BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. Alasan Pemilihan Lokasi Lokasi yang tepat untuk merancang Museum Ciliwung berada di Jalan Condet Raya, Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. LOKASI TAPAK Gambar 2.1 Peta Lokasi Penemuan Situs-situs Prasejarah 8

2 Alasan pemilihan lokasi di daerah ini ditinjau dari beberapa faktor, yaitu: Terletak bersebelahan dengan Sungai Ciliwung dan di sekitar daerah tersebut terdapat lokasi penemuan situs-situs peninggalan zaman prasejarah. (lihat gambar 2.1) Lokasinya di daerah Condet, yang notabene merupakan Kawasan Konservasi Alam dan Kawasan Cagar Budaya. Lokasi tapak sesuai dengan peruntukkan lahannya, yaitu Suka Sarana Pendidikan (Spd). (Lihat gambar 2.3) 2.2. Tinjauan Lokasi Proyek Spesifikasi Proyek Judul : Perancangan dan Pengembangan Kawasan Museum Ciliwung Jakarta Lokasi : Jln. Condet Raya, Kel. Gedong, Kec. Pasar Rebo, Jakarta Timur Luas Tapak, Sempadan Sungai : m 2, m 2 KDB, KLB : 40%, 1,6 Land Use : Suka Sarana Pendidikan (Spd) Luas Lantai Dasar : m 2 Luas Keseluruhan Lantai : m 2 Jumlah Lantai Maksimal : 4 lantai GSB, GSS : 10 meter, 8 meter Sifat Proyek : Perancangan dan Pengembangan Sasaran : Pelajar, Mahasiswa, Peneliti, dan Masyarakat Umum 9

3 Peta Propinsi DKI Jakarta Peta Kecamatan Pasar Rebo LUAS AREA SEMPADAN SUNGAI m 2 LUAS TAPAK BANGUNAN m 2 Gambar 2.2 Peta Lokasi Tapak di Jalan Condet Raya Gambar 2.3 Peta Rencana LRK Kondisi, Batas Tapak, dan Situasi di Sekitar Tapak Proyek Kondisi tapak berkontur landai dengan beda ketinggian ±12 meter dari permukaan tapak paling bawah terhadap jalan Condet Raya. Batas-batas tapak, antara lain: Sebelah utara : TPU Pejaten 2 Sebelah selatan : pemukiman Sebelah timur : Jalan Condet Raya Sebelah barat : Sungai Ciliwung 10

4 Sungai Ciliwung TPU Pejaten 2 Pemukiman Jalan Condet Raya Kondisi tapak berkontur landai Gambar 2.4 Kondisi dan Batas Tapak Gelanggang Remaja Gedung Laboratorium Tari dan Karawitan Condet Rindam Jaya LOKASI SITE Global Islamic School Sungai Ciliwung Jalan Condet Raya Jalan TB Simatupang Jalan Gedong Gambar 2.5 Situasi di Sekitar Tapak 11

5 2.3. Tinjauan Judul Proyek Deskripsi Judul Judul skripsi yang telah ditentukan adalah Perancangan dan Pengembangan Kawasan Museum Ciliwung Jakarta. Museum menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 Pasal 18 ayat (2) Tentang Cagar Budaya adalah lembaga yang berfungsi, melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya atau yang bukan Cagar Budaya, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Museum Ciliwung termasuk dalam kategori on-site museum atau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Museum Situs, yaitu museum yang didirikan di dalam kawasan situs purbakala, sehingga keterkaitan koleksi dengan situsnya mudah di pahami. Cakupan bidang kerja museum situs di arahkan untuk mengumpulkan, meneliti, merawat, mengamankan, menyebarluaskan informasi, dan menyajikan benda-benda (artefak) dari situs purbakala. Dalam kaitannya dengan penafsiran koleksi dan melakukan edukasi serta layanan kepada masyarakat, maka peran museum situs menjadi signifikan karena dapat memberi gambaran atau mengarahkan pengunjung sebelum mereka mengunjungi atau memahami nilai penting kearifan nenek moyang dimasa lampau secara langsung dilapangan. Sumber diperoleh dari: -penyelenggaraan-museum-situs.html Fungsi Utama Museum Menurut Internacional Council of Museum (ICOM) 2005, museum pada dasarnya memiliki fungsi sebagai: Pengumpulan, pengamanan, penyimpanan, dan pendokumentasian warisan alam dan budaya sebagai koleksi (Documentation). Konservasi 7 dan preservasi 8 koleksi (Conservation). 7 Namun menurut Adishakti (2007) istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter. 12

6 Penelitian koleksi (Research). Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum melalui koleksi (Exhibition). Pengenalan dan penghayatan melalui edukasi dan visualisasi (Education) Jenis Museum Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis klasifikasi (Ayo Kita Mengenal Museum 2009), yakni sebagai berikut: Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, terdapat 2 jenis: - Museum Umum - Museum Khusus Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat 3 jenis: - Museum Nasional - Museum Propinsi - Museum Lokal Jenis museum berdasarkan penyelenggaraannya, terdapat 2 jenis: - Museum Pemerintah - Museum Swasta Jenis museum berdasarkan bentuk bangunannya, terdapat 3 jenis: - Museum Tertutup (Indoor). - Museum Terbuka (Outdoor). - Kombinasi dari kedua bentuk di atas Landasan Kebijakan Tiga landasan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (Konsep Penyajian Museum 2011), yaitu: Landasan Ideal, yaitu Pancasila. Disini dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Sumber diperoleh dari 8 Preservasi adalah tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta bentuk tanaman yang ada dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping pemeliharaan material bangunan bersejarah tersebut. Sumber diperoleh dari &view=article&id=35:definisipengertian-dalam-pelestarian-bangunanlingkungan-&catid=1:latest&itemid=2. 13

7 Landasan Konstitusional, yaitu: - Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2) - Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32 - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Pasal 18 ayat (2) Tentang Cagar Budaya Landasan Operasional, yaitu: - Nilai budaya Indonesia. - Kebudayaan nasional yang dibina dan diarahkan pada penerapan nilainilai kepribadian bangsa yang berlandaskan Pancasila. - Kebudayaan bangsa yang berkepribadian dan berkesadaran nasional. - Usaha-usaha pembauran bangsa yang lebih ditingkatkan di segala bidang kehidupan. - Tradisi dan peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan bangsa Zona Fungsi Kegiatan pada Museum Menurut Gail Dexter Lord dan Barry Lord (The Manual of Museum Planning 2001, 2: ), berdasarkan fungsi kegiatannya, secara garis besar museum terdiri dari empat zona yang mewakili semua jenis ruang dalam maupun ruang luar museum, yaitu: Zona Publik-non Koleksi (P-nK) Yaitu zona yang meliputi aktivitas yang bersifat umum tetapi tidak memiliki keterkaitan dengan ruang pameran/koleksi museum, pelaku kegiatannya ialah pengunjung museum, peneliti, dan pengelola. Zona Publik-Koleksi (P-K) Yaitu zona yang meliputi aktivitas permuseuman dan masih bersifat publik, pelaku kegiatannya ialah pengunjung museum, peneliti, dan pengelola. Zona Koleksi-non Publik (K-nP) Yaitu zona yang meliputi aktivitas permuseuman namun tertutup untuk publik, pelaku kegiatannya ialah peneliti dan pengelola. Zona non Koleksi-non Publik (nk-np) Yaitu zona yang meliputi aktivitas pengelolaan dan tertutup untuk publik, pelaku kegiatannya ialah pengelola. 14

8 Analisa Program Ruang dengan Metode Zona Fungsi Ruang Museum Analisa program ruang menggunakan metode zona fungsi ruang museum pada Winnipeg Art Gallery, yang merupakan bangunan yang di desain khusus yang beredar pada tahun 1967 oleh arsitek Kanada Gus da Rosa (The Manual of Museum Planning 2001, 2:286). Metode zona fungsi ruang tersebut dilakukan dengan cara menentukan persentase pada setiap zona fungsi kegiatan dan berpatokan pada koleksi museum yang akan dipamerkan. Publik-Koleksi (P-K) Publik-non Koleksi (P-nK) Total Publik 37% 25% 62% Koleksi-non Publik (K-nP) non Koleksi-non Publik (nk-np) Total non-publik 18% 20% 38% Total Koleksi Total non-koleksi Total 55% 45% 100% Gambar 2.6 Metode Zona Fungsi dengan Cara Menentukan Persentase Pada Tiap Zona Fungsi Kegiatan Kebijakan Penyajian atau Pameran Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam kaitan kegiatan penyajian museum menurut Konsep Penyajian Museum 2011, adalah: Faktor pengunjung museum Faktor kebijakan dan perencanaan Faktor metode penyajiannya Menurut Konsep Penyajian Museum 2011, pameran adalah inti dari pengalaman yang ditawarkan museum kepada masyarakat. Berdasarkan pengertian dan jangka waktu pelaksanaan, serta jenis dan sifatnya pameran museum dibagi menjadi tiga, yaitu: Pameran Tetap Ialah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurangkurangnya selama tiga tahun. Tema pameran sesuai visi dan misi museum. Idealnya koleksi yang disajikan di ruang pameran tetap adalah 25% - 40% dari koleksi yang dimiliki museum. 15

9 Langkah-langkah penyusunan gagasan Tata Ruang Pameran Tetap di museum, adalah Alur cerita (Storyline), serta Alur penyajian dan alur pengunjung Empat pendekatan untuk konsep alur yang digunakan dalam mengarahkan isi pameran, yaitu Pendekatan Kronologi, Pendekatan Taksonomik, Pendekatan Tematik, dan Pendekatan Gabungan Pameran Khusus atau Pameran Temporer Ialah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu antara satu minggu sampai dengan tiga bulan, dengan mengambil tema khusus, dengan tujuan untuk mengundang lebih banyak pengunjung ke museum, dan untuk mengenal, serta jenis koleksi yang disajikan. Pameran Keliling Ialah pameran yang diselenggarakan di luar museum pemilik koleksi dalam jangka waktu tertentu, dengan tema khusus, dan bertujuan untuk memperkenalkan suatu khasanah budaya daerah yang satu kepada daerah lainnya, sehingga memperoleh hubungan antar suku bangsa atau budaya Studi Banding Mengenai Museum Geologi Bandung Museum Geologi terletak di Bandung, Jawa Barat dan didirikan pada tanggal 16 Mei Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut: (lihat Gambar 2.8 dan 2.9) Lantai Satu Terbagi menjadi tiga ruang utama : Ruang Orientasi di bagian tengah, Ruang Sayap Barat dan Ruang Sayap Timur. Ruang Orientasi Berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian. Ruang Sayap Barat Dikenal sebagai Ruang Geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi tentang: 16

10 Ruang Sayap Timur Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari primitif hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. (lihat gambar 2.12) Lantai Dua Terbagi menjadi tiga ruangan utama: Ruang Barat, Ruang Tengah dan Ruang Timur. Ruang Barat Ruang Barat digunakan oleh staf museum. Ruang Tengah Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengah Irian Jaya. Ruang Timur Terbagi menjadi tujuh ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia. Gambar 2.7 Denah Museum Geologi 17

11 Gambar 2.8 Sistem Tata Pamer pada Museum Geologi Gambar 2.9 Pemanfaatan cahaya untuk labeling koleksi yang bisa disentuh (touch collection) pada sudut Pameran Asal Mula Terbentuknya Bumi Gambar 2.10 Penggunaan media Touchscreen (film dan animasi) pada sudut Pameran Gunung Api 18

12 Gambar 2.11 Penggunaan media film dan animasi pada sudut Pameran Mesozoikum Gambar 2.12 Antrean pengunjung Museum Geologi yang yang mayoritas dari siswa-siswi SLTP dan SLTA Sumber diperoleh dari Majalah Museografia 2009, 3:41-61 dan press.com/category/tugas-kkl/museum-geologi-bandung/ Kesimpulan Studi Banding Dari studi banding yang telah diuraikan pada sub judul sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan, sebagai berikut: Penggunaan media film dan animasi sangat diperlukan untuk menarik minat pengunjung. Selain itu, penggunaan media ini merubah paradigma terhadap museum yang dulunya merupakan sebuah tempat yang seram dan membosankan menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Sistem tata pameran museum yang tertata dengan baik dari segi pengelompokkan jenis-jenis pameran. 19

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA PROBLEMATIKA Aktualita: Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng Pembangunan wisata budaya betawi yang mengharuskan Perencanaan

Lebih terperinci

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75 2.1.4. Persyaratan Museum 12 2.1.5. Standar Fasilitas Museum Internasional 13 2.1.6. Kajian Teoritis 15 2.1.7. Literatur Museum 26 2.2. Potensi Museum Sonobudoyo Terkait Pariwisata di Yogyakarta 27 2.3.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii vi vii x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Tugas Akhir 1 1.2 Penjelasan Judul 1 1.3 Pengertian

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum Kerajinan batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang merupakan warisan budaya lokal dan menjadi warisan budaya yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama BAB IV ANALISIS 4. Analisis Kegiatan 4.. Kegiatan Utama Kegiatan ini antara lain berupa penyelenggaraan pameran, penerangan dan peragaan. a. Jenis pameran museum ini dapat dibagi: ) Berdasarkan gerak,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK DI PEKALONGAN

MUSEUM BATIK DI PEKALONGAN MUSEUM BATIK DI PEKALONGAN Oleh : Miftakhul Latifah, Budi Sudarwanto, Agung Dwiyanto Batik merupakan salah satu seni budaya asli di indonesia yang selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam buku Penghargaan Konservasi Bangunan Cagar Budaya karya Dr.Dibyo Hartono tahun 2104, sejarah sebuah kota adalah sejarah kehidupan manusia yang tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

PROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA

PROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA PROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA 1. Judul Museum Sains dan Teknologi Di Surabaya 2. Latar Belakang Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar

Lebih terperinci

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG -BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berlibur merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi bagi masyarakat urban pada saat ini guna melepas kejenuhan dari padatnya aktivitas perkotaan. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK II.1 Tinjauan Umum Proyek II.1.1 Tinjauan Proyek Judul : Pusat Pendidikan Budaya Betawi Tema : Arsitektur Betawi Lokasi : Jalan Bulungan Raya, Jakarta Selatan Luas Lahan : ±

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian museum adalah sebagai berikut : 1. Dalam kamus Oxford disebut bahwa museum berasal dari kata mousa yang berarti arah. Pengertian ruang atau tempat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK Mei 2012 Sudut pandang tentang batik Konsep pemikiran Museum Batik Indonesia Lokasi pilihan Orientasi bangunan sebagai titik tolak harmonisasi kawasan Situasi tapak Zoning plan Block plan dan konsep bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci

Galeri Arsitektur Jawa Tengah OUTPUT INPUT

Galeri Arsitektur Jawa Tengah OUTPUT INPUT 1.7 Alur Pikir Perencanaan dan Perancangan Arsitektur GAJT INPUT FENOMENA Munculnya gaya arsitektur baru yang berkembang saat ini, membuat gaya arsitektur lama semakin tertinggal dan penerapannya di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permainan tradisional merupakan permainan yang diciptakan oleh leluhur kita, mereka membuat permainan dari benda benda atau tumbuhan yang terdapat di alam sekitar.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 2.1. Pengertian Judul Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan pengertian sebagai berikut. Gorontalo adalah nama dari daerah Provinsi

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala bisa digolongkan ke dalam jenis museum militer karena koleksi yang dimiliki. Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) sempat

Lebih terperinci

BAB II : TINJAUAN TEORI GALLERY SENI, PRESERVASI, KONSERVASI,

BAB II : TINJAUAN TEORI GALLERY SENI, PRESERVASI, KONSERVASI, DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Persembahan Abstraksi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Lampiran i n m' jv VI vjij x\[ xjv BAB I :PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolam renang merupakan fasilitas umum yang digemari oleh anakanak, remaja dan juga dewasa. Terutama remaja dan anak-anak sangat menyukai tempat yang menyediakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan I La Galigo merupakan intangible heritage yang menjadi identitas masyarakat Sulawesi Selatan dan saat ini masih bertahan di tengah arus globalisasi. Salah satu cara untuk melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan segala sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Sejarah juga selalu menjadi hal yang penuh misteri bagi sebagian anak-anak, karena sejarah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layaknya fenomena alam yang telah terjadi di dunia ini, evolusi makhluk hidup termasuk ke dalam subyek bagi hukum-hukum alam yang dapat di uji melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah. W. BIDANG KEBUDAYAAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kebijakan Bidang 1. 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan skala 2. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, budaya, dan keindahan alam yang mempesona. Keindahan alam yang dimiliki oleh Indonesia menyimpan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.I. Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan Akademi Spak Bola ini adalah menciptakan dan mewujudkan suatu bangunan yang merupakan wadah bagi

Lebih terperinci

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Primata adalah salah satu bagian dari golongan mamalia (hewan menyusui) dalam kingdom animalia (dunia hewan). Primata muncul dari nenek moyang yang hidup di pohon-pohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai pandangan awal tentang judul yang diambil yaitu Museum Transportasi Darat di Bali. Adapun hal yang dibahas dalam bab ini yaitu latar belakang

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, era pembangunan teknologi sudah sangat cepat berkembang di mana suatu produk dari hari ke hari akan memberikan suatu perkembangan yang mana perkembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia

Lebih terperinci

STUDIO TUGAS AKHIR BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Fungsional 4.1 Pemintakatan

STUDIO TUGAS AKHIR BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Fungsional 4.1 Pemintakatan BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Fungsional 4.1.1 Pemintakatan 4.1 Pemintakatan Pembagian zona pada perancangan pusat pelatihan sepakbola ini terdiri dari 4 zona. Pembagiannya itu sendiri sesuai dengan subtansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional museum yang diakses melalui icom.museum pada tanggal 24 September 2014, museum merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gambar 1.1.Bangunan di kota Bandung yang bergaya Art Deco (sumber : dokumentasi pribadi)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gambar 1.1.Bangunan di kota Bandung yang bergaya Art Deco (sumber : dokumentasi pribadi) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung adalah ibu kota Jawa Barat yang memiliki ketinggian wilayahnya kurang lebih 768 meter diatas permukaan laut, dan kondisi geografisnya dikelilingi oleh

Lebih terperinci

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia dan Yogyakarta Kaya akan Budaya Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu: BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Fungsional 4.1.1. Analisis Organisasi Ruang Pengorganisasian ruang-ruang pada proyek ini dikelompokkan berdasarkan fungsi ruangnya. Ruang-ruang dengan fungsi yang sama sedapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang >< BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dipisahkan dari negara Indonesia yang terkenal akan keanekaragamannya. Keanekaragaman ini menjadi unsur perekat kesatuan dan persatuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N BAB I PENDAHULUAN 1.1. Batasan Pengertian 1.1.1. Pengertian Museum Gamelan Jawa a. Museum Ada beberapa pengertian museum, namun menurut esensinya secara umum museum adalah gedung

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III BAB III KONSEP DESAIN Sebagaimana fungsinya sebagai Museum Budaya Propinsi Jawa Barat, museum ini mewakili kebudayaan Jawa Barat, sehingga tema yang diangkat adalah Kesederhanaan Jawa Barat dengan mengadaptasi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Museum Perjuangan Rakyat Indonesia

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Museum Perjuangan Rakyat Indonesia 31 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Nama Proyek Nama Proyek Lokasi : : Museum Perjuangan Rakyat Indonesia Gambar 3.1 Site Sumber : Dokumentasi pribadi Luas lahan Pemilik Sumber dana Sifat proyek Sub-wilayah

Lebih terperinci

MUSEUM GEOLOGI BLORA

MUSEUM GEOLOGI BLORA TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM GEOLOGI BLORA Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh :

Lebih terperinci

MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA

MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi : DINAS KEBUDAYAAN Tugas Pokok dan Fungsi : KEPALA DINAS Kepala Dinas mempunyai tugas: 1. menyusun rencana dan program kerja Dinas; 2. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas; 3. merumuskan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang banyak diandalkan oleh negara-negara di dunia. Pariwisata juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam BAB III METODE PERANCANGAN Suatu proses perancangan membutuhkan suatu metode yang memudahkan bagi perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam Perancangan Pusat Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Pusat Industri Jajanan dan Pengembangan Bioteknologi Tempe di Sanan Kota Malang ini adalah dengan melakukan perancangan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan

Lebih terperinci

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 6 EVALUASI RANCANGAN Berdasarkan evaluasi akhir terdapat beberapa hal yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan kualitas pada rancangan Sriwijaya Archaeology Museum. Selain itu penambahan pada desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum.

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata adalah upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dim iliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur

Lebih terperinci

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA Oleh : Padmo Prabowo Aji Baskoro, Resza Riskiyanto, Djoko Indrosaptono Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang pesat pada Kota Jakarta menjadikan kota ini semakin dikenal oleh

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Hasil perancangan Museum Sejarah dan Budaya di Blitar adalah penerapan konsep arsitektur candi Penataran. Konsep dasar ini dicapai dengan cara mengambil filosofi

Lebih terperinci

CATATAN RISALAH AANWIJZING SAYEMBARA KONSEP DESAIN ARSITEKTUR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

CATATAN RISALAH AANWIJZING SAYEMBARA KONSEP DESAIN ARSITEKTUR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION CATATAN RISALAH AANWIJZING SAYEMBARA KONSEP DESAIN ARSITEKTUR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION [SAYEMBARA KONSEP DESAIN PENGEMBANGAN ZONA III-V KAWASAN PRAMBANAN] 13 APRIL 2013 K A N T O R PT. TAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Pesatnya perkembangan zaman kearah yang lebih modern dan diikuti dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan, kian menuntut masyarakat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Museum, Moluccas, History, Era

ABSTRAK. Kata kunci: Museum, Moluccas, History, Era ABSTRAK Historical Museum of Moluccas Movement merupakan suatu rancangan untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. Perancangan Museum ini bertujuan agar pengunjung berkesan dan mampu mengingat segala

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah Fokus Permasalahan Permasalahan Perancangan Maksud dan Tujuan Perancangan...

1.1 Latar Belakang Masalah Fokus Permasalahan Permasalahan Perancangan Maksud dan Tujuan Perancangan... DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Fokus Permasalahan... 6 1.3 Permasalahan Perancangan... 7 1.4 Maksud dan Tujuan Perancangan... 8 BAB II TINJAUAN TEORI DAN DATA 2.1 Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, informasi menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat modern. Informasi bisa didapatkan dari berbagai macam bahan atau sumber, salah satunya adalah buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan Indonesia saat ini sedang mengalami penurunan. Dilansir dari data Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh United

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG v DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL TUGAS AKHIR... PENGESAHAN... PERNYATAAN... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR DIAGRAM... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki warisan dari nenek moyang berupa keanekaragaman seni dan budaya yang harus dilestarikan. Hal ini karena keanekaragaman seni dan budaya yang

Lebih terperinci

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii ABSTRAKSI...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xi BAB I 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.1.1 Isu Gempa

Lebih terperinci

1.2 Tinjauan D.I Jogjakarta. 1.4 Kontemporer pada penampilan bangunan dan interior

1.2 Tinjauan D.I Jogjakarta. 1.4 Kontemporer pada penampilan bangunan dan interior DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ' u m 1V v I. BAG. 1 1. PENPAHULUAN 1 1.1 Latar belakang 1.2 Tinjauan D.I Jogjakarta 1 1 1.3 Seni lukis dan Kontemporer 1.4

Lebih terperinci

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER Oleh : Tony Sugiarto, Bambang Adji Murtomo, Bambang Suprijadi Perempuan merupakan sosok yang selalu menjadi sorotan di masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan yang semakin pesat membuat masyarakat modern bertambah jenuh dengan rutinitas sehari-hari yang dikerjakanya. Masyarakat mulai melupakan pentingnya

Lebih terperinci

Peta Tematik. Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Peta Tematik. Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Peta Tematik Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Pengertian Peta Tematik Peta tematik adalah peta yang menggambarkan suatu data yang mempunyaitema khusus dan ada kaitannya

Lebih terperinci