Project. 1. Melengkapi/update database

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Project. 1. Melengkapi/update database"

Transkripsi

1 Project Donor Partner Goals Final Report Database ompletion GF Indonesia Province Member 2013 Jakarta 2013 Database ompletion Governors limate and Forest (GF) Indonesia Province Member Governors limate and Forest (GF) Kemitraan 1. Melengkapi/update database 2. Mengumpulkan data pendukung booklet yang berisi progress pembangunan REDD+ di provinsi anggota GF (Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua Barat, Papua) 3. Pengumpulan data/informasi tentang perkembangan kegiatan pembangunan di provinsi yang terkait dengan REDD+ Methodology Visit route Workshop, observasi, pengumpulan data di lapangan, desk study, pengolahan data dan infografis 5 Mei 2013 sd 4 Juni 2014: Jakarta Banda Aceh Jakarta Pontianak Jakarta Palangkaraya Jakarta Samarinda Jakarta Manokwari Jakarta Jayapura Kunjungan di setiap daerah memakan waktu selama 1 bulan, di setiap daerah dikunjungi oleh tim pencari data yang berbeda. Background GF Knowledge database merupakan sumber data dan informasi dari setiap provinsi anggota GF, database ini terbuka untuk publik. Database ini berisi data dan informasi mengenai penggunaan lahan dan deasi, perhitungan carbon dan metodologi; kegiatan implementasi REDD, dan arus keuangan terkait program REDD. Database akan diperbarui secara berkala, salah satu maksud adanya Database ini, GF beusaha untuk transparansi mengenai dana REDD + yang dialokasikan dan tersebar di negara-negara anggota dan provinsi. 1

2 GF telah berusaha untuk menyelesaikan Database anggota provinsi di Indonesia, namun karena beberapa hal masih ada kendala dalam pelaksanaannya. Purpose Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi Database Knowledge GF pada setiap Provinsi (Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Papua, dan Papua Barat) di Indonesia yang merupakan anggota GF. Activity 03 Mei 2013: Workshop bagi Surveyor Workshop diselenggarakan di Rumah Kemuning, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada hari Jumat, 3 Mei 2013, pukul 9 pagi hingga 4 sore. Sebagai moderator, Saudara Ilarius Wibisono menyampaikan maksud pelaksanaan workshop sebagai berikut: a. Penyampaian tujuan pengumpulan data b. Pembagian tugas 6 surveyor ke 6 provinsi c. Penjelasan data yang akan dikumpulkan d. Mekanisme dan prosedur pelaporan Tujuan pengumpulan data sebagaimana telah disampaikan pada bagian awal laporan ini, sudah dirasa jelas bagi seluruh peserta/surveyor. Sebagai panduan, para peserta diberikan hand-out struktur database GF sebagaimana yang tercantum pada website. Saat ini data yang tertera di website untuk 6 provinsi Indonesia anggota GF masih belum akurat. Para surveyor juga mendapat penegasan bahwa metode yang dilakukan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut: (1) Survei langsung ke daerah/provinsi menemui pihak terkait (terutama anggota GF Taksforce dan narasumber lainnya). (2) Data yang diperoleh berupa softcopy, hardcopy, maupun hasil wawancara. (3) Data yang diperoleh diisikan di Formulir Pengumpulan Data, serta (4) jangka waktu pelaksanaan survei kurang lebih 1 (satu) bulan. Standarisasi data ditentukan agar para surveyor memiliki kesepahaman dan kesamaan persepsi mengenai maksud item-item data yang akan dikumpulkan. Secara khusus, dilakukan pembahasan mendalam untuk tiap-tiap item data untuk hal-hal sebagai berikut: a. Data yang dibutuhkan: identifikasi sesuai dengan format item data pada website. b. Sumber data: identifikasi narasumber yang dapat dihubungi untuk memperoleh data tertentu, termasuk kemungkinan item data yang sama dapat diperoleh dari beberapa narasumber dengan data berbeda. c. Konkordansi terminologi: menyamakan persepsi mengenai maksud item data yang dibutuhkan, misalnya mengenai konsep wilayah hutan ( area), tutupan hutan ( cover) dan manajemen hutan ( cover management). Untuk teknis pengumpulan data, para surveyor juga mendapatkan penjelasan mengenai persiapan dan kelengkapan administratif, misalnya: kontrak dan surat tugas, serta perlengkapan pengumpulan data, misalnya: formulir pengumpulan data dan contact 2

3 person di daerah/provinsi masing-masing. Secara umum workshop ini berjalan dengan baik dan lancar, tepat waktu serta mencapai maksud dan tujuan pelaksanaannya. 5 Mei 2013 s/d 4 Juni 2013: Pengumpulan Data dan Kunjungan Lapangan Pengumpulan data dilakukan 6 provinsi anggota GF yaitu: Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua dan Papua Barat. Pengumpulan data dilakukan terhitung mulai tanggal 5 Mei hingga 4 Juni 2013 (satu bulan). Sebagai narasumber utama para surveyor berhubungan dengan person in charge yaitu anggota GF Taskforce di masing-masing provinsi. Selain anggota GF Taskforce, surveyor juga mencari data dari narasumber lain yang relevan, sebagaimana telah diidentifikasi saat pelaksanaan workshop. Narasumber lain yang relevan antara lain: Dinas Kehutanan, BPS, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan, BKKBN, LSM, Bappeda, dan Bappedalda/BLHD. Update data dilakukan dengan format progress report seminggu dua kali menggunakan jalur komunikasi . Secara umum progress report disampaikan oleh surveyor dengan tertib dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selama proses pengumpulan data, surveyor dibekali juga dengan Document hecklist yang digunakan untuk inventarisasi semua sumber data yang diperoleh. Mei 2013 s/d Juli 2013: Proses Monitoring Kegiatan pemantauan proses pengumpulan data dilakukan oleh Data enter untuk memastikan tiap surveyor di masing-masing provinsi menyampaikan progress report dua kali seminggu, serta memastikan surveyor memperoleh data yang benar dari narasumber kompeten. Selain ketertiban penyampaian progress report dari surveyor, Data enter juga melakukan koordinasi dengan Project Manager dalam menangani kendala yang dihadapi surveyor. Secara umum proses pelaksanaan pengumpulan data berlangsung dengan lancar tanpa kendala yang berarti serta dapat ditangani dengan cepat dan tepat sasaran. Sebagai tindak lanjut dari progress report yang disampaikan surveyor, Data enter melakukan pemeriksaan konsistensi data dan penyusunan arsip data pendukung. Beberapa temuan terkait dengan kondisi aktual sumber data: a. Permasalahan data GF provinsi Kalimantan Timur berdasarkan dokumen SRAP: 1) Pada SRAP Kaltim hal 198 ada tabel perubahan lahan Kaltim dari tahun 2006 s/d Dari data ini bisa didapatkan: luasan tipe vegetasi hutan di tahun 2006 dan tahun 2001, angka deasi, dan angka degradasi. 3

4 2) Total angka yang tercantum adalah ,59 ha; namun penjumlahan dari rincian data diperoleh angka ,435 ha. Ada selisih perhitungan yang cukup signifikan sebesar ,15 ha. b. Permasalahan data GF provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan dokumen REL: 1) Kalimantan Tengah sebetulnya memiliki data mengenai luasan berdasarkan Land over. Hanya saja tidak ada detil angkanya hanya grafik saja. 2) Perbedaan angka hasil perhitungan deasi berdasarkan tutupan hutan dan berdasarkan fungsi kawasan hutan. Sayang sekali perbedaan ini ditemukan dalam dokumen resmi yang sama. c. Kalimantan Tengah sebetulnya memiliki data stock carbon berdasarkan Land over. Hanya saja tidak ada detil angkanya hanya grafik saja dan tidak ada data mengenai cadangan karbon tanah (below ground). d. Di provinsi Kalimantan Barat, Pemprov tidak tahu proyek REDD di level kabupaten, baik karena pemkab atau pihak pelaksana proyek tidak melaporkannya, maupun proses pengendalian oleh pemprov masih kurang. 27 Mei Mei 2013: Technical Meeting Technical meeting diselenggarakan di Hotel Harris, Bali pada tanggal Mei Kegiatan ini dihadiri Sekretariat GF (olorado & Indonesia) dan Task Force dari 6 provinsi anggota GF Indonesia. Pada kesempatan ini seluruh peserta membahas perkembangan pelaksanaan program REDD+ di tiap provinsi serta pelaporan mengenai GF Database Update. Terkait dengan GF Database Update, beberapa hal yang disampaikan adalah: a. Deskripsi item data yang dikumpulkan: 1) Overview: informasi hutan, deasi, demografi, status manajemen hutan 2) arbon Accounting: carbon stock, metodologi IP, target penurunan deasi, emisi yang dapat dihindari, monitoring deasi dan degradasi, serta kuantifikasi stok karbon hutan 3) Implementasi REDD+: perkembangan, regulasi, rencana tata ruang, program REDD+, safeguard, hak kepemilikan lahan, transparansi dan partisipasi, serta lingkungan 4) Financing: project-project terkait implementasi REDD+ 5) Audits & Reviews: yang dilakukan terhadap pengembangan REDD+? 6) Registry: carbon value b. Pertanyaan penting dalam pengumpulan data: 1) Tempat pencarian data, misal: lembaga kompeten (BPS, Dishut, GF Taskforce, LSM) 2) Dokumen pendukung yang diperlukan, misal SRAP, Provinsi dlm Angka, wawancara, laporan LSM) 3) Bagaimana bentuk datanya? hardcopy, softcopy, foto 4) Variasi data yang didapatkan 5) Diskontinuitas data historis c. Kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan survei, sebagai contoh adalah untuk item Transparansi dan Partisipasi di Kalimantan Barat: 1) Belum ada langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk 4

5 memastikan pengembangan REDD+ dilaksanakan dengan prinsip transparan dan partisipatif. 2) Dalam mengembangkan proyek REDD+ di Kalbar, konsultasi yang dilakukan NGO kepada masyarakat terkena dampak proyek REDD belum melibatkan pemerintah (dalam hal ini pemerintah provinsi). Di bagian akhir kegiatan, para peserta diminta untuk memberikan masukan untuk identifikasi kebutuhan pelatihan terkait dengan pelaksanaan program GF. Juli 2013: Finalisasi Data Setelah proses pemeriksaan konsistensi selesai, Data enter membuat kompilasi data yang sudah dikumpulkan sesuai dengan format tabulasi item data website GF. Selanjutnya meminta persetujuan atas hasil kompilasi data kepada GF Task Force tiap provinsi. September 2013: Pembuatan Booklet Infografis Booklet disusun berdasarkan data yang sudah disetujui GF Task Force serta didukung oleh sambutan oleh Gubernur tiap provinsi, dan disajikan dengan tampilan desain infografis. Pada tahap awal booklet dibuat untuk 2 (dua) provinsi: Kalimantan Tengah dan Papua Barat dengan pertimbangan Kalimantan Tengah adalah provinsi pilot project, dan Papua Barat merupakan provinsi dengan struktur data yang paling konsisten. Untuk selanjutnya diselesaikan untuk 4 (empat) provinsi lainnya, dimana provinsi lainnya ini masih ada permasalahan di ketersediaan data dan ketidak konsistenan data. Strukur/sistematika penyajian booklet terdiri dari (1) Pendahuluan (sambutan Gubernur) Informasi Umum, (2) Informasi Kondisi Hutan (Tutupah hutan, deasi, manajemen hutan), (3) Stok karbon hutan, emisi, (4) Target penurunan deasi dan penurunan emisi, (5) Strategi (program) REDD+ (kebijakan & peraturan, institusi), serta (6) Program2 pendukung REDD+. Achievement Secara keseluruhan, proses pengumpulan data untuk pemutakhiran database GF berlangsung dengan baik dan lancar serta mencapai tujuannya. Meskipun banyak sumber data yang masih belum akurat, hal ini dapat dijadikan lesson learned mengenai kondisi aktual yang ada sekarang ini. Kenyataan ini dapat dijadikan baseline untuk peningkatan kinerja GF pada khususnya dan penerapan REDD+ pada umumnya di Indonesia. Recommendation Melakukan konsolidasi dan pelatihan di internal Sekretariat GF masing-masing provinsi mengenai standarisasi proses perhitungan, konsistensi sumber data yang digunakan, serta penyajian data berdasarkan parameter yang dibutuhkan. 5

6 Tim: PT. ontent Inti Kreatif - Ahmad Suwandi (Project Manager) - Doddy Farhan (Data & ontent Analyst) - ornelius Agung (Survey oordinator) 6

7 LAMPIRAN OUTPUT DATABASE GF INFOGRAFIS

8 Kata pengantar Gubernur Aceh DR Abdullah Zaini Aceh Governor Preface - DR Abdullah Zaini Assalamu Alaikum Warahmatullah Wa Barakatuh Governors limate & Forests Task Force Provinsi Aceh Aceh Province Indonesia Segala puji bagi Allah SWT. Kita patut bersyukur, karena atas rahmat dan karunia-nya, booklet yang berisi rangkuman kondisi hutan dan strategi Provinsi Aceh terkait REDD+ dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Saya mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun booklet ini yang berupaya menuntaskan dokumen ini dalam waktu terbatas. Terima kasih juga saya ucapkan buat Satuan Tugas (Satgas) REDD+ dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang telah memberikan dukungan teknis, serta UNDP (United Nation for Development Program) yang mendukung dari sisi pendanaan. Dokumen SRAP REDD+ini disusun sebagai gambaran mengenai peta jalan (road map) untuk mengurangi emisi karbon yang disebabkan turunnya kualitas hutan di Aceh. Kami menargetkan penurunan angka emisi secara signifikan. Tanah Nangroe Aceh Darussalam memiliki hutan seluas 3,18 juta hektar berdasarkan data tahun Luas itu menyusut 160 ribu hektar dibandingkan data tahun Deasi terjadi karena buruknya pengelolaan konsesi izin usaha pemanfaatan hutan dan maraknya pembalakan liar. Hutan Aceh juga terdegradasi akibat penebangan kayu, pembukaan lahan lahan untuk perkebunan, dan kebakaran. Deasi dan degradasi tak hanya menurunkan ketersediaan udara bersih, tapi juga menjauhkan masyarakat di dan sekitar hutan dari sumber penghidupannya. Kita perlu mencegah agar deasi dan degradasi hutan Aceh tidak membengkak angkanya. Upaya ini ditempuh Pemerintah Provinsi Aceh dengan mengkoordinasikan Bappeda, Bapedal, Dinas Kehutanan, serta Badan Pelayanan Perizinan Terpadu. Selanjutnya, Pemprov Aceh menggandeng lembaga swadaya masyarakat seperti Fauna & Flora International, Transparency International Indonesia untuk mengefektifkan upaya penurunan emisi. Tak lupa, kami juga mengajak Jaringan Komunitas Adat Aceh untuk melestarikan hutan Aceh dengan pendekatan kearifan lokal. Upaya pengurangan emisi jelas bukan pekerjaan mudah. Namun, dengan adanya dokumen ini, setidaknya kita tahu medan yang kita lalui dalam berjuang. Kita juga bisa memahami strategi apa yang bisa dilakukan secara bersama-sama untuk mengejar target di atas. Dokumen ini ibarat pepatah Tajak beutroh takalon beudeuh, beek rugo meuh saket hateh: pergi sampai ke batas, melihat harus jelas. Jangan sampai rugi mas sakit hati. Marilah kita lakukan sesuatu dengan rencana yang jelas agar tak menyesal di kemudian hari. Wassalamu Alaikum Warahmatullah Wa Barakatuh 2

9 Overview Overview meningkat. Selanjutnya, melalui REDD+, akan dijadikan acuan untuk memastikan bahwa implementasi REDD+ dapat mengatasi penyebab mendasar dari deasi dan degradasi hutan dan lahan gambut di Aceh serta menjamin pencapaian target-target penurunan emisi. Pada dokumen ini akan dipaparkan infor masi berupa infografis yang menggambarkan : 1. Kondisi Hutan di Aceh 2. Perhitungan Karbon pada Hutan Aceh 3. Strategi REDD+ Pemerintah Daerah meningkat. Selanjutnya, melalui REDD+, akan dijadikan acuan untuk memastikan bahwa implementasi REDD+ dapat mengatasi penyebab mendasar dari deasi dan degradasi hutan dan lahan gambut di Aceh serta menjamin pencapaian target-target penurunan emisi. Pada dokumen ini akan dipaparkan infor masi berupa infografis yang menggambarkan : 1. Kondisi Hutan di Aceh 2. Perhitungan Karbon pada Hutan Aceh 3. Strategi REDD+ Pemerintah Daerah Aceh dengan luas kurang lebih 5.7 juta hektar sampai tahun 2009 masih memiliki tutupan hutan seluas 3,2 atau 56 dari luas wilayahnya. Hutan Aceh memiliki karakteristik berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya secara biofisik, struktur penyusun, fungsi maupun peruntukannya yang sebagian besar dipengaruhi faktor faktor edafis maupun klimatis. Wilayah pesisir Aceh merupakan wilayah dataran rendah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan memiliki wilayah hutan yang tidak begitu luas. Sedangkan sebagian besar wilayah dataran tinggi Aceh merupakan areal hutan yang sangat luas yang terbentang dari wilayah ekosistem Ulu Masen di bagian utara dan barat meliputi 18 6 kabupaten serta wilayah Ekosistem Leuser di bagian selatan, tengah dan tenggara Aceh meliputi 13 kabupaten/kota Fakta saat ini kondisi hutan Aceh sudah pada posisi yang memerlukan perhatian secara serius, hal ini dapat dilihat dari trend kehilangan tutupan hutan yang dipantau oleh berbagai pihak, serta jika didasarkan atas beberapa indikator lainnya seperti intensitas banjir dan longsor, kebakaran hutan dan lahan, serta konflik kepentingan di sektor kehutanan yang terus Aceh dengan luas kurang lebih 5.7 juta hektar sampai tahun 2009 masih memiliki tutupan hutan seluas 3,2 atau 56 dari luas wilayahnya. Hutan Aceh memiliki karakteristik berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya secara biofisik, struktur penyusun, fungsi maupun peruntukannya yang sebagian besar dipengaruhi faktor faktor edafis maupun klimatis. Wilayah pesisir Aceh merupakan wilayah dataran rendah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan memiliki wilayah hutan yang tidak begitu luas. Sedangkan sebagian besar wilayah dataran tinggi Aceh merupakan areal hutan yang sangat luas yang terbentang dari wilayah ekosistem Ulu Masen di bagian utara dan barat meliputi 18 6 kabupaten serta wilayah Ekosistem Leuser di bagian selatan, tengah dan tenggara Aceh meliputi 13 kabupaten/kota Fakta saat ini kondisi hutan Aceh sudah pada posisi yang memerlukan perhatian secara serius, hal ini dapat dilihat dari trend kehilangan tutupan hutan yang dipantau oleh berbagai pihak, serta jika didasarkan atas beberapa indikator lainnya seperti intensitas banjir dan longsor, kebakaran hutan dan lahan, serta konflik kepentingan di sektor kehutanan yang terus 3 4

10 Demographics Kondisi Hutan / Forest ondition Peta posisi wilayah Aceh Luas Wilayah ha Luas Tutupan Hutan / Forest over Tahun 2006 / Year 2006 Tahun 2009 / Year Luas Indonesia Luas Tutupan Hutan Forest over 3.34 Deasi/Deation Luas Tutupan Hutan Forest over 3.18 Demographics Population of State/Province of National Population Economy IDR trillion IDR 17,466,000 State/Province GDP Per apita Income GDP Breakdown Luas Tutupan Hutan / Forest over 58.8 Deasi Hutan Forest Deation Laju Deasi / Deation Rate 32 ribu ha/tahun thousand ha/year 1.60 per tahun per year Luas Wilayah Land over ,7 lapangan sepak bola football field ribu thousand Luas Tutupan Hutan / Forest over 56.1 Penyebab Utama Deasi Main Deation Drivers 1. Buruknya pengelolaan dan kinerja pengoperasian konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam 2. illegal logging Luas Wilayah Land over 1. Buruknya pengelolaan dan kinerja pengoperasian konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam 2. illegal logging Pertanian Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertambangan dan Penggalian Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi Bangunan & Konstruksi Industri pengolahan Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan Degradasi Hutan Forest Degradation Laju Degradasi / Degradation Rate per tahun per year ribu ha/tahun thousand ha/yr ribu million lapangan sepak bola football field Penyebab Utama Degradasi Main Degradation Drivers 1. Penebangan kayu (illegal logging), pembukaan lahan untuk perkebunan, pertambangan serta kebakaran hutan 2. Pertambangan 3. Kebakaran 4. Pembukaan lahan untuk perkebunan 1. Penebangan kayu (illegal logging), pembukaan lahan untuk perkebunan, pertambangan serta kebakaran hutan 2. Pertambangan 3. Kebakaran 4. Pembukaan lahan untuk perkebunan Listrik dan air bersih

11 Kondisi Hutan / Forest ondition Kondisi Hutan / Forest ondition Tipe Vegetasi Utama / The main vegetation types Manajemen Hutan / Forest Management Hutan Primer Primary 1.19 Hutan Logged over 1.93 Hutan Tanaman Plantations ribu ha 0.06 thousand ha Hutan Lindung Protected orest Hutan Konservasi onservation Area Hutan Produksi terbatas Limited Production Forest 0.03 Hutan Produksi Production Forest 0.4 Area Penggunaan Lain Other Area

12 Perhitungan Karbon / arbon Accounting Target Penurunan Emisi / Emission reduction targets Stok Karbon/arbon Stock Rata-rata Stok Karbon/Average arbon Stock 594 juta t million t 186,5 t/ha Thousands Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: ? juta t? juta t???? juta t juta t juta t? juta t juta t Tahun BAU Dengan upaya sendiri On their own Dengan bantuan pihak lain With the help of others Hutan lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Hutan Mangrove Primer Hutan Mangrove Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Hutan Tanaman 26 41,91 Primary dry Secondary dry Primary mangrove Secondary mangrove Primary swamp Secondary swamp Plantations??????? Rata-rata Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi Average arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: 9 10

13 STRATEGI REDD/REDD Strategic Kerangka Institusi Kerangka Institusi Kebijakan dan Peraturan Kebijakan dan Peraturan Gubernur Aceh telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya: Kebijakan dan Peraturan Kebijakan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya: Pemerintah: Bappeda Aceh, Bapedal Aceh, Dinas Kehutanan Aceh, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu; NGO: Fauna & Flora International, Jaringan Komunitas Masyarakat Adat Aceh, Transparancy International Indonesia Pemerintah: Bappeda Aceh, Bapedal Aceh, Dinas Kehutanan Aceh, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu; NGO: Fauna & Flora International, Jaringan Komunitas Masyarakat Adat Aceh, Transparancy International Indonesia Instruksi Gubernur Nomor 5/INSTR/2007 tentang Moratorium Logging (Penghentian 1 1 Sementara Penebangan Hutan di Nanggroe Aceh Darussalam). Surat Keputusan Gubernur Nomor 522.1/534/2007 tentang Pembentukan 2 2 Tim Penyusun Rencana Strategis Pengelolaan Hutan Aceh. Instruksi Gubernur Nomor 5/INSTR/2007 tentang Moratorium Logging (Penghentian Sementara Penebangan Hutan di Nanggroe Aceh Darussalam). Surat Keputusan Gubernur Nomor 522.1/534/2007 tentang Pembentukan Tim Penyusun Rencana Strategis Pengelolaan Hutan Aceh. PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan Proses pengembangan REDD+ Aceh masih dalam fase penyusunan Strategi Daerah atau Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Aceh. PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan Proses pengembangan REDD+ Aceh masih dalam fase penyusunan Strategi Daerah atau Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Aceh. Surat Keputusan Gubernur Nomor 522/372/2009 tentang Pencadangan La- 3 3 han Untuk Kawasan Strategis Ulu Masen sebagai Areal Pengurangan Emisi dari Deasi dan degradasi Hutan. Surat Keputusan Gubernur Nomor 522/372/2009 tentang Pencadangan Lahan Untuk Kawasan Strategis Ulu Masen sebagai Areal Pengurangan Emisi dari Deasi dan degradasi Hutan. 4 Peraturan Gubernur Nomor 85 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Aceh (Sumber: Bappeda Aceh). 4 Peraturan Gubernur Nomor 85 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Aceh (Sumber: Bappeda Aceh). 5 Surat Keputusan Gubernur Nomor 050/717/2012 tentang Pembentukan Tim Task Force REDD+ Aceh (Sumber: Bappeda Aceh). 5 Surat Keputusan Gubernur Nomor 050/717/2012 tentang Pembentukan Tim Task Force REDD+ Aceh (Sumber: Bappeda Aceh). 6 Surat Keputusan Gubernur Nomor 050/717/2012 tentang Pembentukan Tim Task Force REDD+ Aceh (Sumber: Bappeda Aceh). 6 Surat Keputusan Gubernur Nomor 050/717/2012 tentang Pembentukan Tim Task Force REDD+ Aceh (Sumber: Bappeda Aceh). 7 Peraturan Gubernur Nomor 20 tahun 2013 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Kehutanan (Sumber: Dinas Kehutanan Aceh). 7 Peraturan Gubernur Nomor 20 tahun 2013 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Kehutanan (Sumber: Dinas Kehutanan Aceh). 8 Surat Keputusan Kepala Bappeda Aceh, tentang Tim Penyusunan Rencana Aksi Provinsi REDD + Aceh, No. 050/413.b/ P2SP/IV/2013 (sumber Bappeda Aceh) 8 Surat Keputusan Kepala Bappeda Aceh, tentang Tim Penyusunan Rencana Aksi Provinsi REDD + Aceh, No. 050/413.b/ P2SP/IV/2013 (sumber Bappeda Aceh) 11 12

14 Kata pengantar Gubernur Kalimantan Barat ornelis M.H West Kalimantan Governor Preface ornelis M.H Puji Tuhan senantiasa kita panjatkan atas karunia-nya sehingga booklet yang berisi rangkuman kondisi hutan dan strategi Provinsi Kalimantan Barat terkait REDD+ dapat tersusun dengan baik. Ucapan terima kasih patut kita sampaikan kepada Tim SRAP REDD+ Kalbar dan Satuan Tugas (Satgas) REDD+ dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Terima juga kita haturkan bagi UNDP (United Nation for Development Program) yang memberikan dukungan dana. Governors limate & Forests Task Force Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia Dokumen ini bukanlah sembarang data. Dokumen ini merupakan petunjuk bagi kita untuk mengurangi emisi dalam satu dekade ke depan, dari tahun 2010 hingga Dokumen ini pun telah disinkronkan dengan rencana pembangunan daerah Kalimantan Barat. Melalui Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 115/blhd/2012, sudah terbentuk Pokja REDD+ yang bertugas menghimpun dan menganalisa informasi terkait program REDD+ di Kalbar. Pokja juga berupaya mengkomunikasikan program REDD+ ini ke para pemangku kepentingan terkait kehutanan dan lingkungan hidup: swasta, lembaga nirlaba, dan masyarakat. Pokja juga telah menjaring masukan dari kalangan birokrasi, akademisi, dan para praktisi di lapangan yang relevan dengan upaya perbaikan iklim dan pengurangan emisi. Dari situ kita berharap implementasi REDD+ Kalbar dapat berjalan dengan baik melalui peran serta semua pihak. Sebagaimana kita ketahui, pada tahun 2000-an, wilayah Kalimantan Barat ditutupi hutan seluas 7 juta hektar. Tahun 2011 luas hutan itu menyusut hingga tinggal 6,2 juta hektar. Penyempitan luas hutan itu terjadi karena hilangnya lahan akibat kebakaran, penebangan liar, dan pembukaan perkebunan sawit. Kita tentu saja tidak ingin hutan Kalimantan Barat makin tergerus atau mengalami deasi dan degradasi. Karena itu, semua pihak diharapkan dapat berkolaborasi untuk mencegahnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memudahkan langkah kita. 2

15 Overview Overview Barat ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (RPJPD Kalbar ; RPJMD , , , ; Rencana Kerja Pembangunan daerah (RKPD); dan rencana kerja sektoral (Renstra 5 tahunan yang berdurasi sama dengan RPJMD dan Renja Tahunan). Barat ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (RPJPD Kalbar ; RPJMD , , , ; Rencana Kerja Pembangunan daerah (RKPD); dan rencana kerja sektoral (Renstra 5 tahunan yang berdurasi sama dengan RPJMD dan Renja Tahunan). Kalimantan Barat memiliki tutupan hutan sekitar 42 dari luas wilayahnya. Tipe vegetasi pada tutupan hutan meliputi: (1) hutan lahan kering primer, (2) hutan lahan kering sekunder, (3) hutan rawa primer, (4) hutan rawa sekunder, (5) hutan mangrove primer, dan (6) hutan mangrove sekunder dengan total luas sekitar 6,25. Pada periode , rata-rata deasi tahunan sebesar 42,4 ribu ha dan rata-rata degradasi sebesar 94,5 ha/tahun. Penyebab utama deasi dan degradasi sama yaitu kebakaran hutan, penebangan liar dan konversi lahan hutan. Khusus degradasi, penyebabnya ditambahkan dengan aktivitas pembukaan lahan perkebunan sawit. Pengukuran stok karbon Kalimantan Barat dilakukan menggunakan metodologi Tier-1 berdasarkan IP. Pada tahun 2011, total stok karbon sebesar 1.072,5 juta ton dengan rata-rata 171,3 ton karbon/ha (above ground). Implementasi REDD+ dilaksanakan secara terintegrasi, melibatkan semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, masyarakat, bahkan LSM. Hal ini dibuktikan dengan integrasi SRAP REDD+ Kalimantan Kalimantan Barat memiliki tutupan hutan sekitar 42 dari luas wilayahnya. Tipe vegetasi pada tutupan hutan meliputi: (1) hutan lahan kering primer, (2) hutan lahan kering sekunder, (3) hutan rawa primer, (4) hutan rawa sekunder, (5) hutan mangrove primer, dan (6) hutan mangrove sekunder dengan total luas sekitar 6,25. Pada periode , rata-rata deasi tahunan sebesar 42,4 ribu ha dan rata-rata degradasi sebesar 94,5 ha/tahun. Penyebab utama deasi dan degradasi sama yaitu kebakaran hutan, penebangan liar dan konversi lahan hutan. Khusus degradasi, penyebabnya ditambahkan dengan aktivitas pembukaan lahan perkebunan sawit. Pengukuran stok karbon Kalimantan Barat dilakukan menggunakan metodologi Tier-1 berdasarkan IP. Pada tahun 2011, total stok karbon sebesar 1.072,5 juta ton dengan rata-rata 171,3 ton karbon/ha (above ground). Implementasi REDD+ dilaksanakan secara terintegrasi, melibatkan semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, masyarakat, bahkan LSM. Hal ini dibuktikan dengan integrasi SRAP REDD+ Kalimantan 3 4

16 Demographics Kondisi Hutan / Forest ondition Peta posisi wilayah Kalimantan Barat Luas Wilayah ha Luas Tutupan Hutan / Forest over Tahun 2003 / Year 2000 Tahun 2011 / Year 2011 Deasi/Deation 7,64 Luas Indonesia Luas Tutupan Hutan Forest over 7.0 Luas Tutupan Hutan Forest over 6.2 Demographics 4,477, Luas Tutupan Hutan / Forest over 48.3 Luas Wilayah Land over Luas Tutupan Hutan / Forest over 42.6 Luas Wilayah Land over Population of State/Province of National Population Economy IDR trilion IDR 14,915,079 State/Province GDP Per apita Income GDP Breakdown Deasi Hutan Forest Deation Laju Deasi / Deation Rate 42 ribu ha/tahun thousand ha/year 0.60 per tahun per year ,1 lapangan sepak bola football field ribu thousand Penyebab Utama Deasi Main Deation Drivers 1. Kebakaran (200 ha 1. Kebakaran (200 hilang di tahun 2008; ha hilang di tahun 374,06 ha hilang di 2008; 374,06 ha tahun 2009) hilang di tahun 2. Penebangan liar dan 2009) konversi lahan hutan 2. Penebangan liar dan konversi lahan hutan Pertanian Perdagangan, Hotel dan Restoran Industri Pengolahan Bangunan Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan jasa Pertambangan dan Penggalian Degradasi Hutan Forest Degradation Laju Degradasi / Degradation Rate?? ribu ha/tahun thousand ha/yr per tahun per year?? lapangan sepak bola football field ribu million Penyebab Utama Degradasi Main Degradation Drivers 1. Kebakaran ( Kebakaran (200 ha hilang di tahun ha hilang di tahun 2008; 374,06 ha 2008; 374,06 ha hilang di tahun hilang di tahun 2009) 2009) 2. Penebangan liar dan 2. Penebangan liar dan konversi lahan hutan konversi lahan hutan 3. Pembukaan lahan 3. Pembukaan lahan perkebunan sawit perkebunan sawit Listrik dan Air Bersih

17 Kondisi Hutan / Forest ondition Kondisi Hutan / Forest ondition Tipe Vegetasi Utama / The main vegetation types Manajemen Hutan / Forest Management Hutan Primer Primary 2.32 Hutan Lahan Kering Primer Dry Hutan Logged over 3.94 Hutan Lahan Kering Dry Hutan Tanaman Plantations ribu ha 0.01 thousand ha Hutan Lindung Protected 2.3 Hutan Produksi Berkelanjutan Limited Production 4.7 Hutan tidak Dilindungi Production Forest Hutan Konservasi Other Area Hutan Mangrove Mangrove Hutan Mangrove Primer Mangrove ha ha 0.11 Hutan Rawa Primer Swamp 0.03 Hutan Rawa Swamp

18 Perhitungan Karbon / arbon Accounting Target Penurunan Emisi / Emission reduction targets Stok Karbon/arbon Stock Rata-rata Stok Karbon/Average arbon Stock juta t million t 171,3 t/ha Thousands Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: juta t juta t juta t juta t juta t juta t 0.79 juta t Tahun BAU Dengan upaya sendiri On their own Dengan bantuan pihak lain With the help of others Hutan lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Hutan Mangrove Primer Hutan Mangrove Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Hutan Tanaman 26 41,91 Primary dry Secondary dry Primary mangrove Secondary mangrove Primary swamp Secondary swamp Plantations Rata-rata Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi Average arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: 9 10

19 STRATEGI REDD/REDD Strategic Kebijakan dan Peraturan Kebijakan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya: Perda Provinsi Kalimantan Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pemban- 1 1 gunan Jangka panjang Daerah (RPJPD) Tahun Kebijakan dan Peraturan Kebijakan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya: Perda Provinsi Kalimantan Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka panjang Daerah (RPJPD) Tahun PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan Pengembangan REDD+ yang dibangun melalui pengembangan strategi dan rencana aksi (SRAP) telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, meski kualitas keterlibatan belum sampai pada tingkat kolaborasi. Ini dapat dilihat dari tidak terjadinya komunikasi yang baik inisiatif-inisiatif REDD+ yang telah dilakukan antar dan di antara stakeholder di Kalbar. PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan Pengembangan REDD+ yang dibangun melalui pengembangan strategi dan rencana aksi (SRAP) telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, meski kualitas keterlibatan belum sampai pada tingkat kolaborasi. Ini dapat dilihat dari tidak terjadinya komunikasi yang baik inisiatif-inisiatif REDD+ yang telah dilakukan antar dan di antara stakeholder di Kalbar. Perda Prov Kalbar Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka 2 2 Menengah Daerah Tahun Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 115/blhd/2012 tentang : Pem- 3 3 bentukan Kelompok Kerja Pengurangan Emisi Dari Derasi Dan Degradasi Hutan (Pokja REDD+) di Provinsi Kalimantan Barat Perda Prov Kalbar Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 115/blhd/2012 tentang : Pembentukan Kelompok Kerja Pengurangan Emisi Dari Derasi Dan Degradasi Hutan (Pokja REDD+) di Provinsi Kalimantan Barat Upaya pelibatan pemangku kepentingan dapat dilihat dari susunan anggota Pokja REDD+ yang terdiri dari kalangan birokrasi, akademisi dan NGO. Dalam pengembangan SRAP REDD+ Kalbar, Pokja REDD+ menjaring masukan dari praktisi-praktisi di lapangan terkait upaya-upaya yang berkenaan dengan pengurangan emisi. Upaya pelibatan pemangku kepentingan dapat dilihat dari susunan anggota Pokja REDD+ yang terdiri dari kalangan birokrasi, akademisi dan NGO. Dalam pengembangan SRAP REDD+ Kalbar, Pokja REDD+ menjaring masukan dari praktisi-praktisi di lapangan terkait upaya-upaya yang berkenaan dengan pengurangan emisi. Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat Nomor 27 Tahun 2012 tentang 4 4 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Provinsi Kalimantan Barat Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat Nomor 27 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Provinsi Kalimantan Barat Kerangka Institusi Pokja REDD+ (Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 115/blhd/2012) yang telah terbentuk memiliki tupoksi menghimpun dan melakukan analisis terhadap data serta informasi berkaitan dengan program REDD+ di Kalbar; melakukan sosialisasi REDD+ dan komunikasi bersama semua pihak baik yang ada dalam satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lingkup teknis terkait kehutanan dan lingkungan hidup serta para pihak (swasta, LSM, dan masyarakat) dan donor (nasional dan internasional) yang bergerak dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta isu deasi dan degradasi hutan. Kerangka Institusi Pokja REDD+ (Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor: 115/blhd/2012) yang telah terbentuk memiliki tupoksi menghimpun dan melakukan analisis terhadap data serta informasi berkaitan dengan program REDD+ di Kalbar; melakukan sosialisasi REDD+ dan komunikasi bersama semua pihak baik yang ada dalam satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lingkup teknis terkait kehutanan dan lingkungan hidup serta para pihak (swasta, LSM, dan masyarakat) dan donor (nasional dan internasional) yang bergerak dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta isu deasi dan degradasi hutan

20 Kata pengantar Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang, SH entral Kalimantan Governor Preface Agustin Teras Narang, SH Governors limate & Forests Task Force Provinsi Kalimantan Tengah entral Kalimantan Province Indonesia Segala puji kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Karunia-Nya telah menjadikan booklet yang berisi rangkuman kondisi hutan dan strategi Provinsi Kalimantan Tengah terkait REDD+ dapat tersusun dengan baik. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim SRAP REDD+ Kalteng dan Satuan Tugas (Satgas) REDD+ dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Terucap pula terima kasih untuk UNDP (United Nation for Development Program) yang menyokong penerbitan dokumen ini. Dokumen ini amat penting bagi upaya pengurangan emisi. Sebab, Provinsi Kalimantan Tengah punya tugas dan tanggung jawab besar soal ini. Sebagai provinsi percontohan untuk REDD+, Kalimantan Tengah harus menunjukkan keberhasilan program ini. Saat ini, hutan di Kalteng terbagi menjadi beberapa bagian. Yaitu, hutan produksi terbatas (3,3 juta hektar), hutan produksi tetap (3,8 juta hektar), hutan produksi dapat dikonversi lahannya (2,5 juta hektar), hutan lindung (1,3 juta hektar), dan areal sebesar 2,7 juta hektar sisanya digunakan untuk hal lain. Maka, REDD+ bukanlah program mudah, mengingat Kalteng telah kehilangan banyak karbon akibat kebakaran hutan dan berbagai penyebab deasi dan degradasi hutan lainnya. Sadar akan pentingnya hal tersebut, pemerintah selalu menjaring masukan dari para pemangku kepentingan. Dalam penyusunan dokumen strategi pelaksanaan REDD+ maupun monitoring dan evaluasi kegiatannya, Pemprov Kalbar melibatkan seluruh pemerintah kabupaten/kota, masyarakat adat, organisasi nonpemerintah, dan kalangan akademisi. Pemprov juga telah membentuk Sekretariat Bersama (Sekber) REDD+ untuk mengakomodir suara seluruh pemangku kepentingan. Sekber ini membawahi sekretariat daerah yang merupakan gabungan dari Komda REDD+ dan Satgas REDD+ pusat. Sinergi para pihak itu diharapkan dapat mewujudkan pengurangan emisi sesuai target berdasarkan strategi yang telah disusun. Dengan demikian, Kalteng akan menjadi teladan bagi daerah lain di Indonesia. 2

21 Overview Overview Kalimantan Tengah merupakan provinsi terbesar ketiga di Indonesia dengan luas kurang lebih 15,4 juta hektar. Provinsi ini terbagi menjadi 14 kabupaten/kota dengan jumlah total desa. Provinsi Kalimantan Tengah sampai tahun 2009 masih memiliki tutupan hutan seluas 8,7 atau 57 dari luas wilayahnya. Tutupan hutan tersebut, telah berkurang seluas ha jika dibandingkan dengan tutupan hutan tahun 2000 yang seluas 9,3 atau berkurang 7 persen dalam waktu 9 tahun atau rata-rata ha/tahun. Hutan yang kondisinya relatif belum banyak terganggu (hutan primer), terus menurun luasnya dan hanya tersisa 9 persen dari luas wilayah provinsi. Hutan yang masih tersisa, sebagian besar berupa hutan sekunder, khususnya yang saat ini merupakan kawasan hutan produksi yang juga merupakan wilayah yang telah mendapatkan IUPHHK. Berdasarkan tipe ekosistemnya, dari luas kawasan berhutan, sebesar 6,2 (71) berlokasi di tanah mineral sedangkan selebihnya yaitu seluas 2,5 (29) berada di lahan rawa gambut dan mangrove. Tutupan hutan dalam bentuk hutan tanaman monokultur relatif sangat sedikit dan hanya mencapai luas ha atau hanya 1,3 dari luas tutupan hutan. Tutupan lahan lainnya yang mendominasi selain hutan adalah semak/belukar Kalimantan Tengah merupakan provinsi terbesar ketiga di Indonesia dengan luas kurang lebih 15,4 juta hektar. Provinsi ini terbagi menjadi 14 kabupaten/kota dengan jumlah total desa. Provinsi Kalimantan Tengah sampai tahun 2009 masih memiliki tutupan hutan seluas 8,7 atau 57 dari luas wilayahnya. Tutupan hutan tersebut, telah berkurang seluas ha jika dibandingkan dengan tutupan hutan tahun 2000 yang seluas 9,3 atau berkurang 7 persen dalam waktu 9 tahun atau rata-rata ha/tahun. Hutan yang kondisinya relatif belum banyak terganggu (hutan primer), terus menurun luasnya dan hanya tersisa 9 persen dari luas wilayah provinsi. Hutan yang masih tersisa, sebagian besar berupa hutan sekunder, khususnya yang saat ini merupakan kawasan hutan produksi yang juga merupakan wilayah yang telah mendapatkan IUPHHK. Berdasarkan tipe ekosistemnya, dari luas kawasan berhutan, sebesar 6,2 (71) berlokasi di tanah mineral sedangkan selebihnya yaitu seluas 2,5 (29) berada di lahan rawa gambut dan mangrove. Tutupan hutan dalam bentuk hutan tanaman monokultur relatif sangat sedikit dan hanya mencapai luas ha atau hanya 1,3 dari luas tutupan hutan. Tutupan lahan lainnya yang (22,8), tanah terbuka dan rawa (6,2), pertanian lahan kering (6,3), dan perkebunan (4,4). Kalimantan Tengah pada bulan Desember Tahun 2010 terpilih sebagai provinsi percontohan untuk REDD+ sebagai bagian dari pelaksanaan Surat Niat yang ditandatangani bersama oleh Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Norwegia, yang mencakup juga komitmen untuk membayar US$1 milyar kepada Indonesia jika berhasil mengurangi emisi di sektor kehutanan. Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa pemerintah harus membuat strategi nasional dan strategi provinsi untuk provinsi yang terpilih sebagai percontohan. Kalimantan Tengah menjadi fokus perhatian dalam konteks REDD+ terkait dengan stok karbon yang tinggi pada lahan gambut, namun sekaligus juga Kalimantan Tengah menjadi penghasil emisi terbesar akibat kebakaran hutan dan lahan dari cadangan yang tinggi tersebut. Selanjutnya pada dokumen ini akan dipaparkan informasi berupa infografis yang menggambarkan : 1. Kondisi Hutan di Kalimantan Tengah 2. Perhitungan Karbon pada Hutan Kalimantan tengah 3. Strategi REDD+ Pemerintah Daerah mendominasi selain hutan adalah semak/belukar (22,8), tanah terbuka dan rawa (6,2), pertanian lahan kering (6,3), dan perkebunan (4,4). Kalimantan Tengah pada bulan Desember Tahun 2010 terpilih sebagai provinsi percontohan untuk REDD+ sebagai bagian dari pelaksanaan Surat Niat yang ditandatangani bersama oleh Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Norwegia, yang mencakup juga komitmen untuk membayar US$1 milyar kepada Indonesia jika berhasil mengurangi emisi di sektor kehutanan. Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa pemerintah harus membuat strategi nasional dan strategi provinsi untuk provinsi yang terpilih sebagai percontohan. Kalimantan Tengah menjadi fokus perhatian dalam konteks REDD+ terkait dengan stok karbon yang tinggi pada lahan gambut, namun sekaligus juga Kalimantan Tengah menjadi penghasil emisi terbesar akibat kebakaran hutan dan lahan dari cadangan yang tinggi tersebut. Selanjutnya pada dokumen ini akan dipaparkan informasi berupa infografis yang menggambarkan : 1. Kondisi Hutan di Kalimantan Tengah 2. Perhitungan Karbon pada Hutan Kalimantan tengah 3. Strategi REDD+ Pemerintah Daerah 3 4

22 Demographics Kondisi Hutan / Forest ondition Peta posisi wilayah Kalimantan Tengah Luas Wilayah ha Luas Tutupan Hutan / Forest over Tahun 2000 / Year 2000 Tahun 2009 / Year Luas Indonesia Luas Tutupan Hutan Forest over 9.3 Deasi/Deation Luas Tutupan Hutan Forest over 8.7 Demographics Population of State/Province of National Population Economy IDR 49.1 trilion IDR State/Province GDP Per apita Income GDP Breakdown Luas Tutupan Hutan / Forest over 60.5 Deasi Hutan Forest Deation Laju Deasi / Deation Rate ribu ha/tahun /year per tahun per year Luas Wilayah Land over ,6 ribu million lapangan sepak bola football field Luas Tutupan Hutan / Forest over 56.8 Penyebab Utama Deasi Main Deation Drivers Pembukaan Kawasan Hutan untuk perkebunan dan pertambangan Luas Wilayah Land over Land clearing for plantation and mining areas Pertanian Perdagangan, hotel dan restoran Jasa-jasa Pertambangan Pengangkutan dan komunikasi Industri Pengolahan Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan Bangunan Degradasi Hutan Forest Degradation Laju Degradasi / Degradation Rate 28 0,30 ribu ha/tahun thousand ha/yr per tahun per year ,9 ribu million lapangan sepak bola football field Penyebab Utama Degradasi Main Degradation Drivers Logging (illegal & legal) Logging (illegal & legal) Listrik dan air bersih

23 Kondisi Hutan / Forest ondition Kondisi Hutan / Forest ondition Manajemen Hutan / Forest Management Tipe Vegetasi Utama / The main vegetation types 15,0 83,7 Hutan Produksi Tetap (HP) Production 1,3 Hutan Produksi Terbatas Limited production 3.3 Hutan Primer Primary 1.28 Hutan Logged over ha 7.3 juta Hutan Lahan Kering Primer Dry Hutan Lahan Kering Dry Hutan Tanaman Plantations ribu ha 118 thousand ha Hutan Rawa Swamp Hutan Lindung Protected Hutan Mangrove Mangrove Hutan Produksi dapat dikonversi onservate Production Hutan Rawa Primer Swamp , Areal Penggunaan Lain Other Areas Hutan Mangrove Primer Mangrove

24 Perhitungan Karbon / arbon Accounting Target Penurunan Emisi / Emission reduction targets Stok Karbon/arbon Stock Rata-rata Stok Karbon/Average arbon Stock juta juta t million t 140,3t/ha Ton O2 - eq juta juta juta Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: 500 juta 283 juta t 796 juta t 0.48 juta t 2.50 juta t 9.47 juta t 520 juta t 10.2 juta t Tahun BAU Dengan upaya sendiri On their own Dengan bantuan pihak lain With the help of others Hutan lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Hutan Mangrove Primer Hutan Mangrove Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Hutan Tanaman Primary dry Secondary dry Primary mangrove Secondary mangrove Primary swamp Secondary swamp Plantations Rata-rata Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi Average arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: 9 10

25 STRATEGI REDD/REDD Strategic Kebijakan dan Peraturan Kebijakan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah telah mengeluarkan kebijaka-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya : Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No. 10 Tahun 2012 Tentang strategi daerah REDD+ Kalimantan Tengah. 1 1 Gubernur Kalimantan Tengah telah mengeluarkan kebijaka-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya : Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No. 10 Tahun 2012 Tentang strategi daerah REDD+ Kalimantan Tengah. Peraturan Gubernur No. 36 Tahun 2012 Tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas RUmah Kaca (RAD- GRK). 2 2 Peraturan Gubernur No. 36 Tahun 2012 Tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas RUmah Kaca (RAD- GRK). Kerangka Institusi Pembentukan Sekretariat bersama REDD+ untuk mengakomodir seluruh pemangku kepentingan. Sekber REDD+ telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melaksanakan program-program terkait REDD+. Juga dibentuk Sekretariat daerah yang merupakan Lembaga gabungan dari Komda REDD+ dan Satgas REDD+ pusat, dimana kepemimpinan diberikan kepada pemerintah provinsi (Representasi Komda) Mursid Marsono (Kepala BLH Provinsi Kalimantan Tengah) sedangkan untuk oprasional dipimpin oleh keterwakilan dari Satgas REDD+ berdasarkan Surat tugas No: ST_09/REDDII/ STR/04/2012 untuk menugaskan Bambang Irawan Wibisono sebagai Kepala Oprasional Sekretariat Bersama Sekber REDD+ PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan Pemerintah selalu menari kmasukkan dari para stakeholder, dibuktikan juga dengan keterlibatan para stakeholder dalam kelembagaan REDD+ yang dibentuk, serta penyusunan dokumen-dokumen strategi pelaksanaan REDD+, maupun Monitoring dan Evaluasi kegiatan Keterlibatan pemangku kepentingan: A. Masyarakat adat (Majelis Adat, Dewan Adat dan Aparatur adat lainnya) B. Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). NGO Lokal/Nasional D. Akademisi Kerangka Institusi Pembentukan Sekretariat bersama REDD+ untuk mengakomodir seluruh pemangku kepentingan. Sekber REDD+ telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melaksanakan program-program terkait REDD+. Juga dibentuk Sekretariat daerah yang merupakan Lembaga gabungan dari Komda REDD+ dan Satgas REDD+ pusat, dimana kepemimpinan diberikan kepada pemerintah provinsi (Representasi Komda) Mursid Marsono (Kepala BLH Provinsi Kalimantan Tengah) sedangkan untuk oprasional dipimpin oleh keterwakilan dari Satgas REDD+ berdasarkan Surat tugas No: ST_09/REDDII/ STR/04/2012 untuk menugaskan Bambang Irawan Wibisono sebagai Kepala Oprasional Sekretariat Bersama Sekber REDD+ PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan Pemerintah selalu menari kmasukkan dari para stakeholder, dibuktikan juga dengan keterlibatan para stakeholder dalam kelembagaan REDD+ yang dibentuk, serta penyusunan dokumen-dokumen strategi pelaksanaan REDD+, maupun Monitoring dan Evaluasi kegiatan Keterlibatan pemangku kepentingan: A. Masyarakat adat (Majelis Adat, Dewan Adat dan Aparatur adat lainnya) B. Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). NGO Lokal/Nasional D. Akademisi 11

26 Kata pengantar Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak East Kalimantan Governor Preface Awang Farouk Ishak Assalamu Alaikum Wa Rahmatullah Wa Barakatuh Governors limate & Forests Task Force Provinsi Kalimantan Timur East Kalimantan Province Indonesia Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang maha pengasih dan maha penyayang. Atas berkat-nya, tersusunlah booklet yang berisi rangkuman kondisi hutan dan strategi daerah terkait REDD+ Kalimantan Timur ini. Terima kasih terucapkan bagi TIM SRAP SRAP REDD+ Kaltim dan Satuan Tugas (Satgas) REDD+ dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Terima kasih juga tersampaikan buat UNDPD (United Nation for Development Program) yang memberikan dana bagi kelancaran program ini. Dokumen ini akan menjadi panduan bagi Pemprov Kalimantan Timur dalam upaya mengurangi emisi. Apalagi di dalamnya telah memuat visi tentang tata kelola sumber daya hutan dan lingkungan agar mampu menyelaraskan fungsi lingkungan dan manfaat ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Visi demikian tepat bagi Kaltim yang sebagian besar wilayahnya (sekitar 60) terdiri dari hutan dengan beragam kepentingan dan problematika di dalamnya. Seperti diketahui, aktivitas ekonomi terbesar di Kalimantan Timur adalah pertambangan yang menyumbang pendapatan sekitar Rp 195 miliar per tahun. Sementara pertanian menempati posisi ketiga dengan pendapatan sebesar Rp 22,3 miliar per tahun. Jika aktivitas-aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam itu tidak diselaraskan dengan program rendah karbon, maka hutan Kaltim akan makin habis. Selama lima tahun terakhir saja, luas hutan Kaltim tinggal 12,7 juta hektar dari sebelumnya 13,6 juta hektar. Pelaksanaan SRAP REDD+ ini akan diintegrasikan ke dalam capaian kerja SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah). Selain itu, pelaksanaannya juga melibatkan berbagai pihak yang telah aktif bergerak dalam program REDD+. Mulai dari kalangan organisasi nirlaba, lembaga donor, kampus, lembaga riset, hingga perkumpulan masyarakat adat. Selain itu juga, Pokja REDD yang sudah terbentuk akan mengembangkan berbagai program pelatihan dan penelitian bertemakan REDD serta melakukan pendampingan untuk peningkatan kapasitas para pelaksana program. Dengan upaya-upaya tersebut, kami yakin Provinsi Kalimantan Timur akan memenuhi target penurunan emisi sesuai rencana. Insyaallah. Wassalamu Alaikum Wa Rahmatullah Wa Barakatuh 2

27 Overview Overview Kalimantan Timur dengan luas kawasan hutan mencapai lebih dari 60 luas provinsi menyebabkan penggunaan lahan menjadi sangat dominan dan melibatkan berbagai kepentingan tidak terkecuali sektor Pertambangan. Belum diperhitungkan perkebunan yang hanya untuk kelapa sawit saja ditargetkan satu juta hektar serta pertanian pangan yang memiliki luas kurang lebih sama. Dalam konteks penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor berbasiskan pemanfaatan lahan menyumbang 93,99 dari total 1,94 Giga ton penyumbang emisi dan memainkan peran 94,18 penurunan emisi dari total 1,71 Giga ton. Hal ini menunjukan begitu pentingnya keberhasilan penurunan emisi dari sektor berbasiskan pemanfaatan lahan. Provinsi Kalimantan Tengah sampai tahun 2009 masih memiliki tutupan hutan seluas 12,7 juta ha atau 64 dari luas wilayahnya. Tutupan hutan tersebut, telah berkurang seluas ha jika dibanding kan dengan tutupan hutan tahun 2000 yang seluas 13,6 atau rata-rata berkurang ha/tahun. Deasi dan degradasi hutan tidak hanya disebabkan oleh pembalakan kayu yang berlebihan, tetapi juga akibat tumpang tindih pemanfaatan/penggunaan lahan serta konversi kawasan atau areal berhutan ke sektor-sektor berbasis lahan, Kalimantan Timur dengan luas kawasan hutan mencapai lebih dari 60 luas provinsi menyebabkan penggunaan lahan menjadi sangat dominan dan melibatkan berbagai kepentingan tidak terkecuali sektor Pertambangan. Belum diperhitungkan perkebunan yang hanya untuk kelapa sawit saja ditargetkan satu juta hektar serta pertanian pangan yang memiliki luas kurang lebih sama. Dalam konteks penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor berbasiskan pemanfaatan lahan menyumbang 93,99 dari total 1,94 Giga ton penyumbang emisi dan memainkan peran 94,18 penurunan emisi dari total 1,71 Giga ton. Hal ini menunjukan begitu pentingnya keberhasilan penurunan emisi dari sektor berbasiskan pemanfaatan lahan. Provinsi Kalimantan Tengah sampai tahun 2009 masih memiliki tutupan hutan seluas 12,7 atau 64 dari luas wilayahnya. Tutupan hutan tersebut, telah berkurang seluas ha jika dibanding kan dengan tutupan hutan tahun 2000 yang seluas 13,6 atau rata-rata berkurang ha/tahun. Deasi dan degradasi hutan tidak hanya disebabkan oleh pembalakan kayu yang berlebihan, tetapi juga akibat tumpang tindih pemanfaatan/penggunaan lahan serta konversi kawasan tidak terkecuali pertambangan, perkebunan, pertanian dan sektor lainnya termasuk pembangunan infrastruktur fisik. Padahal fungsi hutan dalam mempertahankan daya dukung lingkungan, kekayaan/ keanekaragaman hayati menjadi pertimbangan tidak saja untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, akan tetapi juga menjadi jaminan kualitas kehidupan masyarakat dari lingkup lokal/tempatan, nasional dan bahkan komunitas global saat ini dan di masa depan. Dengan Visi REDD+ Kaltim yaitu Tata kelola sumber daya hutan dan lahan di Kalimantan Timur yang mampu menyinambungkan keselarasan fungsi lingkungan dan manfaat ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat telah diterjemahkan dalam misi dan tujuan jangka pendek, menengah dan panjang yang diharapkan dapat konsisten dilaksanakan tidak saja dalam konteks penurunan emisi gas rumah kaca, namun untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hutan dan lahan yang lebih baik kedepannya. Selanjutnya pada dokumen ini akan dipaparkan informasi berupa infografis yang menggambarkan : 1. Kondisi Hutan di Kalimantan Timur 2. Perhitungan Karbon pada Hutan Kalimantan Timur 3. Strategi REDD+ Pemerintah Daerah atau areal berhutan ke sektor-sektor berbasis lahan, tidak terkecuali pertambangan, perkebunan, pertanian dan sektor lainnya termasuk pembangunan infrastruktur fisik. Padahal fungsi hutan dalam mempertahankan daya dukung lingkungan, kekayaan/ keanekaragaman hayati menjadi pertimbangan tidak saja untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, akan tetapi juga menjadi jaminan kualitas kehidupan masyarakat dari lingkup lokal/tempatan, nasional dan bahkan komunitas global saat ini dan di masa depan. Dengan Visi REDD+ Kaltim yaitu Tata kelola sumber daya hutan dan lahan di Kalimantan Timur yang mampu menyinambungkan keselarasan fungsi lingkungan dan manfaat ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat telah diterjemahkan dalam misi dan tujuan jangka pendek, menengah dan panjang yang diharapkan dapat konsisten dilaksanakan tidak saja dalam konteks penurunan emisi gas rumah kaca, namun untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hutan dan lahan yang lebih baik kedepannya. Selanjutnya pada dokumen ini akan dipaparkan informasi berupa infografis yang menggambarkan : 1. Kondisi Hutan di Kalimantan Timur 2. Perhitungan Karbon pada Hutan Kalimantan Timur 3. Strategi REDD+ Pemerintah Daerah 3 4

28 Demographics Kondisi Hutan / Forest ondition Peta posisi wilayah Kalimantan Timur Luas Wilayah ha Luas Tutupan Hutan / Forest over Tahun 2006 / Year 2006 Tahun 2011 / Year 2011 Deasi/Deation 10,32 Luas Indonesia Luas Tutupan Hutan Forest over 13.6 Luas Tutupan Hutan Forest over 12.7 Demographics Luas Tutupan Hutan / Forest over 68.5 Luas Wilayah Land over Luas Tutupan Hutan / Forest over 64.0 Luas Wilayah Land over Population of State/Province Economy IDR trillion IDR 41,331,965 State/Province GDP GDP Breakdown of National Population Per apita Income Pertambangan Deasi Hutan Forest Deation Laju Deasi / Deation Rate ribu ha/tahun thousand ha/year per tahun per year ,6 ribu thousand lapangan sepak bola football field Penyebab Utama Deasi Main Deation Drivers 1. Pemanfaatan kayu secara berlebihan, pembalakan liar dan pemiskinan keanekaragaman hayati 2. Pemanfaatan lahan berhutan untuk pertanian tebas bakar, perambahan hutan dan extensifikasi kemandirian pangan 3. Pembukaan lahan untuk pertambangan batubara 4. Kebakaran hutan dan lahan 5. Pembukaan dan pemanfaatan lahan untuk berbagai peruntukan Perdagangan, hotel dan Restoran Pertanian Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi Bangunan Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan Listrik dan air bersih Degradasi Hutan Forest Degradation Laju Degradasi / Degradation Rate ribu ha/tahun thousand ha/yr per tahun per year ribu million lapangan sepak bola football field Penyebab Utama Degradasi Main Degradation Drivers 1. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) 2. Perkebunan Sawit 1. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) 2. Perkebunan Sawit 5 6

29 Kondisi Hutan / Forest ondition Kondisi Hutan / Forest ondition Manajemen Hutan / Forest Management Tipe Vegetasi Utama / The main vegetation types Hutan Primer Primary Hutan Logged over ha 6.81 juta Hutan Lahan Kering Primer Dry Hutan Lindung Protected Forest 3.3 Hutan Tanaman Plantations ribu ha 0.73 thousand ha 4.2 Kawasan Konservasi onservation Area Hutan Mangrove Mangrove Hutan Mangrove Primer Mangrove 0.03 Hutan Produksi Production Forest ha 1.6 juta Hutan Lahan Kering Dry 5.09 Hutan Produksi Terbatas Limited Production Forest ha 0.18 ha Hutan Rawa Primer Swamp 0.03 Hutan Rawa Swamp

30 Perhitungan Karbon / arbon Accounting Target Penurunan Emisi / Emission reduction targets Stok Karbon/arbon Stock Rata-rata Stok Karbon/Average arbon Stock juta t million t 172,9 t/ha Thousands Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: juta t 1,072.0 juta t 5.6 juta t 21.4 juta t 6.8 juta t 49.5 juta t 0.79 juta t Tahun BAU Dengan upaya sendiri On their own Dengan bantuan pihak lain With the help of others Hutan lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Hutan Mangrove Primer Hutan Mangrove Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Hutan Tanaman Primary dry Secondary dry Primary mangrove Secondary mangrove Primary swamp Secondary swamp Plantations Rata-rata Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi Average arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type:

31 STRATEGI REDD/REDD Strategic Kebijakan dan Peraturan Kebijakan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya: SK Gubernur Nomor 522/K.51/ Tanggal 11 februari 2008 tentang pem- 1 bentukan Pokja REDD Peraturan Gubernur no 54 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan 2 2 Emisi Gas Rumah Kaca Peraturan Gubernur no 2 tahun tentang Pembentukan Dewan Daerah 3 Perubahan Iklim Kaltim Surat Keputusan Gubernur nomor 4 050/K.247/2012 Pembentukan Tim Pen- 4 garah dan Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Surat Gubernur Nomor 180/ hk/2013 tentang Penertiban izin dan au- 5 dit untuk izin pertamabangan,kehutanan dan perkebunan Kebijakan dan Peraturan Kebijakan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya: SK Gubernur Nomor 522/K.51/2008 Tanggal 11 februari 2008 tentang pembentukan Pokja REDD Peraturan Gubernur no 54 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Peraturan Gubernur no 2 tahun 2011 tentang Pembentukan Dewan Daerah Perubahan Iklim Kaltim Surat Keputusan Gubernur nomor 050/K.247/2012 Pembentukan Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Surat Gubernur Nomor 180/1375- hk/2013 tentang Penertiban izin dan audit untuk izin pertamabangan,kehutanan dan perkebunan PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan 1. Pemerintah Provinsi,Pemerintah Kota/Kabupaten beserta jajaran SKPDnya,hal ini terkait dengan pengintegrasian rencana implementasi dalam RAD GRK ke dalam program-program dan capaian kerja SKPD 2. AKademisi dan Lembaga Riset : untuk melakukan penyusunan dokumen SRAP,Safeguard,RAD GRK serta penguatan kapasitas terkait pelatihan tentang pengukuran karbon bagi masyarakat, peneleitian tentang perubahan lahan,potensi karbon,dan lainnya. 3. POKJA REDD :mengembangkan berbagai program pelatihan dan penelitian REDD,jaringan kerja,serta pendampingan SKPD dalam pengembangan pelaksanaan rogra 4. DDPI: Mengembangkan dan mempromosikan konsep pembangunan rendah karbon dan mengkoordinir kegiatan POKJA REDD dan forum terkai REDD+ 5. Lembaga Donor dan LSM Lokal :pendampingan pemerintah dimana lokasi kerja mereka berada serta masyarakat dalam rangka fasilitasi kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan dan SDM PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan 1. Pemerintah Provinsi,Pemerintah Kota/Kabupaten beserta jajaran SKPDnya,hal ini terkait dengan pengintegrasian rencana implementasi dalam RAD GRK ke dalam program-program dan capaian kerja SKPD 2. AKademisi dan Lembaga Riset : untuk melakukan penyusunan dokumen SRAP,Safeguard,RAD GRK serta penguatan kapasitas terkait pelatihan tentang pengukuran karbon bagi masyarakat, peneleitian tentang perubahan lahan,potensi karbon,dan lainnya. 3. POKJA REDD :mengembangkan berbagai program pelatihan dan penelitian REDD,jaringan kerja,serta pendampingan SKPD dalam pengembangan pelaksanaan rogra 4. DDPI: Mengembangkan dan mempromosikan konsep pembangunan rendah karbon dan mengkoordinir kegiatan POKJA REDD dan forum terkai REDD+ 5. Lembaga Donor dan LSM Lokal :pendampingan pemerintah dimana lokasi kerja mereka berada serta masyarakat dalam rangka fasilitasi kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan dan SDM Kerangka Institusi DDPI Kaltim bukan satu-satunya lembaga yang akan terlibat dalam implementasi strategi daerah REDD+, karena sebenarnya juga terdapatorganisasi terkait lainnya yang selama ini telah aktif melakukan berbagai kegiatanterkait REDD+ dan memungkinkan mendukung seperti enter for Social Forestry (SF),enter for limate hange Studies Universitas Mulawarman (3S Unmul), DewanKehutanan Daerah Kalimantan Timur (DKD Kaltim), Forum Daerah Aliran Sungai Kalimantan Timur (FORUM DAS KALTIM), GIZ- Forclime, WWF Indonesia, The Nature onservancy (TN),International enter for Research in Agrory (IRAF), enter for International Forestry Research (IFOR),AMAN. Merujuk dari RAD GRK Kaltim,semua institusi atau SKPD memiliki peranan masing-masing dalam implementasi REDD++,tidak terkecuali.. Kerangka Institusi DDPI Kaltim bukan satu-satunya lembaga yang akan terlibat dalam implementasi strategi daerah REDD+, karena sebenarnya juga terdapatorganisasi terkait lainnya yang selama ini telah aktif melakukan berbagai kegiatanterkait REDD+ dan memungkinkan mendukung seperti enter for Social Forestry (SF),enter for limate hange Studies Universitas Mulawarman (3S Unmul), DewanKehutanan Daerah Kalimantan Timur (DKD Kaltim), Forum Daerah Aliran Sungai Kalimantan Timur (FORUM DAS KALTIM), GIZ- Forclime, WWF Indonesia, The Nature onservancy (TN),International enter for Research in Agrory (IRAF), enter for International Forestry Research (IFOR),AMAN. Merujuk dari RAD GRK Kaltim,semua institusi atau SKPD memiliki peranan masing-masing dalam implementasi REDD++,tidak terkecuali

32 Kata pengantar Gubernur Papua Lukas Enembe Papua Governor Preface Lukas Enembe Salam sejahtera buat kita semua Governors limate & Forests Task Force Provinsi Papua Papua Province Indonesia Puji Tuhan yang selalu memberkati kita semua. Kemurahan Dia telah memudahkan penyusunan Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Papua ini. Kami ucapkan terima kasih untuk Tim SRAP SRAP REDD+ Papua dan Satuan Tugas (Satgas) REDD+ dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Terima kasih juga buat UNDPD (United Nation for Development Program) atas bantuan dana untuk kegiatan ini. Provinsi Papua meliputi 16,09 persen luas wilayah Indonesia. Dengan wilayah seluas hektar, hanya 19,7 persen di antaranya yang bukan merupakan hutan. Dengan kata lain, hutan adalah tempat hidupnya sebagian besar warga Papua. Bila tak dikelola secara tepat, hutan yang juga berarti ibu kandung bagi orang Papua bisa marah. Akibatnya, ketersediaan pangan dari hutan akan menipis. Pemprov Papua sadar bahwa pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat harus diselaraskan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup. Karena itu, Pemprov Papua membentuk Satgas Pembangunan Ekonomi Rendah Karbon. Satgas ini di bawah koordinasi Kepala Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (Bapesda LH) yang bekerja sama dengan Dinas Kehutanan dan Konservasi. Dua instansi tersebut sengaja dibentuk untuk mendukung pelaksanaan REDD+. Selanjutnya, Bappeda Provinsi Papua bertugas merancang pola keruangan, rekomendasi wilayah dan sebaran, serta menghitung nilai hutan yang masuk dalam program REDD+. Dalam upaya menurunkan emisi, Pemprov Papua memiliki dua skenario. Yakni, skenario pesimis dan skenario optimis. Pada skenario pesimis, emisi ditargetkan turun 13,137 pada tahun Sedangkan skenario optimisnya, targetnya adalah 65,686 emisi bisa diturunkan pada Untuk memperkuat program ini, sejumlah kebijakan dan peraturan sudah dikeluarkan. Sedikitnya terdapat 9 macam Peraturan Gubernur Papua khusus mengenai program REDD+. Bila Dokumen SRAP REDD+ Papua ini berjalan dibarengi pelaksanaan aturan yang ketat, tidaklah mustahil target optimis bakal tercapai. Salam sejahtera 2

33 Overview Overview Pengukuran stok karbon Papua dilakukan menggunakan metodologi Tier-1 berdasarkan IP. Pada tahun 2011, stok karbon hutan sebesar 4.372,59 juta ton (97,59) dan di kawasan non-hutan sebesar 107,78 juta ton (2,41). Dengan luas daratan (land cover) Papua sekitar 30,93, rata-rata stok karbon sebesar 144,84 ton/ha. Rata-rata stok karbon hutan adalah 173,74 ton/ha, sementara rata-rata stok karbon wilayah non-hutan sebesar 18,69 ton/ha. Pengukuran stok karbon Papua dilakukan menggunakan metodologi Tier-1 berdasarkan IP. Pada tahun 2011, stok karbon hutan sebesar 4.372,59 juta ton (97,59) dan di kawasan non-hutan sebesar 107,78 juta ton (2,41). Dengan luas daratan (land cover) Papua sekitar 30,93, rata-rata stok karbon sebesar 144,84 ton/ha. Rata-rata stok karbon hutan adalah 173,74 ton/ha, sementara rata-rata stok karbon wilayah non-hutan sebesar 18,69 ton/ha. Papua memiliki luas tutupan hutan ( cover) sekitar 25,17 atau 81 dari luas wilayahnya. Tujuh vegetasi utama meliputi (1) hutan lahan kering primer, (2) hutan lahan kering sekunder, (3) hutan mangrove primer, (4) hutan rawa primer, (5) hutan tanaman, (6) hutan mangrove sekunder, dan (7) hutan rawa sekunder. Tutupan hutan terluas berada pada kawasan Hutan Produksi Berkelanjutan (9,17 ), kemudian Hutan Lindung (7,04 ), Hutan Konservasi (5,21 ), dan terakhir di Hutan Tidak Dilindungi (3,75 ). Papua memiliki luas tutupan hutan ( cover) sekitar 25,17 atau 81 dari luas wilayahnya. Tujuh vegetasi utama meliputi (1) hutan lahan kering primer, (2) hutan lahan kering sekunder, (3) hutan mangrove primer, (4) hutan rawa primer, (5) hutan tanaman, (6) hutan mangrove sekunder, dan (7) hutan rawa sekunder. Tutupan hutan terluas berada pada kawasan Hutan Produksi Berkelanjutan (9,17 ), kemudian Hutan Lindung (7,04 ), Hutan Konservasi (5,21 ), dan terakhir di Hutan Tidak Dilindungi (3,75 ). Impelementasi SRAP REDD+ Papua mengacu pada 5 pilar strategi, yaitu: (1) kelembagaan, regulasi dan organisasi, (2) pemantapan kawasan hutan, (3) kepastian ruang kelola masyarakat adat, (4) pengembangan ekonomi masyarakat adat, dan (5) pengembangan konservasi dan keanekaragaman hayati. Benefit sharing dalam rangka pelaksanaan REDD+ di provinsi Papua sampai dengan saat ini belum ada bentuk kesepakatan yang akan digunakan. Kondisi terakhir dari rumusan draft benefit sharing ada di Bappeda setelah melalui hasil diskusi dan masukan dari beberapa elemen pemerintah dan NGO. Impelementasi SRAP REDD+ Papua mengacu pada 5 pilar strategi, yaitu: (1) kelembagaan, regulasi dan organisasi, (2) pemantapan kawasan hutan, (3) kepastian ruang kelola masyarakat adat, (4) pengembangan ekonomi masyarakat adat, dan (5) pengembangan konservasi dan keanekaragaman hayati. Benefit sharing dalam rangka pelaksanaan REDD+ di provinsi Papua sampai dengan saat ini belum ada bentuk kesepakatan yang akan digunakan. Kondisi terakhir dari rumusan draft benefit sharing ada di Bappeda setelah melalui hasil diskusi dan masukan dari beberapa elemen pemerintah dan NGO. Pada periode tahun , rata-rata deasi hutan Papua mencapai 25,68 ribu ha per tahun, sementara rata-rata degradasinya mencapai 181,77 ribu ha per tahun. Penyebab utama deasi adalah (1) penebangan Liar (agar Alam Biak Utara), (2) konversi kawasan hutan (Taman Nasional Wasur), serta (3) pembukaan area baru, pemukiman, jalan, lahan pertanian dan perkebunan. Sedangkan penyebab utama degradasi adalah (1) pembalakan liar dan pengelolaan hutan secara tidak berkelanjutan, (2) alih guna hutan alam menjadi hutan tanaman dan pertambangan, serta (3) penegakan peraturan pengelolalan hutan yang lemah. Pada periode tahun , rata-rata deasi hutan Papua mencapai 25,68 ribu ha per tahun, sementara rata-rata degradasinya mencapai 181,77 ribu ha per tahun. Penyebab utama deasi adalah (1) penebangan Liar (agar Alam Biak Utara), (2) konversi kawasan hutan (Taman Nasional Wasur), serta (3) pembukaan area baru, pemukiman, jalan, lahan pertanian dan perkebunan. Sedangkan penyebab utama degradasi adalah (1) pembalakan liar dan pengelolaan hutan secara tidak berkelanjutan, (2) alih guna hutan alam menjadi hutan tanaman dan pertambangan, serta (3) penegakan peraturan pengelolalan hutan yang lemah. 3 4

34 Demographics Kondisi Hutan / Forest ondition Peta posisi wilayah Papua Luas Wilayah ha Luas Tutupan Hutan / Forest over Tahun 2003 / Year 2003 Tahun 2011 / Year 2011 Deasi/Deation 16,09 Luas Indonesia Luas Tutupan Hutan Forest over 27,0 Luas Tutupan Hutan Forest over 25,1 Demographics 2,928, Luas Tutupan Hutan / Forest over 87,4 Luas Wilayah Land over Luas Tutupan Hutan / Forest over 81,3 Luas Wilayah Land over Population of State/Province of National Population Economy IDR trilion IDR 26,079,385 State/Province GDP Per apita Income GDP Breakdown Deasi Hutan Forest Deation Laju Deasi / Deation Rate 25,7 0,09 ribu ha/tahun /year per tahun per year 0,13 28,5 lapangan sepak bola football field ribu thousand Penyebab Utama Deasi Main Deation Drivers Penebangan Liar Konversi kawasan hutan Pembukaan area baru, pemukiman, jalan, lahan pertanian dan perkebunan Penebangan Liar Konversi kawasan hutan Pembukaan area baru, pemukiman, jalan, lahan pertanian dan perkebunan Pertambangan dan Penggalian Pertanian Bangunan/Konstruksi Jasa-jasa Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Telekomunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Degradasi Hutan Forest Degradation Laju Degradasi / Degradation Rate 181,7 0,67 ribu ha/tahun thousand ha/yr per tahun per year 0,90 201,9 ribu thousand lapangan sepak bola football field Penyebab Utama Degradasi Main Degradation Drivers Pembalakan Liar dan pengelolaan hutan secara tidak berkelanjutan Alih Guna hutan alam menjadi hutan tanaman dan pertambangan Penegakan peraturan pengelolalan hutan yang lemah Pembalakan Liar dan pengelolaan hutan secara tidak berkelanjutan Alih Guna hutan alam menjadi hutan tanaman dan pertambangan Penegakan peraturan pengelolalan hutan yang lemah 5 6

35 Kondisi Hutan / Forest ondition Kondisi Hutan / Forest ondition Manajemen Hutan / Forest Management Tipe Vegetasi Utama / The main vegetation types 79,3 Hutan Primer Primary ha juta Hutan Lahan Kering Primer Dry 20, Hutan Logged over ha 5.21 juta Hutan Lahan Kering Dry Hutan Produksi Production 3.9 Hutan Tanaman Plantations Hutan Produksi Konversi Production 2.7 Hutan Lindung Protected ribu ha 5.2 Kawasan Suaka Alam Protected thousand ha Hutan Produksi Terbatas Other Areas Area Penggunaan Lain onservate Hutan Mangrove Primer Mangrove Hutan Rawa Swamp ha 0.74 juta Hutan Rawa Primer Swamp ha 4.31 juta 4.12 Hutan Mangrove Mangrove

36 Perhitungan Karbon / arbon Accounting Target Penurunan Emisi / Emission reduction targets Stok Karbon/arbon Stock Rata-rata Stok Karbon/Average arbon Stock 9 miliar juta t million t 173,74 t/ha 4.5 miliar Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: 2, juta t juta t juta t juta t juta t juta t 0.12 juta t Tahun ain 1: HISTORIAL 2: FORWARD LOOKING 3: Skenario Pesimis 4: Skenario Optimis Hutan lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Hutan Mangrove Primer Hutan Mangrove Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Hutan Tanaman Primary dry Secondary dry Primary mangrove Secondary mangrove Primary swamp Secondary swamp Plantations Rata-rata Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi Average arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: 9 10

37 STRATEGI REDD/REDD Strategic Kebijakan dan Peraturan Gubernur Papua telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya: 1. Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Hutan Tanaman Rakyat Masyarakat Hukum Adat. 2. Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2010 tentang Peredaran dan Pengolahan Hasil Hutan Kayu. 3. Peraturan Gubernur Nomor: 13 Tahun 2010 tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hukum Adat (IUPHHK-MHA). 4. PeraturanGubernur Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemanfaatan Kayu Limbah Pembalakkan. 5. Peraturan Gubernur Nomor 15 Tahun 2010 tentang Tata ara Industri Primer Hasil Hutan kayu Rakyat. 6. Peraturan Gubernur Nomor 16 Tahun 2010 tentang Tata ara Pemetaan Hutan Masyarakat Hukum Adat. 7. Peraturan Gubernur Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata ara Perizinan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu. 8. Peraturan Gubernur Nomor 18 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) di Provinsi Papua. 9. Peraturan Gubernur Nomor: 19 Tahun 2010 tentang Tata ara dan Prosedur Pemberian izin Pemasukan dan Penggunaan Peralatan. Kebijakan dan Peraturan Gubernur Papua telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait REDD+, diantaranya: 1. Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Hutan Tanaman Rakyat Masyarakat Hukum Adat. 2. Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2010 tentang Peredaran dan Pengolahan Hasil Hutan Kayu. 3. Peraturan Gubernur Nomor: 13 Tahun 2010 tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hukum Adat (IUPHHK-MHA). 4. PeraturanGubernur Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemanfaatan Kayu Limbah Pembalakkan. 5. Peraturan Gubernur Nomor 15 Tahun 2010 tentang Tata ara Industri Primer Hasil Hutan kayu Rakyat. 6. Peraturan Gubernur Nomor 16 Tahun 2010 tentang Tata ara Pemetaan Hutan Masyarakat Hukum Adat. 7. Peraturan Gubernur Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata ara Perizinan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu. 8. Peraturan Gubernur Nomor 18 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) di Provinsi Papua. 9. Peraturan Gubernur Nomor: 19 Tahun 2010 tentang Tata ara dan Prosedur Pemberian izin Pemasukan dan Penggunaan Peralatan. Lingkungan Hidup. Salah satu kelompok kerja (working group) di bawah fasilitasi dan kordinasi Satuan Tugas ini adalah Tim Kerja Penyusunan SRAP- REDD+ Papua. PROGRAM-PROGRAM LAINNYA Keterlibatan Pemangku Kepentingan PDalam rangka pengembangan REDD+ di Provinsi papua adapun pemangku kepantingan yang terlibat adalah: 1. Gubernur selaku pimpinan daerah di tingkat provinsi 2. Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua, Selaku Pemegang data kehutanan dan analisa fungsi kawasan Hutan. 3. Badan Pengelola Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup (BapesdaLH) Provinsi Papua, Sebagai pengelola, Ujung tombak dalam program REDD= di Provinsi Papua. 4. Bappeda Provinsi Papua, Sebagai Perancang pola keruangan, data dan rekomendasi wilayah, sebaran, dan potensi dari nilai hutan yang lainnya. 5. BPKH X Jayapura, Analisa Fungsi, data dan potensi kawasan hutan. 6. KPD, terutama yang akan terlibat secara langsung, Dinas perkebunan, pertanian dan BPDAS dan Lingkungan Hidup. Salah satu kelompok kerja (working group) di bawah fasilitasi dan kordinasi Satuan Tugas ini adalah Tim Kerja Penyusunan SRAP- REDD+ Papua. Keterlibatan Pemangku Kepentingan PDalam rangka pengembangan REDD+ di Provinsi papua adapun pemangku kepantingan yang terlibat adalah: 1. Gubernur selaku pimpinan daerah di tingkat provinsi 2. Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua, Selaku Pemegang data kehutanan dan analisa fungsi kawasan Hutan. 3. Badan Pengelola Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup (BapesdaLH) Provinsi Papua, Sebagai pengelola, Ujung tombak dalam program REDD= di Provinsi Papua. 4. Bappeda Provinsi Papua, Sebagai Perancang pola keruangan, data dan rekomendasi wilayah, sebaran, dan potensi dari nilai hutan yang lainnya. 5. BPKH X Jayapura, Analisa Fungsi, data dan potensi kawasan hutan. 6. KPD, terutama yang akan terlibat secara langsung, Dinas perkebunan, pertanian dan BPDAS Kerangka Institusi Provinsi Pepua dalam struktur pemerintahan daerah terdapat dua instansi yang sangat erat kaitannya dengan implementasi aksi mitigasi REDD+ di daerah yaitu Dinas Kehutanan dan Konservasi Papua dan Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan hidup. Pemerintah daerah juga telah membentuk Satuan Tugas Pembangunan Ekonomi Rendah Karbon Provinsi Papua. Satuan Tugas ini mengambil fungsi koodinasi di fase preparedness. Sekretariat dari Satuan Tugas Pembangunan Rendah Karbon Provinsi Papua di bawah koordinasi langsung oleh Kepala Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Kerangka Institusi Provinsi Pepua dalam struktur pemerintahan daerah terdapat dua instansi yang sangat erat kaitannya dengan implementasi aksi mitigasi REDD+ di daerah yaitu Dinas Kehutanan dan Konservasi Papua dan Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan hidup. Pemerintah daerah juga telah membentuk Satuan Tugas Pembangunan Ekonomi Rendah Karbon Provinsi Papua. Satuan Tugas ini mengambil fungsi koodinasi di fase preparedness. Sekretariat dari Satuan Tugas Pembangunan Rendah Karbon Provinsi Papua di bawah koordinasi langsung oleh Kepala Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam 11 12

38 Kata pengantar Gubernur Papua Barat - Abraham Octavianus Atururi West Papua Governor Preface - Abraham Octavianus Atururi Segala puja dan puji bagi Tuhan Semesta Alam. Marilah bersyukur, karena berkat rahmat- Nya, penyusunan Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Papua Barat dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih dan apresiasi tinggi layak diberikan kepada Tim SRAP SRAP REDD+ Papua dan Satuan Tugas (Satgas) REDD+ dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Begitu pula bagi UNDP (United Nation for Development Program) yang berkenan membantu dari sisi pendanaan. Governors limate & Forests Task Force Provinsi Papua Barat West Papua Province Indonesia Semenjak berdiri sebagai provinsi tersendiri pada 2003, Papua Barat langsung dihadapkan pada pekerjaan besar. Yaitu, bagaimana mengelola hutan yang luasnya meliputi 92 wilayah daratan. Tahun 2011, luas hutan Papua Barat berkurang menjadi 90. Artinya, selama kurun waktu satu dekade terjadi deasi dan degradasi hutan sebanyak 2. Deretan problem terbesar yang menyebabkan berkurangnya wilayah hutan Papua Barat adalah pembalakan liar, alih fungsi lahan jadi pertambangan dan perkebunan, serta pembangunan infrastruktur. Di sisi lain denyut ekonomi daerah masih didominasi industri pengolahan yang tidak padat karya. Akibatnya, tingkat kesejahteraan masyarakat belum sesuai harapan. Ketimpangan ini diyakini bisa diminalisir dengan program REDD+ yang salah mengedepankan Pembangunan Ekonomi Rendah Karbon. Untuk menjamin pelaksanaan program tersebut, Pemprov Papua Barat melakukan dua pendekatan. Pertama, melalui penegakan hukum dan penyadaran lingkungan dengan melibatkan kepolisian dan kejaksaan dibantu masyarakat adat, akademisi, dan organisasi nonpolitik. Kedua, pengembangan ekonomi berbasis lahan yang dilaksanakan oleh lintas-instansi mulai dari Bappeda, Bappedalda, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas UKM, hingga Dinas Perindustrian. Kedua pendekatan itu dibarengi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) secara baik supaya harapan pengurangan emisi dapat dicapai sesuai target pada tahun Tentu saja, upaya ini akan berhasil bila kita semua berpartisipasi. Salam Sejahtera bagi kita semua 2

39 Overview Overview gan hutan tanaman rakyat; dan (3) Meningkatkan tata kelola dan kepengurusan hutan dan lahan melalui implementasi pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Selanjutnya pada dokumen ini akan dipaparkan informasi berupa infografis yang menggambarkan : 1. Kondisi Hutan di Papua Barat 2. Perhitungan Karbon pada Hutan Papua Barat 3. Strategi REDD+ Pemerintah Daerah gan hutan tanaman rakyat; dan (3) Meningkatkan tata kelola dan kepengurusan hutan dan lahan melalui implementasi pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Selanjutnya pada dokumen ini akan dipaparkan informasi berupa infografis yang menggambarkan : 1. Kondisi Hutan di Papua Barat 2. Perhitungan Karbon pada Hutan Papua Barat 3. Strategi REDD+ Pemerintah Daerah Dengan luas tutupan hutan yang mencapai 90 dari luas wilayahnya, tipe vegetasi Provinsi Papua Barat terdiri atas (1) Hutan Lahan Kering Primer, (2) Hutan Lahan Kering, (3) Hutan Mangrove Primer, (4) Hutan Mangrove, (5) Hutan Rawa Primer, dan (6) Hutan Rawa. Selama 5 tahun ( ), degradasi yang terjadi mencapai hampir 600 ribu hektar. Perhitungan stok karbon di atas tanah pada tahun 2009 sebesar 1.514,79 juta ton dan dilakukan menggunakan metodologi Tier-1 berdasarkan IP. Isu-isu strategis yang diangkat dalam dokumen SRAP (Strategi dan Rencana Aksi Provinsi) antara lain (1) Kebijakan provinsi konservasi; (2) Akselerasi pembentukan dan operasionalisasi KPH; (3) Ketidakpastian hak masyarakat hukum adat; (4) Implementasi paradigma pengelolaan hutan berbasis masyarakat; dan (5) Kebijakan pembatasan penjualan kayu log ke luar Papua Barat. Tujuan implementasi Strategi dan Rencana Aksi di Provinsi Papua Barat antara lain (1) Mengurangi degradasi dan deasi akibat konversi lahan hutan dan alih fungsi kawasan hutan; (2) Meningkatkan upaya-upaya rehabilitasi lahan kritis dan pengemban- Dengan luas tutupan hutan yang mencapai 90 dari luas wilayahnya, tipe vegetasi Provinsi Papua Barat terdiri atas (1) Hutan Lahan Kering Primer, (2) Hutan Lahan Kering, (3) Hutan Mangrove Primer, (4) Hutan Mangrove, (5) Hutan Rawa Primer, dan (6) Hutan Rawa. Selama 5 tahun ( ), degradasi yang terjadi mencapai hampir 600 ribu hektar. Perhitungan stok karbon di atas tanah pada tahun 2009 sebesar 1.514,79 juta ton dan dilakukan menggunakan metodologi Tier-1 berdasarkan IP. Isu-isu strategis yang diangkat dalam dokumen SRAP (Strategi dan Rencana Aksi Provinsi) antara lain (1) Kebijakan provinsi konservasi; (2) Akselerasi pembentukan dan operasionalisasi KPH; (3) Ketidakpastian hak masyarakat hukum adat; (4) Implementasi paradigma pengelolaan hutan berbasis masyarakat; dan (5) Kebijakan pembatasan penjualan kayu log ke luar Papua Barat. Tujuan implementasi Strategi dan Rencana Aksi di Provinsi Papua Barat antara lain (1) Mengurangi degradasi dan deasi akibat konversi lahan hutan dan alih fungsi kawasan hutan; (2) Meningkatkan upaya-upaya rehabilitasi lahan kritis dan pengemban- 3 4

40 Demographics Kondisi Hutan / Forest ondition Peta posisi wilayah Papua Barat Luas Wilayah ha Luas Tutupan Hutan / Forest over Tahun 2000 / Year 2000 Tahun 2011 / Year ,15 Luas Indonesia Luas Tutupan Hutan Forest over 9.1 Deasi/Deation Luas Tutupan Hutan Forest over 8.9 Demographics 789, Luas Tutupan Hutan / Forest over 92.5 Luas Wilayah Land over Luas Tutupan Hutan / Forest over 90.1 Luas Wilayah Land over Population of State/Province of National Population Economy IDR trilion IDR 45,842,083 State/Province GDP Per apita Income GDP Breakdown Industri Pengolahan Pertanian 4.98 Pertambangan dan Penggalian 2.62 Jasa-jasa 2.58 Bangunan 2.48 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.35 Pengangkutan dan Komunikasi 1.70 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 0.66 Listrik dan Air Bersih Deasi Hutan Forest Deation Laju Deasi / Deation Rate?? Degradasi Hutan Forest Degradation Laju Degradasi / Degradation Rate ribu ha/tahun /year per tahun per year ribu ha/tahun thousand ha/yr per tahun per year? 0.60? 133,2 ribu million lapangan sepak bola football field lapangan sepak bola football field ribu thousand Penyebab Utama Deasi Main Deation Drivers 1. Kegiatan extractive 1. Kegiatan industri pertambangan extractive industri 2. Perkebunan pertambangan 3. Pembangunan 2. Perkebunan infrastruktur 3. Pembangunan 4. Penebangan liar infrastruktur dan aktivitas logging 4. Penebangan liar concession dan aktivitas logging concession Penyebab Utama Degradasi Main Degradation Drivers 1. Pembalakan sistem tebang pilih, kebakaran dan perambahan hutan skala luas 2. Alih Guna hutan alam menjadi pertanian/ perkebunan 3. Perubahan tipe hutan, misalnya Hutan Lahan Kering Primer menjadi Hutan Lahan Kering 1. Pembalakan sistem tebang pilih, kebakaran dan perambahan hutan skala luas 2. Alih Guna hutan alam menjadi pertanian/ perkebunan 3. Perubahan tipe hutan. 5 6

41 Kondisi Hutan / Forest ondition Kondisi Hutan / Forest ondition Manajemen Hutan / Forest Management Tipe Vegetasi Utama / The main vegetation types Hutan Primer Primary Hutan Produksi Terbatas Limited Production ha 1.8 juta 2.63 Hutan Lahan Kering Primer Dry Hutan Lahan Kering Dry Kawasan Suaka Alam Protected Hutan Produksi Konversi Other Areas ha 1.7 juta 1.8 Hutan Lindung Protected Hutan Logged over Hutan Produksi Production Forest Area Penggunaan lain Other Area 0.4 Perairan Perairan Hutan Rawa Primer Swamp Hutan Mangrove Primer Mangrove ha 0.38 juta Hutan Mangrove Mangrove Hutan Rawa Swamp

42 Perhitungan Karbon / arbon Accounting Target Penurunan Emisi / Emission reduction targets Stok Karbon/arbon Stock Rata-rata Stok Karbon/Average arbon Stock 200 juta juta t million t 169,8 t/ha 180 juta 160 juta 140 juta Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type: juta t juta t juta t juta t juta t 6.36 juta t Net Emission (ton O2-eq) 120 juta 100 juta 80 juta 60 juta 40 juta 20 juta Hutan lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Hutan Mangrove Primer Hutan Mangrove Hutan Rawa Primer Hutan Rawa Primary dry Secondary dry Primary mangrove Secondary mangrove Primary swamp Secondary swamp HISTORIS RT/RW PROVINSI Tahun RT/RW KAB/KOTA Rata-rata Stok Karbon (ton/ha) berdasarkan Tipe Vegetasi Average arbon Stock (tonnes / ha) by vegetation type:

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Kalimantan Tengah entral Kalimantan Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang, SH entral Kalimantan Governor Preface

Lebih terperinci

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Kalimantan Barat ornelis M.H West Kalimantan Governor Preface ornelis M.H Puji

Lebih terperinci

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Aceh Aceh Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Aceh Aceh Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Aceh Aceh Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Aceh DR Abdullah Zaini Aceh Governor Preface - DR Abdullah Zaini Assalamu Alaikum Warahmatullah Wa Barakatuh

Lebih terperinci

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Barat West Papua Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Barat West Papua Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Papua Barat West Papua Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Papua Barat - Abraham Octavianus Atururi West Papua Governor Preface - Abraham Octavianus

Lebih terperinci

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Papua Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Papua Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Papua Papua Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Papua Lukas Enembe Papua Governor Preface Lukas Enembe Salam sejahtera buat kita semua Puji Tuhan yang

Lebih terperinci

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Timur East Kalimantan Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Timur East Kalimantan Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Kalimantan Timur East Kalimantan Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak East Kalimantan Governor Preface Awang Farouk

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4. Oleh: Task Force Pembangunan Rendah Emisi Provinsi Papua dan Papua Barat Isi Paparan 1. Pendahuluan REL Tanah Papua Tahun 2001-2020 dari Sektor Kehutanan 3. Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut www.greenomics.org KERTAS KEBIJAKAN Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut 21 Desember 2009 DAFTAR ISI Pengantar... 1 Kasus 1:

Lebih terperinci

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI TATA KELOLA SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN ACEH MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN RENDAH EMISI VISI DAN MISI PEMERINTAH ACEH VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah - Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah SAMBUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PADA LOKAKARYA MENYIAPKAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASISKAN MASYARAKAT SEBAGAI PENERIMA MANFAAT UTAMA PENDANAAN KARBON

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+ MENTERI KEHUTANAN LETTER OF INTENT (LOI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH NORWEGIA TENTANG KERJASAMA PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI KEHUTANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit

Lebih terperinci

OVERVIEW: PENGALAMAN FFI MENDAMPINGI PEMERINTAH ACEH dalam PENGEMBANGAN REDD

OVERVIEW: PENGALAMAN FFI MENDAMPINGI PEMERINTAH ACEH dalam PENGEMBANGAN REDD OVERVIEW: PENGALAMAN FFI MENDAMPINGI PEMERINTAH ACEH dalam PENGEMBANGAN REDD Oleh; Dewa Gumay Technical Advisor REDD & Climate Change Fauna & Flora International Aceh Program Inisiatif REDD Ulu Masen (Para-Pihak):

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) Para pejabat Eselon I dan II Lingkup Dephut yang saya hormati,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi GCF Bali, Juni 2014

Pertemuan Koordinasi GCF Bali, Juni 2014 Pertemuan Koordinasi GCF Bali, 23-25 Juni 2014 Strategi Rencana Aksi Provinsi Papua BP REDD+ PEMDA PAPUA Yurisdiksi (Kabupaten) Komda PIP Penetapan REL dan MRV ParCiMon (Participatory Monitoring by Civil

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi GCF

Pertemuan Koordinasi GCF Didanai oleh Uni Eropa Pertemuan Koordinasi GCF Bali, 23-25 Juni 2014 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan pelopor global dalam hal komitmen negara berkembang untuk melakukan aksi mitigasi secara nasional

Lebih terperinci

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 UPDATE PAPUA BARAT SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 MISI 1 2 Membangun komitmen stakeholder melalui legalisasi kelembagaan REDD+

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN KEHUTANAN JAKARTA, JANUARI 2007 Latar belakang Negosiasi Bilateral G-G, Oktober 2007 telah menyetujui program

Lebih terperinci

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca terbit sebagai salah satu bentuk kebijakan dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1 Provinsi Kalimantan Timur 2014 REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI

Lebih terperinci

Lokakarya Community of Practice Penguatan Kerangka Kerja Kelembagaan Provinsi Mengenai Perubahan Iklim dan Pembangunan Rendah Emisi

Lokakarya Community of Practice Penguatan Kerangka Kerja Kelembagaan Provinsi Mengenai Perubahan Iklim dan Pembangunan Rendah Emisi Lokakarya Community of Practice Penguatan Kerangka Kerja Kelembagaan Provinsi Mengenai Perubahan Iklim dan Pembangunan Rendah Emisi Balikpapan, 24-25 November 2014 Dr. H. Awang Faroek Ishak Gubernur Kalimantan

Lebih terperinci

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Oleh : Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si KEPALA DINAS KEHUTANAN PROPINSI SUMATERA BARAT OUTLINE Latar Belakang kondisi kekinian kawasan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Balikpapan, 28 Februari 2012 Assalaamu

Lebih terperinci

Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua

Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua MATERI DISAMPAIKAN PADA LOKAKARYA MP3I DAN PEMBANGUNAN RENDAH EMISI Merauke,6 Mei 2013 I. Pengurusan Hutan di Papua II. Perkembangan Kawasan Hutan

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

West Kalimantan Community Carbon Pools

West Kalimantan Community Carbon Pools Progress Kegiatan DA REDD+ Mendukung Target Penurunan Emisi GRK Kehutanan West Kalimantan Community Carbon Pools Fauna & Flora International Indonesia Programme Tujuan: Pengembangan proyek REDD+ pada areal

Lebih terperinci

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI KONTRIBUSI NON-PARTY STAKEHOLDERS (NPS) DI KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI Niken Sakuntaladewi (niken_sakuntaladewi@yahoo.co.uk) Pusat Litbang Sosial,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Provinsi Kalimantan Timur Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Profil Provinsi Kalimantan Timur HARI JADI: 9 Januari IBUKOTA: Samarinda DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat (TGHK) 1 seluas 140,4 juta hektar terdiri atas kawasan hutan tetap seluas 113,8 juta hektar

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan ISSN : 085-787X Policy Daftar Isi Volume 4 No. Tahun 010 Profil Emisi Sektor Kehutanan

Lebih terperinci

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat. Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau Daddy Ruhiyat news Dokumen terkait persoalan Emisi Gas Rumah Kaca di Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2) PTabel Cara Penilaian Pelaksanaan Safeguards dengan menggunakan Alat Penilai Pelaksanaan Safeguards (APPS) berdasar Keputusan COP-16 dalam Sistem Informasi Safeguards (SIS) REDD+ di Indonesia Prinsip Kriteria

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

Jambi, Desember 2013 Penulis

Jambi, Desember 2013 Penulis Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,

Lebih terperinci

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN (UKP4) 1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan

Lebih terperinci

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN BADAN LITBANG KEHUTANAN, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610. PO BOX 272. Telp +622518633944;

Lebih terperinci

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Oleh : Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Disampaikan dalam Festival Iklim KemenLHK Jakarta, 17 Januari 2018 Periode Peletakan Dasar Transformasi Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Jayapura Tahun 2013-2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus ada dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan Ruhyat Hardansyah, Maria C.L. Hutapea Subbidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan daya Tampung

Lebih terperinci

Saudara-saudara yang saya hormati,

Saudara-saudara yang saya hormati, PIDATO PENUTUPAN MENTERI KEHUTANAN PADA KONFERENSI INDONESIA FORESTS: ALTERNATIVE FUTURES TO MEET DEMANDS FOR FOOD, FIBRE, FUEL, AND REDD+ Jakarta, 27 September 2011 Menteri Lingkungan Hidup Kerajaan Norwegia,

Lebih terperinci

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+ INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+ oleh SATUAN TUGAS REDD+ PROVINSI RIAU Disampaikan pada Workshop Pencehagan Korupsi Melalui Penilaian Resiko dalam REDD+ Pekanbaru, 22 Mei 2012 Sekali Layar Terkembang

Lebih terperinci

GUNUNG GAJAH GROUP KALIMANTN TIMUR. KAHARUDDIN, S.HUT. Dir. Produksi PT. UDIT

GUNUNG GAJAH GROUP KALIMANTN TIMUR. KAHARUDDIN, S.HUT. Dir. Produksi PT. UDIT GUNUNG GAJAH GROUP KALIMANTN TIMUR KAHARUDDIN, S.HUT. Dir. Produksi PT. UDIT HUTAN PRODUKSI KALIMANTAN TIMUR 500000,000000 600000,000000 700000,000000 300000,000000 400000,000000 100000,000000 Kalimantan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL ) Nomor : / /2014 Banda Aceh, Maret 2014 M Lampiran : 1 (satu) eks Jumadil Awal

Lebih terperinci

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) I. PENDAHULUAN - IAFCP didasarkan pada Kesepakatan Kerjasama ditandatangani oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Australia 13 Juni 2008, jangka waktu

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

Ass. Ws. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita sekalian!

Ass. Ws. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita sekalian! PIDATO GUBERNUR DALAM RANGKA PEMBUKAAN DIALOG HUTAN TENTANG PANGAN, BAHAN BAKAR, SERAT DAN HUTAN THE FOREST DIALOGUE - Food, Fuel. Fiber and Forests (4Fs) Palangka Raya, 18 Maret 2013 Yth. Director General

Lebih terperinci

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif Lokakarya Mendukung Mitigasi Perubahan Iklim: Kerjasama Kementerian Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dan Japan International Cooperation Agency Pontianak, 1-2 Oktober 2013 Agenda Tentatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan salah satu kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, yang mempunyai fungsi utama sebagai

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang : Mengingat PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pembangunan secara efektif, efisien, dan memiliki sasaran yang tepat maka diperlukan proses perencanaan untuk menjamin tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015 DEFORESTASI INDONESIA TAHUN 2013-2014

Lebih terperinci

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kawasan hutan di Jawa Timur, sampai dengan saat ini masih belum dapat mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 41

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

TINJAUAN AWAL. SRAP dan Peluang Pendekatan Jurisdiksi. Outline. Latar dan Tujuan Satgas REDD+ Sekilas 11 SRAP Peluang Jurisdiksi: Kasus Kaltim

TINJAUAN AWAL. SRAP dan Peluang Pendekatan Jurisdiksi. Outline. Latar dan Tujuan Satgas REDD+ Sekilas 11 SRAP Peluang Jurisdiksi: Kasus Kaltim SRAP dan Peluang Pendekatan Jurisdiksi TINJAUAN AWAL TK ISP Bogor, 21 Juni 2013 Outline Komentar atas TOR Latar dan Tujuan Satgas REDD+ Sekilas 11 SRAP Peluang Jurisdiksi: Kasus Kaltim 1 Komentar atas

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN International Conference on Sustainable Mangrove Ecosystems Bali, 18 April 2017 Yang kami

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia

Lebih terperinci

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015 Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pontianak, 9 September 2015 Data dan Informasi Kawasan Hutan 2 KAWASAN HUTAN KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN SELATAN,

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku

Lebih terperinci