetak maupun elektronik, layanan pengiriman dokumen bersama, tautan bersama untuk penyedia koleksi dan jurnal elektronik. Menurut Stubley (2003) seperti dikutip Chelak dan Azadeh (2009), keuntungan bagi pemustaka adalah : 1. Konfirmasi atas ketersediaan koleksi dan lokasinya; 2. Mengetahui jangka waktu ketersediaan dari koleksi dan kebutuhan pemustaka Katalog Induk Nasional (KIN) Online Pembentukan katalog induk nasional (KIN) bermula saat Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( ) menerbitkan KIN pada tahun Pusat Pembinaan Perpustakaan dahulu merupakan Kantor Bibliografi Nasional ( ) yang memang bertugas menghimpun Bibliografi Nasional yang terdapat di Indonesia. Masa transisi antara Pusat Pembinaan Perpustakaan yang dilebur menjadi Perpustakaan Nasional RI melahirkan sebuah literatur sekunder dalam bentuk buku tercetak yang memuat intisari data buku yang diterbitkan oleh penerbit nasional dengan tujuan agar masyarakat luas dapat mengetahui buku-buku apa saja yang ada di perpustakaan dan di mana buku-buku dapat diketemukan. Di dalam buku tersebut juga diakui bahwa untuk membangun sebuah katalog induk tingkat nasional yang lengkap tidaklah mudah. Perlu waktu, tenaga dan biaya untuk menghasilkan katalog tingkat nasional, sehingga penyusun KIN tersebut hanya mencakup 27 perpustakaan yang terdapat di DKI Jakarta. 13

30 Awal penyusunannya, masing-masing perpustakaan peserta mengirimkan kartu-kartu entri (entry catalogue) berdasarkan pengadaan tahun (restropektif) yang diutamakan buku dalam bidang ilmu sosial dan humaniora (walaupun ada yang mengirimkan sains dan teknologi), menggunakan sistem ISBD (International Standard Bibliographic Description) dalam deskripsi setiap entri serta disusun menggunakan abjad. Seiring berjalannya waktu berbagai usaha telah ditempuh Perpustakaan Nasional RI untuk membangun KIN yang bertaraf nasional dengan mengadakan lokakarya dan sosialisasi tentang pentingnya KIN tersebut sehingga awal tahun 1980, mulai bermunculan katalog induk daerah (KID) di beberapa propinsi. Tahun 1995, Perpustakaan Nasional RI sebenarnya sudah menerapkan Sistem Informasi Perpustakaan yang dikenal sebagai VTLS (Virginia Tech Library System) yang menjadi cikal bakal otomasi perpustakaan di tingkat pusat dan daerah dimana pada saat itu masing-masing propinsi diberikan bantuan MicroVTLS untuk didistribusikan ke beberapa propinsi dengan harapan akan membangun sistem katalog elektronik yang kuat disetiap daerah. Namun seiring berjalannya waktu dan perawatan yang sangat mahal akhirnya program tersebut terhenti di tengah jalan. Tahun 2008, Berdasarkan Undang-Undang Perpustakaan No. 43 tahun 2007 disebutkan dalam BAB IV tentang koleksi perpustakaan, pasal 13 ayat (1) menegaskan bahwa Koleksi nasional diinventarisasi, diterbitkan dalam bentuk katalog induk nasional (KIN) dan didisribusikan oleh Perpustakaan Nasional. Pada ayat (2) juga menegaskan Koleksi nasional yang berada di daerah diinventarisasi, diterbitkan dalam bentuk katalog induk daerah (KID) dan didisribusikan oleh perpustakaan umum daerah. Dalam penjelasan pasal 13 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa penerbitan katalog induk nasional dan daerah dilakukan baik secara tercetak (hardcopy) maupun secara terdigitalisasi (softcopy). Menindaklanjuti amanat Undang-Undang Perpustakaan dan pembangunan World Digital Library (WDL) yang dibahas dalam UNESCO Experts Meeting on the World Digital Library pada tanggal 1 Desember 2005 di mana secara tegas meminta Perpustakaan Nasional RI menjadi fasilitator nasional pembangunan 14

31 15 perpustakaan digital untuk Indonesia maka Perpustakaan Nasional RI memutuskan untuk membuat sebuah rencana induk membangun jejaring perpustakaan dalam kegiatan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia (PDNI) yang didalamnya berisi KIN online di mana seluruh tahapannya termuat di dalam Grand Design E-Library Perpusnas. Rencana tersebut memiliki 3 tahapan : 1. Tahap 1 (satu) adalah menyediakan sarana dan prasarana bagi perpustakaan mitra di masing-masing ibukota propinsi. Berdasarkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2008 tahap satu tersebut dinyatakan dalam kegiatan Penyediaan Perangkat Keras dan Lunak E-Library. Dengan adanya sarana perangkat keras dan lunak serta prasarana yang seragam menggunakan standar pengolahan dan format metadata yang sama (IndoMARC), diharapkan akan menghasilkan pemahaman yang sama tentang pentingnya membangun jejaring perpustakaan. 2. Tahap 2 (dua) adalah menyiapkan hubungan antarperpustakaan daerah melalui saluran fisik yang termuat dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2009 yang dinyatakan dalam kegiatan Penyediaan Jaringan VPN (Virtual Private Network) dan internet Perpustakaan Mitra E-Library. Di satu sisi Perpustakaan Nasional RI sebagai induk akan menyiapkan infrastruktur untuk menghimpun seluruh koleksi metadata yang terdapat di seluruh perpustakaan daerah. 3. Tahap 3 (tiga) adalah proses pemasukan data, baik metadata maupun full text yang termuat dalam situs Pusaka Indonesia oleh Pustakawan di tiap propinsi seiring bantuan tahap 1 dan 2. Perpustakaan Nasional RI juga melakukan evaluasi untuk menguji sampai sejauh mana efektifitas dan efisiensi dari pembangunan sistem yang telah berjalan melalui kegiatan pembinaan, supervisi, bimbingan teknis dan evaluasi setiap tahunnya dari 2008 dan direncanakan berakhir tahun

32 Setelah kegiatan berjalan sejak tahun 2008, kondisi perkembangan rencana induk pembangunan perpustakaan digital nasional indonesia terkait KIN cukup bervariasi (Isyanti 2011) : 1. Perpustakaan mitra yang belum memiliki sistem komputer (sistem informasi manajemen perpustakaan), umumnya berpartisipasi dalam pembangunan KIN online dengan berkontribusi mengirimkan data bibliografisnya. Permasalahan utama timbul karena masalah finansial, kurangnya perhatian pimpinan terkait, konflik internal dan lambatnya mengirimkan data bibliografis karena pengoperasiannya dibebankan kepada seseorang atau sekelompok unit kerja yang tidak ada kaitannya dengan KIN online. 2. Perpustakaan mitra yang telah memiliki sistem komputer (sistem informasi manajemen perpustakaan) buatan sendiri namun tidak mengikuti standar metadata IndoMARC yang dipakai oleh KIN online. Dalam kasus ini perpustakaan mitra ada yang segera beralih ke program yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional RI yang telah berstandar MARC, ada yang tidak mau bergabung dengan alasan telah menanamkan investasi yang begitu besar dan menganggap standar IndoMARC cukup merepotkan serta ada pula yang tidak segera mengambil keputusan. 3. Perpustakaan mitra yang telah memiliki sistem komputer (sistem informasi manajemen perpustakaan) yang ada di pasaran namun tidak atau belum sepenuhnya mengikuti standar metadata IndoMARC yang dipakai oleh KIN online, sehingga kasus yang terjadi mirip dengan Perpustakaan mitra yang telah memiliki sistem komputer (Sistem Informasi manajemen perpustakaan) buatan sendiri. Isyanti (2011) juga menegaskan bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam membangun katalog induk diantaranya : 1. Katalog yang akan disumbangkan pada katalog induk harus memiliki standar nasional maupun internasional; 2. Setiap perpustakaan yang berpartisipasi harus memiliki komitmen untuk membuat katalog baru (original cataloging) untuk digunakan bersama dan 16

33 17 memanfaatkan cantuman katalog yang sudah dibuat sesuai kebutuhan dan bersifat segera; 3. Keinginan yang kuat untuk berbagi sumberdaya lokal dengan pihak lain dan sebaliknya 4. Anggaran yang memadai. Melihat kondisi yang ada di beberapa perpustakaan, sebagian besar perpustakaan mitra mulai melihat manfaat yang dimiliki oleh KIN online. Seiring waktu kegiatan pemasukan data telah dilakukan oleh pustakawan dari Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah melalui komputer personal. Cantuman metadata diharapkan akan membentuk katalog induk daerah online. Gambar 2 merupakan contoh masukan cantuman dari pustakawan propinsi Sulawesi Selatan. Gambar 2 Tampilan hasil cantuman MARC pada KIN online. Hasil pemasukan data katalog di masing-masing perpustakaan daerah akan menghasilkan KIN dalam bentuk KIN online /online union catalog ( yang mulai dipublikasikan pada tahun Namun seiring dengan bertambahnya koleksi yang masuk dan semakin mudahnya akses ke 17

34 perpustakaan mitra melalui virtual private network (VPN) untuk menghubungkan pangkalan data katalog pusat dan daerah, pemanfaatan dalam bentuk akses pada KIN online Perpustakaan Nasional RI masih memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan akses pengguna yang mengunjungi kin.pnri.go.id kurang dari 20 hit per harinya. (September 2011) 2.5 Orientasi Tingkat Keterpakaian Pengguna Dan Kepuasan Pengguna Berdasarkan International Standard Organization (ISO) International Standard Organization (ISO) tentang interaksi manusia dan komputer membahas secara detail empat bagian yang diperlukan untuk mengukur tingkat keterpakaian suatu sistem (Bevan 2006). Standar yang berkaitan dengan keterpakaian tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Bagian 1 (Section-1). Penggunaan produk yang akan diuji berdasarkan tingkat efektifitas, efisiensi dan kepuasan dalam kaitannya dengan penggunaan suatu produk. Standar yang berkenaan untuk bagian 1 adalah keterpakaian (ISO ), kemudahan dalam penggunaan terkait dengan kualitas perangkat lunak (ISO/IEC ), evaluasi adaptasi kultur dan bahasa dalam pengunaan perangkat lunak, perangkat keras dan produk teknologi informasi lainnya (ISO/IEC DTR 19764), contoh metrik dari efektifitas, produktivitas, keamanan dan kepuasan dari kualitas sebuah produk (ISO/IEC TR ). 2. Bagian 2 (Section-2). Antarmuka dan interaksi dengan pengguna baik perangkat lunak maupun perangkat keras. Standar yang berkenaan untuk bagian 2 terkait kualitas produk adalah tampilan dan perilaku dalam antarmuka pengguna termasuk di dalamnya antarmuka multimedia (ISO dan IEC 61997), penggunaan ikon (ISO/IEC 11581), penggunaan Personal Digital Assistant/PDA (ISO/IEC 18021) dan kendali kursor (ISO/IEC 10741), panduan rinci dalam merancang antarmuka pengguna berbasis layar (ISO 9241 parts 10,12-17) dan kriteria evaluasi dari antarmuka pengguna (ISO/IEC 9126 parts 2 dan 3). 3. Bagian 3 (Section-3). Proses yang digunakan untuk mengembangkan produk. Standar yang berkenaan untuk bagian 3 terkait kualitas proses dalam menghasilkan sebuah produk adalah aktifitas yang diperlukan untuk 18

35 19 merancang produk berbasis pengguna (ISO 13407), tipe dari metode yang dapat dipakai (ISO 16982) dan evaluasi dari proses produksi perangkat lunak (ISO/IEC 14598) 4. Bagian 4 (Section-4). Kemampuan dari organisasi untuk menerapkan rancangan berbasis pengguna. Standar yang berkenaan untuk bagian 4 terkait kemampuan organisasi dalam menghasilkan sebuah produk adalah pemodelan kematangan keterpakaian (ISO TR 18529), penaksiran proses dari persoalan sistem berbasis manusia (ISO PAS 18152). Berikut Gambar 3 yang menjelaskan hubungan logis dari ke empat langkah tersebut. Quality in use Product quality Process quality Organisational capability effective efficient satisfying product development process life cycle processes Product use In Context (Section 1) Interface and interaction (Section 2-3) User centred process (Section 4) Usability Capabilities (Section 5) Gambar 3 Kategori standar keterpakaian (usability) dan rancangan sistem berbasis manusia (human-centred design) menurut beberapa standar ISO yang digunakan. (Bevan N. 2006) Terkait penelitian mengenai panduan keterpakaian, ISO mendefinisikan istilah keterpakaian (usability) dan menjelaskan bagaimana mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk menentukan atau mengevaluasi kegunaan dari terminal tampilan visual dalam hal mengukur kinerja dan kepuasan pengguna. ISO juga menjelaskan bagaimana mengukur kepuasan dan performa pengguna terhadap setiap komponen sistem terhadap penggunaan keseluruhan sistem. Definisi keterpakaian (usability) sendiri menurut ISO menunjuk pada tingkat sebuah produk yang dapat digunakan oleh pengguna tertentu untuk mencapai tujuan spesifik dengan efektif, efisien dan memuaskan dalam sebuah konteks penggunaan. Definisi efektif, efisien dan memuaskan menurut ISO 9241: 19

36 1. Efektifitas : Tepat dan lengkapnya langkah pengguna dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam konteks ini, pengguna harus menjalankan langkah-langkah yang tepat dan lengkap. Tidak ada satupun langkah yang terlewatkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. 2. Efisiensi : Sumber daya yang diperlukan oleh pengguna terkait dengan ketepatan dan kelengkapan dalam mencapai tujuan. 3. Kepuasan pengguna : Kebebasan pengguna untuk memilih dan terbebas dari rasa ketidaknyamanan, memiliki sikap positif terhadap penggunaan produk. Keterpakaian (usability) juga memiliki lima atribut: kemampuan untuk mempelajari dan menggunakan sistem, efisiensi sistem, kemampuan untuk mengingat, toleransi kesalahan dan kepuasan pengguna. Kekritisan atribut-atribut tergantung pada jenis aplikasi yang digunakan (Scholtz 1998) Katalog Online Generasi Lanjut (Next-Generation Catalogs) Kemampuan web 2.0 yang tidak hanya menampilkan informasi namun juga melibatkan pengguna dalam berpartisipasi dalam web tersebut. Kehadiran web 2.0 berimbas pada perpustakaan dan memunculkan banyak istilah khususnya di perpustakaan seperti library 2.0, catalogs 2.0 dan Online Public Access Catalog (OPAC) 2.0 yang sebenarnya merujuk pada usaha perpustakaan untuk mengarah pada kemampuan web 2.0 dalam menampilkan beberapa fitur yang berkaitan dengan tugas dan fungsi perpustakaan yang diharapkan akan mengait minat pemustaka untuk berkunjung ke web perpustakaan. Adapun catalogs 2.0 atau Online Public Access Catalog (OPAC) 2.0 oleh beberapa kalangan dikenal sebagai katalog perpustakaan generasi lanjut (next-generation library catalogs). Adapun dua fitur utama yang dimiliki oleh catalogs 2.0 atau OPAC 2.0 adalah (Wilson 2007) : 1. Memperluas fitur penggunaan dalam mencari melalui katalog online dengan memanfaatkan data bibliografi MARC dan data sirkulasi untuk mencari dan menggabungkan data dari sumber lain, 2. Membangun jejaring sosial melalui personalisasi, penandaan (tagging) komunitas pengguna serta menambah pengalaman pencarian. 20

37 21 Secara garis besar fitur - fitur yang dimiliki oleh katalog online perpustakaan generasi lanjut menurut pendapat Thompson et.al. (2008) adalah digunakannya user tag, user review, simple search interface, facets, relevancy, spell check, related search, enriched display, functional requirement bibliographic records, records sharing, de-duplication dan export features to bibliographic management utilities, sedangkan Breeding (2010) berpendapat bahwa catalog 2.0 setidaknya memiliki fitur tag cloud, user review, user contributed and rankings, personalization, visual search tool, faceted navigation, relevancy ranked result, search term recommendation, recommended related resources, visually enriched display, record groups of related material dan connection with external application Evaluasi Heuristik (Heuristic Evaluation) Pengujian penggunaan sistem berbasis antarmuka web memiliki dua tujuan, pertama adalah agar terjadi komunikasi antara pengembang aplikasi dengan pengguna dan yang kedua adalah evaluasi terhadap antarmuka tersebut. Antarmuka sendiri diartikan sebagai bagian dari komputer dan perangkat lunak dimana pengguna dapat melihat, mendengar, menyentuh, berbicara, mengerti atau mengarahkan (Galitz 2007). Diharapkan dengan adanya tujuan tersebut, pengembang mengetahui tujuan penggunaan, persepsi, pertanyaan dan masalah. Salah satu metode untuk melakukan pengujian sistem adalah dengan evaluasi heuristik (heuristic evaluation). Evaluasi heuristik merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi sistem antarmuka secara detail yang dilakukan oleh spesialis perancang antarmuka untuk mengindetifikasikan masalah yang terjadi pada tampilan antarmuka sebuah program aplikasi (umumnya web). Menurut Nielsen (2005), terdapat sepuluh tingkat keterpakaian suatu sistem yaitu : 1. Penampakan (visibility) status sistem; 2. Kecocokan antara sistem dengan dunia nyata; 3. Kebebasan dan kendali pengguna terhadap sistem; 4. Konsisten dan baku (standar); 5. Pencegahan kesalahan; 6. Mudah dikenal dibandingkan mengingat; 21

38 7. Fleksibel dan efisien dalam penggunaan; 8. Instruksi jelas dan sederhana; 9. Membantu pengguna untuk mengenal, mendiagnosa dan menghilangkan kesalahan; 10. Adanya bantuan dan dokumentasi dalam sistem. Hasil dari evaluasi heuristik umumnya akan dikategorikan berdasarkan tingkat permasalahan yang terjadi dalam sebuah sistem (severity ratings). 2.8 Kelompok Diskusi Terarah (Focused Group Discussion) Menurut Vaughn et al. seperti dikutip Puchta (2004), kelompok diskusi terarah memiliki dua elemen : 1. Seorang moderator terlatih yang mengatur arah diskusi dengan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan atau panduan wawancara; 2. Memiliki tujuan memunculkan perasaan peserta, sikap dan persepsi tentang topik yang dipilih. Kelompok diskusi terarah merupakan sekelompok kecil orang yang beranggotakan 8 12 orang. Diharapkan dengan menggunakan kelompok diskusi terarah yang memiliki pengetahuan tentang analisa sistem antarmuka web, dapat dipakai bagi penelitian untuk mengevaluasi secara heuristik atas kepuasan pengguna katalog induk nasional online di Perpustakaan Nasional RI. 22

39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam mengidentifikasi faktor-faktor terkait dengan evaluasi kepuasan pengguna, diperlukan model penelitian yang diadaptasi dari Standar ISO berkaitan dengan keterpakaian KIN online (usability). Yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan pengguna terhadap KIN online yang diambil dari survei di 33 perpustakaan propinsi. Salah satu cara untuk mendapatkan data survei adalah menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data mengingat sebaran populasi yang letaknya berjauhan. Penelitian ditunjang dengan evaluasi heuristik yang merupakan sebuah metode untuk menemukan masalah keterpakaian (usability problem) dalam perancangan desain antarmuka sehingga pengguna dapat memberikan saran yang terkait dengan proses iterasi perancangan sebuah desain antarmuka. Pengujian evaluasi heuristic akan melibatkan sekelompok kecil anggota yang akan menilai masalah keterpakaian (usability problem) dengan merujuk pada 10 tingkat keterpakaian sebuah sistem. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian seperti yang dijelaskan dalam Gambar 4 : Mulai Persiapan Studi Literatur Pengumpulan data Penyusunan Proposal Survei Survei oleh Pemustaka dan Pustakawan di 33 Perpustakaan Propinsi melalui kuesioner Survei menggunakan turunan ISO untuk melihat keterpakaian dan harapan penggunaan katalog online a

40 a Analisis data Pengolahan Data Evaluasi Evaluasi heuristik dalam mengevaluasi hasil survei yang dilakukan oleh kelompok diskusi terarah (focused group disscussion) Temuan dan rekomendasi dalam rangka penyempurnaan katalog induk nasional online Selesai Gambar 4 Bagan alir kegiatan penelitian Persiapan Studi Literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang terkait dengan KIN online yang sesuai dengan tingkat keterpakaian (usability). Studi literatur juga digunakan sebagai : 1. Penyusunan kuesioner bagi pemustaka dan pustakawan di 33 perpustakaan propinsi untuk memperoleh data yang akurat terkait tingkat kepuasan pengguna KIN online. 2. Penyusunan bahan evaluasi antarmuka bagi kelompok diskusi terarah (focused group discussion). Adapun subjek penelitian yang dimaksud adalah KIN online pada situs resmi Sedangkan objek penelitian adalah pengguna perpustakaan baik pemustaka maupun pustakawan yang memanfaatkan KIN online yang berada di Badan Perpustakaan dan Arsip di 33 (tiga puluh tiga) propinsi sebagai perpustakaan mitra. Populasi dari penelitian ini adalah pengguna KIN online yang berada di Badan Perpustakaan dan Arsip di 33 (tiga puluh tiga) propinsi sedangkan jumlah sampel adalah 132. Terkait dengan banyaknya jumlah sampel dalam penelitian keterpakaian (usability research), Tullis (2008) menyatakan bahwa tidak ada 24

41 25 aturan yang menyebutkan bahwa apabila jumlah responden kurang dari jumlah x, maka data dikatakan tidak valid. Lebih lanjut disarankan bahwa penentuan sampel untuk penelitian keterpakaian berdasarkan interval kepercayaan berbanding dengan ukuran sampel yang diambil. Mantra dan Masduki (1987) seperti dikutip Soewadji (2012) juga menyebutkan empat faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan besar kecilnya jumlah sampel didasarkan atas derajat keseragaman, tingkat presisi, rencana analisis serta tenaga, waktu dan biaya. Atas dasar tersebut, penelitian mengambil 4 (empat) orang resonden yang terdiri atas pemustaka dan pustakawan di perpustakaan sebanyak 33 perpustakaan propinsi mitra, sehingga jumlah responden yang terkumpul sebanyak 132 orang responden. Teknik sampling yang dipakai adalah pengambilan sampel dari populasi yang berstrata secara random/ acak (stratified random sampling). Populasi yang berstrata dimaksud adalah jumlah dari 33 perpustakaan propinsi mitra, yang masing-masing dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu pemustaka dan pustakawan Survei Metode survei digunakan untuk melihat keterpakaian KIN online. Pengukuran tingkat keterpakaian tersebut diturunkan dari International Standard Organisation/ISO dan interaksi pemustaka dan pustakawan berdasarkan kebiasaan pengguna dalam menggunakan KIN online. Hasil survei yang diperoleh kemudian dijabarkan menggunakan metode deskriptif, sehingga dapat diketahui pendapat pemustaka dan pustakawan mengenai KIN online saat ini. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 37 pertanyaan yang berisi 35 buah pertanyaan tertutup dan 2 buah pertanyaan terbuka berisi pendapat dan saran tentang kepuasan pengguna dan harapan pengguna terhadap KIN online. 25

42 Dalam mengukur tingkat keterpakaian pemustaka dan pustakawan, menerapkan contoh standar ISO seperti dalam Tabel 2. Tabel 2 Pengukuran kepuasan pengguna diturunkan dari ISO Tujuan keterpakaian berdasarkan ISO Keterbacaan (Learnability) Memenuhi kebutuhan pengguna (Meets needs of users) Kemampuan untuk mempelajari sistem (Learnability) Minimalisasi dalam kebutuhan alat bantu (Minimization of support requirements) Tujuan keterpakaian berdasarkan penelitian Keberadaan dan keterbacaan KIN online. Memenuhi kebutuhan dasar pengguna terhadap KIN online. Kemampuan dalam memahami/ mempelajari KIN online Kemampuan dalam fitur-fitur KIN online yang diperlukan sebagai alat bantu pencarian Ukuran kepuasan Peringkat skala terhadap ketidaknyamanan visual KIN online. Peringkat skala kepuasan atas penggunaan KIN online Peringkat skala kemudahan penggunaan KIN online Peringkat skala kepuasan pengguna terhadap fiturfitur/ fasilitas pendukung KIN online Sumber : International Standard Organization Ergonomic requirements for office work with visual display terminals (VDT-s) Part 11 : Guidance on usability Turunan dari ISO (Guidance of usability) menjelaskan bahwa terkait dengan pengukuran tingkat kepuasan diukur menggunakan peringkat skala (rating scale) dapat diukur dengan pendekatan obyektif atau subyektif. Pengukuran obyektif dari kepuasan dapat didasarkan pada pengamatan perilaku pengguna atau berdasarkan pemantauan respon fisiologis dari pengguna. Pengukuran subyektif dari kepuasan dihasilkan dari reaksi pengguna, sikap dan pendapatnya. Tujuan keterpakaian dituangkan ke dalam pengukuran subyektif dari kepuasan pengguna sebanyak 37 butir pertanyaan kuisioner menggunakan metode 26

43 27 pelaporan data mandiri (self-reported data) yang dambil dalam bentuk tertulis dengan menggunakan skala peringkat (Tullis 2008). Metode pelaporan data mandiri merupakan salah satu metode dimana persepsi pengguna dapat diambil untuk mengetahui persepsi dan harapan pengguna serta mengambil langkah awal untuk mengetahui produk yang ditawarkan (dalam hal ini KIN online). Kuesioner yang digunakan terdiri atas 22 pertanyaan menggunakan sistem checklist, 13 menggunakan skala peringkat dan 2 pertanyaan terbuka (open-ended question). Sistem checklist digunakan agar responden dapat memilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang ada. Skala peringkat yang digunakan adalah skala Likert dimana pertanyaan dibedakan berdasarkan intensitas sikap atau perasaan seseorang terhadap suatu hal tertentu. (Soewadji 2012), serta pertanyaan terbuka dimana responden dapat menyampaikan ide dan saran terkait dengan KIN online. Survei ini juga memadukan keinginan pengguna dan harapan pengguna tentang penambahan fitur yang dimiliki oleh katalog online perpustakaan generasi lanjut sesuai Tabel 3. Tabel 3 Fitur yang dimiliki oleh katalog online perpustakaan generasi lanjut Kategorisasi Pendapat Brian Thompson, Sue Julichy, Dipakai dalam Pendapat Marshall Breeding Wendy C. Robertsonz penelitian A User Experience 1. User Tag Tag Clouds Ya 2. User Review User Review Ya 3. - User Contributed and Rankings Ya 4. - Personalization Ya B System Capabilities 1. Simple Search Interface Visual Search Tool Ya 2. Facets Faceted Navigation Ya 3. Relevancy Relevancy Ranked Result Ya 4. Spell Check Search Term Recommendations Ya 5. Related Search Recommended Related Resources Ya 6. Enriched Display Visually Enriched Display Ya 7. Functional Requirements for Bibliograpic Records Record Groups of Related Material Ya 8. Record Sharing - Ya 9. De-duplication - Ya 10. Export features to Biblographic Management Utilities Connections with external application Ya Sumber : Breeding M. (2010) dan Thompson et.al. (2008) Lembar kuesioner yang ditujukan bagi pemustaka dan pustakawan di 33 perpustakaan propinsi dapat dilihat pada Lampiran 1. 27

44 3.1.3 Pengolahan Data Hasil survei yang terkumpul kemudian diolah dengan tahapan pengolahan sebagai berikut (Effendi 2012) : (1) Pengelompokan data. Jawaban yang telah diperoleh kemudian diklasifikasi/ dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan. Data yang telah diklasifikasi kemudian diberikan simbol atau kode untuk setiap jawaban. (2) Editing. Proses ini dilakukan menggunakan program spreadsheet termasuk dalam menyajikan hasil statistik Evaluasi Evaluasi dilakukan oleh kelompok diskusi terarah (focused group discussion) yang terdiri dari dua orang pengembang aplikasi yang kompeten di bidang antarmuka web khususnya KIN online, empat orang pustakawan yang kompeten di bidang sistem katalogisasi dan klasifikasi online serta di bidang layanan pengguna yang terkait dengan penelusuran online dan dua orang staf pada subbidang otomasi Perpustakaan Nasional RI yang terbiasa menangani perancangan web. Adapun tahapan evaluasi sebagai berikut : (1) Kelompok diskusi terarah yang selanjutnya disebut evaluator akan mengisi lembar evaluasi heuristik (Lampiran 2) sebagai langkah awal untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada KIN online dilihat dari sisi teknis kedalam 10 (sepuluh) tingkat keterpakaian berdasarkan heuristic evaluation parameter. (2) Dilakukan rekapitulasi hasil jawaban yang dikelompokkan berdasarkan sepuluh topik, sehingga setiap topik yang terdiri atas beberapa pertanyaan akan diketahui berapa jumlah evaluator yang menjawab Ya, Tidak dan T/A sesuai Lampiran 5. Rekapitulasi tersebut kemudian diberikan nilai /score dimana score (%) adalah evaluator yang menjawab Ya (atau nilai positif) dibagi total evaluator (jumlah 8 orang) kemudian dikalikan dengan 100 sesuai pada Lampiran 3. (3) Score (%) dicocokkan dengan tabel tingkat permasalahan sesuai Lampiran 3 sehingga akan diketahui tingkat permasalahan. Adapun hasil dari tingkat permasalahan dikelompokkan ke dalam tingkat permasalahan yang paling 28

45 29 parah (severity rating problem) dinyatakan dalam 5 titik skala seperti yang termuat pada Tabel 4. Tabel 4 Peringkat permasalahan evaluasi heuristik Tingkat Penjelasan Permasalahan 0 Masih dapat diterima Problem kecil Tidak memerlukan perbaikan yang 1 signifikan. (Cosmetic problem) Masalah keterpakaian Minor Perbaikan tetap diberikan 2 dengan prioritas rendah. Masalah keterpakaian Mayor Segera diperbaiki secepat 3 mungkin Sistem memiliki problem yang harus segera ditangani 4 (Katastropik) (4) Dibuat pengelompokan dari tingkat yang paling parah (4) kemudian tingkat yang masih dapat diterima (0) dengan ketentuan : a. Jika 81% - 100% evaluator memilih jawaban Ya atau nilai positif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan diterima dan tidak akan ditindaklanjuti dalam evaluasi selanjutnya. b. Jika 61% 80% evaluator memilih jawaban Ya atau nilai positif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan terdapat masalah sangat kecil (cosmetic problem) dan masih dapat diterima serta tidak akan ditindaklanjuti dalam evaluasi selanjutnya. c. Jika 41% 60% evaluator memilih jawaban Ya atau nilai positif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan memiliki problem minor dan tidak dapat diterima serta akan ditindaklanjuti dalam evaluasi selanjutnya. 29

46 d. Jika 21% 40% evaluator memilih jawaban Ya atau nilai positif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan memiliki problem mayor dan tidak dapat diterima serta akan ditindaklanjuti dalam evaluasi selanjutnya.. e. Jika 0% 20% evaluator memilih jawaban Ya atau nilai negatif untuk setiap pertanyaan dalam lembar evaluasi heuristik maka sistem dikategorikan memiliki permasalahan yang harus segera ditangani. (5) Hasil dari pengelompokan dengan kategori 2 sampai 4 lalu didiskusikan untuk mengetahui beberapa permasalahan yang lebih mengerucut dalam bentuk pernyataan teknis dan dicocokkan dengan hasil survei. Pernyataan masalah inilah yang menjadi masukan bagi pengembang selanjutnya.dan dijadikan dasar sebagai temuan dan menjadi rekomendasi dalam penyempurnaan KIN online 3.2 Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini terbagi atas : (1) Kuesioner dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan turunan ISO 9241 Part 11 : guidance of usability memiliki 37 variabel dengan pembagian a. Informasi personal, kesan dan saran memiliki 4 variabel; b. Keberadaan dan keterbacaan KIN online memiliki 7 variabel; c. Kebutuhan dasar pengguna terhadap KIN online memiliki 7 variabel; d. Pemahaman dalam mempelajari KIN online memiliki 7 variabel; e. Fitur-fitur yang diperlukan dalam KIN online memiliki 12 variabel; (2) Evaluasi heuristik dibagi menjadi sepuluh tingkat keterpakaian suatu sistem berdasarkan parameter evaluasi heuristik (parameter heuristic evaluation) memiliki 47 variabel dengan pembagian a. Penampakan (visibility) status sistem memiliki 10 variabel; b. Kecocokan antara sistem dengan dunia nyata memiliki 3 variabel; c. Kebebasan dan kendali pengguna terhadap sistem memiliki 4 variabel; d. Konsisten dan baku (standar) memiliki 7 variabel; e. Pencegahan kesalahan memiliki 2 variabel; f. Mudah dikenal dibandingkan mengingat memiliki 6 variabel; 30

47 31 g. Fleksibel dan efisien dalam penggunaan memiliki 4 variabel; h. Instruksi jelas dan sederhana memiliki 3 variabel; i. Membantu pengguna untuk mengenal, mendiagnosa dan menghilangkan kesalahan memiliki 4 variabel; j. Adanya bantuan dan dokumentasi dalam sistem memiliki 4 variabel; Seluruh variabel yang disebutkan dapat dilihat pada lampiran 1 dan Waktu dan tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di 33 (tiga puluh tiga) Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi dan dilakukan mulai bulan Maret tahun 2011 sampai dengan bulan Maret tahun Pengolahan dan analisis data dilakukan di Sub Bidang Otomasi, Perpustakaan Nasional RI, Jakarta. 31

48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dilakukan untuk mengetahui persepsi pemustaka dan pustakawan terhadap KIN online terkait dengan tingkat kepuasan pengguna. Temuan terhadap hasil survei di 33 perpustakaan propinsi terhimpun sebanyak 132 responden dengan komposisi : 116 responden memenuhi syarat dan 16 responden tidak memenuhi syarat. Sejumlah 16 responden yang tidak memenuhi syarat tidak disertakan dalam survei dikarenakan : 1. Sebanyak 12 responden tidak memenuhi syarat dengan menjawab alat temu kembali informasi yang digunakan masih menggunakan katalog tercetak/ manual. Berkaitan dengan maksud penelitian KIN online yang dibatasi pada persepsi pengguna terhadap penelusuran elektronik, maka diharapkan hanya responden yang mengerti saja untuk melakukan penelusuran elektronik berbasis peralatan teknologi informasi dan komunikasi sehingga responden yang terjaring diharapkan mengerti dan tidak mengalami kesulitan dengan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya pada lembar kuesioner. 2. Sebanyak 4 responden hanya mengisi lembar data personal saja. Responden hanya mengisi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan saja dan tidak melanjutkan pengisian kuesioner. Setelah dilakukan pemilahan dan pengkodean, didapatkan komposisi responden yang dihitung berdasarkan jenis kelamin seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Responden berdasarkan jenis kelamin (orang) Jenis Kelamin Responden Pemustaka Pustakawan Pria Wanita Total

49 33 Komposisi responden yang dihitung berdasarkan umur seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6 Tabel 6 Responden berdasarkan umur (orang) Umur Responden Pemustaka Pustakawan Dibawah 10 tahun tahun tahun tahun tahun 3 32 Diatas 50 tahun 1 15 Tidak menyebutkan 1 Total Komposisi responden yang dihitung berdasarkan tingkat pendidikan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7 Tabel 7 Responden berdasarkan tingkat pendidikan (orang) Tingkat Pendidikan Responden Pemustaka Pustakawan SD/ Sederajat 2 0 SMP/ Sederajat 1 0 SMA/ Sederajat 13 7 D1/ Sederajat 2 4 D2/ Sederajat 0 0 D3/ Sederajat S1/ Sederajat S2/ Sederajat 1 4 S3/ Sederajat 0 0 Total

50 4.1 Analisis Hasil Survei Hasil klasifikasi dan pengkodean (Lampiran) data hasil kuesioner dipetakan sesuai pengukuran kepuasan pengguna yang diturunkan dari ISO : guidance on usability sesuai dengan 4 kategori pengelompokan Keberadaan Dan Keterbacaan KIN Online Pengguna yang terdiri atas pemustaka dan pustakawan sebanyak 116 responden memiliki persepsi terhadap pengenalan, definisi KIN online dan kesulitan yang dihadapi dalam mencari lokasi KIN online di internet. Gambar 5 menunjukkan bahwa 21,95% responden pemustaka dan 45,33% responden pustakawan telah mengenal dan mencoba KIN online. Sangat disayangkan 42,67% responden pustakawan telah mengenal KIN online namun belum pernah mencoba KIN online dibandingkan dengan 51,22% responden pemustaka. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa KIN online telah dikenal oleh masyarakat, namun aksesibilitasnya masih sangat minim. Apakah anda mengenal KIN online? Jumlah responden (%) ,83 % 12,00 % 51,22 % 42,67 % 21,95 % 45,33 % Pemustaka Pustakawan N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 0 Belum mengenal KIN online Telah mengenal tetapi belum pernah mencoba Mengenal dan telah mencoba akses Gambar 5 Pengenalan pengguna terhadap KIN online. Bila ditinjau dari tingkat pendidikan pengguna dalam menggunakan mesin pencari dan online public access catalog (OPAC) maka sebanyak 116 responden telah terbiasa menggunakan mesin pencarian di internet (penggunaan OPAC/ 34

51 35 mesin pencari). Waktu pencarian informasi yang dibutuhkan rata-rata kurang dari 30 menit yang dipilih oleh 64,06% responden dengan pendidikan sarjana (jenjang S1, S2 dan S3), 50% dengan pendidikan diploma (D1, D2 dan D3) serta 54,55% responden dengan pendidikan pelajar (SD,SMP dan SMA sederajat). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa setengah dari total responden memerlukan waktu relatif singkat (kurang dari 30 menit) dalam melakukan penelusuran di internet sehingga dapat disimpulkan bahwa kemudahan akses dan kecepatan penelusuran mutlak dimiliki oleh sebuah mesin pencari (Gambar 6). Bila dikorelasikan dengan banyaknya responden yang telah memahami cara pencarian informasi elektronik melalui internet seharusnya KIN online dapat dengan mudah diketahui keberadaannya. Hasil pernyataan ini, mirip dengan hasil survei yang dilakukan oleh OCLC pada tahun 2005 yang dilakukan di Australia, Canada, India, Singapura, Inggris dan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa 96% reponden pernah berkunjung ke perpustakaan umum namun 55% belum pernah mengakses katalog online milik perpustakaan tersebut. Hanya 17% yang benar-benar telah mencoba dan memanfaatkan layanan katalog online. Waktu yang diperlukan pengguna (pemustaka dan pustakawan) dalam menggunakan OPAC/ mesin pencari 70 64,06 % Jumlah responden (%) ,55 % 50,00 % Pelajar Diploma Sarjana 27,27 % 23,33 % 21,88 % N Pelajar = 22 N Diploma = 30 N Sarjana = 64 18,18 % 26,67 % 14,06 % 0 < 30 menit menit > 60 menit Gambar 6 Waktu rata-rata penggunaan OPAC/ mesin pencari (menit). 35

52 Pengaruh sebaran responden (gabungan pemustaka dan pustakawan) tentang pengenalan KIN online terkait letak geografis di 33 propinsi yang diambil berdasarkan pulau-pulau besar di Indonesia dengan perincian pulau Sumatera dan kepulauan memiliki 10 propinsi, dengan jumlah responden yang memenuhi syarat 37 responden, pulau Jawa memiliki 6 propinsi, dengan jumlah responden yang memenuhi syarat 22 responden, pulau Kalimantan memiliki 4 propinsi, dengan jumlah responden yang memenuhi syarat 15 responden, pulau Sulawesi memiliki 6 propinsi, dengan jumlah responden yang memenuhi syarat 22 responden, kepulauan Sunda Kecil yang terdiri atas propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan jumlah responden yang memenuhi syarat 11 responden dan Indonesia Timur yang terdiri atas propinsi Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua dengan jumlah responden yang memenuhi syarat 9 responden. Apakah anda mengenal KIN online? ,93 % 11,21 % Belum mengenal KIN online Jumlah responden (%) ,48 % 6,90 % 7,76 % 3,45 % 9,48 % 8,62 % 5,17 % 2,59 % 2,59 % 1,72 % Telah mengenal tetapi belum pernah mencoba Mengenal dan telah mencoba akses N = Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Sunda_Kecil Indonesia Timur Gambar 7 Pengenalan pengguna terhadap KIN online perpulau di Indonesia. Hasil survei terkait dengan sebaran pulau menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah mengenal KIN online, namun untuk mengaksesnya masih belum dilakukan. Berturut-turut responden yang telah mengenal dan mengakses KIN online berdasarkan letak geografis adalah pulau Jawa (11,21%), Sumatera 36

53 37 dan kepulauan (9,48%), Sulawesi (8,62%), Kalimantan (3,45%), Indonesia Timur (2,59%) dan kepulauan Sunda Kecil (1,72%) seperti diperlihatkan pada Gambar 7. Berdasarkan umur menggunakan sebaran strata secara random kebanyakan responden pemustaka yang terdapat di badan perpustakaan dan arsip propinsi memiliki rata-rata umur tahun yang merupakan rentang usia sekolah (pendidikan antara Sekolah Menengah Atas sampai jenjang Sarjana (S1)) yang merupakan generasi yang setidaknya telah mengenal teknologi informasi dan komunikasi. Mengutip pernyataan Galitz (2007), usia remaja beranjak dewasa merupakan generasi yang setidaknya sering menggunakan komputer dan peralatan teknologi informasi serta memiliki sifat tanggap terhadap sistem secara cepat. Merupakan tantangan bagi Perpustakaan Nasional RI untuk mempercepat proses pengembangan KIN online dan sosialisasi bagi pemangku kepentingan yaitu pemustaka agar KIN online dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dan sarana temu kembali informasi di Indonesia. Pada saat pengguna dihadapkan pada proses pencarian KIN online melalui internet (Gambar 8) khusus bagi pemustaka terlihat bahwa 24,39% responden menyatakan sulit, 53,66% menyatakan memerlukan usaha dalam mencari keberadaan KIN online walaupun akhirnya mereka berhasil mengetahui lokasi tersebut dan 21,95% responden menyatakan mudah untuk mencari KIN online. Apakah anda mengalami kesulitan mencari KIN online melalui internet? Responden pemustaka dan pustakawan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 21,95 % 53,66 % 24,39 % Pemustaka 41,33 % 45,33 % 13,33 % Pustakaw an Mudah Cukup Sulit N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 Gambar 8 Aksesibilitas KIN online melalui internet. 37

54 Berdasarkan hasil observasi selama survei, pengertian cukup diartikan bahwa responden memerlukan waktu dan usaha untuk mencari keberadaan KIN online walaupun akhirnya responden berhasil mengetahui keberadaan KIN online tersebut. Selama pengamatan, responden yang membawa sendiri notebook, laptop atau berada pada gerai OPAC yang terkoneksi internet, maka responden langsung berusaha mencari situs KIN online. Kebanyakan dari responden yang tidak mengetahui langsung uniform resource locator (URL) atau alamat situs dari KIN online, mereka memulainya dengan memasukkan kata kunci KIN online atau katalog induk nasional atau katalog induk nasional online melalui mesin pencari (search engine). Seperti diketahui bahwa KIN online dapat diakses melalui situs Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ( dengan memilih salah satu icon KIN untuk dapat masuk melalui portal KIN online melalui subdomain kin.pnri.go.id. Hal yang sama dinyatakan oleh Manzari dan Trinidad-Christensen (2006) bahwa masalah utama pengguna saat melakukan pencarian melalui portal perpustakaan ialah apabila mesin pencari terletak dalam situs web utama perpustakaan. Perlu tampilan yang menarik perhatian (eye catching) dan tata letak yang mudah dikenali agar diketahui oleh pengguna. Khusus bagi 41,33% responden pustakawan menyatakan bahwa dalam mengakses KIN online mudah. Hasil survei diatas memberikan kesimpulan bahwa pustakawan secara umum telah mengetahui keberadaan KIN online namun tidak demikian halnya bagi para pemustaka. Perlu adanya sosialisasi khusus bagi pemustaka tentang adanya KIN online Kebutuhan Dasar Pengguna Terhadap KIN Online Pengguna baik pemustaka dan pustakawan dihadapkan pada sesi dasar penggunaan KIN online yaitu sebagai mesin penelusuran. Sebagai sebuah mesin penelusuran, KIN online memiliki cara kerja yang sama seperti katalog terbacakan mesin (OPAC) dan mirip dengan mesin pencari lainnya di internet. Survei difokuskan pada langkah, proses dan hasil penelusuran, yang menjadi faktor penilaian bagi pengguna (pemustaka dan pustakawan) karena pengguna akan dihadapkan dengan penggunaan KIN online. Khususnya bagi pustakawan, 38

55 39 terdapat salah satu fitur kegunaan KIN online yang paling utama yaitu salin katalog (copy cataloging) yang menjadi salah satu variabel yang diamati. Hasil dari survei mengenai langkah-langkah melakukan penelusuran pada KIN online menyatakan bahwa di atas 40% responden baik pemustaka dan pustakawan (Gambar 9) menyatakan mudah dalam melakukan penelusuran melalui KIN online dengan contoh kasus yang diberikan melalui survei. Langkah penelusuran KIN online Responden pemustaka dan pustakawan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 41,46 % 44,00 % 46,34 % 50,67 % 12,20 % 5,33 % Pemustaka Pustakawan Mudah Cukup Sulit N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 Gambar 9 Langkah penelusuran KIN online. Sebanyak 46,34% responden pemustaka dan 50,67% responden pustakawan menyatakan cukup dalam melakukan penelusuran. Berdasarkan hasil pengamatan survei istilah cukup dalam melakukan langkah-langkah penelusuran dimaksudkan banyaknya responden yang masih mengira-ngira fungsi menu di dalam KIN online. Hasil survei menunjukkan bahwa bentuk KIN yang sederhana menjadikan daya tarik dan kemudahan dalam melakukan pencarian pada KIN online. Pengguna katalog online seperti KIN online dalam memanfaatkan fungsi pencarian umumnya menggunakan fitur minimal dalam melakukan pencarian dan jarang sekali memanfaatkan fitur sistem secara detil (Fenichel 1981; Matthews et.al diacu dalam Borgman 1986) 39

56 Terkait waktu yang diperlukan dalam melakukan proses memuat pencarian KIN online (Gambar 10), Sebanyak 29,27% responden pemustaka dan 36% responden pustakawan sepakat bahwa penelusuran dinyatakan cepat dan 63,41% responden pemustaka dan 58,67% responden pustakawan menyatakan bahwa masih memiliki waktu yang wajar. Mengutip pernyataan Nielsen dalam Wilson (2004) pengunjung situs web memerlukan waktu satu detik untuk memutuskan apakah akan meninggalkan situs web tersebut apabila tidak terjadi respon yang berarti dalam situs tersebut dan diperlukan waktu kurang dari sepuluh detik untuk menahan perhatian pengguna dalam sebuah tugas yang terkait pemanfaatan website. Mengacu pendapat Nielsen tersebut, responden pada survei ini masih memiliki toleransi yang wajar dalam memuat hasil pencarian pada KIN online dimana banyak faktor yang mempengaruhi terhadap hasil pencarian seperti banyaknya data yang harus dimuat (loading), kecepatan akses antara server basis data dengan komputer client dan faktor lainnya. Waktu yang diperlukan selama proses pencarian KIN online Responden pemustaka dan pustakawan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 29,27 % 36,00 % 63,41 % 58,67 % 7,32 % 5,33 % Pemustaka Pustakawan Cepat Dapat diterima Lambat N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 Gambar 10 Proses yang diperlukan untuk pencarian pada KIN online. Pada saat responden dihadapkan pada serangkaian instruksi pada survei untuk melakukan pencarian dengan kata kunci batik pada KIN online, sebanyak 36,59% responden pemustaka dan 34,67% responden pustakawan menyatakan 40

57 41 sesuai dengan apa yang diinginkan. Sebanyak 56,10% responden pemustaka dan 58,67% responden pustakawan menyatakan hasil pencarian masih dapat diterima dan masih relevan dengan yang apa yang diinginkan, sedangkan 7,32% responden pemustaka dan 6,67% responden pustakawan menyatakan hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan (Gambar 11). Terkait dengan hasil penelusuran harus juga diperhatikan terhadap hasil pencarian dokumen yang relevan sebanding dengan kata kunci yang dimasukkan di dalam kotak pencarian. Pendapat yang sama dinyatakan oleh OCLC (2009) dalam surveinya bertajuk katalog online: apa yang diinginkan oleh pemustaka dan pustakawan yang menyatakan bahwa pengguna akan memiliki pengalaman yang berkesan dalam pencarian, apabila hasil pencarian yang diinginkan dapat diraih dengan cepat dan informasi yang didapat sesuai dengan yang diinginkan, dibandingkan bila pengguna mencari tanpa kepastian. Hasil pencarian KIN online sesuai keinginan? Responden pemustaka dan pustakawan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 36,59 % 34,67 % 56,10 % 58,67 % 7,32 % 6,67 % Pemustaka Pustakawan Sesuai Dapat diterima Tidak Sesuai N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 Gambar 11 Hasil pencarian KIN online. Bagi pustakawan, fungsi utama KIN online adalah fungsi salin katalog (copy cataloging). Fungsi salin katalog merupakan sebuah fitur yang harus dimiliki oleh sebuah katalog induk yang bertujuan untuk menyalin metadata dari sebuah koleksi agar memiliki keseragaman dan memudahkan pustakawan untuk 41

58 tidak melakukan proses mengkatalog dan klasifikasi ulang. Berdasarkan hasil survei yang termuat dalam Gambar 12, sebanyak 36% responden yang berstatus sebagai pustakawan menyatakan bahwa fungsi salin katalog pada KIN online mudah untuk digunakan, sedangkan lebih dari setengah pustakawan menyatakan tingkat kesulitan masih dapat ditolerir/dipahami selama langkah-langkah dalam melakukan fungsi salin katalog telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi selama melakukan survei, banyak dari pustakawan yang baru mengetahui adanya fungsi ini, di samping tatacara menyalin katalog belum dijelaskan dan disosialisasikan pada saat berlangsungnya bimbingan teknis atau supervisi yang dilakukan oleh pihak Perpustakaan Nasional RI, di samping ada sebagian yang melaporkan bahwa fungsi salin katalog kadang tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Sebagai pustakawan apakah anda mengalami kesulitan dalam salin katalog menggunakan KIN online? 7% 36% Sulit Dapat dipahami Mudah N pustakawan = 75 57% Gambar 12 Faktor kesulitan salin katalog bagi pustakawan. Fungsi salin katalog erat kaitannya dengan standarisasi format metadata pada KIN online yaitu IndoMARC (Indonesia Machine Readable Catalog). Namun dari segi kemudahan dan fungsionalitas salin katalog yang sesungguhnya, fungsi salin katalog seharusnya dipergunakan secara simultan seiring dengan pemasukan metadata koleksi. Adapun pemahaman mengenai fungsi salin katalog untuk tugas sehari-hari belum banyak dimengerti oleh beberapa pustakawan di perpustakaan propinsi. Hanya 11% responden pustakawan yang menyatakan fungsi salin katalog dilakukan lebih dari 3 kali per-sesi pemasukan data yang umumnya 42

59 43 dilakukan dalam satu hari. Alasan tersebut dapat dimaklumi karena beberapa pustakawan yang berdinas di perpustakaan propinsi terkadang memiliki tugas ganda, seperti petugas layanan juga ikut terlibat dalam pengisian data koleksi, petugas pengkatalog terkadang dimutasi ke tempat lain, terkadang tidak ada anggaran dalam melakukan pemasukan data sehingga tugas pengkatalog dapat dilakukan oleh siapa saja serta tidak adanya bagian yang spesifik yang khusus menangani katalog induk daerah (KID) yang erat kaitannya dengan KIN online. Dengan demikian alangkah baiknya setiap pustakawan propinsi memahami fungsi salin katalog untuk mengantisipasi masalah tersebut. Berdasarkan Gambar 13 terlihat bahwa 31% pustakawan bahkan belum sama sekali mencoba untuk menggunakan fungsi salin katalog sebagai fungsi utama yang harus dikuasai oleh pustakawan. Sebagai pustakawan berapa kali fungsi copy cataloging pada KIN online dipakai per-sesi entry? 11% 31% Tidak pernah 1-3 kali Lebih dari 3 kali N pustakawan = 75 58% Gambar 13 Frekuensi penggunaan salin katalog bagi pustakawan per-sesi pemasukan data Pemahaman dalam mempelajari KIN online Pengguna akan dihadapkan pada pertanyaan dasar apakah antarmuka yang dimiliki oleh KIN online telah memenuhi keinginan pengguna. Hasil survei menunjukkan pemahaman antarmuka KIN online, fungsi-fungsi tombol dan ikon serta tampilan huruf dan tatawarna sesuai dengan maksud dan tujuan dari KIN 43

60 online serta merekam kebiasaan pengguna dalam menentukan titik akses pencarian. Persepsi atas antarmuka KIN online (Gambar 14) memberikan hasil bahwa 26,83% responden pemustaka dan 48% responden pustakawan mudah memahami antarmuka tersebut dalam melakukan penelusuran, penggunaan tombol-tombol, maksud dan arti dari tombol tersebut secara umum. Sebanyak 60,98% responden pemustaka dan 42,67% responden pustakawan menyatakan cukup memahami antarmuka KIN online karena banyak dari responden yang baru mengetahui laman muka KIN online saat survei dilakukan serta 12,20% responden pemustaka dan 9,33% responden pustakawan menyatakan sulit dipahami arti dan maksud fungsi dan tombol dari KIN online. Hasil survei ini mengindikasikan bahwa KIN online dilihat sebagai antarmuka mesin pencari cukup dipahami oleh pengguna awam sekalipun. Apakah antarmuka KIN online dapat dipahami? N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 60,98 % Jumlah responden (%) Pemustaka Pustakaw an 12,20 % 9,33 % 42,67 % 26,83 % 48,00 % 0 Sulit dipahami Cukup dipahami Mudah dipahami Gambar 14 Persepsi pengguna terhadap antarmuka KIN online. Persepsi atas pemilihan huruf, tata letak dan warna pada KIN online memberikan hasil bahwa 39,02% responden pemustaka dan 45,33% responden pustakawan menyatakan menyukai pemilihan huruf, tata letak dan warna. Pernyataan pemilihan huruf, tata letak dan warna dirasa mencukupi dipilih oleh 53,66% responden pemustaka dan 53,33% responden pustakawan serta 7,32% 44

61 45 responden pemustaka dan 1,33% responden pustakawan menyatakan pemilihan huruf, tata letak dan warna pada KIN online buruk (Gambar 15). Hasil survei ini mengindikasikan bahwa pemilihan huruf, tata letak dan warna cukup sesuai dengan harapan pengguna KIN online untuk tampilan yang lebih sederhana. Jumlah responden (%) Pemilihan huruf, tata letak dan warna KIN online? Pemustaka Pustakaw an N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 7,32 % 1,33 % 53,66 % 53,33 % 39,02 % Buruk Cukup Baik 45,33 % Gambar 15 Persepsi pengguna terhadap pemilihan huruf, tata letak dan warna KIN online. Persepsi atas ruas penelusuran/pencarian dan lokasi pada KIN online menunjukkan bahwa 58,54% responden pemustaka dan 65,33% responden pustakawan menyatakan dengan munculnya kolom ruas dan lokasi baik dan diperlukan dalam membantu proses penelusuran. Sebanyak 41,46% responden pemustaka dan 32% responden pustakawan menyatakan adanya ruas penelusuran dan lokasi merupakan hal yang biasa. Ada atau tidak adanya ruas penelusuran dan lokasi tidak begitu berpengaruh bagi mereka. Hasil indikator selama melakukan observasi menunjukkan, rata-rata responden yang memilih pada rentang ini adalah mereka yang umumnya langsung memasukkan kata yang dicari pada ruas penelusuran kemudian meng-klik tombol cari (dilambangkan dengan kaca pembesar) seperti layaknya mesin pencari yang terdapat di internet. Mereka tidak peduli terhadap adanya fasilitas ini untuk mempersempit hasil pencarian 45

62 berdasarkan ruas maupun lokasi dimana bahan pustaka yang dicari berada. Bagi responden yang memilih kolom ruas dan lokasi tidak terlalu dipentingkan dan membantu pada KIN online hanya dipilih oleh 1,72% responden pustakawan. Sesungguhnya dengan adanya ruas penelusuran yang terdiri atas pengarang, judul, subyek, penerbit dan sembarang serta lokasi koleksi yang mengarah pada perpustakaan propinsi tertentu sangat membantu bagi pemustaka maupun pustakawan agar lebih spesifik dalam melakukan penelusuran. Hasil survei tersebut dapat dilihat pada Gambar 16. Ruas penelusuran dan lokasi pada KIN online? N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 58,54 % 65,33 % Jumlah responden (%) Pemustaka Pustakaw an 41,46 % 32,00 % ,00 % 2,67 % Buruk Cukup Baik Gambar 16 Persepsi pengguna terhadap ruas penelusuran dan lokasi KIN online. Khusus pustakawan, permintaan atas adanya operator penelusuran seperti operator boolean untuk mempersempit hasil pencarian diinginkan oleh sebagian besar pustakawan (64%) dari total 75 responden pustakawan. Pernyataan ini bertolak belakang dengan lebih dari setengah responden pemustaka yang menyatakan bahwa operator penelusuran tidak begitu dipentingkan. Hal tersebut sangat masuk akal mengingat banyak pustakawan yang mengerti pentingnya temu kembali dokumen yang relevan, di mana salah satu caranya ialah dengan mempersempit hasil pencarian melalui operator boolean. Berbeda dengan persepsi pemustaka yang mengutamakan kemudahan dalam pencarian. Terlepas dari perlu 46

63 47 tidaknya operator penelusuran, International Standard Organization (ISO) : 8777 Information and documentation Commands for interactive text searching secara tegas menyatakan bahwa mutlak diperlukan bagi sebuah sistem temu kembali termasuk di dalamnya katalog perpustakaan berbasis komputer, akses basis data berbasis komputer dan fasilitas pencarian berbasis komputer untuk menyediakan sekumpulan instruksi dasar yang digunakan dalam sistem temu kembali dan respon yang akan dihasilkan. Salah satunya adalah operator boolean. Gambar 17 menunjukkan hasil survei yang menyatakan perlu tidaknya operator boolean terdapat pada KIN online. Operator penelusuran (Boolean) pada KIN online? 70 64,00 % Jumlah responden (%) N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 Pemustaka Pustakaw an 7,32 % 8,00 % 51,22 % 28,00 % 41,46 % 0 Hilangkan Tidak pengaruh Perlu Gambar 17 Persepsi pengguna terhadap operator penelusuran KIN online. Fenomena yang cukup menarik bahwa sebagian besar pengguna baik pemustaka maupun pustakawan ternyata memulai titik akses pencarian dari judul di mana 82,93% responden pemustaka dan 62,67% responden pustakawan memilihnya. Kemudian pilihan kedua pengguna adalah subyek di mana 9,76% responden pemustaka dan 21,33% responden pustakawan yang memilih dan terakhir adalah pengarang di mana 7,32% responden pemustaka dan 16% responden pustakawan yang memilih. Dengan demikian dari sisi pustakawan perlu pendekatan yang sistematis dan kelengkapan pemasukan data yang berkaitan 47

64 dengan judul agar ditulis secara cermat. Bagi pengembang aplikasi hendaknya perlu dipikirkan khususnya dalam sistem berbasis metadata MARC agar ruas judul (Tag 245) dapat dikaitkan dengan ruas entri utama (Tag 1xx) dan ruas entri tambahan bagi subyek (Tag 6xx). Semuanya bertujuan agar pencarian berdasarkan titik akses judul mencapai hasil yang optimal. Gambar 18 merupakan hasil survei yang menunjukkan pola pencarian berdasarkan titik akses yang dipilih oleh pemustaka dan pustakawan pada KIN online. Titik akses pencarian Jumlah responden (%) ,93 % 62,67 % 21,33 % 16,00 % 7,32 % 9,76 % N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 Pemustaka Pustakaw an 0 Pengarang Judul Subyek Penerbit Sembarang Gambar 18 Titik akses yang dipakai pengguna dalam mencari koleksi Fitur-Fitur Yang Diperlukan Dalam KIN Online Sebuah sistem penelusuran yang baik seharusnya memiliki fasilitas yang menyediakan kemudahan dalam menelusur informasi yang diperlukan oleh pengguna. Penggunaan operator penelusuran, ruas-ruas penelusuran dan lokasi penelusuran menjadi faktor penting dalam menilai kelengkapan KIN online seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu beberapa fitur usulan juga ditawarkan berdasarkan konsep catalog 2.0 yang diharapkan menjadi perbaikan fitur usulan dalam merancang antarmuka KIN online. Sesuai hasil survei, bagi responden pustakawan, fitur yang sangat diinginkan adalah fitur terhubung 48

65 49 dengan aplikasi luar seperti pencetakan katalog, terhubung dengan basisdata authority, bahkan terhubung dengan jejaring sosial. Sedangkan bagi responden pemustaka adalah perlunya fitur personalisasi dari KIN online di samping terhubung dengan aplikasi luar. Gambar 19 menunjukkan respon pengguna dalam usulan perbaikan dan penambahan fitur bagi KIN online.fitur-fitur lainnya juga diperlukan baik oleh pemustaka pustakawan untuk memperkaya fungsionalitas dari KIN online. Penambahan fitur pada KIN online Fasilitas bantuan pencarian (help) atau tooltip text 18,67 % 31,71 % 65,85 % 78,67 % Pemustaka yang menjawab tidak perlu Fasilitas menyimpan hasil pencarian (save to card) 14,67 % 29,27 % 70,73 % 82,67 % Pemustaka yang menjawab perlu Fasilitas mempersempit hasil pencarian berdasarkan kategori (facet navigation) 34,15 % 40,00 % 60,98 % 60,00 % Pustakawan yang menjawab tidak perlu Fasilitas menampilkan ranking hasil pencarian yang relevan (ranked result) 24,00 % 36,59 % 63,41 % 70,67 % Pustakawan yang menjawab perlu Fasilitas rekomendasi pencarian berdasarkan istilah (search term recommendation) 28,00 % 43,90 % 53,66 % 70,67 % N pemustaka = 41 N pustakawan = 75 Fasilitas rekomendasi terhadap sumber terkait (recommended related resources) 28,00 % 36,59 % 60,98 % 68,00 % Fasilitas menampilkan koleksi yang diperkaya 21,95 % 33,33 % 65,33 % 78,05 % Fasilitas mengelompokkan record sesuai jenis koleksi yang berkaitan 17,33 % 41,46 % 58,54 % 78,67 % Fasilitas record yang saling berbagi 34,67 % 46,34 % 53,66 % 64,00 % Fasilitas pencegahan duplikasi data 10,67 % 39,02 % 58,54 % 86,67 % Hubungan dengan aplikasi luar 9,33 % 21,95 % 73,17 % 89,33 % Personalisasi, review dan penilaian terhadap koleksi 14,67 % 19,51 % 75,61 % 84,00 % Jumlah responden (%) Gambar 19 Fitur-fitur yang ditawarkan KIN online. 49

66 Adanya fitur-fitur catalog 2.0 yang ditawarkan seperti memperkaya tampilan (vsual enrich display) dan terhubung dengan aplikasi lainnya dinyatakan dalam beberapa jawaban usulan hasil survei berikut di samping jawaban yang berkaian dengan sosialisasi: Supaya dapat memfasilitasi sampul buku/ cover buku yang ditampilkan dalam KIN sehingga penelusurannya lebih gampang dan lebih menarik, Supaya dapat menampilkan data statistik sehingga kita lebih mudah mendapatkan jumlah koleksi yang sudah diinput responden Sulawesi Tenggara Perlu adanya sampul buku dan referensi buku, online terus dan sediakan fitur buat referensi/ koleksi buku yang baru responden Sulawesi Selatan Mungkin alangkah lebih baik kalau tampilan dari katalog induk nasional online-nya lebih di-inovasi lagi agar lebih terlihat menarik. Karena menurut saya tampilan yang sekarang agak membosankan. Tapi selebihnya bagus. responden Kalimantan Tengah Yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya deskripsi bibliografis dari suatu terbitan saja, tetapi juga menyangkut isi dari terbitan tersebut. Kalau memungkinkan disertai dengan e-book sehingga pemustaka bisa langsung mendapatkan informasi. responden Sumatera Utara Diperkaya lagi tampilannya dan juga admin yang selalu online jika kita perlu bantuan atau belum mengerti. responden Jambi Perlu ditambah fitur-fitur yang diperlukan seperti pertanyaan dan kuisioner. responden Lampung Panduan penelusuran ditambah lebih jelas. responden Jawa Barat Diharapkan ada fasilitas download pdf file untuk buku-buku yang dimungkinkan untuk disebarluaskan (buku-buku yang tidak dilindungi oleh hak cipta) responden Bali Perlu penyesuaian untuk jaringan yang low connection responden NTB Harus ada seminar-seminar disetiap tempat misalnya kampus, kantor, sekolah agar dapat memahami program tersebut.. responden Papua 50

67 Hasil Evaluasi Heuristik Dalam melakukan penilaian evaluasi heuristik, evaluator akan menilai berdasarkan sepuluh tingkat keterpakaian suatu sistem dan mendapatkan nilai akhir sesuai lampiran 5. Tabulasi nilai akhir tersebut diurutkan berdasarkan nilai terendah yang menunjukkan tingkat permasalahan (severity rating). Tingkat permasalahan yang timbul, banyak disebabkan oleh (Nielsen 2005) : 1. Seringnya masalah tersebut muncul (Apakah sering atau jarang ditemukan?). 2. Dampak yang terjadi apabila masalah tersebut muncul. Mudah atau sulitkah pengguna untuk mengatasinya?. 3. Apakah masalah tersebut dapat diatasi hanya sekali oleh pengguna ataukah berulangkali masalah tersebut muncul?. Atas dasar tersebut, maka evaluator akan memilih jawaban yang sesuai dengan kondisi yang ada. Adapun hasil urutan permasalahan didiskusikan dan direkapitulasi dalam urutan berikut : 1. Permasalahan tingkat ke-4 (Katastropik) Permasalahan tingkat ini merupakan yang paling tinggi (katastopik) untuk segera dicari pemecahannya, sehingga menjadi prioritas dan harus segera diselesaikan. Bila dipersempit masalahnya, ialah tidak adanya panduan pengguna terhadap penggunaan KIN online. Panduan pengguna sangat diperlukan terkait dengan tatacara penggunaan KIN online dan keterangan apa dan yang tidak boleh dilakukan (do and don t) sedangkan bagi pengguna mahir dan berpengalaman, panduan sangat diperlukan terkait dengan fitur-fitur yang telah dimiliki oleh KIN online disamping cara cepat yang dapat digunakan untuk pencarian lanjut. Disamping itu yang menjadi sorotan dalam permasalahan tingkat ke-4 adalah tidak terpenuhinya kebutuhan antara pengguna awam dan pengguna berpengalaman dalam melakukan pencarian informasi. Sebagai mesin pencarian, KIN online seharusnya mengakomodir kedua kepentingan tersebut. Sesuai dengan hasil survei yang dilakukan pada butir pemahaman dalam mempelajari KIN online terlihat bahwa sebagian besar pustakawan menginginkan adanya operator boolean namun tidak diakomodir oleh fungsifungsi yang terdapat di dalam KIN online dan yang tidak dapat dihindari adalah 51

68 fungsi salin katalog gagal dilakukan oleh program sistem informasi manajemen perpustakaan internal. Berikut adalah tabel 8 yang menunjukkan permasalahan tingkat ke-4 dari KIN online. Tabel 8 Tingkat permasalahan no.4 KIN online No Review Checklist Score (%) Permasalahan Teknis 7.2 Dapatkah pengguna yang telah mengerti menggunakan pencarian menggunakan operator boolean atau sejenisnya? 13 Pencarian advanced tidak ada (Boolean search tidak terdapat) didalam KIN online Dapatkah user menggunakan operasi menggunakan keyboard shortcut? Apakah sistem mendukung pengguna awam dan berpengalaman untuk menggunakan kata kunci khusus untuk mempersingkat pencarian? Dapatkah user yang telah mahir melakukan jalan pintas (shortcut) dalam melakukan pencarian? Apakah dalam menjalankan sistem; pengguna cukup menggunakan keyboard, tanpa bantuan mouse? KIN online tidak mendukung pengguna awam dan berpengalaman (penggunaan shotcut atau tanpa bantuan mouse); KIN online tidak memiliki pilihan pencarian antara pengguna awam dengan pengguna mahir; Salin katalog gagal dilakukan menggunakan program aplikasi INLIS Apakah sistem secara otomatis memiliki usulan untuk perbaikan kesalahan terkait dengan kesalahan penulisan/ peristilahan di kotak pencarian? (Word suggest) Apakah sistem memiliki suara peringatan yang ditampilkan (mis : beep) apabila terdapat kesalahan? 9.3 Apakah pesan kesalahan memberikan saran kepada pengguna apa yang seharusnya dilakukan? Apakah terdapat menu HELP dalam memandu pengguna? Apakah mudah mengakses menu HELP Apakah pengguna dapat pindah dari halaman HELP dan melanjutkan pekerjaannya/ pencarian dengan mudah? Apabila menu/ item yang dipilih membingungkan, apakah sistem menyediakan informasi yang secukupnya apabila item tersebut dipilih (HELP balloon)? Kesalahan penulisan pada kotak pencarian (Word suggestion) tidak dimiliki oleh KIN online ; Diperlukan "try cacth exception" saat KIN online mengalami kesalahan sistem Bantuan dan dokumentasi tidak terdapat pada KIN online 2. Permasalahan tingkat ke-3 Merupakan tingkat permasalahan yang cukup tinggi (problem mayor) dalam sistem, sehingga menjadi prioritas untuk segera diperbaiki. Masalah yang muncul diantaranya adanya ikon yang tidak sesuai atau tidak memberikan arti sehingga membingungkan pengguna serta mekanisme untuk membatalkan proses pencarian apabila pengguna mengalami kesalahan. Tabel 9 menjelaskan permasalahan yang terjadi di tingkat ke-3. Masalah umumnya terjadi pada antarmuka KIN online khususnya pemakaian istilah yang belum dimengerti oleh pengguna awam, baik pemustaka bahkan pustakawan sekalipun. Pemakaian lambang atau ikon yang tidak memberikan arti juga menjadi penyebab ketidakmengertian sebagian pengguna awam untuk memulai langkah 52

69 53 melakukan penelusuran seperti yang diperlihatkan pada tabel 9 berkenaan dengan permasalahan tingkat ke-3. No Review Checklist Score (%) Permasalahan Teknis 1.3 Apakah dalam salah satu pemilihan item ; tampak terjadi perbedaan dari sistem yang dipilih dengan yang tidak? Seperti selected icon yang berada di sekitar unselected icon dapat dibedakan? 4.1 Apakah setiap icon diberi label? Apakah ada perubahan warna yang menunjukkan item tersebut telah dipilih (tombol yang tidak dipilih menjadi redup)? Dapatkah pengguna dapat membatalkan proses saat sistem berjalan? Apakah pesan kesalahan dinyatakan jelas akibat dari kesalahan pengguna? Sehingga pengguna mengerti kesalahan apa yang telah diperbuat? Tabel 9 Tingkat permasalahan no.3 KIN online Icon kaca pembesar tidak dimengerti maksud dan fungsinya oleh pengguna awal (pemula), Icon panah tidak memiliki arti (no clickable), Istilah "Ruas" tidak dimengerti oleh pengguna awam, Pada saat pilih Ruas : -Pilih Ruas Pencarian- ; sistem memunculkan hasilnya. Atas kategori apa? KIN online hanya mengandalkan fungsi back ( ) pada browser, Error trap tidak dimiliki oleh KIN online 3. Permasalahan tingkat ke-2 Tingkat permasalahan no.2 merupakan tingkat permasalahan yang cukup rendah (minor) dalam sistem, sehingga tidak menjadi prioritas untuk segera diperbaiki, namun sangat mengganggu seperti yang terlihat dalam Tabel 10. Tabel 10 Tingkat permasalahan no.2 KIN online No Review Checklist Score (%) Permasalahan Teknis Apakah ada informasi tampilan tentang apa yang telah dilakukan oleh pengguna untuk setiap aksi? Seperti indikator progress sistem sedang melakukan pencarian? dsb. Apakah ada feedback yang diberikan sistem setiap kali sebuah aksi dilakukan? Setelah pengguna menyelesaikan suatu tahap, apakah ada feedback yang memberikan indikasi bahwa tahap berikutnya dapat dilakukan? 1.7 Apakah ada feedback visual pada saat suatu objek dipilih? Sistem KIN online tidak menunjukkan status pada saat proses pencarian dengan memunculkan indikator progress apa yang sedang dilakukan; Sistem tidak dapat memberikan perbedaan status antara tampilan awal, tampilan pencarian atau tampilan lainnya. Perlu ada breadcrumbs. 3.1 Apakah sistem menggunakan overlap window, yang memudahkan pengguna untuk mengatur tampilan windows pada layar? 57 KIN tidak dapat membuka dua jendela sekaligus; sehingga pengguna tidak secara bebas menggunakan halaman pencarian dan hasil pencarian 1.10 Apakah sistem menyediakan visibility?; dengan melihat saja pengguna dapat mengenali aksi yang harus dilakukan Apakah terdapat perbedaan antara pemakaian huruf kecil dan huruf besar dalam ruas pencarian? Apakah sistem memiliki tidak ada lebih dari 12 tipe ikon? Apakah ada "blinking" (mouse over dsb); di ruas pencarian yang menunjukkan pengguna siap untuk memasukkan kata yang dicari? 4.7 Apakah ada lebih dari empat jenis warna yang dominan dan warnawarna tersebut tidak senada? Apakah sistem memiliki peringatan dini apabila pengguna melakukan kesalahan? Apakah sistem memiliki type ahead dalam kotak pencarian? Apakah peringatan dan pesan dimunculkan di posisi mata sering melihat layar? Apakah tataletak dan tatawarna KIN telah mencerminkan keselarasan desain? Keberadaan KIN didalam internet atau Web Official Perpustakaan Nasional tidak terlihat secara nyata (tersembunyi), Perlu ada kata pengantar diawal antarmuka KIN online (kin.pnri,go.id) yang berisi maksud dan tujuan dari KIN. Diperlukan kalimat komunikatif agar pengguna mengerti fungsi KIN online, Peringatan dini dan saran yang harus dilakukan apabila pemakai melakukan kesalahan, tidak dimiliki oleh KIN online, Statistik tidak dimengerti. Apakah statistik kunjungan pengguna ataukah jumlah koleksi, Hasil tidak didasarkan pada urutan alphabet atau jumlah terbanyak koleksi; warna merah terlalu dominan 53

70 Walaupun menjadi problem minor, masalah yang paling mengganggu dalam permasalahan tingkat ke-2 adalah visibilitas atau keberadaan KIN online pada dunia luar (internet) yang mungkin bagi pengguna awam yang berada dan menggunakan bahasa Indonesia tidak menjadi masalah, namun apabila pengguna berada di luar Indonesia dan memiliki bahasa selain bahasa Indonesia akan menjadi masalah dan menganggap Perpustakaan Nasional RI tidak memiliki katalog induk (union catalog). Disamping itu penjelasan yang minim tentang informasi katalog induk nasional pada laman muka kin online ( yang seharusnya justru informasi pada beranda ( dijadikan sebagai laman muka KIN online. Tidak adanya status apa yang sedang dilakukan oleh sistem juga menjadi pokok permasalahan pada KIN online. Dari ketiga tingkat permasalahan, yang segera diselesaikan adalah permasalahan tingkat ke-4 yang setidaknya harus segera ditangani dan diperbaiki. Berikut adalah rekomendari perbaikan yang dapat dijadikan sebagai acuan. 1. Bantuan dan dokumentasi yang harus dimiliki oleh KIN online. Tidak ada satupun petunjuk mengenai cara penggunaan dari KIN online dan panduan pengguna apabila mengalami kesulitan didalam menjalankan pencarian dalam KIN online. Situs-situs terkait didalam subdomain Perpustakaan Nasional RI juga tidak menyediakan pedoman penggunaan KIN online dengan fitur-fitur yang dimilikinya. Rekomendasi terhadap permasalahan ini : a. Perlu penambahan fitur bantuan dan dokumentasi. Fitur tersebut sangat diperlukan bagi pengguna baik pemustaka maupun pustakawan dalam melakukan tugas-tugas keseharian pemustaka maupun pustakawan. Bagi pemustaka fitur yang sangat diperlukan adalah cara penggunaan KIN online, cara melakukan penelusuran yang efektif baik menggunakan pencarian sederhana maupun pencarian lanjut (advanced), cara menyimpan atau mengirim hasil pencarian, cara melihat status dari bahan pustaka. Sedangkan bagi pemustaka adalah tatacara penggunaan salin katalog mulai dari cara mengambil (download) dari KIN online sampai 54

71 55 cara menyalin (upload) ke perangkat lunak aplikasi perpustakaan yang dimiliki oleh perpustakaan propinsi. b. Dokumentasi dapat berupa bantuan secara online maupun tercetak (brosur atau booklet). Bantuan secara online dapat dimasukkan pada laman muka situs web Perpustakaan Nasional RI, pada menu Koleksi Digital Pedoman atau pada laman muka KIN online yang dapat di unduh dan dicetak. 2. Pecarian lanjut (advanced search) tidak dimiliki oleh KIN online. Fitur pencarian sederhana memang diperlukan dalam antarmuka mesin pencari, Namun berdasarkan ISO 8777 : Information and Documentation Commands for interactive text searching, sebuah mesin pencarian setidaknya memiliki 3 (tiga) buah operator yaitu operator boolean (Boolean operators), operator jangkauan (Ranging operators) dan operator kemiripan hasil (Proximity operators). KIN online dalam hal ini tidak memiliki satupun operator pencarian, walaupun berdasarkan hasil survei 64% pustakawan menginginkan fitur tersebut ada. Rekomendasi terhadap permasalahan ini : Perlu adanya fitur pencarian lanjut (advanced search) menggunakan operator boolean. Fitur tersebut dibuat semenarik mungkin sehingga pengguna awampun dapat menggunakannya dengan mudah. 3. Beberapa fitur terkait pencarian bagi pengguna awam (pemula) dan pengguna lanjut tidak dimiliki oleh KIN online. Usulan dari antarmuka KIN online yang diperlukan adalah adanya fasilitas pengelompokan untuk mempersempit hasil pencarian (facet navigation), hasil pencarian disusun berdasarkan peringkat kesesuaian (relevancy ranked result) dan menampilkan sumber-sumber informasi yang mirip/ terkait (recommended related resources). Contoh dari fitur ini dapat dilihat di akhir Lampiran 1 Glosarium. 4. Fungsi salin katalog pada KIN online, gagal dilakukan pada program aplikasi internal sistem informasi Perpustakaan (INLIS) Perpustakaan Nasional RI. Kegunaan KIN online khususnya salin katalog bagi pustakawan sangat diperlukan, selain menjadi fungsi utama mesin pencari. Fitur tersebut sangat 55

72 diperlukan seiring mulai dikumpulkannya metadata koleksi dari 33 perpustakaan daerah sebagai mitra. Dengan mulai disosialisasikan dan dimanfaatkannya fungsi salin katalog, maka fungsionalitas salin katalog harus segera diperbaiki. Fungsi salin katalog merupakan fungsi untuk mengambil salah satu cantuman koleksi pada KIN online (Gambar 21). Kelengkapan data seharusnya telah merujuk kepada standar pengisian katalog Perpustakaan Nasional RI pada tingkat-2 yang dipakai untuk mengisi katalog induk nasional yang menjadi rujukan bagi seluruh perpusakaan yang ada di Indonesia. Gambar 21 Salin katalog KIN online. (diambil pada 16 Juli 2012 pukul wib) Fungsi salin katalog yang terdapat di KIN online dapat dilakukan dengan cara pustakawan mencari terlebih dahulu bahan pustaka yang diinginkan melalui kotak pencarian. Apabila telah ditemukan maka pustakawan dapat melihat metadata dari bahan pustaka tersebut dengan cara memilih lihat detail. Maka akan muncul display data yang berisi informasi metadata koleksi tersebut. Pemustaka dapat mengambil informasi metadata tersebut dengan cara mengunduh berkas MARC 56

73 57 yang tertera dipojok kanan atas dan bawah dari kotak display data tersebut. Namun pada saat metadata koleksi tersebut disalin melalui program aplikasi perpustakaan yang digunakan oleh perpustakaan umum propinsi (Gambar 22), tenyata proses tersebut gagal dilakukan. Gambar 22 Aplikasi perpustakaan gagal menerima hasil salin katalog KIN online (diambil pada 16 Juli 2012 pukul 10.16) Rekomendasi terhadap permasalahan ini : 1. Perpustakaan Nasional RI perlu segera diperbaiki fungsi salin katalog pada KIN online sehingga fungsi salin katalog tersebut dapat bekerja di semua platform sistem informasi manajemen perpustakaan yang mendukung metadata IndoMARC. 2. Tampilan salin katalog sebaiknya diperbaiki dengan penjelasan yang mudah dimengerti, sehingga pengguna khususnya pustakawan akan mengetahui langkah-langkah yang seharusnya dilakukan dalam memanfaatkan fungsi tersebut. 57

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Katalog Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan ketersediaan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu unsur pendukung akademik penting yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di BAB IV PEMBAHASAN Layanan penelusuran informasi koleksi di Perpustakaan Nasional RI merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di perpustakaan. Karena layanan penelusuran merupakan

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT DATA LAYANAN COPY CATALOGING METADATA BIBLIOGRAFI BAGI PERPUSTAKAAN DI INDONESIA

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT DATA LAYANAN COPY CATALOGING METADATA BIBLIOGRAFI BAGI PERPUSTAKAAN DI INDONESIA Abstrak: PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT DATA LAYANAN COPY CATALOGING METADATA BIBLIOGRAFI BAGI PERPUSTAKAAN DI INDONESIA Oleh: Yuyu Yulia Toha dan B. Mustafa Copy Cataloging (katalogisasi salinan)

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pengatalogan Dengan Program Aplikasi INLISLite versi 2.1.2

Panduan Praktis Pengatalogan Dengan Program Aplikasi INLISLite versi 2.1.2 Panduan Praktis Pengatalogan Dengan Program Aplikasi INLISLite versi 2.1.2 Revisi Panduan : 24 Maret 2015 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1. Persiapan Untuk dapat melakukan pemasukan data bibliografi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen merupakan kekayaan penting yang dimiliki organisasi. Dokumen menarasikan apa yang terjadi dalam organisasi, sehingga mengandung pengetahuan yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

Modul VI BIBLIOGRAFI

Modul VI BIBLIOGRAFI Modul VI FORMAT STANDAR DATA BIBLIOGRAFI Setelah mempelajari materi ini, mendiskusikan, dan latihan mahasiswa dapat membuat deskripsi bibliografi bahan pustaka berdasarkan standar format MARC dan Dublin

Lebih terperinci

Matakuliah Otomasi Perpustakaan. Miyarso Dwi Ajie

Matakuliah Otomasi Perpustakaan. Miyarso Dwi Ajie Matakuliah Otomasi Perpustakaan Miyarso Dwi Ajie Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM AUTHORITY CONTROL TERINTEGRASI DALAM PROSES BISNIS PERPUSTAKAAN

PENGEMBANGAN SISTEM AUTHORITY CONTROL TERINTEGRASI DALAM PROSES BISNIS PERPUSTAKAAN PENGEMBANGAN SISTEM AUTHORITY CONTROL TERINTEGRASI DALAM PROSES BISNIS PERPUSTAKAAN Triani Rahmawati 1, Kudang Boro Seminar 2, Janti G. Sudjana 3 1 Mahasiswa Pascasarjana IPB Program Studi Magister Teknologi

Lebih terperinci

DATABASE PERPUSTAKAAN

DATABASE PERPUSTAKAAN DATABASE PERPUSTAKAAN Oleh : Ubudiyah Setiawati PENDAHULUAN Perpustakaan perguruan tinggi bagian dari fasilitas yang sifatnya terbuka bagi civitas akademik, bahkan perpustakaan yang berstatus sebagai perpustakaan

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN

Lebih terperinci

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani A. PENDAHULUAN Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan pokok dalam rangkaian kegiatan perpustakaan. Kegiatan

Lebih terperinci

Sistem Informasi di Perpustakaan

Sistem Informasi di Perpustakaan Modul 1 Sistem Informasi di Perpustakaan PENDAHULUAN Ir. Yuyu Yulia, S.IP., M.Si. M odul ini disajikan sebagai pengantar materi pokok Pengolahan Materi Pustaka. Dalam modul ini, akan dipelajari terlebih

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pengohan Bahan Pustaka Dengan Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1

Panduan Praktis Pengohan Bahan Pustaka Dengan Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 Panduan Praktis Pengohan Bahan Pustaka Dengan Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 1. Persiapan Kegiatan pengolahan bahan pustaka merupakan tahapan penting dalam otomasi perpustakaan.

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN 3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Institut Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

Oleh : Dra. Lilik Soelistyowati,MM Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka & Jasa Informasi Perpustakaan

Oleh : Dra. Lilik Soelistyowati,MM Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka & Jasa Informasi Perpustakaan Oleh : Dra. Lilik Soelistyowati,MM Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka & Jasa Informasi Perpustakaan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia Ke-3 Bandung, 2-4 November 2010 Terdepan dalam informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Automasi Perpustakaan Bilal (2002) menyatakan bahwa automasi perpustakaan adalah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi

Lebih terperinci

AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka

AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka AACR2Revisi 2002 pemuktahiran 2005 Suharyanto Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka PENDAHULUAN Anglo-American Cataloguing Rules (selanjutnya disingkat AACR) merupakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGATALOGAN BERBASIS RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS (RDA)

KEBIJAKAN PENGATALOGAN BERBASIS RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS (RDA) KEBIJAKAN PENGATALOGAN BERBASIS RESOURCE DESCRIPTION AND ACCESS (RDA) SUHARYANTO Yogyakarta, 5 April 2018 PERPUSTAKAAN NASIONAL RIS PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang

Lebih terperinci

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017 KATALOGISASI M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017 Pengertian KATALOG??? Pengertian KATALOGISASI??? Pengertian Katalog perpustakaan : Suatu daftar yang berisi keteranganketerangan lengkap

Lebih terperinci

Arah Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia 1

Arah Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia 1 Arah Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia 1 oleh: Lilik Soelistyowati 2 A. Latar Belakang Pembangunan Pusaka Digital Nasional tentunya merupakan salah satu wujud pelaksanaan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB III PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA BAB III PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Gambaran Umum Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 3.1.1 Sejarah Perpustakaan

Lebih terperinci

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer KERJA SAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN Perpustakaan merupakan Gedung dan Sistem. Peprustakaan adalah suatu unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, ruang khusus, dan kumpulan koleksi sesuai dengan jenis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI Nanik Arkiyah A. PENGANTAR Sistem temu kembali informasi di perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting. Tanpa sistem temu kembali,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masyarakatluas sebagai saran pembelajaran sepanjang hayat tanpa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masyarakatluas sebagai saran pembelajaran sepanjang hayat tanpa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang peruntukukan bagi masyarakatluas sebagai saran pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Lebih terperinci

BAGAN KLASIFIKASI DAFTAR TAJUK SUBYEK TESAURUS

BAGAN KLASIFIKASI DAFTAR TAJUK SUBYEK TESAURUS PENGKATALOGAN / PENGINDEKSAN PENGKATALOGAN DESKRIPTIF PENGINDEKSAN SUBYEK FISIK BAHAN PUSTAKA ISI BAHAN PUSTAKA DESKRIPSI BIBLIOGRAFI ANALISIS SUBYEK TAJUK ENTRI UTAMA PENERJEMAHAN: MENJADI TAJUK SUBYEK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source Digilib Versi Rumah Cerdas Intikom Perpustakaan POLTEKKES Surakarta lebih memilih menggunakan Aplikasi

Lebih terperinci

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE 2009-2010 Rochani Nani Rahayu 1 dan Tupan 2 1 Pustakawan Madya PDII-LIPI 2 Pustakawan Madya PDII-LIPI *Korespondensi: nanipdii@yahoo.com ABSTRACT This study

Lebih terperinci

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Perpustakaan khusus instansi pemerintah Standar Nasional Indonesia Perpustakaan khusus instansi pemerintah ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

MENENTUKAN SKALA PRIORITAS SISTEM INFORMASI LAYANAN OPAC STUDI KASUS DI BADAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

MENENTUKAN SKALA PRIORITAS SISTEM INFORMASI LAYANAN OPAC STUDI KASUS DI BADAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG BIBLIOTIKA Jurnal Kajian Perpustakaan dan Informasi Vol 1 No 1 - April 2017 (81-90) MENENTUKAN SKALA PRIORITAS SISTEM INFORMASI LAYANAN OPAC STUDI KASUS DI BADAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM BASISDATA JURNAL BIDANG ILMU TEOLOGI DI INDONESIA HILDA VIRYA PUTONG

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM BASISDATA JURNAL BIDANG ILMU TEOLOGI DI INDONESIA HILDA VIRYA PUTONG STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM BASISDATA JURNAL BIDANG ILMU TEOLOGI DI INDONESIA HILDA VIRYA PUTONG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

Indonesian Machine Readable Cataloging (IndoMARC) : sejarah, perkembangan dan penerapannya di Perpustakaan Nasional RI 1. Suharyanto 2.

Indonesian Machine Readable Cataloging (IndoMARC) : sejarah, perkembangan dan penerapannya di Perpustakaan Nasional RI 1. Suharyanto 2. Indonesian Machine Readable Cataloging (IndoMARC) : sejarah, perkembangan dan penerapannya di Perpustakaan Nasional RI 1 Suharyanto 2 Abstrak Format IndoMARC merupakan pengembangan dari standar MARC yang

Lebih terperinci

Perpustakaan perguruan tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi Standar Nasional Indonesia Perpustakaan perguruan tinggi ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Misi... 3

Lebih terperinci

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN 2014 Oleh : Sri Mulyani Butir kegiatan pustakawan Adalah kegiatan kepustakawanan yang dilakukan pustakawan dan dihargai

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT

PERPUSTAKAAN LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT PERPUSTAKAAN LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT KEBIJAKAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN KOLEKSI Oktober 2009 ELSAM Jl. Siaga II No. 31, Pejaten Barat Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan

Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan Oleh : LELY EMILIYANA, S.Sos. NIP : 19750101 200112 2 002 POLITEKNIK NEGERI MEDAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. Layanan Koleksi Deposit BPAD DIY. INLISLITE diaplikasikan di bagian Deposit dan Sirkulasi karena sudah

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. Layanan Koleksi Deposit BPAD DIY. INLISLITE diaplikasikan di bagian Deposit dan Sirkulasi karena sudah digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Proses Entri Data Buku Dengan Program INLISLITE Pada Bagian Layanan Koleksi Deposit BPAD DIY Program INLISLITE di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY

Lebih terperinci

Standardisasi dan Standar Bidang Perpustakaan. Minanuddin Mas ud 2015

Standardisasi dan Standar Bidang Perpustakaan. Minanuddin Mas ud 2015 Standardisasi dan Standar Bidang Perpustakaan Minanuddin Mas ud minanuddin@bsn.go.id 2015 Standar Pengertian Dokumen yang memuat spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Ni Putu Ratih Adnyana Putri 1, I Putu Suhartika 2, Richard Togaranta Ginting 3 Fakultas

Lebih terperinci

Katalog dan Minat Baca

Katalog dan Minat Baca Katalog dan Minat Baca Oleh Ika Laksmiwati Sejarah peradaban manusia di mulai dengan kehidupan yang sangat sederhana. Pada awalnya manusia hanya membutuhkan makanan dan tempat untuk bertahan hidup. Dengan

Lebih terperinci

PROGRAM OTOMASI PERPUSTAKAAN: PENGALAMAN UPT PERPUSTAKAAN IPB 1

PROGRAM OTOMASI PERPUSTAKAAN: PENGALAMAN UPT PERPUSTAKAAN IPB 1 PROGRAM OTOMASI PERPUSTAKAAN: PENGALAMAN UPT PERPUSTAKAAN IPB 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. 2 PENDAHULUAN KOLEKSI Perpustakaan di perguruan tinggi merupakan salah satu unit penunjang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dampak dari maraknya ledakan informasi adalah semakin banyaknya terbitan yang dihasilkan dari segala bidang ilmu. Lonjakan berbagai terbitan ini dikelola menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu lembaga pendidikan yang berupa tempat penyimpanan koleksi baik tercetak maupun terekam, dan mengelolanya secara sistematis

Lebih terperinci

BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN

BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN 880 Un-11.JSOPP-11-01.R0 SOP PENERBITAN KARTU ANGGOTA PERPUSTAKAAN 1 Tujuan SOP ini dibuat sebagai pedoman untuk membantu, mendorong, dan menunjang kelancaran proses belajar

Lebih terperinci

: Melakukan proses pengkatalogan buku. : Buku baru untuk diproses

: Melakukan proses pengkatalogan buku. : Buku baru untuk diproses PERPUSTAKAAN PTA MAKASSAR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Hal : 2 Revisi ke : Tgl. Efektif : Modul : Pengolahan Bahan Pustaka Tujuan : Melakukan proses pengkatalogan buku Ruang lingkup : Buku baru untuk diproses

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1 Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1 Oleh: Ir. Abdul R. Saleh, M.Sc dan Drs. B. Mustafa, M.Lib. 2 PENDAHULUAN Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem dari sistem pendidikan

Lebih terperinci

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Perpustakaan umum kabupaten/kota Standar Nasional Indonesia Perpustakaan umum kabupaten/kota ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KUNINGAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KUNINGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIVERSITAS KUNINGAN SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS KUNINGAN 2016 Area : Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh Kode/No : SPM-UNIKU.SOP.44.01 SOP PENERBITAN Tanggal :

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 047 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PERPUSTAKAAN DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan adalah suatu hal yang penting dalam kemajuan sebuah bangsa, karena pendidikan pada saat ini sudah dapat di sebut sebagai kebutuhan pokok bagi bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PERPUSTAKAAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PERPUSTAKAAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. (Sulistyo-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. (Sulistyo- BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dunia perpustakaan dari segi data dan dokumen yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buku yang kita inginkan, namun fungsi dari perpustakaan tidak hanya tempat

BAB I PENDAHULUAN. buku yang kita inginkan, namun fungsi dari perpustakaan tidak hanya tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan memang tidak asing lagi, terutama di kalangan para pelajar. Perpustakaan adalah suatu tempat yang digunakan untuk belajar dan meminjam buku yang kita inginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membantu komunikasi dari top manajemen hingga ke bagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membantu komunikasi dari top manajemen hingga ke bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen pengetahuan pada awalnya diterapkan dalam dunia bisnis yang dapat membantu komunikasi dari top manajemen hingga ke bagian operasional untuk memperbaiki

Lebih terperinci

Morality Intellectuality Entrepreneurship

Morality Intellectuality Entrepreneurship STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERPUSTAKAAN Morality Intellectuality Entrepreneurship UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA Jl. Sutorejo 59 Surabaya Telp. 031-3811966 Fax. 0313813096 http://www.library.um-surabaya.ac.id,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perpustakaan Sekolah Peranan perpustakaan sekolah sangatlah penting untuk membantu warga sekolah memperoleh sumber informasi yang mereka butuhkan untuk bahan mengajar

Lebih terperinci

MAKALAH KEILMUAN STUDI PERPUSTAKAAN OPAC (ONLINE PUBLIC ACCES CATALOG) Disusun Oleh : LILIES RESTHININGSIH D

MAKALAH KEILMUAN STUDI PERPUSTAKAAN OPAC (ONLINE PUBLIC ACCES CATALOG) Disusun Oleh : LILIES RESTHININGSIH D MAKALAH KEILMUAN STUDI PERPUSTAKAAN OPAC (ONLINE PUBLIC ACCES CATALOG) Disusun Oleh : LILIES RESTHININGSIH D1812089 D3 PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Visi Misi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Visi Misi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut UU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya

Lebih terperinci

Teknologi Informasi Perpustakaan

Teknologi Informasi Perpustakaan REFORMASI BIROKRASI Teknologi Informasi Perpustakaan (e library) Berbicara mengenai teknologi informasi tidak terlepas dari pandangan seseorang akan seperangkat alat-alat komputer yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH JAUH SIPISIS VERSI WINDOWS

MENGENAL LEBIH JAUH SIPISIS VERSI WINDOWS MENGENAL LEBIH JAUH SIPISIS VERSI WINDOWS Nama SIPISIS sebagai software untuk pengelolaan sistem otomasi perpustakaan sudah banyak dikenal oleh kalangan pustakawan di Indonesia sejak pertengahan tahun

Lebih terperinci

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Katalog Pengatalogan ( cataloging ) berasal dari kata katalog yang berarti suatu daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan yang disusun secara sistematis,

Lebih terperinci

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menyelengarakan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menyelengarakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman ini perkembangan teknologi informasi yang berhubungan dengan internet sudah berkembang dengan pesat, setiap lapangan pekerjaan pasti mempunyai sistem yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi,

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi, Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Selama berabad-abad keberadaan perpustakaan tetap dipertahankan karena perpustakaan mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Fungsi tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koleksi bahan pustaka secara sistematis dan digunakan oleh pemakai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. koleksi bahan pustaka secara sistematis dan digunakan oleh pemakai sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian No. 46 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem Perpustakaan Terintegrasi Sistem Perpustakaan Terintregasi merupakan pengintegrasian antara bidang pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi,

Lebih terperinci

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Perpustakaan khusus instansi pemerintah Standar Nasional Indonesia Perpustakaan khusus instansi pemerintah ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERMASALAHAN DALAM MENGUMPULAN DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT

PERMASALAHAN DALAM MENGUMPULAN DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT PERMASALAHAN DALAM MENGUMPULAN DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT Dra. FATHMI, SS Pustakawan Utama fathmi60@gmail.com disampaikan pada Lokakarya Pustakawan Gedung Teater Perpusnas 3 April 2017 TIM PENILAI PUSAT

Lebih terperinci

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :. Lampiran 1 ANGKET PENELITIAN Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap Layanan Perpustakaan dengan Menggunakan Metode LibQual (Studi Kasus pada Perpustakaan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh) Dengan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG (OPAC) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PEMANFAATAN ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG (OPAC) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG PEMANFAATAN ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG (OPAC) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Yanis Mawati 1, Bakhtaruddin Nst 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan

Lebih terperinci

Oleh Nia Hastari Doddy Rusmono Dini Suhardini

Oleh Nia Hastari Doddy Rusmono Dini Suhardini HUBUNGAN PERSEPSI PEMUSTAKA TENTANG SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TELUSUR ELEKTRONIK DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG Oleh Nia Hastari

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016 UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG PENGGUNAAN OPAC DI PERPUSTAKAAN POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TINJAUAN TENTANG PENGGUNAAN OPAC DI PERPUSTAKAAN POLTEKKES KEMENKES RI PADANG TINJAUAN TENTANG PENGGUNAAN OPAC DI PERPUSTAKAAN POLTEKKES KEMENKES RI PADANG Rahmat Ramadhanu 1, Ardoni 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email: rahmat.ramadhanu@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, tantangan yang dihadapi perguruan tinggi di Indonesia semakin besar dan kompleks, baik yang ditimbulkan oleh dinamika internal maupun

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI INLISLITE VERSI 3 SEBAGAI PILIHAN SARANA OTOMASI PERPUSTAKAAN

PROGRAM APLIKASI INLISLITE VERSI 3 SEBAGAI PILIHAN SARANA OTOMASI PERPUSTAKAAN PROGRAM APLIKASI INLISLITE VERSI 3 SEBAGAI PILIHAN SARANA OTOMASI PERPUSTAKAAN DAN INTEROPERABILITAS ANTAR PERPUSTAKAAN Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 (Disampaikan pada acara Lokakarya Interoperabilitas

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI DEPOSITORI DAN REPOSITORI PENGETAHUAN INDONESIA. Dr. Joko Santoso, M.Hum.

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI DEPOSITORI DAN REPOSITORI PENGETAHUAN INDONESIA. Dr. Joko Santoso, M.Hum. PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI DEPOSITORI DAN REPOSITORI PENGETAHUAN INDONESIA Dr. Joko Santoso, M.Hum. Joko_santoso@perpusnas.go.id DEPOSITORI Karya cetak dan karya rekam merupakan salah satu hasil karya

Lebih terperinci

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Perpustakaan umum kabupaten/kota Standar Nasional Indonesia Perpustakaan umum kabupaten/kota Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Perpustakaan umum kabupaten/kota... 1 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan

Lebih terperinci

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1 KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI Pendahuluan LINGKUNGAN IPB 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. 2 Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu universitas terkemuka di Indonesia. IPB mempunyai tiga

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Oleh : Ardiansyah Eka Helena Gullo Rahma Dintia kartika Dewi Rizca Fitriawati Hidayat

Lebih terperinci

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 1999 2007: MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS M.PANDU RISTIYONO G652060034 MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI Untuk PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS

PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN : MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS PEMETAAN BIDANG ILMU BERDASARKAN ARTIKEL JURNAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 1999 2007: MENGGUNAKAN ANALISIS CO-WORDS M.PANDU RISTIYONO G652060034 MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI Untuk PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin banyaknya sumber-sumber informasi, maka semakin meningkat pula kebutuhan manusia untuk dapat

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jl. Tentara Rakyat Mataram No. 29 Yogyakarta. website: bpad.jogjaprov.go.id e-mail: bpad_diy@yahoo.com Jogja Istimewa, Jogja

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT, GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

MODUL 4 SARANA TEMU KEMBALI TERBITAN BERSERI

MODUL 4 SARANA TEMU KEMBALI TERBITAN BERSERI MODUL 4 SARANA TEMU KEMBALI TERBITAN BERSERI Sarana temu kembali dapat berupa: 1. Susunan koleksi dokumen. 2. Katalog perpustakaan yang dapat berbentuk kartu, buku, lembaran kertas, OPAC dll. KATALOG TERBITAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan metodologi tentang pembangunan aplikasi mobile Online Public Access Catalog (OPAC). 1.1.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH 139 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA PERPUSTAKAAN (IPKKPS/M) A. PETUNJUK PENILAIAN 1. Penilai penilaian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2014 KEMEN KP. Perpustakaan Khusus. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. maka UPT Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta menerapkan. bahan pustaka perpustakaan. Untuk menunjang sistem automasi

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. maka UPT Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta menerapkan. bahan pustaka perpustakaan. Untuk menunjang sistem automasi BAB IV PEMBAHASAN MASALAH Perpustakaan merupakan organisasi yang berorientasi kepada pengguna/pemustaka, suatu perpustakaan dikatakan berhasil apabila perpustakaan tersebut memiliki pengunjung yang banyak

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER COPY CATALOGING

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER COPY CATALOGING ISSN: 2354-9629 PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER COPY CATALOGING Arief Wicaksono* Pengutipan: Wicaksono, A. (2016). Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai sumber copy cataloging.

Lebih terperinci

Data Entri pada Basisdata WINISIS Menggunakan ISISMarc

Data Entri pada Basisdata WINISIS Menggunakan ISISMarc Data Entri pada Basisdata WINISIS Menggunakan ISISMarc Oleh: Abdul Rahman Saleh 1 Pendahuluan Otomasi perpustakaan di Indonesia berkembang pesat khususnya di perpustakaan perguruan tinggi serta jenis perpustakaan

Lebih terperinci

ISU- ISU Seputar Implementasi Dan Development slims. #SLiMSCommeet2012

ISU- ISU Seputar Implementasi Dan Development slims. #SLiMSCommeet2012 ISU- ISU Seputar Implementasi Dan Development slims #SLiMSCommeet2012 Hendro Wicaksono twitter.com/hendrowicaksono facebook.com/hendrowicaksono hendrowicaksono@yahoo.com SLiMS lead developer 5 tahun Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat dalam era globalisasi pada saat ini telah memasuki berbagai aspek semua bidang kehidupan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak akhir abad 20 dan awal abad 21, teknologi web telah mengalami kemajuan yang sangat cepat. Menurut Xiaohua Li (2014) konsep Web 2.0 telah menguasai dunia online.

Lebih terperinci