BAB II LANDASAN TEORITIS. Minat merupakan kecenderungan yang dituju untuk memusatkan perhatian,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIS. Minat merupakan kecenderungan yang dituju untuk memusatkan perhatian,"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Minat 1. Pengertian Minat Minat merupakan kecenderungan yang dituju untuk memusatkan perhatian, meningkatkan aktivitas dan kegiatan kepada objek. Minat adalah suatu sikap atau produk dari pribadi individu yang terlihat dari kecenderungan kesukaan individu melakukan kegiatan. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan Dewa Ketut Sukardi (Krisnadi, 2006: 16) yang mengemukakan bahwa : Minat merupakan suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Didalam suatu inventori minat akan mengidentifikasikan proferensi anda terhadap orang, benda atau aktivitas lainnya. Minat adalah penting dalam mengambil pilihan terhadap suatu jabatan tertentu. Dalam suatu hal, anda mungkin akan merasa puas dengan sesuatu pekerjaan jika aktivitas kerja anda menarik hati anda. Slameto (2003: 180), mengemukakan bahwa : Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Gilbert Sax dalam Supriyoko (1989: 32), mengemukakan bahwa: Minat sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan lainnya. Sementara J.P Guilford dalam Supriyoko (1989: 32), mengemukakan bahwa : Minat sebagai tendensi seseorang untuk berprilaku atas dasar ketertarikannya pada jens-jenis kegiatan tertentu. Minat terhadap sesuatu dapat muncul setelah seseorang sering mengikuti kegiatan. Sebagaimana yang dikemukakan Slameto (2003: 182) bahwa Minat 11

2 12 terhadap sesuatu yang dipelajari mempengaruhi penerimaan minat minat baru. Minat untuk menjadi guru dapat muncul ketika mahasiswa memasuki awal perkuliahan di UPI dan minat tersebut dapat diperkuat setelah mahasiswa mengikuti dan telah lulus mata kuliah program latihan profesi (PLP). Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat hubungan tersebut semakin besar minat. Minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Pernyataan ini sejalan dengan Hurlock, dalam Agus Widiyatmo (2011: ) bahwa : Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Mengacu pada kutipan di atas tentang konsep minat, dapat dikemukakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik adalah faktor minat. Minat dapat mempengaruhi mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik, adanya minat dapat mendorong mahasiswa

3 13 melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kependidikan secara sungguh sungguh dan perasaan senang. Usaha sungguh sungguh dan perasaan senang dapat mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, minat dalam diri individu sangat penting artinya bagi kesuksesan yang akan dicapai. Individu yang mempunyai minat terhadap suatu objek atau aktivitas berarti ia telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya. Dari sana kemudian, segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan tercapai. Minat harus dipelajari karena untuk mendapatkan atau mengerjakan sesuatu dengan perasaan senang tidak terjadi secara mendadak tetapi melalui suatu proses. Dapat dikatakan bahwa minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan dapat mendukung kegiatan selanjutnya. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan Slameto (2003: 180) yang mengemukakan bahwa Minat terhadap sesuatu yang dipelajari mempengaruhi minat minat baru. Demikian pula dengan tenaga pendidik, minat menjadi tenaga pendidik akan timbul apabila ada kemauan untuk mempelajari dan mengetahui tentang tenaga pendidik. Timbulnya minat dapat terjadi karena pengalaman pengalaman menyenangkan sebelum atau sesudah belajar, namun dapat terjadi pula karena terpenuhinya fasilitas yang mendukung keinginan menjadi tenaga pendidik. Uraian diatas dapat dikatakan bahwa diantaranya minat merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi tujuan yang akan dicapai. Kegiatan yang dilakukan tanpa didukung minat cenderung akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan atau sebaliknya.

4 14 Ada beberapa cara yang dapat membangkitkan minat seseorang. Seperti yang dikemukakan oleh S. Nasution dalam Sukalimantono (1996: 14), yaitu: a. Bangkitnya suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya). b. Hubungan dengan pengalaman yang lampau. c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, nothing succeds like succes. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu. d. Gunakan berbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demontrasi, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas peneliti mendapatkan gambaran bahwa dengan membangkitkan suatu kebutuhan, menghubungkan dengan pengalaman dimasa lampau dapat membangkitkan minat seseorang. Sedangkan faktor penyebab munculnya minat ada dua faktor yaitu faktor individu dan faktor sosial seperti yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi dalam Krisnadi (2006: 17) yaitu: a. Faktor pembawaan. Merupakan pengaruh yang muncul dalam diri siswa secara alami, misalnya diakibatkan karena kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan sifat pribadi. Setiap individu mempunyai tingkat kematangan serta kecerdasan yang berbeda sehingga minat yang muncul juga tidak sama antara individu satu dengan yang lain. Misalnya, seseorang yang mempunyai kecerdasan dibidang mata pelajaran ekonomi maka akan cenderung melakukan aktifitas dibidang kerja atau koperasi. Perbedaan kecerdasan tersebut terjadi karena setiap individu satu dengan yang lain mempunyai tingkat motivasi diri yang berbeda, sedangkan motivasi tersebut diperoleh melalui pengetahuan, pengalaman, atau pelatihan yang diikuti, akan tetapi ukuran minat belajar tersebut tergantung setiap individu. b. Faktor sosial. Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu, misalnya diakibatkan karena kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan, kondisi sosial dan ekonomi. Minat yang dipengaruhi oleh faktor sosial misalnya; ketika siswa hidup dalam masyarakat yang kesehariannya bersentuhan dengan padi (mayoritas petani padi), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal kegiatan tersebut karena merasa menjadi bagian darinya, sebaliknya jika kesehariannya bersentuhan dengan ikan (mayoritar pekerja tambak), maka

5 15 siswa cenderung ingin tahu dan mengenal lebih dalam mengenai perikanan. Jadi apabila siswa mempunyai latar belakang keluarga atau masyarakat yang beroperasi dibidang perikanan, maka minat belajar muatan lokal budidaya perikanan tersebut juga akan muncul dengan sendirinya. Minat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, seperti yang dikemukakan oleh Bahtia dan Safaya dalam Sukalimantono (1996: 18), yang menyatakan bahwa minat dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Minat pembawaan yaitu minat yang dibawa sejak individu lahir yang cenderung bersifat insting serta emosional. 2. Minat yang diperoleh yaitu minat yang timbul karena pengaruh lingkungan, kebiasaan, belajar, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas, penulis memperoleh gambaran yang jelas bahwa status sosial, kedudukan dalam keluarga, ekonomi, lingkungan, dan pendidikan merupakan faktor yang memicu timbulnya minat seseorang. 2. Macam macam minat Minat merupakan perasaan atau sikap, maka keberadaan kekuatannya dapat diduga. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (Krisnadi, 2006: 16) bahwa : Ada tiga cara yang digunakan untuk menentukan minat : 1. Minat yang diekspresikan (expresed interest), yakni seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata kata tertentu, misalnya seseorang mengatakan bahwa dia tertarik dengan merancang suatu bangunan, mengumpulkan perangko dan lain sebagainya. 2. Minat yang diwujudkan (manifested interst), yakni seseorang dapat mengekspreikan minatnya bukan melalui kata kata tetapi melalui perbuatan atau tindakan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktifitas tertentu, misalnya seorang mahasiswa yang ikut serta aktif dalam suatu lembaga organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus, ikut serta di klub seni, drama, dan sebagainya. 3. Minat yang diinventarisasikan (inventored interst), yakni seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktifitas tertentu.

6 16 Rusyan dalam Sukalimantono (1996:18) mengemukakan bahwa: Ada tiga cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan minat yaitu 1). Minat yang di ekspresikan (Ekspresed Interest). 2). Minat yang diwujudkan (Manifested Interst). 3). Minat yang diinventarisasikan (Inventored Interst). Berdasarkan uraian di atas terdapat kesamaan dari teori yang dikemukakan, baik oleh Dewa Ketut Sukardi maupun Rusyan. Sehingga dalam penelitian ini untuk menentukan minat, peneliti menggunakan minat yang dapat di ekspresikan (Ekspresed Interest) dan minat yang diinventarisasikan (Inventored Interst). 3. Pengukuran minat Hasil minat bermacam macam sesuai dengan konsep minat yang dianutnya, beberapa ahli dalam mengukur minat pun bermacam macam dengan menggunakan pendekatan yang berbeda pula seperti telah diungkapkan bahwa minat merupakan kecenderungan tingkah laku individu sebagai pengukuran perasaan senag atau tidak senang terhadap objek dan stimulus yang diterimanya. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur minat individu sebagaimana yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi dalam Krisnadi. (2006: 16) tentang cara pengukuran minat adalah sebagai berikut : 1) Obsevasi Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai suatu keuntungan, yaitu dapat mengamati minat individu dalam kondisi yang wajar. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi baik dalam kelas maupun diluar kelas, dan pencatatan obsevasi berlangsung. Observasi mempunyai kelemahan diantaranya adalah : a. Observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa anak secara individual dalam waktu yang sama. b.penafsiran terhadap hasil observasi sering bersifat subjektif.

7 17 2) Wawancara Wawancara baik digunakan mengukur minat anak- anak sebab biasanya anak-anak gemar memberikan hobi dan aktifitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan wawancara biasanya dilakukan dalam situasi yang tidak formal sehingga percakapan akan berlangsung lebih bebas. Kegiatan seperti ini dilakukan dengan menggunakan kunjungan kerumah untuk menanyakan kegiatan anak setelah pulang sekolah sehingga dapat diperoleh informasi mengenai minat anak tersebut. 3) Angket Dengan menggunakan angket, peneliti dapat melakukan pengukuran minat terhadap sejumlah responden dalam waktu yang sama. Dengan demikian bila dibandingkan dengan wawancara dan observasi, angket lebih efisien dalam menggunakan waktu, perbedaan dengan wawancara dilakukan secara lisan, sedangkan angket dilakukan secara tertulis. 4) Inventori Inventori adalah suatu teknik untuk mengadakan pengukuran minat yang sejenis dengan angket, yaitu sama-sama merupakan daftar pernyataan secara tertulis adapun perbedaannya terletak pada nilai lebih standarisasinya, yaitu inventori bernilai standar atau baku, sedangkan angket masih memerlukan pengujian terlebih dahulu. 4. Kondisi yang mempengaruhi minat Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya di atas mengenai penyebab munculnya minat, seperti yang diungkap Surya dalam Sukalimantono (1996: 22), mengenai faktor yang mempengaruhi minat adalah: a. Faktor dari dalam diri individu. b. Faktor dari luar individu, baik faktor lingkungan, situasi dalam keluarga, dan situasi lingkungan sosial. Maka dapat diklasifikasikan mengenai kondisi yang mempengaruhi minat seperti: a) Status ekonomi Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk

8 18 mempersempit minat mereka. Yang dimaksud status ekonomi disini merupakan pendapat yang diperoleh seseorang. b) Pendidikan Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan, serta prestasi yang dihasilkan dalam bidang pendidikan. Seperti yang kemukakan L.W. Green (Sukalimantono, 1996: 17) mengatakan bahwa Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya. c) Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang mendukung ketercapaian keinginan seseorang, sehingga dimana orang tinggal banyak dipengaruhi kondisi lingkungan. d) Kondisi dalam keluarga Kondisi keluarga berperan aktif dalam tercapainya keinginan seseorang, dalam hal ini yang dimaksud kondisi dalam keluarga adalah kedudukan seseorang di keluarga tersebut seperti: anak tunggal atau bersaudara. e) Status sosial Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (Ralph Linton, 2011) mengemukakan bahwa Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam

9 19 struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah. 5. Kriteria Minat Menurut Nursalam dalam Feter, A. H (2006: 34), minat seseorang dapat digolongkan menjadi : a) Rendah Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat. b) Sedang Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera. c) Tinggi Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu segera. Minat dapat ditimbulkan dengan cara. a) Membangkitkan suatu kebutuhan. b) Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau. c) Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik Berdasarkan pemaparan di atas yang dimaksud minat dalam penelitian ini adalah kesukaan serta keinginan yang muncul oleh faktor individu maupun faktor sosial, dengan cara pengukuran minat mengunakan metode angket pada mahasiswa. Sekaligus meneliti mengenai kondisi yang mempengaruhi minat untuk menjadi guru teknik mulai dari status ekonomi, pendidikan maupun lingkungan. B. Tinjauan Tentang Guru Teknik Guru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

10 20 Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 5 tentang sistem pendidikan nasional, disebutkan mengenai tenaga kependidikan Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya pada Bab I Pasal 1 Ayat 6 menyatakan : Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Profesi Pendidik Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab XI Pasal 39 Ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional, disebutkan tentang pengertian pendidik sebagai berikut : Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Selanjutnya dalam bab XI pasal 39 ayat 1 dan 3 disebutkan tentang tenaga kependidikan sebagai berikut : 1. Tenaga pendidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, mengembangkan, mengelola dan atau menberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. 2. Tenaga kependidikan meliputi: tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, pemilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, dan teknisi sumber belajar. 3. Tenaga pengajar merupakan tenaga kependidikan yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tertinggi disebut dosen. Pendidik dalam penelitian ini adalah profesi yang meliputi tenaga pembimbing, pengajar, tenaga pelatih, dan instruktur yang kesemuanya membantu

11 21 peserta didik untuk mencapai tujuan dirinya, atau dengan kata lain tenaga pendidik disini adalah guru bidang studi teknik mesin di SMK. 1. Syarat Syarat Tenaga Pendidik Tenaga pendidik sebagai jabatan profesional memerlukan keahlian khusus karena sebagai suatu profesi tenaga pendidik harus memiliki syarat syarat profesional. Menurut Hamalik yang diungkapkan oleh Rusyan dalam Sukalimantono (1996:18), Syarat syarat tenaga pendidik itu meliputi : fisik, psikis, mental, moral dan intelektual. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan pengertian tentang syarat-syarat tenaga pendidik adalah sebagai berikut: 1. Persyaratan fisik yaitu kesehatan jasmani yang artinya seseorang tenaga pendidik harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan. 2. Persyaratan psikis yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami gangguan jiwa atau kelainan jiwa. 3. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi tenaga pendidik, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas jabatannya. 4. Persyaratan moral yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki susila yang tinggi. 5. Persyaratan intelektual yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Sukalimantono (1996:18), 2. Hak dan Kewajiban Tenaga Pendidik Dalam melaksanakan tugasnya tenaga pendidik mempunyai hak hak yang menjadi miliknya sebagai tenaga pendidik sebagaimana yang telah disebutkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

12 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 40 Ayat 1 Butir 1 dan 5 adalah sebagai berikut : a. Memperoleh jaminan dan pengahsilan kesejahteraan sosial: b. Memperoleh pembinaan karir berdasarkan prestasi kerja. c. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya. d. Memperoleh penghargaan sesuai darma baktinya. e. Menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya dalam Pasal 40 Ayat 2 Butir 1 sampai 3 disebutkan pula tentang kewajiban tenaga kependidikan adalah sebagai berikut : a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 3. Tugas Tenaga Pendidik Tenaga pendidik atau guru memiliki banyak tugas. Menurut Moh Uzer Usman (2004: 6) Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas dalam bidang kemanusiaan, dan tugas dalam kemasyarakatan. a. Tugas Dalam Bidang Profesi Tugas guru sebagai profesi meliputi mandidik, mengajar, dan melatih. Medidik berarti meneruskan dan mengembangkan niali nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan keterampilan pada siswa.

13 23 b. Tugas Dalam Bidang Kemanusiaan Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya orang tua kedua. Guru harus menarik simpatisehingga ia menjadi idola para siswanya. Sebagai contoh dapat memberi teladan pada anak didiknya dan menjadi tempat siswa untuk memecahkan masalah. c. Tugas Dalam Bidang Kemasyarakatan Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan ini meliputi mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia bermoral pancasila dan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. 4. Persyaratan profesi Dilihat dari tugas dan tanggungjawabnya ternyata untuk penyandang pekerjaan dan jabatan tenaga kependidikan dituntut beberapa persyaratan diantaranya yaitu : a. Menuntut adanya keterampilan yang berlandaskan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. b. Menekankan pada suatu ahli dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. c. Menuntut adanya tingkat kependidikan. d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dan pekerjaan yang dilaksanakan. e. Kemungkinan pengembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

14 24 Berdasarkan hal tersebut di atas, tampaknya secara jelas bahwa suatu jabatan profesionalisme harus melalui jenjang yang mempersiapkan dengan bekal pengetahuan, nilai-nilai dan sikap serta keterampilan yang sesuai dengan bidang professional. Dengan demikian pula dengan profesionalisme tenaga pendidik. Uwe Schippers (1994: 23) mengemukakan: Kompetensi profesi adalah kemampuan melaksanakan dan mengontrol pekerjaan secara profesional dan ekonomis. 5. Konsep Dasar Profesionalisme Tenaga pendidik adalah faktor yang sangat penting dalam keseluruhan perangkat pengerak pendidikan, disamping faktor lainnya. Berkenaan dengan bidang pengabdiannya serta tugas tugas yang dihadapinya, ternyata jabatan tenaga kependidikan bukanlah suatu hal yang mudah, untuk semua ini diperlukan keahlian khusus, dengan kata lain bahwa tenaga pendidik sebagai pelaksana disektor pendidikan memerlukan persyaratan profesional. Menurut Hamalik yang dikutip Rusyan dalam Krisnadi (2006: 21) mengemukakan Masalah profesionalisme berjalan sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntun adanya bermacam ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin luas dan semakin kompleks. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2006: 15) bahwa: Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dikerjakan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan

15 25 pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya. 6. Guru Produktif Guru produktif merupakan tenaga professional yang bertugas di SMK untuk melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. profesi yang meliputi tenaga pembimbing, pengajar, tenaga pelatih, dan instruktur dalam bidang keahlian kejuruan. C. Minat Menjadi Guru Produktif Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga negara yang berkualitas. Manusia berkualitas berarti manusia yang mampu berpikir kritis, logis, kreatif, dan berinisiatif dalam menanggapi berbagai isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan sains dan teknologi. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang pada awal pendiriannya bernama PTPG didirikan dengan latar belakang sejarah pertumbuhan bangsa, yang menyadari bahwa upaya mendidik dan mencerdaskan bangsa merupakan bagian penting dalam mengisi kemerdekaan. Hal ini sesuai tujuan UPI dalam Informasi Universitas Pendidikan Indonesia (2005: 20-21) yang mengemukakan bahwa tujuan UPI adalah sebagai berikut: a) Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan akademik dan profesional. b) Menghasilkan tenaga guru kependidikan dasar dan menengah, dan luar sekolah serta tenaga kependidikan lainnya yang menunjang sistem pendidikan nasional.

16 26 c) Mempersiapkan dan membina tenaga akademik untuk LPTK, dan lembaga pendidikan tinggi lainnya sesuai dengan kebutuhan, antara lain melalui program pasca sarjana. d) Mengemban dan melaksanakan program pendidikan dalam jabatan (inservice education) untuk jabatan tenaga kependidikan. UPI sebagai lembaga pendidikan mengemban misi serta tugas untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga pendidik dalam hal ini guru produktif yang memiliki kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan zaman. UPI senantiasanya melaksanakan berbagai upaya baik melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Praktek Industri (PI), Program Latihan Profesi (PLP), sampai penyelenggaraan sarana dan prasarana yang menunjang. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menjadi Guru. Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan minat dijelaskan oleh Enco Sukarsa (Krisnadi, 2006: 15) yaitu cita cita, kebutuhan, lingkungan dan kesempatan. a. Minat timbul karena adanya cita cita, dengan demikianh maka minat mahasiswa terhadap suatu jenis pekerjaan dapat diamati melalui apa yang ia cita citakan. Minat akan terus berkembang bila kegiatan tersebut memenuhi apa yang ia cita citakan. Mahasiswa yang berminat menjadi tenaga pendidik akan melakukan pengembangan diri melalui berbagai usaha dalam bidang kependidikan. b. Kebutuhan Setiap individu memiliki beragam kebutuhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan, individu cenderung untuk tertarik pada obyek yang disukai, kebutuhan untuk menjadi tenaga pendidik dapat mempengaruhi minatnya untuk menjadi tenaga pendidik. c. Lingkungan Lingkungan adalah setiap benda, keadaan, atau kegiatan yang ada dilingkungan individu. Lingkungan terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Adanya dukungan dari lingkungan akan memberi dorongan bagi mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik. Minat menjadi tenaga pendidik akan menurun atau berkuarang apabila lingkungan tidak mendukung dalam kegiatan belajar.

17 d. Kesempatan Kesempatan turut mendukung minat individu. Individu yang memilki banyak kesempatan dapat mendukung timbulnya minat dalam dirinya. Demikian pula mahasiswa yang memperoleh banyak kesempatan, misalnya banyak waktu untuk mengikuti diskusi diskusi atau seminar dunia kependidikan di kampus dan mengikuti mata kuliah PLP dengan baik akan turut menumbuhkan minat mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik. 27

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BB II KJI PSTK 2.1. Hakekat Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa melalui pendidikan dapat melestarikan dan mengembangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa, melalui pendidikan lahir sumberdaya manusia terdidik yang berkualitas serta bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak individu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja (terkontrol, terencana dengan sadar dan secara sistematis) diberikan kepada anak didik oleh pendidik agar anak didik dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Motivasi merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan dorongan yang paling berpengaruh terhadap bentuk perilaku seseorang. Motivasi itu dapat tumbuh di dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

Menurut buku Panduan PLP UPI (2009 : 3), tujuan PLP adalah sebagai

Menurut buku Panduan PLP UPI (2009 : 3), tujuan PLP adalah sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan bersosialisasi merupakan salah satu aspek pengembangan diri yang penting. Sebagai mahluk sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan dirasakan semakin penting, baik yang bersifat formal maupun nonformal. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pilihan tepat untuk menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik. Terlebih dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (Wikipedia.com 23/05/2012). Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dalam tahap pembangunan masyarakat yang berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dalam tahap pembangunan masyarakat yang berencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam tahap pembangunan masyarakat yang berencana meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui proses industrialisasi. Peralihan dari masyarakat agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan pe dan akhiran an, mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesiapan Kesiapan menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu (Chaplin, 2006,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini membawa dampak bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tinggi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan mengemban tugas untuk menyiapkan dan menghasilkan guru serta tenaga kependidikan lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan formal mempunyai proses bimbingan yang terencana dan sistematis mengacu pada kurikulum. Kurikulum merupakan unsur yang siknifikan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

76 Survei Minat Menjadi Guru Bimbingan dan Konseling Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling...

76 Survei Minat Menjadi Guru Bimbingan dan Konseling Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling... 76 Survei Minat Menjadi Guru Bimbingan dan Konseling Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling... SURVEI MINAT MENJADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2008 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mencerdaskan

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Relakang Penelitian Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana utama yang dapat mengembangkan kemampuan dan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam perguruan tinggi berperan dalam membekali para mahasiswa dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Self Directed Learning 1. Pengertian Self Directed Learning Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not educate, that there are teachers who do not successfully educate. No teacher who did not manage to educate,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Perilaku Mengajar Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi serta impian di masa depan. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi serta impian di masa depan. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan pengalaman di masa lalu yakni historis atau sejarah, fakta atau kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting pada zaman sekarang ini. Tanpa adanya pendidikan suatu bangsa dan negara tentunya akan sangat tertinggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan merupakan masalah yang menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan pendidikan merupakan kompleksitas daripada segenap para kontributor pendidikan, dalam hal ini guru. Pembangunan melalui pendidikan dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan dirasakan semakin penting, baik yang bersifat formal maupun nonformal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan suatu sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan

BAB I PENDAHULUAN. modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Minat Belajar Berbicara tentang minat, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai perhatian, kesukaan, kecenderungan hati kepada atau keinginan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan di Indonesia selalu berkembang mengikuti

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum

BAB I PENDAHULUAN. dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah adalah suatu lembaga pendidikan yang sudah memakai sistem kelas dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru adalah salah satu profesi. Kriteria untuk dikatakan profesi adalah jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. Guru dikatakan profesi karena mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan kualitas pribadi bangsa. Pendidikan dapat mencakup seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan pada hakikatnya adalah salah suatu proses pembinaan sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek pribadi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. menjadi kader-kader pembangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. menjadi kader-kader pembangun bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber di dunia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pendidikan salah satu alat untuk membawa perubahan pola pikir dan perlu, harus dilakukan terhadap masyarakat harus diakui bahwasanya pendidikan itu penting

Lebih terperinci