Kurikulum Australia L E M B A R A N I N F O R M A S I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kurikulum Australia L E M B A R A N I N F O R M A S I"

Transkripsi

1 Bahasa Inggris (halaman 1 dari 2) Apakah yang merupakan fitur kunci dari rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk bahasa Inggris? Inggris telah diatur dalam tiga buah unting yang saling berkaitan: Bahasa (language) di mana para siswa belajar mengenai bahasa Inggris dan bagaimana cara bahasa tersebut bekerja. Kesusastraan (literature) di mana para siswa belajar untuk melakukan interpretasi, apresiasi, evaluasi dan pembuatan teks sastra, seperti teks kisah (narrative), puisi, prosa, sandiwara, film dan teks multimodal, dalam bentuk lisan, cetak dan digital. Literasi (Literacy) di mana para siswa menerapkan pengetahuan mereka tentang bahasa untuk mendengar, membaca, menelaah, berbicara, menulis secara efektif dan membuat berbagai jenis teks yang semakin lama semakin banyak. Inggris mencakup isi yang eksplisit untuk penguasaan membaca dan menulis di tingkat yang dini, termasuk kedalamnya pengetahuan fonologi serta kesadaran fonemik, hubungan antara bunyi huruf satu dengan yang lainnya, serta penggunaan penunjuk sintaktik dan semantik untuk menjadikannya sesuatu yang mempunyai arti. Keterampilan ini dikembangkan di seluruh tingkat tahun sekolah. Pengajaran tatabahasa (grammar) di semua tingkat tahun sekolah merupakan komponen integral dari ketiga unting masing-masing. Di unting Bahasa (Language), para siswa belajar mengenai penggunaan tatabahasa dan mengerti tentang penggunaannya. Tatabahasa diterapkan di seluruh unting Kesusastraan (Literature) dan Literasi (Literacy). Sebuah daftar kata telah disediakan untuk memastikan adanya interpretasi yang konsisten dari istilah tatabahasa yang digunakan dalam kurikulum ini. Kurikulum Australia K-10 dan kurikulum negara bagian dan teritori? Inggris telah dibentuk dalam tiga unting yang terdiri dari Language, Literature dan Literacy. Ini berbeda dengan kebanyakan dokumen kurikulum nasional dan internasional yang ditulis berdasarkan moda Speaking dan Listening, Reading and Writing, namun, isinya sendiri serupa. Inggris memberikan isi yang spesifik pada setiap tingkat tahun K 10, sedangkan beberapa dokumen kurikulum negara bagian dan teritori menguraikan isinya dengan level interval setiap dua tahun. Seperti kurikulum bahasa Inggris di kebanyakan negara bagian dan teritori, rancangan Kurikulum Australia K-10 mencakup isi yang terperinci dalam penguasaan membaca dan menulis di tingkat yang dini. Pendekatan yang dilakukan dalam rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk bahasa Inggris adalah untuk memasukkan pengajaran tatabahasa secara eksplisit untuk mendorong para siswa agar menggunakan bahasa secara efektif guna meningkatkan kemampuan belajar mereka. Saat ini, tatabahasa diperlakukan secara berbeda-beda antara satu negara bagian atau teritori dengan yang lainnya. Ada beberapa yang tidak menguraikan tatabahasa secara terperinci dan kalaupun ia diuraikan, kadangkala pendekatan tatabahasa cenderung dilakukan secara fungsional. Beberapa yang memang berurusan dengan tatabahasa memang melakukannya namun pada umumnya memberi fokus pada keperluan untuk menggunakan tatabahasa secara akurat. Rancangan Kurikulum Australia K-10 mengakui adanya kebutuhan untuk mengajar teks multimodal dan digital sama seperti semua negara bagian dan teritori. Dilanjutkan di halaman berikut

2 Bahasa Inggris (halaman 2 dari 2) Studi kesusastraan telah dimasukkan ke dalam tahun pelajaran di sekolah dasar sebagai dasar untuk membangun apresiasi dan pengertian mengenai kesusasteraan dan teknik literasi. Meskipun saat ini berbagai tulisan/teks sastra telah ikut dimasukkan dalam berbagai dokumen kurikulum negara bagian dan teritori, namun biasanya fokusnya adalah untuk mengembangkan keterampilan membaca dari para siswa dan pengertian mereka mengenai struktur serta fitur daripada berbagai tulisan. Referensi internasional apakah yang telah Australia K-10 untuk bahasa Inggris? Australia merupakan salah satu negara dengan kinerja tertinggi dalam literasi membaca di antara mereka yang ikut serta dalam Program Penilaian Siswa Internasional (Programme for International Student Assessment (PISA)) Pengembangan rancangan Kurikulum Australia K-10 : Bahasa Inggris telah diberitahu oleh dokumen kurikulum internasional utama dari negara-negara lainnya yang berkinerja tinggi, seperti Finlandia, Hong Kong, Canada (Ontario dan British Colombia), Selandia Baru dan Irlandia. Dokumen kurikulum bahasa Inggris lainnya yang digunakan sebagai referensi termasuk kedalamnya dokumen dari Inggris, California dan Singapura. Inggris adalah mirip dengan berbagai kurikulum dalam menyatakan keterampilan grafofonik dan kesadaran fonemik untuk membaca serta menulis dini, meskipun uraian mengenai ejaan dan menulis dengan tangan tidak serinci seperti dalam rancangan Kurikulum Australia K-10. Berbagai kurikulum internasional yang telah ditulis dengan berdasarkan moda Speaking and Listening, Reading and Writing. Ada beberapa seperti Ontario yang mempunyai moda tambahan, misalnya, Media Literacy. Finlandia menggabungkan Literature and Language, Reading and Writing dan mempunyai unting yang terpisah untuk Oral Interaction. Rancangan Kurikulum Australia K 10 untuk bahasa Inggris mengandung pernyataan tentang kerumitan teks tulisan yang diharapkan untuk setiap dua tahun bersekolah. Dokumen kurikulum lainnya seperti California memasukkan daftar tulisan teks yang direkomendasi dan pantas untuk tingkat tahun yang bersangkutan. Referensi internasional kunci lainnya mencakup: National Inquiry into Teaching of Literacy, Department of Education, Science and Training, Australian Government (2005) The Report of the National Reading Panel: Teaching Children to Read, National Reading report USA (2000) Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) 2006 Assessment Framework and Specifications. International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA), Amsterdam, the Netherlands. Programme for International Student Assessment (PISA) 2009 Assessment Framework Key Competencies in Reading, OECD. Mengenai pengajaran tatabahasa, rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk bahasa Inggris menampilkan beberapa hasil riset dan teori yang terkini dalam bidang ini. Banyak dokumen kurikulum nasional dan internasional yang tidak menerangkan tatabahasa secara terperinci, kalaupun mereka menerangkannya. Adapun diantaranya yang melakukannya hanya menerangkannya dengan menggunakan istilah umum yang dipandang dari ketepatan secara tatabahasa. Halaman 2

3 Sejarah (halaman 1 dari 2) Apakah fitur kunci dari Kurikulum Australia K-10 untuk sejarah? Rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk sejarah telah diatur menjadi dua unting yang saling bersangkut paut Pengetahuan dan pengertian tentang sejarah (Historical knowledge and understanding) dan Keterampilan bersejarah (Historical skills). Pengetahuan dan pengertian telah diuraikan tahun demi tahun. Dari mulai di Taman kanak-kanak hingga Tahun 2, para siswa mulai belajar mengenai sejarah dengan mengamati cerita dari keluarga mereka dan pusaka komunitas mereka. Di tahun 3 hingga 6, fokusnya diperluas dari sejarah di area lokal ke regional dan nasional. Mereka akan diajarkan mengenai kehidupan di Australia sebelum tahun 1800, pembangunan bangsa Australia dan hubungan Australia dengan berbagai bangsa lainnya. Dua buah studi yang mendalam pada tahun ini akan menyebabkan para siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengertian yang lebih mendalam mengenai topik-topik tertentu. Pelajaran sejarah di Tahun 7 hingga 10 terdiri dari empat Zaman sejarah. Tahun 7 memusatkan pada sejarah dari waktu komunitas manusia yang paling awal hingga akhir zaman Kuno (Ancient period) (c BC - c.500 AD). Tahun 8 memusatkan pada sejarah dari mulai akhir zaman Kuno (Ancient period ) hingga permulaan zaman Modern (c ). Tahun 9 memusatkan pada sejarah Dunia Modern dan Australia dari tahun 1750 hingga Tahun 10 memusatkan pada sejarah Australia dan Dunia Modern dari tahun 1901 hingga sekarang. Kurikulum untuk setiap tahun dari Tahun 7 hingga10 meliputi sebuah ikhtisar yang dirancang untuk memperkenalkan isi serta konteks yang luas untuk dikaji, dan juga empat buah kajian mendalam. Kajian mendalam ini memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian terhadap aspek-aspek sejarah yang telah diberikan dalam ikhtisar secara lebih mendalam dan dengan demikian memberikan jangkauan untuk mengembangkan keterampilan sejarah. Salah satu kajian mendalam di Tahun 7 hingga 9 meliputi sebuah studi yang dikembangkan oleh sekolah yang membolehkan untuk mengajarkan isi kurikulum dengan cara-cara yang menggambarkan kebutuhan serta minat yang ada yang nampak dalam konteks setempat/lokal. Keterampilan sejarah diterangkan dengan interval duatahun dan diatur kedalam dalam empat sub-unting di seluruh tahun K-10 yang secara luas menggambarkan proses penyelidikan sejarah. Sub-untingnya adalah historical questions and research; analysis and use of sources; perspectives and interpretations; dan comprehension and communication. Sebuah fitur kunci dari rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk sejarah adalah perlakukan sejarah Australia dalam konteks sejarah regional dan dunia. Hal ini memberikan pada para siswa pengertian yang lebih baik mengenai kekayaan riwayat Australia, termasuk umur serta keunikan dari sejarah serta budaya Aboriginal dan Torres Strait Islander, maupun perubahan kedudukan dan peranan Australia di dunia, seperti misalnya posisi kita yang khas tersendiri di wilayah Asia-Pacific. Kurikulum Australia K-10 untuk sejarah dan kurikulum negara bagian dan teritori? Dokumen kurikulum sejarah negara bagian dan teritori yang sekarang telah ikut dipertimbangkan dalam pengembangan rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk sejarah. Di beberapa negara bagian dan teritori, sejarah bukan merupakan subjek yang terpisah sewaktu bersekolah selama K-10 tahun. Salah satu kesamaan adalah pergeseran di K-10 dari sejarah personal dan keluarga dari para siswa, melalui pelajaran mengenai sejarah lokal, negara bagian dan nasional, dan adanya cakupan beberapa aspek sejarah dunia di tahun-tahun terakhir sekolah dasar. Terdapat beberapa variasi dengan penekanan pada isi terhadap kurikulum negara bagian dan teritori yang ada sekarang, khususnya pada tahun-tahun di sekolah menengah bawah. Dilanjutkan di halaman berikut

4 Sejarah (halaman 2 dari 2) Penguraian keterampilan sejarah dengan interval dua tahun secara garis besar adalah sesuai dengan kurikulum negara bagian dan teritori. Walaupun demikian, terdapat perbedaan yang cukup besar antara negara bagian/teritori yang satu dengan yang lainnya dalam hal luasnya pilihan konteks sejarah. Rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk sejarah berbeda dengan dokumen kurikulum dari beberapa negara bagian dan teritori dalam hal: ikhtisar serta kajian secara mendalam digunakan sebagai organisator keterampilan sejarah, seperti riset, analisa sumber, interpretasi serta penggunaan barang bukti, adalah khas berdasarkan disiplin (ilmu) tertentu dan telah diberi kerangka secara garis besar oleh penyelidikan sejarah tersebut adanya studi yang dikembangkan oleh sekolah yang memberikan pilihan konteks sejarah dalam periode sejarah untuk masing-masing tahun dari Tahun 7 hingga 9. Hal ini berarti bahwa sekolah dan guru dapat memilih pelajaran yang tertentu, seperti misalnya, sejarah daerah lokal, untuk memenuhi kebutuhan serta minat dari para siswa. Referensi internasional apa saja yang telah Australia K-10 untuk sejarah? Unting pengetahuan serta pengertian sejarah (historical knowledge and understanding) meliputi konsep yang lebih luas lagi yang telah membentuk disiplin sejarah yang pada umumnya tidak ditemukan di kebanyakan kurikulum sejarah inaternasional. Konsep ini diperoleh dari riset yang terkini dalam bidang pemikiran sejarah dan pengajaran sejarah, atermasuk keedalamnya hasil pekerjaan dari para ahli sejarah seperti Peter Seixas, Sam Wineburg, Stephane Levesque, Jannet van Drie dan Carla van Boxtel. Proses pengembangan Kurikulum Australia K-10 untuk sejarah meliputi peninjauan dokumen kurikulum sejarah secara internasional, serta telah memperhitungkan riset yang mutakhir ke dalam pengajaran sejarah. Ia memberikan sejarah bangsa dalam konteks sejarah regional dan dunia, maupun memberikan sejarah regional dan dunia yang ditinjau dari perspektif nasional. Sebagian dari hal ini dicapai melalui penggunaan berbagai ikhtisar serta contoh perbandingan. Halaman 2

5 Matematika Apakah yang merupakan fitur kunci pada rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk matematika? Rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk matematika dibentuk dalam tiga unting isi serta empat unting kecakapan/keahlian. Unting isi adalah Number and algebra, Statistics and probability, dan Measurement and geometry. Isi dalam unting-unting tersebut menerangkan apa yang akan diajarkan pada para siswa. Unting kecakapan yaitu Understanding, Fluency, Problem solving dan Reasoning - menerangkan mengenai bagaimana cara isinya diselidiki atau dikembangkan melalui pemikiran serta melakukan matematika. Keahlian/kecakapan telah dimasukkan ke dalam uraianan isi dari masing-masing dari ketiga unting isi. Pendekatan ini memastikan bahwa kecakapan atau keahlian para siswa dalam keterampilan matematika dikembangkan melalui seluruh kurikulum dan semakin lama meningkat menjadi semakin ahli setelah sekolah selama bertahuntahun, dan para siswa mengembangkan kemampuan mereka untuk berpikir dan bertindak secara logis, seperti melakukan analisa, pembuktian, penilaian, menerangkan, menyimpulkan, memberikan alasan serta menyamaratakan. Kurikulum Australia K-10 untuk matematika dan kurikulum negara bagian dan teritori? Dokumen kurikulum matematika negara bagian dan teritori telah ikut dipertimbangkan pada pengembangan kurikulum matematika K-10. Rancangan kurikulum telah disesuaikan secara luas dengan dokumen-dokumen tersebut dalam hubungannya dengan Number and algebra dan Measurement and geometry. Dalam mengembangkan isi serta standar prestasi telah ikut dipertimbangkan Program Penilaian Nasional - Literasi dan Menghitung (National Assessment Program Literacy and Numeracy (NAPLAN) untuk tahun 2008 dan Dalam hal perbedaan, rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk matematika memberikan perhatian yang lebih besar akan bidang statistik dan probabilitas sebagai pengakuan akan kebutuhan para siswa untuk dapat menginterpretasikan data dalam abad ke-21 ini. Unting kecakapan/keahlian yang bersifat tertanam memiliki perbedaan yang amat kontras dibanding dengan dokumen negara bagian dan teritori yang memiliki unting proses secara terpisah yang sering disebut bekerja secara matematika (working mathematically). Terdapat unting yang terpisah guna memastikan bahwa proses-proses matematika berada dalam konteks yang sesuai dengan, dan bersangkutpaut dengan konsep matematika yang seharusnya. Referensi internasional apa saja yang telah Australia K-10 untuk matematika? Singapura merupakan salah satu di antara negaranegara yang memiliki kinerja tertinggi dalam matematika dari antara mereka yang ikut dalam Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2007). Inggris dan Amerika Serikat juga memiliki kinerja yang nyata lebih tinggi daripada Australia di tingkat Tahun 4 dan agak lebih tinggi pada tingkat Tahun 8. Rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk matematika pada dasarnya, adalah konsisten dengan dengan harapan yang diuraikan dalam kurikulum Amerika Serikat (United States of America (National Council of Teachers of Mathematics Standards)), kurikulum matematika Selandia Baru dan yang dimiliki oleh Finlandia dan Kerajaan Inggris Raya (United Kingdom). Laporan dari American Statistical Society, Guidelines in Assessment and Instruction in Statistical Education (GAISE) telah digunakan pada pengembangan dari unting statistik dan probabilitas. Sehubungan dengan kurikulum matematika Singapura, isi rancangan Kurikulum Australia diperkenalkan secara lebih lambat pada tahun-tahun permulaan dan pertama untuk memastikan agar para siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan pengertian yang mendalam sebelum mereka melanjutkan. Pada Tahun 10, tingkat kesulitan secara konseptual adalah serupa dengan yang diuraikan dalam dokumen Singapura.

6 Sains (halaman 1 dari 2) Apakah yang merupakan fitur kunci pada rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk sains? Rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk sains diatur disekeliling tiga unting yang saling berhubungan Science understanding, Science inquiry skills, dan Science as a human endeavour. Ia dirancang untuk: Menyiapkan para siswa untuk menggunakan sains untuk kehidupan serta sebagai warganegara yang aktif sehingga mereka dapat berfungsi secara efektif dalam masyarakat yang telah maju secara ilmiah dan teknologi menyediakan fondasi/dasar belajar dengan tujuan untuk melanjutkan belajar sains pada sekolah lanjutan tingkat senior, jurusan sains dan enjinering pada tingkatan universitas serta pendidikan teknik dan kejuruan dan pelatihan. Sebuah isu yang menyangkut pendidikan sains di Australia bukanlah perihal kinerja dari siswa kita dalam mengikuti pengujian internasional, melainkan keterlibatan serta minat siswa akan sains. Rancangan kurikulum sains berfokus pada relevansi sains secara pribadi dan praktis bagi para siswa maupun perhatian akan isu-isu sains yang kontemporer. Hal ini akan memberikan kepada para guru dasar untuk mengajarkan sains dengan cara yang akan melibatkan para siswa dengan cara yang menarik dan berarti, serta akan mempersiapkan mereka untuk menggunakan sains dalam kehidupan sehari-hari. Rancangan Kurikulum Australia K 10 untuk sains: menekankan pada model pengajaran serta pembelajaran yang berdasarkan pada penyelidikan dan keterlibatan secara aktif mengidentifikasikan pengetahuan utama sains, pengertian dan keterampilan namun menghindar dari membebani kurikulum secara berlebihan dan memberi waktu kepada para siswa untuk mengembangkan pengertian yang lebih mendalam mengenai konsep-konsep utama mencakup isi dengan fokus atas berbagai isu kontemporer dan masa depan yang relevan terhadap kehidupan para siswa Australia, seperti misalnya perihal kelestarian, air di Australia, kesehatan, aplikasi genetika, enerji terbaharui, pemanasan global, perubahan iklim, inovasi teknologi dan enjinering memungkinkan studi tentang berbagai konteks lokal di mana para siswa dapat memahami ide-ide yang akan dipelajari secara lebih masuk akal. Kurikulum Australia K-10 untuk sains dan kurikulum negara bagian dan teritori? Dokumen kurikulum negara bagian dan teritori yang sekarang telah ikut dipertimbangkan sewaktu pengembangan kurikulum K-10 untuk sains, dengan mencatat hal-hal berikut: jangkauan dan susunan dari rancangan Kurikulum Australia untuk sains telah secara luas disesuaikan dengan kurikulum yang ada sehubungan dengan berbagai keterampilan penyelidikan sains dan pengertian perihal sains unting dalam rancangan Kurikulum Australia yang disebut science as a human endeavour secara relatif merupakan suatu pengembangan baru sehubungan dengan kurikulum sains di negara bagian dan teritori untuk K hingga Tahun 6/7 dan untuk sebagain di Tahun 7/8 hingga 10 tidak terdapatnya pengadaan sub-unting (seperti life and living, earth and space, energy and change untuk Tahun K hingga 6; atau seperti biological sciences, earth and environmental sciences untuk Tahun 7/8 hingga 10) di rancangan Kurikulum Australia merupakan perbedaan terhadap kebanyakan kurikulum yang telah ada. Hal ini adalah untuk menghindari terbentuknya sebuah lapisan yang rumit pada struktur kurikulum Itu, namun mungkin saja orang akan dapat mengadakan sebuah pandangan sambung jaring dari kurikulum itu dengan menggunakan cara pengadaan semacam itu sekiranya diperlukan. berbagai unit Primary Connections yang sudah ada dan yang diusulkan, serta telah diimplementasikan di berbagai sekolah dasar Australia, sekarang disejajarkan dengan isi dari rancangan Kurikulum Australia untuk sains. Dilanjutkan di halaman berikut

7 Sains (halaman 2 dari 2) Referensi internasional apa saja yang telah Australia K-10 untuk sains? Australia telah merupakan salah satu negara engan kinerja tertinggi dalam literasi sains (scientific literacy) di antara mereka yang ikut serta dalam Program Penilaian Siswa Internasional (Programme for International Student Assessment (PISA)) Rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk sains telah diberitahu oleh berbagai dokumen kurikulum internasional utama dari negara-negara lainnya yang berkinerja tinggi, termasuk kedalamnya yaitu Kerajaan Inggris, Selandia Baru, Singapura, Finlandia dan Ontario, maupun oleh badan riset utama dalam bidang pendidikan sains. Berbagai titik referensi internasional utama lainnya adalah : National Science Education Standards (National Research Council, USA, 1996) Benchmarks for Science Literacy (American Association for the Advancement of Science, Project 2061, USA, 1993) 21st Century Skills Map for Science (Partnership for 21st Century Skills and National Science Teachers Association, USA, 2009) Independent Review of the Primary Curriculum (Rose, UK, 2009) Australian School Science Education National Action Plan (Goodrum and Rennie, 2007) Re-imagining Science Education: Engaging students in science for Australia s future (Tytler, 2007). Halaman 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Usaha pendidikan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan pada hampir semua mata pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penilaian 2.1.1 Pengertian Penilaian Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Sudjana, 2006). Menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persentase Skor (%) 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasannya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Untuk mengetahui ketercapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,

Lebih terperinci

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains telah menjadi istilah yang digunakan secara luas sebagai karakteristik penting yang harus dimiliki oleh setiap warga negara dalam masyarakat modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional selain matematika dan bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pengajaran membaca pemahaman merupakan salah satu aspek pokok dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam kegiatan membaca siswa dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan negara saat ini tidak terlepas dari mutu SDM-nya. Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu SDM adalah pendidikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat dari maju atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, dan sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih

BAB I PENDAHULUAN. agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Praktikum menjadi sarana pengenalan bahan dan peralatan yang semula dianggap abstrak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan adalah faktor penentu kemajuan

Lebih terperinci

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sains dalam kehidupan manusia membuat kemampuan melek (literate) sains menjadi sesuatu yang sangat penting. Literasi sains merupakan tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Henita Septiyani Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Henita Septiyani Pertiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat penulis melakukan studi pendahuluan pencapaian literasi kepada satu kelas yang berjumlah 40 siswa di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berubahnya kondisi masyarakat dari masa ke masa, idealnya pendidikan mampu melihat jauh ke depan dan memikirkan hal-hal yang akan dihadapi siswa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih berkembang hingga saat ini. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah puas, dalam artian manusia terus menggali setiap celah didalam kehidupan yang dapat mereka kembangkan demi memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MASALAH

LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tuntutan kualitas sumber daya manusia era globalisasi abad 21 sangat tinggi dan kompleks. Kerangka kompetensi abad 21 dari 21 st Century Skills, Education,

Lebih terperinci

Education and Human Development Journal, Vol. 02. No. 01, April 2017

Education and Human Development Journal, Vol. 02. No. 01, April 2017 19 PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN LITERASI SAINS BERORIENTASI PROGRAMME FOR INTERNATIONAL STUDENT ASSESSMENT (PISA) Ifa Seftia Rakhma Widiyanti, Anggun Winata, Sri Cacik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

Kurikulum Australia L E M B A R A N I N F O R M A S I

Kurikulum Australia L E M B A R A N I N F O R M A S I Bagaimana caranya untuk memberikan umpan balik atas rancangan Kurikulum Australia K-10?Australia? Rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk bahasa Inggris, matematika, sains dan sejarah akan tersedia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana menumbuh kembangkan potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut Sahertian (2008: 26) pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di Indonesia menggunakan konteks kurikulum 2013 edisi revisi 2016 yang digunakan sebagai inti dari proses pendidikan. Kurikulum ini diharapkan dapat

Lebih terperinci

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Oleh: Laila Rahmawati, S.Ag, SS., M.Hum Disampaikan pada: Sosialisasi Sekolah Aman dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Program Sekolah Rujukan SMAN 2 Kuala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu membangun kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Gusliana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Gusliana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kualitas sumber daya suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikan, yaitu dalam pembelajaran. Kualitas pembelajaran salah satunya berkaitan dengan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pembentukan kepribadian manusia. Pada dasarnya pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan maka evaluasi terhadap segala aspek yang berhubungan dengan kualitas pendidikan terus dilakukan. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peran penting yang mendasari perkembangan teknologi modern dalam berbagai disiplin ilmu dalam bidang kehidupan.

Lebih terperinci

Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS

Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS Kurniasih Budi Kompas.com - Senin, 23 April 2018 Ilustrasi.(www.shutterstock.com) JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam Program for International Students Asessment

Lebih terperinci

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abad 21 merupakan abad kompetitif di berbagai bidang yang menuntut kemampuan dan keterampilan baru yang berbeda. Perubahan keterampilan pada abad 21 memerlukan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya (Fa turrahman dkk,

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya (Fa turrahman dkk, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan semua manusia di dunia ini, baik anakanak dan orang dewasa, bahkan para orang tua juga masih membutuhkannya. Pendidikan dapat membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014 BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di Indonesia yang sederajat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Perbedaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Upaya peningkatan mutu pendidikan dapat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI Jumarniati 1, Rio Fabrika Pasandaran 2, Achmad Riady 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade terakhir ini, daya saing negara Indonesia ditengahtengah persaingan dengan negara lain cenderung tidak memuaskan. Hal ini tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan. Fungsi pendidikan beradasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan. Fungsi pendidikan beradasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan. Fungsi pendidikan beradasarkan UU tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu penting sebagai dasar dalam berbagai bidang terutama IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) sehingga matematika harus dipelajari serta dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analitis dan imajinasi yang ada dalam dirinya. kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. analitis dan imajinasi yang ada dalam dirinya. kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulisan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Study (TIMSS) merupakan penilaian internasional terkait

BAB I PENDAHULUAN. Study (TIMSS) merupakan penilaian internasional terkait BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan penilaian internasional terkait pengetahuan matematika dan sains untuk peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses pembentukan kepribadian dan pola pikir siswa. Salah satu pembelajaran yang mampu membentuk kepribadian dan pola pikir siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu menyimak (Hőren), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH (1 UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH Anim* 1, Elfira Rahmadani 2, Yogo Dwi Prasetyo 3 123 Pendidikan Matematika, Universitas Asahan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si.

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM 2013 Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. Disajikan dalam Pelatihan Guru MI Persis Gandok Tasikmalaya, 11 Juli 2017 Outline 1. Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu berpikir kritis di era globalisasi. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya adalah proses memanusiakan manusia, maka program pendidikan seharusnya dapat menjawab kebutuhan manusia secara utuh dalam menghadapi kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

Mengingat pentingnya LS, ternyata Indonesia juga telah memasukan LS ke dalam kurikulum maupun pembelajaran. Salah satunya menerapkan Kurikulum

Mengingat pentingnya LS, ternyata Indonesia juga telah memasukan LS ke dalam kurikulum maupun pembelajaran. Salah satunya menerapkan Kurikulum A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini masyarakat sangat bergantung pada teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan (sains). Sains menjadi salah satu kunci menghadapi tantangan di masa

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, dan kemampuan seseorang untuk menerapkan sains bagi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelek tingkat tinggi yang

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: Potensi Model Pembelajaran Pure Hypothetical Inquiry untuk Mengembangkan Kemampuan Kreatif Peserta didik pada Abad 21 di Palembang Dyna Natalia Universitas Muhammadiyah Palembang Email: dynanatalia@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa depan bangsa sangat tergantung pada kondisi pendidikan karena pendidikan merupakan investasi masa depan bangsa dimana anak bangsa dididik agar bisa meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang adalah kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan sains. Kemampuan

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung Pengaruh Integrasi Proses Reasearching Reasoning Reflecting (3R) pada Model Problem Basel Learning (PBL) terhadap Domain Literasi Saintifik Siswa SMA Kelas X A.I. Irvani 1*, A. Suhandi 2, L. Hasanah 2

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMODELAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMODELAN Seminar Nasional Kedua Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan ISBN: 978-602-361-102-7 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMODELAN Erika Eka Santi Universitas Muhammadiyah Ponorogo erikapmatumpo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku adalah komponen penting dalam proses pembelajaran. Buku teks atau buku ajar merupakan bahan pengajaran yang paling banyak digunakan diantara semua bahan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI TENTANG LITERASI QUANTITATIF

PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI TENTANG LITERASI QUANTITATIF PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI TENTANG LITERASI QUANTITATIF Oleh: ENI NURAENI DAN ADI RAHMAT ABSTRAK Persoalan rendahnya berbagai hasil tes literasi kuantitatif siswa Indonesia pada level internasional

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS Ani Rusilowati Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang email: rusilowati@yahoo.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJAAN MATEMATIKA DAN SAINS: PENDEKATAN DAN STRATEGI

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJAAN MATEMATIKA DAN SAINS: PENDEKATAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJAAN MATEMATIKA DAN SAINS: PENDEKATAN DAN STRATEGI Asep Sapa at Pendekatan Ketrampilan Metakognitif untuk Meningkatkan Kompetensi Matematika Siswa Slamet Upaya Peningkatan Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Pendidikan adalah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam menjelajah dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Fisika UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2016

Program Studi Pendidikan Fisika UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2016 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Fisika Drs. Ishafit, M.Si. ishafit@pfis.uad.ac.id ; hafit_uad@yahoo.com http://ishafit.pfis.uad.ac.id Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sains Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan di sekolah memiliki tujuan agar peserta didik mampu mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta mampu mengembangkan dan menerapkan

Lebih terperinci

Peran Kemampuan Literasi Matematis pada Pembelajaran Matematika Abad-21

Peran Kemampuan Literasi Matematis pada Pembelajaran Matematika Abad-21 PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Peran Kemampuan Literasi Matematis pada Pembelajaran Matematika Abad-21 Nevi Trianawaty Anwar Program Pascasarjana, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORETIS

BAB II. LANDASAN TEORETIS DAFTAR ISI Halaman BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah 10 C. Rumusan Masalah 12 D. Definisi Operasional 14 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 20 F. Pola Pikir Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Literasi sains didefinisikan oleh The National Science Education Standards

BAB 1 PENDAHULUAN. Literasi sains didefinisikan oleh The National Science Education Standards BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fisika salah satu ilmu yang menjelaskan teori berdasarkan fenomenafenomena yang terjadi di alam yang dapat diukur dan diamati. Fisika didefinisikan sebagai suatu teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya dapat

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP Nyemas Plisa, Bambang Hudiono, Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak Email: nyemasplisapradanita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, tidak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu universal. Aplikasi konsep matematika dari yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu studi internasional yang mengukur tingkat pencapaian kemampuan sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study (TIMSS) yang dikoordinasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa disadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survey dari Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi literasi matematika Indonesia pada tahun 2000 berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dimiliki setiap orang. Literasi adalah proses membaca, menulis, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dimiliki setiap orang. Literasi adalah proses membaca, menulis, berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan literasi adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk dimiliki setiap orang. Literasi adalah proses membaca, menulis, berbicara, mendengarkan,

Lebih terperinci

THE THIRD INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY (TIMSS) Tatang Herman

THE THIRD INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY (TIMSS) Tatang Herman THE THIRD INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY (TIMSS) Tatang Herman 1. Apakah TIMSS? The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi komparatif internasional yang

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK 2016-2017 PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS No. Kode MK Nama Matakuliah Nama Matakuliah Kegiatan Status Semester (in English) K Pr W P ke Pendidikan Agama 0001212001

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4. Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4. Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo JPM IAIN Antasari Vol. 1 No. 1 Juli Desember 2013, pp. 1-8 MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4 Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo Abstrak PISA (Program International for Student Assessment)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dandi Oktaviana Maulid, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dandi Oktaviana Maulid, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa bunyi atau suara yang dihasilkan alat indra manusia yang terdiri atas kata atau kumpulan kata yang tiap katanya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecakapan hidup atau life skills mengacu pada beragam kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan yang penuh kesuksesan dan kebahagiaan, seperti kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan potensi individu yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajran Bertema Alat Ukur Pada Kendaraaan Bermotor Untuk Meningkatkan Literasi Fisika

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajran Bertema Alat Ukur Pada Kendaraaan Bermotor Untuk Meningkatkan Literasi Fisika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempelajari IPA berarti mempelajari tentang alam, mempelajari gejalagejala alam dan keteraturannya serta mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N 2 Widodaren Ngawi)

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA Prabawati, M. N. p-issn: 2086-4280; e-issn: 2527-8827 ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA THE ANALYSIS OF MATHEMATICS PROSPECTIVE TEACHERS MATHEMATICAL LITERACY SKILL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI, 2006) secara eksplisit dicantumkan beberapa kemampuan dan sikap siswa yang harus dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat. Notoatmodjo (2003:16), menjelaskan bahwa : "Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat. Notoatmodjo (2003:16), menjelaskan bahwa : Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia seutuhnya baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Notoatmodjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sudah 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sudah dipelajarisejak taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Seiring berjalannya waktu dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran. Matematika merupakan pelajaran penting diberikan sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan adalah pelajaran matematika. Peran

Lebih terperinci