BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dikemukan oleh Haward Gardner. Anak yang berkemampuan pada logika matematika tidak akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dikemukan oleh Haward Gardner. Anak yang berkemampuan pada logika matematika tidak akan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis Hakikat logika Matematika Pengertian logika matematika Logika matematika termasuk salah satu dari 9 (sembilan) kecerdasan yang telah dikemukan oleh Haward Gardner. Anak yang berkemampuan pada logika matematika tidak akan sulit mengerjakan bermacam macam tugas yang berhubungan dengan matematika disekolah. Depdiknas (2008:31) menjelaskan bahwa logika matematika yakni kemampuan dalam bidang angka dan alasan logis. Fadilah (2008:1) mengemukakan bahwa logika matematika ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar. Pendapat ini menunjukkan bahwa logika matematika terkait dengan kemampuan nalar untuk memecahkan masalah serta kemampuan untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan pola pikir yang logis. Dengan pola pikir yang logis maka masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik. Bayumukti (2009:2) mengemukakan bahwa beberapa indikator dari berkembangnya 8 logika dan matematika yaitu: 1) mampu menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, 2) mampu menikmati menggunakan bahasa komputer atau progam software logika, 3)

2 ahli bermain catur, dan permainan strategi lainnya, 4) mampu menjelaskan masalah secara logis, 5) mampu merancang Eksperimen, 6) suka bermain teka-teki logika, 7) mudah memahami sebab-akibat Matematika itu sendiri dapat di pahami sebagai suatu pembelajaran tentang pola dan hubungan. Segala sesuatu yang ada dalam alam ini tidak terlepas dari poa-pola dan hubungan yang merupakan konsep matematika. Matematika merupakan cara berpikir orang yang memahami matematika akan terus berlatihuntuk berpikir analisis. jika anak mendapatkan pelajaran matematika, diharapkan kemampuan berpikir analisis di masa dewasa akan tajam dan terarah. Berpikir adalah usaha-usaha seseorang dalam memperoleh informasi belajarnya. Dewey (dalam Munandar, 2001:46) mengemukakan berpikir merupakan usaha dalam seseorang untuk memeriksa dan memiliki informasi-informasi berdasarkan kriteria tertentu. Dari pengertian berpikir di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian berpikir adalah kemampuan seseorang membentuk ide-ide baru,melalui pemrosesan informasi-informasi atau pengalaman-pengalamannya sesuai dengan aturan-aturan logika. Untuk membantu anak mencapai taraf berfikir abstrak harus banyak diberikan pengalaman-pengalaman anak harus dilakukan dengan berbagai cara dan dengan berbagai alat peraga secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman-pengalaman akan memperbesar kesanggupan untuk menghadapi persoalan atau situasi baru dan persoalan yang dihadapi anak diupayakaan diselesaikan anak sehingga melatih dirinya menggunakan daya fikirnya. Belajar adalah berfikir dan belajar menggunakan daya pikir. Berpikir konkrit pada prinsipnya hanya pada jenjang pendidikan dasar permulaan dan setelah itu akan berahli ketaraf berpikir abstrak. Misalnya : berpikir konkrit pada usia PAUD atau SD kelas 1 ; =...

3 diubah menjadi II + I (dua lidi ditambah satu lidi hasilnya menjadi tiga lidi) (Simanjutak,2003:55). Matematika juga terkait dengan seni, karena ketika anak belajar tentang bentuk-bentuk simetris seperti : bujur sangkar, bunga-bunga anak sekaligus belajar tentang seni dan juga matematika. Dengan matematika anak biasa menghasilkan karya seni. Matematika adalah bahasa karena ketika seseorang berbahasa maka ia menggunakan matematika juga dalam konsep bahasanya. Isi atau ungkapan dari dari bahasa adalah hasil pemikiran matematika baik berupa bahasa verbal, non verbal ataupun bahasa simbol. Matematika juga merupakan alat maksudnya dengan matematika menolong anak untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan sehari hari Cara Anak Belajar Logika Matematika Anak usia dini mempunyai tahap dan karakteristik perkembangan yang berbeda disetiap tahap usianya. Ciri berpikir yang menonjol pada anak adalah kemampuannya untuk menyerap segala sesuatu yang ada disekitar dengan cara yang konkret. Bruner dalam Depdiknas (2008:95) menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) cara belajar logika matematika pada anak yang berimplikasi secara langsung terhadap pembelajaran matematika anak usia dini diantaranya adalah 1) enactive yakni anak belajar sesuatu konsep secara konkret, 2) iconic yakni anak belajar sesuatu konsep melalui gambar dan 3) simbolik maksudnya anak belajar sesuatu konsep melalui simbol-simbol seperti gambar dan huruf. Aflah (2008:1) mengemukakan bahwa para anak belajar matematika melalui pengalaman yang difasilitasi guru. sehingga, anak memahami matematika, agar mereka mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah, dan mereka menjadi percaya diri, matematika dibentuk oleh semua pengajar yang berada di sekolah. Peningkatan pendidikan matematika untuk semua anak memerlukan pembelajaran matematika yang efektif di semua kelas.

4 Guru matematika yang baik adalah selalu berusaha dengan kompleks, dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua anak belajar atau membantu semua guru menjadi efektif. Meskipun demikian, banyak diketahui mengajar matematika yang efektif, perlu pengetahuan dalam memandu aktivitas dan pertimbangan profesional. Untuk bisa efektif, guru harus mengetahui dan memahami matematika ketika mereka sedang mengajar dan bisa memberi gambaran/ilustrasi pada pengetahuan dengan fleksibel saat mereka tugas mengajar. Mereka perlu memahami dan merasa terikat dengan para anak mereka, ketika belajar matematika bersikap manusiawi serta memiliki kemahiran dalam memilih dan menggunakan berbagai keterampilan pendidikan dan strategi penilaian ( Komisi pengawas Nasional Mengajar dan masa depan America s 1996). Sebagai tambahan, pembelajaran efektif memerlukan cerminan/keteladanan dan usaha berkesinambungan untuk mencari peningkatan. Para guru harus mempunyai sumber daya dan peluang besar dan sering untuk meningkatkan serta menyegarkan pengetahuan mereka. Perkembangan berpikir matematika anak usia persekolahan, menurut Jean Piaget (dalam Hildayani, 2009:3.8) berada pada tahap praoperasional pada tahap ini pemikiran anak masih didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas fisik dan persepsinya sendiri. Pada tahap praoperasional anak menunjukan kecenderungan sebagai berikut : 1) belum memiliki kemampuan berpikir mundur, 2) belum memiliki konservasi yakni ketepatan dari suatu benda tidak dipengaruhi oleh perubahan tampilan, 3) pemusatan perhatian hanya pada satu aspek tertentu, 4) egosentris yaitu suatu asumsi bahwa orang lain menyikapi dunia tak ubahnya seperti dirinya sendiri. Untuk membantu perkembangan anak lebih cepat memberi ketahap lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman-pengalaman konkrit yang bersumber dari lingkungan anak itu sendiri misalnya hal-hal mengenalkan apa saja yang berhubungan dengan

5 matematika di PAUD dapat dilakukan dengan memanfaatkan benda-banda yang ada di lingkungan sekitar anak. Untuk menggunakan alat peraga atau sarana pembelajaran di PAUD disesuaikan dengan tema yang disajikan dalam pembelajaran. Misalnya : kita akan membelajarkan anak tentang tema binatang maka kita memanfaatkan gambar-gambar atau tiruan bentuk binatang-binatang lain atau dapat juga dengan binatang secara langsung jika jenis binatang tersebut ada di lingkungan sekitar anak, tetapi tidak berbahaya bagi anak seperti kucing, kera, ayam dan sebagainya. Tuloli (2009:3) mengatakan bahwa perkembangan matematika anak dapat berkembang pesat pada usia prasekolah. Penelitian membuktikan bahwa 50% dari perkembangan intelektual anak sebelum 17 tahun dicapai pada masa 4-5 tahun pertama dalam kehidupannya. Selanjutnya Depdiknas (20095) menjelaskan bahwa kemampuan matematika anak PAUD pada usia 3-6 tahun yakni adalah mengenal apa saja yang berhubungan dengan angka akan berfungsi untuk : 1. Mengenal lingkungan sekitar pada anak 2. Melatih anak untuk menggunakan panca indera 3. Mengenal konsep belajar dengan menggunakan benda-benda 4. Melatih anak untuk berpikir logis Sujiono, (2007:2) mengemukakan bahwa unsur utama dalam perkembangan program pembelajaran bagi anak usia dini adalah bermain. Pendidikan awal dimasa kanak-kanak diyakini memiliki peran yang amat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selanjutnya. Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, menggambar, dan berhitung. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pengenalan anak terhadap angka sangat penting mengingat bahwa anak merupakan salah satu variabel yang perlu diperhatikan

6 dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran. Anak sebagai individu yang unik, dimana anak selalu ingin bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang sangat kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri secara kreatif. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkrit seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompotensi yang harus dimiliki oleh anak Prinsip-prinsip Belajar Logika Matematika Aflah (2008:3) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika efektif memerlukan suatu komitmen serius kepada pengembangan dari pemahaman matematika anak. Sebab anak belajar dengan menghubungkan gagasan baru ke pengetahuan utama, guru harus memahami apa yang anak telah ketahui. Guru secara efektif mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang mengungkapkan pengetahuan anak lebih dulu, kemudian mereka bisa mendisain pengalaman dan pelajaran yang bereaksi terhadap, dan berdasar pada pengetahuan. Salah satu kompleksitas mengajar logika matematika pada anak usia dini adalah menyeimbangkan pelajaran kelas yang direncanakan penuh arti dengan pengambilan keputusan berkelanjutan yang tak bisa diacuhkan terjadi ketika guru dan anak bertemu berbagai kesulitan atau penemuan yang tidak diantisipasi ke dalam wilayah yang belum dipetakan. Pembelajaran matematika yang baik melibatkan, menciptakan, memperkaya, memperbaiki, dan mengadaptasi instruksi untuk bergerak ke arah tujuan matematika, menangkap dan mendukung minat, melibatkan para anak dalam membangun pemahaman matematika

7 Upaya untuk mengoptimalkan pemahaman anak terhadap konsep logika matematika, maka perlu adanya rujukan yang menjadi prinsip dalam pengembangan logiak anak. Terkait dengan hal ini Depdiknas (2001:187) bahwa mempelajari logika matematika untuk anak usia dini, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru yakni sebagai berikut : 1. Rencanakan pengalaman yang nyata sehingga anak dapat terlibat secara efektif. 2. Observasi anak agar memahami kebutuhan dan minatnya. 3. Berikan kesempatan anak belajar sesuai dengan tahapan mereka. 4. Guru sebagai fasilatator, bukan segera pemberi pengetahuan. 5. Beberapa area pengetahuan tidak dapat diajarkan tetapi harus dialami anak agar anak bisa mempelajarinya. 6. Berikan anak permasalahan dan kinflik untuk memunculkan kemampuan berpikir, akomodasi dan adaptasi. 7. Merancang aktivitas yang sesuai dengan area perkembangan anak. 8. Orang dewasa atau anak yang lebih pintar harus menolong anak agar dapat menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang telah dipelajari anak dan sesuatu yang potensial yang bisa dimunculkan. 9. Membuat bermain menjadi kegiatan bermakna. Hubungkan matematika dengan pengalaman sehari-hari. 10. Bertanyalah kepada anak hal-hal yang menarik. 11. Doronglah anak untuk dapat menjelaskan pikirannya melalui kata-kata, gambar, tulisan dan simbol. 12. Dorong anak untuk berbicara, baik kepada guru maupun anak-anak. 13. Pelajaran berurutan mulai dari konkrit sampai dengan simbol.

8 14. Bangunlah pembelajaran matematika berdasarkan pembelajaran sebelumnya. 15. Gunakan model dan benda-benda manipulatif yang berbeda untuk membantu anak mempelajari matematika. Depdiknas (2001:187) menjelaskan bahwa melaksanakan kegiatan belajar logika matematika hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1). Berikan kesempatan kepada anak (menghubungkan pengetahuan yang baru diperolehnya, misalnya mengenalkan konsep belajar angka dengan menyebutkan konsep nilainya) 2). Dalam memberikan kegiatan kemampuan logika matematika terutama untuk persiapan penjumlahan atau apa saja yang berhubungan dengan matematika hendaknya guru memperhatikan masa peka anak. 3). Untuk mencapai kemampuan logika matematika tidak semuanya dilaksanakan sekaligus dalam satu kegiatan akan tetapi bertahap sesuai dengan tingkat perkembangannya 4). Hendaknya mengacu pada kemampuan anak yang hendak dicapai 5). Dengan menggunakan macam-macam metode yang sesuai dengan kemampuan yang dicapai 6). Memanfaatkan lingkungan sebagai sarana belajar 7). Kegiatan yang diberikan hendaknya merupakan pengetahuan yang obyektif dan sesuai dengan kegiatannya Hakikat More or less More or less berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai arti tersendiri yakni more artinya banyak dan less artinya sedikit (dalam Djohar, 2003:620). More or less digunakan dalam istilah permainan dadu di PAUD. More dipakai untuk menyatakan sesuatu yang banyak dan less dipakai untuk jumlah yang sedikit. More or less sudah diperkenalkan dalam pembelajaran anak usia dini yang berkaitan dengan perbedaan dua jens benda yang mengarah pada kuantitas. Pada

9 hakikatnya istilah more or less sangat disukai oleh anak-anak usia dini karena istilah ini jarang digunakan oleh guru dalam pembelajaran, olehnya memotivasi anak untuk mencoba memainkannya (dalam Dewi, 2010:8). Istilah more or less bukan saja digunakan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan matematika atau kognitif anak melainkan juga dipakai dalam pembelajaran yang berhubungan dengan pengembangan bahasa yakni dengan cara anak menghitung jumlah kata yang disediakan guru dan anak akan menghitungnya, kemudian anak akan menentukan kata yang mana yang berjumlah banyak dan kata yang mana yang berjumlah sedikit. More or less adalah salah satu jenis permainan dadu yang biasanya dimainkan oleh anakanak didik. Selanjutnya Depdiknas (2008:121) menjelaskan bahwa konsep permainan more or less ada dua macam yakni sebagai berikut : ada dua yang bertuliskan more or less. Sejumlah kubus plastik dibagikan kepada dua orang anak. Mereka secara bergantian meletakkannya di kotak barisan dua jalur. Untuk pertama kali masing-masing meletakkan jumlah kubus terserah. Ketika dadu dilemparkan, jika muncul tulisan less, maka kubus yang lebih sedikit mendapatkan semua kubus dari pasangan mainnya. Depdiknas (2001:207) menjelaskan bahwa permainan tentang more or less melalui permainan dadu dapat diperkenalkan kepada anak dengan mempergunakan pengalamanpengalaman yang telah diperolehnya di rumah atau dari lingkungan sekitarnya. Pembelajaran di PAUD disesuaikan dengan tahap perkembangan anak didik. Permainan tentang more or less melalui permainan dadu sangat berguna untuk melatih konsep dasar matematika. Menurut Hildayani (2009:15) bahwa anak-anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil yang senang bermain-main. Dengan demikian di PAUD diterapkan sistem atau prinsip belajar anak yakni belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Dengan demikian bermain anak merasa

10 kebahagiaan tersendiri sehingga mereka tidak merasa ada beban ada beban yang harus diselesaikan. Di rumah, anak melihat bahwa kelereng kakaknya lebih banyak dari kelerengnya sendiri, ayam tetangga lebih banyak daripada ayam ibu, karet gelangnya berkurang karena diambil temannya, kelerengnya bertambah karena dikasih teman dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman tersebut banyak membantu usaha menanamkan konsep pengertian mengenai logika matematika. Depdiknas (2001:211) menjelaskan bahwa untuk menanamkan konsep logika matematika di PAUD dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Guru menyiapkan alat peraga yang akan digunakan. 2) Guru membicarakan tentang konsep/pengertian yang berhubungan dengan mtematika atau logika matematika dengan menggunakan alat peraga. 3) Guru meletakkan dadu kecil atau kubus kecil serta kotak barisan kotak-kotak yang terdiri dari dua jalur. 4) Guru menjelaskan bahwa model permainan dadu ada dua macam tergantung apa yang dipilih oleh anak. 6). Apabila jumlah anak sudah benar atau permainan yang dilakukan oleh anak sudah benar, maka guru memberikan reward. 7). Guru menugaskan anak lain untuk bersiap-siap menggantikan pasangan anak yang mendapat kesempatan pertama. 8). Guru dapat memberi latihan dengan menggunakan benda-benda lain yang ada di kelas Hakikat Permainan Dadu Pengertian Permainan

11 Huizinga, dalam bukunya Homo Ludens menyatakan bahwa permainan adalah perbuatan atas kemauan sendiri yang dikerjakan dalam batas-batas tempat atau waktu yang ditentukan, diikuti oleh perasaan (Sutopo,2003:3). Dengan jalan memberikan permainan-permainan yang menarik perhatian mereka, maka kita dapat menyalurkan perhatian mereka kepada macam-macam permainan yang bermanfaat. Manfaat permainan oleh Sutopo (2003:7) adalah sebagai berikut: 1) Dipandang dari sudut kesehatan Dalam permainan anak banyak bergerak, suatu hal yang mempunyai pengaruh terhadap peredaran darah dan pernafasan. Luas pernafasan diperbesar, ruas dada diperbesar ke segala jurusan dan paru-paru berfungsi lebih baik. Semua alat-alat pernafasan menjadi terlatih, jantung pun lebih kuat memompakan darah yang diperlukan seluruh tubuh. 2) Dipandang dari sudut pendidikan Anak-anak itu senang bermain, permainan itu dilakukan dengan gembira. Maka, sebaiknya semua pelajaran pada anak-anak diberikan dalam suasana gembira sambil bermain. Ahlihli pendidikan menganjurkan supaya permainan dijadikan alat pendidikan yang utama, untuk menuntun pertumbuhan jasmani dan rohani. 3) Dipandang dari sudut perkembangan pribadi Melalui bermain banyak fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian sangat mungkin dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan bermain. Selanjutnya Dewi (2010:2) menjelaskan bahwa pengaruh bermain bagi perkembangan anak-anak didik adalah sebagai berkut : (1) bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak, (2) bermain dapat digunakan sebagai terapi, (3) bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak,

12 (4) bermain mempengaruhi perkebangan kreativitas anak, (5) bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak, (6) bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak Pengertian Dadu Dadu adalah suatu alat permainan yang berbentuk kubus dan mempunyai 6 (enam) sisi, yang setiap sisinya berlobang yang menandakan jumlah 1-6. Dadu banyak digunakan dalam berbagai permainan anak mis : permainan ular tangga, monopoli dan sebagainya. Dadu dalam bahasa inggrisnya adalah dice (dais) dalam Djohar (2003:426). Dadu bukan saja dimainkan oleh anak-anak PAUD bahkan orang dewasa juga suka dengan permainan yang menggunakan dadu. Cara memainkan dadu sangatlah muda, cukup dengan melemparkan sedikit ke atas dan ketika jatuh akan nampak berapa jumlah yang akan ditampakkan oleh dadu, dan ada juga orang yang cara memainkan dadu dengan cara menutupnya dengan gelas atau sejenisnya dan kemudian menggeser-geserkannya dengan selanjutnya diberhentikan dan akan dibuka berapa jumlah lobang yang nampak dari dadu setelah dibuka Penerapan More Or Less Melalui Permainan Dadu di PAUD Penerapan tentang more or less melalui permainan dadu yang dilaksanakan di PAUD yakni dengan cara sebagai berikut : 1). Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru harus mengetahui tingkat kecakapan anak. 2). Guru harus mengenalkan dadu yang akan dipakai pada proses pembelajaran. 3). Tulisan-tulisan yang ada di dadu harus diketahui secara pasti oleh anak agar ketika dadu dilemparkan anak akan mengetahui apa yang nampak. 4). Dalam permainan dadu anak harus mengetahui konsep dan lambang bilangan. 5). Guru memberikan motivasi kepada anak agar lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan permainan.

13 6). Tingkah kemampuan yang diperlihatkan oleh anak sewaktu dalam permainan dadu diterima sesuai dengan karakternya masing-masing Perkembangan dan Karakteristik Anak PAUD Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesamaan yang harmonis. Contoh anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis angka akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh (Lewis, 2003:1). Perkembangan akan tercapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak masa pertemuan sel ayah dengan ibu (masa konsepsi) dan berakhir pada saat kematiannya. Perkembangan individu bersifat dinamis, perubahannya kadangkadang lambat, tetapi bisa juga cepat, berkenaan dengan salah satu aspek atau beberapa aspek perkembangan. Perkembangan tiap individu juga tidak selalu seragam, satu sama lain berbeda baik dalam tempo maupun kualitasnya. Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut : 1) perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek, 2) setiap individu memiliki irama dan kualitas perkembangan yang berbeda, 3) perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu, 4) perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit, 5) perkembangan berlangsung dari kemampuan yng bersifat umum menuju pada yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi.

14 Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Pemahaman terhadap anak perlu berangkat dari pemahaman pada setiap anak dengan berbagai karakteristiknya. Selama proses perkembangan, tidak menutup kemugkinan anak menghadapi berbagai masalah yang akan menghambat proses perkembangan berikutnya. Permasalah yang dihadapi anak dilihat melalui tingkah laku anak pada saat mengikuti proses pembelajaran di kelas atau pada saat anak bermain (dalam Ayah Bunda, 2007:10). Rosmala (2008:5) menyebutkan beberapa karakteristik atau ciri khas masa kanak-kanak, antara lain : a.bersifat egosentris naif, maksudnya anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. b. Relasi sosial yang primitif, maksudnya anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain di luar dirinya. c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan, maksudnya pada masa ini anak tidak dapat berbohong atau bertingkah laku pura-pura, anak mengekspresikan secara terbuka. d. Sikap hidup yang fisiognomis, maksudnya secara langsung anak memberikan atribut (sifat lahiriah atau sifat konkrit) terhadap apa yang dihayatinya. Pada usia ini anak sering bercakap-cakap dengan boneka atau binatang yang ada di sekitarnya. Hildayani (2009:8) menguraikan bahwa di dalam perkembangan anak usia dini sering dihadapkan pada berbagai permasalahan. Beberapa permasalahan perkembangan anak dimaksud adalah antara lain menyangkut fisik-motorik. Pertumbuhan fisik seorang anak dengan anak lainnya sering tidak sama. Beberapa anak ada yang mengalami pertumbuhan fisk yang sangat

15 cepat, namun ada pula anak yang pertumbuhan fisiknya terlambat. Pertumbuhan fisik yang dialami oleh anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya atau pekembangan jasmaniah. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang upaya meningkatkan logika matematika anak telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya: 1. Ramlah Jahja. Tahun Dalam penelitiannya tentang peningkatan kecerdasan logika matematika melalui permainan rumah hitung pada anak kelompok B di TK Abdi Jaya 2 Hepuhulawa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo, menyimpulkan bahwa kecerdasan logika matematika yang dimiliki anak dapat ditingkatkan dengan menggunakan permainan rumah hitung. Terkait dengan temuan tersebut maka permainan rumah hitung dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan kecerdasan logika matematika anak. 2. Lisa Pramudya tahun 2011 dalam penelitiannya tentang peningkatan kecerdasan logika matematika melalui penggunaan permainan di TK Al Magfirah Tulungangung. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kecerdasan logika matematika dapat ditingkatkan melalui kegiatan permainan. Temuan ini melahirkan rekomendasi untuk menggunakan permainan dalam meningkatkan kecerdasan logika matematika yang dimiliki anak. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretis maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Jika dalam proses pembelajaran, guru melaksanakan permainan dadu tentang more or less, maka kemampuan logika matematika anak PAUD Apel Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo akan meningkat.

16 2.4 Indikator Kinerja Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil mencapai tujuan bila terjadi peningkatan logika matematika dari 6 orang atau 30% dan setelah diberikan tindakan menjadi 15 orang anak atau 75% dari 20 anak yang ada di PAUD Apel Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. bermain anak-anak sambil belajar dan dibimbing secara formal, yang diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. bermain anak-anak sambil belajar dan dibimbing secara formal, yang diarahkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan prasekolah atau tempat bermain anak-anak sambil belajar dan dibimbing secara formal, yang diarahkan pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak-anak dengan berbagai karakter yang berbeda. Setiap anak adalah unik yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Anak bukanlah orang dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan IPTEK, setiap manusia mengusahakan agar warga negaranya kreatif dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat (14) dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Kanak-kanak adalah bagian dari pendidikan anak usia dini bagi anak usia 4 8 tahun sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar (PP No. 27 Tahun 1990 Bab I pasal 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses yang kompleks (rumit), namun dengan maksud yang sama yaitu, memberi pengalaman belajar pada siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan latar belakang penelitian yang akan mengantar pada apa yang menjadi fokus masalah serta signifikansi penelitian ini. A. Latar Belakang Pendidikan anak usia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan anak sejak lahir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK A. Pengantar Kita mengetahui bahwa dalam perkembangannya seorang anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas baik itu dalam bentuk fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pendidikan Anak Usia Dini menjadi wacana yang sering menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem Pendidikan Nasional sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terkait pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan pada perkembangan dan pertumbuhan manusia agar menjadi manusia yang memiliki identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan kelompok potensial dalam masyarakat yang perlu mendapat perhatian dan proritas khusus, baik para orang tua dan lembaga pendidikan. Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini yang berlangsung (0 6) tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945, terutama pada alenia ke empat yang salah satu tujuan didirikan Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan berkembang. Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang juga selalu tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan ditujukan pada anak berusia antara 0-6 tahun sesuai yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian pustaka Pada bab II kajian pustaka ini terkait dengan variabel penelitian, variabel hasil belajar matematika sebagai variabel terikat, tahapan-tahapan belajar menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Solehuddin (2000: 5)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia yang berbentuk lisan, tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam suatu komunitas masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merpakan hal yang sangat mendasar bagi kehidupan mansia, salah satunya adalah pendidikan anak usia dini. PAUD merupakan pendidikan pertama dan utama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 3 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Di pundak merekalah kelak kita menyerahkan peradaban yang telah kita bangun dan akan kita tinggalkan. Kesadaran akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR Ernawulan Syaodih Pendahuluan Perkembangan individu merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya

Lebih terperinci

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELOMPOK B3 TK ISLAM BAKTI XI SURAKARTAA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa fundamental anak ditentukan dari 0-6 tahun (masa anak usia dini). Menurut Sujiono (2009, hlm. 6) anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani

Lebih terperinci

Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 SAMPAI 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU REMI PADA ANAK KELOMPOK A TK SI KUNCUNG DAMBALO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana adalah suatu kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen

Lebih terperinci

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 4: Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Bermain Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Teori -Teori Belajar Teori belajar merupakan kegiatan yang ada didalam diri manusia untuk mengubah suatu perilaku dalam diri seseorang. Dalam psikologi dan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1 Dosen Pengampu: Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pendidikan anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pendidikan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pendidikan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, kita mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan yang dimiliki sosok pendidik untuk siswanya di sekolah masing masing. Sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Taman kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia dini (usia empat tahun sampai memasuki

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN Donna Amelia Abstrak Kemampuan berhitung dari siswa kelas B di TK Samudera Satu Atap Pariaman masih rendah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat perkembangan otak, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan pendidikan yang bermutu akan membuat bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kepribadian anak yang perlu dikembangkan adalah kreativitas. Maslow & Roger (dalam Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 40) memandang bahwa kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan formal. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan yang sangat penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar pembelajaran yang akan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia diri yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan anak selanjutnya. Karena pada

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini Merupakan salah satu bentuk pendidikan yang berada pada jalur pendidikan formal, sebagai lembaga pendidikan prasekolah tugas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam rentang kehidupan manusia, memiliki peran yang strategis. Manusia melalui usaha sadarnya berupaya untuk mengembangkan segenap potensi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. dapat, berada, kaya, dan adanya kekuatan melakukan sesuatu (Bakir & Suryanto, 2006:36).

BAB II KAJIAN TEORETIS. dapat, berada, kaya, dan adanya kekuatan melakukan sesuatu (Bakir & Suryanto, 2006:36). BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Kemampuan Membilang Angka 1 Sampai 10 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya kuasa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendidik anak sejak kecil merupakan pembangunan pondasi untuk masa depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh dan kuat. Pendidikan

Lebih terperinci