ANALISIS VEGETASI POHON PADA FAMILIA EUPHORBIACEAE DI HUTAN MUDIAK AIR JORONG TAMPANG NAGARI TARUNG- TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS VEGETASI POHON PADA FAMILIA EUPHORBIACEAE DI HUTAN MUDIAK AIR JORONG TAMPANG NAGARI TARUNG- TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN"

Transkripsi

1 ANALISIS VEGETASI POHON PADA FAMILIA EUPHORBIACEAE DI HUTAN MUDIAK AIR JORONG TAMPANG NAGARI TARUNG- TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN Yogi Oktora, Rizki, Meliya Wati Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatra Barat. Jl. Gunung Pangilun, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia. ABSTRACK Euphorbiaceae is the fourth largest tribe of five tribes of vascular plants in Maleisia caveat which accommodate 1345 species of 91 genera. Some references say at least 148 types of plants that have potential as traditional medicine. Mudiak Air Forest is a forest located in Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung District Rao Pasaman District. This forest is experiencing various disturbances such as forest burning and deforestation conducted by local people. This can lead to forest destruction resulting in changes in the composition of natural vegetation. Forest destruction is feared to threaten the diversity of plant species, especially trees. Based on the background of the authors have conducted research with the purpose of tree composition, diversity index, similarity index and environmental factors in the forest water Jorong Tampang kecamata Rao East Pasaman District.This research was conducted in October 2016 in Mudiak Air Jorong Forest Tampari Nagari Tarung-Tarung District Rao Pasaman District by using point center method. The results of the study were 4 species of 25 individual trees. The value of tree species diversity index in forest area of Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung Rao Sub-district Pasaman District is 0.4. Means the diversity of species at a site is small. The similarity index (IS) value of tree species in Mudiak Air forest in Rao sub-district of Pasaman District is not similar, where the similarity index is in the range of 0% -0.4%. The highest index of similarity (IS) is found in transects 1 and 2 (0.4%), while those keeping the lowest IS (1.3) transect indexes are 1.3, and 1.4 are 0%. The control of environmental factors was found, soil ph ranged from 5.0 to 5.7 air temperature ranging from C, and air humidity ranged from 80-90%. Keywords: Forest, vegetation, structure, diversity. ABSTRAK Euphorbiaceae merupakan suku terbesar keempat dari lima suku tumbuhan berpembuluh di kawasasan maleisia yang mewadahi jenis dari 91 marga. Beberapa referensi mengatakan sedkitnya148 jenis tumbuhan yang memiliki potensi sebagai obat tradisional. Hutan Mudiak Air merupakan hutan yang terletak di Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. Hutan ini mengalami berbagai gangguan diantaranya pembakaran hutan dan penebangan hutan yang dilakukan oleh penduduk sekitar. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan hutan sehingga menyebabkan terjadinya perubahan komposisi vegetasi alami. Kerusakan hutan dikhawatirkan akan mengancam keanekaragaman jenis tumbuhan terutama pohon. Berdasarkan latar belakang penulis telah melakukan penelitian dengan tujuan komposisi pohon, indeks keanekaragaman, indeks similaritas dan faktor lingkungan di hutan mudiak air Jorong Tampang kecamata Rao Kabupaten Pasaman Timur. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2016 di Hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman dengan menggunakan metode point center. Hasil penelitian didapatkan 4 spesies dari 25 individu pohon. Nilai indek keanekaragaman species pohon di kawasan hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman yaitu 0,4. Berarti keanekaragaman species pada suatu lokasi adalah sedikit. Nilai indeks similaritas (IS) species pohon di hutan Mudiak Air Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman tergolong tidak mirip, dimana indeks similaritasnya berada pada kisaran 0%-0,4%. Indeks similaritas (IS) tertinggi terdapat pada transek 1 dan 2 yaitu (0,4%), sedangkan yang menepati Indeks similaritas (IS) terendah yaitu transek 1,3, dan 1,4 yaitu 0%. Penguran faktor lingkungan didapatkan, ph tanah berkisar 5,0-5,7 suhu udara berkisar C, dan kelembaban udara berkisar antara 80-90%. Kata kunci : Hutan, vegetasi, struktur, keanekaragaman.

2 PENDAHULUAN Suku euphorbiaceae dikenal dengan sebagai jarak-jarakan memiliki jenis yang sangat banyak. Euphorbiaceae merupakan suku terbesar keempat dari lima suku tumbuhan berpembuluh di kawasasan maleisia yang mewadahi jenis dari 91 marga (Suryawan dalam Djawarningsih, 2007). Euphorbiaceae terdiri atas pohon, perdu, semak dan sebagian besar merupakan tumbuhan bergetah. Pemanfaatan euphorbiaceae yang telah dilakukan antara lain sebagai bahan biodiesel seperti Jatropa spp, serta bahan obat tradisional. Hasil studi referensi Djawarningsih (2007) menyimpulkan bahwa berdasarkan data yang pernah muncul terdapat 148 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai obat tradisional dari suku euphorbiaceae. Selain itu, hutan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan masyarakat akan sumber daya hutan akan menyebabkan ketersediaan sumberdaya hutan berkurang dan ini bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan. Hal ini dipertegas oleh Mukhtar dan Tsuyoshi (2010) bahwa berbagai kegiatan yang diakibatkan oleh kebutuhan masyarakat akan sumberdaya hutan berdampak kurang baik terhadap vegetasinya, diantaranya terjadi perubahan komposisi tumbuhan (vegetasi) pada bagian strata pertumbuhan seperti seedling, sampling dan pohon. Hutan mudiak air ini merupakan salah satu hutan ulayat milik warga jorong tampang Nagari Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman yang ada di Sumatera Barat. Keberadaan hutan sangat bermanfaat bagi kehidupan yang ada di bawah kawasannya. Begitu pula dengan kehidupan penduduk, penduduk di sekitar hutan Mudia Air ini memenfaatkan sumberdaya alam yang ada di hutan dan kebanyakan penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga ekosistem hutan menjadi terganggu. Hutan mudiak air sudah beberapa kali mengalami longsor dan banjir yang mengakibatkan memakan korban jiwa (20 Mei 2013), berdasarkan observasi penulis dengan penduduk setempat pada tanggal 8 November 2015, bencana ini diakibatkan oleh pembalakan liar yang menimbulkan kerusakan sehingga terbentuknya ruang terbuka. Penduduk juga melakukan pembakaran hutan lalu dijadikan lahan pertanian yang ditanami coklat dan karet. Selain itu faktor lingkungan juga mempengarui kondisi hutan. Kerusakan hutan dikhawatirkan akan mengancam keanekaragaman tumbuhan terutama pohon. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis telah melakukan penelitian tentang komposisi pohon di hutan mudiak air Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman dengan tujuan untuk mengetahui Informasi mengenai komposisi pohon, indeks keanekaragaman, indeks similaritas dan faktor lingkungan di hutan mudiak air Jorong Tampang kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November-Desember 2016 di hutan mudiak air Jorong Tampang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Timur. Identifikasi sampel dilakukan di laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran (100 m), kompas, parang, pisau, gunting tanaman, pancang, tali plastik, goni, kameradigital, alat-alat tulis dan perlengkapan herbarium (kantong plastik, koran, label, mistar dan spidol). Sedangkan bahan yang akan digunakan adalah alkohol 96%. Sebelum meletakkan transek dilakukan terlebih dahulu peninjauan atau survei lokasi secara umum untuk mengetahui keadaan lapangan dan pengamatan sepintas mengenai vegetasi lokasi tersebut serta untuk mengetahui peletakan awal transek pada lokasi penelitian. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pembuatan jalur transek sebanyak 4 jalur transek yang akan di bagi menjadi dua bagian yaitu 2 jalur transek di kanan sungai dan 2 jalur

3 transek di kiri sungai yang masingmasing transek berjarak 200 m, dimana setiap masing-masing jalur transek dibuat sepanjang 200 m yang arahnya tegak lurus dengan badan sungai (vertikal) yang melintasi kawasan hutan mudiak air Jorong Tampang pada areal perbukitan. Pada jalur transek tersebut dibuat titik pancang yang satu dengan yang lain berjarak 20 m dan garis tegak lurus terhadap jalur sehingga akan terbentuk 4 transek dan 160 kuadran. Sedangkan titik pancang yang akan diamati berjumlah 40 titik pancang. Pada setiap kuadran akan dilakukan pengukuran dari pohon berdiameter batang setinggi dada (dbh) 10 cm) yang terdekat dari titik pancang. Pencatatan data meliputi jarak pohon pada masingmasing kuadran terhadap titik pancang dan diameter pohon. Selanjutnya, deskripsi sampel yang diambil dilihat dari segi morfologi, nama daerah dan nama latin. Semua species yang belum diketahui akan dikoleksi untuk di identifikasi. Selain itu juga dilakukan pengambilan data sekunder berupa suhu udara dan kelembaban udara dari stasiun terdekat. Data yang didapat di lapangan dianalisis dengan menggunakan rumus: (Indriyanto, 2008). jarak pohon rata-rata yaitu: d1 d2 d3... dn d n Keterangan: D : Jarak pohon d 1 - d n : Jarak masing-masing pohon ke titik pengamatan n : Jumlah pohon yang diamati Kerapatan seluruh species/ha m 2 ( Jarak pohon rata rata) K Jumlah individu suatuspecies kerapatan Jumlah individu semua species seluruh species KR(%) = Kerapatan suatuspecies 100% Kerapatansemua species F Jumlah titik ditemukannya suatu species Jumlah semua titik FR (%) = Frekuensi suatu species 100% Frekuensi seluruh species D Jumlah basalsuatuspecies Luas area DR(%)= Dominansi suatu species 100% Dominansi seluruh species NP = KR+FR+DR Keterangan :NP : Nilai penting KR: Kerapatan Relatif DR: Dominansi Relatif FR : Frekuensi Relatif Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan rumus Shanon atau Shannon index of general diversity (Odum, 1971) yaitu : H = -Σ Keterangan : H =indeks kemeragaman Shannon - Wienner ni = jumlah individu dari suatu species N = jumlah total individu dalam seluruh species HASIL Berdasarkan penelitian yang dilakukan di hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung Kecematan Rao Kabupaten Pasaman didapatkan 4 spesies dan 25 individu pohon dengan jumlah individu masing-masing familia dapat terlihat pada pada Tabel 1. Tabel 1 : Species dan jumlah individu pohon di hutan mudiak air Jarong Tampang Nagari Tarung- Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman No Familia Species jumlah 1 Euphorbiaceae Macara conifera Juv 2 Mallotus paniculatus Mull. Arg 1 Microcos tomentosa J.E.Smith 3 Neoscortechinia sumatrensis S.More 19

4 a b c d Gambar 1: Species euphorbiaceae yang di temukan di hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. a. Macaranga conifera Juv, b. Mallotus paniculatus Mull. Arg, c. Microcos tomentosa J.E. Smith, d. Neoscortechinia sumatrensis S.More.

5 Mp.1 Ns.4 Ns.10 Ns.7 Mc.1 Mc.2 Mt.1 Mt.3 Mt.2 Ns.1 Ns.2 Ns.5 Ns.3 Ns.6 Ns.15 Ns.9 Ns.8 Ns.16 Ns.19 Ns.11 Ns.12 Ns.13 Ns.17 Ns.14 Ns.18 Gambar 2: Posisi ditemukan species euphorbiaceae pada transek di hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. Keterangan : Mc: Macara conifera Juv Mp: Mallotus paniculatus Mull. Arg Mt: Microcos tomentosa J.E.Smith Ns:NeoscortechiniasumatrensisS.More Hasil perhitungan kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, nilai penting dan indeks keanekaragaman di hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. Tabel 2. Komposisi dan indeks keanekaragaman 71 species yang terdapat di hutan Mudiak Air Jorong Tampang Kenagarian Tarung-tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. No Species K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP Pi ln Pi 1 Macara conifera Hook. F 7,84 0,08 0,05 0,13 800,25 0,07 0,29-0,054 2 mallotus paniculatus Mull. Arg 3,92 0,04 0,02 0,06 357,48 0,03 0,14-0,031 3 Microcos tomentosa J. E 11,76 0,12 0,05 0,13 481,74 0,04 0,29-0,074 4 Neoscortechinia sumatrensis S. 74,54 0,76 0,25 0, ,77 0,84 2,26-0,253 Tabel 3. Nilai Indek Similaritas (IS) komposisi pohon di hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. Transek ,4% - 3 0% 0,16% - 4 0% 0% 0,15% - Tabel 4. Nilai hasil pengukuran faktor lingkungan dilokasi penelitian di Hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman.

6 No Parameter Hasil 1 Ph Tanah 5,0-6,0 2 Kelembaban Udara (%) Suhu Udara (C) PEMBAHASAN Pada Tabel 1 dapat dilihat pada familia euphorbiaceae memiliki 4 species dari 25 individu, yang memiliki jumlah individu paling banyak adalah Neoscortechinia sumatrensis S dengan 19 individu, sedangkan yang memiliki jumlah individu sedikit yaitu mallotus paniculatus Mull. Arg dengan 1 individu. Pada Tabel 2 didapatkan nilai kerapatan relatif berkisar antara 0,04%- 0,76%. Neoscorthechinia sumatrensis adalah spesies pohon yang memiliki kerapatan relatif paling tinggi 0,76%, sedangkan nilai kerapata relatif terkecil adalah 0,04% dengan species yang berbeda. Nilai frekuensi relatif masing-masing species yang didapatkan berkisar antara 0,06%-0,66%. Species pohon yang memiliki nilai frekuensi tertinggi adalah Neoscortechinia sumatrensis yaitu 0,66%. Sedangkan nilai frekuensi terendah masingmasing mempunyai nilai 0,06%. Rendahnya nilai frekuensi suatu species menunjukkan kesering species tersebut hadir di habitat itu. Nilai dominansi relatif pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai dominansi relatif tertinggi adalah species pohon Neoschortechinia sumatrensis yaitu 0,84%, sedangkan species yang memiliki nilai dominansi relatif rendah yaitu 0,03%. Berarti species yang mempunyai nilai dominansi tinggi memiliki rata-rata diameter batang yang besar sehingga penguasaan daerahnya lebih luas. Menurut Odum (1971) bahwa jenis yang dominan mempunyai produktivitas yang besar, dan dalam menentukan suatu j enis vegetasi dominan yang perlu diketahui adalah diameter batangnya dan habitat yang sesuai untuk mendukung pertumbuhannya Nilai penting dapat ditentukan berdasarkan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (RF), Dominansi Relatif (DR). Nilai penting ini dapat menunjukkan tingkat penguasaan suatu species di dalam vegetasi. Pada rincian tabel 2, terlihat bahwa nilai penting tertinggi dari species neoscortechinia sumatrensis yaitu 2,26%. Tingginya nilai penting suatu species menyatakan bahwa species tersebut dapat dikatakann dominan(yang berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto, 2006). Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) menyatakan bahwa tingginya nilai penting dari suatu species menandakan bahwa species tersebut mampu untuk memanfaatkan sumberdaya lingkungan dalam satuan vegetasi dimana species itu berbeda. Nilai indek keanekaragaman species pohon di kawasan hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari Tarung-tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman yaitu 0,41. Menurut Fachrul (2007) apabila nilai H <1 menunjukan bahwa keanekaragaman species pada suatu transek adalah sedikit. Dibandingkan dengan hasil penelitian Hidayat (2014) dimana nilai indeks keanekaragamannya yaitu kurang dari 2, maka kondisi ini digolongkan dengan keanekaragaman vegetasi yang rendah. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan faktor lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing lokasi. Nilai indeks similaritas (IS) species pohon di hutan Mudiak Air pada masingmasing lokasi yang berbeda menunjukkan nilai indeks similaritas yang berbeda, dimana indeks similaritasnya berada pada kisaran 9%-21%. Pada Tabel 3 nilai yang menepati Indeks similaritas (IS) tertinggi terdapat pada transek 3 dan 4 yaitu (21%), sedangkan yang menepati Indeks similaritas (IS) terendah yaitu transek 2 dan 4, yaitu hanya 9%. Nilai ini menunjukkwn bahwa antara setiap lokasi mempunyai kesamaan yang tidak mirip. Menurut Suin (2000) bahwa nilai indeks similaritas (IS) 75%- 100% dikatakan sangat mirip, 50%-75% dikatakan mirip, 25%-50% dikatakan tidak mirip, dan < 25% dikatakan sangat tidak

7 mirip. Sementara hasil yang didapatkan sangat tidak mirip. Kesamaan vegetasi species pohon antara lokasi tergolong sangat rendah atau tidak mirip karena tidak ada yang mencapai lebih dari 25%. Nilai IS yang rendah ini menunjukkan bahwa vegetasi antara lokasi yang satu dengan yang lain tidak mirip. Berdasarkan persentase hasil pengukuran faktor lingkungan di hutan Mudiak Air didapatkan ph tanah berada pada angka 5,0-6,0, suhu udara 30 C-35 C dan kelembaban udara berkisar antara 70%- 90%. Hal ini berarti kondisi lingkungan berpengaruh terhadap komposisi dan keanekaragaman pohon di hutan Mudiak Air KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis vegetasi pohon di hutan mudiak air Jorong Tampang Nagari Tarung-tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Komposisi pohon yang terdapat pada lokasi penelitian terdiri dari 36 familia, 72 species dan 160 individu. Nilai penting tertinggi pada lokasi penelitian adalah species Neoscortechinia sumatrensis 0,193% dari familia Euphorbiaceae. Nilai indek keanekaragaman species pohon di kawasan hutan Mudiak Air Jorong Tampang Nagari DAFTAR PUSTAKA Tarung-Tarung Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman yaitu 3,9. Berarti keanekaragaman species pada suatu lokasi adalah melimpah tinggi. Nilai indeks similaritas (IS) species pohon di hutan Mudiak Air Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman tergolong tidak mirip, dimana indeks similaritasnya berada pada kisaran 9%-21%. Indeks similaritas (IS) tertinggi terdapat pada transek 3 dan 4 yaitu (21%), sedangkan yang menepati Indeks similaritas (IS) terendah yaitu transek 2 dan 4, yaitu hanya 9%. Penguran faktor lingkungan didapatkan, ph tanah berkisar 5,0-5,7 suhu udara berkisar C, dan kelembaban udara berkisar antara 80-90%. Djwarningsih, T. (2007). Jenis-jenis Eupphorbiaceae (jarak-jarakan) yang berpotensi sebagai obat tradisional. Puslit Biologi-LIPI. Cibinong. Fachrul, F. M Metode Sampling Bio Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Indriyanto Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara. Indriyanto, Pengantar budi daya hutan. Jakarta: Bumi Aksara. Odum, Eugene P Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press. Hidayat, S, Kondisi Vegetasi di Hutan Lindung Seasoat, Kabupaten Lombik Barat, Nusa Tenggara Barat, Sebagai Informasi Dasar Pengelolaan Kawasan. Jurnal. Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI. Soerianegara, I., dan Indrawan. (1978). Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Yusuf, M.,A dan M.T. Makarao (2011) Hukum Kehutanan di Indonesia. Jakarta : Rienka

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI KAWASAN KONSERVASI RUMAH PELANGI DUSUN GUNUNG BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA Diversity Study of Kantong Semar Plants (Nepenthes

Lebih terperinci

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali. B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada mangrove yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dengan menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang kearah

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai bulan Juni hingga Agustus 2011. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT Diversity of Species Meranti (Shore spp) In Protected Forest Area Ambawang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan suatu obyek sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim wilayah bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak pada bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU (The Diversity of Bamboo (Bambusodae) In Riam Odong Waterfall Forest

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan ini mengunakan metode petak. Metode petak merupakan metode yang paling umum

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) Jawa Tengah, difokuskan di lereng sebelah selatan Gunung Merbabu, yaitu di sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS SEEDLING DAN VEGETASI BAWAH DI HUTAN MANGROVE DESA PASAR GOMPONG KENAGARIAN KAMBANG BARAT KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

ANALISIS SEEDLING DAN VEGETASI BAWAH DI HUTAN MANGROVE DESA PASAR GOMPONG KENAGARIAN KAMBANG BARAT KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ANALISIS SEEDLING DAN VEGETASI BAWAH DI HUTAN MANGROVE DESA PASAR GOMPONG KENAGARIAN KAMBANG BARAT KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Nandya Ratipah Nanji ah 1, Ismed Wahidi 2, Rizki 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012.

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN Supriadi, Agus Romadhon, Akhmad Farid Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura e-mail: akhmadfarid@trunojoyo.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan 23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999). 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2010 di Hutan Tanaman Pelawan Desa Trubus, Hutan Kawasan Lindung Kalung Desa Namang, dan Hutan Dusun Air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua kawasan pesisir di Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu kawasan yang dipengaruhi oleh Samudera Hindia atau Kawasan Pantai Barat (Aceh Barat,

Lebih terperinci

STUDI HABITAT PELANDUK

STUDI HABITAT PELANDUK STUDI HABITAT PELANDUK (Tragulus sp) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA (The Study Of The Habitat Of Pelanduk (Tragulus sp) In The Area Of Ambawang Montain s

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode belt transek. Metode ini sangat cocok digunakan untuk mempelajari suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994. IV. METODOLOGI PENELITIAN A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani Lestari, Kalimantan Timur. Waktu penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994. B.

Lebih terperinci

STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Yefri Oktiva, Rizki, Novi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data lapangan dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Agustus 2015 sampai dengan September 2015. Lokasi penelitian berada di Dusun Duren

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu bulan di blok Krecek, Resort Bandialit, SPTN wilayah II, Balai Besar Taman

Lebih terperinci

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 12 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Sukawayana, Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA YUSTIN DUWIRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BB III BHN DN METODE PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Tempat penelitian di Desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dan analisis

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Hutan Alam

Analisis Vegetasi Hutan Alam Analisis Vegetasi Hutan Alam Siti Latifah Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan.

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG (Diversity Of Tree Species In Gunung Berugak Customary Forest Of Mekar

Lebih terperinci

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Vegetasi Tumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian terhadap sejumlah individu yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan arteri primer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode ObservasiPartisipatif Plot Sampling dan Transect-walkSystematicSampling yang dikombinasikan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari 2013 di dua lokasi bagian Pantai selatan Kabupaten Sampang Madura yaitu Pantai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan secara langsung. Perameter yang diukur dalam penelitian adalah

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU Khairijon, Mayta NovaIiza Isda, Huryatul Islam. Jurusan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Agustus sampai November 2011 yang berada di dua tempat yaitu, daerah hutan mangrove Wonorejo

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI STRATA TIANG DI BUKIT COGONG KABUPATEN MUSI RAWAS. Oleh ABSTRAK

ANALISIS VEGETASI STRATA TIANG DI BUKIT COGONG KABUPATEN MUSI RAWAS. Oleh ABSTRAK ANALISIS VEGETASI STRATA TIANG DI BUKIT COGONG KABUPATEN MUSI RAWAS Oleh Rahayu Astuti 1, Merti Triyanti 2, Ivoni Susanti 3 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Email:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksaanakan pada bulan Mei - Juni 2013. Pengambilan data vegetasi mangrove dilakukan pada saat keadaan air laut surut, jam 10.00-12.30

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan BAB III METODOLOGI PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan ketinggian 700-1000 m dpl,

Lebih terperinci

III. METODE PENELTTIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu,

III. METODE PENELTTIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, III. METODE PENELTTIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, kawasan ini terletak di dua Kabupaten yaitu Bengkalis dan Siak serta satu Kotamadya yaitu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN. Analisis Vegetasi dengan Point Intercept

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN. Analisis Vegetasi dengan Point Intercept LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN Analisis Vegetasi dengan Point Intercept Laporan ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan Disusun Oleh: KELOMPOK 2 Yudi Mirza 140410100011

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove 6 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian a. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove pada area restorasi yang berbeda di kawasan Segara

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 di lahan basah Way Pegadungan Desa Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

INVENTARITATION OF TREES IN THE FOREST ON PINANG MAKMUR TIMPEH DHARMASRAYA

INVENTARITATION OF TREES IN THE FOREST ON PINANG MAKMUR TIMPEH DHARMASRAYA BioCONCETTA Vol. II No.1 Tahun 2016 ISSN: 2460-8556/E-ISSN:2502-1737 BioCONCETTA: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/bioconcetta INVENTARITATION OF

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Lebih terperinci

STRUKTUR POPULASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JORONG PINANG NAGARI DURIAN GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG

STRUKTUR POPULASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JORONG PINANG NAGARI DURIAN GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG STRUKTUR POPULASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JORONG PINANG NAGARI DURIAN GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG Anti Mashita Sari, Rizki, Elza Safitri Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuanitatif merupakan metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif (Nazir, 1988), karena penelitian ini hanya memberikan deskripsi mengenai vegetasi pada daerah ekoton

Lebih terperinci

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 4 praktek perambahan masyarakat lokal melalui aktivitas pertanian atau perladangan berpindah dan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kehutanan yang

Lebih terperinci

KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT LODY JUNIO

KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT LODY JUNIO KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT LODY JUNIO DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengandesain tujuan utama untuk membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District Ridwansyah, Harnani Husni, Reine Suci Wulandari Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

SUKSESI JENIS TUMBUHAN PADA AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT (Succesion of plant at the area of peat swamp forest ex-burnt)

SUKSESI JENIS TUMBUHAN PADA AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT (Succesion of plant at the area of peat swamp forest ex-burnt) SUKSESI JENIS TUMBUHAN PADA AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT (Succesion of plant at the area of peat swamp forest ex-burnt) Aciana, Dwi Astiani, Burhanuddin Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan 14 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan kiri Jalan Sanggi-Bengkunat km 30 - km 32, Pesisir Barat, Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata jalur pendakian Cemoro

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Diversity of Type Vegetation at The Mount Ambawang Forest Protected Areas, District

Lebih terperinci

KONDISI HABITAT Rafflesia sp DI IUPHHK PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA

KONDISI HABITAT Rafflesia sp DI IUPHHK PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA KONDISI HABITAT Rafflesia sp DI IUPHHK PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH: HANA FERONIKA SIREGAR 071201022/ MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU (The Analisis Of Vegetation In Village Forest Area In Nanga Yen Village, Hulu Gurung District, Kapus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT SKRIPSI MHD. IKO PRATAMA 091201072 BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya Desa Fajar Baru Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau 61 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah deskriptif eksploratif komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan III. METODA PENELITIAN.1. Gambaran lokasi penelitian Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-10*18,9' BT dan 00*16"54,1'"0*716,96 LS. Luas wilayah kabupaten Indragiri Hilir 1.479,24 km^

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai 19 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitiana Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai April 2012, pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada malam hari

Lebih terperinci