BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis global pada awal tahun 2009 yang menerpa seluruh dunia tanpa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis global pada awal tahun 2009 yang menerpa seluruh dunia tanpa"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis global pada awal tahun 2009 yang menerpa seluruh dunia tanpa terkecuali, baik negara maju atau adikuasa maupun negara miskin ataupun berkembang menimpa bahkan merubuhkan hampir seluruh sendi-sendi ekonomi, perindustrian, kelembagaan, pranata sosial, keberlanjutan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Meskipun krisis global yang kedua dalam satu dekade ini lebih unik dan sangat kontradiktif dibandingkan dengan krisis yang terjadi pada tahun 1998, dimana lebih menerpa negaranegara berkembang seperti negara-negara di ASEAN, Benua Afrika dan sebagian negara di Benua Amerika Latin dibandingkan dengan negara-negara maju (di Benua Amerika dan Eropa). Walaupun krisis global saat ini lebih dahulu menimpa negara-negara maju dan sangat mungkin menimpa negara-negara berkembang termasuk Indonesia, bangsa Indonesia harus lebih antisipatif terhadap fenomena ini apalagi bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan terutama pembangunan manusia yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya, guna memperoleh pendapatan untuk mencapai hidup layak, peningkatan derajat kesehatan agar dapat meningkatkan angka 1

2 harapan hidup, dan terutama meningkatkan pendidikan yang secara signifikan akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Negara-negara yang mempunyai ketahanan dan kemampuan untuk melakukan ekspansi dan investasi dalam berbagai hal, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, industri, ekspor-impor, ditunjukkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tinggi. Fakta menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Berdasarkan Human Development Indeks Report (2006), pada tahun 2005 Indonesia berada pada ranking 107 dari 177 negara, walaupun dalam 5 tahun terakhir urutannya mengalami kecendrungan naik dimana pada tahun 2000 berada pada ranking 110 dari 177 negara. Indikator dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat ditentukan oleh faktor kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Selain itu, era globalisasi ditandai dengan persaingan sangat ketat dalam bidang perekonomian, industri, sumber daya manusia (SDM), ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan penguasaan teknologi, memperluas keragaman produk (barang/jasa) dan mutu produk agar dapat meningkatkan nilai tambah. Dan yang terpenting adalah melakukan terobosan dalam peningkatan ilmu pengetahuan, dengan penekanan pada bidang pendidikan nasional sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003 yang mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi 2

3 tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Untuk itu perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan agar pendidikan bangsa Indonesia tidak semakin tertinggal dari bangsa-bangsa lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga pendidikan atau sekolah yang bisa menghasilkan SDM yang unggul sehingga bisa bersaing dalam era globalisasi ini. Sekolah atau lembaga pendidikan tersebut yang bertaraf internasional ini disebut dengan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didik berbasis standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia, berkualitas internasional dan lulusannya berdaya saing internasional. Dimana SBI ini juga merupakan suatu kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional agar memiliki daya saing dengan negara-negara maju lainnya. Kebijakan pemerintah mengenai SBI tersebut tertuang dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Bab XIV pasal 50 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003): Pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Kebijakan pemerintah mengenai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) selain didukung secara konstitusi dalam Undang Undang, SBI juga merupakan proyek prestisius, karena akan dibiayai oleh Pemerintah Pusat 50%, Pemerintah Propinsi 30%, dan Pemerintah Kabupaten/Kota 20%. 3

4 Padahal, untuk setiap sekolahnya saja Pemerintah Pusat mengeluarkan 300 juta rupiah setiap tahun paling tidak selama 3 (tiga) tahun dalam masa rintisan tersebut. Selain itu SBI atau di mata masyarakat Indonesia tak bisa lepas dari bilingual sebagai medium of instruction, multi media dalam pembelajaran di kelas, berstandar internasional, ataupun sebagai sekolah prestisius dengan jalinan kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) maupun lembaga-lembaga tersertifikasi internasional, seperti Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, dan lain-lain. Dengan berbekal keinginan kuat tersebut maka Departemen Pendidikan Nasional mengeluarkan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Namun demikian karena masih minimnya sarana dan prasarana pendukung serta terbatasnya SDM yang berkompeten di seluruh sekolah di Indonesia maka sebagai program antara sebelum menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dikeluarkan kebijakan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang telah menyertakan ratusan SMP dan SMA di hampir semua Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia termasuk di kota Bogor. RSBI merupakan sekolah rintisan yang diarahkan untuk menjadi sekolah bertaraf international (SBI). Sebagai sebuah sekolah rintisan maka sekolah-sekolah RSBI haruslah memiliki tujuan-tujuan dan program-program yang komprehensif. Agar sekolah-sekolah rintisan tersebut dapat 4

5 berkembang, mencapai tujuan yang diharapkan dan di kemudian hari memenuhi standar yang telah ditetapkan untuk menjadi SBI. Hal ini sesuai juga dengan yang dijelaskan dalam Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 Tentang Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa dalam kerangka pencapaian standar mutu internasional, maka tiap sekolah yang telah menjadi SBI mandiri harus memenuhi indikator kinerja kunci minimal (IKKM) untuk memenuhi delapan unsur Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) yang terdiri dari berbagai unsur x. Sedangkan selama sebagai rintisan SBI diharapkan dapat berupaya memenuhi SNP dan mulai merintis untuk mencapai IKKT sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah. Oleh karena itu pencapaian pemenuhan IKKT sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah, guru, komite sekolah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan yang lain. Guna mencapai pemenuhan indikator yang telah ditetapkan baik IKKN maupun IKKT untuk menjadi SBI maka sekolah-sekolah rintisan haruslah dapat meningkatkan mutu pendidikannya. Dalam proses pendidikan di sekolah terdapat dua pelaku pendidikan yang paling berperan dan sangat menentukan mutu pendidikan yakni kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, seperti diungkapkan Supriadi (1998:346) bahwa erat hubungan antara mutu kepala 5

6 sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya prilaku nakal peserta didik. Seorang kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah maka diharapkan memiliki kapabilitas di dalam menggapai visi, mengemban misi serta mampu menjalankan roda kegiatan sekolah secara efektif. Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mampu mengelola sekolah, sumberdaya manusia, sarana prasarana dan fasilitas penunjang pendidikan secara efektif dan efisien. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan program RSBI ini. Keberadaan kepala sekolah yang efektif merupakan faktor penting sebab meskipun sekolah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, dana besar yang tersedia bagi terselenggaranya kegiatan operasional sekolah dan potensi sumberdaya manusia yang tersedia untuk mengoperasikan kegiatan sekolah, semuanya akan sia-sia bilamana tidak dikelola secara profesional oleh kepala sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2003:89) bahwa Kepala Sekolah dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain terhadap efektifitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang 6

7 kompak, cerdas dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas dan sustainabilitas. Selain kepala sekolah, yang paling berperan dalam meningkatkan mutu sekolah adalah guru. Guru merupakan ujung tombak dalam proses belajar mengajar. Seperti yang diungkapkan oleh Sidi (2000) dalam Mustafa (2005) mengemukakan berdasarkan hasil studi di negara-negara berkembang, guru memberikan sumbangan dalam prestasi belajar siswa (36 %), manajemen (23 %), waktu belajar (22 %) dan sarana fisik (19 %). Oleh karena itu maka guru diharapkan memiliki kemampuan akademik serta kemampuan profesional di dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai fasilitator di sekolah. Guru wajib mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan profesionalnya, sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru adalah salah satu unsur pelaksana pendidikan yang memegang peranan sangat penting yakni sebagai edukator, fasilitator dan motivator. Maka guru dituntut melaksanakan kegiatan pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT, pendidikan dan pengajaran sesuai dengan bidang dan disiplin ilmunya serta memberikan bimbingan kepada siswa dalam rangka memenuhi kebutuhan dan minat siswa dalam proses pendidikan di sekolah sehingga sesuai dengan output dan outcome yang diharapkan. Oleh karena itu dipandang perlu untuk 7

8 mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan pada sekolah-sekolah rintisan tersebut, selain kemampuan manajerial kepala sekolah, kinerja dan kompetensi dasar guru merupakan aspek yang sangat penting. Kinerja guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru ditambah lagi dengan motivasi yang ada dalam dirinya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk menjalankan tugas profesionalnya. Kompetensi sangatlah diperlukan karena kemampuan ini merupakan syarat untuk memangku profesi keguruan, dengan harapan agar guru mampu dan bisa menjalankan tugas kependidikannya dengan baik sesuai dengan tugas dan kewenangan yang telah ditetapkan. Selain itu motivasi juga diperlukan untuk menumbuhkan semangat kerja diman motivasi dipengaruhi oleh kebutuhan individu, kondisi fisik pekerjaan dan kondisi sosial pekerjaan. Iim Wasliman (2006) mengemukakan bahwa slogan pahlawan tanpa tanda jasa yang melekat pada profesi guru menunjukkan pada tingginya pengabdian seorang guru dalam dunia pendidikan. Tidak hanya itu sikap keaifan, kedisiplinan, kejujuran, ketulusan, kesopanan serta sebagai sosok panutan menjadikan profesi satu ini berbeda dengan yang lain. Lantaran tanggung jawab dari profesi guru tidak berhenti pada saat ia selesai mengajar, melainkan keberhasilan siswa dalam menangkap, memahami, mempraktekan serta mengamalkan ilmu yang diterima dalam kehidupan sehari-hari baik langsung maupun tak langsung. Hal ini membuat citra seorang guru di mata masyarakat selalu berada di tempat yang lebih baik dan mulia. 8

9 Akan tetapi citra guru ini tengah dipertaruhkan berkaitan dengan rendahnya kinerja guru, penguasaan guru terhadap materi dan metode mengajar yang masih dibawah standar. Secara rinci aspek rendahnya mutu guru secara umum menurut Sudarminta dalam Mujiran (2005) antara lain ampak dari gejala-gejala berikut: (1) lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan; (2) ketidaksesuaian antara bidang studi yang dipelajari guru dan yang ada dalam kenyataan lapangan yang diajarkan; (3) kurang efektifnya cara pengajaran; (4) kurangnya wibawa guru di hadapan murid; (5) lemahnya motivasi dan dedikasi untuk menjadi pendidik yang sungguh-sungguh; semakin banyak yang kebetulan menjadi guru dan tidak betul-betul menjadi guru; (6) kurangnya kematangan emosional, kemandirian berpikir dan keteguhan sikap sehingga cukup banyak guru dari kepribadian mereka sebenarnya tidak siap sebagai pendidik; kebanyakan guru dalam hubungan dengan murid masih hanya berfungsi sebagai pengajar dan belum sebagai pendidik; (7) relative rendahnya tingkat intelektual para mahasiswa calon guru yang masuk LPTK dibandingkan yang masuk universitas. Selain rendahnya mutu guru tersebut di atas pada sekolah-sekolah rintisan bertaraf internasional mendapat tambahan halangan atau kendala lagi yaitu dalam hal masih rendahnya kemampuan guru-guru dalam penguasaan bahasa Inggris dan ICT. Sedangkan pada sekolah-sekolah bertaraf internasional, kompetensi guru yang dimiliki haruslah melebihi kompetensikompetensi guru yang ada pada sekolah-sekolah reguler. Untuk proses pembelajaran sudah diharuskan bilingual dan ICT, selain itupula kualifikasi 9

10 gurunya 30 % harus sudah S2 dan yang lainnya minimal S1 seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bagian Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Kota Bogor dalam wawancaranya dengan peneliti. Hal inilah yang menjadi kendala yang ditemui di lapangan dalam penyelenggaraan program rintisan sekolah bertaraf internasional terutama di Kota Bogor. Untuk itulah mutu pendidikan RSBI akan meningkat bila melalui proses pendidikan yang bermutu. Merupakan sesuatu yang mustahil terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana prasarana pendidikan, fasilitas, media serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang mendukung (Nana Syaodih, 2006:6). Berdasarkan hal tersebut di atas, disadari bahwa kepala sekolah melalui kemampuan manajerialnya dan kinerja guru yang optimal akan sangat menentukan terhadap terciptanya sekolah yang memiliki mutu pendidikan yang baik untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diungkap sejauhmana kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu pendidikan pada sekolah-sekolah rintisan di tingkat pendidikan dasar agar sekolah-sekolah rintisan tersebut dapat meningkatkan levelnya menjadi sekolah bertaraf internasional. 10

11 B. Identifikasi Masalah Dalam rangka implementasi program RSBI diperlukan adanya kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial (Surya Darma: 2006), yaitu: (1) seorang kepala sekolah yang mampu menyusun rencana strategis jangka panjang, menengah dan pendek, berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki atau dihadapi sekolah dengan melibatkan seluruh stakeholder; (2) seorang kepala sekolah yang mampu mengorganisasikan kinerja sekolah dalam suatu pengorganisasian yang ramping struktur, gemuk fungsi, memiliki kejelasan pembagian tugas pokok dan fungsi, daya koordinasi sinergitas yang handal dan mengakomodasikan semua program yang telah direncanakan; (3) seorang kepala sekolah yang mampu memotivasi, mendorong, menggalang, mengarahkan, membimbing, mensupervisi seluruh pendidik dan tenaga kependidikan yang menjadi tanggung jawabnya dalam satu kesatuan untuk menggapai visi, mengemban misi dan melaksanakan program aksi yang telah direncanakan dengan melibatkan seluruh stakeholder; (4) seorang kepala sekolah yang mampu meotivasi dirinya sendiri maupun seluruh pimpinan unit kerja di sekolahnya agar secara kontinyu, sistematis, obyektif dan konstruktif melakukan monitoring dan evaluasi diri (self accesment). Fakta empiris yang perlu diantisipasi dalam penyelenggaraan RSBI di Kota Bogor seperti kurangnya daya tampung pada Rintisan Sekolah Bertaraf International dibandingkan minat atau keinginan yang besar dari para siswa dan atau orang tua murid pada saat Penerimaan Siswa Baru (PSB), selain itu 11

12 masih banyak RSBI-RSBI di Kota Bogor yang belum memenuhi standar IKKT khusus untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia, karena RSBI menstandarkan 30 persen dari gurunya dan kepala sekolah berkualifikasi S2, sedang tenaga kependidikannya, minimal berkualifikasi S1. Begitu pula kompetensi guru dalam penguasaan bahasa Inggris dan ICT yang masih lemah, sarana prasarana yang belum memadai dan juga pada pembiayaan sekolah tersebut. Karena menurut Pedoman Bantuan Orangtua Siswa (BOS) 2009 dalam peraturan yang berlaku di departemen pendidikan, disampaikan bahwa sekolah negeri kategori RSBI dan SBI diperbolehkan memungut dana dari orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah. Hal ini dapat menjadi sebuah keputusan yang sulit atau dilema bagi sebagian siswa dan atau orang tua sebagai penopang biaya siswa yang akan mewujudkan keinginan agar mempunyai kualitas pendidikan yang bisa bersaing di dunia pendidikan dan dunia kerja. Dilema dalam arti ingin meraih kualitas pendidikan yang maksimal, tetapi biaya yang sangat tinggi membuat keinginan tersebut terkubur. Sehingga penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf International (RSBI) dalam arti pelayanan pendidikan secara universal harus mempunyai makna yang dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak dengan tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Apabila ditinjau dari sudut pandang fungsi manajemen, penyelenggaraan RSBI tersebut perlu mendapat penegasan yang tepat mengingat sesuatu pencapaian tujuan tanpa perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi secara efektif maka hasilnya sulit untuk dilakukan penilaian tingkat 12

13 keberhasilannya. Kondisi tersebut, tentunya perlu dicari penyebab dan pemecahannya agar hasilnya atau outcomenya sesuai dengan yang diharapkan dan agar sekolah-sekolah rintisan tersebut bisa mempertahankan eksistensinya dalam menghadapi berbagai masalah dan perubahan lingkungan serta dapat mengembangkan kualitas lembaganya untuk mencapai standar yang diinginkan. Adapun sekolah-sekolah rintisan tersebut itu memiliki target untuk bisa menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI) pada masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial dan juga kinerja guru yang baik dalam mengelola lembaganya, agar sekolah-sekolah rintisan tersebut dapat berkembang untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan sebagai SBI. Terdapat berbagai pemicu timbulnya berbagai masalah di lingkungan sekolah dalam mengelola lembaganya atau tidak berkembangnya sekolah rintisan tersebut untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan antara lain : 1. Kemampuan manajerial kepala sekolah yang kurang optimal dalam melaksanakan kepemimpinannya sebagai educator, manager, administrator leader, inovator dan motivator terhadap peserta didik. Ada beberapa kepala sekolah yang belum mampu menyusun rencana strategis, belum memahami bagaimana cara merumuskan visi dan misi sekolah, belum mampu menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan sekolah masing-masing. Kepala sekolah yang belum mampu memotivasi, mendorong, menggalang, mengarahkan, membimbing, mensupervisi 13

14 seluruh pendidik dan tenaga kependidikan yang menjadi tanggung jawabnya, belum terbiasa melakukan monitoring dan evaluasi diri (Surya Dharma, 2006). 2. Kurangnya kinerja serta kompetensi guru yang memenuhi indikator IKKM atau IKKT sebagai standar kompetensi yang ditetapkan untuk sekolahsekolah rintisan. 3. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada kaitannya dengan laboratorium, perpustakaan dalam rangka meningkatkan mutu sekolahsekolah rintisan tersebut. 4. Kurangnya pelatihan dan pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan kompetensinya. Dengan adanya berbagai fenomena di atas, kondisi seperti inilah yang menarik perhatian Penulis untuk mengadakan penelitian dalam rangka memperoleh gambaran tentang: Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap Mutu Pendidikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional tingkat pendidikan dasar di Kota Bogor. C. Rumusan Masalah RSBI sebenarnya dihadirkan sebagai jawaban dunia pendidikan atas perkembangan jaman yang pesat sekarang ini. Era global tentunya menuntut sumberdaya manusia yang juga memiliki kualifikasi global. Karena itu perlu dimulai satu sistem pendidikan yang bisa menjembatani anak didik masuk ke dunia global. Namun demikian dalam kenyataanya sebagaimana telah 14

15 dipaparkan pada sub bab latar belakang sampai sub bab identifikasi masalah, dalam penyelenggaraan RSBI masih banyak hambatan atau permasalahan ada terkait dengan Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap mutu pendidikan RSBI tingkat pendidikan dasar di Kota Bogor. Adapun rumusan-rumusan masalahnya yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran mengenai Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah RSBI di Kota Bogor sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan RSBI tingkat pendidikan dasar? 2. Bagaimanakah gambaran mengenai Kinerja Guru di Kota Bogor sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan RSBI tingkat pendidikan dasar? 3. Bagaimanakah gambaran mengenai Mutu Pendidikan di RSBI Kota Bogor? 4. Seberapa besar Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Mutu Pendidikan RSBI di Kota Bogor tingkat pendidikan dasar? 5. Seberapa besar Kontribusi Kinerja Guru terhadap Mutu Pendidikan RSBI di Kota Bogor tingkat pendidikan dasar? 6. Seberapa besar Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu Pendidikan RSBI di Kota Bogor tingkat pendidikan dasar? 15

16 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian bertujuan untuk menggali, mengkaji dan menganalisis informasi dalam rangka memecahkan pemasalahan pada rintisan sekolah bertaraf internasional agar dapat meningkatkan mutu pendidikannya serta mengetahui sejauh mana Dinas Pendidikan Kota Bogor menetapkan suatu sekolah menjadi Rintisan SD-SMP Bertaraf International. 2. Tujuan Khusus Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan : 1) Untuk mengetahui gambaran tentang Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah RSBI di Kota Bogor sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan RSBI tingkat pendidikan dasar. 2) Untuk mengetahui gambaran tentang Kinerja Guru di Kota Bogor sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan RSBI tingkat pendidikan dasar. 3) Untuk mengetahui gambaran tentang mutu pendidikan pada Rintisan SD SMP BI di kota Bogor. 4) Untuk menganalisis keeratan hubungan dan besarnya kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap mutu pendidikan pada Rintisan SD SMP BI di kota Bogor. 16

17 5) Untuk menganalisis keeratan hubungan dan besarnya kontribusi kinerja guru terhadap mutu pendidikan pada Rintisan SD SMP BI di kota Bogor. 6) Untuk menganalisis keterkaitan hubungan dan besarnya kontribusi antara kemampuan manajerial kepala sekolah, dan kinerja guru, terhadap mutu pendidikan pada Rintisan SD SMP BI di kota Bogor. E. Manfaat Penelitian Terdapat sejumlah manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini, yang dapat ditinjau dari dua aspek, yakni secara teoritis dan praktis. (a) Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian keilmuan dalam konsep manajemen sumber daya manusia terhadap penyelengaraan RSBI di tingkat pendidikan dasar. Ditinjau dari aspek yang diteliti diperoleh gambaran yang jelas, sehingga apabila dilihat dari segi teoritis dapat mendukung atau membatalkan teori yang ada. Dilihat dari disiplin ilmu Administrasi Pendidikan hasil penelitian ini dapat menambah, memperkaya dan mengembangkan khasanah ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya dalam bidang kajian manajemen sumber daya manusia. 17

18 (b) Secara Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat pula digunakan secara praktis dalam organisasi pendidikan khususnya dalam peningkatan mutu layanan pendidikan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh para pengelola, praktisi, pejabat untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja keberhasilan suatu organisasi atau sekolah sebagai umpan balik dalam menyusun strategi yang lebih efektif, efisien dan tepat sasaran. 2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan dan perbaikan faktor mutu pendidikan pada sekolah-sekolah rintisan tersebut dalam hal kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru, kurikulum dan peserta didik sehingga dapat lebih meningkatkan mutu untuk menjadi sekolah bertaraf international. 3. Memberikan sumbangsih dan pemikiran bagi sekolah-sekolah dalam meningkatkan mutunya menjadi sekolah-sekolah rintisan yang kemudian bisa menjadi sekolah bertaraf international. 4. Disamping itu hasil temuan dapat dijadikan bahan pertimbangan kebiijakan dan pengambil keputusan dalam upaya perbaikan perencanaan pendidikan sesuai visi dan misi kota Bogor. Bagi penulis, sendiri penelitian ini memberikan makna yang mendalam dan memiliki kepuasan tersendiri di samping dapat menambah wawasan pengetahuan tentang MSDM khususnya tentang konteks pengembangan kemampuan manajerial kepala 18

19 sekolah dan kepemimpinannya, meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kinerja guru dan hal-hal yang terkait dengan mutu pendidikan sebagai pendekatan yang cukup efektif dalam mengukur keberhasilan program RSBI khususnya di tingkat pendidikan dasarnya. F. Paradigma Penelitian Sugiyono (2005 : 24 25) menyatakan bahwa Paradigma adalah pandangan terhadap dunia dan alam sekitarnya yang merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalah-masalah dunia nyata yang kompleks. Jadi yang dimaksud dengan paradigma penelitian adalah sebagai pandangan atau model atau pola pikir yang dapat dijabarkan berbagai variabel yang akan diteliti kemudian yang dapat membuat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian kuantitatif ini menggunakan hipotesis sebagai pembuktian melalui penelusuran aplikasi secara benar pada pendidikan dasar RSBI di kota Bogor. Apabila kepala sekolah memiliki kemampuan manajerial yang baik yang dijalankan sebagaimana mestinya dan guru-guru memiliki kompetensi yang sesuai dan betul-betul kompeten dengan bidangnya, maka akan terjadi keselarasan antara kemampuan manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru dimana keduanya akan saling menunjang dan saling tergantung satu sama lain yang mana akan berpengaruh pada produktivitas kerja guru sehingga akan memberikan proses pembelajaran yang maksimal dan menarik 19

20 yang pada akhirnya berujung pada tercapainya peningkatan mutu pendidikan sekolah. Dengan kata lain kepemimpinan kepala sekolah dengan kemampuan manajerialnya, kinerja guru dan proses pembelajaran merupakan bagian dari mutu pendidikan. Hal ini sesuai dengan keputusan Mendiknas RI No. 087/U/2002 mutu pendidikan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut : (1) Kurikulum dan proses belajar; (2) manajemen sekolah; (3) organisasi/kelembagaan sekolah; (4) sarana dan prasarana; (5) ketenagaan; (6) pembiayaan; (7) peserta didik; (8) peran serta masyarakat; dan (9) lingkungan kultur sekolah. Sedangkan menurut Edward Sallis (1993:12) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menentukan mutu pendidikan mencakup (1) gedung yang terpelihara dengan baik; (2) guru yang baik (profesional) yang mempunyai nilai moral yang baik dari hasil rekruitmen yang baik dan sesuai dengan spesialisasinya; (3) ada dukungan dari orang tua siswa, lingkungan bisnis dan masyarakat di sekitarnya; (4) adanya sumber yang berlimpah ; (5) aplikasi teknologi yang baru; (6) kepemimpinan yang kuat yang mempunyai visi dan misi; (7) peduli dan perhatian terhadap siswa; (8) keseimbangan kurikulum. Dari kedua pendapat di atas penulis mencoba membuat kesimpulan bahwa mutu pendidikan itu ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut : (1) kurikulum dan PBM; (2) manajemen sekolah; (3) kemampuan manajerial kepala sekolah; (4) sarana dan prasarana; (5) kompetensi mengajar guru ; (6) pembiayaan ; (7) peserta didik ; (8) peran serta masyarakat ; (9) 20

21 lingkungan/kultur sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Kurikulum dan PBM Manajemen Sekolah Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Sarana dan prasarana Kinerja guru MUTU PENDIDIKAN Pembiayaan Peserta didik Peran serta masyarakat Lingkungan/ kultur sekolah Gambar 1.1. Bagan Mutu Pendidikan Paradigma penelitian ini akan berfungsi sebagai ancangan teoritis atau sebagai perspektif secara teoritis dengan tujuan untuk memandu proses penelitian. Masalah yang akan diselidiki akan sangat ditentukan oleh berbagai landasan teori dan konsepsi yang dipilih serta sekaligus juga memberikan kerangka pemikiran yang dikembangkan serta dirumuskan. 21

22 G. Premis Penelitian Premis atau asumsi adalah suatu titik tolak pemikiran yang menjadi landasan dari penyelidikan suatu masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno Surakhmad (1990:107) yang mengemukakan bahwa : Fungsi asumsi dalam sebuah tesis merupakan titik pangkal penelitian dalam rangka penulisan tesis. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran peneliti sendiri. Materi di dalam premis merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi kebenarannya, sekurang-kurangnya bagi masalah yang diteliti saat ini. Premis dirumuskan sebagai landasan bagi hipotesis. Adapun premis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut : 1. Dengan kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang memadai dari seorang kepala sekolah selain dapat memimpin lembaganya untuk menjadi lebih baik juga dapat menyusun perencanaan strategik yang tepat dengan memiliki tujuan, visi dan misi yang terarah dengan memperhatikan faktor lingkungan internal maupun eksternalnya juga daya dukung maupun hambatan-hambatannya, sehingga lembaga/sekolah rintisan tersebut memiliki program-program yang terpadu untuk meningkatkan potensi atau mutu sekolah tersebut menjadi lebih baik. 2. Dengan memiliki kinerja guru yang baik dan sesuai maka proses pembelajaran yang ideal dapat terwujud yang menghasilkan kinerja 22

23 guru yang tinggi dan juga berdampak pada peningkatan kualitas lulusan yang mengarah pada pencapaian indikator kinerja kunci minimal (IKKM) dan indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) untuk menjadi sekolah bertaraf internasional, yang pada akhirnya berimplikasi pada mutu sekolah rintisan tersebut. 3. Dengan adanya hubungan dan kontribusi antara kemampuan manajerial kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu pendidikan RSBI tingkat pendidikan dasar maka perlu memperbaiki hubungan dan kontribusi tersebut secara lebih kuat yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan baik dari sumber daya manusianya (tenaga pendidik dan kependidikan), sarana prasarana, kurikulum dan proses pembelajaran maupun kualitas lulusannya. H. Hipotesis Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 64) bahwa Hipotesa dapat juga dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi yang sifatnya sangat sementara. Berdasarkan kerangka berpikir dan premis penelitian, maka hipotesisnya secara umum dirumuskan sebagai berikut : Peningkatan Mutu Pendidikan RSBI tingkat pendidikan dasar di kota Bogor dapat mencapai sasaran, jika faktor-faktor yang berpengaruh sebagai faktor determinan telah diidentifikasi secara cermat yang dijadikan landasan sebagai implementasi RSBI di kota Bogor. Mengingat hipotesis itu 23

24 masih luas, maka untuk lebih fokusnya perlu rincian khusus hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kemampuan manajerial kepala sekolah dengan mutu pendidikan RSBI di tingkat pendidikan dasar di kota Bogor. 2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kemampuan manajerial kepala sekolah dengan kinerja guru pada RSBI di tingkat pendidikan dasar di kota Bogor. 3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kinerja guru dengan mutu pendidikan pada RSBI di tingkat pendidikan dasar di kota Bogor. 4. Kemampuan manajerial kepala sekolah dan kinerja guru memberikan kontribusi yang signifikan terhadap mutu pendidikan pada RSBI di tingkat pendidikan dasar di kota Bogor. Untuk memperjelas kerangka berpikir penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan sekolah pada RSBI tingkat pendidikan dasar, dapat dilihat pada model statistik penelitian yang menggambarkan hubungan antar variabel yang terdapat dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X 1 ) dan Kinerja Guru (X 2 ) dan Mutu Pendidikan (Y). Keterkaitan antar variabel penelitian meliputi : pengaruh X 1 terhadap X 2, pengaruh X 1 terhadap Y, pengaruh X 2 terhadap Y serta pengaruh X 1, dan X 2 terhadap Y. Besar kecilnya Y akan menggambarkan besar kecilnya 24

25 mutu pendidikan sekolah. Secara statistik hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut : X 1 rx 1 Y ɛ rx 1 x 2 Y X 2 rx 2 Y Gambar 1.2. Hubungan Variabel Penelitian dengan Analisis Jalur Keterangan Gambar : X 1 = Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah X 2 = Kinerja Guru Y = Mutu Pendidikan pada Rintisan SD SMP Bertaraf International ɛ = Error H. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian menurut Surakhmad (1998:131) merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alatalat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah peneliti mempertimbangkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitan. 25

26 Penelitian ini dirancang untuk menguji hipotesis dari suatu pengaruh atau hubungan antara variabel, mendeskripsikan data, fakta dan kecenderungan yang terjadi, selanjutnya dianalisis dan direkomendasikan apa yang harus dibangun untuk mencapai suatu keadaan. Penelitian ini secara konsep dikategorikan metode kuantitatif pendekatan studi survei. I. Pemilihan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Kota Bogor dengan berbagai pertimbangan, diantaranya : 1. Secara geografis Kota Bogor berbatasan dengan Ibukota DKI Jakarta yang notabene memiliki standar kualitas pendidikan yang tinggi yang berimplikasi pada standar pendidikan yang diharapkan tidak berbeda jauh antara Kota Bogor dan Ibukota DKI Jakarta sehingga sangat dimungkinkan untuk mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di Kota Bogor; 2. Mengingat di DKI Jakarta sudah jenuh dilihat dari berbagai aspek, baik dari penyediaan lahan maupun sarana dan prasarana pendukung sehingga pengembangan RSBI Kota Bogor diharapkan dapat menjadi acuan keberhasilan atau success story bagi pengembangan RSBI di wilayah lain. 3. Untuk kondisi Di kota Bogor sendiri, sudah ada tujuh sekolah RSBI yakni SD Sukadamai 3, SMP Negeri I, SMP Negeri 4, SMA Negeri I, SMA Negeri 2, SMA Negeri 3, dan SMK Negeri 3, dan satu Sekolah lagi yaitu 26

27 SMA Negeri 6 yang memberlakukan kurikulum bertaraf Internasional. Namun pada penelitian ini lebih difokuskan pada tingkat pendidikan dasar. Dengan demikian sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian adalah seluruh sekolah tingkat pendidikan dasar SD dan SMP Negeri maupun Swasta di Kota Bogor yang telah berstatus RSBI sampai dengan tahun 2009, adalah SD Sukadamai 3, SMP Negeri 1 dan SMP negeri 4. 27

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai saka utama negara dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah Indonesia guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan menghadapi dua tuntutan yaitu tuntutan dari masyarakat dan tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi tuntutan yaitu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi (iptek) sistem pendidikan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah menghimbau beberapa sekolah (melalui asesor akreditasi, monitoring dan evaluasi serta kunjungan pengawas) termasuk sekolah di tempat peneliti bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG IMPLEMENTASI FUNGSI EMASLIM KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KOMPONEN KUALITAS SEKOLAH DI SMAN KABUPATEN TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensi, memerlukan peningkatan kemampuan kepala

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada hakekatnya adalah suatu proses yang menggambarkan pergerakan dari suatu kondisi yang lama ke kondisi yang baru. Pergerakan perubahan itu dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini semakin pesat dan menuntut semua pihak agar bisa dan siap bersaing di era globalisasi. Kenyataan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi lembaga pendidikan yang tidak hanya bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga internasional. Kompetisi global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Produktivitas sekolah merupakan wujud dari produktivitas pendidikan dalam skala persekolahan. Tujuan diselenggarakannya pendidikan secara institusional adalah

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat

BABI PENDAHULUAN. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat dengan perspektif global untuk membangun sekolah-sekolah berkinerja tinggi. Perspektif ini menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009 KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agent of change masyarakat bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agent of change masyarakat bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu sarana untuk membangun masyarakat. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agent of change masyarakat bahkan dunia. Manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan pondasi utama dalam pengembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak saat itu pula pendidikan itu ada. 1 Pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen

Lebih terperinci

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS 0 DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS Studi Etnografi di SD Negeri Batursari 1 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Pada jaman dahulu orang orang Yunani memakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan nasional. Karena dengan pendidikan yang baik dapat menciptakan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsung cepat dan masif menuntut kemampuan sumber daya pendidikan melakukan penyesuaian yang bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelaksanaan otonomi pendidikan menuntut perubahan dalam sistem supervisi yang bukan saja mengemban fungsi pengawasan tetapi juga fungsi pembinaan terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, Human Development Index (HDI) atau yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan sebuah tolak ukur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang penting dalam pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan alat strategis untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan manusia menjadi cerdas, memiliki ketrampilan (skill), sikap hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 A. Pengertian Kurikulum SD Bertaraf Internasional harus memenuhi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan mangacu

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

POLA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 JEPARA) TESIS

POLA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 JEPARA) TESIS POLA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 JEPARA) TESIS Diajukan Kepada: Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah pola pikir masyarakat. Hal ini mengakibatkan program pendidikan dan pengajaran jauh ketinggalan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sebagai mahluk sosial memerlukan pendidikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sebagai mahluk sosial memerlukan pendidikan sebagai usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia, sebagai mahluk sosial memerlukan pendidikan sebagai usaha peningkatan kualitas diri dan masyarakatnya. Proses pendidikan dilakukan secara berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi kompleks dan unik, yang memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Sehingga tercapainya tujuan sekolah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian SMP Negeri 1 Banjarnegara ditetapkan sebagai sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun) berdasarkan Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu Negara, sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia tersebut merupakan aset terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan. bangsa sebagaima diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan. bangsa sebagaima diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaima diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945. Dalam rangka itu, pemerintah telah berupaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan unsur penunjang lainnya termasuk sumber dana. Potensi - potensi itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan unsur penunjang lainnya termasuk sumber dana. Potensi - potensi itu dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan keberhasilan satuan pendidikan sangat ditentukan dari pengelolaan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana dan unsur penunjang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menjadi cerdas, memiliki kemampuan, sikap hidup

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk

BAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Selama ini ekspansi sekolah tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan

BAB. I PENDAHULUAN. Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan perubahan dalam berbagai macam aspek kehidupan, Pada awal millenium ini para pemimpin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing serta mempertahankan diri dari

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci