BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari kepulauan dan memiliki
|
|
- Siska Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari kepulauan dan memiliki beragama etnik yang hidup berkembang dengan tradisi dan keyakinannya masingmasing. Beragam etnik ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya di Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan adalah salah kota metropolitan dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di Indonesia (BPS, 2009). Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat sehingga Kota Medan merupakan salah satu kota multikultural di Indonesia. Berdasarkan data BPS pada tahun 2000, etnisetnis yang ada di kota Medan adalah etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Minangkabau, Melayu, Aceh, Sunda, dan sejumlah etnis-etnis lain yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak pada beragamnya nilai nilai budaya tersebut. Masingmasing etnik yang ada tentu memiliki kebiasaan, karakteristik, nilai-nilai, serta sikap yang membedakannya dengan budaya lain dan budaya tersebut akan dipertahanakan oleh setiap individu dalam kelompok tersebut. Menurut Herskovits (1963) kebudayaan merupakan sesuatu yang diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain. 1
2 Budaya di dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting karena menjadi alat perekat di dalam suatu komunitas,oleh sebab itu setiap negara memerlukan kebudayaan (Harrison and Huntington2000). Namun pada umumnya individu tidak menyadari secara nyata bahwa budaya dapat mengatur dan membentuk kepribadian dan perilakunya. Ketika individu dipisahkan dari budayanya, baik secara fisik maupun psikis, serta menghadapi kondisi yang berbeda atau bertolak belakang dengan gambaran dan asumsi yang dipercaya sebelumnya,maka pada saat itulah individu menjadi sepenuhnya sadar akan sistem kontrol dari budayanya yang selama ini tersembunyi (Gudykunst dan Kim, 2003). Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,adat istiadat,bahasa,perkakas,pakaian,bangunan, dan karya seni. (E.B. Tylor 1871). Keberagaman budaya ini dapat menjadi modal sekaligus potensi yang memiliki dua sisi. Keragaman budaya daerah menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang multikultural. Namun kondisi keberagaman budaya ini juga membawa dampak negatif yaitu sebagai sumber pemicu disintegrasi sosial jika mengedepankan kepentingan-kepentingan kelompoknya dan mengabaikan kelompok lain (Elly M. Setiadi & Usman Kolip 2010) Masalah antar budaya sering sekali muncul karena komunikasi dan pemahaman antara kelompok budaya yang satu dengan yang lain tidak terjalin dengan baik. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. Konflik-konflik 2
3 yang selama ini terjadi di Indonesia dilatarbelakangi oleh adanya keragaman identitas etnis, agama, dan ras yang masing-masing memiliki nilai-nilai dan keistimewaannya masing-masing. Dan masing-masing individu maupun kelompok budaya tersebut akan saling mempertahankan kebudayaannya masingmasing,karena budaya merupakan ciri khas dari masyarakat itu sendiri. ( Tilaar 2004) Chen (1997) mengatakan bahwa untuk bisa tetap hidup berdampingan dengan keberagaman budaya yang ada dibutuhkan kemampuan untuk mengembangkan emosi dalam memahami dan mengapresiasi perbedaan budaya sehingga kita dapat memunculkan prilaku yang efektif dalam komunikasi antar budaya sebagai "Intericultural Sensitivity". Dalam studinya Chen (1997) juga mengidentifikasi komponen dasar Intercultural Sensitivity sebagai harga diri (rasa nilai diri), self-monitoring, berpikiran terbuka, empati,keterlibatan interaksi dan akhirnya tidak menghakimi. Menurut Gudykunst dan Kim ( 1992), Intercultural Sensitivity merupakan sebuah keberhasilan integrasi proses afektif dan kognitif yang dapat membantu untuk mencapai orientasi sosial yang memungkinkan mereka untuk memahami perasaan dan juga perilaku orang lain seperti mereka sendiri. Menurut Hart Dan Burks (1972) & Carlson, dan Eadie (1980) sensitivitas sebagai pola pikir yang diterapkan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka menyatakan bahwa orang-orang yang sensitif harus mampu menerima kompleksitas pribadi, untuk menghindari kekakuan komunikasi, harus berinteraksi secara sadar, untuk menghargai ide-ide yang dipertukarkan, dan 3
4 memiliki toleransi. Elemen-elemen ini tampaknya tertanam dalam dimensi kognitif, afektif, dan perilaku interaksi antarbudaya. Bhawuk dan Brislin (1992) menunjukkan, Intercultural Sensitivity merupakan reaksi individu untuk orang-orang dari budaya lain, yang dapat menentukan kemampuan kesuksesan seseorang untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik. Definisi diatas menunjukkan bahwa Intercultural Sensitivity adalah konsep yang dinamis. Dimana orang-orang yang memiliki Intercultural Sensitivity harus memiliki keinginan memotivasi diri untuk memahami, menghargai, dan menerima perbedaan di antara budaya, dan menghasilkan hasil yang positif dari interaksi antar budaya. Memupuk sikap dan perilaku yang mampu menghargai, memahami, dan peka terhadap potensi kemajemukan, pluralitas bangsa, dalam bidang etnik, agama, dan budaya yang ada tersebut tentu harus dimulai sejak dini sehingga suatu ajaran, doktrin, atau nilai tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku,dimana dalam hal ini pendidikan akan memiliki peranan penting. Karena menurut Ekstrand, L.H. dalam Saha, Lawrence J. 1997, didalam proses pendidikanlah kesadaran, toleransi, pemahaman dan pengetahuan tentang perbedaan dan persamaan antar budaya yang berkaitan dengan konsep, nilai,keyakinan dan sikap ini akan diajarkan,dipelajari,diarahkan dan diwujudkan. Pendidikan pada hakekatnya menjadi proses pembelajaran untuk memberikan bekal pada para siswa dalam kehidupan di lingkungan sosial yang nyata. Pendidikan juga tidak hanya mengacu pada materi, penegetahuan, tetapi juga lingkungan sosial yang nyata. Inilah realitas social yang harus dihadapi dunia pendidikan dimana sekolah menjadi agen sosialisasi untuk mengenal dunia 4
5 sosialnya. Menurut Paulo Freire, (Effendi, A.,2012) pendidikan bukan menara gading yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya. Pendidikan menurutnya harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan yang mampu memahami dan menghadapi dunia sosial yang sebenarnya. Di Indonesia terdapat sekolah pendidikan formal yang berbasis heterogen (multikultural) dan berbasis homogen (monocultural). Sekolah multicultural ini sesungguhnya adalah sekolah yang bertujuan untuk memfasilitasi peserta dalam mengenal gagasan multikulturalisme dan pengalaman multiculturalisme yang dialami secara nyata di lingkungan sekolah. Wacana multiculturalisme dewasa ini sangat penting bagi negar-negara berkembang dan maju, termasuk salah satunya Indonesia yang merupakan negara yang memiliki berbagai macam karakteristik identitas seperti agama, sosial, budaya, dan bahasa (Chaeruman & Ruslan 2011) Multikulturalisme dipahami sebagai konsep yang berkaitan dengan aspek sosial, politik,ekonomi, dan budaya. Aspek-aspek tersebut memberikan relasi baru dalam mewujudkanmasyarakat yang harmonis dan terintegrasi. Secara sederhana, multikulturalismedidefinisikan sebagai suatu pemahaman dalam peningkatan yang mencakup, keyakinan, keberagamaan, kebersamaan dalamperbedaaan yang sederajat, kesukubangsaan, kebersamaan perolehan pendidikan, dsb didalam diri manusia itu sendiri. Setiap orang harus menganggap multikultural itu sebagai bagian dari kehidupan yang nyata,dimana setiap orang hidup di tengah-tengah orang lain, sebagaimana orang lain hidup ditengah-tengah orang banyak (Ridwan, 2002:87) 5
6 Dalam perspektif keragaman budaya, system pendidikan nasional harus memberi kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada setiap warga Negara. Oleh karena itu, dalam penerimaan peserta didik, tidak dibenarkan adanya pembedaan atas jenis kelamin, agama, ras, latar belakang sosial, dan tingkat ekonomi. Perluasan istilah konsep satu system pengajaran nasional menjadi satu system pendidikan nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional memungkinkan pemberian perhatian terhadap unsure pendidikan yang berhubungan dengan kepribadian manusia. Pada gilirannya, hal tersebut diharapkan dapat mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bertaqwa, memilihara kemanusiaan, dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Menurut Anwar Effendi (2008) Pendidikan multikultural sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis multicultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk mau memahami dan menghargai keberagaman yang ada. Dengan pengembangan system pendidikan multikultural diharapkan mampu menjadi salah satu metode yang efektif meredam konflik. Selain itu, pendidikan multicultural bisa menanamkan sekaligus mengubah pemikiran peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras, dan antargolongan. Menurut Fay (1996) multikulturalisme sebagai suatu ideologi yang akan mengakui dan menerima perbedaan menjadi kesederajatan baik secara kebudayaan individumaupun secara kolektivitas. Dengan demikian mulitikulturalisme dapat mewujudkanmasyarakat yang rukun dan menjunjung nilai-nilai kesederajatan. Itulah sebabnya dalam konteks pendidikan, 6
7 multikulturalisme sangat penting diajarkan di sekolah. Hal ini berkenaan dengan Indonesia sebagai bangsa yang besar yang terdiri darikeanekaragaman masyarakat dan budaya. Kemajemukan itu harus di internalisasi dalammuatan pendidikan yang menekankan pada aspek kesederajatan dalam pemenuhan hakhakbagi warga negara, sehingga benturan-benturan sosial. Menurut James A. Banks pendidikan multikultural adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui danmenilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup,pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatankesempatan pendidikan dari individu,kelompok maupun negara. Pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai proses atau strategi pendidikan yangmelibatkan lebih dari satu budaya yang ditunjukkan melalui kebangsaan, bahasa, etnik,dan lain-lain. Pendidikan multikultural diarahkan untuk mewujudkan kesadaran,toleransi, pemahaman dan pengetahuan yang mempertimbangkan perbedaan cultural danjuga perbedaan dan persamaan antar budaya dan kaitannya dengan kosep, nilai, dankeyakinan serta sikap (Lawrence J. Saha, 1997). Namun pada kenyataannya kita lihat pada sekarang ini, multikulturalisme yang seharusnya menekankan untuk bertoleransi, memahami dan mempertimbangkanperbedaan yang ada baik itu dari etnis, kepercayaan serta sikap ternyatakerap menimbulkan konflik baik dari segi etnis,kepercayaan maupun sikap antar individu.melalui pendidikan (multikultural), kesadaran akan nilai multikultur dapat dikembangkan. Pendidikan multikulturalisme menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan berbasis 7
8 pemanfaatan keragaman yang ada dimasyarakat. Khususnya yang ada pada siswa seperti: keragaman etnis, budaya, bahasa,agama, status sosial, gender,umur dan ras(tilaar 2004) Penanaman wawasan multikulturalisme dapat diawali dengan kesadaran akan pentingnya nilai kebersamaan, menanamkan sikap toleransi, serta menjunjung tinggi demokrasi dan pemahaman makna budaya perdamaian. Pendidikan dengan basis multikultural akan sangat membantu orang untuk mengerti, memahami, serta menerima perbedaan sebagai sebuah keniscayaan yang harus dihargai dan dihormati sehingga tumbuh pemahaman akan relativitas nilai budaya (Ekstrand, L.H. dalam Saha, Lawrence J ) Sayangnya, sejak orde baru Indonesia juga cenderung masih menggunakan sistem monokultural. Sebagai contoh, lahirnya sekolah favoritnonfavorit dan sekolah negeri-swasta. Pembentukan karakteristik dalam dunia pendidikan tersebut justru cenderung menjauh dari konsep multikulturalisme. Begitu juga maraknya sekolah-sekolah berbasis homogen (monokultural seperti etnis dan keagamaan) (Aris Saefulloh ) Menurut Grendi Hendrastomo (2012) Sekolah berbasis pendidikan homogen ditandai dengan kesamaan karakteristik peserta didik baik secara persamaan ekonomi,golongan,agama,maupun etnisitas.aris Saefulloh (2009) juga menambahkan bahwa sekolah negeri atau swasta yang berbasis Islam menjadi identik bagi sekolah kaum pribumi. Sedangkan sekolah-sekolah yang berbasis Kristen menjadi identik dengan sekolah bagi anak-anak keturunan China. Kondisi dan realitas ini melahirkan segregasi yang membentuk sikap eksklusivisme dan dapat melahirkan sikap anti toleran terhadap kemajemukan. Pada sekolah yang 8
9 berbasis homogen (monokultural) akan cenderung memiliki budaya yang sama didalam lingkungan sekolah. Hal ini tentu akan menciptakan budaya yang homogen di lingkungan sekolah dan para siswa dan siswi yang ada di sekolah tersebut. (Aris Saefulloh ) Homogenitas pendidikan kemudian diartikan sebagai keseragaman, harmonisasi yang dipaksakan, kesamaan, kesebandingan, sesuatu hal yang dibuat sama dan seragam dalam dunia pendidikan, termasuk didalamnya kesamaan status sosial, kesamaan agama, hingga etnis para peserta didiknya. Homogenitas disini sama artinya dengan diskriminasi terhadap siswa yang berbeda dalam hal status sosial, agama atau etnis. Pendidikan homogen (monokultural) juga cenderung mengabaikan keunikan dan pluralitas,sehingga memasung pertumbuhan pribadi yang kritis dan kreatif. (Abdul Munir Mulkhan Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam artikel Pendidikan Monokultural VS Pendidikan Multikultural) Berdasarkan uraian diatas, pendidikan yang berbasis multikultural contohnya sekolah umum negeri atau swasta yang memiliki karakteristik murid tanpa membedakan agama,suku,dan ras atau golongan tertentu,akan membangun kesadaran pentingnya nilai kebersamaan, menanamkan sikap toleransi,mengerti, memahami, serta menerima perbedaan yang harus dihargai dan dihormati. Sementara bagaimana dengan yang homogen? sekolah yang berbasis pendidikan homogen (monokultural) contohnya sekolah yang memiliki karakteristik murid dengan agama atau suku dan ras tertentu yang akan cenderung menjauh dari konsep multikulturalismedan dapat melahirkan sikap anti toleran 9
10 terhadap kemajemukan yang ada diantara budaya di Indonesia khususnya kota Medan. Berdasarkan hal ini peneliti ingin melihat bagaimana perbedaan Intercultural Sensitivity pada sekolah yang homogen (monokultural) dengan sekolah yang heterogen (multikultural) yang ada di kota medan? B. Perumusan masalah Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan Intercultural Sensitivitysiswa pada sekolah yang homogen (monokultural) dengan sekolah yang heterogen (multikultural) di kota Medan C. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan Intercultural Sensitivity para siswa pada sekolah yang homogen (monokultural) dengan sekolah heterogen (multicultural) di kota medan. D. Manfaaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi dan dapat menambah pengetahuan khususnya dalam bidang Psikologi Sosial, juga dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi dan pemicu bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut berkaitan dengan topik. 10
11 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui perbedaan Intercultural Sensitivity antara siswa pada SMA yang homogen (monokultural) dengan SMA yang heterogen (multikultural) di kota Medan. Menjadi evaluasi sejauh mana pendidikan mendukung keragaman budaya melalui perbedaanintercultural Sensitivity yang ada pada siswa SMA yang homogen (monokultural) dan heterogen (multikultural) di kota Medan. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang yang mendasari penelitian ini, rumusan masalahnya, tujuan diadakannya penelitian, manfaat penelitian dari segi teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Bagian ini berisikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Adapun teori-teori yang dimuat adalah teori mengenai Intercultural Sensitivity. 11
12 BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi identifikasi variabel yang diuji dalam penelitian, defenisi operasionalnya, populasi dan sampel yang akan diteliti, metode yang digunakan dalam pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, serta metode dalam menganalisis hasil data penelitian. BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN pembahasan Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang disertai dengan interpretasi dan BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN dilakukan. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah 12
13 PARADIGMA BERFIKIR Budaya Indonesia Sekolah Sekolah heterogen Sekolah homogen Intercultural Sensitivity Masyarakat Multicultural Gambar 1. Paradigma Berfikir 13
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Intercultural Sensitivity 1. Pengertian Intercultural Sensitivity Kajian terhadap konsep yang menyerupai intercultural sensitivity tidak hanya dapat dilakukan dengan perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para Teolog abad pertengahan, para filsuf seperti Locke dan Hume, matematikawan, dan dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya
Lebih terperinciARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS
PENDIDIKAN ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS Tim Peneliti: Dr. Farida Hanum Setya Raharja, M.Pd UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakannegara multikultural yang memiliki keberagaman ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang dapat dikatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing
Lebih terperinciPLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA
PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa. Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan wujud dari bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Pendidikan Nasional secara yuridis terkandung dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciindustrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL a. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel
1 PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel Abstrak Setiap etnik atau ras cenderung memunyai semangat dan ideologi yang etnosentris,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan
338 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka A.1 Konsep Penerapan Penerapan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia ini di isi oleh penduduk dengan bermacam-macam perbedaan. Perbedaan tersebut mencangkup agama, profesi, jenis kelamin, dan wilayah. Walaupun sebenarnya tak hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciPeningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial
XVI Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial Untuk mewujudkan Jawa Timur makmur dan berakhlak, diperlukan landasan kesalehan sosial dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni Bhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah Negara yang sangat multikultural dengan keanekaragaman suku, budaya, agama serta ras yang di milikinya.semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinci[ Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi] 2012
[ R1] Harmonisasi Hubungan Lintas Kultural Masyarakat Transmigrasi Mendukung Pusat Pertumbuhan (Kasus Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan Agen/Fasilitator Mendukung Koridor Ekonomi Kalimantan Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku merupakan bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Indonesia yang memiliki nilai-nilai adat dan budaya yang beragam dan kaya. Situasi ini telah memberikan gambaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau yang tak terhitung jumlahnya. Bentuk negara kepulauan tersebutlah yang menghasilkan berbagai
Lebih terperinciMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian penting dalam pembelajaran sejarah di Indonesia adalah mengenalkan tokoh atau pelaku sejarah kepada peserta didik. Tokoh atau pelaku sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun
Lebih terperinciPERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dibentuk oleh adanya keragaman suku, budaya, ras, dan agama yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang kaya akan budaya. Menurut Badan Pusat
Lebih terperinciKata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI
Pendidikan Multikultural (1) Oleh : Efrin Baka Abstrak Indonesia adalah satu di antara negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang
Lebih terperinciTEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL
II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
207 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab V ini peneliti akan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab lima ini merupakan kesimpulan dari hasil
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang
248 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengkaji tentang Internalisasi Nilai Integrasi untuk Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Dari hasil analisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinci2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu bersifat abstrak yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan gagasan atau sistem ide yang di dalamnya terdapat sebuah pikiran manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki masyarakat yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dibuktikan melalui semboyan lambang Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman di dalamnya seperti budaya, ras, agama, dan lain sebagainya. Indonesia termasuk negara multikultur yang juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan
Lebih terperinciNILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati
NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE
ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sadar yang dibutuhkan untuk manusia menunjang perannya di masa mendatang.
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem dan cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar
Lebih terperinci2015 PEMANFAATAN SITUS KESULTANAN DELI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIKULTURAL
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sejarah merupakan salah satu sarana strategis dalam pewarisan nilai-nilai luhur bangsa kepada generasi muda yaitu peserta didik, atau dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik ataupun mental, sebenarnya merupakan kehendak Tuhan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah fakta sosial yang harus kita terima adalah kemajemukan yang ada dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa manusia dibedakan berdasarkan etnis, suku, budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai ciri khas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai
Lebih terperinciBAB 5 RINGKASAN. Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis
BAB 5 RINGKASAN Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam etnis atau suku bangsa tinggal di dalamnya. Salah satu etnis yang paling menonjol perannya dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu
Lebih terperinciUKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia di tengah keberagamannya menganut falsafah Bhinneka Tunggal Ika. 1 Prinsip ini mengandung makna dan nilai yang sangat dalam serta luas bagi pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi menghilangkan jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini menjadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 300 suku, 200 bahasa dan lima agama yang diakui di Indonesia. Jadi, Indonesia. termasuk negara yang multikultural (Yaqin, 2007: 3).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat 13.000 pulau (kurang lebih) dari segi geografis, 200 juta jiwa, 300 suku, 200 bahasa dan lima agama yang diakui di Indonesia. Jadi, Indonesia termasuk negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanada merupakan salah satu negara multikultur yang memiliki lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanada merupakan salah satu negara multikultur yang memiliki lebih dari 200 kelompok etnis hidup bersama, dan lebih dari 40 kebudayaan terwakili di dalam media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah pendidikan bukanlah hal asing lagi saat ini, Nanang Fatah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pendidikan bukanlah hal asing lagi saat ini, Nanang Fatah dalam bukunya mengutip pernyataan Driyarkara yang menyatakan bahwa pendidikan itu adalah memanusiakan
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gelombang globalisasi kini menjadi fenomena dan realitas kehidupan keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus perkembangan jamanyang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,
Lebih terperinciILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR. Manusia, Keragaman, dan Kesederajatan
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Manusia, Keragaman, dan Kesederajatan DISUSUN OLEH: PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2016 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun. masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang ikut berperan dalam
BAB IV ANALISIS A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun Mojokerep Dalam menanamkan nilai-nilai multikultural, tidak lepas dari peran masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.
Lebih terperinci