LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH TAHU MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA PADA SENTRA PENGERAJIN TAHU KOTA GIANYAR Dra. FRIEDA NURLITA, M.Pd. NIDN KADEK DEWI WIRMANDIYANTHI, S.Pd., M.Si. NIDN GUSTIANA METTASARI, S.Pd.,M.Pd. NIDN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2015 i

2 ii

3 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga laporan akhir Pengabdian kepada masyarakat dana DIPA tahun 2015 dengan judul Pelatihan Pemanfaatan Limbah Tahu Menjadi Biogas Skala Rumah Tangga pada Sentra Pengerajin Tahu Kota Gianyar ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam pelaksanaan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini, pelaksana program telah banyak mendapatkan dukungan baik berupa dana maupun dukungan moril. Untuk itu, melalui kesempatan ini pelaksana program menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha dan Staf atas dana serta pembinaan dan layanan administrasi dalam pelaksanaan P2M ini. 2. Bapak Wayan Sila Adnyana selaku ketua perkumpulan pangerajin tahu Kota Gianyar atas bantuan dan kerjasamanya selama kegiatan P2M berlangsung. 3. Pengerajin tahu Kota Gianyar yang meluangkan waktu untuk menghadiri pelatihan P2M yang kami adakan. 4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas berbagai bantuan dan kerjasamanya. Penulis menyadari laporan P2M dana DIPA tahun 2015 dengan judul Pelatihan Pemanfaatan Limbah Tahu Menjadi Biogas Skala Rumah Tangga pada Sentra Pengerajin Tahu Kota Gianyar ini masíh jauh dari sempurna yang disebabkan oleh berbagai keterbatasan miliki. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan pelaporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca. Singaraja, 28 Juli 2015 Tim Pelaksana program, iii

4 RINGKASAN Limbah industri menjadi salah satu bagian lingkungan yang paling dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, utamanya limbah industri rumah tangga yang secara umum belum dikelola dengan baik. Salah satu limbah industri rumah tangga bidang pangan yang banyak ditemukan adalah limbah pengolahan tahu. Saat ini, limbah padat tahu yang berupa ampas telah dimanfaatkannya menjadi makanan ternak. Sedangkan limbah cair hanya dibuang begitu saja ke saluran pembuangan. padahal Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk itu perlu upaya dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas yang dapat meningkatkan nilai guna limbah tahu dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Home industri tahu, masih menyisakan masalah yaitu : (1) limbah yang dapat mencemari lingkungan (limbah padat maupun limbah cair), (2) Pengerajin tahu masih tergolong ekonomi lemah, karena belum mampu menciptakan pasar yang lebih luas. Berdasarkan anlisis situasi, di kota Gianyar terdapat 14 sentra pengerajin tahu. Untuk menjawab permasalahan di atas perlu dilakukan usaha-usaha yang terpadu sebagai solusi untuk meningkatkan pengetahuan pengerajin tahu mengenai teknik pengolahan limbah tahu agar menjadi produk yang bernilai ekonomis dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan oleh limbah tahu. Kegiatan yang yang telah dilakukan adalah (1) diskusi tentang pembuatan biogas dari limbah tahu (2) pelatihan pembuatan biogas dari limbah tahu. iv

5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PRAKATA... iii RINGKASAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Identifikasi dan Perumusan Masalah Tujuan Kegiatan Manfaat Kegiatan... 5 BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Khalayak Sasaran Metode Kegiatan Rancangan Evaluasi... 8 BAB III HASIL YANG DICAPAI 3.1 Hasil Kegiatan Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan Kendala yang Dihadapi BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Alternatif Pemecahan Masalah... 7 Tabel 2.2 Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan... 8 Tabel 2.3 Prosedur dan Indikator Keberhasilan Kegiatan... 9 Tabel 3.1 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan P2M vi

7 BAB I PENDAHULUAN Limbah industri menjadi salah satu bagian lingkungan yang paling dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, utamanya limbah industri rumah tangga yang secara umum belum dikelola dengan baik. Jika penanganan limbah yang dihasilkan industri seperti industri rumah tangga tidak tepat, maka limbah dapat menurunkan kualitas dari lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat merugikan ekosistem. Oleh karena itulah maka pengelolaan limbah industri rumah tangga menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan dan tidak bisa dihindari oleh para pemilik dan pengelola industri. Pada dasarnya, limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Tingginya produksi limbah industri terjadi akibat perkembangan industrialisasi. Perkembangan industri di Indonesia saat ini menunjukkan terjadinya kemajuan pesat dibidang ekonomi. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di skala industri besar tetapi juga terus merambah sampai di tingkat industri kecil seperti industri rumah tangga (home industry). Dampak yang ditimbulkan pun beragam mulai dari dampak positif seperti peningkatan pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja, serta dampak negatif berupa meningkatnya jumlah limbah. Salah satu limbah industri rumah tangga bidang pangan yang banyak ditemukan adalah limbah pengolahan tahu. Limbah tahu berkorelasi dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang mengandalkan sumber protein nabati dari kacang-kacangan terutama kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe yang sama-sama menghasilkan limbah pangan (Auliana, 2012). Limbah tahu di bedakan menjadi 2 bagian. Bagian Limbah padat (ampas) dan limbah cair. Limbah padat tahu (ampas tahu) merupakan hasil sisa perasan bubur kedelai. Ampas ini memiliki sifat cepat basi dan berbau tidak sedap kalau tidak segera ditangani dengan cepat. Limbah ampas tahu akan mulai menghasilkan bau yang tidak sedap 12 jam setelah dihasilkan (Suprapti, 2005). Limbah ampas tahu masih mengandung protein 26,6 g, 18,3 g lemak dan 41,3 g karbohidrat per 100 g (Handasari, 2010). Limbah cair industri tahu masi 1

8 mengandung protein 10,4 ml, lemak 4,9 ml, 24,1 karbon, 0,5 ml Nitrogen, mineral 6,2 ml (Moertinah,1994). Saat ini, limbah padat tahu yang berupa ampas telah dimanfaatkannya menjadi makanan ternak. Sedangkan limbah cair hanya dibuang begitu saja ke saluran pembuangan. padahal Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk itu perlu upaya dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas yang dapat meningkatkan nilai guna limbah tahu dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Keuntungan atau keunggulan dari sistem anaerobik-biogas adalah mengurangi potensi kerusakan hutan yaitu mengurangi penebangan pohon yang digunakan untuk kayu bakar, mencegah erosi tanah, dan menghemat pemakaian bahan bakar minyak. Biogas merupakan energi yang ramah lingkungan dan merupakan cara yang aman untuk menempatkan bahan organik jika dikelola dengan baik, sehingga meningkatkan sanitasi dan kesehatan lokal. Sisa padatan dari produksi biogas (lumpur hasil pembangkitan biogas) dapat digunakan untuk pembuatan pupuk kompos. Ini dapat mengurangi polusi air tanah dan meningkatkan kualitas udara. Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida CO2 memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global (efek rumah kaca), sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program internasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM) (Inforce, 2006). 1.1 Analisis Situasi Home industri tahu, masih menyisakan masalah yaitu : (1) limbah yang dapat mencemari lingkungan (limbah padat maupun limbah cair), (2) Pengerajin tahu masih tergolong ekonomi lemah, karena belum mampu menciptakan pasar yang lebih luas. Limbah ampas tahu akan mulai menghasilkan bau yang tidak sedap 12 jam setelah dihasilkan (Suprapti, 2005). Limbah ampas tahu masih mengandung protein 26,6 g, 18,3 g lemak dan 41,3 g karbohidrat per 100 g (Handasari, 2010). 2

9 Limbah cair industri tahu masi mengandung protein 10,4 ml, lemak 4,9 ml, 24,1 karbon, 0,5 ml Nitrogen, mineral 6,2 ml (Moertinah,1994). Saat ini, limbah padat tahu yang berupa ampas telah dimanfaatkannya menjadi makanan ternak. Sedangkan limbah cair hanya dibuang begitu saja ke saluran pembuangan. padahal Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Pengetahuan dan keterampilan yang kurang pada sebagian masyarakat dalam pengolahan limbah tahu, menyebabkan pemanfaatan limbah tahu yang kurang optimal, sebagai contohnya adalah pemanfaatan limbah tahu di sentra industri tahu di Kota Gianyar. Selama ini pemanfaatan limbah padat tahu di sentra industri tahu tersebut hanya sebatas sebagai pakan ternak yaitu babi. Selain itu, pemanfaatan untuk produk lain belum ada sama sekali, padahal jumlah pengerajin tahu di kota Gianyar cukup besar, yakni dalam bentuk home industri sebayak 14. Setiap harinya, limbah tahu yang dihasilkan di sentra industri tersebut cukup besar. Salah satu sentra pengerajin tahu di kota Gianyar, produksi per harinya menghabiskan 150 kg kedelai. Berdasarkan perhitungan Yuniarti, S. (2006) bahwa dalam 1 kg kedelai membutuhkan air sebanyak 45 L, akan dihasilkan tahu sebanyak 1,33 kg, ampas sebesar 1,17 kg dan limbah cair sebanyak 43,5 L. Jika salah satu pengerajin tahu menggunakan kedelai sebanyak 150 kg, maka dapat dihitung jumlah limbah ampas tahu yang dihasilkan sebanyak 175,5 kg dan limbah cair sebesar L/hari. Limbah sebanyak itu akan sangat potensial mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan dan diolah dengan baik. Selama ini ampas tahu dijual sebagai pakan ternak. Sebagai pakan ternak, ampas tahu hanya dihargai Rp. 400/Kg basah dan limbah cairnya hanya dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dahulu (wawancara dengan pengerajin tahu setempat). pemanfaatan limbah tahu dari pakan ternak menjadi biogas akan sangat menguntungkan secara ekonomi bagi pengerajin tahu serta memberi manfaat lingkungan yang sehat. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu adanya kegiatan pengenalan, pelatihan dan pembinaan kepada pengerajin tahu di kota Gianyar dalam membuat biogas dari limbah tahu. Sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari limbah 3

10 tahu dan menghasilkan produk bioenergi ramah lingkungan serta mengurangi limbah dan pencemaran. Nantinya dapat dikembangkan usaha pengolahan limbah tahu dalam bentuk usaha home industri. Hal ini secara tidak langsung akan mengangkat perekonomian masyarakat pengerajin tahu kota Gianyar. Jika kegiatan ini terus berlanjut, maka peningkatan kesejahteraan masyarakat pengerajin tahu kota Gianyar akan terjamin serta limbah tahu pun tidak dianggap sebagai limbah ataupun makanan ternak lagi, melainkan sebagai bahan dasar untuk membuat biogas yang murah, berdaya jual dan ramah lingkungan. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Pengerajin tahu di Kota Gianyar selama ini hanya menjual tahunya saja, dan limbah padat (ampas) tahu dijual sebagai pakan ternak dengan harga sangat murah dan limbah cairnya hanya dibuang begitu saja mencemari lingkungan. Padahal limbah tahu masih memiliki atau mengandung senyawa-senyawa organik yang dapat dimanfaatkan menjadi biogas. Untuk itu perlu diupayakan untuk memanfaatkan limbah tahu hasil aktivitas masyarakat. Upaya pemanfaatan limbah ini selain merupakan bentuk pengelolaan lingkungan yang inheren dengan kualitas hidup manusia, juga merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia yang dapat membuka peluang usaha baru. Pengerajin tahu sekarang di kota Gianyar berjumlah 14 yang berupa pengusaha home industri. Produknya di pasarkan ke pasar kota Gianyar. Produk samping yang berupa limbah tahu belum maksimal dimanfaatkan. Melihat sifat limbah tahu yang memiliki banyak kelebihan seperti mengandung protein yang tinggi, banyak mengandung serat, serta murah dan mudah didapat, maka dapat dikembangkan suatu bentuk usaha baru yang memanfaatkan limbah tahu sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Dengan tujuan selain sebagai salah satu upaya mengurangi pencemaran dari limbah tahu, tapi juga mampu memberikan alternatif bioenergi bagi para pengerajin tahu ditengah kenaikan harga LPG dan tentunya dapat menjadi peluang usaha baru. Hasil observasi dan dialog yang penulis lakukan dengan para pengerajin tahu Kota Gianyar terkait masalah tersebut, diperoleh hal- hal sebagai berikut. 1. Pengerajin tahu hanya menjual produknya berupa tahu, sedangkan limbah ampas tahu dijual murah kepada peternak. 4

11 2. Para pengerajin tahu, kurang mengetahui pengolahan limbah tahu menjadi biogas. 3. Tidak pernah adanya pelatihan, pembinaan, dari pihak terkait tentang pelatihan pengolahan limbah tahu menjadi biogas. 4. Para pengerajin tahu sangat menginginkan adanya pelatihan dan pembinaan terkait tentang pembuatan biogas yang berbahan baku limbah tahu. 1.3 Tujuan Kegiatan Secara umum tujuan dari program pengabdian masyarakat ini adalah untuk membantu pemberdayaan masyarakat terutama para pengerajin tahu di Kota Gianyar melalui penyuluhan dan pelatihan pembuatan biogas dari limbah tahu sehingga mampu mengatasi limbah dan menambah nilai ekonomis limbah tahu yang berujung pada peningkatan kesejahteraan pengerajin tahu. Tujuan khusus dari program pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut. 1) Dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan nilai ekonomis dari limbah tahu, 2) Membantu memberikan pengetahuan, informasi dan pelatihan tentang pengolahan limbah tahu kepada masyarakat khususnya pada pengerajin tahu di Kota Gianyar, 3) Dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan ide-ide kreatif dalam membuat biogas dari limbah tahu, sehingga dapat menghemat bahan bakar. Disamping itu, diharapkan pula muncul masyarakat yang mampu membangun usaha mikro yang mempunyai jejaring kemitraan yang luas dan saling menguntungkan, serta dapat meningkatkan lapangan kerja dan menyerap banyak tenaga kerja sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. 1.4 Manfaat Kegiatan Adapun manfaat yang bisa diperoleh melalui pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini adanya pelatihan membuat biogas berbahan baku limbah tahu pada pengerajin tahu kota Gianyar akan membantu masyarakat dalam mengembangkan ketrampilannya dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas. Hal ini akan memberikan dampak berkurangnya pencemaran dan memberi 5

12 peluang bagi pengerajin tahu kota Gianyar untuk mendapatkan tambahan penghasilan, sehingga meningkatkan keadaan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. 6

13 BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas, kami ingin membantu memberikan solusi melalui peningkatan pengetahuan dan pelatihan para pengerajin tahu. Adapun alternatif solusi yang ditawarkan dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut. Tabel 2.1 Alternatif Pemecahan Masalah No Permasalahan Akar masalah 1 Pengerajin tahu di Kota Gianyar belum melakukan upaya apapun untuk meningkatkan kualitas dari limbah tahu, ampas tahu hanya dijual murah kepada peternak. Dan limbah cairnya dibuang begitu saja tanpa pengolahan lanjut. 2 Pengerajin tahu Kota Gianyar belum mampu mengembangkan kreatifitas dan keterampilannya dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas Kurangnya informasi tentang upaya yang dapat dilakukan oleh pengerajin tahu mengenai peningkatan kualitas dari limbah tahu Kurangnya informasi dan keterampilan dalam membuat biogas dengan bahan baku limbah tahu Alternatif Pemecahan Masalah 1. Pemberian ceramah tentang pengelohan dan pemanfaatan limbah tahu 2. Melakukan diskusi tentang limbah tahu dan pemanfaatannya menjadi biogas Pemberian pelatihan cara membuat biogas dari limbah tahu. 2.2 Khalayak Sasaran Kurangnya pengetahuan para pengerajin tahu di Kota Gianyar dalam mengolah limbah tahu menyebabkan pencemaran dan kurang termanfaatkannya nilai guna limbah tahu. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan P2M yang akan dilakukan ini, para pengerajin tahu tersebut akan diberikan pelatihan bagaimana mengolah limbah tahu menjadi biogas yang ramah lingkungan dan berdaya jual. Berdasarkan anlisis situasi, di kota Gianyar terdapat 14 sentra pengerajin tahu. Sebagai khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan P2M yang akan dilakukan adalah 28 orang tenaga kerja dari 14 sentra pengerajin tahu yang ada di kota Gianyar. Dari 14 sentra pengerajin diambil 2 orang peserta wakil. Peserta 7

14 yang dilibatkan tersebut nantinya diharapkan dapat mengimbas kepada tenaga kerja lainnyalainnya 2.3 Metode Kegiatan Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan adalah metode diskusi dan pelatihan. Keterkaitan antara tujuan dan metode yang dipakai untuk mencapai tujuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.2 Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan No Tujuan Metode Bentuk Kegiatan 1 Untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki pengerajin tahu dalam mengolah limbah tahu 2 Untuk melatih peserta agar mampu menguasai keterampilan dalam mengolah limbah tahu menjadi biogas Diskusi Pelatihan Ceramah dan diskusi pengerajin tahu cara mengolah limbah tahu menjadi biogas Pelatihan cara membuat biogas dari limbah tahu 1. Ceramah dan diskusi Kegiatan ceramah dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman peserta tentang keterampilan pengolahan limbah tahu. Materi ini akan diberikan oleh staf dosen Kimia Undiksha. Materi yang diberikan memuat pengetahuan pengelolaan limbah tahu, pengetahuan tentang cara pembuatan biogas dari limbah tahu. Ceramah dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini. 2. Pelatihan Pada tahap pelatihan, dilatihkan kepada pengerajin tahu cara membuat biogas dari limbah tahu. Pelatihan diawali dengan demonstrasi bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat biogas. Kemudian mengajarkan mengenai cara pembuatan biogas dengan bahan dasar limbah tahu. 2.4 Rancangan Evaluasi Prosedur dan alat evaluasi untuk manilai keberhasilan kegiatan yang dilakukan, dapat digambarkan seperti Tabel. 3 berikut. 8

15 Tabel 2.3 Prosedur dan Indikator Keberhasilan Kegiatan No. 1. Prosedur Melatihkan pengerajin tahu untuk membuat biogas dari limbah tahu Indikator keberhasilan 1. Setiap peserta mampu menghasilkan biogas menggunakan reactor biogas selama pelatihan 9

16 BAB III HASIL YANG DICAPAI 3.1 Hasil Kegiatan Kegiatan P2M pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas dilaksanakan pada tanggal 20 Juni bertempat disalah satu rumah pengerajin tahu. Hal ini dimaksudkan agar hasil dari pelatihan pembuatan biogas dapat langsung dimanfaatkan oleh pengrajin setempat. Kegiatan P2M yang dilaksanakan mendapat sambutan yang cukup baik dari pengrajin setempat. Hal ini dibuktikan dengan jumlah peserta yang hadir sesuai dengan yang ditargetkan. Peserta yang hadir tidak hanya dari pemilih usaha tahu, namun juga diikuti oleh karyawan yang bekerja di perusahaan tahu tersebut. Kegiatan P2M berlangsung dari pukul WITA, mulai dari pemaparan materi hingga pelatihan pembuatan biogas dari limbah tahu. Selama diskusi saat pelatihan berlangsung beberapa pengerajin telah memiliki pengetahuan awal tentang biogas dari limbah tahu. Hanya saja para pengerajin belum tahu ternyata bahan baku biogas harus diproses (dikondisikan) suhu dan ph, kemudian penggunaan starter (bakteri) untuk proses biogas belum diketahui sama sekali oleh para pengerajin. Oleh karena minimnya pengetahuan pengerajin tahu mengenai biogas, menyebabkan pengerajin tahu sangat tertarik untuk mendengarkan pemaparan materi terkait pembuatan biogas dari limbah tahu, serta saat pelatihan pembuatan biogas berlangsung. Para pengerajin beranggapan pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas merupakan solusi yang bagus untuk menanggulangi permasalahan limbah tahu yang selama ini dibuang begitu saja ke saluran pembuangan disamping ada juga limbah padat yang dijual dengan harga murah ke peternak. Pemaparan materi yang dilanjutkan dengan diskusi antara narasumber dan peserta berlangsung selama 45 menit, yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan biogas dari limbah tahu. Pada saat pelatihan, pelaksana P2M dibantu oleh teknisi menjelaskan mengenai rangkaian alat yang digunakan dalam pembuatan biogas serta langkah-langkah pembuatan biogas dari limbah tahu. Rangkaian alat yang digunakan terdiri dari reaktor, pengalir gas, penampung gas, 10

17 selang gas, dan kompor. Rangkaian alat yang digunakan tersebut dipastikan untuk tidak ada kebocoran agar dapat terjadi fermentasi secara anaerob dan gas yang dihasilkan tidak terbuang keluar. Langkah-langkah pembuatan biogas meliputi (1) pencampuran limbah padat, limbah cair dan air menjadi campuran yang homogen; (2) pengujian ph dan suhu limbah tahu agar sesuai dengan kriteria tempat hidup bagi bakteri agar fermentasi dapat berlangsung secara optimal; (3) setelah ph dan suhu sesuai, maka selanjutnya limbah tahu dituangkan ke dalam reaktor biogas; (4) bakteri EM4 dituangkan ke dalam reaktor yang telah berisi limbah tahu dan selanjutnya ditutup rapat. Sampai tahap ini, selanjutnya dibutuhkan waktu minimal 2 minggu agar mendapatkan hasil fermentasi bakteri berupa biogas yang selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh pengerajin tahu baik untuk keperluan produksi maupun kebutuhan sehari-hari. Selama 2 minggu mulai dari pelatihan hingga pembentukan biogas. Berhubung jumlah limbah tahu yang digunakan belum sampai tanda batas yang ditentukan pada reaktor maka pelaksana menganjurkan pada pengerajin tahu untuk melakukan penambahan limbah tahu ke dalam reaktor hingga batas yang telah ditentukan. Setelah dilakukan pelatihan pembuatan biogas selanjutnya dilakukan serah terima alat dan bahan oleh pelaksana kepada pengerajin tahu berupa rangkaian alat pembuatan biogas, bakteri EM4 1L, indikator universal untuk mengkur ph serta termometer. Alat dan bahan nantinya dapat digunakan untuk pembuatan biogas selanjutnya. Biogas yang telah disiapkan pada saat pelaksanaan pengabdian, selanjutnya dimonitoring kembali oleh pelaksana dan pengerajin pada 2 minggu berikutnya yaitu pada tanggal 4 juli untuk mengetahui biogas dari hasil fermentasi limbah tahu oleh bakteri EM4. Dari hasil monitoring, diperoleh hasil pelatihan yaitu biogas yang dihasilkan sedikit sehingga tidak dapat digunakan untuk proses produksi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena ada kebocoran pada sambungan pipa pada generator dan kondisi fermentasi yang kurang optimum. 3.2 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan Respon peserta terhadap kegiatan ini cukup baik. Data respon/tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan diperoleh melalui 11

18 penyebaran angket tertutup menggunakan skala Likert. Data respon masyarakat ditunjukkan pada Tabel 3.1 di bawah. No Tabel 3.1 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Kegiatan P2M Indikator 1 Masyarakat senang dan semangat mengikuti kegiatan pelatihan pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas 2 Masyarakat menyambut dengan baik kegiatan pengabdian dalam bentuk pelatihan pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas 3 Kegiatan pelatihan yang diberikan memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan Masyarakat tentang pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas 4 Kegiatan pelatihan yang diberikan meningkatkan pemahaman Masyarakat mengenai dampak pembuangan limbah tahu ke lingkungan serta solusi untuk menanganinya 5 Pelatihan yang diberikan dapat dengan mudah dipahami 6 Kegiatan/sesi pelatihan pembuatan biogas berjalan dengan lancar dan menarik 7 Kegiatan pelatihan mendorong Masyarakat untuk untuk memanfaatkan limbah tahu menjadi biogas 8 Durasi waktu kegiatan untuk setiap sesi sudah tepat 9 Sarana dan prasarana yang digunakan sangat mendukung kegiatan pelatihan 10 Kegiatan seperti ini perlu diadakan secara berkala Respon SS S TT TS STS N % N % N % N % N %

19 3.2 Kendala yang Dihadapi Adapun kendala yang dihadapi oleh panitia pelaksana selama melakukan kegiatan pengabdian masyarakat antara lain: 1. Sulitnya menentukan waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian dikarenakan kesibukan yang dimiliki oleh pengerajin tahu, sehingga kegiatan dilakukan pada sore hari dengan waktu yang terbatas. 2. Jarak perusahaan tahu yang berjauhan menyebabkan komunikasi antara pengerajin tahu cukup sulit dilakukan, sehingga panitia pelaksana meminta bantuan pada Bapak Wayan Sila Adnyana selaku ketua perkumpulan pengerajin tahu untuk mengkoordinasikan kegiatan pengabdian yang akan dilakukan ke pengerajin tahu lainnya. 3. Pada saat pelaksanaan kegiatan pengabdian, banyak pengerajin yang datang melewati waktu yang disepakati sehingga beberapa poin penting saat pemaparan diulangi oleh narasumber sebelum sesi pelatihan dimulai. 4. Keterbatasan tempat yang dimiliki oleh pengerajin tahu sehingga panitia pelaksana mengalami kesulitan saat menentukan tempat diletakkan reaktor biogas. Solusi yang diambil yaitu dengan meletakkan reaktor berjauhan disesuaikan dengan ketersediaan tempat yang ada dan dihubungkan dengan selang yang cukup panjang. 13

20 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Pelaksanaan kegiatan P2M dilakukan dengan metode diskusi dan pelatihan. Secara umum, kegiatan pelatihan yang dilakukan mendapatkan respon positif dari masyarakat pengerajin tahu. Dari kegiatan pelatihan yang dilakukan, semua peserta ikut berpartisipasi dalam proses pembuatan biogas dari limbah tahu, sehingga tujuan dari kegiatan pelatihan tercapai yaitu para pengerajin tahu mengetahui langkah-langkah untuk memproduksi biogas dari limbah tahu dan cara merangkai alat reaktor biogas. 4.2 Saran Diakhir kegiatan program, pengerajin tahu meminta untuk mengusulkan program tentang pemanfaatan limbah tahu menjadi pupuk organic. Sehingga dapat menambah pendapatan pengerajin tahu dari pupuk organic yang dihasilkan.. 14

21 DAFTAR PUSTAKA Auliana, R Pengolahan Limbah Tahu Menjadi Berbagai Produk Makanan. Makalah. Yogyakarta Fauziyah, Anis Nurul Pemanfaatan Limbah Industri Kertas (Biosludge) untuk Pembuatan Biogas. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor Handasari Eksperimen Pembuatan Sugar Pastry Dengan Substitusi Tepung Ampas Tahu. (Experiments on Making Sugar Pastry Tofu Flour Substitution) Erma Handarsari. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Inforce A List of Treaties and Other International Agreements of the United States in Force. United States Department Of State KLH Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah Tahu-Tempe. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta Kaswinarni, F Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu : Studi kasus industri tahu tandang semarang, sederhana kendal dan Gagak sipat boyolali. Tesis. Program studi magister ilmu lingkungan. Program pascasarjana. Universitas diponegoro. Semarang Suprapti Pembuatan Tahu. Edisi. Teknologi pengolahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius. Yogyakarta Pramudyanti N., Penanganan air limbah pabrik tahu. Penerbit Yayasan Bina Karya Lestari (Bintari), Semarang Witjaksono, T Pengaruh Pemberian Ampas Tahu Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Kacang Betina Pada Masa Pertumbuhan Awal. Skripsi. Malang : Fakultas Paternakan Universitas Brawijaya. Yuniarti, S Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob Bersekat dan Aerob. Tesis. Program studi magister ilmu lingkungan. Program pascasarjana. Universitas diponegoro. Semarang 15

22 LAMPIRAN Foto-foto Pendukung Foto 1. Pemaparan materi oleh narasumber Foto 2. Sesi diskusi Foto 4. Limbah padat + limbah cair tahu Foto 3. Pengadukan limbah tahu (limbah padat + limbah cair+ air) Foto 6. Pengujian ph limbah tahu Foto 5. Pengujian suhu limbah tahu 16

23 Foto 7. Pengisian reactor dengan limbah tahu (bahan biogas) Foto 8. Penambahan bakteri EM4 ke dalam reactor Foto 9. Reaktor biogas, penampung gas, pengalir gas Foto 10. Serah terima alat dan bahan oleh panitia pelaksana kepada pengerajin tahu 17

24 Denah Lokasi Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat 18

25 19

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI M. Christiyanto dan I. Mangisah ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROPOSAL PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA INTERVENSI TEKNOLOGI PUPUK CAIR ORGANIK BERBAHAN LIMBAH DALAM PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU RUMAH TANGGA BIBIS, MOJOSONGO, KOTA SURAKARTA BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI Oleh : DENNY PRASETYO 0631010068 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA 2011

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI A. IDENTITAS PERSEPSIDEN LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian Nama : Umur : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan : PNS Wiraswasta/Pengusaha TNI Pensiunan Jumlah Ternak dimiliki Lainnya

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota dan di pedesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak 1. Limbah Cair Tahu. Tabel Kandungan Limbah Cair Tahu Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg Proses Tahu 80 kg manusia Ampas tahu 70 kg Ternak Whey 2610 Kg Limbah Diagram

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena kandungan proteinnya setara dengan protein hewan (Sarwono dan Saragih,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Sri Subekti Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNPAND Jl.. Banjarsari Barat No 1, Semarang e-mail: bek1_04@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Murniaty Simorangkir Ratih Baiduri Idramsa Abstrak Program tanaman organik adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE Muhammad Yusuf Jurusan Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.) TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.) PENDAHULUAN Makin mahal dan langkanya BBM, menyebabkan makin tingginya kebutuhan hidup peternak.

Lebih terperinci

pelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya

pelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya PENDAHULUAN Sampah atau limbah, selalu saja menjadi permasalahan. Masalah selalu timbul sebagai akibat dari tidak mampunya masyarakat melakukan tata kelola terhadap sampah atau limbah yang dihasilkan baik

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Jatmiko Wahyudi 1* 1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Pati *Email: jatmiko_tkuns@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR MODUL: PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR I. DESKRIPSI SINGKAT S aat ini isu lingkungan sudah menjadi isu nasional bahkan internasional, dan hal-hal terkait lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelengaraan upaya kesehatan yang dilaksanakan pemerintah, salah satunya pada Undang- Undang No. 36 Tahun 2009 pasal 11 tentang kesehatan lingkungan, penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN Disusun Oleh: Ir. Nurzainah Ginting, MSc NIP : 010228333 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2007 Nurzainah Ginting

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA Nurlaila Handayani 1* Yusnawati 2 Nina Fahriana 3 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 2 No. 2, Agustus 2015: 1714 ISSN : 2556226 EISSN : 24770299 PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS 1* 2 2 Lidya Rahma Shaffitri,

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG Ellyza Nurdin, Salam N.Aritonang, Elly Roza Fak. Peternakan

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI Cyrilla Indri Parwati 1*, Imam Sodikin 2, Virgilius Marrabang 3 1,2, 3 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta,Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA Putri Cempo, Solo mencapai 260 ton per hari, apabila Sampah di tempat tersebut masih tercampur antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya sektor industri di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup penduduk Indonesia, akan tetapi dengan munculnya berbagai

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK Pemberdayaan Karang... Triyanto & Edi Cahyono PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK Triyanto STIE Atma Bhakti Surakarta E-mail: triyanto_55@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: BIOGAS DARI LIMBAH DAUN BAWANG MERAH SEBAGAI SUMBER ENERGI RUMAH TANGGA ALTERNATIF DI KABUPATEN BREBES

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: BIOGAS DARI LIMBAH DAUN BAWANG MERAH SEBAGAI SUMBER ENERGI RUMAH TANGGA ALTERNATIF DI KABUPATEN BREBES PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: BIOGAS DARI LIMBAH DAUN BAWANG MERAH SEBAGAI SUMBER ENERGI RUMAH TANGGA ALTERNATIF DI KABUPATEN BREBES BIDANG KEGIATAN: PKM-PENERAPAN TEKNOLOGI Diusulkan Oleh:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit

Lebih terperinci

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam Yommi Dewilda, Yenni, Dila Kartika Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Padang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2010. Tempat Penelitian di Rumah Sakit PMI Kota Bogor, Jawa Barat. 3.2. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi permintaan. Artinya, kebijakan energi tidak lagi mengandalkan pada ketersediaan pasokan

Lebih terperinci

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya burung puyuh (Coturnix coturnix) betina dengan tujuan utama menghasilkan telur konsumsi dan atau pemeliharaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER Utilization Of Waste Rice Husk and Cow Manure in Biogas Production Using

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sludge Hasil Samping Instalasi Biogas Kotoran Sapi Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif berdampak pada permasalahan limbah, baik yang berupa limbah

Lebih terperinci

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Sariyati Program Studi DIII Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang gurih. Selain itu ikan lele dumbo

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia seperti ayam, sapi, kambing serta domba sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Produk utama yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

JURNAL INFO ISSN :

JURNAL INFO ISSN : IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IBM) KELOMPOK DASAWISMA S. Sumarsih, C. S. Utama Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP e-mail korespondensi : ssumarsih71@gmail.com ABSTRAK Permasalahan sampah organik pasar dan

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ANALITIK

MAKALAH KIMIA ANALITIK MAKALAH KIMIA ANALITIK Aplikasi COD dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Disusun oleh : Ulinnahiyatul Wachidah ( 412014003 ) Ayundhai Elantra ( 412014017 ) Rut Christine ( 4120140 ) Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan perilaku dan gaya hidup serta pola konsumsi ke produk perikanan. Adanya keterbatasan kemampuan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI Oleh: LAILAN NI MAH, ST., M.Eng. Dibiayai Sendiri Dengan Keputusan Dekan Nomor: 276d/H8.1.31/PL/2013 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi ll. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Tahu Industri tahu di Indonesia merupakan salah satu industri yang berkembang cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi setiap hari

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS

PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS INOVATOR : 1. SLAMET WAHYUDI Bidang Energi PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN JL. Basuki Rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri pangan mendukung munculnya dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sisa hasil proses

Lebih terperinci

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK Oleh : Drs. Budihardjo AH, M.Pd. Dosen Teknik Mesin FT Unesa LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Selain itu, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi menimbulkan dampak positif bagi perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak negatifnya berupa makin banyaknya limbah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan 23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tahapan dalam simulasi Penelitian ini merupakan kegiatan monitoring pengembanganan digester biogas digunakan. Metode kegiatan yang telah dilakukan yaitu : a. Demontrasi yaitu

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH ORGANIK MENGGUNAKAN STARTER LUMPUR SAWAH

PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH ORGANIK MENGGUNAKAN STARTER LUMPUR SAWAH PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH ORGANIK MENGGUNAKAN STARTER LUMPUR SAWAH Desti Nola Putri 1, Deni Hidayat 1, Pasymi ST.MT 1, Dra. Elly Desni Rahman, M.Si 1 Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakinÿ meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penggunaan energi oleh manusia yang berasal dari bahan bakar fosil semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan penduduk di dunia.menurut laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai di Indonesia selain tempe. Tahu juga sering dijadikan sebagai lauk-pauk karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan telah membudaya di semua lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Tempe mengandung

Lebih terperinci

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 CONTOH : PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS INOVATOR : SLAMET WAHYUDI Bidang Energi LEMBAR PENGUSULAN Judul Inovasi : Pemanfaatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di Desa Haurngombong. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU Tandang Sari (2017), jumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya yang mengandung

Lebih terperinci

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) SISTEM PRODUKSI BIOGAS YANG TERINTEGRASI (Sebuah Aplikasi Teknologi Tepat Guna melalui Pemanfaatan limbah ) Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) PENDAHULUAN Krisis bahan bakar di indonesia dewasa ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih zat senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Selain dibutuhkan oleh tanaman pupuk

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh: ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram 29 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: I Made Anggayuda Pramadya 1), I Gusti Lanang Parta Tanaya 2) dan Adinul Yakin 2) 1) Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci