BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geliat pemanfaatan jasa lembaga keuangan semakin meningkat seiring perkembangan teknologi dan informasi dalam kehidupan masyarakat. Pada kesempatan yang bersamaan, kondisi demikian turut serta mendukung upaya peningkatan perekonomian nasional. Salah satu elemen yang berkaitan dengan perekonomian nasional adalah masalah sistem keuangan dan kegiatan industri jasa keuangan yang lain, seperti misalnya lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank. Eksistensi lembaga keuangan dalam mendukung perekonomian nasional demikian merupakan salah satu dampak dari globalisasi dan kemajuan teknologi yang berujung pada kompleksitas sistem keuangan di Indonesia. Kompleksitas yang terjadi perlu diurai sehingga dapat ditemukan solusinya, karena sistem keuangan yang kondusif akan mendukung terciptanya stabilitas pertumbuhan perekonomian. Pada kesempatannya, stabilitas pertumbuhan ekonomi akan mendukung pembangunan nasional di segala bidang. pada 5 Februari 2013 pukul Urgensi sistem keuangan dalam perkembangan perekonomian khususnya perbankan mengharuskan eksistensi sebuah lembaga pengawasan yang dapat memonitor kinerja dan pelaksanaan sistem keuangan dalam suatu negara. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang pada Pasal 8 huruf (c) dinyatakan bahwa pada pokoknya Bank Indonesia mempunyai tugas mengatur dan mengawasi Bank. Tujuan pengawasan bank sejatinya adalah menjadikan bank menjadi sehat dan bisa bersaing (kompetitif) secara individu, menjadikan bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat serta efisien dalam melaksanakan fungsi intermediasinya. Bank juga 1

2 digilib.uns.ac.id 2 ditujukan untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat melalui industri perbankan yang kuat dan berkembang dan pada gilirannya masyarakat dan negara dapat berharap memperoleh stabilitas sistem keuangan sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan. Persoalan yang dihadapi terdapat pada pengawasan terhadap perbankan oleh Bank Indonesia (BI) yang menghadapi beberapa kendala. Pertama, keterbatasan cakupan pemeriksaan/pengawasan akibat Undang-Undang seperti kesulitan pemeriksaan terhadap bank kustodian dan anak perusahaan sekuritas karena prinsip kerahasiaan. Kedua, tindak pidana yang melibatkan instrumen keuangan dengan berbagai otoritas pengawas relatif lebih sulit untuk ditelusuri. Ketiga, sinkronisasi ketentuan dan pemahaman ketentuan otoritas lain yang belum optimal. Keempat, perlindungan terhadap nasabah bank yang berinvestasi pada instrumen pasar modal yang di jual melalui perbankan relatif lemah karena ketidakjelasan otoritas yang mengawasi instrumen investasi nasabah. Kelima, bank sebagai obyek pengawasan merasa tidak efisien karena harus diperiksa berkali-kali oleh otoritas pengawas perbankan yang berbeda. Desember 2012 pukul 23:29) Masalah pengawasan perbankan di Indonesia sampai saat ini masih selalu mendapat sorotan, dari kasus BLBI, kemudian kasus adanya kredit macet dengan jumlah besar di BNI tentang kasus Loan/Credit fiktif di BNI, kasus Bank Global, kasus Bank Century dan masih banyak kasus-kasus lain, yang kesemuanya itu menunjukan bahwa masih banyak bank yang belum sepenuhnya menjalankan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usahanya dan lemahnya pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia (Sulistyandari, 2012:230). Sebuah tantangan dan tanggung jawab yang sangat besar bagi lembaga yang berwenang mengawasi perbankan yang harus segera di tangani dan diupayakan penyelesaiannya. Lembaga pengawas perbankan harus bekerja ekstra keras dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya guna mencegah munculnya persoalan serupa di kemudian hari.

3 digilib.uns.ac.id 3 Mencermati persoalan yang telah diuraikan di atas, maka Pemerintah bersama sama dengan legislatif membentuk peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk mengalihkan fungsi pengawasan bank dari Bank Indonesia kepada sebuah lembaga independen yaitu Otoritas Jasa Keuangan, sehingga dibentuk Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Apabila dirunut, sejarah OJK bermula sejak diundangkannya UU No. 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang Undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia untuk selanjutnya disebut Undnag-Undnag Bank Indonesia. Dalam Undang-undang tersebut, disebutkan secara tegas bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang-undang. Ketentuan selanjutnya disebutkan dalam pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Bank Indonesia bahwa pembentukan lembaga pengawasan akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember Pernyataan demikian menjadi sebuah landasan yang kuat bagi pembentukkan lembaga independen untuk mengawasi sektor jasa keuangan dan selambat-lambatnya pada tanggal yang telah disebutkan yaitu 31 Desember 2002 harus sudah terbentuk. Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010 OJK belum terbentuk. Sampai kemudian Undang-Undang OJK baru terealisasi pada tahun 2011 dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 66 (ayat 1) Undang-Undang OJK menyebutkan bahwa sejak diundangkannya Undang-Undang OJK maka tugas, fungsi dan kewenangan Bank Indonesia akan beralih pada OJK dan mulai berlaku pada 1 Januari Sebelum tanggal tersebut, maka BI tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan. Kemudian, Pasal 68 menyebutkan, sejak beralihnya fungsi, tugas dan wewenang pengawasan perbankan kepada OJK, pemeriksaan dan/atau penyidikan yang sedang dilakukan oleh BI, penyelesaiannya dilanjutkan oleh OJK. Muatan demikian pada Undang-Undang OJK menunjukkan secara tegas bahwa fungsi pengawasan perbankan yang selama ini merupakan kewenangan Bank Indonesia akan beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan.

4 digilib.uns.ac.id 4 Pengalihan pengawasan bank dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan diharapkan akan membawa pengaruh positif dalam aktivitas bisnis perbankan. Keberadaan OJK diharapkan mampu memberikan kemajuan yang mengarah kepada iklim kondusif bagi pengembangan dan pembangunan perbankan di Indonesia. Pengalihan fungsi pengawasan perbankan kepada lembaga independen dalam hal ini OJK dinilai sebagai langkah paling tepat guna mewujudkan tujuan penyehatan dan pengembangan perbankan. Hal demikian berkait dengan fungsi OJK untuk mengawasi perbankan sekaligus pembrntukan pengaturan terhadap pelaksanaan kinerja perbankan. Menilik penerapan lembaga pengawas perbankan dalam bentuk lembaga independen semacam Otoritas Jasa Keuangan sebenarnya juga telah dilaksanakan di negara lain. Beberapa negara seperti Inggris, Australia dan Korea Selatan pernah menggunakan lembaga independen dalam pengawasan perbankan. Namun sejarah menunjukkan gagalnya koordinasi dengan Bank of England (BoE) dalam penanganan Northern Rock. Di Korea Selatan, FSA Koorea Selatan juga sedang dalam tekanan politik hebat agar pengawasan dikembalikan ke bank sentral akibat maraknya kasus korupsi (Khopiatuziadah, 2012:116). Kegagalan lembaga OJK di beberapa negara tersebut sangat kontradiktif jika dibandingkan dengan OJK di Indonesia yang sedang dalam proses pengkondisian secara kelembagaan dan penyesuaian pegawai besera tugas dan fungsinya, bahkan baru akan efektif dilaksanakan pada tanggal 1 Januari Berdasarkan penerapan lembaga independen semacam OJK yang telah dilaksanakan di beberapa negara, pengamat ekonomi Universitas Indonesia Rofikoh Rokhim, masih meragukan efektifitas dibentuknya lembaga independen pengawas sektor keuangan. Keraguan muncul dan di anggap penting seiring pembubaran Financial Service Authority di Inggris pada 16 Juni Negaranegara maju sudah berbelok atau merubah arah dalam perspektif pengawasan perbankan oleh lembaga independen, namun Indonesia justru baru akan memulai OJK. Kegagalan OJK menurut Rofikoh tidak hanya terjadi di Inggris, hal yang sama juga terjadi di Prancis dan Korea. Begitu pula dengan pemerintah Amerika Serikat yang memilih untuk memperkuat peran dan fungsi lembaga Bank Sentral

5 digilib.uns.ac.id 5 dibanding memilih OJK. pengamat--negara-maju-saja-bubarkan-ojk>(06 Desember 2012 pukul 06.55). Fakta sebagaimana diuraikan di atas menunjukkan bahwa negara-negara yang menggunakan lembaga semacam OJK dalam pengawasan perbankan banyak mengalami kegagalan. Inggris sebagai salah satu negara yang mula-mula membentuk lembaga independen pengawas perbankan independen ternyata tidak luput dari kegagalan yang serupa. Salah satu negara yang di anggap masih dapat mempertahanan stabilitas kinerja badan pengawas perbankan dengan memanfaatkan OJK adalah Jepang dengan lembaga independen Financial Services Agency (FSA) yang dimiliki. Jepang merupakan contoh negara yang berhasil memisahkan pengawasan lembaga keuangannya dengan dipegang oleh sebuah lembaga independen. April 2013 pukul 23:38) Article 3 Act for Establishment of the Financial Services Agency Number 130 of 1998 (Undang-Undang FSA) pada pokoknya menyatakan bahwa FSA berfungsi menjaga stabilitas fungsi pendanaan dan memberikan perlindungan terhadap nasabah perbankan, peserta asuransi, investor saham sekuritas atau yang setara dengannya, selain itu juga bertanggung jawab untuk menjaga kelancaran pembayaran. Pembentukan FSA di Jepang oleh banyak kalangan dinilai cukup berhasil dalam menjaga stabilitas sistem keuangan (Zaidatul Amina, 2012:18). The Japanese FSA is an integrated supervision agency, in charge of supervision of most financial institutions, such as banks, securities firms, insurance companies, and smaller financial institutions.. FSA Jepang adalah lembaga pengawasan terpadu, yang bertanggung jawab atas pengawasan terhadap lembaga keuangan, seperti bank, perusahaan sekuritas, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya. (Takeo Hoshi, 2003:2) Di satu sisi, kegagalan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga pengawas perbankan di berbagai negara menjadi sebuah catatan penting dan sarana antisipasi dalam pelaksanaan pengawasan perbankan oleh OJK yang akan mulai efektif pada 1 Januari Perspektif berbeda dapat disasarkan pada pengawasan yang dilakukan Financial Services Agency yang oleh dinyatakan

6 digilib.uns.ac.id 6 cukup berhasil. Keberhasilan demikian memberikan sebuah harapan bahwa OJK Indonesia mempunyai peluang untuk menyusul keberhasilan FSA Jepang. Kekhususan seperti apa yang menjadikan FSA dinyatakan cukup berhasil menjadi sebuah kajian yang sangat menarik. Persoalan pengawasan perbankan yang demikian kompleks dan memerlukan perhatian yang serius menjadi alasan bagi Penulis untuk mengkaji secara mendalam dengan perspektif perbandingan dengan negara Jepang. Terlebih pembentukan OJK sangat diharapkan dapat menciptakan penyehatan dan pengembangan perbankan. Pengalaman pelaksanaan pengawasan perbankan oleh Financial Services Agency di Jepang yang oleh banyak kalangan dinilai berhasil diharapkan dapat menjadi referensi positif guna pelaksanaan pengawasan perbankan di Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan. Keberadaan OJK merupakan upaya untuk mereformasi dan mengintegrasikan sistem pengaturan dan pengawasan bagi semua sektor jasa keuangan secara keseluruhan agar lebih kredibel, dalam rangka mewujudkan pertumbuhan sektor keuangan yang kuat dan sehat, sehingga mampu mengantisipasi setiap perkembangan sektor keuangan baik secara domestik maupun global (Andika Hendra Mustaqim, 2010:10). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk mengkaji lebih mendalam mengenai pengawasan Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia kemudian dibandingkan dengan keberhasilan Financial Services Agency di Jepang dalam menjalankan fungsi pengawasan perbankan sesuai peraturan hukum yang berlaku. Pengkajian dimaksud penulis tuangkan melalui sebuah penulisan hukum yang berjudu STUDI PERBANDINGAN HUKUM PENGAWASAN PERBANKAN ANTARA OTORITAS JASA KEUANGAN DI INDONESIA DENGAN FINANCIAL SERVICES AGENCY B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Pengaturan Pengawasan Perbankan antara Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia dengan Financial Services Agency di Jepang?

7 digilib.uns.ac.id 7 2. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Pengaturan Pengawasan Perbankan antara Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia dengan Financial Services Agency di Jepang? 3. Bagaimana Tingkat Keberhasilan Pengawasan Perbankan oleh Financial Services Agency dalam Menyehatkan Perbankan di Jepang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Tujuan Obyektif Tujuan objektif yang merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan umum yang berasal dari penelitian dimaksud, diantaranya: a. Untuk mengetahui pengaturan pengawasan perbankan antara Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia dengan Financial Services Agency di Jepang. b. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia dan pengawasan Financial Services Agency di Jepang. c. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengawasan Financial Services Agency dalam menyehatkan perbankan di Jepang. 2. Tujuan Subjektif Tujuan Subjektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan pribadi Penulis sebagai dasar dalam melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut: a. Untuk memperoleh sumber hukum dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun Penulisan Hukum (Skripsi) agar dapat memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Untuk menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri serta memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum.

8 digilib.uns.ac.id 8 c. Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktik Penulis dalam bidang hukum perdata, khususnya terkait dengan perbankan dan pengawasan perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beserta perbandingannya dengan Financial Services Agency (FSA). D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Penulisan hukum ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang Hukum Perdata pada umumnya dan Hukum Perbankan pada khususnya terutama mengenai fungsi pengawasan perbankan di Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan beserta perbandingannya dengan Financial Services Agency di Jepang dalam tatanan peraturan maupun dalam tatanan praktis yang menyangkut segala aspek dalam fungsi pengawasan Otoritas Jasa Keuangan. b. Penulisan hukum ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur sebagai acuan untuk melaksanakan penulisan sejenis selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi wadah bagi Penulis untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuan Penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Hasil penelitian dan penulisan ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan bermanfaat bagi pihak yang mengkaji ilmu hukum khususnya hukum perdata.

9 digilib.uns.ac.id 9 E. Metode Penelitian Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Rosdy Ruslan, 2003:24). Sedangkan penelitian menurut Sutrisno Hadi adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1989:4). Penelitian hukum adalah sebuah proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:35). Untuk mendapatkan bahan hukum dan prosedur penelitian dalam menemukan kebenaran berdasarkan logika hukum mengenai perbandingan hukum pengawasan terhadap perbankan antara Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia dengan Financial Services Agency di Jepang, maka digunakan penelitian yang sesuai. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum doktrinal. Sebagaimana yang didefinisikan oleh Hutchinson bahwa penelitian hukum doktrinal adalah research which provides a systematic exposition of the rules governing a particular legal category, analyses the relationship between the rules, explain areas of difficulty and perhaps, predict future development (penelitian yang memberikan penjelasan secara sistematis mengenai peraturan yang mengatur kategori hukum tertentu, menganalisis hubungan antar peraturan, menjelaskan letak kesulitan dan berbagai kemungkinan, serta memprediksi pembangunan masa depan (Peter Mahmud Marzuki, 2006:32). Penelitian hukum secara umum dapat dikategorikan menjadi penelitian doktrinal dan penelitian non doktrinal. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian doktrinal atau disebut juga penelitian hukum normatif (Peter Mahmud Marzuki, 2006:33). Penelitian hukum

10 digilib.uns.ac.id 10 normatif memiliki definisi yang sama dengan penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum (librabry based) yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder. Sehingga penelitian hukum menurut Johnny Ibrahim ialah suatu prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuwan hukum dari sisi normatifnya (Johnny Ibrahim, 2008: 57). 2. Sifat Penelitian Ilmu hukum memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskripsi dan terapan yang kemudian dari hasil telaah dapat dibuat opini atau pendapat hukum sehingga pada akhirnya opini dan pendapat hukum yang dikemukakan merupakan suatu preskripsi, sehingga untuk mendapatkan preskripsi itulah guna praktik penelitian hukum (Peter Mahmud, 2006:22-27). Penelitian doktrinal adalah suatu penelitian hukum yang bersifat perskriptif bukan deskriptif sebagaimana ilmu sosial dan ilmu alam (Peter Mahmud Marzuki, 2006:33). Jadi pada dasarnya preskriptif merupakan sifat dari ilmu hukum, sehingga penelitian hukum yang dilakukan turut menggunakan sifat yang sama dari sifat ilmu hukum yakni bersifat preskriptif. Berdasarkan definisi tersebut karakter preskripsi akan dikaji pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia kemudian menelaah terkait perbandingan hukum pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Perbankan di Indonesia dengan Financial Services Agency di Jepang melalui peraturan perundang-undangan di masing-masing negara tersebut. 3. Pendekatan Penelitian Berdasarkan pandangan Peter Mahmud Marzuki, dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek guna menjawab isu hukum yang diteliti, adapun beberapa pendekatan yang dimaksud yaitu: pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan perbandingan (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006:93). Berkenaan dengan pandangan Peter

11 digilib.uns.ac.id 11 Mahmud Marzuki tersebut, Penulis menggunakan beberapa pendekatan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti yaitu pendekatan perundangundangan (statute approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach). Pendekatan perundang-undangan karena penelitian ini bertolak dari adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Undang-Undang Jepang Nomor 130 Tahun 1998 tentang Penbentukan The Financial Services Agency. Seanjutnya dengan menggunakan pendekatan komparasi (comparative approach) karena penulis hendak membandingkan kedua peraturan tersebut sehingga dapat mengambil segi positif untuk memperkaya khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi perkembangan pengawasan perbankan di Indonesia. 4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Penulisan hukum ini menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Menurut Peter Mahmud Marzuki, bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai otoritas, sedangkan bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:141). Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Peraturan terkait FSA di Jepang yakni Undang-undang Nomor 130 tahun 1998 tentang Pembentukan FSA. Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan adalah buku-buku yang berisi tentang Perbankan dan Otoritas Jasa Keuangan serta Financial Services Agency, buku-buku lain yang berkaitan, jurnal-jurnal hukum baik nasional maupun internasional, hasil-hasil penelitian, kamus-kamus hukum, artikel internet dan artikel media massa yang berkaitan dengan penelitian dimaksud. 5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penulisan hukum ini dengan menggunakan teknik studi pustaka/studi dokumen (library research), pengumpulan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder diinventarisasi dan diklasifikasi dengan menyesuaikan masalah yang diteliti. Bahan hukum

12 digilib.uns.ac.id 12 yang berkaitan dengan masalah dipaparkan, disistematisasi, kemudian dianalisis untuk menginterpretasikan hukum yang berlaku (Johny Ibrahim, 2008:296). Teknik ini merupakan cara pengumpulan sumber hukum dengan membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis serta membuat catatan dari buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 6. Teknik Analisis Bahan Hukum Johny Ibrahim menjelaskan bahwa metode penalaran hukum adalah kegiatan penalaran ilmiah terhadap bahan-bahan hukum yang dianalisis dengan menggunakan penalaran deduksi, penalaran induksi dan penalaran abduksi. Teknik analisis yang digunakan adalah metode penalaran hukum dengan metode penalaran deduksi. Metode ini menitikberatkan pada logika, karena logika mengajarkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam rangka mencapai kebenaran materi pemikiran. Penalaran deduktif digunakan untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang individual dan konkret yang dihadapi. Penalaran induktif dengan merumuskan fakta, mencari hubungan sebab akibat, serta mengembangkan penalaran berdasarkan kasus-kasus terlebih dahulu yang telah diputus kemudian membandingkan kasus faktual yang dihadapi sehingga menghasilkan temuan dan kesimpulan. Sedangkan penalaran abduktif adalah penalaran hukum yang mengandung unsur induksi dan deduksi secara bersamaan (Johny Ibrahim, 2008:296). Penelitian hukum yang Penulis gunakan menggunakan teknik analisis bahan hukum dengan metode deduktif. F. Sistematika Penulisan Hukum Sistematika penulisan hukum yang Penulis gunakan dalam penyusunan penelitian ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan pembahasan, penganalisaan, serta penjabaran isi dari penelitian dimaksud. Sistematika penulisan hukum tersebut penulis rangkai dalam beberapa bagian yang runtut sehingga dapat memaparkan secara komprehensif dan mudah dipahami.

13 digilib.uns.ac.id 13 Penulisan hukum ini penulis awali dengan bagian pendahuluan. Pada Bab I atau bagian pendahuluan akan memuat hal-hal yang berkaitan dengan judul yang sebelumnya juga telah dipaparkan. Judul disini kembali akan penulis klasifikasikan menjadi beberapa hal yang menjadi muatan pokok dan akan semakin menjelaskan substansi judul, diantaranya adalah pemaparan terkait latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. Latar belakang masalah memuat penjelasan tentang permasalahan yang timbul sehingga masalah ini dianggap menarik serta perlu dan penting untuk diteliti. Perumusan masalah menyatakan hubungan setidaknya antara dua proposisi hukum secara tegas dan tidak mengandung keraguan. Tujuan penulisan dalam hal ini menjelaskan secara spesifik tujuan yang ingin dicapai, dirumuska sinkron dengan rumusan masalah dan disajikan dalam bentuk kalimat pernyataan. Manfaat penelitian berisi manfaat penulisan baik secara teoritis maupun praktis. Metode penelitian memuat mengenai bentuk penelitian yang dilaksanakan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sistematika penulisan berisi paparan substansi dari Bab I sampai Bab IV. Pada Bab II dipaparkan mengenai Tinjauan Pustaka yang Penulis gunakan dalam penelitian dimaksud. Bagian tinjauan pustaka akan memuat mengenai dua sub bab yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Pada bagian kerangka teori, penulis akan menguraikan tinjauan hukum tentang Studi Perbandingan, Perbankan, dan Pengawasan Perbankan. Selanjutnya pada bagian kerangka pemikiran, penulis akan menampilkan bagan kerangka alur pemikiran penulis dilengkapi dengan pejelasan bagan untuk memperjelas alur pemikiran penulis. Bab III akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan yang ada melalui hasil penelitian yang diperoleh, yaitu membahas mengenai perbandingan Pengawasan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Perbankan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Serta pengawasan yang dilakukan Financial Services Agency terhadap Perbankan di Jepang sebagai bahan kajian guna memberikan

14 digilib.uns.ac.id 14 rekomendasi positif terhadap pengawasan OJK yang akan efektif mulai 1 Januari Selanjutnya adalah Bab IV yaitu Bab Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Pada bab ini penulis menguraikan mengenai kesimpulan yang diperoleh berdasarkan keseluruhan hasil pembahasan selama proses penelitian dilaksanakan, serta saran-saran dan rekomendasi yang penulis kemukakan kepada para pihak yang terkait dengan penulisan hukum ini. Penelitian ini akan dilengkapi dengan Daftar Pustaka dan Lampiran sebagai bentuk tanggungjawab ilmiah penulis atas hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terbaru diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam persidangan perkara pidana saling berhadapan antara penuntut umum yang mewakili Negara untuk melakukan penuntutan, berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana di Indonesia merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sering muncul sengketa yang bersentuhan dengan hukum dalam menjalankan usahanya. Sengketa Perbankan bisa saja terjadi antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang III. METODE PENELITIAN Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsipprinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 30 A. Pendekatan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 64 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Peter Mahmud, Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi dan seiring dengan perkembangan zaman, tindak pidana kekerasan dapat terjadi dimana saja dan kepada siapa saja tanpa terkecuali anak-anak. Padahal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem keuangan yang berlaku di setiap negara di dunia akan terus melakukan perkembangan dengan mengikuti keadaan masyarakat yang terus berubah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang membentang dari Sabang sampai Merauke terbagi dalam provinsi- provinsi yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur tentang cara bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris adalah Pejabat umum yang diangkat oleh Pemerintah untuk membantu masyarakat umum dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang ada atau timbul dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah telah membuktikan bahwa Negara Indonesia adalah negara bahari, yang kejayaan masa lampaunya dicapai karena membangun kekuatan maritim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui salah satu asas yang dianut oleh KUHAP adalah asas deferensial fungsional. Pengertian asas diferensial fungsional adalah adanya pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup merupakan suatu bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada Era Globalisasi saat ini pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dan pintar dalam membaca peluang pasar dari segi produk dan pemasaran sehingga dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum diciptakan dengan tujuan untuk mengatur tatanan masyarakat, dan memberikan perlindungan bagi setiap komponen yang berada dalam masyarakat. Dalam konsideran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Acara Pidana adalah memberi perlindungan kepada Hak-hak Asasi Manusia dalam keseimbangannya dengan kepentingan umum, maka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi dapat dipastikan tidak akan pernah berakhir sejalan dengan perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kategori negara berkembang dan tentunya tidak terlepas dari permasalahan kejahatan. Tindak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian memiliki arti ilmiah apabila menggunakan metodologi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Metode penelitian merupakan bagian yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penipuan merupakan salah satu tindak pidana terhadap harta benda yang sering terjadi dalam masyarakat. Modus yang digunakan dalam tindak pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi adalah usaha yang dilakukan orang, kelompok atau negara dalam bidang ekonomi untuk menghasilkan pendapatan dalam rangka memenuhi kebutukan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, negara Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk politik (zoonpoliticon). Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan sesamanya, dan sebagai makhluk politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan adalah buah perjuangan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam kehidupan bangsa yang lebih baik, adil, dan sejahtera. Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja. Tidak terkecuali terjadi terhadap anak-anak, hal ini disebabkan karena seorang anak masih rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uang mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Selain berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara, uang juga merupakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BAB I PENDAHULUAN

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BAB I PENDAHULUAN 1 PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara tentu harus memiliki tujuan, karena tujuan negara merupakan pedoman atau arah dalam penyelenggaraan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan, atas dasar Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 maka Presiden berhak membentuk beberapa lembaga-lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna mendukung kebutuhan akan finansial yang juga semakin beragam ditengah tumbuh dan berkembangnya perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat ini mengakibatkan meningkatnya berbagai tindak pidana kejahatan. Tindak pidana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kejahatan meningkat dalam berbagai bidang, baik dari segi intensitas maupun kecanggihan. Demikian juga dengan ancaman terhadap keamanan dunia. Akibatnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fasilitas kredit umumnya diberikan oleh lembaga keuangan. Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara Hukum sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke empat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) hasil amandemen ketiga menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Jimly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur tindak pidana terhadap harta kekayaan yang merupakan suatu penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang terjadi di Indonesia telah mempengaruhi perkembangan bidang usaha di tengah masyarakat. Perkembangan dalam bidang usaha sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia merupakan dampak positif dari era globalisasi dan pasar bebas. Hal ini menyebabkan persaingan ketat dalam dunia bisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan pembangunan, dimana kegiatan perbankan sendiri didasarkan pada adanya kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat

Lebih terperinci

Kebijakan pemberian fasilitas pembiayaan darurat oleh Bank Indonesia kepada bank umum bermasalah likuiditas berdampak sistemik di Indonesia

Kebijakan pemberian fasilitas pembiayaan darurat oleh Bank Indonesia kepada bank umum bermasalah likuiditas berdampak sistemik di Indonesia Kebijakan pemberian fasilitas pembiayaan darurat oleh Bank Indonesia kepada bank umum bermasalah likuiditas berdampak sistemik di Indonesia Dina Anggun Pratiwi NIM. E.0005145 UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tindak pidana korupsi di Indonesia saat ini telah berada dalam tahap yang parah, mengakar dan sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangan zaman pada saat ini, adanya pembangunan nasional ke depan merupakan serangkaian upaya untuk memajukan perkembangan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kontrak diselenggarakan bukan hanya terkait barang saja melainkan juga jasa. Secara sederhana kontrak ialah suatu perjanjian

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penunjang perekonomian di Indonesia adalah lembaga perbankan (bank) yang memiliki peran besar dalam menjalankan kebijaksanaan perekonomian. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai fakta-fakta. Dengan adanya bahan yang mengenai fakta-fakta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945), dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan pada sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak pidana yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah tindak pidana pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan alam yang melimpah di Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan alam yang melimpah di Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan alam yang melimpah di Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dikelola dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran

Lebih terperinci

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungsi internasional merupakan salah satu hal yang masih menimbulkan permasalahan dunia internasional, terlebih bagi negara tuan rumah. Negara tuan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanahkan beberapa kewajiban negara, salah satu yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus berdampak kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara dan dapat dikatakan sebagai pusat dari sistem perekonomian negara. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data atau bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum dengan metode yang lazim digunakan dalam metode penelitian hukum dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memperoleh pemecahan masalah atau jawaban

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang melambat, akan tetapi kualitas pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang melambat, akan tetapi kualitas pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada Maret 2015 menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan perekonomian di Indonesia hanya tumbuh 4,71%. Namun, bukan hanya pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hukum pidana bertujuan mengatur ketertiban dalam masyarakat, yang diwujudkan dalam fungsinya sebagai salah satu alat pengendalian sosial. Hal ini menentukan pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan atau tindak pidana merupakan sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan serta dinamika masyarakat menyebabkan hal

Lebih terperinci

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah . METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif, 1 yaitu meneliti berbagai peraturan perundangundangan yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan yang menggunakan konsepsi logistis positivis. Konsepsi ini

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan yang menggunakan konsepsi logistis positivis. Konsepsi ini 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pendekatan Yuridis Normatif. Pendekatan yuridis normatif yaitu suatu pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk. peradilan agama telah menjadikan umat Islam Indonesia terlayani dalam

BAB I PENDAHULUAN. Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk. peradilan agama telah menjadikan umat Islam Indonesia terlayani dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Agama merupakan lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini banyak ditemukan permasalahan yang menyangkut berbagai sektor kehidupan terutama pada negara berkembang salah satunya adalah Indonesia, antara

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945 yang menyatakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama ini pengawasan dalam kegiatan keuangan di Indonesia dipegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama ini pengawasan dalam kegiatan keuangan di Indonesia dipegang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini pengawasan dalam kegiatan keuangan di Indonesia dipegang oleh dua instansi yang berbeda. Bank Indonesia melakukan pengawasan dalam sektor perbankan dan Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu kejadian yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Dalam sebuah perkawinan, setiap pasangan mendambakan kehadiran anak. Kehadirannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu pilar negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu penelitian hukum dengan mengkaji bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sudah dikenal di Indonesia sejak VOC mendirikan Bank

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sudah dikenal di Indonesia sejak VOC mendirikan Bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Perbankan di Indonesia yang terus berkembang menjadikan perbankan sebagai komponen penting dalam perekonomian nasional saat ini, lembaga perbankan sudah dikenal

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3), menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Penipuan yang berasal dari kata tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi kasus kejahatan seksual seperti pemerkosaan, pencabulan, dan kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila di tinjau dari aspek hukum adalah sah keberadaanya. Undang-undang narkotika nomor 35 tahun 2009 mengatur

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet. 11 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan pada berbagai sisi kehidupan. Dengan teknologi informasi yang berkembang saat ini, maka memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Pernyataan tersebut secara tegas tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini negara-negara enggan mendeklarasikan keterlibatannya secara terus terang dalam situasi konflik bersenjata sehingga sulit mendefinisikan negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2 Konsumen sebagaimana yang dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa asing,

Lebih terperinci