Dalam menyelenggarakan tugas, Direktorat Jenderal Bina Marga menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dalam menyelenggarakan tugas, Direktorat Jenderal Bina Marga menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :"

Transkripsi

1 1. PENDAHULUAN 1.1. TUGAS DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Presiden R.I. Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, ditegaskan bahwa tugas Departemen Pekerjaan Umum adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum. Sesuai dengan Peraturan Presiden tersebut, dalam lingkup departemen, Menteri Pekerjaan Umum telah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 08/PRT/M/2010 tanggal 8 Juli 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga mempunyai tugas Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang bina marga. Dalam menyelenggarakan tugas, Direktorat Jenderal Bina Marga menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. perumusan kebijakan di bidang bina marga yang meliputi penyelenggaraan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa; b. pelaksanaan kebijakan di bidang bina marga meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa, serta penanggulangan darurat dan rehabilitasi kerusakan jalan akibat bencana alam; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina marga; d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina marga meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa; dan LAKIP DITJEN BINA MARGA

2 e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Marga STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik pada sistem pemerintahan Kabinet Bersatu ke I disusun Peraturan Presiden R.I. Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia. Sebagai manifestasi dari Perpres tersebut maka disusun Peraturan Menteri PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum telah ditetapkan organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Sebagai gambaran jumlah eselon di lingkungan Ditjen Bina Marga pada tahun 2011 sebagai berikut: a. Satminkal Eselon I : 1 unit b. Unit Kerja Eselon II : 14 unit (6 Direktorat dan 8 BBPJN) c. Unit Kerja Eselon III : 71 unit (termasuk 3 BPJN) d. Unit Kerja Eselon IV : 150 unit Struktur organisasi Direktorat Jenderal Bina Marga seperti disajikan pada Gambar 1. LAKIP DITJEN BINA MARGA

3 JABATAN FUNGSIONAL DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BAGIAN KEPEGAWAIAN & ORTALA BAGIAN KEUANGAN & UMUM BAGIAN HUKUM & PER-UU BAGIAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA JABATAN FUNGSIONAL DIREKTORAT BINA PROGRAM DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT BINA PELAKSANAAN WILAYAH I DIREKTORAT BINA PELAKSANAAN WILAYAH II DIREKTORAT BINA PELAKSANAAN WILAYAH III SUBBAG TU SUBBAG TU SUBBAG TU SUBBAG TU SUBBAG TU KEBIJAKAN & STRATEGI TEKNIK JALAN SISTEM PENGENDALIAN WILAYAH I SISTEM PENGENDALIAN WILAYAH II SISTEM PENGENDALIAN WILAYAH III PROGRAM & ANGGARAN TEKNIK JEMBATAN WILAYAH IA WILAYAH IIA WILAYAH IIIA PEMBIAYAAN & KERJASAMA LUAR NEGERI TEKNIK LINGKUNGAN & KESELAMATAN JALAN WILAYAH IB WILAYAH IIB WILAYAH IIIB PENGEMBANGAN SISTEM & EVALUASI KINERJA TEKNIK JALAN BEBAS HAMBATAN & JALAN WILAYAH IC WILAYAH IIC WILAYAH IIIC INFORMASI & KOMUNIKASI PENGADAAN TANAH WILAYAH ID WILAYAH IID WILAYAH IIID JABATAN FUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL BALAI I S/D X Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Jenderal Bina Marga terdiri atas: 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga; 2. Direktorat Bina Program; 3. Direktorat Bina Teknik; 4. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah I; 5. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II 6. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah III; 7. Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional I s/d XI. Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga. Dalam melaksanakan tugas LAKIP DITJEN BINA MARGA

4 tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga menyelenggarakan fungsi: 1. pengelolaan pegawai meliputi perencanaan, pembinaan, dan pengembangan, pembinaan jabatan fungsional bidang jalan dan, koordinasi perijinan keluar negeri, serta evaluasi dan penyusunan organisasi dan tata laksana; 2. penyusunan rencana pengelolaan, pelaporan keuangan, dan pembinaan administrasi keuangan; 3. pengelolaan prasarana dan sarana perkantoran serta pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Jenderal Bina Marga; 4. penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pembinaan hukum dan pemberian bantuan hukum; dan 5. pengelolaan administrasi dan akuntansi barang milik negara Direktorat Jenderal Bina Marga, dan leger jalan nasional. Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga terdiri atas : 1. Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tatalaksana; 2. Bagian Keuangan dan Umum; 3. Bagian Hukum dan Perundang-undangan; 4. Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara; dan 5. Kelompok Jabatan Fungsional. Direktorat Bina Program Direktorat Bina Program mempunyai tugas menyusun kebijakan dan strategi, menyusun program dan anggaran, menyusun sistem pembiayaan dan pola investasi, melakukan pengembangan sistem dan melaksanakan evaluasi kinerja di bidang Bina Marga, serta melaksanakan pengelolaan informasi dan komunikasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Program menyelenggarakan fungsi : 1. penyusunan kebijakan dan strategi penyelenggaraan jalan; LAKIP DITJEN BINA MARGA

5 2. penyusunan rencana umum sistem penyelenggaraan jalan; 3. penyusunan program dan anggaran penyelenggaraan jalan; 4. penyusunan sistem pembiayaan jalan dan pola investasi serta pengelolaan kerjasama luar negeri; 5. pengembangan sistem, pengolahan data dan evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan; 6. pengelolaan informasi dan komunikasi; dan 7. pelaksanaan tata usaha Direktorat Bina Program 8. Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat Bina Program terdiri atas : 1. Subdirektorat Kebijakan dan Strategi; 2. Subdirektorat Program dan Anggaran; 3. Subdirektorat Pembiayaan dan Kerja Sama Luar Negeri; 4. Subdirektorat Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja; 5. Subdirektorat Informasi dan Komunikasi Direktorat Bina Teknik Direktorat Bina Teknik mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis jalan dan jembatan, teknis lingkungan serta perencanaan teknik dan pengadaan tanah jalan bebas hambatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Teknik menyelenggarakan fungsi: 1. penyusunan norma, standar, pedoman, prosedur, kriteria teknik jalan, dan jembatan; 2. pembinaan teknik jalan dan jembatan; 3. pembinaan pengelolaan dan analisis lingkungan jalan dan jembatan termasuk mitigasi bencana alam serta keselamatan jalan; 4. penyusunan perencanaan teknis jalan bebas hambatan dan pembinaan teknis jalan perkotaan; 5. pengadaan tanah; dan LAKIP DITJEN BINA MARGA

6 6. pelaksanaan tata usaha Direktorat Bina Teknik Direktorat Bina Teknik terdiri atas: 1. Subdirektorat Teknik Jalan; 2. Subdirektorat Teknik Jembatan; 3. Subdirektorat Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan; 4. Subdirektorat Teknik Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Perkotaan; 5. Subdirektorat Pengadaan Tanah; 6. Subbagian Tata Usaha; dan 7. Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah I Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah I mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan jalan nasional dan pembinaan teknik jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa di wilayah Pulau Sumatera. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah I menyelenggarakan fungsi: 1. penyiapan rencana kegiatan penyelenggaraan jalan nasional dan pembinaan teknik termasuk bimbingan teknis penyelenggaraan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa; 2. pembinaan pengadaan tanah jalan nasional; 3. penyiapan rekomendasi laik fungsi jalan nasional; 4. pembinaan penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan jalan akibat bencana alam; 5. pembinaan pelaksanaan konstruksi dan penggunaan bahan dan peralatan; 6. penilaian usulan program penanganan jalan nasional dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional; LAKIP DITJEN BINA MARGA

7 7. penilaian usulan program penanganan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa yang dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus dan dana pusat lainnya; 8. pembinaan manajemen kontrak termasuk fasilitasi perubahan dokumen anggaran; 9. pelaksanaan bimbingan teknis pelaksanaan jalan nasional termasuk jalan bebas hambatan; 10. pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa termasuk pengaturan, pembinaan, dan pengendalian fungsi dan manfaat jalan; dan 11. pelaksanaan tata usaha Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah I. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah I terdiri atas : 1. Subdirektorat Sistem Pengendalian Wilayah I; 2. Subdirektorat Wilayah I A (Provinsi Aceh dan Riau); 3. Subdirektorat Wilayah I B (Provinsi Sumatera Utara dan Kepulauan Riau); 4. Subdirektorat Wilayah I C (Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung); 5. Subdirektorat Wilayah I D (Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung); 6. Subbagian Tata Usaha; dan 7. Kelompok Jabatan Fungsional. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II Direktorat Bina pelaksanaan Wilayah II mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan jalan nasional dan pembinaan teknik jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa di wilayah Pulau Jawa, Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II menyelenggarakan fungsi: LAKIP DITJEN BINA MARGA

8 1. penyiapan rencana kegiatan penyelenggaraan jalan nasional dan pembinaan teknik termasuk bimbingan teknis penyelenggaraan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa; 2. pembinaan pengadaan tanah jalan nasional; 3. penyiapan rekomendasi laik fungsi jalan nasional; 4. pembinaan penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan jalan akibat bencana alam; 5. pembinaan pelaksanaan konstruksi dan penggunaan bahan dan peralatan; 6. penilaian usulan program penanganan jalan nasional dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional; 7. penilaian usulan program penanganan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa yang dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus dan dana pusat lainnya; 8. pembinaan manajemen kontrak termasuk fasilitasi perubahan dokumen anggaran; 9. pelaksanaan bimbingan teknis pelaksanaan jalan nasional termasuk jalan bebas hambatan; 10. pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa termasuk pengaturan, pembinaan, dan pengendalian fungsi dan manfaat jalan; dan 11. pelaksanaan tata usaha Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II terdiri atas : 1. Subdirektorat Sistem Pengendalian Wilayah II; 2. Subdirektorat Wilayah II A (Provinsi: Banten, Jabodetabek); 3. Subdirektorat Wilayah II B (ProvinsiJawa Barat, Jawa Tengah, DIY); 4. Subdirektorat Wilayah II C (ProvinsiJawa Timur, Bali, NTB, NTT); 5. Subdirektorat Wilayah II D (ProvinsiKalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan) 6. Subbagian Tata Usaha; dan LAKIP DITJEN BINA MARGA

9 7. Kelompok Jabatan Fungsional. Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah ah III Direktorat Bina pelaksanaan Wilayah III mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan jalan nasional dan pembinaan teknik jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa di wilayah Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah III menyelenggarakan fungsi: 1. penyiapan rencana kegiatan penyelenggaraan jalan nasional dan pembinaan teknik termasuk bimbingan teknis penyelenggaraan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa; 2. pembinaan pengadaan tanah jalan nasional; 3. penyiapan rekomendasi laik fungsi jalan nasional; 4. pembinaan penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan jalan akibat bencana alam; 5. pembinaan pelaksanaan konstruksi dan penggunaan bahan dan peralatan; 6. penilaian usulan program penanganan jalan nasional dari balai besar pelaksanaan jalan nasional; 7. penilaian usulan program penanganan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa yang dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus dan dana pusat lainnya; 8. pembinaan manajemen kontrak termasuk fasilitasi perubahan dokumen anggaran; 9. pelaksanaan bimbingan teknis pelaksanaan jalan nasional termasuk jalan bebas hambatan; 10. pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa termasuk pengaturan, pembinaan, dan pengendalian fungsi dan manfaat jalan; dan 11. pelaksanaan tata usaha Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah III. LAKIP DITJEN BINA MARGA

10 Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah III terdiri atas: 1. Subdirektorat Sistem Pengendalian Wilayah III; 2. Subdirektorat Wilayah III A (Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah); 3. Subdirektorat Wilayah III B (Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara); 4. Subdirektorat Wilayah III C (Provinsi Maluku, Maluku Utara) 5. Subdirektorat Wilayah III D (Provinsi Papua, Papua Barat) 6. Subbagian Tata Usaha; dan 7. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing masing berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional tersebut dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal. Jumlah tenaga fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut diatur berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional mempunyai tugas melaksanakan dan mengendalikan jalan nasional dalam penyusunan program, perencanaan teknis, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi, pengendalian mutu, pelayanan dan penyediaan bahan dan peralatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional menyelenggarakan fungsi: LAKIP DITJEN BINA MARGA

11 1. Penyiapan data dan informasi, penyiapan bahan penyusunan program penanganan, pelaksanaan dan pengendalian perencanaan teknik jalan dan jembatan, persetujuan justifikasi/pertimbangan teknis; 2. Pelaksanaan audit keselamatan jalan; 3. Pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan; 4. Pemantauan dan evaluasi standar pelayanan minimal jalan; 5. Pelaksanaan dan pengawasan konstruksi jalan nasional termasuk jalan bebas hambatan; 6. Pengendalian fungsi dan manfaat jalan nasional; 7. Pelaksanaan pengadaan tanah jalan nasional; 8. Pelaksanaan pengamanan fisik dan sertifikasi hasil pengadaan tanah jalan nasional; 9. Pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan bencana yang berdampak pada jalan; 10. Penyediaan saran teknis penyelenggaraan jalan provinsi, kabupaten, kota, dan desa; 11. Pelaksanaan penerapan sistem manajemen mutu pada kegiatan balai besar pelaksanaan jalan nasional; 12. Pengadaan, pemanfaatan, penyimpanan, pemeliharaan dan pelayanan bahan dan peralatan jalan dan jembatan, serta pengujian mutu konstruksi; 13. Penyusunan Laporan akuntansi keuangan dan akuntansi Barang Milik Negara sebagai Unit Akuntansi Wilayah; dan 14. Penatausahaan administrasi kepegawaian, keuangan, organisasi dan tatalaksana kerja balai dan urusan rumah tangga serta pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional terdiri dari: 1. Bagian Tata Usaha; 2. Bidang Perencanaan; LAKIP DITJEN BINA MARGA

12 3. Bidang Pelaksanaan; 4. Bidang Sistem Manajemen Mutu; 5. Bidang Pengujian dan Peralatan; dan 6. Kelompok Jabatan Fungsional; 1.3. LINGKUNGAN STRATEGIS Secara umum lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap program penyelenggaraan jalan terbagi menjadi 2 yaitu : A. ISU STRATEGIS GLOBAL DAN REGIONAL Untuk meningkatkan daya tarik suatu negara, diperlukan usahausaha konkrit untuk meningkatkan competitiveness negara. Salah satu tingkat competitiveness yang menjadi referensi para investor untuk menanamkan uangnya di wilayah adalah, keberadaan infrastruktur dan kualitas infrastruktur, dan hal ini disebutkan dalam studi Asian Development Bank (2010: Country Diagnostics Studies: Indonesia: Critical Development Constraints). Studi ADB ini melihat peluang dan tantangan/masalah yang dihadapi Indonesia apabila ingin menjadi negara mandiri, High level income country pada Ada beberapa rekomendasi yang dipersyaratkan ADB, dengan membandingkan pattern dari negara-negara maju, serta kondisi serta progress penyelenggaraan infrastruktur secara keseluruhan dan infrastruktur jalan secara khusus. Temuan studi ADB (2010) paling tidak dapat dikategorikan jadi 3 golongan, yakni sebagai berikut: 1. Infrastruktur yang tidak memadai dan berkualitas rendah, terutama pada jaringan transportasi dan Tanggapan Investor tentang Hambatan terkait Infrastruktur (% responden) LAKIP DITJEN BINA MARGA

13 penyediaan listrik, serta penyediaan irigasi di beberapa provinsi; 2. Kelemahan pada tata kelola pemerintahan (governance) dan institusi terutama kontrol terhadap korupsi, peningkatan efektivitas pemerintahan, dan pencegahan terhadap aksi terorisme dan kekerasan; 3. Akses pendidikan yang tidak merata dan kualitas pendidikan yang rendah terutama pada sekolah menengah dan kejuruan. 1 Dalam temuan studi terutama dikaitkan dengan infrastruktur jalan adalah sebagai berikut: Kualitas Infrastruktur Utama (Peringkat dari 133 Negara) Cakupan Jaringan Jalan Temuan-temuan tersebut merupakan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh pemerintah untuk meningkatkan peran sektor jalan sebagai bagian dari pengembangan wilayah. Logistic Performance Index (LPI) Indeks ini merupakan temuan dari studi Bank Dunia pada tahun 2010, studi ini pertama dilakukan pada 2007 dengan melihat sekitar 155 negara dan hampir 1000 badan swasta yang bergerak pada logistik. Penilaian dilakukan dengan memperhatikan 6 elemen, yakni: LAKIP DITJEN BINA MARGA

14 a. Tingkat Efisiensi dari proses bea cukai b. Kualitas dari infrastruktur yang berhubungan dengan perdagangan dan infrastruktur c. Tingkat kemudahan untuk menetapkan harga pengiriman via kapal yang kompetitif d. Tingkat kompetensi dan kualitas dari pelayanan logistik e. Kemampuan untuk melakukan perkiraan serta prediksi tentang jadwal pengapalan dari perusahaan f. Frekuensi kedatangan kapal dibandingkan dengan jadwal dan perkiraan waktu yang ada. Cara penilaian LPI adalah dengan membuat rating 1 s/d 5, semakin tinggi angka semakin baik ratingnya. Indonesia yang secara global memiliki angka 2.76 tidak didukung oleh aspek infrastruktur, karena angka infrastruktur lebih rendah dari peringkat LPI Indonesia.. Global Competitiveness Index (GCI) Sejak 2005, World Economic Forum telah melakukan analisis daya saing terhadap negara-negara di dunia berdasarkan Global Competitiveness Index (GCI) indeks yang sangat komprehensif dan mencakup dasar-dasar mikroekonomi serta makroekonomi daya saing nasional--. GCI menunjukkan sejauh mana daya saing nasional sebagai fenomena yang kompleks, yang dapat ditingkatkan hanya melalui serangkaian reformasi dalam bidang yang beragam yang LAKIP DITJEN BINA MARGA

15 mempengaruhi produktivitas jangka panjang suatu negara. Reformasi ini mulai dari tata pemerintahan yang baik dan stabilitas makroekonomi dengan efisiensi pasar faktor produksi, adopsi teknologi, dan inovasi potensi (faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 12 Pilar Daya Saing). GCI telah digunakan oleh sejumlah negara-negara dan lembagalembaga sebagai tolak ukur daya saing nasional yang jelas dan intuitif. Struktur kerangka GCI berguna bagi reformasi kebijakan prioritas karena memungkinkan suatu negara untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari lingkungan dan daya saing nasional untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang paling menghambat pembangunan ekonomi masing-masing negara. Lebih spesifik lagi, GCI menyediakan kerangka untuk berwacana antara pemerintah, bisnis, dengan masyarakat sipil, yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam reformasi peningkatan produktivitas, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup warga negara di dunia. Dari simulasi data World Economic Forum 2009, 2010, dan 2011 ditemukan bahwa infrastruktur jalan masih belum mendukung tingkat kompetitif Indonesia. Akan tetapi, infrastruktur tersebut masih merupakan hambatan karena nilai yang diperoleh oleh infrastruktur jalan (seluruh infrastruktur jalan, tidak hanya jalan nasional saja) adalah lebih buruk daripada rating competitiveness index yang dikeluarkan oleh World Economic Forum. Tingkat kompetitif Indonesia dibandingkan Negara-negara tetangga LAKIP DITJEN BINA MARGA

16 Tingkat kompetitif Indonesia dibandingkan Negara-negara tetangga 2010 Tingkat kompetitif Indonesia dibandingkan Negara-negar negara a tetangga 2011 Faktor penilai China Indonesia Malaysia Filipina Singapura Global Competitiveness Index Kualitas infrastruktur keseluruhan Kualitas jalan Kualitas jalan kereta Kualitas stasiun Kualitas infrastruktur udara Tabel-tabel Tingkat Kompetitif diatas menggambarkan beberapa hal : 1. Simulasi ketiga tabel hanya terbatas pada kualitas infrastruktur saja dibandingkan dengan total Global Competitiveness index. Semakin kecil angka yang diperoleh semakin baik negara tersebut dalam kualitas penyelenggaraannya. 2. Dapat disimpulkan bahwa Indonesia pada Global Competitiveness index mengalami fluktuasi peringkat kompetisi dari peringkat 54 pada 2009, naik menjadi tingkat 44 pada 2010 lalu turun lagi menjadi 46 pada tahun Tetapi dilihat dari kualitas infrastruktur jalan di Indonesia, terjadi peningkatan dari tingkat 94 pada 2009, meningkat pada tahun 2010 menjadi 84, dan semakin membaik di 2011 menjadi tingkat Walaupun ada peningkatan ataupun penyempurnaan, secara umum infrastruktur jalan masih bukan sebagai pendukung rating LAKIP DITJEN BINA MARGA

17 kompetisi hal ini dibuktikan dengan angka peringkat masih jauh dibawah peringkat Global Competitiveness Index. Ketika 2009 GCI 54, akan tetapi pada tahun yang sama kualitas infrastruktur jalan 94. Pada 2010 GCI 44, kualitas infrastruktur jalan 84, sedangkan tahun 2010 GCI 46 dan kualitas infrastruktur jalan 82. Ini berarti jalan masih merupakan hambatan terhadap tingkat kompetisi bukan sebagai pendorong. Yang menarik dalam elemen penilaian adalah kualitas infrastruktur dalam kaitannya dengan transportasi. Apabila berasumsi pada tingkat penggunaan jalan diantara transportasi, yang mencapai kurang lebih 90% (untuk penumpang 84% dan barang 90,4%) dari total transportasi, maka kualitas infrastruktur yang dimaksud adalah transportasi jalan, baik sebagai sarana transportasi maupun pintu menuju pelabuhan-pelabuhan B. ISU STRATEGIS LOKAL Dukungan Ditjen Bina Marga terhadap MP3EI Koridor Sumatera LAKIP DITJEN BINA MARGA

18 KORIDOR KEGIATAN KETERANGAN SUMATERA Sketsa dan Penanganan Jalan Kawasan Industri Sei Mangkei(KISM) Perbaikan/Pelapisan Sp. Inalum Lima Puluh: 1. PelebaranJl. TanjungKasau-Indrapura/6,2 Km (24,29 Milyar) 2. Pelebaran Jalan Indrapura Lima Puluh/ 17,6 Km (63,46 Milyar), termasuk penanganan 1 Km Ruas Jalan Kabupaten Sp. Mayang Jalan Datuk Laksamana (Akses Pelabuhan Dumai) Kebutuhan konstruksi rigid pavement selebar 7 meter di Sp. Kulim- Batas Kota Dumai rusaksepanjang21 km daritotal panjang42 km. (tahunselesai 2013) High Grade Highway Lintas Sumatera Koridor Bakauheni Banda Aceh, Sepanjang lintas timur sumatera dengan panjang ± KM Feeder dengan panjang ± 720 M Menghubungkan 8 PKN, 6 Pelabuhan Udara, 7 pelabuhan utama. Terkoneksi dengan JSS dan Tol Trans Jawa Tol Bakaheuni-Terbangi Besar: Rp. 4 M untuk FS/ROW Plan/Basic Design Tol Pekanbaru Kandis: Rp. 10 M untuk DED dan penjadwalan pengadaan tanah Tol Tebing Tinggi-Kualanamu-Medan: Rp. 185,66 M untuk pembebasan lahan (telahttdkontrakkonstruksi) Koridor Jawa Tj.Priok Jakarta Bandung Cirebon Tj.Emas Semarang Surabaya Tj.Perak Industri Utama Industri Tekstil Industri Makanan dan Minuman Industri Manufaktur (Peralatan Transportasi dan Perkapalan) Strategi Ekonomi Membatasi import ilegal dan meningkatkan efisiensi produksi, serta mengembangkan desain dan peningkatan peralatan industri. Memperbaiki distribusi dan logistik, memperluas pengetahuan /teknologi dan SDM. Memperluas jaringan ekspor serta meningkatkan nilai tambah produk. Arahan Pengembangan Infrastruktur PU Meningkatkan konektivitas dengan jaringan jalan handal (tol/jalan raya) antara pelabuhan ekspor, kawasan industri, dan pusat-pusat ekonomi (hubs/mega hubs). Meningkatkan ketersediaan air baku bagi industri dan air minum permukiman di pusat-pusat ekonomi dari sumber air yang ada. Menyediakan pengelolaan air limbah di kawasan industri dan pusat-pusat ekonomi. Memperkuat keandalan sistem pengendalian banjir di pusat-pusat ekonomi dan kawasan industri. LAKIP DITJEN BINA MARGA

19 KORIDOR KEGIATAN KETERANGAN JAWA 24 Ruas Tol: 9 Tol Trans Jawa 10Tol JABODETABEK 5Tol Non Trans Jawa Hingga2011 PPJT untuk 22Ruastol telahditandatangani. Tahun2012 akandilakukanpenandatanganppjt tol Batang-Semarang dan Semarang-Solo. Tindak lanjut untuk 2 ruas tersebut adalah Surat ke BUJT dengan batas waktu Tanda tangan Amandemen PPJT ( Batang Semarang) dan Kepastian Dukungan Pemerintah untuk sebagian Konstruksi (Semarang Solo). No Ruas/Investor 1 Cikampek-Palimanan (PT Lintas Marga Sedaya) 2 Pejagan-Pemalang (PT Pejagan Pemalang Toll Road) 3 Pemalang-Batang (PT Pemalang Batang Toll Road) 4 Batang-Semarang (PT Marga Setiapuritama) 5 Semarang-Solo (PT Trans Marga Jateng) O: 21 Juli 2006 A: 27 Okt 2011 O: 21 Juli 2006 A: 7 Juli 2011 O: 21 Juli 2006 A: 7 Juli 2011 O: 21 Juli 2006 A: - O: 15 Des 2006 A: - 6 Solo-Ngawi 28 Juni 2011 (PT Solo Ngawi Jaya) 7 Ngawi-Kertosono 28 Juni 2011 (PT Ngawi Kertosono Jaya) 8 Kertosono-Mojokerto O: 30 Jun 2006 (PT Marga Hanurata A: 28 Juni 2011 Intrinsic) 9 Surabaya-Mojokerto (PT Marga Nujyasumo Agung) Tanda Tangan PPJT dan Amandemen O: 6 April 2006 A: 7 Juni 2011 Dana Jaminan Pengadaan Pelaksanaan Tanah (5%) Pengadaan Tanah Alokasi (Rp miliar) Realisasi (Rp miliar) Progress Konstruksi Rencana Operasi BLU LC BLU LC (%) Total (94,52) I (87,05), II (95,34), Total (29,77) I (3,17) Total (1,67) I (49,42), IV (0,03). Total (3,33) I (100), II (74,91). Total (26,4) Desember 2012 (S-I dan S-II), Desember 2014 (S-III dan S-IV) Desember September 2014 (S-I dans-ii), Juni 2014 (S-III dan S-IV), Maret 2014 (S-V) ,16 September 2012 (S-I dan S-II), Agustus 2014 (S-III- S-V) APBN Total (58,48) Oktober 2014 APBN Total (36,71) Oktober 2014 Progress (%) I (100), II (62,72), IV (96,57). Total (73,21) IA (95,23), IB (14,43), II (27,71), III (40,14), IV (54,30) Total (46,19) Des 2012 (S-I), Feb 2013 (S-II), Juli 2012 (S-III), April 2014 (S-IV) Agst 2011 (S-IA), Feb 2013 (S-IB), Des 2012 (S-II), Des-2012 (S-III), Mei 2013 (S-IV) KORIDOR KEGIATAN KETERANGAN No Ruas/Investor Tanda Tangan PPJT dan Amandemen 10 JORR W2 Utara (PT Marga Lingkar Jakarta) 11 Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran (PT Marga Kunciran Cengkareng) 12 Kunciran-Serpong (PT Marga Trans Nusantara) Jaminan Pelaksanaan Dana Pengadaan Tanah (5%) O: 7 Juli 2006 A: 7 Juni 2011 O: 2 Maret 2009 A: 7 Juni 2011 O: 22 September 2008 A: 7 Juni 2011 Pengadaan Tanah Progress (%) Alokasi (Rp miliar) Realisasi (Rp miliar) BLU LC BLU LC Progress Konstruksi (%) Rencana Operasi I (90,00) II (59,48) III(89,39) IV (81,22) Total (82,86) Agustus Februari Desember Serpong-Cinere (PT Cinere Serpong Jaya) 14 Cinere-Jagorawi (PT Trans Lingkar Kita Jaya) 15 Cimanggis-Cibitung (PT Cimanggis Cibitung Tollways) 16 Cibitung-Cilincing (PT MTD CTP Expressway) 17 Depok-Antasari (PT Citra Waspphutowa) 18 Bekasi-Cawang-Kp Melayu (PT Kresna Kusuma Dyandra Marga) 19 Bogor Ring Road (PT Marga Sarana Jabar) O: 28 Juni 2011 A: 7 Juni 2011 O: 29 Mei 2006 A: 8 Agustus Juli 2011 O: 29 Januari 2007 A: 15 Agustus 2011 O: 29 Mei 2006 A: 7 Juni Januari 2015 I (95,03) II (34,79) Total (38,53) ,8 Oktober 2011 (S-I) Agustus 2012 (S-II) Mei 2013 (S-III) Agustus Januari 2014 I (0,37) Total (0,04) O: 22 Februari 2007 I (1,83) A: 16 Desmbr 2011 Total (1,08) O: 29 Mei 2006 A: 8 Agustus 2011 I (95,24) Total (87,32) Juni Januari 2014 (S-I), Agustus 2016 (S-II) ,5 100 (IA-I) 23 Nov 2009 (S-I) Januari 2013 (S-II) LAKIP DITJEN BINA MARGA

20 KORIDOR KEGIATAN KETERANGAN No Ruas/Investor Ciawi-Sukabumi (PT Trans Jabar Tol) Gempol-Pandaan (PT Margabumi Adhikaraya) Gempol-Pasuruan (PT Transmarga Jatim Pasuruan) O: 27 Juli 2007 A: 16 Desember 2011 I (17,06) Total (4,83) Pengadaan Tanah Alokasi (Rp miliar) Realisasi (Rp miliar) BLU LC BLU LC September 2013 (S-I) Maret 2015 (S-II) September 2016 (S-III dan S-IV) O: 19 Desember 2006 A: 7 Juni 2011 Total (98,87) Januari 2013 O: 6 April 2006 A: 7 Juni 2011 I (59,25) Total (24,13) Pasuruan-Probolinggo O: 25 Juni 2007 (PT Trans Jawa Paspro Jalan Tol) A: 16 Desember Waru-Wonokromo-Tj Perak (PT Margaraya Jawa Tol) Tanda Tangan PPJT dan Amandemen Jaminan Pelaksanaan Dana Pengadaan Tanah (5%) Progress (%) Progress Konstruksi (%) O: 19 Juli 2007 A: 16 Desember Rencana Operasi Agustus 2013 (S-I) Juni 2014 (S-II) November 2014 (S-III) Maret 2015 (S-I) Maret 2017 (S-II) Maret 2028 (S-III) Agustus 2014 (S-I) 2022 (S-II) 2024 (S-III) KORIDOR KEGIATAN KETERANGAN Akses Tanjung Priok No. Seksi No Loan JICA Panjang (Km) Periode Konstruksi (Bulan) 1 E-1 IP Rencana Pelaksanaan Konstruksi PHO 5 Juli 2010 FHO 5 Juli2011 Nilai Kontrak(Rp) & Progress (%) - Rp ,- - Konstruksi100%, Pemanfaatan sementara tanpa tarif 2 E-2 IP Juli Des 2013 SPMK: 11 Okt Rp ,- - Tandatangan Kontrak 29 April 2011, saat ini sudah pembayaran uang muka 3 E2A IP NS Link IP NS Direct Ramp Des 2011 Juli 2014 SPMK - Rp ,- : Belum - Tandatangan Kontrak 29 Juli 2011 Mar 2011 Sep 2012 SPMK : 1 Mar Rp ,- - PHO 22 September Konstruksisudah dimulai, Progresfisikper 24 Desember 2011 ± % Sep Mar 2014 ProsesPersetujuan JICA untuk tender 6 W Juli Jan 2015 ProsesUsulan Loan sesuai Re-Scoping 7 W Okt2012 -Jan 2015 ProsesUsulanLoan sesuai Re-Scoping KORIDOR KEGIATAN KETERANGAN No. Jalan Tol JORRW-2 Utara Se ksi STA. Pembangunan Jalan Tol sepanjang 7 km oleh investor PT. Marga Lingkar Jakarta Telah dilakukan Groundbreaking pada tanggal 21 Oktober 2011 dan direncanakan beroperasi pada pertengahan 2013 Panjang (Km ) Est im asi Kebut uhan Progr ess Pe m bayar an Luas UGR Luas UGR Bobot (% ) Bidang Bidang Bidang (Ha) (Rp. M) (Ha) (Rp. M) Bidang Luas UGR Sisa Pembayaran 1 Seksi I , ,43 137, ,29 94,63 80,80 90,00 69, ,14 42,36 2 Seksi II , ,98 233, ,94 159,30 93,85 59,48 68,18 4 4,04 74,35 3 Seksi III , ,99 364, ,40 334,87 90,03 89,39 91, ,59 29,64 4 Seksi IV , ,58 262, ,59 191,52 83,98 81,22 72, ,99 71,14 Jum lah 7, , , , , , , , , ,4 9 Luas (Ha) UGR (Rp. M) Ke t e r angan Cat at an : Jika Tan ah Ex BPP To m an g (0,84 Ha) & PT. In t er co n (4,12 Ha) b eb as, m aka Pr o g r ess m en jad i 52,17 Ha (91,56%) LAKIP DITJEN BINA MARGA

21 Koridor Kalimantan Pontianak Bontang S.Barito Samarinda Balikpapan Palangka Raya Banjarmasin Arahan Pengembangan Komoditi Utama Minyak dan Gas Meningkatkan kemampuan pengembangan cadangan minyak dan gas serta memperkuat pengaturan yang kondusif bagi investor migas Kelapa Sawit Fokus pada industri hulu dan hilir melalui peningkatan produksi panen dan konversi tanaman dewasa Batu Bara Fokus pada tahapan produksi batu bara melalui akses infrastruktur kereta api. Arahan Pengembangan Infrastruktur PU Tidak memerlukan dukungan mendesak infrastruktur PU. Fokus pada konektivitas antara jaringan jalan di pusat industri hulu dan hilir serta Pusat Kegiatan (outlet). Ketersediaan infrastruktur PU pendukung di Pusat dan Klaster Ekonomi (air baku, air minum, air limbah dan infrastruktur permukiman) Fokus pada konektivitas antar moda (jalur KA, jalan dan pelabuhan) terutama di titik simpul (nodes) Pada Koridor Kalimantan Ditjen Bina Marga mendukung program MP3EI antara lain mencakup penangan di ruas-ruas sebagai berikut : Penanganan jalan Samarinda-Bontang, Sangatta-Maloy Kaltim) (304.5 Km) Penanganan Jalan Sekadau Sanggau Tayan Pontianak (Kalbar) Pembangunan Jembatan Tayan Selesai 2013 (Kalbar) Penanganan Jalan Pontianak Sei Pinyuh Sei Duri (Kalbar) (82,773 Km) Penanganan Jalan dari Sampit Sp.Runtu Pangkalan Bun Kumai Sp.Runtu Runtu (Jalan Nasional) (277,6 Km) Pk.Bun-Kumai Runtu Sp.Runtu LAKIP DITJEN BINA MARGA

22 Koridor Bali dan Nusa Tenggara Industri Utama Strategi Ekonomi Arahan Pengembangan Infrastruktur PU Pariwisata Industri Makanan Meningkatkan jumlah kunjungan dan kualitas wisatawan melalui penyiapan obyek wisata yang lebih banyak dan lebih baik Meningkatkan hasil produksi pertanian serta efisiensi pengolahan hasil pertanian. Meningkatkan konektivitas antara pusat-pusat ekonomi dengan obyek-obyek pariwisata serta hubungannya dengan outlet (bandara, pelabuhan, dan pelabuhan laut antar pulau). Memperluas kapasitas jalan dan tingkat kenyamanan jalan menuju obyek utama pariwisata Memperbaiki kualitas jaringan irigasi dan jalan akses dari perkebunan/persawahan ke pusat-pusat ekonomi Pada Koridor Bali dan Nusa Tenggara Ditjen Bina Marga mendukung program MP3EI antara lain mencakup penangan di ruas-ruas sebagai berikut : Penanganan Jalan Tohpati Kosamba (11,8 km) Pembangunan dan Pemeliharaan Underpass Dewa Ruci Penanganan Underpass Dewa Ruci Penanganan Jalan dari Benete Simpang Negara mendukung perikanan & rumput laut Akses Bandara Internasional Lombok (selesai 2011) Penanganan Jalan dari Banggo Dompu Raba Lb. Bajo mendukung industri rumput laut (159,2 km) Jalan Ende ke Mbay terdiri dari Jalan Nasional. Jalan nasional yg mendukung akses ke Bandara Mbay adalah Bajawa-Ende LAKIP DITJEN BINA MARGA

23 Penanganan Jalan Ende Maumere Magepanda (172,6 km) Penanganan Jalan Bolok Tenau Kupang Oesapa Oesau Koridor Sulawesi Arahan Pengembangan Komoditi Utama Arahan Pengembangan Infrastruktur PU Palu Manado 2 Gorontalo Nikel Meningkatkan efisiensi proses penambangan nikel, meningkatkan koordinasi perizinan penambangan serta menciptakan iklim investasi pertambangan yang kondusif. Meningkatkan kapasitas dan daya dukung jalan dari pusat pertambangan menuju pelabuhan terutama Konawe Kendari dan Luwu - Kolaka 3 1 Kendari Perikanan Meningkatkan pengawasan overvisi dan mengembangkan proses aktivitas di sektor industri perikanan (industri hilir). Padi dan Jagung Meningkatkan tingkat produktivitas dan penyediaan prasarana penyimpanan Tidak ada kebutuhan mendesak infrastruktur PU Memperbaiki kualitas jaringan irigasi dan jalan akses dari perkebunan/persawahan ke pusat-pusat ekonomi Makassar Kakao dan Kelapa Memperbaiki teknologi pada aktivitas hilir dan meningkatkan dukungan teknologi di industri hulu Meningkatkan kualitas jaringan jalan dari perkebunan utama menuju pusat-pusat ekonomi. Pada Koridor Sulawesi Ditjen Bina Marga mendukung program MP3EI antara lain mencakup penangan di ruas-ruas sebagai berikut : Penanganan Batas Sultra - Malili - Masamba - Palopo - Siwa (317,873 Km) Penanganan Jalan Siwa - Pare-pare - Barru - Maros - Makassar (325,424 Km) Penanganan Jalan Maros - Watampone - Pelabuhan Bajo E. (158,57 Km) LAKIP DITJEN BINA MARGA

24 Penanganan Jalan mendukung kegiatan tambang / industri nikel di Kolaka Utara menuju ke Pelabuhan Lasususa - Batas Sulsel (186,761 Km) Penanganan Jalan Parigi - Poso - Tentena - Tidantana (293,199 Km) Penanganan Jalan Masohi - Haya - Laimu (136,313 KM) Koridor Papua Pada Koridor Papua Ditjen Bina Marga mendukung program MP3EI antara lain mencakup penangan di ruas-ruas sebagai berikut : Merauke Okaba-(Buraka)-Wanam-Bian-Wogikel (152 km) (Pelabuhan Ekspor) Jalan Propinsi (Mendukung MIFEE) Merauke Oksibyl Jayapura Depapre-Bonggrang dan ring road Jayapura Jayapura Mamberamo Wamena Wamena Habema Yaguru Timika Enarotali Nabire Nabire - Wasior Manokwari Manokwari Maybrat Sorong Maruni Bintuni Fakfak Kaimana Fak-Fak - Kokas Bomberai Jembatan Inari (Penghubung Fakfak Kaimana) Sorong Pelabuhan Arar Pembentukan Unit Pengelola Dana Preservasi Jalan Pembentukan Unit pengelola Dana Preservasi Jalan merupakan terobosan baru yang meninggalkan bentuk lama seperti kekakuan anggaran tahunan pemerintah yang biasanya terlambat turun dan harus dikembalikan pada akhir tahun anggaran. Unit ini juga LAKIP DITJEN BINA MARGA

25 mengenalkan model stakeholder sebagai bagian atau elemen yang tidak terpisahkan dalam penyelenggaraan jalan. Demikian pula dalam model ini diperkenalkan adanya kontribusi pengguna jalan dalam membiayai preservasi jalan karena pengguna jalan ikut dalam membiayai preservasi jalan. Oleh sebab itu, pengguna jalan berhak penuh untuk dapat mengetahui pengelolaan jalan melalui keterlibatan langsung dalam manajemen unit pengelola. Secara empiris internasional, pelaksanaan pembiayaan preservasi yang terdiri dari kegaitan pemeliharaan, rehabilitasi, dan peningkatan merupakan hal yang baru. Hal ini disebabkan dari negara-negara yang sudah melakukan Road Fund memulai dari program pemeliharaan rutin, baru kemudian berkala dan dilaksanakan pada jalan-jalan yang biasanya menjadi tanggung jawab pemerrintah pusat yang memiliki kepentingan nasional artinya jalan nasional. Saat ini, sedang disiapkan Rancangan Peraturan Presiden tentang organisasi dan tata kerja Unit Pengelola Dana Preservasi jalan diatur dalam UU No.22 tahun 2009, sedangkan untuk substansi pendanaan masuk dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang sistem Jaringan lalu lintas. Memang sulit melakukan hal tersebut secara sekaligus karena peraturan mengenai pendanaan yang ada, belum mendukung adanya sumber dana diluar dari pajak yang dikenal dengan retribusi preservasi yang diambil dari Retribusi Bahan Bakar Minyak (on top dari harga minyak setelah pajak). Pendanaan lain dari Unit Pengelola Dana preservasi Jalan juga berasal dari Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 mengenai Pajak daerah dan Retribusi Daerah, dimana di dalam salah satu pasal disebutkan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor nantinya dipergunakan untuk membiayai preservasi jalan daerah (Provinsi + Kabupaten/kota) walaupun tidak cukup akan tetapi sudah ada sumber dana yang mengakomodasi preservasi Jalan Daerah. Dalam pelaksanaannya akan dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah uji coba dan LAKIP DITJEN BINA MARGA

26 dilanjutkan dengan evaluasi sebelum ditutup dengan implementasi secara penuh di seluruh provinsi di Indonesia. Pemerintah juga mengenalkan model manajer ruas yang bertanggung jawab terhadap ruas dalam program preservasi jalan. Sebenarnya, manager ruas juga harus dilengkapi dengan pemberitaan informasi kepada masyarakat; siapa bertanggung jawab terhadap ruasnya dan nomor telepon dari penanggung jawab tersebut, agar pengguna jalan dapat langsung berinteraksi dengan mereka dalam kaitannya dengan perbaikan kondisi jalan. Pengenalan model Performance Based Contract sebagai bagian dari penyelenggaraan jalan merupakan bentuk reformasi kelembagaan di bidang jalan. Momentum penyelenggaraan jalan ini dinilai tepat karena bersamaan dengan pengenalan model dana preservasi jalan. Empiris internasional di negara-negara Sub Sahara dan Latin Amerika serta Karibia terbukti bahwa bahwa negara-negara yang memperkenalkan performance based maintenance adalah negara yang menyelenggarakan model dana preservasi atau Road Fund. Keterbatasan Pendanaan Keterbatasan pendanaan memberikan konsekuensi : 1. Adanya jalan dengan kemampuan struktur yang marginal meskipun sudah dapat fungsional. 2. Penyelenggaraan jalan tidak dapat memenuhi Indikator Kinerja Utama dan dapat menganggu aksesibilitas, mobilitas dan tingkat keselamatan. 3. Dukungan prasaran jalan terhadap transportasi terpadu (intermoda) belum maksimal terutama dalam mendukung pelabuhan-pelabuhan utama/outlet. 4. Minimnya pembangunan jalan pada kawasan strategis LAKIP DITJEN BINA MARGA

27 5. Sebagian besar usulan kebutuhan pembangunan jalan dan jembatan baru belum dapat dipenuhi. 6. Usulan penambahan status jalan belum terakomodasi untuk penanganan pemeliharaannya 7. Dukungan Pemerintah terhadap Jalan Tol sangat minim sehingga komitmen pembangunan tidak dapat dipenuhi. Kualitas SDM yang Kurang Memadai dan Organisasi i yang Kurang Efektif dan Optimal Dari total pegawai yang dimiliki Ditjen. Bina Marga, pegawai dengan pendidikan SLTA ke bawah (60%) sangat mendominasi. Proporsi pegawai yang berpendidikan S1 ke atas adalah 34 %, sedangkan sisanya kelompok menengah dengan pendidikan setingkat D3 sebanyak 6 %. Oleh karena itu keberadaan perangkat dan sumber daya aparatur tersebut, tidak sepenuhnya mampu mendorong pelaksanaan penyelenggaraan jalan secara efektif dan efisien. Dari aspek sumberdaya aparatur masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar pelaksanaan organisasi dapat diselenggarakan secara lebih optimal, antara lain menyangkut penyamaan dan penyempurnaan pola pikir serta budaya kerja yang lebih berorientasi pada hasil dengan tingkat pengeluaran yang dapat ditekan seefisien mungkin, sesuai dengan peraturan perundangundangan. Masih banyak pegawai yang belum bekerja secara profesional sebagaimana dituntut oleh para pemangku kepentingan. Walaupun secara kuantitas jumlah pegawai sudah relatif banyak namun bila ditinjau dari aspek kualitas dan pemerataan distribusi LAKIP DITJEN BINA MARGA

28 sesuai beban kerja masing-masing unit kerja, masih terjadi ketimpangan yang sangat besar. Hal ini bermuara dari bentuk dan struktur serta susunan organisasi yang belum dapat menjawab semua fungsi Direktorat Jenderal Bina Marga. Sistem Jaringan Transportasi yang Belum Terpadu Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan, namun moda transportasi yang dipergunakan masih dikuasai oleh moda transportasi yang menggunakan prasarana jalan. Bappenas mencatat moda transportasi melalui jalan melayani 84% penumpang, sedangkan kereta api baru 7,3%, udara 1,5%, laut 1,8%, dan sungai hanya 5,3%. Untuk angkutan barang, moda jalan masih mendominasi dengan menguasai 90,4%, sisanya dibagi ke moda lainnya yakni laut dan kereta api masing-masing 7% dan 0,6%, padahal moda ini memiliki potensi angkutan barang berskala besar. (Bappenas, 2006) Jalan KA Penumpang Barang Proporsi Penggunaan Moda Transportasi (%) 5.3 Sungai Laut 1.5 Udara 0 Belum berkembangnya konsep transportasi intermoda yang dapat menghubungkan seluruh wilayah di Indonesia secara menerus dengan biaya transportasi yang ekonomis maupun untuk mendukung Sistem Logistik Nasional. LAKIP DITJEN BINA MARGA

29 Sistem jaringan jalan dan spesifikasi penyediaan parasarana jalan antara Jalan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota pada beberapa koridor lintas belum sinergis, sehingga memberikan kendala pada sarana transportasi yang dipergunakan. Harus diakui bahwa belum tersinerginya Jalan Nasional dan Jalan Sub-Nasional dikarenakan adanya pemisahan tegas yang tertera dalam Undang-Undang No.38/2004 tentang Jalan yang berdasarkan pemikiran desentralisasi bidang jalan. Padahal, pada kenyataan di lapangan, seluruh jalan tanpa terkecuali merupakan bagian dari sektor transportasi, jika Jalan Nasional saja yang mantap sementara jalan daerah (Jalan Provinsi dan Kabupaten/Kota) tidak mantap, akhirnya biaya transportasi tetap tinggi karena ada bagian dari jalan yang rusak kondisinya. Kondisi/Permasalahan yang dihadapi Direktorat Jenderal Bina Marga dalam penyelenggaraan jalan, adalah: 1. Pengaruh Ekonomi Global Terhadap Fluktuasi Harga 2. Keadaan Alam dan Lingkungan yang Unik 3. Perubahan Iklim 4. Tingkat Pembangunan dan Kepadatan Penduduk yang Tidak Merata 5. Sistem Jaringan Transportasi yang Belum Terpadu 6. Pertumbuhan Kebutuhan Layanan Transportasi 7. Keselamatan Jalan dan Wawasan Lingkungan yang Belum Memadai 8. Keterbatasan Pendanaan 9. Kualitas SDM yang Kurang Memadai dan Organisasi yang Kurang Efektif dan Optimal 10. Hambatan dalam Proses Pengadaan Tanah 11. Permasalahan Eksternal Lainnya LAKIP DITJEN BINA MARGA

SAMPU V PENGADAAN TANAH INFRASTRUKTUR PU PENINGKATAN KEMAMPUAN SDM BIDANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DENPASAR 3 OKTOBER 2012 POSISI DAYA SAING KITA 50/144 2012 2013 KUALITAS INFRA

Lebih terperinci

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00

Lebih terperinci

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa Pertumbuhan. Sumatera Sei Mangke, Sumatera Utara (Kelapa Sawit) Dumai, Riau (Kelapa Sawit) Muara Enim, Sumatera Selatan (Batubara) Sei Bamban, Sumatera Utara (Karet) Karimun, Kepulauan Riau (Perkapalan).

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1056, 2015 KEMEN-PUPR. Dukungan Pemerintah. Pengadaan Tanah. Jalan Tol. Badan Usaha. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PELATIHAN KERJA DENGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. No.2, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.12-/215 DS33-9596-64-778 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.13/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL PEMBAHASAN KONREG 2012 WILAYAH TIMUR Kupang, 15 Maret 2012

RUMUSAN HASIL PEMBAHASAN KONREG 2012 WILAYAH TIMUR Kupang, 15 Maret 2012 RUMUSAN HASIL PEMBAHASAN KONREG 2012 WILAYAH TIMUR Kupang, 15 Maret 2012 1. Percepatan Pelaksanaan TA 2012 2. Isu-isu strategis dan tindak lanjut penanganan 3. Alokasi Baseline dan Inisiatif Baru 2013

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2008 18 Januari 2008 Tentang: ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DAFTAR ISI PENGANTAR I. Direktorat

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL YANG DIBIAYAI OLEH SADAN USAHA

TATA CARA PELAKSANAAN DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL YANG DIBIAYAI OLEH SADAN USAHA MENTER! PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA TATA CARA PELAKSANAAN DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL YANG DIBIAYAI OLEH SADAN USAHA PERATURAN MENTER! PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional.sistem

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.1-/215 DS8665-5462-5865-5297 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara. b. pemberian bimbingan teknis di bidang peralatan informasi dan komunikasi bandar udara dan peralatan pengamanan bandar udara; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peralatan informasi dan komunikasi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-.10-0/2013 DS 5053-2593-2071-0017 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang No.211, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1390, 2015 KEMENAG. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENELITIAN

Lebih terperinci

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENYELENGGARA SELEKSI CALON DAN PENILAIAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 36 TAHUN 2015

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-15.9-/215 DS689-2394-8-376 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 6170-4200-6854-7766 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.12/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.6/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Le

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Le No.208, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengelolaan. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.12/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

2016, No Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber No.209, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengendalian Peruabahn Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PELATIHAN KERJA DENGAN

Lebih terperinci

Buku Informasi Statistik Pekerjaan Umum 2014

Buku Informasi Statistik Pekerjaan Umum 2014 KATA PENGANTAR Penyediaan dan penyebarluasan data dan informasi statistik infrastruktur pekerjaan umum dalam berbagai bentuk penyajian dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan dan pengembangan infrastruktur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 01/01/Th. XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2015 INFLASI 0,96 PERSEN Pada 2015 terjadi inflasi sebesar 0,96 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 06/PRT/M/2010

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 06/PRT/M/2010 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 06/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENERUSAN PENGUSAHAAN JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2013

REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2013 REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2013 NO KOTA SK No TENTANG TANGGAL PROV 1 Kota Banda Aceh Keputusan Walikota Banda Aceh Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN KP3K UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Sekretariat Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM (dalam ribuan rupiah) RUPIAH MURNI NO. SATUAN KERJA NON PENDAMPING PNBP PINJAMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja. No.834, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging No.543, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. UPT. Pelaksanaan Jalan Nasional. Tipologi. Kriteria. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KEPALA BADAN PENGAW ASAN

Lebih terperinci

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1310, 2015 KEMENAKER. Unit Pelaksana Teknis. Tata Organisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 80/10/21/Th. XI, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN Pada September 2016,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.10/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DENGAN

Lebih terperinci

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII. 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII

BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII. 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII BAB II GAMBARAN UMUM BBPJN VIII 2.1 Sejarah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate No. 58/11/82/Th. XVI, 01 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate Oktober 2017, Ternate mengalami

Lebih terperinci

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1228, 2017 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un No.225, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. BP-PAUD dan Dikmas. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016. 1 KATA PENGANTAR Pemantauan dan Evaluasi Kinerja diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6188/KPTS-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 18/04/82/Th XVI, 03 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Maret 2017, KOTA TERNATE DEFLASI SEBESAR 0,31 PERSEN Pada Maret 2017, Kota Ternate mengalami deflasi sebesar 0,31 persen dengan

Lebih terperinci

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA No.1058, 2014 BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 20142014 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR REGIONAL XIII DAN KANTOR REGIONAL XIV

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.16/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016 KODE PROGRAM RUPIAH MURNI 19.1.2 19.2.7 19.3.6 19.4.8 19.5.9 19.6.3 19.7.12 19.8.1 19.9.11 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian Program Peningkatan Sarana

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.25/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,28 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,28 PERSEN BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 72/09/21/Th. XI, 1 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,28 PERSEN Pada Agustus 2016, gabungan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0053-2318-0274-1679 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un pas GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1012, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Orta. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 86 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/5/2010 TANGGAL : 24 Mei 2010 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/5/2010 TANGGAL : 24 Mei 2010 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA : 24/M-DAG/PER/5/2010 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I : INSTANSI PENERBIT SKA LAMPIRAN II : INSTANSI PENERBIT SKA YANG MELAKSANAKAN PENERBITAN SKA DENGAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 23/05/82/Th XVI, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI April 2017, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 0,36 PERSEN Pada April 2017, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER- 955/K/SU/2011 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci