MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MATA PELAJARAN. PPKn SMA/SMK KELOMPOK KOMPETENSI 10

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MATA PELAJARAN. PPKn SMA/SMK KELOMPOK KOMPETENSI 10"

Transkripsi

1

2 MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MATA PELAJARAN PPKn SMA/SMK KELOMPOK KOMPETENSI 10 PENYUSUN Dr. Mukiyat, M.Pd. (PPPPTK PKn dan IPS) Dr. Suwarno, M.H. (PPPPTK PKn dan IPS) Dr. Didik Sukriono, S.H, M.Hum. (Univ. Negeri Malang) Diana Wulandari, S.Pd. (PPPPTK PKn dan IPS) Drs. MArgono, M.Pd, M.Si. (Univ. Negeri Malang) Drs. H. M. Ilzam Marzuk, M.A.Educ. (PPPPTK PKn dan IPS) Dr. Nur Wahyu Rohmadi, M.Pd, M.Si. (Univ. Negeri Malang PEMBAHAS Dr. Didik Sukriono, S.H., M.Hum. (Univ. Negeri Malang) Muhammad Rohmatul Adib, S.Pd. (SMAN 3 Malang) Dr. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd., M.Si. (Univ. Negeri Malang) Drs. Dewantara (SMAN 7 Malang) Siti Awaliyah, S.Pd., SH, M.Hum. (Univ. Negeri Malang) Dra. Husniah (SMA Negeri 4 Malang) Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Se. (Univ. Negeri Malang) Sukamto, S.Pd. (SMAN 1 Kandangan) Drs. Teguh Santosa (SMAN 8 Malang) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015

3 PENGANTAR Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul ini, diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS. Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Sumarna Surapranata, Ph.D NIP PPKn SMA/SMK K-10 i

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Pendahuluan... Kegiatan Pembelajaran 1... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran 2... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran 3... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... i ii vi ix PPKn SMA/SMK K-10 ii

5 H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran 4... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran 5... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran 6... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran 7... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran PPKn SMA/SMK K-10 iii

6 E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran 8... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran 9... A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan Pembelajaran PPKn SMA/SMK K-10 iv

7 B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban... Kegiatan Pembelajaran A. Tujuan Pembelajaran... B. Indikator Pencapaian Kompetensi... C. Uraian Materi... D. Aktivitas Pembelajaran... E. Latihan / Kasus / Tugas... F. Rangkuman... G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... H. Kunci Jawaban Penutup... Daftar Pustaka PPKn SMA/SMK K-10 v

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1... Gambar 2... Gambar 3... Gambar 4... Gambar 5... Gambar 6... Gambar 7... Gambar 8... Gambar 9... Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar PPKn SMA/SMK K-10 vi

9 Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar PPKn SMA/SMK K-10 vii

10 DAFTAR TABEL Tabel 1... Tabel 2... Tabel 3... Tabel 4... Tabel 5... Tabel 6... Tabel 7... Tabel 9... Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel PPKn SMA/SMK K-10 viii

11 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel PPKn SMA/SMK K-10 ix

12 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan agar mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Profesi guru dan tenaga kependidikan harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan guru dan tenaga kependidikan merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif. Untuk itu guru dan tenaga kependidikan yang profesional wajib melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK PPKn SMA/SMK K-10 1

13 dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul diklat PKB bagi guru dan tenaga kependidikan ini merupakan salah satu bahan referensi bagi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kegiatan PKB. Penyusunan modul ini telah melalui beberapa proses dan mekanisme yaitu tahap: persiapan, penyusunan, pemantapan (sanctioning), dan pencetakan. Modul ini disusun untuk memberikan informasi/gambaran/deskripsi dan pembelajaran mengenai materi-materi yang relevan, serta disesuaikan dengan standar isi kurikulum. B. Tujuan Tujuan penyusunan modul diklat PKB secara umum adalah memberikan pemahaman dan sebagai salah satu referensi bagi peserta diklat PKB, sehingga kompetensi ranah profesional dan paedagogik tercapai. Kompetensi inti dalam ranah profesional yang hendak dicapai dalam pembelajaran pada modul ini mencakup: 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMA/SMK 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMA/SMK 3. Mengembangkan materi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMA/SMK secara kreatif Sedangkan kompetensi inti dalam ranah paedagogik yang hendak dicapai dalam pembelajaran pada modul ini mencakup: 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik PPKn SMA/SMK K-10 2

14 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan matapelanjaran yang diampu. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran 6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 7. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran C. Peta Kompetensi No Mata Diklat Kompetensi Materi 1 Revitalisasi Dan Pengembang an Nilai-Nilai Pancasila Sesuai Dengan Perkembang an Zaman 1. Menjabarkan arti revitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Menganalisis caracara merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. 3. Menganalisi kendalakendala merevitalisasi pengembangan implementasi nilainilai Pancasila dalam aspek kehidupan. 4. Menganalisi cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilainilai Pancasila dalam aspek kehidupan. 1. Arti revitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Cara-cara merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. 3. Kendala-kendala merevitalisasi pengembangan implementasi nilainilai Pancasila dalam aspek kehidupan. 4. Cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilainilai Pancasila dalam aspek kehidupan. 2. Revitalisasi 1. merevitalisasi dan 1. Revitalisasi dan PPKn SMA/SMK K-10 3

15 No Mata Diklat Kompetensi Materi Nilai-Nilai Pembukaan dan Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 mengembangkan nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 selaras dengan dinamika global dunia. 2. menganalisis caracara merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 selaras dengan dinamika global dunia. 3. menganalisis kendala-kendala pengembangan implementasi nilainilai Pembukaan dan Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 ditengah kehidupan global dunia. 4. menganalisis cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilainilai Pembukaan dan Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 pengembangan nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 selaras dengan dinamika global dunia. 2. cara-cara merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 selaras dengan dinamika global dunia. 3. kendala-kendala pengembangan implementasi nilainilai Pembukaan dan Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 ditengah kehidupan global dunia. 4. cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilainilai Pembukaan dan Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 ditengah kehidupan global dunia. PPKn SMA/SMK K-10 4

16 No Mata Diklat Kompetensi Materi 3 Membangun Karakter Bangsa dalam konteks NKRI 4 Desain good governance dalam penyelenggar aan negara di Indonesia 5 Inovasi Penanganan Korupsi di Indonesia ditengah kehidupan global dunia. 1. menjelaskan pengertian pendidikan karakter bangsa. 2. menjelaskan latar belakang pendidikan karakter bangsa. 3. menjelaskan tujuan pendidikan karakter bangsa. 4. Menganalisis implementasi pendidikan karakter bangsa. 5. Membangun integrasi pendidikan karakter bangsa ke mata pelajaran PPKn. membangun institusi berbasis good governance 1. Mampu menganalisis permasalahan Penanganan Korupsi di Indonesia. 2. Mampu menganalisis Penyebab munculnya korupsi di Indonesia. 1. pengertian pendidikan karakter bangsa. 2. latar belakang pendidikan karakter bangsa. 3. tujuan pendidikan karakter bangsa. 4. implementasi pendidikan karakter bangsa. 5. integrasi pendidikan karakter bangsa ke mata pelajaran PPKn. 1. Desain good governance dalam penyelenggaraan negara di Indonesia 2. Desain Good Governance Melalui Pembangunan Institusi/Lembaga 3. Pengembangan Lembaga Good Governance 1. permasalahan Penanganan Korupsi di Indonesia. 2. Penyebab munculnya korupsi di Indonesia. 3. Dampak korupsi di Indonesia. 4. Undang-Undang Tentang Korupsi di PPKn SMA/SMK K-10 5

17 No Mata Diklat Kompetensi Materi 6 Revitalisasi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Pendidikan Bela Negara 3. Mampu menganalisis Dampak korupsi di Indonesia. 4. Mampu menganalisis Undang-Undant Tentang Korupsi di Indonesia. 5. Mampu merancang upaya penanggulangan Korupsi di Indonesia. 1. membangun kesadaran warga negara untuk bela negara. 2. membangun kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara. 3. membangun kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia melalui Pendidikan Bela Negara. Indonesia. 5. upaya penanggulangan Korupsi Indonesia. 1. Kesadaran warga negara untuk bela negara. 2. Kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara. 3. Kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia melalui Pendidikan Bela Negara. di 7 Strategi Pencegahan dan Penanggulan gan Permasalaha n HAM di Indonesia melalui Pendidikan HAM 8 Desain Sistem Politik Demokrasi membangun strategi pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia melalui pendidikan HAM 1. Menjelaskan pengertian Desain Sistem Politik Strategi pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia melalui pendidikan HAM 1. Pengertian Desain Sistem Politik Demokrasi dan PPKn SMA/SMK K-10 6

18 No Mata Diklat Kompetensi Materi dan Budaya Politik Partisipan 9 Menyusun kembali Pendekatan saintifik dalam Pembelajaran PPKn Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan. 2. Menjelaskan bentukbentuk Budaya Politik Partisipan. 3. Menganalisis budaya politik yang bertentangan dengan semangat politik bangsa. 4. Menganalisis contoh budaya politik partisipan dalam hidup bermasyarakat, berbanga, dan bernegara. 5. Menganalisis contoh perilaku yang berperan aktif dalam politik yang berkembang di masyarakat. 6. Menyususn kembali Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan dalam membangun karakter politik yang demokratis 1. Menguraikan langkah-langkah pendekatan saintifik Kurikulum Menyusun tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK dengan salah satu contoh topik/materi. Budaya Politik Partisipan. 2. Bentuk-bentuk Budaya Politik Partisipan. 3. Budaya politik yang bertentangan dengan semangat politik bangsa. 4. Contoh budaya politik partisipan dalam hidup bermasyarakat, berbanga, dan bernegara. 5. Contoh perilaku yang berperan aktif dalam politik yang berkembang di masyarakat. 6. Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan dalam membangun karakter politik yang demokratis 1. Langkah-langkah pendekatan saintifik Kurikulum Tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK dengan salah satu contoh topik/materi. 10 Inovasi model 1. Mendalami tentang 1. Model PBL, PJBL dan PPKn SMA/SMK K-10 7

19 No Mata Diklat Kompetensi Materi pembelajaran PPKn SMA/SMK model PBL, PJBL dan DL dalam DL dalam pembelajaran PPKn pembelajaran PPKn yang inovatif. yang inovatif. 2. Model PBL (Problem 2. Menyusun model PBL Based Learning) (Problem Based dalam pembelajaran Learning) dalam PPKn yang inovatif. pembelajaran PPKn 3. Model PJBL (Project yang inovatif. Based Learning) 3. Menyusun Model dalam pembelajaran PJBL (Project Based PPKn yang inovatif. Learning) dalam 4. Model DL (Discovery pembelajaran PPKn Learning) dalam yang inovatif. pembelajaran PPKn 4. Menyusun dan model yang inovatif. DL (Discovery Learning) dalam pembelajaran PPKn yang inovatif. 11 Menyusun kembali Penilaian Pembelajaran PPKn 12 Penggunaan aplikasi moodle dalam pembelajaran PPKn 1. Mendalami konsep penilaian autentik pembelajaran PPKn yang inovatif. 2. Menyusun instrumen penilaian sikap pembelajaran PPKn yang inovatif. 3. Menyusun instrumen penilaian pengetahuan pembelajaran PPKn yang inovatif. 4. Menyusun instrumen penilaian ketrampilan pembelajaran PPKn yang inovatif.. Menggunakan aplikasi moodle dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK 1. Konsep penilaian autentik pembelajaran PPKn yang inovatif. 2. Instrumen penilaian sikap pembelajaran PPKn yang inovatif. 3. Instrumen penilaian pengetahuan pembelajaran PPKn yang inovatif. 4. Instrumen penilaian ketrampilan pembelajaran PPKn yang inovatif.. Penggunaan aplikasi moodle dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK PPKn SMA/SMK K-10 8

20 No Mata Diklat Kompetensi Materi SMA/SMK D. Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan dalam modul ini mencakup: 1. Revitalisasi Dan Pengembangan Nilai-Nilai Pancasila Sesuai Dengan Perkembangan Zaman 2. Revitalisasi Nilai-Nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun Membangun Karakter Bangsa dalam konteks NKRI 4. Desain good governance dalam penyelenggaraan negara di Indonesia 5. Inovasi Penanganan Korupsi di Indonesia 6. Revitalisasi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Pendidikan Bela Negara 7. Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Permasalahan HAM di Indonesia melalui Pendidikan HAM 8. Desain Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan 9. Menyusun kembali Pendekatan saintifik dalam Pembelajaran PPKn 10. Inovasi model pembelajaran PPKn SMA/SMK 11. Menyusun kembali Penilaian Pembelajaran PPKn 12. Penggunaan aplikasi moodle dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK PPKn SMA/SMK K-10 9

21 Revitalisasi Dan Pengembangan Nilai-Nilai Pancasila Sesuai Dengan Perkembangan Zaman Revitalisasi Nilai-Nilai Pembukaan danuud NRI Tahun 1945 Membangun Karakter Bangsa dalam konteks NKRI Desain good governance dalam penyelenggaraan negara di Indonesia Profesional Inovasi Penanganan Korupsi di Indonesia Revitalisasi Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Pendidikan Bela Negara Peta Kompetensi Grade 10 Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Permasalahan HAM di Indonesia melalui Pendidikan HAM Desain Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan Menyusun kembali Pendekatan saintifik dalam Pembelajaran PPKn Inovasi model pembelajaran PPKn SMA/SMK Paedagogik Menyusun kembali Penilaian Pembelajaran PPKn Penggunaan aplikasi moodle dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK PPKn SMA/SMK K-10 10

22 E. Saran Cara penggunaan modul Petunjuk penggunaan modul ini adalah sebagai berikut: 1. Membaca judul modul dengan teliti 2. Membaca pendahuluan agar memahami latar belakang penulisan modul, tujuan penyusunan modul, peta kompetensi dalam modul, ruang lingkup pembahasan, serta petunjuk penggunaan modul yang termuat dalam saran cara penggunaan modul 3. Mengikuti alur kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan pembelajaran 1 sampai dengan kegiatan pembelajaran 15. Kegiatan pembelajaran menunjukan mata diklat atau topik yang akan dibahas dalam kegiatan diklat. Setiap kegiatan pembelajaran memiliki tujuan, indikator pencapaian, aktivitas pembelajaran, latihan/ kasus /tugas, rangkuman materi, umpan balik dan tindak lanjut, serta kunci jawaban yang berbeda. 4. Selanjutnya, membaca penutup, daftar pustaka, dan glosarium PPKn SMA/SMK K-10 11

23 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN NILAI-NILAI PANCASILA SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini yaitu tentang Revitalisasi dan Pengembangan nilai-nilai Pancasila Sesuai dengan Perkembangan Zaman diharapkan anda dapat: 1. Menjabarkan arti revitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Menganalisis cara-cara merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. 3. Menganalisi kendala-kendala merevitalisasi pengembangan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek kehidupan. 4. Menganalisi cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilainilai Pancasila dalam aspek kehidupan. B. Indikator Kompetensi 1. Menjabarkan arti revitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Menganalisis cara-cara merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. 3. Menganalisi kendala-kendala merevitalisasi pengembangan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek kehidupan. 4. Menganalisi cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilainilai Pancasila dalam aspek kehidupan. PPKn SMA/SMK K-10 12

24 C. Uraian Materi 1. Arti Revitalisasi Dan Mengembangkan Nilai-Nilai Pancasila Sesuai Dengan Perkembangan Zaman Artinya mengembalikan makna/arti nilai Pancasila seperti semula(yang sebenarnya), dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman (Mukiyat, 2009). Pertanyaanya mengapa mengembalikan makna/arti Pancasila seperti semula? jawabnya karena dengan adanya perkembangan dan penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern (globalisasi) sekarang ini yang berdampak pada sikap dan perilaku kehidupan yang fenomenal, sebagian orang memaknai nilai-nilai Pancasila berbeda-beda, ada yang membenarkan (menjastivakasikan) sikap dan perilakunya sesuai dengan Pancasila, pada hal salah, ada yang ragu-ragu, ada yang secara obyektif dapat memaknai arti Pancasila sesuai dengan arti yang sebenarnya. Dengan demikian perlu adanya revitalisasi nilai Pancasila supaya tidak terjadi secara subyektif demi kepentingannya, golongan, atau partai politiknya. Contoh: ada orang yang perbuatannya betul-betul melanggar hukum, bertentang dengan agama dan nilai-nilai Pancasila tetap saja ada orang membela dan membenarkan perbuatan itu demi kepentingan yang bersifat subyektif, kepentingan teman dan partai politiknya. Hal ini terjadi tidak digolangan level bawah,menengah dan level atas seperti anggota DPR pun melakukannya. 2. Menganalisis Cara-Cara Merevitalisasi Dan Mengembangkan Nilai- Nilai Pancasila Sesuai Dengan Perkembangan Zaman Cara merevitalasisasi dan mengembangkan nilai nilai Pancasila supaya memaknai secara obyektif seperti dulu, antar lain adalah: Sikap dan perilaku tersebut kebenarannya selain diacu dengan nilai-nilai Pancasila diacu dengan: a. nilai agama. b. Hukum atau undang-undang yang berlaku. c. Adat istiadat. d. Norma, moral, dan etika yang berlaku di masyarakat. PPKn SMA/SMK K-10 13

25 e. Sosio budaya bangsa Indonesia. 3. Kendala-Kendala Merevitalisasi Pengembangan Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Aspek Kehidupan Pada zaman modern ini banyak sekali kendala untuk merevitalisasi pengembanangan nilai-nilai Pancasila, kendala tersebut sebagian sebagai berikut: a. Penemuan ilmu dan teknollgi modern yang berdampak pada sikap dan perilaku yang modern juga (mengglobal). b. Demokrasi terlalu bebas berpendapat, politik uang masih ada dalam pemilu, kurupsi, KKN, belum dapat dibrantas sampai tuntas, perpolitikan masih mementingkan dirinya dan partai politiknya, bukan kepentingan bangsa dan negara (nasional interest). c. Model dan gaya hidup yang nyeleneh seperti : orang laki-laki memakai anting-anting, model potongan rambut, perkawinan sesama jenis, model ini sesuai dengan nilai Pancasila atau tidak dan bagaimana sikap nilainilai terhadap fenomena model hidup modern tersebut. d. Sebagian sikap dan perilaku penganut agama(aliran keras), tertentu, menentang nilai-nilai Pancasila, termasuk teroris, ISIS dan lainnya. e. Pengaruh paham luar seperti sistem ekonomi kapitalis, feodalis dan sosialis yang berkembang pada zaman modern ini. f. Sikap dan perilaku bangsa Indonesia sendiri yang bersikap masa bodoh terhadap nilai-nilai, norma dan moral Pancasila, yang penting menguntungkan dirinya. PPKn SMA/SMK K-10 14

26 4. Dalam Menganalisis Cara Mengatasi Kendala Revitalisasi Pengembangan Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Aspek Kehidupan Mengatasinya dengan dua cara yaitu: penyelesaian jangka panjang dan jangka singkat. Jangka panjang (preventif dan represif). a. Melalui pendidikan dan penyuluhan, terutama sasarannya anak remaja. b. Melakukan pendikan dan pengamalan Pancasila kepada di semua lapisan masyarakat seperti P4 dulu, hanya dikemas lebih modern dan sederhana. c. Mengadakan revolusi mental bangsa Indonesia yang sudah diambang kebrobrokan moral. d. Menyusun Undang-Undang yang berhubungan dengan revitalisasi nilainilai Pancasila. Jangka pendek: a. Melakukan tindakan bagi siapa saja yang melakukan perbuatan melanggar nilai-nilai Pancasila. b. Menyiarkan, mempublikasikan perbuatan tersebut melalui media elektronik dan cetak biar diketahui oleh masyarakan dan tidak mengulang lagi perbuatannya. c. Memberi sanksi, hukuman yang adil sesuai dengan hukum dan undangundang yang berlaku. D. Aktivitas Pembelajaran 1. Bacalah dengan cermat dan pamami modul di atas, 2. Setelah itu diskusikan dengan kelompok anda (membentuk kelompok). 3. Presentasikan hasil diskusi tersebut dan kelompok lain menanggapinya. 4. Simpulkan isi dan makna modul tersebut dengan kelompok anda. PPKn SMA/SMK K-10 15

27 E. Latihan dan Tugas Setelah membaca modul di atas, tugas anda adalah menjawab pertanyaan di bawah ini. 1. Jabarkan apa yang dimaksud dengan merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman? 2. Sebut dan uraikan cara-cara merevitalisasi dan mengembangkan nilainilai. Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman? 3. Analisis dan sebutkan kendala-kendala merevitalisasi pengembangan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek kehidupan? 4. Analisis cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek kehidupan. F. Rangkuman Materi. Merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. Artinya mengembalikan makna/arti nilai Pancasila seperti semula dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. Contoh: ada orang yang perbuatannya betul-betul melanggar hukum, bertentang dengan agama dan nilai-nilai Pancasila tetap saja ada orang membela dan membenarkan perbuatan itu demi kepentingan yang bersifat subyektif, kepentingan teman dan partai politiknya. Hal ini terjadi tidak saja digolangan level bawah level atas seperti anggota DPR pun melakukannya. Menganalisis cara-cara merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. Cara merevitalasisasi dan mengembangkan nilai nilai Pancasila supaya memaknai secara obyektif seperti dulu, antar lain adalah: Sikap dan perilaku tersebut kebenarannya selain diacu dengan nilai-nilai Pancasila dengan: a. nilai agama. b. Hukum atau undang-undang yang berlaku. c. Adat istiadat. d. Norma, moral, dan etika yang berlaku di masyarakat. e. Sosio budaya bangsa Indonesia. PPKn SMA/SMK K-10 16

28 Kendala-kendala merevitalisasi pengembangan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek kehidupan. Pada zaman modern ini banyak sekali kendala untuk merevitalisasi pengembanangan nilai-nilai Pancasila, kendala tersebut sebagian sebagai berikut: a) Penemuan ilmu dan teknollgi modern yang berdampak pada sikap dan perilaku yang modern juga. b) Model dan gaya hidup yang nyeleh seperti : orang laki-laki memakai anting-anting, model potongan rambut, perkawinan sesama jenis, model ini sesuai dengan nilai Pancasila atau tidak dan bagaimana sikap nilainilai terhadap fenomena model hidup modern tersebut. c) Sebagian sikap dan perilaku penganut agama tertentu yang menentang nilai-nilai Pancasila, termasuk teroris, ISIS dan lainnya. d) Pengaruh paham luar seperti sistem ekonomi kapitalis, feodalis dan sosialis yang berkembang pada zaman modern ini. e) Sikap dan perilaku bangsa Indonesia sendiri yang bersikap masa bodoh terhadap nilai-nilai, norma dan moral Pancasila, yang penting menguntungkan dirinya. Menganalisi cara mengatasi kendala revitalisasi pengembangan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek kehidupan. Mengatasinya dengan dua cara yaitu: penyelesaian jangka panjang dan jangka singkat. Jangka panjang: a) Melalui pendidikan dan penyuluhan, terutama sasarannya anak remaja. b) Melakukan pendikan dan pengamalan Pancasila kepada semua lapisan masyarakat seperti P4 dulu, hanya dikemas lebih modern dan sederhana. c) Mengadakan revolusi mental bangsa Indonesia yang sudah diambang kebrobrokan moral. d) Menyusun Undang-Undang yang berhubungan dengan revitalisasi nilainilai Pancasila. Jangka pendek: a) Melakukan tindakan bagi siapa saja yang melakukan perbuatan melanggar nilai-nilai Pancasila. PPKn SMA/SMK K-10 17

29 b) Menyiarkan, mempublikasikan perbuatan tersebut melalui media elektronik dan cetak biar diketahui oleh masyarakan dan tidak mengulang lagi perbuatannya. c) Memberi sanksi, hukuman yang adil sesuai dengan hukum dan undangundang yang berlaku. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah anda membaca modul tersebut di atas apa komentar anda atau pendapat anda tentang permasalahan tersebut, tugas anda adalah mengamati sikap dan perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila dan dengan sikap dan perilaku tersebut maka nilai-nilai Pancasila perlu diadakan revitalisasi. H. Kunci Jawaban 1. Merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. Artinya mengembalikan makna/arti nilai Pancasila seperti semula dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman. Contoh: ada orang yang perbuatannya betul-betul melanggar hukum, bertentang dengan agama dan nilai-nilai Pancasila tetap saja ada orang membela dan membenarkan perbuatan itu demi kepentingan yang bersifat subyektif, kepentingan teman dan partai politiknya. Hal ini terjadi tidak saja digolangan level bawah level atas seperti anggota DPR pun melakukannya. 2. Cara merevitalasisasi dan mengembangkan nilai nilai Pancasila supaya memaknai secara obyektif seperti dulu, antar lain adalah: Sikap dan perilaku tersebut kebenarannya selain diacu dengan nilai-nilai Pancasila dengan: a. nilai agama. b. Hukum atau undang-undang yang berlaku. c. Adat istiadat. Dan peradaban d. Norma, moral, dan etika yang berlaku di masyarakat. e. Sosio budaya bangsa Indonesia. PPKn SMA/SMK K-10 18

30 3. Kendala-kendala merevitalisasi pengembangan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek kehidupan, kendala tersebut sebagian sebagai berikut: a. Penemuan ilmu dan teknollgi modern yang berdampak pada sikap dan perilaku yang modern juga. b. Model dan gaya hidup yang nyeleh seperti : orang laki-laki memakai anting-anting, model potongan rambut, perkawinan sesama jenis, model ini sesuai dengan nilai Pancasila atau tidak dan bagaimana sikap nilai-nilai terhadap fenomena model hidup modern tersebut. c. Sebagian sikap dan perilaku penganut agama tertentu yang menentang nilai-nilai Pancasila, termasuk teroris, ISIS dan lainnya. d. Pengaruh paham luar seperti sistem ekonomi kapitalis, feodalis dan sosialis yang berkembang pada zaman modern ini. e. Sikap dan perilaku bangsa Indonesia sendiri yang bersikap masa bodoh terhadap nilai-nilai, norma dan moral Pancasila, yang penting menguntungkan dirinya. 4. Mengatasinya dengan dua cara yaitu: penyelesaian jangka panjang dan jangka singkat. Jangka panjang: a. Melalui pendidikan dan penyuluhan, terutama sasarannya anak remaja. b. Melakukan pendikan dan pengamalan Pancasila kepada semua lapisan masyarakat seperti P4 dulu, hanya dikemas lebih modern dan sederhana. c. Mengadakan revolusi mental bangsa Indonesia yang sudah diambang kebrobrokan moral. d. Menyusun Undang-Undang yang berhubungan dengan revitalisasi nilai-nilai Pancasila. Jangka pendek: a. Melakukan tindakan bagi siapa saja yang melakukan perbuatan melanggar nilai-nilai Pancasila. PPKn SMA/SMK K-10 19

31 b. Menyiarkan, mempublikasikan perbuatan tersebut melalui media elektronik dan cetak biar diketahui oleh masyarakan dan tidak mengulang lagi perbuatannya. c. Memberi sanksi, hukuman yang adil sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku. PPKn SMA/SMK K-10 20

32 KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN NILAI-NILAI PEMBUKAAN DAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 SELARAS DENGAN DINAMIKA GLOBAL DUNIA A. Tujuan Tujuan yang diharapkan setelah mempelajari grade sepuluh (10) pada modul konstitusi ini adalah sebagai berikut: 1. Peserta dapat merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 selaras dengan dinamika global dunia dengan baik setelah mengikuti pelatihan. 2. Peserta dapat menganalisis cara-cara merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 selaras dengan dinamika global dunia dengan baik setelah mengikuti pelatihan. 3. Peserta dapat menganalisis kendala-kendala pengembangan implementasi nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 ditengah kehidupan global dunia dengan baik setelah mengikuti pelatihan. 4. Peserta dapat menganalisi cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 ditengah kehidupan global dunia dengan baik setelah mengikuti pelatihan. PPKn SMA/SMK K-10 21

33 B. Indikator Pencapaian Kompetensi Kegiatan pelatihan ini dianggap berhasil apabila peserta diklat mampu menunjukkan beberapa kompetensi di bawah ini: 1. Mampu merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 selaras dengan dinamika global dunia. 2. Mampu menganalisis cara-cara merevitalisasi dan mengembangkan nilainilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 selaras dengan dinamika global dunia. 3. Mampu menganalisis kendala-kendala pengembangan implementasi nilainilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 ditengah kehidupan global dunia. 4. Mampu menganalisis cara mengatasi kendala pengembangan implementasi nilai-nilai Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 ditengah kehidupan global dunia. C. Uraian Materi 1. Merevitalisasi Dan Mengembangkan Nilai-Nilai Pembukaan Dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Selaras Dengan Dinamika Global Dunia Revitalisasi dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti proses, cara, proses menghidupkan atau menggiatkan kembali. Merevitalisasi nilai-nilai pembukaan dan undang-undang dasar Negara kesatuan republic Indonesia berarti dapat diartikan sebagai usaha mengembalikan nilai pembukaan dan undang-undang dasar negara kepada subjeknya yaitu sebagai pedoman bagi para penyelenggara pemerintahan. Pada sisi yang lain revitalisasi juga merupakan bentuk penyadaran bagi masyarakat bahwa kita hidup di Indonesia yang sangat beraneka ragam dalam berbagai hal tidak hanya agama, bahasa maupun budaya. Hal ini menjadi penting mengingat pancasila sebagai ideologi bangsa, telah mulai dilupakan oleh masyarakat. Contoh dengan keadaan sekarang, dari serangkaian aksi yang tidak lagi mengindahkan PPKn SMA/SMK K-10 22

34 prosedur hukum yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Kita tahu, upaya dalam rangka mencari ideologi yang sesuai untuk bangsa Indonesia tidak semudah membalik telapak tangan. Dicetuskannya Pancasila berangkat dari sebuah pertimbangan bahwa pancasila adalah satu-satunya idiologi yang lebih bisa menjadi sarana kepentingan seluruh kelompok yang ada di Indonesia. Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan integral-integratif dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan kembali, maka kita akan menemukan landasan berpijak yang sama, menyelamatkan persatuan dan kesatuan nasional yang kini sedang mengalami disintegrasi. Revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa Pancasila harus diletakkan utuh dengan pembukaan, di-eksplorasi-kan dimensidimensi yang melekat padanya, yaitu : a. Realitasnya: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikonkretisasikan sebagai kondisi cerminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dlam masyarakat, suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein im sollen dan sollen im sein. b. Idealitasnya: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah sekedar utopi tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai kata kerja untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif, menuju hari esok lebih baik. c. Fleksibilitasnya: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan mandeg dalam kebekuan oqmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan zaman yang berkembang. Dengan demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya, Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan semangat Bhinneka tunggal Ika PPKn SMA/SMK K-10 23

35 Revitalisasi juga dimaksudkan untuk menjaga integritas nasional dan menguatkan kemampuan bangsa dalam menjawab tantangan globalisasi. 2. Menganalisis Cara-Cara Merevitalisasi Dan Mengembangkan Nilai- Nilai Pembukaan Dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Selaras Dengan Dinamika Global Dunia Upaya yang dapat dilakukan untuk merevitalisasi pembukaan dan undang-undang dasar yang didalamnya terdapat ideology pancasila yaitu dengan : a. Reaktualisasi pada perseorangan dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara : Mempraktikkan pancasila dalam keseharian kita adalah cara jitu bagaimana hidup di Indonesia dengan cara Indonesia pula. Pancasila tidak bersifat dogmantis, tetapi ia harus difahami dan diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Semua sangat universal dan bisa diterapkan, bukan hafalan. Membiasakan memiliki sifat integritas, kesetiaan dan kejujuran yang sangat penting dalam suatu bangsa yang beradap, adil dan makmur. Mencintai tanah air Indonesia membangun rasa nasionalisme Mengakrabi budaya bangsa Indonesia dengan ikut terlibat dalam kesenian, mendalami adat atau bahasa. Mengkritik tajam budaya yang tidak sesuai dengan zaman. Memberikan wawasan kebangsaan untuk sesama, dengan mengingatkan kita selalu akanpentingnya kita mengenali jati diri kita masing masing, talenta yang diberikan Tuhan kepada kita, sehingga kita mampu memberikan kontribusi yang terbaik bagi masyarakat. Menghormati dan menghargai perbedaan. PPKn SMA/SMK K-10 24

36 b. Dalam dunia pendidikan secara umum. Pendidikan Pancasila hendaknya dilakukan secara terus menerus sebagai upaya proses internalisasi dan pembudayaan nilai nilai Pancasila melalui aktivitas beragam, tidak terbatas pada kegiatan dikelas atau seminar, sebaiknyan dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan diluar kegiatan belajar mengajar. Hal yang lebih penting dari proses penanaman nilai-nilai Pancasila adalah keteladanan kalangan pendidikan dan lingkungan peserta didik, dari aparat pemerintah hingga para pemimpin masyarakat. Jika selama ini pengajaran Pancasila dengan berbagai atributnya. Misalnya, pancasila sebagai filsafat, etika politik, ideologi nasional dan sebagainya, dilakukan melalui cara cara indoktrinasi sudah waktunya para pendidik menegenalkan pancasila kepada peserta didik dan masyarakat umum dengan cara-cara pembelajaran yang menempatkan peserta didik bukan sebagai target pembelajaran yang pasif; melainkan sebagai mitra dan subjek pemebelajaran yang aktif, kolaboratif dan dinamis. Dengan para pendidik sebagai fasilitator dan inspirator bagi peserta didik untuk berfikir alternatif dan terbuka untuk berfikir kritis terhadap kandungan dan praktik sehari-hari pancasila. c. Pembinaan akhlak dan perilaku masyarakat. Upaya untuk memperbaiki akhlak serta perilaku masyarakat tidak cukup dilakukan melalui kegiatan-kegiatan formal seperti upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan atau sekedar mengenalkan masa perjuangan dulu, tetapi harus lebih konkrit pada upaya untuk memberi perhatian yang lebih dalam meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang kehidupan. Langkah yang perlu dan harus dilakukan antara lain dimulai dengan mengurangi konflik dalam masyarakat melalui melalui perubahan sikap, perilaku dan akhlak masyarajat dari perilaku negatif menjadi perilaku positif. d. Kembali ke Jati Diri Bangsa Upaya ini dilakukan melalui penelusuran sejarah, penggalian nilainilai serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari yang dilaksanakan secara terus menerus. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut adalah akhlak dan PPKn SMA/SMK K-10 25

37 perilaku positif yang apabila dapat diterapkan secara baik akan menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia dalam melanjutkan kehidupannya harus berpegang pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan perwakilan serta keadilan sosial. e. Peningkatan perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila. Dalam menghalau dampak negatif berkembangnya berbagai ideologi negara lain termasuk kuatnya pengaruh ideologi leluhur ditengah-tengah masyarakat, maka perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila harus kembali dapat ditingkatkan melalui serangkaian upaya dan kegiatan sebagai berikut : Mengunggah dan mensosialisasikan secara terus menerus eksistensi dan keberadaan ideologi Pancasila sebagai pemersatu untuk membangkitkan kembali rasa nasionalisme. Meningkatkan filter/saringan masyarakat terhadap eksistensi ideologi kapitalis dan liberalis yang mencoba untuk memecah belah Indonesia disemua aspek politik, ekonomi dan sosial budaya. Meningkatkan intensitas pemberian materi pelajaran pendidikan Pendidikan Pancasila seperti pendidikan moral pancasila pada tataran teori maupun praktek kepada para siswa/mahasiswa pada semua jenjang pendidikan. Pengemasan materi pelajaran tersebut harus ditampilkan semenarik mungkin dan menghindari kesan adanya doktrinasi sebagaimana pernah terjadi pada masa lalu. f. Penataan kelembagaan formal terstruktur sebagai pengawas dan pengembangan nilai-nilai Pancasila secara formal. Kelembagaan formal terstruktur yang diterapkan secara terstruktur/melembaga, maupun melalui sistem pendidikan nasional yang menyangkut program membudayakan dan memasyarakatkan Pancasila di berbagai lingkungan organisasi kemasyarakatan maupun lingkungan pendidikan dapat terbentuk, sehingga dapat PPKn SMA/SMK K-10 26

38 terwujud lembaga yang mengawasi, mengembangkan Pancasila secara formal. g. Pemberdayaan fungsi Pancasila dalam proses legislasi instrumen hukum. Agar berbagai aturan Undang-undang yang disusun akan memiliki norma-norma yang menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam perilaku sehari-hari sehingga dapat menjamin penegakan hukum dan keadilan dapat dilaksanakan sesuai harapan oleh masyarakat Dengan demikian fungsi regulatif dan fungsi kontitutif Pancasila sebagai sebagai cita hukum dapat terimplementasikan dengan baik 3. Menganalisis Kendala-Kendala Pengembangan Implementasi Nilai-Nilai Pembukaan Dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Ditengah Kehidupan Global Dunia Pengembangan implementasi nilai-nilai pembukaan dan undang-undang dasar 1945 ditengah kehidupan global tidaklah semudah membalikan telapak tangan, selalu ada halangan dan juga rintangan di sana sini. Era Kehidupan global ini sering membuat kita semua terbuai dengan semua kemudahan dan segala fasilitas yang dengan mudah kita dapatkan. Semakin mudahnya kita memperoleh segala fasilitas sering membuat kita lupa pada nilai-nilai yang sudah tertanam pada diri kita yakni nilai-nilai yang sesuai dengan pembukaan dan undang-undang dasar Hal ini membuat kita mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal negative dari luar. Beberapa hal yang menjadi kendala pengembangan implementasi nilai-nilai pembukaan dan undang-undang dasar 1945 diantaranya adalah sebagai berikut: a. Sikap acuh teerhadap sesame. Seringkali kita lupa bahwa kita adalah makhluk social sehingga sering bersikap acuh terhadap sesame. Padahal suatu saat kita tidak akan pernah tahu bahwa kita juga memerlukan bantuan dari orang lain b. Mendahulukan kepentingan kelompok. PPKn SMA/SMK K-10 27

39 Fenomena yang akhir-akhir ini muncul yakni kita lebih sering memntingkan kepentingan golongan tempat kita merasa nyaman dari pada kepentingan bersama. c. Kesetiaan yang membabi buta. Kesetiaan kita pada kelompok tertentu seringkali melahirkan kesetiaan yang membabi buta, kita tidak lagi melihat mana yang benar dan mana yang salah yang terpenting adalah kita membela kelompok kita. Meskipun kelompok kita berada di pihak yang salah. d. Anarkisme Seringkali kita lihat ataupun kita dengan dari berbagai media kasus anarkisme yang semakin merajalela, bahkan yang sering disebabkan oleh hal-hal yang bersifat sepele. e. Himpitan ekonomi Semakin meningkatnya kebutuhan hidup dan sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan seringkali membuat orang gelap mata dan tidak berpikiran jernih sehingga melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan mereka. f. Kurangnya toleransi Toleransi antar sesame semakin hari semakin tergerus oleh budaya modernisasi dan individualism. g. Dan lain-lain. 4. Menganalisis Cara Mengatasi Kendala Pengembangan Implementasi Nilai-Nilai Pembukaan Dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Ditengah Kehidupan Global Dunia Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan implementasi nilai-nilai pada pembukaan dan UUD 1945 yakni: a. Sikap saling menghargai. Sikap ini sangat diperlukan mengingat tidak ada seorangpun yang tidak ingin dihargai. b. Menghormati perbedaan. PPKn SMA/SMK K-10 28

40 Negara Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan perbedaan, perberbedaan agama, perbedaan kebudayaan dan adat istiadat, perbedaan suku bangsa, warna kulit, dan banyak lagi perbedaan yang lain. Jika sikap menghormati tidak tumbuh diantara masyarakat niscaya hanya perpecahan dan permusuhan yang akan terjadi. c. Saling menghormati. Saling mengahargai sangat diperlukan dalam perwujudan implementasi nilai pembukaan dan UUD 1945 begitu juga dengan sikap saling menghormati sama pentingnya dengan sikap saling menghargai d. Tolong menolong. Tolong menolong dan saling bergotong royong adalah cirri khas bangsa Indonesia, jadi jangan sampai kekhasan ini menghilang karena akan merugikan untuk kita semua. e. Bersatu menjaga keamanan Negara. Saling bahu-membahu antar warga Negara untuk tetap menjaga keamanan Negara baik terhadap serangan dari luar ataupun dari dalam. f. Mendahulukan kepentingan bersama. Seperti halnya penerapan Pancasila sila ke empat yang berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan kita senantiasa diharuskan untuk mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan diri sendiri atau golongan. g. Melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Warga Negara yang baik dan patuh terhadap aturan yang berlaku sudah sepatutnya kita melaksanakan kewajiban kita dengan sebaik-baiknya. h. Cinta tanah air. Sikap cinta tanah air sangat diperlukan untuk menjaga dan mewujudkan cita-cita luhur dari bangsa Indonesia i. Dan lain-lain PPKn SMA/SMK K-10 29

41 D. Aktivitas Pembelajaran Pembelajaran ini akan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar. 2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah. 3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan. 4. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif. 5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan. 6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik. PPKn SMA/SMK K-10 30

42 E. Latihan/Kasus/Tugas Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan revitalisasi nilai-nilai pada pembukaan dan undang-undang dasar 1945! F. Rangkuman Merevitalisasi nilai-nilai pembukaan dan undang-undang dasar Negara kesatuan republic Indonesia berarti dapat diartikan sebagai usaha mengembalikan nilai pembukaan dan undang-undang dasar negara kepada subjeknya yaitu sebagai pedoman bagi para penyelenggara pemerintahan. Pada sisi yang lain revitalisasi juga merupakan bentuk penyadaran bagi masyarakat bahwa kita hidup di Indonesia yang sangat beraneka ragam dalam berbagai hal tidak hanya agama, bahasa maupun budaya. Hal ini menjadi penting mengingat pancasila sebagai ideologi bangsa, telah mulai dilupakan oleh masyarakat. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk merevitalisasi dan mengembangkan nilai-nilai pembukaan dan UUD 1945 adalah sebagai berikut: 1. Reaktualisasi pada perseorangan dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari 2. Dalam dunia pendidikan secara umum. Pendidikan Pancasila hendaknya 3. Pembinaan akhlak dan perilaku masyarakat. 4. Kembali ke Jati Diri Bangsa 5. Peningkatan perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila. 6. Penataan kelembagaan formal terstruktur sebagai pengawas 7. Pemberdayaan fungsi Pancasila dalam proses legislasi instrumen hukum. Beberapa hal yang menjadi kendala pengembangan implementasi nilai-nilai pembukaan dan undang-undang dasar 1945 diantaranya adalah sebagai berikut: a. Sikap acuh terhadap sesama. b. Mendahulukan kepentingan kelompok. c. Kesetiaan yang membabi buta. d. Anarkisme PPKn SMA/SMK K-10 31

43 e. Himpitan ekonomi f. Kurangnya toleransi g. Dan lain-lain. Cara mengatasi kendala implementasi nilai pembukaan dan UUD 1945 adalah denga menerapkan beberapa hal dibawah ini: a. Sikap saling menghargai. b. Menghormati perbedaan. c. Saling menghormati. d. Tolong menolong. e. Bersatu menjaga keamanan Negara. f. Mendahulukan kepentingan bersama. g. Melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. h. Cinta tanah air. i. Dan lain-lain G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah mengikuti pelatihann ini peserta diharapkan mampu memberikan masukan yang positif dan saling tukar fikiran terkait dempngan materi yang telah dibahas bersama. H. Kunci Jawaban Merevitalisasi nilai-nilai pembukaan dan undang-undang dasar Negara kesatuan republic Indonesia berarti dapat diartikan sebagai usaha mengembalikan nilai pembukaan dan undang-undang dasar negara kepada subjeknya yaitu sebagai pedoman bagi para penyelenggara pemerintahan. Pada sisi yang lain revitalisasi juga merupakan bentuk penyadaran bagi masyarakat bahwa kita hidup di Indonesia yang sangat beraneka ragam dalam berbagai hal tidak hanya agama, bahasa maupun budaya. Hal ini menjadi penting mengingat pancasila sebagai ideologi bangsa, telah mulai dilupakan oleh masyarakat. PPKn SMA/SMK K-10 32

44 KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DALAM KONTEKS NKRI A. Tujuan Adapun tujuan dalam mempelajari materi permasalahan implementasi nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme ini adalah sebagai berikut: 1. Peserta diklat mampu menjelaskan Pengertian Pendidikan Karakter Bangsa dengan baik setelah mengikuti kegiatan diklat. 2. Peserta diklat mampu menjelaskan latar belakang pendidikan karakter bangsa dengan baik setelah mengikuti kegiatan diklat. 3. Peserta diklat mampu menjelaskan tujuan pendidikan karakter bangsa dengan baik setelah mengikuti kegiatan diklat. 4. Peserta diklat mampu menganalisis implementasi pendidikan karakter bangsa dengan baik setelah mengikuti kegiatan diklat. 5. Peserta diklat mampu membangun integrasi pendidikan karakter bangsa ke mata pelajaran PPKn dengan baik setelah mengikuti kegiatan diklat. B. Indikator Pencapaian Kompetensi Adapun peserta dikatakan berhasil dalam diklat ini apabila telah dapat memenuhi hal-hal di bawah ini: 1. Dapat menjelaskan pengertian pendidikan karakter bangsa. 2. Dapat menjelaskan latar belakang pendidikan karakter bangsa. 3. Dapat menjelaskan tujuan pendidikan karakter bangsa. 4. Dapat menganalisis implementasi pendidikan karakter bangsa. 5. Dapat membangun integrasi pendidikan karakter bangsa ke mata pelajaran PPKn. PPKn SMA/SMK K-10 33

45 C. Uraian Materi 1. Pengertian Pendidikan Karakter Bangsa. a. Menurut Suyanto (2009) Pendidikan karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara. b. Menurut Kertajaya (2010) Pendidikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individe tersebut, serta merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu. c. Menurut Kamus Psikologi Menurut kamus psikologi pendidikan karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. (Dali Gulo, 1982). d. Menurut Thomas Lickona Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. 2. Latar Belakang Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Undang-Undang yang membahas tentang pendidikan di Indonesia, terdapat 1 undang-undang yang membahas tentang pendidikan nasional sebagai salah satu latar belakang pendidikan karakter yang diterapkan sekarang ini, yaitu Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Nomor 20 pasal 3 yang membahas mengenai sistem pendidikan nasional. Dalam pasal ini yang digunakan sebagai latar belakang pendidikan karakter dijelaskan bahwa pendidikan nasional digunakan sebagai wadah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian juga bertujuan untuk PPKn SMA/SMK K-10 34

46 mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi anak yang berakhlak mulia, beriman, berilmu, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, dan demokratis. Selain itu, pendidikan juga dipercaya sebagai wadah yang dapat membangun kecerdasan peserta didik serta dapat menjadi wadah membangun kepribadian peserta didik ke arah yang lebih baik. Jika dilihat, pada zaman dulu, pendidikan karakter tidak terlalu diperhatikan karena pada zaman dahulu, anak-anak telah mendapatkan pelajaran dan pemahaman tentang moral dan etika dari orang tua atau yang dituakan di daerah tempat ia tinggal. Namun, karena berkembangnya zaman, hal ini semakin tersingkir dan anak zaman sekarang lebih diajari tentang kemajuan teknologi. Karena banyaknya informasi yang masuk tanpa ada saringan terlebih dahulu, anak dengan mudah mencontoh apa yang dilihat, contohnya pergaulan bebas dan narkoba. Oleh karena itu, pemerintah menjadikan masalah ini sebagai latar belakang pendidikan karakter pada sekolah-sekolah resmi. 3. Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa Tujuan pendidikan karakter bangsa adalah sebagai berikut: a. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. b. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; c. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; d. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan e. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). PPKn SMA/SMK K-10 35

47 4. Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Ada 18 nilai dan harus ada implementasi pendidikan karakter tersebut yang dicanangkan oleh Depdiknas atau Departemen Pendidikan Nasional, yaitu keagamaan atau religius, sifat jujur, toleransi, disiplin, mandiri, mampu dan mau bekerja keras, demokratis, kreatif, kritis, komunikatif, memiliki rasa tanggung jawab, peduli terhadap lingkungan alam, peduli terhadap lingkungan sosial, cinta damai, cinta kepada tanah air, memiliki rasa kebangsaan yang tinggi, serta berprestasi dan menghargai prestasi. Dalam pendidikan karakter yang dicanangkan oleh kementrian, mata pelajaran adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengembangkan nilai-nilai pribadi anak. Salah satu mata pelajaran yang bisa membantu anak meningkatkan dan mengembangkan daya nalarnya adalah mata pelajaran matematika. Pendidikan karakter, diperlukan beberapa komponen utama sebagai pendukung terwujudnya tujuan, yaitu isi dari kurikulum, kemudian proses dalam pembelajaran dan penilaian, pengolahan dan penanganan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, dan kegiatan di luar pembelajaran formal. Implementasi pendidikan karakter pada siswa, khususnya siswa sekolah dasar setiap nilai karakternya berbeda, pada nilai ketuhanan, seorang anak atau siswa dapat mempelajari nilai dan aturan agama yang diyakini. Lalu nilai kejujuran dengan tindakan dan perkataan yang tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Kemudian bertanggung jawab dengan menyelesaikan hal yang telah dimulai tanpa lepas tangan ketika hal yang dilakukan selesai. Anak juga harus disiplin dengan selalu tepat waktu dan sesuai dengan aturan yang telah disepakati secara bersama, bekerja keras dalam menyelesaikan tugasnya yang diberikan oleh guru, yakin terhadap apa yang sudah anak tersebut kerjakan, kemudian anak juga harus memiliki jiwa inovatif dan mandiri dengan berkreasi dan mampu mempromosikan kreasinya. Selain itu anak juga harus kritis dan berpikir logis dengan terus bertanya terhadap apa yang sedang dihadapi dan mampu berpikir logis ketika menghadapi masalah. PPKn SMA/SMK K-10 36

48 Implementasi pendidikan karakter dengan nilai demokratis adalah anak tersebut dapat membedakan hak dan kewajiban dirinya dan orang lain 5. Integrasi Pendidikan Karakter Bangsa Ke Mata Pelajaran PPKn Pengembangan nilai-nilai dan karakater diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP). Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam Silabus ditempuh melalui cara-cara sebaghai berikut a. mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk menentukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK dan KD di atas sudah tercakup di dalamnya b. menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK/KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan c. mencantumkankan nilai-nilai dan karakter bangsa dalam tabel 1 tersebut ke dalam silabus d. mencantumkan nilai-nilai yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP e. mengembangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai f. memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai mau pun untuk menunjukkannya dalam perilaku. Praktik pendidikan karakter di sekolah bukan hanya menjadi tanggungjawab mata pelajaran Agama atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Selama ini ada kesan mata pelajaran yang lain hanya mengajarkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya ilmu, teknologi atau seni. Padahal seharusnya proses pembelajaran nilainilai karakter idealnya diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam antar mata PPKn SMA/SMK K-10 37

49 pelajaran. Fenomena seperti itu yang tampaknya menjadi alasan Charles Handy (.), seorang bussiness philosopher, yang menganjurkan untuk merombak total pendidikan. Dalam artikel berjudul Finding Sense in Uncertainty, dia menjelaskan pendidikan selama ini berangkat dari asumsi yang keliru, yaitu bahwa semua problema di dunia ini telah diketahui dan guru mengetahui cara pemecahannya. Jadi tugas guru dipeersepsikan hanya menyampaikan problema serta cara pemecahannya, dan setelah itu pendidikan dianggap selesai. Padahal senyatanya, problema itu terus berubah dan tentu guru belum mengetahui, apalagi cara pemecahannya. Charles Handy ( ) menegaskan belajar tentang ilmu pengetahuan tetap penting, tetapi hal itu kini lebih mudah dilakukan, karena banyak sumber informasi yang dapat dipelajari. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya diarahkan untuk membantu siswa belajar bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan itu dan yang tidak kalah penting adalah apa yang harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan itu. Distu tersisat perlunuya karakter sebagai wahana perwujudan dimensi aksiologi dari berilmu. Dari situ dapa disim[pulkan bahwa pendidikan seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memperoleh pengetahuan dan bagaimana menggunakannya guna memecahkan problema kehidupan dengan arif, kreatif, dan bertanggung jawab. Persoalannya kini adalah bagaimana hubungan antara pedidikan karakter dengan mata pelajaran? Keduanya tetap diperlukan dan harus saling melengkapi. Dalam pengembangan pendidikan karakter, seharusnya mata pelajaran dipahami sebagai pesan dan alat (as medium and message) yaitu sebagai wahana pembudayaan dan pemberdayaan individu.. Misalnya Guru Fisika harus sadar bahwa pembahasan materi Fisika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami fenomena alam dari sudut pandang teori Fisika, menggali berbagai sumber informasi dan menganalisisnya untuk menyempurnakan pemahaman tersebut, mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain, dan memahami bahwa fenomena seperti itu tidak lepas dari peran PPKn SMA/SMK K-10 38

50 Sang Pencipta. Pengembangan pendidikan karakter seperti itu, dapat dilakukan melalui metoda pembelajaran yang dipilih guru. Misalnya, untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi, guru dapat memilih metoda diskusi atau siswa diminta presentasi. Untuk mengembangkan kecakapan bekerja sama, disiplin, kerja kelompok dalam praktikum dapat diterapkan. Yang penting adalah bahwa aspek-aspek tersebut sengaja dirancang dan dinilai hasilnya sebagai bentuk hasil belajar pendidikan karakter. Ada banyak cara mengintergrasikan nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran, antara lain: Mengungkapkan nilai-nilai yang dalam mata pelajaran, pengintegrasian langsung di mana nilai-nilai kakater menjadi bagian terpadu dari mata pelajaran, menggunakan perumpamaan dan membbuat perbandingan dengan kejadian-kejadian serupa dalam hidupp para siswa, mengubah hal-hal negatif menjadi nilai positif, mengungkapakan nilai-nilai melalui diskusi dan brainstroming, Menggunakan cerita untuk memunculkan nilai-nilai, mnceritakan kisahh hidup orang-orang besar, menggunakan lagu-lagu dan musik untuk mengintegrasikan nilai-nilai, menggunakkann drama untuk melukiskan kejadian-kejadian yang berisikan nilai-nilai, menggunakan berbagai kegiatan seperti kegiatan pelayanan, field trip dan klub-klub atau kelompok kegiatan untuk memunculkan nilai-nilai kemanusiaan. D. Aktivitas Pembelajaran Model pembelajaran model based learning ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran. 2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian. PPKn SMA/SMK K-10 39

51 3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber. 5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi. E. Latihan/ Kasus /Tugas Buatlah peta konsep desain pendidikan karakter! F. Rangkuman 1. Pendidikan karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara. 2. Dalam Undang-Undang yang membahas tentang pendidikan di Indonesia, terdapat 1 undang-undang yang membahas tentang pendidikan nasional sebagai salah satu latar belakang pendidikan karakter yang diterapkan sekarang ini, yaitu Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Nomor 20 pasal 3 yang membahas mengenai sistem pendidikan nasional. Dalam pasal ini yang digunakan sebagai latar belakang pendidikan karakter dijelaskan bahwa pendidikan nasional digunakan sebagai wadah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi anak yang berakhlak mulia, beriman, berilmu, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, dan demokratis. PPKn SMA/SMK K-10 40

52 3. Tujuan pendidikan karakter bangsa adalah sebagai berikut: a. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. b. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; c. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; d. dan lain-lain. 4. Implementasi pendidikan karakter pada siswa, khususnya siswa sekolah dasar setiap nilai karakternya berbeda, pada nilai ketuhanan, seorang anak atau siswa dapat mempelajari nilai dan aturan agama yang diyakini. Lalu nilai kejujuran dengan tindakan dan perkataan yang tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Kemudian bertanggung jawab dengan menyelesaikan hal yang telah dimulai tanpa lepas tangan ketika hal yang dilakukan selesai. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah mengikutu proses belajar mengajar peserta diklat memiliki kemampuan untuk mengembangan dan mengamalkan serta membudayakan nilai-nilai pancasila dalam rangka membangun karakter peserta didik. PPKn SMA/SMK K-10 41

53 H. Kunci Jawaban Gambar 1 Grand Design Pendidikan Karakter Bangsa Gambar 2 Integrasi Pendidikan Karakter Bangsa KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 PPKn SMA/SMK K-10 42

54 DESAIN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA DI INDONESIA A. Tujuan Membangun institusi berbasis good governance B. Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu membangun institusi berbasis good governance C. Uraian Materi 1. Desain Good Governance Melalui Pembangunan Institusi/Lembaga Adanya otonomi daerah membuat peran pembangunan lembaga mengemuka kembali. Pembangunan lembaga dibutuhkan karena otonomi daerah menuntut adanya perubahan nyata dalam visi pemerintahan di daerah. Jika dilihat dari rumusan dasar pemikiran pembangunan lembaga di atas, maka pembangunan lembaga sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengurangi kekuasaan atau kewenangan pemerintah (birokrasi/administrasi) sampai tahap minimal untuk digantikan dengan kekuasaan publik. Pendekatan dalam model pembangunan lembaga tetap memandang bahwa kewenangan administrasi pemerintahan sangat diperlukan sebagai penghantar perubahan, namun ada nilai-nilai yang selama ini dilupakan bahwa selain kewenangan, pemerintah juga memiliki kewajiban dan tanggung-jawab pada publik. Amanat UU No. 23 Tahun 2014 dan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik telah memberikan keleluasaan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi daerah untuk mengelola pemerintahannya sendiri (kecuali di bidang pertahanan, keamanan, Peradilan, Fiskal, urusan Luar Negeri dan Agama yang memang menjadi wewenang Pemerintah Pusat. Undang-undang tersebut tersebut memberikan kebebasan yang cukup luas bagi Pemprov dan Pemkab/Pemkot untuk menafsirkan ke arah mana pembangunan di wilayahnya akan di bawa. Jika demokratisasi dan partisipasi menjadi jiwa dari otonomi daerah tersebut, maka model tata pemerintahan yang bagaimanakah yang PPKn SMA/SMK K-10 43

55 sesuai sekaligus mencerminkan kewajiban dan tanggung jawab (bukan hanya keperdulian) pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial publiknya. Secara umum sektor publik yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab negara adalah yang menyangkut penjaminan pelayanan atas hak-hak dasar di bidang sosial ekonomi warga negara (Universal Declaration of Human Rights, Dec 1948 : Pasal 22 & 23, 25, 26), yang di negara kita tercantum pada berbagai fundamen negara (baca pada Pancasila: Sila kelima; Preambule UUD1945 alinea 4; UUD 1945 : 31,33, 34 dab 28 serta ayat-ayat penjelasannya). Dari yang tercantum pada Perjanjian Negara pada Warganegara nya tersebut, kewajiban yang menjadi tanggungjawab pemerintah (yang berwenang) adalah pemberian pelayanan untuk menjamin pemenuhan hak-hak dasar publik di bidang pekerjaan, pendidikan, kesehatan, keamanan, ketentraman dan berbagai penjaminan sosial lainnya, yang pada intinya bermuara pada peningkatan kesejahteraan sosial. Dengan adanya kewenangan otonomi daerah melalui UU No. 23/2014 dan UU No. 25/2009 otomatis terjadi pula perubahan arsitektur pemerintahan, dari yang bertipe sentralistik dan berstruktur ketat menjadi tipe desentralistik partisipatif yang berstruktur longgar dan fleksibel. Perubahan arsitektur ini dengan sendirinya menghendaki adanya perubahan pula dalam tata nilai dan tata perilaku pemerintahan/birokrasi. Nilai demokratisasi dan partisipasi yang dikedepankan dalam pengelolaan pemerintahan otomatis menuntut adanya perubahan dalam mind-set dan culture-set pemerintahan, dari penekanan pada government (sentral peran pada pemerintah) menjadi governance (sentral peran pada kerjasama pemerintah dengan publiknya). Praktek Governance yang baik diyakini akan mampu menghantarkan pencapaian kesejahteraan sosial ekonomi publik Untuk mencapai tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) diperlukan upaya-upaya perubahan mindset dan culture-set pemerintah melalui upaya pengembagan lembaga yang mencerminkan nilai-nilai good governance. Jika pembangunan lembaga adalah suatu perencanaan, penataan dan bimbingan untuk :a) mewujudkan perubahan-perubahan dalam nilai-nilai, fungsi-fungsi, teknologi-teknologi fisik dan sosial; b) Menetapkan, mengembangkan dan membina hubungan-hubungan normatif dan pola-pola tindakan yang baru; c) membina jejaring atau kaitan-kaitan (linkages) untuk PPKn SMA/SMK K-10 44

56 memperoleh dukungan dan kelengkapan dari lingkungannya; maka bagaimana menggunakan model pembangunan lembaga untuk mencapai kondisi good governance yang akhirnya mnghasilkan good publik services. 2. Pengembangan Lembaga Good Governance Model universum pembangunan lembaga awal yang dikembangkan oleh Milton J. Esman memang menunjukkan peran sentral pemerintah sebagai pembawa perubahan dan inovasi dalam masyarakat (inisiator). Dengan pendekatan pembangunan lembaga (ID) titik sentral peran pemerintah sebagai pembawa perubahan juga tak bergeser, dan hasilnya inovasi yang diharapkan justru tidak tumbuh apalagi melembaga. Pemikiran mengenai Institutional Sustainability (IS) mulai mendapat tempat. Pendekatan institutional sustainability ini lebih menekankan peran pemerintah sebagai fasilitator, bukan lagi inisiator perubahan (apalagi faktanya justru agen-agen pemerintahlah yang lebih sulit berubah baik dalam bentuk maupun perilaku dibanding masyarakat). Sebagai fasilitator, fungsi agen pemerintah adalah sebagai penguat dari perubahan-perubahan yang tumbuh dalam masyarakat. Pendekatan institutional sustainability ini sangat mungkin dilaksanakan apabila kita telah mencapai masyarakat madani, namun sementara ini menggabungkan peran dan dengan peran masyarakat akan lebih bijak. Mengandalkan diri pada sentralitas peran publik sebagai inisiator perubahan selain akan mengaburkan tanggungjawab dan kewajiban pemerintah pada publiknya, juga butuh waktu panjang (mengingat kondisi masyarakat yang sangat heterogen dalam tingkat pendidikan dan status sosialnya). Ide atau Inisiator perubahan bisa berasal dari dua pihak: pemerintah atau masyarakat. Inovasi dari publik diperkuat oleh pemerintah melalui kewenangannya, sehingga inovasi itu dapat hidup dan tumbuh terus. Inovasi dari pemerintah diuji dan dikontrol oleh publik agar tetap dalam koridor nilai-nilai dan norma-norma lokal maupun yang bersifat universal (keadilan, kejujuran, dll). Unsur-Unsur variabel Lembaga : a. Kepemimpinan Pemimpin yang dibutuhkan untuk mengembangkan mind-set dan cultur-set governance di daerah setidaknya memiliki 4 C : 1). Concept, yakni memiliki kerangka berfikir, visi, misi dan program yang jelas; PPKn SMA/SMK K-10 45

57 2). Competence, yakni perpaduan knowledge, skills, attitude yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik; 3). Commitment pada tugas dan fungsinya yang dapat dibuktikan; dan 4). Consistent. b. Doktrin Merupakan nilai-nilai/tujuan-tujuan/metode-metode operasional yang mendasari tindakan sosial, yang menggambarkan citra dan harapanharapan yang dituju. Doktrin yang mendasari tindakan operasional kepemerintahan tentu saja yang mewakili nilai-nilai good governance, yakni pelayanan publik dengan prinsip: Partisipasi, efisiensi dan efektifitas, keadilan, akuntabilitas, dan transparansi c. Program Program-program adalah setiap aktifitas/kegiatan pemerintahan yang dirancang untuk mewujudkan kesejahteraan publik melalui pengelolaan barang dan layanan publik yang memenuhi hak-hak dasar manusia. Untuk itu penyusunan isi program/kebijakan harus memenuhi indikator pertimbangan etika yakni : Manfaat; Pemenuhan Hak; Keadilan dan Pemeliharaan/Keberlanjutan (Griffin & Ebert dalam James AF Stoner dkk :1999) dan indikator pelayanan publik1). Efektifitas program; 2). Produktifitas keluaran yang dibutuhkan masyarakat; Efisiensi; dan Kepuasan (Ratminto & Atik : 2005). Dan dari segi operasionalnya mampu memenuhi kriteria kelayakan ekonomi, teknis dan administrasi. Sebaliknya dalam proses delivery (penyampaian) program/kebijakan pada publik juga harus memenuhi kriteria kinerja pelayanan yang diukur dari :1). Keadilan dan Persamaan Pelayanan; 2) Kepastian Waktu dan Biaya menurut standar efisiensi; 3). Responsivitas; dan 4) Suap/Rente Birokrasi. d. Sumberdaya Pada umumnya yang dituding menjadi kendala dalam pelaksanaan program adalah keterbatasan kualitas dan kuantitas sumberdaya (SDM, dana, Sarana fisik, danteknologi) di daerah. Namun dengan kepemimpinan yang baik dan berkomitmen dan berkreatifitas tinggi, kendala-kendala demikian dapat diatasi dalam banyak cara. Kepemimpinan di Kabupaten Jembarana Bali merupakan contoh keberhasilan daerah mengatasi kendala sumberdaya dalam pembangunan PPKn SMA/SMK K-10 46

58 masyarakatnya. Selain itu apabila konsep tentang sumberdaya tidak dibatai hanya dengan apa yang de facto yang ada di pemerintah daerah, tapi juga semua potensi yang mungkin dimiliki daerah. Upaya ini bisa ditempuh dengan membina jejaring pada dunia usaha dan LSM-LSM terkait, dalam bentuk : parnership, outsourching atau komersialisasi dan koorporatisasi bidang-bidang tertentu yang mungkin dilakukan tanpa mengalihkan tanggung-jawab utama pemerintah pada publik. e. Struktur intern Struktur organisasi lembaga berupa wewenang formal dan informal, pembagian kerja, saluran komunikasi dan proses-proses yang dibuat baru atau disusun kembali agar lembaga tersebut dapat berfungsi dan terpelihara keberlangsungannya. Yang dimaksud sebagai struktur intern ini adalah pola hubungan antar pelaku dalam pemerintahan untuk mendelivery program layanan publik yang diemban lembaga. Pembentukan struktur intern ini harus disesuaikan dengan kebutuhan efektifitas delivery program dalam masyarakat. Karenanya lembaga tidak harus berbentuk organisasi dengan struktur formal yang ketat, namun bisa bersifat informal, lentur, sementara atau bahkan berwujud mekanisme, prosedur dan jaringan D. Aktivitas Pembelajaran Pada kegiatan pembelajaran yang ke sepuluh (10) ini akan menggunakan metode pendekatan studi kasus dengan menyajikan kejadian situasi konflik atau dilema. Peserta diklat dibagi dua kelompok untuk menganalisis masalah berdasarkan fakta kasus untuk menghasilkan keputusan menurut langkah-langkah secara bertahap serta mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang diambil tersebut. Jadi peserta pelatihan dibagi menjadi 2 kelompok dengan permasalahan yang sama. Kelompok I (satu) dan kelompok 2 sama-sama merumuskan Desain pembangunan institusi berbasis good governance. Setelah terbentuk kelompok pemateri pelatihan akan menunjuk wakil dari kelompok untuk mempresentasilkan hasil pembahasan materi di kelompoknya, dengan tujuan setiap anggota kelompok memahami materi tersebut secara utuh. Setelah sesi ini selesai pemateri menanyakan materi PPKn SMA/SMK K-10 47

59 yang belum dipahami oleh peserta pelatihan, jika dirasa masih ada yang kurang jelas maka pemateri akan menjelaskannya kembali. Pendekatan ini akan mendorong peserta diklat untuk mengajukan pertanyaan, menetapkan komponen-komponen yang dianggap penting dalam situasi; menganalisis, menyimpulkan, dan membandingkan serta mempertentangkan komponen-komponen tersebut; dan membuat penilaian terhadap kasus tersebut. Singkatnya, peserta diklat melaksanakan semua jenjang berpikir dari tingkatan yang paling sederhana (recall) hingga tingkatan yang paling tinggi (evaluation). E. Latihan/Kasus/Tugas Kasus: Hasil kajian Governance Assesment Survey (GAS), menunjukkan bahwa pemerintah belum dapat menyelenggarakan pelayanan dan kebijakan publik dengan baik yang ditandai dengan rendahnya aksesibilitas berbagai jenis pelayanan publik di daerah. Di berbagai daerah masih banyak penyelenggara pelayanan publik yang belum memiliki standar pelayanan dan ketidakpastian biaya serta waktu pelayanan. Ketidakpastian ini sering menjadi penyebab munculnya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Para pengguna jasa yang tidak sanggup menghadapi ketidakpastian cenderung memilih membayar biaya yang lebih tinggi untuk memperoleh kepastian waktu dan kualitas pelayanan. Sebaliknya situasi ini dimanfaatkan oleh penyelenggara pelayanan publik untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan pribadinya F. Rangkuman Amanat UU No. 23 Tahun 2014 dan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik telah memberikan keleluasaan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi daerah untuk mengelola pemerintahannya sendiri (kecuali di bidang pertahanan, keamanan, Peradilan, Fiskal, urusan Luar Negeri dan Agama yang memang menjadi wewenang Pemerintah Pusat. Undang-undang tersebut tersebut memberikan k Dengan adanya kewenangan otonomi daerah melalui UU No. 23/2014 dan UU No. 25/2009 PPKn SMA/SMK K-10 48

60 otomatis terjadi pula perubahan arsitektur pemerintahan, dari yang bertipe sentralistik dan berstruktur ketat menjadi tipe desentralistik partisipatif yang berstruktur longgar dan fleksibel. Perubahan arsitektur ini dengan sendirinya menghendaki adanya perubahan pula dalam tata nilai dan tata perilaku pemerintahan/birokrasi.ebebasan yang cukup luas bagi Pemprov dan Pemkab/Pemkot untuk menafsirkan ke arah mana pembangunan di wilayahnya akan di bawa. Unsur-unsur variabel pembangunan institusi berbasis good gavernance adalah: (1) Kepemimpinan; (2) Doktrin; (3) Program; (4) Sumberdaya; dan (5) Strukur intern. ntral pemerintah sebagai pembawa perubahan dan inovasi dalam masyarakat (inisiator). Dengan pendekatan pembangunan lembaga (ID) titik sentral peran pemerintah sebagai pembawa perubahan juga tak bergeser, dan hasilnya inovasi yang diharapkan justru tidak tumbuh apalagi melembaga. Pemikiran mengenai Institutional Sustainability (IS) mulai mendapat tempat. Pendekatan institutional sustainability ini lebih menekankan peran pemerintah sebagai fasilitator, bukan lagi inisiator perubahan (apalagi faktanya justru agen-agen pemerintahlah yang lebih sulit berubah baik dalam bentuk maupun perilaku dibanding masyarakat). G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Cocokkan jawaban saudara dari latihan soal di atas dengan kunci jawaban di bawah ini. Ukurlah tingkat penguasaan materi kegiatan belajar 9 dengan rumus sebagai berikut : Tingkat penguasaan = jumlah skor jawaban (10 sampai dengan 100) Artinya tingkat penguasaan yang diperoleh adalah : Baik sekali : Baik : Cukup : Kurang : 0 69 Bila tingkat penguasan mencapai 80 ke atas, silahkan melanjutkan ke kegiatan belajar latihan soal, tetapi bila tingkat penguasaan masih di bawah PPKn SMA/SMK K-10 49

61 80 harus mengulangi kegiatan belajar 9 terutama pada bagian yang belum dikuasai. H. Kunci Jawaban Upaya penguatan kesadaran hukum pelayanan publik, dapat dimulai sejak penyusunan Standar Pelayanan, penetapan Standard Operatting Procedures (SOP), pengembangan survei tentang kepuasan penerima layanan, pengembangan sistem pengelolaan pengaduan, sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan. Masyarakat diharapkan juga aktif membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik dan mengadukan penyelenggaraan pelayanan publik kepada Penyelenggara, Ombudsman, dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota. Pengaduan dapat dilakukan terhadap penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau melanggar larangan dan pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan PPKn SMA/SMK K-10 50

62 KEGIATAN PEMBELAJARAN 5 INOVASI PENANGANAN KORUPSI DI INDONESIA A. Tujuan Tujuan yang diharapkan setelah mempelajari grade sepuluh pada modul hukum dan peradilan ini adalah sebagai berikut: 1. Peserta dapat menganalisis permasalahan Penanganan Korupsi di Indonesia dengan baik setelah mengikuti kegiatan pelatihan. 2. Peserta dapat menganalisis penyebab munculnya korupsi di Indonesia dengan baik setelah mengikuti kegiatan pelatihan. 3. Peserta dapat menganalisis dampak korupsi di Indonesia dengan baik setelah mengikuti kegiatan pelatihan. 4. Peserta dapat menganalisis Undang-Undang Tentang Korupsi di Indonesia dengan baik setelah mengikuti kegiatan pelatihan. 5. Peserta dapat merancang upaya penanggulangan Korupsi di Indonesia dengan baik setelah mengikuti kegiatan pelatihan. B. Indikator Pencapaian Kompetensi Kegiatan pelatihan atau seminar ini dianggap berhasil apabila peserta seminar mampu menunjukkan beberapa kompetensi di bawah ini: 1. Mampu menganalisis permasalahan Penanganan Korupsi di Indonesia. 2. Mampu menganalisis Penyebab munculnya korupsi di Indonesia. 3. Mampu menganalisis Dampak korupsi di Indonesia. 4. Mampu menganalisis Undang-Undant Tentang Korupsi di Indonesia. 5. Mampu merancang upaya penanggulangan Korupsi di Indonesia. PPKn SMA/SMK K-10 51

63 C. Uraian Materi 1. Permasalahan Penanganan Korupsi di Indonesia Sayangnya sejarah kampanye anti korupsi di seluruh dunia tidak menggembirakan. Di tingkat nasional dan daerah, di tingkat kementrian, dan di tingkat organisasi seperti kepolisian, upaya anti korupsi besar besaran sekalipun dan telah tersebar luas dalam masyarakat cendrung tersendat sendat, terhenti, dan pada akhirnya mengecewakan. Upaya anti korupsi banyak yang gagal karena pendekatan yang semata mata bersifat pendekatan umum, atau terlalu bertumpu pada himbauan moral. Kadang kadang upaya anti korupsi di lakukan setengah hati, kadang kadang upaya anti korupsi itu sendiri berubah menjadi alat yang kotor untuk menjatuhkan lawan atau menyeret lawan ke dalam penjara. Untungnya ada juga upaya anti korupsi yang berhasil dan kita dapat menarik pelajaran dari situ. Pelajaran ini adalah : kunci sukses upaya anti korupsi adalah kita harus punya strategi untuk membrantas korupsi(masduki, Teten: 2002) Penjelasan lainnya faktor yang merupakan kendala dalam upaya pemberantasan korupsi tersebut, yang kita jumpai selama ini meliputi : a. belum memadainya sarana dan skill aparat penegak hukumnya. b. kejahatan korupsi yang terjadi baru diketahui setelah memakan waktu yang lama, sehingga para pelaku telah memindahkan, menggunakan dan menghabiskan hasil kejahatan korupsi tersebut, yang berakibat upaya pengembalian keuangan Negara relatif sangat kecil. c. beberapa kasus besar yang penangannya kurang hati hati telah memberi dampak negatif terhadap proses penuntutan perkarannya. 2. Penyebab Munculnya Korupsi Di Indonesia PPKn SMA/SMK K-10 52

64 Munculnya korupsi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Tidak Menerapkan ajaran Agama. Indonesia dikenal sebagai bangsa religius, bahka merupakan negara yang memiliki ragam agama terbanyak, yakni 6 agama. 6 agama tersebut meliputi : Islam, kristen, katolik, hindu, budha, dan konghuchu. Tentunya dalam ajaran masing masing agama akan melarang tindak korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan. b) Kurang Memiliki Keteladanan Pimpinan. Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya. Setiap perilaku perilaku atasan akan dicontoh oleh bawahannya. Pemimpin yang baik akan menjadikan rakyat yang baik juga, begitu juga sebaliknya. c) Manajemen Cendrung Menutupi Korupsi di Organisasi Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi, ini yang membuat para oknum korupsi merasa aman karna terlindunggi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. d) Aspek peraturan perundang-undangan Korupsi mudah timbul karena adanya kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan. Pada intinya peraturan perundang undangan yang tidak nyata pada lapangan. PPKn SMA/SMK K-10 53

65 e) Aspek Individu Pelaku Sifat Tamak Manusia Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Faktor utama penyebab sifat manusia yang demikian adalah kurangnya rasa bersyukur. Manusia yang kurang bersyukur akan selalu merasa kurang terhadap apa yang ia miliki. f) Moral yang Kurang Kuat Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk berniatan korupsi. Pembentukan moral yang tidak sempurna dari keluarga bisa menjadi faktor utama dalam hal ini. g) Kebutuhan Hidup yang Mendesak Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi. Misalnya kurang dalam hal ekonomi, sedangkan ia harus tetap membiaya kehidupan keluarga, sehingga muncul niatan untuk melakukan korupsi demi menafkahi keluarga. h) Gaya Hidup yang Konsumtif Kehidupan di kota-kota besar seringkali mendorong gaya hidup seseorang konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan tindakan korupsi untuk mendapatkan hasil yang lebih untuk memenuhi kebutuhannya keinginan hawa nafsunya yang terlepas dari hatinuraninya. i) Malas Bekerja PPKn SMA/SMK K-10 54

66 Banyak orang yang ingin mendapat penghasilan banyak namun mereka tidak mau berusaha dengan cara yang susah, tidak ingin banyak mengeluarkan keringan, ini merupakan contoh orang malas dan tidak mau bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi ( 3. Dampak Korupsi di Indonesia Korupsi mempunyai bermacam-macam dampak negatif. Di bawah ini disebutkan beberapa dampak korupsi menurut para pakar: (Surachmin dan Suhandi Cahaya, 2013). Dampak Korupsi menurut Prof Sumitro Djojohadikusumo adalah kebocoran terhadap dana pembangunan sekitar 30 persen pada tahun 1989 sampai dengan 1993 dari total investasi, jumlah tersebut sekitar Rp 12 triliun. Yang dimaksud dengan kebocoran ialah pemborosan (inefisiensi ekonomi) atas penggunaan sumber daya ekonomi. Menurut Sumitro, ada beberapa penyebab kebocoron. Pertama, karena investasi yang ditanamkan dalam infrastruktur dengan masa pengembalian cukup lama. Kedua, lemahnya penggarapan dan perawatan proyek investasi. Ketiga, adanya penyimpangan dan penyelewengan. Dampak korupsi menurut Evi Hartanti yaitu berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah, hal ini disebabkan karena pejabat pemerintah melakukan korupsi. Disamping itu, negara lain juga lebih mempercayai negara yang pejabatnya bersih dari korupsi, baik dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik maupun dalam bidang lainnya. Hal ini mengakibatkan pembangunan ekonomi serta mengganggu stabilitas perekonomian negara dan stabilitas politik. Menurut Evi Hartanti dampak korupsi yang berikutnya adalah menyusutnya pendapatan negara. Penerimaan negara untuk pembangunan didapatkan dari dua sektor, yaitu pada penerimaan pajak dan pungutan bea. Pendapatan negara dapat berkurang apabila tidak diselamatkan dari para pelaku korupsi yang dilakukan oleh oknum pejabat terhadap penyelundupan dan penyelewengan pada sektor-sektor penerimaan negara tersebut. Dampak korupsi lebih lanjut PPKn SMA/SMK K-10 55

67 dikemukakan oleh Evi Hartanti yaitu hukum tidak lagi dihormati. Negara kita merupakan negara hukum yang segala sesuatu harus didasarkan pada hukum. Cita-cita untuk menggapai tertib hukum tidak akan terwujud apabila para penegak hukum melakukan tindak pidana korupsi, sehingga hukum tidak lagi dapat ditegakkan, ditaati, serta tidak lagi diindahkan oleh masyarakat. Lebih lanjut Evi mengatakan dampak korupsi selanjutnya ialah berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat. Apabila banyak dari pejabat pemerintah yang melakukan penyelewenangan keuangan negara, masyarakat akan besikap apatis terhadap segala tindakan dan anjuran pemerintah. Sifat apatis masyarakat ini yang mengakibatkan ketahanan nasional akan rapuh dan mengganggu stabilitas keamanan negara. Dampak korupsi selanjutnya menurut Evi Hartanti yaitu rapuhnya keamanan dan ketahanan negara. Keamanan dan ketahanan negara akan menjadi rapuh apabila para pejabat pemerintah mudah disuap karena kekuatan asing yang hendak memaksakan ideologi atau pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia akan menggunakan penyuapan sebagai suatu sarana untuk mewujudkan cita-citanya. Dampak dari korupsi ini juga mengakibatkan pada berkurangnya loyalitas masyarakat terhadap negara. Evi mengatakan bahwa dampak korupsi berikutnya adalah terjadi perusakan mental pribadi. Seseorang yang sering melakukan penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang, mentalnya akan menjadi rusak. Hal ini mengakibatkan segala sesuatu dihitung dengan materi dan akan melupakan segala yang menjadi tugasnya dan hanya melakukan perbuatan atau tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya ataupun orang lain yang dekat dengan dirinya. Yang lebih berbahaya lagi, jika tindakan korupsi ini ditiru atau dicontohkan oleh generasi muda Indonesia. Juniadi Soewartojo mengatakan bahwa dampak korupsi terhadap perekonomian dan pembangunan nasional pada umumnya PPKn SMA/SMK K-10 56

68 dipandang negatif. Dengan korupsi akan berakibat pada pemborosan keuangan atau kekayaan negara maupun swasta, yang tidak terkendali penggunaannya karena berada di tangan para pelakunya yang besar kemungkinan disalurkan untuk keperluan-keperluan yang bersifat konsumtif. Korupsi dapat menghambat pula pertumbuhan dan pengembangan wiraswasta yang sehat dan disamping itu tenaga profesional kurang atau tidak dimanfaatkan pada hal yang potensial bagi pertumbuhan ekonomi. Pendapat lain juga menyatakan bahwa korupsi pada dasarnya merupakan pajak tidak langsung yang harus dipikul oleh masyarakat, khususnya para konsumen. Hal ini disebabkan bahwa biaya yang harus dipikul pengusaha untuk keperluan mesin korupsi akan dibebankan pada konsumen dengan meningkatkan atau menaikkan harganya. Inefisiensi dalam birokrasi administrasi negara merupakan akibat tindakan korupsi para pejabat atau pegawai. Apabila keadaan demikian berlanjut, hal ini dapat menimbulkan dan menyuburkan apatisme masyarakat pada umumnya serta militanisme pada ekstrimis oposan pemerintah yang berkuasa. Krisis kepercayaan kepada para pejabat atau pemegang kekuasaan atau pemerintah sulit untuk dihindarkan. Situasi yang demikian ini akan dapat mematangkan suatu revolusi atau perubahan sosial lainnya. Kekhawatiran mengenai dampak korupsi yang menjalar dan bersifat endemis memang cukup beralasan dengan bahayanya terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan. Meskipun terdapat penggunaan istilah bahwa korupsi telah membudaya atau korupsi dewasa ini telah merupakan kebudayaan korupsi atau ungkapan lainnya, mungkin hal ini terlampau mendramatisasikan keadaan yang sebenarnya. Namun demikian, perlu diperhatikan jika Bung Hatta salah seorang proklamator pernah mengkonstatir bahwa korupsi bisa-bisa akan membudaya jika dibiarkan terus, memang penanganan secara serius perlu ditingkatkan. Dampak korupsi pendapat CIBA yaitu : (1) Korupsi menyebabkan turunnya kualitas pelayanan publik. PPKn SMA/SMK K-10 57

69 (2) Korupsi menyebabkan terenggutnya hak-hak dasar warga negara. (3) Korupsi menyebabkan rusaknya sendi-sendi prinsip dari sistem pengelolaan keuangan negara. (4) Korupsi menyebabkan terjadinya pemerintahan boneka. (5) Korupsi dapat meningkatkan kesenjangan sosial. (6) Korupsi dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan investor. (7) Korupsi dapat menyebabkan terjadinya degradasi moral dan etos kerja. 4. Undang-Undang Tentang Korupsi di Indonesia Beberapa Undang-Undang yang mengatur tentang tindak pidana korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999 b. Pasal 3 UU No. 31 tahun c. Pasal 5 UU No. 20 Tahun 2001 d. Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2001 e. Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2001 f.(pasal 8 UU No. 20 tahun 2001 g. Pasal 9 UU No. 20 tahun 2001 h. Pasal 10 UU No. 20 Tahun 2001 i. Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 j. Pasal 12 UU No. 20 Tahun 2001 k. Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001 l. Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 m. Pasal 14 UU No. 31 Tahun 1999 PPKn SMA/SMK K-10 58

70 5. Upaya Penanggulangan Korupsi di Indonesia upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indonesia, antara lain sebagai berikut : a. Upaya Pencegahan (Preventif) 1) Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama. 2) Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis. 3) Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung jawab yang tinggi. 4) Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua. 5) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi. 6) Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien. 7) Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok. 8) Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya. b. Upaya Penindakan (Kuratif) Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. c. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa 1) Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik. 2) Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh. 3) Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional. PPKn SMA/SMK K-10 59

71 4) Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya. 5) Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas. d. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) 1) Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi nonpemerintah yang meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca-soeharto yg bebas korupsi. 2) Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.(brantas korupsi.blogspot.com) PPKn SMA/SMK K-10 60

72 D. Aktivitas Pembelajaran Model Pembelajaran Based Learning bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran. 2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian. 3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber. 5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi. E. Latihan/ Kasus /Tugas Analisislah kasus peradilan M. Nazaruddin apakah sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh undang-undang! PPKn SMA/SMK K-10 61

73 Gambar 3 Kasus Peradilan M. Nazaruddin F. Rangkuman 1. Faktor yang merupakan kendala dalam upaya pemberantasan korupsi tersebut, yang di jumpai selama ini meliputi : a. belum memadainya sarana dan skill aparat penegak hukumnya. b. kejahatan korupsi yang terjadi baru diketahui setelah memakan waktu yang lama, sehingga para pelaku telah memindahkan, menggunakan dan menghabiskan hasil kejahatan korupsi tersebut, yang berakibat upaya pengembalian keuangan Negara relatif sangat kecil. c. beberapa kasus besar yang penangannya kurang hati hati telah memberi dampak negatif terhadap proses penuntutan perkarannya. 2. Munculnya korupsi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Tidak Menerapkan ajaran Agama. b. Kurang Memiliki Keteladanan Pimpinan. c. Manajemen Cendrung Menutupi Korupsi di Organisasi d. Aspek peraturan perundang-undangan PPKn SMA/SMK K-10 62

74 e. Aspek Individu Pelaku f. Moral yang Kurang Kuat g. Kebutuhan Hidup yang Mendesak h. Gaya Hidup yang Konsumtif i. Malas atau Tidak Mau Bekerja 3. Dampak meluasnya kasus korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Korupsi menyebabkan turunnya kualitas pelayanan publik. b. Korupsi menyebabkan terenggutnya hak-hak dasar warga negara. c. Korupsi menyebabkan rusaknya sendi-sendi prinsip dari sistem pengelolaan keuangan negara. d. Korupsi menyebabkan terjadinya pemerintahan boneka. e. Korupsi dapat meningkatkan kesenjangan sosial. f. Korupsi dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan investor. g. Korupsi dapat menyebabkan terjadinya degradasi moral dan etos kerja. 4. Undang-undang tentang korupsi di Indonesia: a. Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999 b. Pasal 3 UU No. 31 tahun c. Pasal 5 UU No. 20 Tahun 2001 d. Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2001 e. Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2001 f.(pasal 8 UU No. 20 tahun 2001 g. Pasal 9 UU No. 20 tahun 2001 h. Pasal 10 UU No. 20 Tahun 2001 i. Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 j. Pasal 12 UU No. 20 Tahun 2001 k. Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001 l. Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 m. Pasal 14 UU No. 31 Tahun Upaya penanggulan korupsi di Indonesia, meliputi beberapa upaya, yakni: a. Upaya Pencegahan (Preventif) PPKn SMA/SMK K-10 63

75 b. Upaya Penindakan (Kuratif) c. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa d. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Umpan balik atau penilain terhadap materi yang telah disampaikan ini bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan untuk bertanya dan memberi kontribusi terhadap matari yang telah dibahas bersama. Umpan balik ini mempunyai tujuan utama untuk merangsang siswa agar memilik kreatifitas untuk menyampaikan pendapat dan kritikan H. Kunci Jawaban Pada hari Jumat, 20 Mei M. Nazaruddin divonis 4 tahun 10 bulan penjara dan denda 200 juta. Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi menyatakan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat ini telah terbukti bersalah. Hukuman buat M. Nazaruddin sangat ringan dari tuntutan Jaksa sebelumnya selama 7 tahun penjara Terdakwa terbukti menerima suap sebesar 4,6 miliar dari PT. Duta Graha Indah, terkait proyek pembangunan wisma atlet yang dalam Majelis hakim diketuai oleh Darmawati Ningsih. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie mengaku kecewa terhadap vonis M. Nazaruddin. Menurutnya, vonis tersebut tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat. Vonis yang terbilang ringan untuk kasus korupsi besar dalam sejarah Indonesia. Seharusnya tuntutan dan putusan yang dijatuhkan sebanding dengan kualitas perbuatannya. Penulis berangapan di dalam keputusan ini masih banyak terjadi kepentingan orang-orang tertentu, demi kepentingan mereka inilah sebabnya mereka tidak mengusut lebih lanjut, kemugkinan apabila di usut lebih dalam selain nama-nama yang dikatakan oleh Nazaruddin seperti Anas Urbaningrum, Hatta Rajasa dan yang lainnya maka akan berdampak buruk bagi partai dan menjatuhkan martabat orang-orang dari Partai politik demoktrat. PPKn SMA/SMK K-10 64

76 Dengan hasil korupsi yang berlimpah ruah sangat tidak seimbang jika hanya di vonis 4 tahun 10 bulan padahal di dalam Pasal 12 huruf b UU Tipikor ancaman pidana maksimal 20 tahun penjara terbukti. Inilah salah satu sebabnya masyarakat tidak terlalu percaya kepada KPK karena masyarakat beranggapan semua kegiatan dalam pemerintahan di kuasai oleh pemerintah. Oleh sebab itu timbulnya aksiaksi tentang hal tersebut PPKn SMA/SMK K-10 65

77 KEGIATAN PEMBELAJARAN 6 REVITALISASI KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA A. Tujuan Kompetensi dasar dalam pembelajaran mata diklat ini adalah membangun kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia melalui Pendidikan Bela Negara. Adapun tujuan pembelajarannya adalah: 1. Peserta diklat dapat membangun kesadaran warga negara untuk bela negara. 2. Peserta diklat dapat membangun kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara. 3. Peserta diklat dapat membangun kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia melalui Pendidikan Bela Negara. B. Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator pencapaian kompetensi dalam modul ini adalah: 1. membangun kesadaran warga negara untuk bela negara. 2. membangun kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara. 3. membangun kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia melalui Pendidikan Bela Negara. PPKn SMA/SMK K-10 66

78 C. Uraian Materi 1. Membangun Kesadaran Warga Negara Untuk Bela Negara. Dinamika kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia tentu berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjalanan sejarah memberikan memori penting dan makna akan urgensi kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia. Proses ini memberikan gambaran tentang bagaimana sekelompok manusia yang ada di dalam beragam bangsa merasakan sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan terbentuknya NKRI merupakan organisasi yang mewadahi bangsa Indonesia serta dirasakan kepentingannya oleh bangsa itu, sehingga tumbuh kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya NKRI. Fakta historis yang menunjukan kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia yang tinggi terlihat diawali dengan munculnya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai bentuk kebangkitan nasional Indonesia, mencapai puncaknya saat peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, hingga pada akhirnya dirumuskan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD negara Indonesia, serta diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa-peristiwa historis tersebut menunjukan tingginya kesadaran berbangsa dan bernegara para tokoh bangsa. Walaupun proses historis tersebut sudah usai, namun perjalanan bangsa dan Negara Indonesia belum selesai. Kita sebagai generasi penerus bangsa memiliki andil dan kewajiban besar untuk melanjutkan perjalanan bangsa dan negara ini menuju kejayaan, kemajuan, dan cita-cita nasional. Seluruh elemen rakyat Indonesia memiliki tanggungjawab untuk memelihara, menanamkan, dan menumbuhkembangkan kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi dengan PPKn SMA/SMK K-10 67

79 keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan bangsa dan Negara Indonesia. Seharusnya kita meneladani komitmen berbangsa dan bernegara para tokoh bangsa, diantaranya: memiliki semangat persatuan dan nasionalisme, adanya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia, selalu semangat dalam berjuang, mendukung dan berupaya secara aktif mencapai cita-cita dan tujuan bangsa dan negara, bersedia berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia secara langsung akan membentuk kesadaran bela negara. Kesadaran dimaknai sebagai kepahaman, keinsafan seseorang sehingga secara tulus dan iklas dengan kerelaan hati melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya (hak dan kewajibannya). Sehingga, kesadaran bela negara adalah kepahaman, keinsafan seseorang sehingga secara tulus dan iklas dengan kerelaan hati melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai bangsa sekaligus warga negara Indonesia (hak dan kewajibannya). Kesadaran bela negara ini yang menjadi dasar terbentuknya sikap dan perilaku bela negara. Mengapa kesadaran bela negara menjadi penting? Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa kita adalah bagian dari bangsa sekaligus warga negara Indonesia. Sehingga sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan memelihara bangsa dan Negara Indonesia yang berbentuk NKRI ini, termasuk keutuhan dan kedaulatannya. Kesadaran bela negara menjadi sangat urgen, mengingat pertimbangan bahwa: a) Wilayah Indonesia yang luas dengan beragam potensi/kekayaan baik di darat, laut, udara, bahkan demografi/penduduk b) Menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI c) Untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan d) Amanah konstitusi e) Aspek sejarah perjuangan bangsa (meneladani sikap dan komitmen juang tokoh-tokoh bangsa) PPKn SMA/SMK K-10 68

80 Pertanyaan selanjutnya, bagaimana membangun kesadaran bela negara bagi warga negara Indonesia? Jawaban pertanyaan tersebut adalah melalui peningkatan pemahaman warga negara Indonesia tentang apa itu bela negara. Mengingat, dari hasil survei tahun 2015 mengenai pemahaman wawasan kebangsaan dan bela negara, menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang menduduki peringkat 95 dari 106 negara. Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu mengeluhkan hal tersebut, saat ditemui Media Indonesia di Jakarta, Jumat (19/6) lalu. Ia menduga masalah ini dapat terjadi karena kecenderungan kurangnya pendidikan bela negara kepada para siswa. Padahal, materi pendidikan itu penting untuk membangun kebanggaan dan kecintaan terhadap bangsa sendiri (sumber kan- Kesadaran-Bela-Negara/2015/06/29). Sebagaimana ketentuan konstitusi, setiap warga negara Indonesia perlu memahami bahwa bela negara merupakan hak dan kewajiban. Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti. Pertama, bahwa setiap warga negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing (Sukaya dkk, 2002:10). Dengan demikian, setiap warga negara sesuai dengan kedudukan dan perannya masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk membela negara. Tugas membela negara tidak hanya menjadi tanggungjawab TNI dan POLRI, tetapi juga menjadi tugas setiap warga negara sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing. TNI dan POLRI merupakan komponen utama dalam pertahanan dan keamanan. Sedangkan rakyat merupakan kekuatan pendukung. Perbedaan sifat, skala, dan kapasitas (berat ringannya) ancaman mempengaruhi besar kecilnya peranan TNI dan masyarakat dalam keikutsertaan membela negara. Dalam menanggulangi ancaman PPKn SMA/SMK K-10 69

81 militer, peranan TNI sangat dominan, sedangkan kewajiban warga negara lainnya hanya sebagai pendukung. Hal ini berberda jika ancaman yang dihadapi bersifat nonmiliter seperti perdagangan narkotik dan obat terlarang lainnya. Dalam ancaman jenis ini segenap warga negara memiliki peranan penting sesuai kedudukan dan profesinya masing-masing dalam mengupayakan pembelaan negara. Misalnya seorang siswa atau guru dan warga negara lainnya berkewajiban untuk melaporkan perdagangan narkotik dan obat terlarang lainnya jika dia mengetahui hal tersebut. Sedangkan polisi berkewajiban untuk melakukan penyeledikan dan penyidikan terhadap pelaku kasus tersebut. Demikian pula jaksa dan hakim masing-masing berkewajiban melakukan proses peradilan terhadap pelaku kasus itu Dengan kata lain, usaha bela negara tidak hanya dilakukan dalam bentuk fisik (perlawanan bersenjata), akan tetapi dilakukan melalui non-fisik (hukum, pendidikan, diplomasi, dan sebagainya) serta dapat dilakukan dengan bekerja dengan baik dan tulus ikhlas demi kemajuan bangsa, turut serta dalam mengharumkan nama bangsa, hingga menggunakan produksi dalam negeri. Sehingga, jika setiap warga negara Indonesia paham dan mengimplementasikan konsep bela negara tersebut, maka sistem ketahanan nasional akan terwujud. Tidak hanya sekedar ketahanan dalam aspek pertahanan dan keamanan saja, tetapi juga ketahanan di seluruh aspek kehidupan secara utuh, terpadu, dan menyeluruh. Dengan demikian, segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dapat ditangani dengan baik. Pemahaman demikianlah yang harus dibangun guna menumbuhkan kesadaran bela negara. Di sisi lain, pemahaman akan ancaman, tantangan, gangguan, dan hambatan yang sedang maupun yang akan dihadapi bangsa Indonesia kedepan pun harus disosialisasikan oleh segenap kalangan. Hal ini penting agar memberikan dorongan dan motivasi bagi warga negara khususnya generasi muda untuk bersedia dan segera bertindak mengatasi, menangani, dan mengantisipasi, termasuk mencegah persoalanpersoalan yang ada maupun yang akan dihadapi berikutnya. Adapun PPKn SMA/SMK K-10 70

82 perantara yang tepat untuk memberikan pemahaman bela negara ini adalah melalui jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal mulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga, sekolah, masyarakat termasuk lingkungan pekerjaan, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. 2. Membangun Kesediaan Warga Negara Untuk Melakukan Bela Negara Tumbuhnya kesadaran bela negara akan berpengaruh terhadap kesediaan dan kesiapan bela negara warga negara Indonesia. Sebab, kesadaran bela negara bermakna sebagai kesediaan berbakti dan rela berkorban demi membela negara, sebab hal tersebut merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan pengabdian kepada negara dan bangsa. Kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara dimaknai sebagai kesiapan dalam bersikap dan berperilaku yang dijiwai oleh kecintaan pada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Hal ini merupakan mentalitas warga negara untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat, sebagai wujud rasa cinta kepada bangsa dan tanah air. Untuk membangun kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara, maka setiap warga negara harus memiliki nilai-nilai bela negara, antara lain: a. Cinta Tanah air, ditandai dengan sikap mengenal, memahami dan mencintai wilayah nasional, menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia, melestarikan dan mencintai lingkungan hidup, memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara, menjaga nama baik bangsa dan negara serta bangga sebagai bangsa indonesia dengan cara waspada dan siap membela tanah air terhadap ancaman tantangan, hambatan dan gangguan yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa serta negara dari manapun dan siapapun. PPKn SMA/SMK K-10 71

83 b. Sadar akan berbangsa dan bernegara, yaitu dengan membina kerukunan menjaga persatuan dan kesatuan dari lingkungan terkecil atau keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja, mencintai budaya bangsa dan produksi dalam negeri, mengakui, menghargai dan menghormati bendera merah putih, lambang negara dan lagu kebangsaan Indonesia Raya, menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, keluarga dan golongan. c. Yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu memahami hakekat atau nilai dalam Pancasila, melaksanakan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara serta yakin pada kebenaran Pancasila sebagai ideologi negara. d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara, yaitu bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan negara, siap mengorbankan jiwa dan raga demi membela bangsa dan negara dari berbagai ancaman, berpastisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, gemar membantu sesama warga negara yg mengalami kesulitan dan yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negara tidak sia-sia. e. Kemampuan awal bela negara baik secara psikis dan fisik. Secara psikis, yaitu memiliki kecerdasan emosional, spiritual serta intelegensia, senantiasa memelihara jiwa dan raganya serta memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji. Sedangkan secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan, ketrampilan jasmani untuk mendukung kemampuan awal bina secara psikis dengan cara gemar berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan. Kesediaan warga negara untuk melakukan upaya bela negara dapat dilakukan dengan berbagai cara menurut profesi dan keahliannya masing-masing. Bentuk upaya bela negara sangat PPKn SMA/SMK K-10 72

84 beragam tidak hanya terbatas dalam bidang militer atau pertahanan keamanan dengan mengangkat senjata. Tetapi juga meliputi bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, pendidikan, dan sebagainya. Sebagaimana ketentuan Pasal 9 ayat 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, wujud penyelenggaraan keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dapat dilakukan melalui: a) Pendidikan Kewarganegaraan Salah satu materi/bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi adalah Pendidikan Kewarganegaraan (Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Mengapa upaya bela negara dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewaganegaraan? Dalam penjelasan Pasal 37 ayat (1) undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sehingga pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan kewarganegaraan. Pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah air merupakan awal terbentuknya kesadaran akan pentingnya bela negara. Dari kesadaran ini terwujud perilaku atau tindakan upaya bela negara. Darmawan (2004) menegaskan bahwa konsep bela negara adalah konsepsi moral yang diimplementasikan dalam sikap, perilaku dan tindakan warga negara yang dilandasi oleh cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan kepada Pancasila sebagai ideologi negara, dan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan bela negara, pendidikan kewarganegaraan merupakan sarana untuk membina kesadaran peserta didik ikut serta dalam pembelaan negara. Selain itu, ketentuan yuridis penjelasan Pasal 9 ayat 2 (huruf a) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 yang berbunyi: dalam PPKn SMA/SMK K-10 73

85 pendidikan kewarganegaraan sudah tercakup pemahaman tentang kesadaran bela negara. Hal ini bermakna bahwa salah satu cara untuk memperoleh pemahaman tentang kesadaran bela negara dapat ditempuh dengan mengikuti pendidikan kewarganegaraan. Darmawan (2004) menegaskan bahwa selain mengajarkan hak dan kewajiban warga negara, pendidikan kewarganegaraan juga mencakup pemahaman tentang kesadaran bela negara untuk pertahanan negara. Kemudian beliau menegaskan bahwa kewajiban memuat pendidikan kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi merupakan wujud dari keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dalam rangka penyelenggaraan pertahanan negara. Malik Fajar (2004) menegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mendapat tugas untuk menanamkan komitmen kebangsaan, termasuk mengembangkan nilai dan perilaku demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan dapat memupuk jiwa patriotik, rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran akan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dan sikap menghargai jasa para pahlawan. Pendidikan kewarganegaraan dapat memberikan pemahaman, analisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita bangsa Indonesia. b) Pelatihan dasar kemiliteran Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar militer adalah: Keamanan rakyat (Kamra) merupakan bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. Perlawanan Rakyat (Wanra) merupakan bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang pertahanan. Pertahanan Sipil (Hansip) merupakan kekuatan rakyat yang merupakan kekuatan pokok unsur-unsur perlindungan masyarakat dimanfaatkan dalam menghadapi bencana akibat PPKn SMA/SMK K-10 74

86 perang dan bencana alam serta menjadi sumber cadangan nasional untuk menghadapi keadaan luar biasa. Unsur mahasiswa yang tersusun dalam organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa). Menjadi anggota organisasi Menwa merupakan hak bagi setiap mahasiswa. Saat ini jumlah Menwa sekitar orang dan alumninya sekitar orang (Departemen Pertahanan, 2003). Anggota Menwa tersebut merupakan komponen bangsa yang telah memiliki pemahaman dasar-dasar kemiliteran dan bisa didayagunakan dalam kegiatan pembelaan terhadap negara. Organisasi lain yang menerapkan pelatihan dasar kemiliteran sebagai salah satu pendidikan dalam organisasinya adalah: Pramuka, Patroli Keamanan Sekolah, Pasukan Pengibar Bendera, Palang Merah Remaja, dan organisasi lainnya. c) Pengabdian sebagai Prajurit TNI Dalam upaya pembelaan negara, peranan TNI sebagai alat pertahanan negara sangat penting dan strategis karena TNI memiliki tugas untuk (Pasal 10 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002): Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa Melaksanakan operasi militer selain perang Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional d) Pengabdian sesuai dengan keahlian atau profesi Berdasarkan penjelasan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002, pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negara termasuk dalam menanggulangi dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya. Contoh profesi yang berkaitan dengan kegiatan menanggulangi dan/atau memperkecil akibat perang, bencana alam atau bencana lainnya yaitu antara lain petugas Palang Merah Indonesia, para medis, tim SAR, Linmas, POLRI, petugas bantuan PPKn SMA/SMK K-10 75

87 sosial, termasuk guru. Bela negara juga dapat dilakukan melalui pengabdian sesuai dengan keahlian. Misalnya: sebagai atlet nasional dapat mengharumkan nama bangsa dengan meraih medali emas dalam pertandingan olahraga, siswa yang ikut olimpiade dan mendapatkan penghargaan, siswa yang giat belajar sehingga mendapatkan prestasi maupun beasiswa, dan sebagainya. Kesediaan warga negara untuk melakukan upaya bela negara harus diterapkan di berbagai lingkungan dan beragam aspek kehidupan. a) Di lingkungan keluarga. Anggota keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, anak, serta orang lain yang menjadi bagian dari keluarga harus mampu melaksanakan kewajibannya dengan baik dan sungguh-sungguh agar mendapatkan haknya sesuai kewajiban yang telah dilakukannya. Misalnya, dalam keluarga ada pembagian kerja yang jelas, disiplin dan dipatuhi, ayah/ibu mencari nafkah dan mengurus rumah tangga, anak-anak belajar dengan sungguh-sungguh, di waktu senggang anak ikut membantu pekerjaan rumah, saling menghormati dan menghargai antar anggota keluarga, setiap anggota keluarga saling peduli dan menyanyangi, dan sebagainya. b) Di lingkungan sekolah tindakan pembelaan negara dilakukan dengan: Siswa belajar dengan baik dan memenuhi unsur wajib belajar secara akademik Siswa menaati tata tertib sekolah atau berdisiplin Guru mendorong siswa untuk berprestasi dan mengikuti berbagai kompetisi Guru mendidik siswa dengan baik, di antaranya pendidikan damai dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan, serta mengacu pada tujuan yang akan dicapai, baik kompetensi siswa maupun kurikulum Guru siap mengajar dan mendidik dimanapun dan kapanku, bahkan bersedia ditugaskan di daerah-daerah terpencil PPKn SMA/SMK K-10 76

88 Staf tata usaha melaksanakan tugas dengan baik dengan men dokumen tasikan administrasi dengan tertib Penjaga sekolah melaksanakan tugasnya dengan baik. c) Lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Bentuk usaha pembelaan negara tidak terbatas dalam bidang militer atau pertahanan keamanan dengan mengangkat senjata. Tetapi juga meliputi berbagai bidang yang dapat dilakukan masyarakat sesuai dengan keahlian dan profesi masingmasing. Upaya bela negara dapat terlaksana dengan baik apabila tercipta pola pikir, sikap dan tindak/perilaku bangsa yang berbudaya sebagai dorongan/motivasi adanya keinginan untuk sadar bela negara. Kesadaran bela negara ini mencakup kesadaran untuk menjadi: 1) Bangsa yang berbudaya, artinya bangsa yang mau melaksanakan hubungan dengan penciptanya disebut agama 2) Bangsa yang mau berusaha, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut ekonomi 3) Bangsa yang mau berhubungan dengan lingkungan, berhubungan sesamanya dan alam sekitarnya disebut sosial 4) Bangsa yang mau berhubungan dengan kekuasaan, disebut politik 5) Bangsa yang mau hidup aman tenteram dan sejahtera, berhubungan dengan rasa kepedulian dan ketenangan serta kenyamanan hidup dalam negara disebut pertahanan dan keamanan. Dalam hal agama, peran serta masyarakat dalam pembelaan negara dapat dilakukan melalui partisipasi warga masyarakat untuk: 1) Mewujudkan kerukunan dan kedamaian antar umat beragama 2) Mengembangkan sikap toleransi, saling menghargai dan menghormati antar pemeluk beragama 3) Mencegah konflik sosial akibat fanatisme agama tertentu, pelecehan agama, dan tindakan-tindakan anarkhis lainnya PPKn SMA/SMK K-10 77

89 Di bidang ekonomi, peranserta masyarakat dapat dilakukan dengan berpartisipasi meningkatkan kemakmuran di lingkungan masyarakat dengan cara menjadi anggota koperasi, tidak melakukan kecurangan dalam perekonomian, menciptakan lapangan pekerjaan, melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif berbasis pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya. Di bidang sosial budaya, peranserta masyarakat dapat dilakukan dengan ikut serta dalam pameran/festival budaya dan kesenian, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan kemanusiaan, ikut dalam kerja bakti masyarakat, menjaga kebersihan lingkungan, memelihara lingkungan hidup, ikutserta dalam penanggulangan bencana alam, berpartisipasi dalam kegiatan rukun tetangga dan rukun warga, dan sebagainya. Bidang pertahanan dan keamanan dapat berbentuk menjaga keamanan lingkungan seperti ikut ronda malam, ikut kegiatan sistem keamanan lingkungan (siskamling), kegiatan perlindungan masyarakat (Limnas), tidak melanggar norma dan tatatertib yang berlaku, menjaga kehidupan masyarakat yang toleran dan harmonis, memelihara kerukunan antar warga, mengatasi kerusuhan masal dan konflik komunal. Perilaku di masyarakat memperlihatkan bela negara disesuaikan dengan tuntutan dan kebiasaan masyarakat setempat. 3. Revitalisasi Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Pendidikan Bela Negara. Dalam kondisi saat ini bela negara harus diartikan lebih kontekstual. Bela negara tidak hanya diidentikkan dengan angkat senjata, tetapi harus diartikan lebih luas, yaitu membela negara dalam berbagai hal di seluruh aspek kehidupan di setiap lingkungan, disesuaikan dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Bahwa sesuai amanat konstitusi, setiap warga negara sesuai dengan kedudukan dan perannya masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk membela negara. Sehingga, tugas membela negara tidak hanya menjadi tanggungjawab TNI dan POLRI, tetapi juga menjadi tugas PPKn SMA/SMK K-10 78

90 setiap warga negara sesuai dengan profesi dan keahlian masingmasing. Mengingat pula, ancaman yang dihadapi saat ini dan kedepannya bukan hanya ancaman militer tetapi juga nonmiliter. TNI dan POLRI merupakan komponen utama dalam pertahanan dan keamanan. Sedangkan rakyat merupakan kekuatan pendukung. Perbedaan sifat, skala, dan kapasitas (berat ringannya) ancaman mempengaruhi besar kecilnya peranan TNI dan masyarakat dalam keikutsertaan membela negara. Dalam menanggulangi ancaman militer, peranan TNI sangat dominan, sedangkan kewajiban warga negara lainnya hanya sebagai pendukung. Hal ini berbeda jika ancaman yang dihadapi bersifat nonmiliter seperti perdagangan narkotik dan obat terlarang lainnya. Dalam ancaman jenis ini segenap warga negara memiliki peranan penting sesuai kedudukan dan profesinya masing-masing dalam mengupayakan pembelaan negara. Oleh karenanya, pemahaman bela negara seperti ini harus ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas sasarannya. Adapun perantara yang tepat untuk memberikan pemahaman bela negara ini adalah melalui jalur pendidikan bela negara yang dilaksanakan baik di lingkungan pendidikan formal maupun nonformal. Dalam konteks pendidikan formal, bela negara dapat dimasukkan ke dalam kurikulum. Bela negara tidak menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran yang relevan dan kegiatan ekstrakurikuler. Pengintegrasian pada mata pelajaran misalnya, pada mata pelajaran PPKn, PAI, Bahasa Indonesia, Penjasorkes, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Lingkungan hidup, dan sebagainya. Pada kegiatan ekstrakurikuler misalnya pada kegiatan pramuka, paskibra, Palang Merah Remaja (PMR), kelompok pecinta lingkungan, dan sebagainya. Sedangkan dalam pendidikan nonformal, pendidikan bela negara dapat dilaksanakan melalui pembiasaan maupun program di masyarakat. Melalui pembiasaan, adalah dengan menanamkan kebiasaan melakukan hal-hal yang baik baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Program pendidikan bela negara juga dapat dilaksanakan PPKn SMA/SMK K-10 79

91 di lingkungan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat. Dan yang paling penting, penerapan pendidikan bela negara memerlukan keteladanan dari semua kalangan baik dari pemimpin, pejabat, politisi, aparat hukum, orang tua, maupun masyarakat secara umum. Mari kita renungkan pernyataan yang pernah disampaikan oleh mantan presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, yaitu: janganlah kamu bertanya kepada negara yang telah negara berikan kepadamu, tetapi apa yang dapat kamu berikan terhadap negara? Dan jawabannya ada pada diri masing-masing. D. Aktivitas Pembelajaran 1) Tujuan Kegiatan: Melalui model dan metode pembelajaran Project Based Learning dan program simulation, peserta mampu: a) membangun kesadaran warga negara untuk bela negara. b) membangun kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara. c) membangun kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia melalui Pendidikan Bela Negara. 2) Langkah Kegiatan Kegiatan 1 (Project Based Learning) (1) Peserta diklat secara berkelompok diberikan penugasan untuk menyusun program atau kegiatan atau proyek yang berkaitan dengan materi (2) Program atau kegiatan atau proyek masing-masing kelompok harus berbeda (3) Program atau kegiatan atau proyek sesuai dengan prosedur Project Based Learning (4) Setelah selesai, presentasikan hasil diskusi kelompok Anda dan perbaiki hasil kerja kelompok Anda jika ada masukan dari kelompok lain Kegiatan 2 (Program Simulation) PPKn SMA/SMK K-10 80

92 (1) Setelah selesai kegiatan 1, peserta diklat dengan kelompok yang masih sama menyusun strategi dan alur skenario untuk mensimulasikan program/proyek yang dibuat (2) Secara bergantian, masing-masing kelompok melaksanakan simulasi program/proyek hasil kerjanya (urutan simulasi dapat dilakukan dengan sistem undian) (3) Masing-masing kelompok memaparkan kesimpulan (4) Penguatan dan penyepakatan E. Latihan/Kasus/Tugas Buatlah tulisan artikel yang berkaitan dengan materi ini! F. Rangkuman Tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia secara langsung akan membentuk kesadaran bela negara. Kesadaran dimaknai sebagai kepahaman, keinsafan seseorang sehingga secara tulus dan iklas dengan kerelaan hati melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya (hak dan kewajibannya). Sehingga, kesadaran bela negara adalah kepahaman, keinsafan seseorang sehingga secara tulus dan iklas dengan kerelaan hati melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai bangsa sekaligus warga negara Indonesia (hak dan kewajibannya). Kesadaran bela negara ini yang menjadi dasar terbentuknya sikap dan perilaku bela negara. Kesadaran bela negara menjadi penting, mengingat pertimbangan bahwa: a) Wilayah Indonesia yang luas dengan beragam potensi/kekayaan baik di darat, laut, udara, bahkan demografi/penduduk b) Menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI c) Untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan d) Amanah konstitusi e) Aspek sejarah perjuangan bangsa (meneladani sikap dan komitmen juang tokoh-tokoh bangsa) PPKn SMA/SMK K-10 81

93 Membangun kesadaran bela negara dilakukan melalui peningkatan pemahaman warga negara Indonesia tentang apa itu bela negara. Adapun perantara yang tepat untuk memberikan pemahaman bela negara ini adalah melalui jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal mulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga, sekolah, masyarakat termasuk lingkungan pekerjaan, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. Tumbuhnya kesadaran bela negara akan berpengaruh terhadap kesediaan dan kesiapan bela negara warga negara Indonesia. Sebab, kesadaran bela negara bermakna sebagai kesediaan berbakti dan rela berkorban demi membela negara, sebab hal tersebut merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan pengabdian kepada negara dan bangsa. Kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara dimaknai sebagai kesiapan dalam bersikap dan berperilaku yang dijiwai oleh kecintaan pada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Hal ini merupakan mentalitas warga negara untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat, sebagai wujud rasa cinta kepada bangsa dan tanah air. Untuk membangun kesediaan warga negara untuk melakukan bela negara, maka setiap warga negara harus memiliki nilai-nilai bela negara, antara lain: cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta kemampuan awal bela negara baik secara psikis dan fisik. Kesediaan warga negara untuk melakukan upaya bela negara dapat dilakukan dengan berbagai cara menurut profesi dan keahliannya masingmasing. Bentuk upaya bela negara sangat beragam tidak hanya terbatas dalam bidang militer atau pertahanan keamanan dengan mengangkat senjata. Tetapi juga meliputi bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, pendidikan, dan sebagainya. Sebagaimana ketentuan Pasal 9 ayat 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, wujud penyelenggaraan keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dapat dilakukan melalui: Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan PPKn SMA/SMK K-10 82

94 dasar kemiliteran, pengabdian sebagai prajurit TNI, serta pengabdian sesuai dengan keahlian atau profesi. Kesediaan warga negara untuk melakukan upaya bela negara harus diterapkan di berbagai lingkungan dan beragam aspek kehidupan. Dalam kondisi saat ini bela negara harus diartikan lebih kontekstual. Bela negara tidak hanya diidentikkan dengan angkat senjata, tetapi harus diartikan lebih luas, yaitu membela negara dalam berbagai hal di seluruh aspek kehidupan di setiap lingkungan, disesuaikan dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Bahwa sesuai amanat konstitusi, setiap warga negara sesuai dengan kedudukan dan perannya masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk membela negara. Sehingga, tugas membela negara tidak hanya menjadi tanggungjawab TNI dan POLRI, tetapi juga menjadi tugas setiap warga negara sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing. Mengingat pula, ancaman yang dihadapi saat ini dan kedepannya bukan hanya ancaman militer tetapi juga nonmiliter. Oleh karenanya, pemahaman bela negara seperti ini harus ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas sasarannya. Adapun perantara yang tepat untuk memberikan pemahaman bela negara ini adalah melalui jalur pendidikan bela negara yang dilaksanakan baik di lingkungan pendidikan formal maupun nonformal. Dalam konteks pendidikan formal, bela negara dapat dimasukkan ke dalam kurikulum. Bela negara tidak menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran yang relevan dan kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan dalam pendidikan nonformal, pendidikan bela negara dapat dilaksanakan melalui pembiasaan maupun program di masyarakat. Dan yang paling penting, penerapan pendidikan bela negara memerlukan keteladanan dari semua kalangan baik dari pemimpin, pejabat, politisi, aparat hukum, orang tua, maupun masyarakat secara umum. PPKn SMA/SMK K-10 83

95 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi ini? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi ini? 3. Apa manfaat materi konsep dasar Pancasila terhadap tugas Bapak/Ibu? 4. Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini? H. Kunci Jawaban Sesuai dengan artikel yang ditulis. Adapun acuan penilaiannya mencakup: a. Judul dan isi artikel sesuai atau tidak dengan materi b. Artikel yang ditulis menarik atau tidak, termasuk relevansi dengan isuisu kekinian c. Sistematika penulisan artikel apakah sesuai kaidah penulisan atau tidak, minimal mencakup pendahuluan, isi, dan penutup d. Sistematika alur penulisan (nyambung tidaknya isi tulisan satu paragraf dengan paragraf yang lain) e. Bahasa artikel menarik atau tidak PPKn SMA/SMK K-10 84

96 KEGIATAN PEMBELAJARAN 7 STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PERMASALAHAN HAM DI INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN HAM A. Tujuan Pembelajaran Kompetensi dasar dalam pembelajaran mata diklat ini adalah membangun strategi pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia melalui pendidikan HAM. Adapun tujuan pembelajarannya adalah peserta diklat dapat membangun pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia melalui pendidikan HAM. B. Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator pencapaian kompetensi dalam pembelajaran ini adalah membangun strategi pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia melalui pendidikan HAM C. Uraian Materi Membangun Strategi Pencegahan Dan Penanggulangan Permasalahan HAM Di Indonesia Melalui Pendidikan HAM Implementasi perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah berlangsung seiring dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dinamika implementasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia dapat ditelusuri dari perkembangan pemikiran maupun ketentuan dalam konstitusi. Secara garis besar konstitusi yang berlaku di Indonesia telah memberikan jaminan perlindungan HAM, walaupun ada yang secara implisit dan eksplisit. Meskipun di Indonesia telah ada jaminan secara konstitusional maupun telah dibentuk lembaga untuk penegakannya, tetapi belum PPKn SMA/SMK K-10 85

97 menjamin bahwa hak asasi manusia dilaksanakan dalam kenyataan kehidupan sehari hari atau dalam pelaksanaan pembangunan. Bahwa faktanya masih terjadi beragam kasus pelaggaran HAM serta belum tuntasnya tindakan hukum terhadap para pelanggar HAM tersebut, hal tersebut merupakan tugas tantangan yang harus kita selesaikan bersama. Artinya, pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia baru pada tahap kebijakan belum menjadi bagian dari sendi-sendi dasar kehidupan berbangsa untuk menjadi faktor integrasi atau persatuan. Problem dasar HAM yaitu penghargaan terhadap martabat dan privasi warga negara sebagai pribadi juga belum ditempatkan sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu adanya upaya berupa penghargaan dan dukungan bagi penegakan dan perlindungan HAM, salah satunya melalui revitalisasi pendidikan HAM. Tulisan yang terinspirasi dari karya Abas Yusuf tentang Pendidikan Hak Asasi Manusia ini memaparkan bagaimana membangun strategi pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia melalui pendidikan HAM. Sebagaimana kita ketahui bersama tantangan dalam dunia pendidikan adalah bagaimana caranya agar sikap menghormati HAM ini dapat diinternalisasikan melalui pendidikan. Pertanyaan yang harus dijawab oleh para pendidik intelektual, terutama para pendidik adalah bagaimana seseorang dapat memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan HAM? Bagaimanakah caranya agar kita dapat belajar untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati hak masing-masing? Jawabannya ternyata tidak sederhana, karena orang yang berbeda akan memandang HAM secara berbeda pula. Yang dianggap sebagai hak bagi orang tertentu bisa saja dianggap merugikan bagi orang lain. Sebagai contoh, bukankah kebebasan mengemukakan pendapat dapat berdampak pada keluhan pencemaran nama baik? Jika demikian, maka siapa yang bersalah dan melanggar HAM? Lagipula, mengapa harus mengalah pada hak orang lain jika hal itu merugikan diri sendiri? Inilah tantangan bagi mereka yang ingin mewujudkan dunia yang saling menghargai hak satu sama lain. Namun, walaupun dinilai tidak mudah, mempelajari dan mengajarkan sikap menghormati HAM adalah tanggung jawab kita bersama sebagai seorang pendidik. Setelah sikap tumbuh dan terinternalisasi dalam PPKn SMA/SMK K-10 86

98 diri peserta didik, tindakan selanjutnya adalah menyerahkan pada hukum untuk memelihara sikap tersebut. Meskipun sulit, namun apabila perdamaian lebih membawa kebaikan daripada kekerasan, maka ia layak diperjuangkan. Pertanyaan selanjutnya, kemanakah sebaiknya para pendidik mengarahkan fokus perhatian pendidikan HAM? Pengetahuan peserta didik, sikap, atau perilaku? Tentu saja ketiganya perlu diperhatikan. Tanpa pengetahuan tentang HAM, sulit bagi peserta didik untuk mengetahui mana yang perlu dihormati. Tanpa perilaku yang sejalan dengan HAM, segala upaya untuk mendidik adalah sia-sia. Meskipun ketiga hal di atas penting, namun sikap adalah hal yang paling sulit diinternalisasikan. Para ahli psikologi sosial menyatakan bahwa pengetahuan menghasilkan sikap, dan perilaku bersumber dari sikap. Meskipun pengetahuan menghasilkan sikap, namun menumbuhkan sikap baru di dalam diri seseorang bukan hal yang sederhana. Sebab, sikap lebih sulit ditumbuhkan daripada sekedar menyampaikan pengetahuan. Seseorang bisa saja mengetahui sesuatu, tetapi tidak meyakini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penerimaan akan sebuah sikap sangat bergantung pada penerimaan sosial. Sikap yang benar di dalam masyarakat yang bertentangan dengan pola perilaku atau kebiasaan dalam masyarakat justru akan berakibat pada pengucilan. Untuk dapat bertahan dalam lingkungan masyarakat yang masih mengabaikan, sebuah sikap harus cukup kuat berakar dalam hati. Inilah tugas kita sebagai pendidik, menanamkan sikap yang kuat melalui perancangan program dan proses pendidikan yang tepat.\ Pendidikan HAM merupakan sebutan bagi program pendidikan yang didesain untuk merubah orientasi pemikiran, sikap, dan perilaku peserta didik agar selaras dengan HAM. Karena sikap berasal dari pikiran manusia, maka disitulah orientasi perdamaian semestinya dibangun. Untuk merubah orientasi pemikiran pihak-pihak tersebut, pendidikan memegang peranan penting. Dari sisi peserta pendidikan, umumnya peserta didik dapat dibagi menjadi empat golongan (Halpérin, 1997), yaitu: 1) Anak-anak (13-17 tahun); 2) Remaja (17 tahun); 3) Guru; 4) Kelompok profesional tertentu (pengacara, pekerja sosial, dan lain-lain). Sebagai gambaran, berikut adalah PPKn SMA/SMK K-10 87

99 model yang dapat dikembangkan untuk melaksanakan pendidikan HAM, yang diadaptasi dari Kremer-Hayon (dalam Halpérin, 1997). Gambar 4 Desain Pendidikan HAM dari Kremer-Hayon (dalam Halpérin, 1997) Berikut dipaparkan penjelaskan masing-masing komponen dalam model tersebut. Pertama, tujuan dari pendidikan HAM adalah merubah sikap dan perilaku, strategi yang relevan untuk perubahan perlu diterapkan. Faktor-faktor yang perlu dirubah meliputi tiga hal, yaitu kognitif, afeksidisposisional, dan perilaku. Ketiganya harus diperhatikan jika tujuannya adalah perubahan yang berarti dan tahan lama. Sebagai contoh, ketiga tujuan dapat diilustrasikan sebagai berikut: 1. Tujuan kognitif: Memiliki pengetahuan dasar dan pemahaman tentang materi pokok dan nilai-nilai HAM (kebenaran, sama & adil, hargai martabat, integritas, akuntabilitas, kejujuran, hargai perbedaan, kerja sama) 2. Tujuan afektif-disposisional: Mengembangkan kesediaan untuk bekerjasama dan menghormati hak-hak yang melekat dalam diri tiap manusia, serta memegang teguh nilai-nilai HAM 3. Tujuan perilaku: Berperilaku sesuai dengan nilai-nilai HAM dalam berbagai situasi. PPKn SMA/SMK K-10 88

100 Kedua, materi pembelajaran dalam pendidikan HAM disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Beberapa materi yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan adalah pengetahuan tentang kondisi sosial dan lingkungan, pengetahuan tentang budaya kelompok lain, mempelajari bahasa kelompok lain, multikulturalisme, sampai ke Wawasan Nusantara, integrasi nasional, termasuk nilai toleransi dan lain sebagainya. Materi sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, termasuk usia dan latar belakang sosial. Meskipun materi adalah hal yang penting, namun ia bukan satu-satunya faktor penentu yang akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Penekanan justru pada proses pembelajaran yang justru akan membawa perubahan yang diinginkan. Ketiga, peserta didik. Dalam hal ini, kegagalan dalam memahami minat dan kebutuhan peserta didik adalah hambatan utama dalam intervensi pendidikan. Karakter spesifik dari kelompok peserta didik dan perbedaan individual diantara mereka harus dikenali dengan baik. Keempat, proses. Membicarakan proses sama halnya dengan membicarakan model, metode dan cara-cara yang ditempuh untuk meraih tujuan pembelajaran. Model, metode dan cara yang ditempuh harus melibatkan komponen kognitif, afeksi-disposisional, dan juga perilaku. Model-model pembelajaran dengan mengadopsi pendekatan saintifik akan memberikan stimulus agar peserta didik berpikir, aktif, termotivasi, dan menjiwa. Membaca, debat, dan diskusi adalah bentuk aktivitas yang menekankan kemampuan intelektual dan refleksi, bagian dari aspek kognitif. Klarifikasi nilai-nilai sosial dan bermain peran mewakili komponen afeksidisposisional. Sedangkan mendengarkan, memberikan solusi konstruktif dalam permasalahan-permasalahan yang penuh konflik, dan mengekpresikan toleransi terhadap ide-ide yang saling kontradiktif mewakili aspek perilaku. Terakhir, evaluasi. Metode kualitatif dan kuantitatif dalam evaluasi akan saling mendukung satu sama lain, dan memberikan bentuk masukan yang bervariasi berdasarkan tes, diskusi, wawancara, observasi, dan portofolio. Model yang telah disajikan dapat memberikan rangkaian pertanyaan yang tersistematisasi untuk dipertimbangkan dalam rangkaian kerja selanjutnya. Sebagai contoh, ketika gagal, evaluator akan memberikan PPKn SMA/SMK K-10 89

101 rangkaian pertanyaan. Apakah tujuan pembelajaran terlalu tinggi? Apakah tujuan pembelajaran tidak cocok dengan kelompok peserta didik yang sedang ditangani? Apakah materi pembelajaran telah didesain dengan baik dan menarik? Sejauh mana proses belajar mengajar diaplikasikan dengan baik dan benar? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikaji untuk mencapai kesuksesan pembelajaran dalam rangkaian kerja selanjutnya. Para pendidik atau guru dapat membangun sikap yang mengedepankan dan menjunjung tinggi HAM dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Kremer-Hayon sebagai sebuah alternatif, yang dimulai dengan membangun tujuan pembelajaran, mendesain materi, mengenali dan mengorganisir peserta didik, mengembangkan metode, dan mengevaluasi pembelajaran. Melalui sekilas paparan singkat ini, harapannya dengan terimplementasikannya pendidikan HAM dapat menumbuhkembangkan sikap-sikap yang mendukung upaya penegakan dan perlindungan HAM. Ini merupakan wujud tindakan preventif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia. D. Aktivitas Pembelajaran 1) Tujuan Kegiatan Melalui model dan metode pembelajaran Project Based Learning dan program simulation, peserta mampu membangun strategi pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia melalui pendidikan HAM 2) Langkah Kegiatan Kegiatan 1 (Project Based Learning) a) Peserta diklat secara berkelompok diberikan penugasan untuk menyusun program atau kegiatan atau proyek yang berkaitan dengan materi b) Program atau kegiatan atau proyek masing-masing kelompok harus berbeda c) Program atau kegiatan atau proyek sesuai dengan prosedur Project Based Learning PPKn SMA/SMK K-10 90

102 d) Setelah selesai, presentasikan hasil diskusi kelompok Anda dan perbaiki hasil kerja kelompok Anda jika ada masukan dari kelompok lain Kegiatan 2 (Program Simulation) a) Setelah selesai kegiatan 1, peserta diklat dengan kelompok yang masih sama menyusun strategi dan alur skenario untuk mensimulasikan program/proyek yang dibuat b) Secara bergantian, masing-masing kelompok melaksanakan simulasi program/proyek hasil kerjanya (urutan simulasi dapat dilakukan dengan sistem undian) c) Masing-masing kelompok memaparkan kesimpulan d) Penguatan dan penyepakatan E. Latihan/ Kasus /Tugas Buatlah tulisan artikel yang berkaitan dengan materi ini! F. Rangkuman Implementasi perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah berlangsung seiring dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dinamika implementasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia dapat ditelusuri dari perkembangan pemikiran maupun ketentuan dalam konstitusi. Namun demikian, Meskipun di Indonesia telah ada jaminan secara konstitusional maupun telah dibentuk lembaga untuk penegakannya, tetapi belum menjamin bahwa hak asasi manusia dilaksanakan dalam kenyataan kehidupan sehari hari atau dalam pelaksanaan pembangunan. Bahwa faktanya masih terjadi beragam kasus pelaggaran HAM serta belum tuntasnya tindakan hukum terhadap para pelanggar HAM tersebut, hal tersebut merupakan tugas tantangan yang harus kita selesaikan bersama. Artinya, pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia baru pada tahap kebijakan belum menjadi bagian dari sendi-sendi dasar kehidupan berbangsa untuk menjadi faktor integrasi atau persatuan. Problem dasar HAM yaitu penghargaan terhadap martabat dan PPKn SMA/SMK K-10 91

103 privasi warga negara sebagai pribadi juga belum ditempatkan sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu adanya upaya berupa penghargaan dan dukungan bagi penegakan dan perlindungan HAM, salah satunya melalui revitalisasi pendidikan HAM. Sebagaimana kita ketahui bersama tantangan dalam dunia pendidikan adalah bagaimana caranya agar sikap menghormati HAM ini dapat diinternalisasikan melalui pendidikan. Jawabannya ternyata tidak sederhana, karena orang yang berbeda akan memandang HAM secara berbeda pula. Inilah tantangan bagi mereka yang ingin mewujudkan dunia yang saling menghargai hak satu sama lain. Namun, walaupun dinilai tidak mudah, mempelajari dan mengajarkan sikap menghormati HAM adalah tanggung jawab kita bersama sebagai seorang pendidik. Pertanyaan selanjutnya, kemanakah sebaiknya para pendidik mengarahkan fokus perhatian pendidikan HAM? Pengetahuan peserta didik, sikap, atau perilaku? Tentu saja ketiganya perlu diperhatikan. Pendidikan HAM merupakan sebutan bagi program pendidikan yang didesain untuk merubah orientasi pemikiran, sikap, dan perilaku peserta didik agar selaras dengan HAM. Model pendidikan HAM dapat dikembangkan dari model yang diadaptasi dari Kremer-Hayon, yang meliputi tujuan, materi, peserta didik, proses, dan evaluasi pembelajaran. Tujuan dari pendidikan HAM adalah merubah sikap dan perilaku, strategi yang relevan untuk perubahan perlu diterapkan. Materi pembelajaran dalam pendidikan HAM disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Karakter spesifik dari kelompok peserta didik dan perbedaan individual diantara mereka harus dikenali dengan baik. Membicarakan proses sama halnya dengan membicarakan model, metode dan cara-cara yang ditempuh untuk meraih tujuan pembelajaran. Model-model pembelajaran dengan mengadopsi pendekatan saintifik akan memberikan stimulus agar peserta didik berpikit, aktif, termotivasi, dan menjiwa. Membaca, debat, dan diskusi adalah bentuk aktivitas yang menekankan kemampuan intelektual dan refleksi, bagian dari aspek kognitif. Metode kualitatif dan kuantitatif dalam evaluasi akan saling mendukung satu sama lain, dan memberikan bentuk masukan yang bervariasi berdasarkan tes, diskusi, wawancara, observasi, dan portofolio. PPKn SMA/SMK K-10 92

104 Para pendidik atau guru dapat membangun sikap yang mengedepankan dan menjunjung tinggi HAM dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Kremer-Hayon sebagai sebuah alternatif, yang dimulai dengan membangun tujuan pembelajaran, mendesain materi, mengenali dan mengorganisir peserta didik, mengembangkan metode, dan mengevaluasi pembelajaran. Harapannya dengan terimplementasikannya pendidikan HAM dapat menumbuhkembangkan sikap-sikap yang mendukung upaya penegakan dan perlindungan HAM. Ini merupakan wujud tindakan preventif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan permasalahan HAM di Indonesia. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi ini 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi ini 3. Apa manfaat materi ini terhadap tugas Bapak/Ibu? 4. Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu setelah kegiatan pelatihan ini? H. Kunci Jawaban Sesuai dengan artikel yang ditulis. Adapun acuan penilaiannya mencakup: a. Judul dan isi artikel sesuai atau tidak dengan materi b. Artikel yang ditulis menarik atau tidak, termasuk relevansi dengan isu-isu kekinian c. Sistematika penulisan artikel apakah sesuai kaidah penulisan atau tidak, minimal mencakup pendahuluan, isi, dan penutup d. Sistematika alur penulisan (nyambung tidaknya isi tulisan satu paragraf dengan paragraf yang lain) e. Bahasa artikel menarik atau tidak KEGIATAN PEMBELAJARAN 8 PPKn SMA/SMK K-10 93

105 DESAIN SISTEM POLITIK DEMOKRASI DAN BUDAYA POLITIK PARTISIPAN A. Tujuan Tujuan yang diharapkan setelah mempelajari grade sepuluh pada modul politik dan budaya ini adalah sebagai berikut: 1. Peserta dapat Menjelaskan pengertian Desain Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan dengan baik setelah mengikuti diklat. 2. Peserta dapat Menjelaskan bentuk-bentuk Budaya Politik Partisipan dengan baik setelah mengikuti diklat. 3. Peserta dapat Menjelaskan budaya politik yang bertentangan dengan semangat politik bangsa dengan baik setelah mengikuti diklat 4. Peserta dapat Menjelaskan contoh budaya politik partisipan dalam hidup bermasyarakat, berbanga, dan bernegara dengan baik setelah mengikuti diklat. 5. Peserta dapat Menjelaskan contoh perilaku yang berperan aktif dalam politik yang berkembang di masyarakat dengan baik setelah mengikuti diklat. 6. Peserta dapat Menjelaskan Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan dalam membangun karakter politik yang demokratis dengan baik setelah mengikuti diklat. B. Indikator Pencapaian Kompetensi Kegiatan pelatihan ini dianggap berhasil apabila peserta mampu menunjukkan beberapa kompetensi di bawah ini: 1. Mampu menjelaskan pengertian Desain Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan. 2. Mampu menganalisis bentuk-bentuk Budaya Politik Partisipan. 3. Mampu menganalisis budaya politik yang bertentangan dengan semangat politik bangsa. PPKn SMA/SMK K-10 94

106 4. Mampu menganalisis contoh budaya politik partisipan dalam hidup bermasyarakat, berbanga, dan bernegara. 5. Mampu menganalisis contoh perilaku yang berperan aktif dalam politik yang berkembang di masyarakat. 6. Mampu menyusun kembali sistem politik demokrasi dan budaya politik partisipan dalam membangun karakter politik yang demokratis. C. Uraian Materi 1. Pengertian Desain Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan. Desain mempunyai arti membentuk kembali setelah dilakukannya analisis. Jadi yang dimaksud dengan desain sistem politik adalah bagaimana kita membentuk kembali sistem politik setelah kita terlebih dahulu menganalisanya pada beberapa pembahasan sebelumnya. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebutsebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Model demokrasi yang sesuai bagi Indonesia serta didukung oleh mayoritas rakyatnya, adalah model demokrasi yang sejalan/sesuai dengan nilai-nilai dasar bersama yang hidup dan dianut oleh segenap (mayoritas) rakyatnya, apakah itu nilai-nilai dasar bersama yang bersumber pada Pancasila ataupun dari sumber yang lainnya. menurut kami Indonesia bisa mengunakan model demokrasi apa saja, yang terpenting dapat mensejahterakan rakyatnya. PPKn SMA/SMK K-10 95

107 Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan Negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.pada budaya politik ini, anggota masyarakat telah menyadari betul hak dan tanggung jawabnya sebagai warga Negara. Mereka berperan aktif dalam suatu proses politik.dari ketiga budaya politik yang ada di Indonesia tersebut, biasanya budaya politik parokialdan kaula disatukan sehimgga ada dua macam budaya politik secara umum. Masyarakat dalam budaya politik ini memahami bahwa mereka berstatus warga Negara dan memberikan perhatian terhadap system politik. Masyarakat memiliki kebanggaan dan kemauan untuk berperan dalam system politik. Selain itu, masyarakat dalam budaya politik ini memiliki keyakinan dapat mempengruhi pengambilan kebijakan publik dan membentuk kelompok untuk melakukan protes jika pelaksanaan pemerintah tidak transparan. 2. Bentuk-bentuk Budaya Politik Partisipan. Ada beberapa pendapat mengenai bentuk-bentuk budaya politik partisipan, antara lain : J.J. Rousseau mengemukakan bahwa melalui partisipasi, seluruh warganegara dapat aktif dalam kehidupan politik secara langsung dan berkelanjutan maka negara dapat terikat ke dalam tujuan kebaikan sebagai kehendak bersama. Berbagai bentuk partisipasi politik tersebut dapat dilihat dari berbagai kegiatan warganegara yang mencakup, antara lain : a. Terbetuknya organisasi-organisasi politik maupun organisasi kemasyarakatan sebagai bagian dari kegiatan sosial, sekaligus sebagai penyalur aspirasi rakyat yang ikut menentukan kebijakan negara. b. Lahirnya LSM-LSM sebagai pengawas sosial maupun pemberi masukkan terhadap kebijakan pemerintah. PPKn SMA/SMK K-10 96

108 c. Penyelenggaraan pemilu yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia untuk dipilih atau memilih, misalnya kampanye, menjadi pemilih aktif, menjadi anggota perwakilan rakyat dan sebagainya. d. Munculnya kelompok-kelompok kontemporer yang memberi warna pada sistem input dan output kepada pemerintah, misalnya; melalui unjuk rasa, petisi, protes, demonstrasi dan sebagainya. Ramlan Surbakti mengemukakan bentuk partisipasi politik antara lain: a. Partisipasi aktif, mencakup kegiatan warganegara untuk mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan sarana kebiajakan, membayar pajak, dan ikut serta dalam kegiatan pemerintah. b. Partisipasi pasif, antara lain berupa kegiatan menaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan setiap keputusan pemerintah. Milbrath dan Goel mengemukakan beberapa bentuk partisipasi politik antaranya: a. Apatis, adalah orang yang menarik diri dari proses politik b. Spektator, adalah orang yang setidak-tidaknya ikut dalam pemilihan umum. c. Gladiator, orang yang secara aktif terlibat dalam bentuk yang tidak konvensional. Muller mengemukakan dua bentuk partisipasi politik yaitu partisipasi individual dan partisipasi kolektif. Partisipasi individual adalah partisipasi yang berwujud kegiatan seperti menulis surat yang berisi tututan atau keluhan kepada pemerintah. Partisipasi ini banyak dilakukan melalui media massa dalam bentuk surat pembaca maupu opini. Partisipasi kolektif adalah partisipasi yang berwujud kegiatan warga negara yang dilakukan serentak dan dimaksudkan memengaruhi penguasa seperti kegiatan dalam pemilihan umum. PPKn SMA/SMK K-10 97

109 Michael Rush dan Phlip Althoff mengemukakan berberapa bentuk partisipasi politik yaitu: a. Menduduki jabatan politik atau administratif b. Mencari jabatan politik atau administratif c. Aktif sebagai anggota partai politik d. Pasif sebagai anmggota partai politik e. Aktif sebagai anggota suatu organisasi semu politik f. Pasif sebagai anggota suatu organisasi semu politik g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi h. Partisipasi dalam diskusi politik informal i. Voting 3. Budaya politik yang bertentangan dengan semangat politik bangsa. Realitas kehidupan tidak semua orang bersikap positif, sehingga muncul pula budaya politik yang bertentangan dengan semangat pembangunan politik bangsa. Menurut Robert Lane sikap-sikap tersebut adalah apatisme, sinisme, alienasi,dan anomi. Apatisme: sikap yang dimiliki orang yang tidak berminat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi dan gejala umum atau khusus yang ada dalam masyarakat. Orang yang apatis adalah orang yang pasif. Sinisme: sikap yang dimiliki orang yang menghayati tindakan dan motif orang lain dengan perasaan curiga. Alienasi: perasaan keterasingan sesorang dari kehidupan politik dan pemerintahan masyarakat. Anomi: perasaan kehilangan nilai dan arah hidup, sehingga tak bermotivasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang berarti Selain menurut Robert Lane masih terdapat bermacam-macam sikap negatif terhadap politik yang lain. 1. Masokisme Politik menurut Fromm masokisme merupakan mekanisme melarikan diri dari kebebasan yang di dalamnya terpola jalinan hubungan yang PPKn SMA/SMK K-10 98

110 menjanjikan pembebasan dari ketidakpastian. Ketidakberdayaan untuk menyatakan keinginan diri dan eksistensi diri membuat individu lantas mengikatkan diri pada ikatan-ikatan sekunder. Tiga karakter yang ditunjukkan dengan jelas dalam sosok masokis politik yaitu ketidakberdayaan politik, ketidakpercayaandiri, dan ketidakkekuasaan dalam politik 2. Self-Efteem Ketidakmampuan pribadi dalam memenuhi self-efteem membuat individu menumpukan harapan pada kelompok sosial yang menjadi identitas sosialnya. Identiikasi ini mengikat seseorang secara nilai dan emosi yang bermuara pada peningkatan self-efteem melalui kelompok. Ikatan yang kuat dalam kelompok ini akan menimbulkan fanatisme kelompok yang diikuti dengan menilai rendah kelompok lain. Individu ini akan melakukan apapun agar kelompoknya tidak di jatuhkan oleh kelompok lain. Dan dapat menghasilkan kontak fisik. 3. Feodalisme Adalah sebuah sistem pemerintahan di mana seorang pemimpin, yang biasanya seorang bangsawan memiliki anak buah yang masih berasal dari keturunan bangsawan (Vazal). Feodalistik, sosok imaji penting dalam hierarki antara penguasa dan bawahannya. Dalam hal politik lebih menuju ke perbudakan. Dan dapat memunculkan kultus individu dan patronase 4. Kapitalisme Merupakan sumber dari segala sumber ketidakadilan dan ketidakdemokratisan di dalam kehidupan rakyat. 5. Fasisme Segala bentuk penindasan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang lainnya. 6. Militerisme Segala bentuk militerisme di bidang kehidupan rakyat, seperti bidang ekonomi, sosial, politik harus dibebaskan dari campur tangan pihak militer untuk mengurangi tindak pemaksaan kehendak dengan alat pemaksa absolut (senjata) PPKn SMA/SMK K-10 99

111 7. Imperialisme Penjajahan atau penindasan suatu bangsa yang dilakukan oleh bangsa lain. 8. Diskriminasi Segala bentuk tindakan diskriminatif atau pembedaan yang merugikan seseorang atau sekelompok orang 9. Rasialisme Segala bentuk pembedaan yang merugikan terhadap suatu ras atau warna kulit tertentu dan dapat menciptakan konflik yang menggunakan isu-isu suku, agama, ras, antargolongan dan antaraliran (SARA) 10. Kekerasan Segala bentuk kekerasan yang mengarah ke kontak fisik 4. Contoh budaya politik partisipan dalam hidup bermasyarakat, berbanga, dan bernegara. Beberapa karakter publik dan privat sebagai perwujudan budaya partisipan sebagai berikut: a. Menjadi anggota masyarakat yang independen. Karakter ini meliputi, Kesadaran pribadi untuk bertanggung jawab sesuai ketentuan, bukan karena keterpaksaan atau pengawasan dariluar; Bertanggung jawab atas tindakan yang di perbuat; Memenuhi kewajiban moral dan hukum sebagai anggota masyarakat demokrtis. b. Memenuhi tanggung jawab personal kewargaan dibidang ekonomi dan politik. Tanggung jawab ini antara lain meliputi: Memelihara atau menjaga diri; Memberi nafkah dan merawat keluarga; Mengasuh dan mendidik anak. Didalamnya termasuk pula mengikuti informasi tentang isu-isu publik, seperti: Menentukan pilihan (voting); PPKn SMA/SMK K

112 Membayar pajak; Menjadi juri di pengadilan; Melayani masyarakat; Melakukan tugas kepemimpinan sesuai bakat masing-masing. c. Menghormati harkat dan marabat kemanusiaan setiap invidu. Menghormati orang lain berarti mendengarkan pendapat mereka. Bersifat sopan. Menghargai hak-hak dan kepentingan-kepentingan sesama warga negara. Meengikuti aturan prinsip mayoritas namun tetap menghargai hak-hak minoritas untuk berbeda pendapat. d. Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana. Karakterini merupakan sadar informasi sebelum : Menentukan pilihan (voting) atau berpartisipasi dalam debat publik: Terlibat dalam diskusi yang santun dan serius; Memegang kendali dalam kepemimpinan bila di perlukan; Membuat evaluasi tentang kapan saatnya kepentingan pribadi seseorang sebagai warga negara harus di kesampingkan demi memenuhi kepentingan publik; Mengavaluasi kapan seseorang karena kewajiban atau prinsipprinsip konstitusional di haruskan menolak tuntutan-tuntutan kewarganegaraan tertentu. e. Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional secara sehat. Karakter ini meliputi: Sadar informasi dan kepekaan terhadap unsur-unsur publik; Melakukan penalahan terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional; Memonitor keputusan para pemimpin politik dan lembagalembaga publik agar sesuai dengan nilai-nilai dan prinsipprinsip tadi; PPKn SMA/SMK K

113 Mengambil langkah-langkah yang di perlukan bila ada kekurangannya. 5. Contoh perilaku yang berperan aktif dalam politik yang berkembang di masyarakat. Contoh-contoh perilaku yang berperan aktif dalam politik yang berkembang di masyarakat adalah sebagi berikut: 1. Kegiatan pemilihan (memberikan suara, menjadi petugas dalam pemungutan suara, memberikan sumbangan untuk kampanye, mencari dukungan bagi calon baik legislative maupun calon eksekutif). 2. Lobbying (upaya yang dilakukan perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat pemerintah atau pemimpin politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan mereka). 3. Kegiatan organisasi (sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi dengan tujuan mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah). 4. Mencari koneksi atau contacting (tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat pemerintah dengan tujuan memperoleh mamfaat bagi segelintir atau satu orang). 5. Tindakan kekerasan atau Violence (upaya mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang maupun harta benda, misalnya : kudeta, huru hara, pemberontakan, pembunuhan, dengan tujuan untuk mengubah pimpnan politik). 6. Sistem Politik Demokrasi dan Budaya Politik Partisipan dalam membangun karakter politik yang demokratis. Sistem politik demokrasi dan budaya politik partisipan adalah ragam sistem dan budaya yang melibatkan keikutsertaan masyarakat untuk berperan secara aktif dalam kegiatan politik, masyarakat juga diharapkan mempunyai budaya yang demokratis, demokratis dalam segala hal terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. PPKn SMA/SMK K

114 Sistem politik demokrasi dan budaya politik partisipan diharapkan mampu membangun karakter politik yang demokratis. Karakter politik tidak lagi hanya mementingkan kekuasaan elit politik saja tetapi untuk semua kalangan. Sistem politik yang demokratis bisa membawa bangsa ini kepada cita-cita yakni demokrasi pancasila. Dengan diberlakukannya sistem politik demokrasi dan budaya politik partisipan diharapkan bisa menjadikan bangsa ini berkarakter politik yang demokratis. D. Aktivitas Pembelajaran Model pembelajaran project based learning ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada. 2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan. 3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target. 4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan. PPKn SMA/SMK K

115 5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber. 6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain. E. Latihan/ Kasus /Tugas Analisislah kasus money politik yang sedang marak terjadi, mulai dari pemilihan kepala desa sampai kepada pemilihan presiden tidak lepas dari money politik. F. Rangkuman Desain mempunyai arti membentuk kembali setelah dilakukannya analisis. Jadi yang dimaksud dengan desain sistem politik adalah bagaimana kita membentuk kembali sistem politik setelah kita terlebih dahulu menganalisanya pada beberapa pembahasan sebelumnya. Michael Rush dan Phlip Althoff mengemukakan berberapa bentuk partisipasi politik yaitu: a. Menduduki jabatan politik atau administratif b. Mencari jabatan politik atau administratif c. Aktif sebagai anggota partai politik d. Pasif sebagai anmggota partai politik e. Aktif sebagai anggota suatu organisasi semu politik f. Pasif sebagai anggota suatu organisasi semu politik g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi h. Partisipasi dalam diskusi politik informal i. Voting Menurut Robert Lane sikap-sikap yang bertentangan dengan budaya politik bangsa adalah sebagai berikut: Sinisme Alienasi PPKn SMA/SMK K

116 Anomi Contoh-contoh perilaku yang berperan aktif dalam politik yang berkembang di masyarakat adalah sebagi berikut: 1. Kegiatan pemilihan 2. Lobbying 3. Kegiatan organisasi 4. Mencari koneksi atau contacting 5. Tindakan kekerasan atau Violence Umpan Balik dan Tindak Lanjut G. Kunci Jawaban Politik uang jelas melukai demokrasi Indonesia, karena Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia sudah jelas terlihat nilai atau asas yang moralitas. Politik uang jelas sangat tidak bermoral, karena asas pemilu yang jujur adil umum bebas dan rahasia sia-sia hanya karana politik uang Pemimpin harus mendaptkan legitimasi dari rakyat yang memilihnya, dan harus dijalankan dengan prisnsip demokratis, politik uang sendiri bertentangan dengan asas demokrasi dan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, dalam sila ke-2 disebutkan kemanusiaan yang adil dan beradab, sudah jelas disini politi uang bertentangan dengan asas kemanusian yang adal dan berdadab. Politik uang bertentangan dengan prinsip etika politik, yang mana dalam etika politik dikatakan bahwa penyelengaraan dan pelaksanaan Negara harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Jelas politik uang yang dilakukan agar seseorang mendapatkan legitimasi kekuasaan bertentangan dengan etika politik, dengan demikian kekuasaan tersebut tidak mendapatkan legitimasi yang sah. H. Kunci Jawaban PPKn SMA/SMK K

117 KEGIATAN PEMBELAJARAN 9 MENYUSUN KEMBALI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PPKN A. Tujuan Melalui langkah-langkah pendekatan saintifik, peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) dapat : 1. Menguraikan langkah-langkah pendekatan saintifik Kurikulum 2013 sesuai dengan kaidahnya. 2. Menyusun tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK dengan salah satu contoh topik/materi sesuai dengan kaidahnya B. Indikator Pencapaian Kompetensi Pada akhir Diklat, peserta diharapkan dapat : 1. Menguraikan langkah-langkah pendekatan saintifik Kurikulum Menyusun tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK dengan salah satu contoh topik/materi. C. Uraian Materi Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran PPKN SMA/SMK Pendekatan Saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK menempuh langkah-langkah sebagai berikut : PPKn SMA/SMK K

118 Tabel 1 Deskripsi Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar Mengamati (observing) Menanya (questioning Mengumpulkan informasi/ mencoba (experimenting) mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/ gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambahi/ mengembangkan perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/ mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data PPKn SMA/SMK K

119 Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar Mengasosiasi mengolah informasi yang (associating) sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/ informasi yang terkait dalam rangka menemukan Mengomunikasikan menyajikan laporan dalam (communicating) bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan Dikutip dari Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain Penerapan langkah-langkah tersebut di atas, dapat dideskripsikan dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK sebagaimana dicontohkan di bawah ini : CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN Materi Pokok : - Permasalahan pelindungan dan pemajuan HAM sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Sub Bab Materi : Kasus-kasus pelanggaran HAM 1. Mengamati Disajikan cerita tentang kasus pelanggaran HAM Marsinah, seorang PPKn SMA/SMK K

120 buruh yang menuntut menaikkan upah minimum regional (UMR) pada perusahaan tempat dia bekerja. Peserta didik diminta untuk mengamati selama ± 15 menit. KISAH MARSINAH Cerita tragis yang dialami Sinah dimulai pada Ahad, 9 Mei Sosok perempuan muda berambut lebat itu ditemukan tak bernyawa lagi di sebuah lokasi dekat tempat tinggalnya, di Desa Wilangan, Nganjuk. Kala itu, kondisi tubuh Sinah amat mengenaskan. Sekujur tubuh penuh luka parah plus tulang panggul yang patah. Desas-desus langsung mengentak sesama rekan kerja. Beredar kabar kemudian, Sinah tewas dibunuh gara-gara terkait demonstrasi buruh yang terjadi di PT CPS. Usut punya usut, unjuk rasa para buruh dipicu sebuah surat edaran gubernur setempat. Isinya, semua perusahaan di wilayah itu diimbau menaikkan upah minimum regional (UMR). Walau kebijakan itu sudah dikeluarkan, PT CPS memilih bergeming. Perusahaan itu belum juga menaikkan UMR. Kondisi ini memicu geram para buruh. Tepat pada Senin, 3 Mei 1993, sebagian besar karyawan PT CPS berunjuk rasa dengan cara mogok kerja. Aksi ini berlanjut hingga keesokan harinya. Namun menjelang Selasa siang, manajemen perusahaan dan pekerja berdialog dan menyepakati sebuah perjanjian. Intinya, perusahaan akan mengabulkan permintaan karyawan dengan membayar upah sesuai UMR. Sepintas lalu, persoalan antara perusahaan dan karyawan seolah terselesaikan. Tapi pada keesokan harinya, sebanyak 13 orang karyawan dipanggil ke Markas Komando Distrik setempat dan diminta untuk mengundurkan diri dari PT CPS. Marsinah penuh amarah. Menurut dia, dalam kesepakatan antara karyawan dan perusahaan--yang disaksikan Kantor Departemen Tenaga Kerja Sidoarjo dan Dewan Pimpinan Cabang Serikat Pekerja Seluruh Indonesia--PT CPS berjanji tak akan mencari-cari kesalahan karyawan pascatuntutan kenaikan UMR. Bagi Sinah, itu artinya sama dengan tak bakal memberlakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan. PPKn SMA/SMK K

121 Pada Rabu itu juga, sekitar pukul WIB, Sinah mengunjungi teman-temannya yang terkena PHK. Usai beranjangsana seraya menyampaikan keprihatinannya, perempuan lajang ini berpisah di dekat Tugu Kuning, di Sidoarjo. Sebagai kalimat perpisahan saat itu, Sinah kembali menegaskan tak bisa menerima keputusan PHK bagi rekan-rekannya tadi. Tak hanya itu, Sinah berjanji bakal menyelesaikan persoalan tersebut ke pengadilan. Terhitung sejak Rabu malam itulah, keberadaan Marsinah seolah lenyap ditelan gelap malam. Tepat delapan hari kemudian, 9 Mei 1993, tersiar kabar kalau Sinah ditemukan tewas secara tak wajar. Kasus ini sontak disorot media massa nasional. Sempat disebut-sebut, kematian sosok yang kini menjadi nama sebuah jalan di Nganjuk itu melibatkan tentara. Polisi tentu tak tinggal diam. Berdasarkan hasil penyidikan, tercatat sembilan nama yang berasal dari susunan kepemimpinan dan pemilik PT CPS sebagai tersangka pelaku penganiayaan Marsinah. Dalam persidangan di tingkat pengadilan negeri dan tingkat banding, kesembilan orang tadi dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman. Tapi ketika persidangan naik ke tingkat kasasi Mahkamah Agung, semua tersangka malah dibebaskan demi hukum. Dasarnya: ada kesalahan prosedur dalam kasus ini. Semenjak itulah, pengusutan Kasus Marsinah belum menunjukkan titik terang, bahkan seakan terlupakan. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, kasus Sinah sempat dibicarakan kembali. Bahkan Gus Dur--panggilan akrabnya--saat itu meminta agar Kasus Marsinah kembali diusut. Keinginan senada pun dikemukakan Komisi Nasional HAM saat bertemu Presiden Megawati Sukarnoputri, sekitar pertengahan April Menurut Komnas HAM, Megawati sepakat buat mengusut ulang kasus kematian peraih penghargaan HAM Yap Thiam Hien 1993 itu. Sumber: PPKn SMA/SMK K

122 2. Menanya Peserta didik ditugaskan untuk membuat pertanyaan tetang kasus Marsinah tersebut selama ± 15 menit. Diharapkan peserta didik dapat membuat 5 (lima) pertanyaan yang berbeda dengan teman sebangku). Tabel 2 Pertanyaan tentang Kasus Marsinah No. Pertanyaan tentang Kasus Marsinah Rubrik penilaian pengetahuan terkait dengan penugasan (membuat pertanyaan berdasarkan kasus Marsinah) menggunakan kriteria pembobotan, sebagai berikut : Tabel 3 Kriteria Pembobotan Rubrik Penilaian Pengetahuan Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan Bobot Kognitif Pengetahuan yang (knowledge) lebih rendah Pemahaman (comprehension) Apa..., Siapa..., Kapan..., Di mana..., Sebutkan... Jodohkan atau pasangkan..., Persamaan 1 kata... Golongkan..., Berilah nama..., Dll. Terangkahlah..., Bedakanlah..., 2 Terjemahkanlah..., Simpulkan..., PPKn SMA/SMK K

123 Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan Bobot Bandingkan... Ubahlah..., Berikanlah interpretasi... Penerapan (application Gunakanlah..., Tunjukkanlah..., Buatlah... Demonstrasikanlah..., Carilah hubungan... 3 Tulislah contoh..., Siapkanlah..., Klasifikasikanlah... Kognitif yang Analisis (analysis) Analisislah..., Kemukakan bukti-bukti lebih Mengapa, tinggi Identifikasikan 4 Tunjukkanlah sebabnya, Berilah alasan-alasan Sintesis (synthesis) Ramalkanlah, Bentuk, Ciptakanlah Susunlah, Rancanglah..., Tulislah Bagaimana kita dapat memecahkan 5 Apa yang terjadi seaindainya Bagaimana kita dapat memperbaiki Kembangkan Evaluasi (evaluation) Berilah pendapat Alternatif mana yang lebih baik 6 Setujukah anda, Kritiklah, Berilah PPKn SMA/SMK K

124 Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan Bobot alasan Nilailah, Bandingkan, Bedakanlah 3. Mengumpulkan data Peserta didik mengumpulkan data (dari berbagai sumber media cetak/elektronik) berkaitan dengan faktor penyebab terjadinya pelanggaran ditinjau dari upaya perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia Proses Pembelajaran : Kerja kelompok Penilaian Sikap : Observasi Tabel 4 Format Penilaian Proses Pengumpulan Data Kelas :... Kelompok :... Topik : Pelanggara HAM No. Nama Peserta didik Tanggung jawab dst Keterangan: 1. Skor angka Aspek Penilaian Penilaian Rerata Kode Kerjasama Jujur Skor Nilai Angka 2. Tanggung Jawab: melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian kerja 3. Kerjasama: antusias, koordinasi dengan teman, kesediaan untuk menolong orang lain dan tidak hanya terpaku pada tugas yang menjadi tanggung jawabnya PPKn SMA/SMK K

125 4. Jujur : Objektif dalam pengumpulan data 5. Pada akhir penilaian peserta didik akan mendapatkan salah satu dari 3 (tiga) kode Nilai akhir : A (Baik), B (Cukup), dan C (Kurang) 6. Tuliskan Rata-Rata Skor Angka dan konversi Kode Nilainya 4. Menganalisis Peserta didik membuat analisis terkait dengan solusi yang dapat diberikan dari kasus Marsinah yang ditinjau dari upaya perlindungan dan penegakan HAM Tabel 5 Format Analisa Solusi Kasus Marsinah Proses Pembelajaran : Diskusi dalam kelompok Penilaian Sikap : Observasi (Sikap Toleransi dan Responsif) Nama Peserta Didik : Kelas :... Materi Pokok No. Aspek Pengamatan Skor Saya menghormati teman yang berbeda pendapat tanpa memandang suku, agama, ras, budaya, dan gender 2 Saya mengungkapkan pendapat dengan tutur kata yang santun 3 Saya memaafkan kesalahan orang lain 4 Saya menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya 5 Saya menerima kelebihan dan kekurangan orang lain Jumlah Skor PPKn SMA/SMK K

126 Petunjuk : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan 5. Mengomunikasikan Peserta didik Mengomunikasikan secara lisan dan/atau tulisan berkaitan dengan laporan hasil analisis kasus Marsinah. Kegiatan Pembelajaran : Presentasi laporan asil analisis kasus (Perwakilan 2 orang putra dan 2 orang putri) Penilaian Ketrampilan : Presentasi (Ketrampilan Mengomunikasikan) : Portofolio (Hasil kerja peserta didik selain yang di presentasikan) Tabel 6 Lembar Pengamatan Presentasi Kelas :... Kelompok :... Topik :... No. Aspek Penilaian Nilai Catatan 1 Signifikansi (kebermaknaan informasi) 2 Pemahaman terhadap materi 3 Kemampuan berargumentasi (alasan usulan, mempertahankan pendapat) 4 Responsif (memberikan respon yang sesuai dengan permasalahan/pertanyaan) 5 Kerjasama Kelompok (berpartisipasi, memiliki tanggung jawab bersama) PPKn SMA/SMK K

127 Jumlah Nilai Nilai Akhir Keterangan : 1. Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai perilaku peserta didik dalam mempresentasi laporan hasil kerja kelompok. 2. Pada akhirnya, peserta didik akan mendapatkan salah satu dari 3 (tiga) kode nilai akhir berikut: A (Baik), B (Cukup), dan C (Kurang). 3. Pada kolom Nilai, tuliskan skor angka 2-5 (2=kurang, 3=cukup, 4=baik, dan 5=baik sekali). Kemudian tuliskan jumlah nilai pada kolom yang tersedia. D. Aktivitas Pembelajaran No Kegiatan Diklat melalui tahapan sebagai berikut : Tabel 7 Uraian Kegiatan Diklat Uraian Kegiatan 1 Pendahuluan : a. Penatar mempersiapkan suasana belajar yang menyenangkan, memanjatkan do a bersama, menanyakan kesiapan belajar siswa, serta kehadiran para siswa. b. Penatar mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya yaitu konsep pendekatan saintifik dikaitkan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan di kembangkan. c. Penatar menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. d. Penatar menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan Dilakukan. e. Penatar menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan. 2 Kegiatan Inti : 1) Mengamati PPKn SMA/SMK K

128 No Uraian Kegiatan a) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing berjumlah 5 6 orang. b) Peserta mempelajari langkah-langkah pembelajaran saintifik yang akan diterapkan dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK, kemudian penatar dapat menambahkan penjelasan terkait dengan wacana tersebut dengan berbagai fakta baru yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas. 2) Menanya a) Peserta membuat identifikasi pertanyaan sebanyak mungkin tentang hambatan atau kendala penyusunan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK b) Peserta merumuskan hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas, rasa ingin tahu dan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis. 3) Mengumpulkan Informasi/ data a) Peserta mencari informasi lanjutan dengan membaca sumber lain yang relevan baik dari internet, web, maupun media sosial lainnya untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Peserta diharapkan belajar secara aktif untuk menemukan faktor-faktor hambatan atau kendala penyusunan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK b) Peserta didik juga mengumpulkan informasi untuk mengerjakan Tugas Kelompok penyusunan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK c) Peran penatar dalam tahap ini adalah sebagai berikut. (1) Menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku sumber pendekatan saintifik dan buku referensi lain. (2) Penatar dapat juga menunjukkan buku atau sumber belajar lain yang dapat dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan. PPKn SMA/SMK K

129 No Uraian Kegiatan 4) Menalar a) Peserta secara berkelompok menyimpulkan hal-hal yang terjadi dalam penyusunan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK b) Peserta menyusun laporan hasil diskusi c) Laporan disusun secara individu, menjadi tugas peserta dan dikumpulkan pada akhir pertemuan ini. 5) Mengomunikasikan a) Peserta secara acak (2 3 orang) diminta untuk menyajikan hasil, Peserta yang lain diminta untuk menanggapi atau melengkapi hasil telaah tersebut. b) Penatar memberikan konfirmasi/penguatan atas jawaban peserta didik. c) Peserta mengumpulkan hasil analisis diskusi kelompok secara tertulis untuk diberikan penilaian. 3 Penutup a) Peserta menyimpulkan materi yang telah dibahas pada pertemuan ini. b) Penatar memberikan tugas kepada peserta didik untuk mengerjakan Tugas Mandiri c) Penatar dan peserta menutup kegiatan dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan YME bahwa pertemuan kali ini telah berlangsung dengan baik dan lancar. E. Latihan/ Kasus /Tugas Setelah mempelajari pendekatan saintifik, maka buatlah secara mandiri/perseorangan contoh penerapan pendekatan saintifik dengan menentukan salah satu kasus, misalnya : pelanggran HAM di Indonesia! PPKn SMA/SMK K

130 F. Rangkuman Pendekatan Saintifik merupakan serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Proses pembelajaran saintifik, terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1. Mengamati; 2. Menanya; 3. Mengumpulkan informasi; 4. Mengasosiasi; dan 5. Mengomunikasikan. Tabel 8 Kegiatan Belajar Pendekatan Saintifik LANGKAH KEGIATAN BELAJAR PEMBELAJARAN Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) Mengumpulkan Melakukan eksperimen informasi/ eksperimen Membaca sumber lain selain buku teks Mengamati objek/ kejadian/ Aktivitas Wawancara dengan narasumber Mengasosiasikan/ mengolah informasi Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang PPKn SMA/SMK K

131 LANGKAH KEGIATAN BELAJAR PEMBELAJARAN bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Mengomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya Dalam salah satu langkah pendekatan saintifik yaitu kegiatan Mengomunikasikan dapat dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas/ sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik untuk memudahkan usaha kolektif dalam mencapai tujuan bersama. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah mempelajari pendekatan saintifik, dimohon untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk mensosialisasikan pada kegiatan di forum MGMP dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan ke depan. (format tindak lanjut terlampir) Tabel 9 Format Rencana Tindak Lanjut TANGGAL NO RENCANA KEGIATAN SASARAN PELAKSANAAN PPKn SMA/SMK K

132 H. Kunci Jawaban Tabel 10 Kunci Jawaban Pendekatan Saintifik Topik : No Uraian Kegiatan 1 Pendahuluan : 2 Kegiatan Inti : 1) Mengamati 2) Menanya 3) Mengumpulkan Informasi/ data 4) Menalar 5) Mengomunikasikan 3 Penutup PPKn SMA/SMK K

133 KEGIATAN PEMBELAJARAN 10 INOVASI MODEL PEMBELAJARAN PPKN SMA/SMK A. Tujuan Tujuan pembelajaran diklat tentang inovasi model pembelajaran PPKn yang inovatif adalah agar peserta diklat : 1) Mendalami tentang model PBL, PJBL dan DL dalam pembelajaran PPKn yang inovatif melalui mengkaji referensi. 2) Menyusun model PBL (Problem Based Learning) dalam pembelajaran PPKn yang inovatif melalui diskusi dan kerja kelompok. 3) Menyusun Model PJBL (Project Based Learning) dalam pembelajaran PPKn yang inovatif melalui diskusi dan kerja kelompok. 4) Menyusun dan model DL (Discovery Learning) dalam pembelajaran PPKn yang inovatif melalui diskusi dan kerja kelompok. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Mendalami tentang model PBL, PJBL dan DL dalam pembelajaran PPKn yang inovatif. 2) Menyusun model PBL (Problem Based Learning) dalam pembelajaran PPKn yang inovatif. 3) Menyusun Model PJBL (Project Based Learning) dalam pembelajaran PPKn yang inovatif. 4) Menyusun dan model DL (Discovery Learning) dalam pembelajaran PPKn yang inovatif. PPKn SMA/SMK K

134 C. Uraian Materi Inovasi Model Pembelajaran Project Based Learning, Discovery Learning dan Problem Based Learning mata pelajaran PPKn SMA/SMK 1. Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Model pembelajaran berbasis proyek pada penerapannya melalui tahaptahap: 1) Penentuan Pertanyaan Mendasar, 2) Mendesain Perencanaan Proyek, 3) Menyusun Jadwal,4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, 5) Menguji Hasil, dan 6) Mengevaluasi Pengalaman. Pada penerapannya dalam pembelajaran guru dan peserta didik dapat bekerja sama mendisain proyek, merancang perencanaan proyek dan menyusun jadwal. Untuk memandu pembelajaran ini guru dapat mendisain instrumen-instrumen lembar kerja peserta didik karena pelaksanaan pembelajarannya umumnya dilakukan sebagai tugas diluar tatap muka kecuali pelaporan hasil proyek. Untuk penilaiannya guru harus menyiapkan instrumen penilaian proyek. Berikut ini contoh lembar kerja pelaksanaan tugas proyek yang akan dilakukan peserta didik. Topik : Menghargai Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai PPKn SMA/SMK K

135 dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Menghargai perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dalam kehidupan di lingkungan sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara 2.1 Menghargai keluhuran nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa 3.1 Memahami nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa 4.1 Menalar nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari C. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran Bab I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Pembelajaran pertemuan Kesatu (120 Menit) 1. Tujuan Pembelajaran a. Menjelaskan pengertian dasar negara b. Menjelaskan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara c. Menjelaskan arti penting Pancasila sebagai dasar negara d. Menjelaskan pengertian pandangan hidup bangsa e. Menjelaskan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa f. Menjelaskan arti penting Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa 2. Materi dan Kegiatan Pembelajaran Materi pokok pertemuan pertama membahas kedudukan, fungsi, dan arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Materi pokok ini memiliki alokasi waktu 2 x 120 menit atau dua kali pertemuan. Menerapkan model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan pendekatan inquiry learning, metode diskusi, proses pembelajaran bekerja dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran sesuai pendekatan saintifik mulai dari mengamati, menanya, mencari informasi, dan mengasosiasikan. PPKn SMA/SMK K

136 Sedangkan kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan awal yang akan dilanjutkan pada pertemuan minggu kedua. 3. Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut. a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question). Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik. b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.dengan emikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule) Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project) Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. PPKn SMA/SMK K

137 e. Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience) Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. 4. Langkah Pembelajaran (1) Kegiatan Pendahuluan a. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar. b. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila. c. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai materi proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara yang telah dipelajari di kelas VII. d. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai e. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang manfaat proses pembelajaran. f. Guru menjelaskan materi ajar dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik. PPKn SMA/SMK K

138 (2) Kegiatan Inti Mengamati a. Guru membagi peserta didik dalam menjadi 6 kelompok beranggotakan 6 orang. b. Guru meminta peserta didik membaca wacana tentang kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang ada di Buku Teks Siswa halaman 2. c. Guru meminta peserta didik mencatat hal-hal yang penting dan yang tidak diketahui dalam wacana tersebut, seperti istilah/kata, fakta, konsep, dan hubungan antar konsep. d. Guru menanamkan sikap teliti dan cermat dalam membaca wacana e. Guru mengamati keterampilan peserta didik dalam mengamati atau membaca wacana. Menanya a. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa b. Guru dapat membimbing peserta didik menyusun pertanyaan seperti : Apa yang dimaksud dasar negara? Jelaskan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara! Apa manfaat dasar negara bagi suatu negara? Apa akibat suatu negar tidak memiliki dasar negara? c. Guru meminta peserta didik secara kelompok mencatat pertanyaan yang ingin diketahui, dan mendorong peserta didik untuk terus menggali rasa ingin tahu dengan pertanyaan secara mendalam tentang sesuatu. Daftar pertanyaan disusun sebagai mana ada di tabel 1 di halaman.. buku teks siswa. PPKn SMA/SMK K

139 No Tabel 11 Format Pertanyaan Pertanyaan d. Guru memberi motivasi dan penghargaan bagi kelompok yang menyusun pertanyaan terbanyak dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. e. Guru mengamati keterampilan peserta didik secara perorangan dan kelompok dalam menyusun pertanyaan Mengumpulkan Informasi, Mendesain Perencaan Proyek, dan Menyusun Jadwal a. Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi dan mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun dengan membaca uraian materi di Buku Teks Siswa Bab 1 atau mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi lain dan internet. b. Peran guru dalam langkah tahap ini adalah : (1) Menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku teks siswa dan buku referensi lain. (2) Guru dapat juga menunjukkan buku atau sumber belajar lain yang dapat dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan. (3) Memilih salah satu atau beberapa pertanyaan yang akan dijadikan bahan diskusi kelompok dalam pembelajaran projek base learning. (4) Membuat perencanaan yang berisi tentang tata cara mengembangkan pertanyaan yaitu dengan mengembangkan latar belakang pertanyaan tersebut. Menentukan pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai informasi, serta mengetahui alat PPKn SMA/SMK K

140 dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek (kegiatan peserta didik). (5) Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. (6) Memonitor dan menilai peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project). Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. Mengasosiasikan a. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan hubungan atas bebrbagai informasi yang sudah diperoleh sebelumnya, seperti : Apa manfaat dasar negara Pancasila bagi negara Indonesia? Apa akibat apabila negara Indonesia tidak memiliki dasar negara? Apa manfaat pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia? Apa akibat apabila bangsa Indonesia tidak memiliki pandangan hidup? Apa pengaruh apabila dasar negara Pancasila berubah bagi negara daan bangsa Indonesia? b. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk menyimpulkan tentang kedudukan dan fungsi serta arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. c. Menguji Hasil (Assess the Outcome), Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi kemajuan masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. PPKn SMA/SMK K

141 Mengomunikasikan a. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience). Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. b. Guru menjelaskan dan membimbing tugas individu untuk menyusun laporan hasil telaah kedudukan, fungsi, dan arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. Laporan disusun secara tertulis memuat tentang pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan kelompok. Laporan disusun secara individu dan menjadi tugas peserta didik dan dikumpulkan pada akhir pertemuan ini. c. Guru menjelaskan tugas kelompok untuk menyusun bahan tayang atau display hasil diskusi kelompok tentang kedudukan, fungsi, dan arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. d. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk membagi tugas menyusun bahan tayang dan mempersiapkan presentasi kelompok pada pertemuan berikutnya. (3) Kegiatan Penutup a. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal b. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila, dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan berikut ; PPKn SMA/SMK K

142 Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari kedudukan, fungsi, dan arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bagi kalian? Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran yang telah dilakukan? Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan? Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan? Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya? c. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil laporan individu d. Guru memberikan tugas peserta didik untuk mengerjakan tugas evaluasi halaman e. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan berikutnya bahwa setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil telaah di depan kelas. 2. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Pada materi pelatihan satu telah diuraikan bahwa pada penerapan model pembelajaran penemuan terdapat prosedur yang harus dilakukan yang meliputi tahap Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), Data collection (pengumpulan data), Data processing (pengolahan data), Verification (pembuktian) dan Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Contoh model pembelajaran Discovery Learning Topik : Menghargai Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. PPKn SMA/SMK K

143 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar (KD) 1.2 Menghargai perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dalam kehidupan di lingkungan sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara 2.1 Menghargai keluhuran nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa 3.1 Memahami nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa 4.2 Menalar nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari C. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran Bab I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Pembelajaran pertemuan Kesatu (120 Menit) 1. Tujuan Pembelajaran a. Menjelaskan pengertian dasar negara b. Menjelaskan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara c. Menjelaskan arti penting Pancasila sebagai dasar negara d. Menjelaskan pengertian pandangan hidup bangsa e. Menjelaskan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa f. Menjelaskan arti penting Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa 2. Materi dan Kegiatan Pembelajaran PPKn SMA/SMK K

144 Materi pokok pertemuan pertama membahas kedudukan, fungsi, dan arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Materi pokok ini memiliki alokasi waktu 2 x 120 menit atau dua kali pertemuan. Pendekatan pembelajaran menggunakan inquiry learning, metode diskusi dengan model pembelajaran bekerja dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran sesuai pendekatan saintifik mulai dari mengamati, menanya, mencari informasi, dan mengasosiasikan. Sedangkan kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan awal yang akan dilanjutkan pada pertemuan minggu kedua. Kegiatan Pendahuluan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar. 2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila. 3. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai materi proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara yang telah dipelajari di kelas VII. 4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 5. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang manfaat proses pembelajaran. 6. Guru menjelaskan materi ajar dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik. Kegiatan Inti Mengamati 1. Guru membagi peserta didik dalam menjadi 6 kelompok beranggotakan 6 orang. 2. Guru meminta peserta didik membaca wacana tentang kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang ada di Buku Teks Siswa halaman. PPKn SMA/SMK K

145 3. Guru meminta peserta didik mencatat hal-hal yang penting dan yang tidak diketahui dalam wacana tersebut, seperti istilah/kata, fakta, konsep, dan hubungan antar konsep. 4. Guru menanamkan sikap teliti dan cermat dalam membaca wacana 5. Guru mengamati keterampilan peserta didik dalam mengamati atau membaca wacana. Menanya 1. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa 2. Guru dapat membimbing peserta didik menyusun pertanyaan seperti: a. Apa yang dimaksud dasar negara? b. Jelaskan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara! c. Apa manfaat dasar negara bagi suatu negara? d. Apa akibat suatu negar tidak memiliki dasar negara? 3. Guru meminta peserta didik secara kelompok mencatat pertanyaan yang ingin diketahui, dan mendorong peserta didik untuk terus menggali rasa ingin tahu dengan pertanyaan secara mendalam tentang sesuatu. Daftar pertanyaan disusun sebagai mana ada di tabel 1 di halaman.. buku teks siswa. Tabel 12 Format Pertanyaan No Pertanyaan PPKn SMA/SMK K

146 4. Guru memberi motivasi dan penghargaan bagi kelompok yang menyusun pertanyaan terbanyak dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. 5. Guru mengamati keterampilan peserta didik secara perorangan dan kelompok dalam menyusun pertanyaan Mengumpulkan Informasi 1. Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi dan mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun dengan membaca uraian materi di Buku Teks Siswa Bab 1 bagian A halaman. sampai dengan atau mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi lain dan internet. 2. Peran guru dalam langkah tahap ini adalah : a. Menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku teks siswa dan buku referensi lain. b. Guru menjadi sumber belajar bagi peserta didik dengan memberikan konfirmasi atas jawaban peserta didik, atau menjelaskan jawaban pertanyaan kelompok yang tidak terjawab. c. Guru dapat juga menunjukkan buku atau sumber belajar lain yang dapat dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan. Mengasosiasikan 1. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan hubungan atas bebabagai informasi yang sudah diperoleh sebelumnya, seperti : a. Apa manfaat dasar negara Pancasila bagi negara Indonesia? b. Apa akibat apabila negara Indonesia tidak memiliki dasar negara? c. Apa manfaat pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia? d. Apa akibat apabila bangsa Indonesia tidak memiliki pandangan hidup? e. Apa pengaruh apabila dasar negara Pancasila berubah bagi negara daan bangsa Indonesia? PPKn SMA/SMK K

147 2. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk menyimpulkan tentang kedudukan dan fungsi serta arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. Mengomunikasikan 1. Guru menjelaskan dan membimbing tugas individu untuk menyusun laporan hasil telaah kedudukan, fungsi, dan arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. Laporan disusun secara tertulis memuat tentang pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan kelompok. Laporan disusun secara individu dan menjadi tugas peserta didik dan dikumpulkan pada akhir pertemuan ini. 2. Guru menjelaskan tugas kelompok untuk menyusun bahan tayang atau display hasil diskusi kelompok tentang kedudukan, fungsi, dan arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. 3. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk membagi tugas menyusun bahan tayang dan mempersiapkan presentasi kelompok pada pertemuan berikutnya. Kegiatan Penutup 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal 2. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila, dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan berikut ; a. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari kedudukan, fungsi, dan arti penting Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bagi kalian? b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran yang telah dilakukan? c. Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan? d. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan? e. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya? 3. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil laporan individu PPKn SMA/SMK K

148 4. Guru memberikan tugas peserta didik untuk mengerjakan tugas evaluasi halaman 5. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan berikutnya bahwa setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil telaah di depan kelas. PPKn SMA/SMK K

149 3. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari Tahap-tahap PBL meliputi tahap orientasi peserta didik kepada masalah, mengorganisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan data dan menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Contoh Tahap Pembelajaran Problem Based Learning Topik : Disiplin Itu Indah A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Menghargai perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dalam kehidupan di lingkungan sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara 2.2 Menghargai semangat kebangsaan dan kebernegaraan seperti yang ditunjukkan oleh para pendiri negara dalam menetapkan Undang- PPKn SMA/SMK K

150 Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 sebagai landasan konstitusional negara kebangsaan 3.3 Memahami tata urutan peraturan perundang-undangan nasional 4.3 Menyaji hasil telaah tata urutan peraturan perundang-undangan nasional C. Indikator menjelaskan makna peraturan perundangan nasional menjelaskan tata urutan peraturan perundang-undangan nasional menjelaskan proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional menunjukkan keterampilan menanya tentang tata urutan peraturan perundang-undangan nasional mencoba praktik kewarganegaraan berkaitan dengan mentaati peraturan perundang-undangan nasional menyusun laporan hasil telaah tentang tata urutan peraturan perundang-undangan nasional menyajikan laporan hasil telaah tentang tata urutan peraturan perundang-undangan nasiional D. Materi dan Proses Pembelajaran 1) Materi Pembelajaran a. Makna tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia 1. Pengertian Peraturan Perundang-undangan 2. Tata Urutan Peraturan Perundang-udangan di Indonesia b. Proses pembuatan peraturan perundang-undangan Indonesia 1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun Ketetapan MPR 3. Undang-undang/Perpu 4. Peraturan Pemerintah 5. Peraturan Presiden 6. Perda Provinsi 7. Perda Kabupaten/Kota c. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan di Indonesia secara kontekstual 1. Membiasakan perilku tertib di lingkungan sekolah 2. Membiasakan perilaku tertib lalulintas PPKn SMA/SMK K

151 3. Membiasakan sikap anti korupsi 2) Langkah Pembelajaran berbasis masalah Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut. 1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri. 2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak benar, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan. 3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya. 4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka. Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar PPKn SMA/SMK K

152 berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompokkelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang PPKn SMA/SMK K

153 masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi penilai atau memberikan umpan balik. Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. 3) Proses Pembelajaran Pembelajaran Pertemuan Kesatu (120 menit) 1. Tujuan Pembelajaran PPKn SMA/SMK K

154 Setelah pembelajaran diharapkan peserta didik mampu : a. Menjelaskan pengertian peraturan perundang-undangan b. Menjelaskan landasan hukum pembentukan peraturan perundangundangan c. Menjelaskan tata urutan peraturan perundang-undangan d. Menjelaskan asas-asas dalam pembentukan peraturan perundangundangan e. Menyusun hasil telaah makna peraturan perundang-undangan f. Menyaji hasil telaah peraturan perundang-undangan 2. Proses Pembelajaran Materi pokok pertemuan kedua membahas makna tata urutan peraturan perundang-undangan. Materi pokok ini memiliki alokasi waktu 1 x 120 menit atau satu kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran sesuai pendekatan saintifik mulai dari mengamati, menanya, mencari informasi, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah 1) Kegiatan Pendahuluan a. Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut. b. Guru memberi motivasi melalui bernyanyi lagu nasional, bermain, atau bentuk lain sesuai kondisi sekolah. c. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai norma yang telah dipelajari di kelas VII dengan mengisi tabel 3.1. a. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang manfaat proses pembelajaran. PPKn SMA/SMK K

155 c. Guru menjelaskan materi pokok dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik. 2) Kegiatan Inti Mengamati a. Guru membagi peserta didik dalam menjadi 6 kelompok beranggotakan 6 orang. b. Guru meminta peserta didik mengamati gambar 3.2 yang ada di Buku Teks Siswa. c. Guru meminta peserta didik mencatat hal-hal yang penting dan yang mungkin dapat dieksplorasi dari gambar tersebut. d. Guru menanamkan sikap teliti dan cermat dalam mengamati gambar. Menanya, Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah dan Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar a. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk mengidentifikasi pertanyaan dari gambar yang berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa b. Guru meminta peserta didik secara kelompok mencatat pertanyaan yang ingin diketahui, dan mendorong peserta didik untuk terus menggali rasa ingin tahu dengan pertanyaan secara mendalam tentang sesuatu. Daftar pertanyaan : Tabel 13 Format Pertanyaan No Pertanyaan PPKn SMA/SMK K

156 c. Mengamati keterampilan peserta didik secara perorangan dan kelompok dalam menyusun pertanyaan d. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak benar, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan. e. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya. f. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. g. Peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. Mengumpulkan Informasi dan Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok a. Peserta didik mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. b. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. c. Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama PPKn SMA/SMK K

157 pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. d. Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi dan menyelidikan masalah yang telah ditentukan oleh kelompok, yaitu tentang makna urutan peraturan perundang-undangan. e. Peran guru dalam langkah tahap ini adalah : (7) Menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku teks siswa dan buku referensi lain. (8) Guru menjadi sumber belajar bagi peserta didik dengan memberikan konfirmasi atas jawaban peserta didik, atau mengungkap lebih jauh penyelidikan yang telah dilakukan peserta didik. (9) Guru dapat juga menunjukkan buku atau sumber belajar lain yang dapat dijadikan referensi untuk menjawab pertanyaan. Mengasosiasikan a. Guru membimbing kelompok untuk menghubungkan informasi yang diperoleh untuk menyimpulkan tentang makna tata urutan peraturan perundang-undangan b. Guru membimbing peserta didik menyusun laporan hasil telaah tentang makna tata urutan peraturan perundang-undangan secara tertulis. Laporan dapat berupa display, bahan tayang, maupun dalam bentuk kertas lembaran. Mengomunikasikan,Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya e. Guru membimbing setiap kelompok untuk menyajikan hasil telaah di kelas. Kegiatan penyajian dapat setiap kelompok secara bergantian di depan kelas. Atau melalui memajang hasil telaah (display) di dinding kelas dan kelompok lain saking mengunjungi dan memberikan komentar atas hasil telaah kelompok lain. Guru dapat juga melakukan bentuk penyajian sesuai kondisi PPKn SMA/SMK K

158 sekolah.akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi penilai atau memberikan umpan balik. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. 3) Kegiatan Penutup a. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran b. Guru melakukan refleksi pembelajaran melalui berbagai cara seperi tanya jawab tentang apa yang sudah dipelajari, apa manfaat pembelajaran, apa perubahan sikap yang perlu dilakukan. c. Guru melakukan tes secara tertulis atau lisan untuk menilai pengetahuan peserta didik. Guru dapat menggunakan soal uji kompetensi 3.1 yang ada di halaman atau membuat soal sesuai tujuan pembelajaran. d. Guru menjelaskan kegiatan minggu berikutnya dan memberikan tugas seperti mempelejari materi tentang proses pembentukan peraturan perundang-undangan di halaman atau memberikan pekerjaan rumah. D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat Inovasi model pembelajaran PPKn yang inovatif sebagai berikut : Tabel 14 Kegiatan Pembelajaran Alokasi Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu Pendahuluan a. menyiapkan peserta diklat agar termotivasi 15 menit PPKn SMA/SMK K

159 Kegiatan Kegiatan Inti Alokasi Deskripsi Kegiatan Waktu mengikuti proses pembelajaran; b. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. c. menyampaikan garis besar cakupan materi inovasi model pembelajaran PPKn yang inovatif. Membagi peserta diklat ke dalam beberapa 105 menit kelompok ( sesuai dengan tipe STAD) dimana langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Guru memberi informasi dan tanya jawab dengan contoh kontekstual tentang inovasi model pembelajaran PPKn yang inovatif dengan menggunakan contoh yang kontekstual. 2) Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, C,.s/d kelompok F) masing-masing beranggotakan 6 orang. 3) Guru memberi tugas menggunakan LKS untuk dikerjakan masing masing kelompok : Klpk A dan D mengerjakan LKS1, B dan E mengerjakan LKS2, C dan F mengerjakan LKS3. 4) Peserta diklat berdiskusi mengerjakan kuis tentang permasalahan PPKn dan cara menanganinya yang tercantum dalam LK1, LK2, dan LK3. 5) Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi. 6) Masing masing kelompok melakukan PPKn SMA/SMK K

160 Kegiatan Kegiatan Penutup Deskripsi Kegiatan presentasi hasil diskusi. 7) Nara sumber memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok. 1) Narasumber bersama-sama dengan peserta menyimpulkan hasil pembelajaran 2) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran. Alokasi Waktu 15 menit E. Latihan/Kasus/Tugas 1. Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A dan D sebagai berikut: a. Diskripsikan strtegi inovatif dalam melaksanakan PBL, PJBL dan DL! b. Susunlah model pembelajaran PBL, PJBL, dan DL yang inovatif untuk KD PPKn kelas X SMA tentang Bursa Efek! c. Identifikasi permasalahan yang anda hadap dalam menyusun model pembelajaran yang inovatif t d. Lakukan analisis terhadap contoh model pembelajaran PBL, PJBL, dan DL yang inovatif yang telah disusun kelompok lain melalui diskusi dan kerja kelompok! e. Berikan solusi tertulis untuk memperbaiki model PBL, PJBL, dan DL dalam pembelajaran PPKn yang inovatif! f. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis! g. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas! 2. Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A dan D sebagai berikut: a. Diskripsikan perbedaan sintak dari PBL, PJBL dan DL yang inovatif! PPKn SMA/SMK K

161 b. Susunlah model pembelajaran PBL, PJBL, dan DL yang inovatif untuk KD PPKn kelas XI SMA tentang Pembangunan PPKn! c. Identifikasi permasalahan yang anda hadap dalam menyusun model pembelajaran tersebut d. Lakukan analisis terhadap contoh model pembelajaran PBL, PJBL, dan DL yang inovatif yang telah disusun kelompok lain melalui diskusi dan kerja kelompok! e. Berikan solusi tertulis untuk memperbaiki model PBL, PJBL, dan DL dalam pembelajaran PPKn yang inovatif! f. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis,. g. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas! 3. Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A dan D sebagai berikut: a. Diskripsikan perbedaan sintak dari PBL, PJBL dan DL! b. Susunlah model pembelajaran PBL, PJBL, dan DL yang inovatif untuk KD akuntansii kelas XII SMA tentang jurnal penyesuaian perusahaan dagang! c. Identifikasi permasalahan yang anda hadap dalam menyusun model pembelajaran tersebut d. Lakukan analisis terhadap contoh model pembelajaran PBL, PJBL, dan DL yang inovatif yang telah disusun kelompok lain melalui diskusi dan kerja kelompok! e. Berikan solusi tertulis untuk memperbaiki model PBL, PJBL, dan DL dalam pembelajaran PPKn yang inovatif! f. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis,. g. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas! 4. Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A dan D sebagai berikut: a. Diskripsikan perbedaan PBL, PJBL dan DL! b. Susunlah model pembelajaran PBL, PJBL, dan DL untuk KD PPKn kelas X SMA! c. Lakukan analisis terhadap contoh model pembelajaran saintifi yang terdapat pada materi modul ini melalui diskusi dan kerja kelompok! d. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis,. e. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas! PPKn SMA/SMK K

162 PPKn SMA/SMK K

163 KEGIATAN PEMBELAJARAN 11 MENYUSUN KEMBALI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PPKN A. Tujuan Tujuan pembelajaran diklat tentang inovasi dalam penilaian autentik adalah agar peserta diklat : 1) Mendalami konsep penilaian autentik melalui mengkaji referensi. 2) Menyusun instrumen penilaian sikap melalui diskusi dan kerja kelompok. 3) Menyusun instrumen penilaian pengetahuan melalui diskusi dan kerja kelompok. 4) Menyusun instrumen penilaian ketrampilan melalui diskusi dan kerja kelompok. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Mendalami konsep penilaian autentik pembelajaran PPKn yang inovatif. 2) Menyusun instrumen penilaian sikap pembelajaran PPKn yang inovatif. 3) Menyusun instrumen penilaian pengetahuan pembelajaran PPKn yang inovatif. 4) Menyusun instrumen penilaian ketrampilan pembelajaran PPKn yang inovatif.. C. Uraian Materi 1. Penilaian Autentik Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta PPKn SMA/SMK K

164 didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karenanya, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SMA. Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas: membaca dan meringkasnya, eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media, membuat karangan, dan diskusi kelas. Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya penilaian portofolio dan penilaian projek. Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan. 2. Prinsip Penilaian Prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah sebagai berikut. a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. PPKn SMA/SMK K

165 f. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. i. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar. Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah sebagai berikut a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum. b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. d. Berbasis kinerja peserta didik. e. Memotivasi belajar peserta didik. f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya. h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen. j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus. l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. m. Terkait dengan dunia kerja. n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata. o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen PPKn SMA/SMK K

166 3. Lingkup Penilaian Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud No. 104 Tahun 2014). Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan adalah sebagai berikut. a. Sikap (Spiritual dan Sosial) Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial adalah pada beberapa tingkatan sikap yakni: menerima nilai, menanggapi nilai. menghargai nilai, menghayati nilai, mengamalkan nilai. b. Pengetahuan Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada kemampuan berpikir adalah kemampuan berpikir mengingat, memahami, menerapkan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada dimensi pengetahuan adalah dimensi pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif c. Keterampilan Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan. Sasaran penilaian hasil belajar pada keterampilan kongkret adalah keterampilan persepsi (perception), kesiapan (set), meniru (guided response), membiasakan gerakan (mechanism), mahir (complex or overt response), menjadi gerakan alami (adaptation), menjadi tindakan orisinal (origination) Pada Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Untuk melengkapi perangkat pembelajaran PPKn dengan suatu model, diperlukan jenis-jenis penilaian yang sesuai.pada uraian berikut disajikan beberapa contoh penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan pada pembelajaran PPKn. Anda dapat mengembangkan lagi sesuai dengan topik dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik. PPKn SMA/SMK K

167 4. Penilaian Kompetensi Sikap Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus. Kompetensi sikap pada pembelajaran PPKn yang harus dicapai peserta didik sudah terinci pada KD dari KI 1 dan KI 2. Guru PPKn dapat merancang lembar pengamatan penilaian kompetensi sikap untuk masingmasing KD sesuai dengan karakteristik proses pembelajaran yang disajikan. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Contoh penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran PPKn. 1. Penilaian kompetensi sikap melalui observasi Penilaian kompetensi sikap atau perilaku dapat dilakukan oleh guru pada saat peserta didik melakukan pengamatan (observasi) atau diskusi, guru dapat mengembangkan instrument/lembar pengamatan seperti contoh berikut. a. Lembar Penilaian Kompetensi Sikap pada Kegiatan Praktikum Tabel 15 Lembar Penilaian Kompetensi Sikap Pada Kegiatan Praktikum Lembar Penilaian pada Kegiatan Pengamatan (Observasi) Mata Pelajaran : PPKn Kelas/Semester: XII/1 Topik/Subtopik : Kasus pelanggaran HAM secara argumentatif dan saling keterhubungan antara aspek ideal, instrumental dan praksis sila-sila Pancasila IIndikator : Peserta didik menunjukkan perilaku ilmiah disiplin, tanggung jawab, kerjasama, teliti kreatif dalam menganalisa PPKn SMA/SMK K

168 Nama No Siswa dst dan peduli lingkungan dalam melakukan kegiatan pengamatan. Disip Tangg Kerjas Ped Juml Nilai Teliti Kreatif lin ung ama uli ah jawab Skor b. Lembar Penilaian Kompetensi Sikap pada saat Diskusi Tabel 16 Lembar Penilaian Kompetensi Sikap Pada Saat Diskusi Lembar Penilaian Kegiatan Diskusi Mata Pelajaran : PPKn Kelas/Semester : XII / 1 Topik/Subtopik : Kasus pelanggaran HAM secara argumentatif dan saling keterhubungan antara aspek ideal, instrumental dan praksis sila-sila Pancasila Indikator: Peserta didik menunjukkan perilaku ilmiah disiplin, tanggung jawab, kerjasama, teliti kreatif dalam menganalisa dan peduli lingkungan dalam melakukan kegiatan pengamatan. No Nama Siswa Kerja sama Rasa ingin tahu Santun Komuni katif Jumlah Skor Nilai PPKn SMA/SMK K

169 Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberikan skor pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan yaitu:. Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang Contoh perhitungan nilai sikap untuk instrumen seperti di atas dapat menggunakan rumus berikut Tabel 17 Rumus Perhitungan Nilai Sikap Nilai Observasi pada saat Nilai Observasi pada saat Praktikum Diskusi = = 2. Penilaian Kompetensi Sikap melalui Penilaian Diri Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning). Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri terlalu tinggi dan subyektif, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang PPKn SMA/SMK K

170 jelas dan objektif. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri. b) Menentukan kompetensi yang akan dinilai. c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. d) Merumuskan format penilaian, dapat berupa daftar tanda cek, atau skala penilaian. a. Penilaian diri setelah peserta didik selesai belajar satu KD Tabel 18 Contoh format penilaian diri setelah peserta didik belajar satu KD Penilaian Diri Topik:... Nama:... Kelas:... Setelah mempelajari materi kasus-kasus pelanggaran HAM, Anda dapat melakukan penilaian diri dengan cara memberikan tanda (V) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kemampuan. No Pernyataan Sudah memahami Belum memahami 1. Memahami Konsep hak asasi manusia (HAM) 2. Memahami kasus-kasus pelanggaran HAM di lingkungan hidupnya. 3. Memahami cara menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di lingkungan hidupnya secara hukum. PPKn SMA/SMK K

171 4. Memahami cara mencegah kasus-kasus pelanggaran HAM di lingkungan hidupnya secara hukum b. Penilaian diri setelah melaksanakan suatu tugas. Tabel 19 Contoh format penilaian diri setelah peserta didik mengerjakan Tugas Proyek PPKn Penilaian Diri Tugas:... Nama:... Kelas:... Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya. No Pernyataan YA TIDAK 1 Selama melakukan tugas kelompok saya bekerjasama dengan teman satu kelompok 2 Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai dengan fakta 3 Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah dirancang 4 Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan membaca literatur yang mendukung tugas 5. Dari penilaian diri ini Anda dapat memberi skor misalnya YA=2, Tidak =1 dan membuat rekapitulasi bagi semua peserta didik. Penilaian diri, selain sebagai penilaian sikap jujur juga dapat diberikan untuk mengukur pencapaian kompetensi pengetahuan, misalnya peserta didik diminta mengerjakan soal- PPKn SMA/SMK K

172 soal sebelum ulangan akhir bab dilakukan dan mencocokan dengan kunci jawaban yang tersedia pada buku siswa. Berdasarkan hasilnya, diharapkan peserta didik akan belajar kembali pada topik-topik yang belum mereka kuasai. Untuk melihat hasil penilaian diri peserta didik, guru dapat membuat format rekapitulasi penilaian diri peserta didik dalam satu kelas. Tabel 20 Contoh Format Rekapitulasi Penilaian Diri Peserta Didik Dalam Satu Kelas REKAPITULASI PENILAIAN DIRI PESERTA DIDIK Mata Pelajaran:... Topik/Materi:... Kelas:... No Nama Skor Pernyataan Penilaian Diri Afgan Aliva Jumlah Nilai Nilai peserta didik dapat menggunakan rumus: = Jumlah skor 2 x jumlah pernyataan x100 Contoh instrumen penilaian diri nomor 104 tahun 2014 dapat Anda pelajari pada Permendikbud 3. Penilaian teman sebaya (peer assessment) Penilaian teman sebaya atau antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antarantarpeserta didik. Penilaian teman antarpeserta didik dilakukan oleh peserta didik terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya. Tabel 21 Contoh Penilaian Antar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn. PPKn SMA/SMK K

173 Penilaian antar Peserta Didik Mata Pelajaran : PPKn Kelas/Semester : XII / 1 Topik/Subtopik :... Indikator : Peserta didik menunjukkan perilaku kerja sama, rasa ingin tahu, santun, dan komunikatif sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan Format penilaian yang diisi peserta didik Penilaian antar Peserta Didik Topik/Subtopik: Nama Teman yang dinilai: Tanggal Penilaian: Nama... Penilai:... - Amati perilaku temanmu dengan cermat selamat mengikuti pembelajaran PPKn - Berikan tanda v pada kolom yang disediakan berdasarkan hasil pengamatannu. - Serahkan hasil pengamatanmu kepada gurumu No Perilaku Dilakukan/muncul YA TIDAK 1. Mau menerima pendapat teman 2. Memaksa teman untuk menerima pendapatnya 3. Memberi solusi terhadap pendapat yang bertentangan 4. Mau bekerjasama dengan semua teman PPKn SMA/SMK K

174 Pengolahan Penilaian: 1. Perilaku/sikap pada instrumen di atas ada yang positif (no 1.2 dan 4) dan ada yang negatif (no 2) Pemberian skor untuk perlaku positif = 2, Tidak = 1. Untuk yang negatif Ya = 1 dan Tidak = 2 2. Selanjutnya guru dapat membuat rekapitulasi hasil penilaian menggunakan format berikut. Tabel 22 Format Rekapitulasi Hasil Penilaian No Nama Skor Perilaku Jumlah 1. 2 Ami dst Nilai Nilai peserta didik dapat menggunakan rumus: = Jumlah skor 2 x jumlah perilaku x Penilaian Jurnal (anecdotal record) Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses pembelajaran mata pelajaran. Jurnal dapat memuat penilaian peserta didik terhadap aspek tertentu secara kronologis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah: (1) Catatan atas pengamatan guru harus objektif (2) Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah kejadian/peristiwa yang berkaitan dengan Kompetensi Inti. (3) Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda) PPKn SMA/SMK K

175 (4) Setiap peserta didik memiliki Jurnal yang berbeda (kartu Jurnal yang berbeda) Tabel 23 Contoh Format Jurnal Model Pertama JURNAL Aspek yang diamati:. Kejadian :. Tanggal :. Nama Peserta Didik: Nomor peserta Didik: Catatan Pengamatan Guru: Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru): 1) Tulislah identitas peserta didik yang diamati, tanggal pengamatan dan aspek yang diamati oleh guru. 2) Tuliskan kejadian-kejadian yang dialami oleh Peserta didik baik yang merupakan kekuatan maupun kelemahan Peserta didik sesuai dengan pengamatan guru terkait dengan Kompetensi Inti. 3) Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Peserta didik PPKn SMA/SMK K

176 Tabel 24 Contoh Format Jurnal Model Kedua JURNAL Nama Peserta Didik:..... Kelas:... Aspek yang diamati:..... NO HARI/TANGGAL KEJADIAN KETERANGAN/ TINDAK LANJUT Petunjuk pengisian jurnal sama dengan model ke satu (diisi oleh guru) Pedoman umum penskoran jurnal: 1) Penskoran pada jurnal dapat dilakukan skala 1 sampai dengan 4. 2) Setiap aspek yang sesuai dengan indikator yang muncul pada diri peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang tidak muncul diberi skor 0. 3) Jumlahkan skor pada masing-masing aspek,skor yang diperoleh pada masing-masing aspek kemudian direratakan Nilai Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) ditentukan dengan cara menghitung rata-rata skor dan membandingkan dengan kriteria penilaian 5. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Penilaian pengetahuan dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanyajawab dan percakapan serta dan penugasan ( Permendikbud nomor 104 tahun 2014). Teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut: PPKn SMA/SMK K

177 Tabel 25 Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Tes tulis Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan. Penugasan Pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan, dan uraian. Format observasi Pekerjaan rumah dan/atau tugas yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. 1. Tes Tulis Instrumen tes tulis umumnya menggunakan soal pilihan ganda dan soal uraian.soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Pada pembelajaran PPKn yang menggunakan pendekatan scientific, instrumen penilaian harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS, Higher Order thinking Skill ) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan sampai kreatif. Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk menilai hasil belajar PPKn dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja operasional dalam taksonomi Bloom. Misalnya untuk menguji ranah analisis peserta didik pada pembelajaran PPKn, guru dapat membuat soal dengan menggunakan kata kerja operasional yang termasuk ranah analisis seperti menganalisis, mendeteksi, mengukur, dan menominasikan. Ranah evaluasi contohnya membandingkan, menilai, memprediksi, dan menafsirkan. PPKn SMA/SMK K

178 a) Pemahaman Materi Dalam mempelajari materi pada bab ini, tentu saja ada materi yang dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik. Namun, ada juga yang sulit dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik melakukan penilaian diri atas pemahamannya terhadap materi pada bab ini dengan memberikan tanda ceklist ( ) pada kolom PS (Paham Sekali), PSb (Paham Sebagian), BP (Belum Paham). Tabel 26 Format Penilaian Diri Atas Pemahamannya Terhadap Materi No Sub-Materi Pokok PS PSb BP 1 Substansi hak asasi manusia dalam Pancasila a. Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila b. Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Sila-Sila Pancasila c. Hak Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila 2 Kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia 1. Jenis-Jenis Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) 2. Penyimpangan Nilai-nilai Pancasila dalam Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia 3 Upaya penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia a.peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia b.peradilan dan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia Internasional Apabila pemahaman peserta didik berada pada kategori PS (paham sekali) guru memberikan materi pengayaan kepada peserta didik untuk PPKn SMA/SMK K

179 menambah wawasannya. Namun, apabila pemahaman peserta didik berada pada kategori PSb (Paham Sebagian) dan BP (Belum Paham), guru memberikan penjelasan lebih lengkap, agar peserta didik cepat memahami materi pembelajaran yang sebelumnya kurang atau belum dipahaminya. b) Penilaian pengetahuan dilakukan dalam tes tertulis/lisan dengan mengerjakan Uji Kompetensi Bab 1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara jelas dan akurat. 1. Coba bedakan makna hak asasi manusia dengan hak warga negara. 2. Mengapa terjadi pelanggaran HAM? 3. Uraikan jaminan hak asasi manusia yang terdapat dalam Pancasila. 4. Apa yang akan terjadi apabila dalam proses penegakan HAM, Pancasila tidak dijadikan dasar atau landasan! 5. Mengapa liberalisme dan sosialisme tidak patut dijadikan landasan dalam proses penegakan HAM di Indonesia? 6. Sekarang ini begitu sering terjadi pelanggaran HAM di masyarakat seperti pembunuhan, penculikan dan penyiksaan. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Siapa yang paling bertanggung jawab untuk mengatasi persoalan tersebut? Apa peran kalian untuk menyelesaikan persoalan tersebut? Tabel 27 Kunci Jawaban dan Pensekoran No Kunci Jawaban Skor Nilai 1 Hak asasi Manusia merupakan hak yang dimiliki oleh 2 setiap manusia di dunia tanpa membeda-bedakan suku bangsa, agama, ras maupun golongan. Hak warga Negara adalah hak yang melekat pada seseorang berdasarkan statusnya sebagai anggota suatu negara. 2 Pelanggaran HAM disebabkan oleh faktor-faktor berikut a. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan 4 PPKn SMA/SMK K

180 No Kunci Jawaban Skor Nilai pelanggaran HAM yang berasal dari diri pelaku pelanggar HAM, diantaranya adalah: 1) sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri; 2) rendahnya kesadaran akan penghoramatan dan pengharapan terhadap HAM; 3) sikap tidak toleran. b. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, di antaranya sebagai berikut. 1) Penyalahgunaan kekuasaan 2) Ketidaktegasan aparat penegak hukum 3) Penyalahgunaan teknologi 4) Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi 3 a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak 5 kemerdekaan untuk memeluk agama, melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan yang sama dalam hokum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan hukum. c. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsure pemersatu di antara warga negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini sesuai dengan prinsip hak asasi manusia PPKn SMA/SMK K

181 No Kunci Jawaban Skor Nilai dimana hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat. e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh Negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. 4 Proses penegakan HAM akan mengarah kepada nilianilai liberalism atau sosialisme yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 2 5 Karena prinsip-prinsip liberalisme lebih mengedepankan pada kebebasan individual yang tanpa batas, sementara sosialisme lebih mengedepankan kepada dominasi negara atas individu. Kedua ideologi tersebut bertentangan dengan prinsip penegakan HAM di Indonesia yang lebih mengedepankan asas keseimbangan berdasarkan nilai-nilai Pancasila. 3 6 Jawaban soal ini akan sangat beragam sesuai dengan pemahaman peserta didik. Guru dapat mengarahkan 4 PPKn SMA/SMK K

182 No Kunci Jawaban Skor Nilai jawaban sebagai berikut : Terjadinya pelanggaran HAM Karena kurangnya kesadaran masyarakat akan penghormatan dan penghargaan terhadap HAM, faktor aparat penegak hukum yang tidak tegas, penyalahgunaan kekuasaan. Pihak yang paling bertanggung jawab dan untuk mengatasi pelanggaran HAM adalah negara melalui aparatur penegak hukum. Peran kita adalah ikut mencegah terjadinya pelanggaran HAM di masyarakat dan membantu Negara menegakkan hukum. Jumlah 20 Skor perolehan Nilai = x 4 20 c). Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan. Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik. Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. Seorang peserta didik yang selalu menggunakan kalimat yang baik dan benar menurut kaedah bahasa menunjukkan bahwa yang bersangkutan memiliki pengetahuan tata bahasa yang baik dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut dalam kalimat-kalimat Tabel 28 Contoh Format observasi terhadap diskusi dan tanya jawab PPKn SMA/SMK K

183 Nama Peserta Didik Fitria Gina... Pernyataan Jumlah Pengungkapan gagasan yang orisinal Kebenaran konsep Ketepatan penggunaan istilah YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK Keterangan: diisi dengan ceklis ( ) Untuk pemberian nilai Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan ini Silahkan Anda diskusikan dan jawab pada LK yang tersedia! d). Penugasan Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Contoh isntrumen tugas untuk suatu topik dalam satu KD Penilaian pengetahuan dilakukan dalam bentuk penugasan. Peserta didik diminta untuk mengerjakan Tugas Mandiri 1.1, Tugas Mandiri 1.2, Tugas Kelompok 1.1 dan Tugas Kelompok 1.2 Penskoran Tugas Mandiri 1.1 Nomor 1 skor 24 Masing-masing kolom yang diisi dengan jawaban benar skor 1. Nomor 2, masing-masing paragrap skornya 4 jumlah skor 16. Jadi jumlah skor total adalah 40. Skor perolehan Nilai = x 4 40 PPKn SMA/SMK K

184 Pensekoran Tugas Mandiri 1. 2 Masing-masing soal jika jawabannya lengkap, skornya 4 sehingga perolehan skor maksimal adalah 24. Skor perolehan Nilai = x 4 24 Pensekoran Tugas Kelompok 1.1 Soal nomor 1 masing masing kolom skornya 2. Soal nomor 2 poin a dan b masing-masing skornya 3 sehingga perolehan skor maksimal nomor 1 dan 2 adalah 10 Skor perolehan Nilai = x 4 10 Pensekoran Tugas Kelompok 1.2 Masing-masing soal skornya 3 sehingga perolehan skor maksimal adalah 12 Skor perolehan Nilai = x Penilaian Kompetensi Keterampilan Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret. Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan: Unjuk kerja/kinerja/praktik, Projek, Produk dan portofolio 1) Penilaian Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/deklamasi. Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan unjuk kerja/praktik untuk melihat kemampuan peserta didik dalam bermain PPKn SMA/SMK K

185 peran/simulasi tentang kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga Negara. Penilaian dapat menggunakan format sebagai berikut. Tabel 29 Lembar Pengamatan Simulasi Kelas :. Kegiatan :. Tema :. Nama Aspek Penilaian Rata-rata Ketepatan Perilaku Penghayatan Peran Skor Aspek Penilaian Ketepatan perilaku Tabel 30 Pedoman Pensekoran Rubrik Skor 4, apabila perilaku sangat sesuai dengan peran Skor 3, apabila perilaku sesuai dengan peran Skor 2, apabila perilaku kurang sesuai dengan peran Skor 1, apabila perilaku tidak sesuai dengan peran Penghayatan Skor 4, apabila sangat menghayati peran Skor 3, apabila menghayati peran Skor 2, apabila kurang menghayati peran Skor 1, apabila tidak menghayati peran Skor Perolehan Nilai = x 4 PPKn SMA/SMK K

186 8 2) Penilaian Proyek Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki dan kemampuan menginformasikan suatu hal secara jelas. Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan dan merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan tertulis/lisan. Untuk menilai setiap tahap perlu disiapkan kriteria penilaian atau rubrik. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: - Kemampuan pengelolaan; Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. - Relevansi; Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. - Keaslian ; Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik. Tabel 31 Contoh Format Penilaian Proyek Mata Pelajaran: Guru Pembimbing : PPKn SMA/SMK K

187 Nama Proyek : Nama : Alokasi Waktu : Kelas : No. ASPEK SKOR (1-5) 1 PERENCANAAN : a. Rancangan Alat - Alat dan bahan - Gambar b. Uraian cara menggunakan alat 2 PELAKSANAAN : a. Keakuratan Sumber Data / Informasi b. Kuantitas Sumber Data c. Analisis Data d. Penarikan Kesimpulan 3 LAPORAN PROYEK : a. Sistematika Laporan b. Performans c. Presentasi TOTAL SKOR 3) Penilaian Produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barangbarang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: - Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. - Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. PPKn SMA/SMK K

188 - Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. 1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. 2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. Tabel 32 Format Penilaian Produk Materi Pelajaran : Nama Peserta didik: Nama Proyek : Kelas : Alokasi Waktu : No Tahapan Skor ( 1 5 )* 1 Tahap Perencanaan Bahan 2 Tahap Proses Pembuatan : a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik Pengolahan c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan) d. 3 Tahap Akhir (Hasil Produk) a. Bentuk fisik b. Inovasi TOTAL SKOR. Catatan : *) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya. PPKn SMA/SMK K

189 Setelah proyek selesai guru dapat melakukan penilaian menggunakan rubrik penilaian proyek.peserta didik melakukan presentasi hasil proyek, mengevaluasi hasil proyek, memperbaiki sehingga ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan yang diajukanpada tahap awal. 4) Penilaian Portofolio Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus menerus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan dinamika kemampuan belajar peserta didik melalui sekumpulan karyanya, untuk mata pelajaran PPKn antara lain: gambar, foto, resensi buku/literatur, laporan penelitian dan karya nyata individu peserta didik yang diperoleh dari pengalaman. Kriteria tugas pada penilaian portofolio Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan diukur. Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio berupa pekerjaan hasil tes, perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi aktivitas peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar. Tugas portofolio memuat aspek judul, tujuan pembelajaran, ruang lingkup belajar, uraian tugas, kriteria penilaian. Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta didik mengembangkankompetensi dalam semua aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan). Uraian tugas bersifat terbuka, dalam arti mengakomodasi dihasilkannya portofolio yang beragam isinya. Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dilaksanakan. Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas PPKn SMA/SMK K

190 portofolio tersedia di lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah silahkan baca pada Permendikbud nomor 104 tahun 2014 dan diskusikan. Tabel 33 ContohTugas Portofolio Mata Pelajaran : PPKn Kelas/Semester : XII / 1 Tahun Ajaran : 2014/2015 Judul portofolio : Pelaporan hsil kajian terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM di lingkungan kehidupan Tujuan : Peserta didik dapat menyusun laporan tentang kasuskasus pelanggaran HAM di lingkungan kehidupan sebagai tulisan ilmiah Ruang lingkup : Karya portofolio yang dikumpulkan adalah laporan tentang kasuskasus pelanggaran HAM yang terjadi terakhir di lingkungan kehidupan peserta didik sebagai tulisan ilmiah pada semester 1 Uraian tugas portofolio 1. Buatlah laporan kegiatan laporan laporan tentang kasus-kasus pelanggaran HAM di lingkungan kehidupan peserta didik yang mutakhir. 2. Setiap laporan dikumpulkan selambat-lambatnya seminggu setelah peserta didik melaksanakan tugas Kriteria rubrik untuk portofolio - Rubrik memuat indikator kunci dari kompetensi dasar yang akan dinilai pencapaiannya dengan portofolio. - Rubrik memuat aspek-aspek penilaian yang macamnya relevan PPKn SMA/SMK K

191 dengan isi tugas portofolio. - Rubrik memuat kriteria kesempurnaan (tingkat, level) hasil tugas. - Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan peserta didik. - Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami Tabel 34 Format Penilaian Portofolio No Komponen yang dinilai Skor Persiapan 2 Pelaksanaan 3 Hasil Praktikum Skor Portofolio.... Tabel 35 Rubrik Penilaian Laporan Praktikum No Komponen Skor 1 Persiapan meliputi Skor3 jika pemilihan alat dan bahan ketepatan pemilihan tepat alat dan bahan Skor2 jika pemilihan alat atau bahan praktikum tepat Skor1 jika pemilihan alat dan bahan tidak tepat 2 Pelaksanaan meliputi langkah kerja dan waktu pelaksanaan 3 Hasil praktik meliputi keakuratan data dan ketepatan simpulan hasil Skor3 jika langkah kerjadan waktu pelaksanaan tepat Skor2 jika langkah kerja atau waktu pelaksanaan tepat Skor1 jika langkah kerjadan waktu pelaksanaan tidak tepat Skor3 jika data akuratdan simpulan tepat Skor2 jika data akurat atau simpulan tepat PPKn SMA/SMK K

192 No Komponen Skor Skor1 jika data tidak akurat dan simpulan tidak tepat Keterangan: Skormaksimal = jumlah komponen yang dinilai x3 Nilai portofolio = = x 4 D. Aktivitas Pembelajaran Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat Inovasi dalam penilaian autentik sebagai berikut : Tabel 36 Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Deskripsi Kegiatan Pendahuluan d. menyiapkan peserta diklat agar termotivasi mengikuti proses pembelajaran; e. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. f. menyampaikan garis besar cakupan materi inovasi dalam penilaian autentik. Alokasi Waktu 15 menit Kegiatan Inti Membagi peserta diklat ke dalam beberapa 105 menit kelompok ( sesuai dengan tipe STAD) dimana langkah-langkahnya sebagai berikut : 8) Guru memberi informasi dan tanya jawab dengan contoh kontekstual tentang inovasi dalam penilaian autentik dengan menggunakan contoh yang kontekstual.. 9) Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, C,.s/d kelompok F) masing-masing PPKn SMA/SMK K

193 Kegiatan Kegiatan Penutup Deskripsi Kegiatan beranggotakan 6 orang. 10) Guru memberi tugas menggunakan LKS untuk dikerjakan masing masing kelompok : Klpk A dan D mengerjakan LKS1, B dan E mengerjakan LKS2, C dan F mengerjakan LKS3. 11) Peserta diklat berdiskusi mengerjakan kuis tentang permasalahan PPKn dan cara menanganinya yang tercantum dalam LK1, LK2, dan LK3.. 12) Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi. 13) Masing masing kelompok melakukan presentasi hasil diskusi. 14) Nara sumber memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok. 5) Narasumber bersama-sama dengan peserta menyimpulkan hasil pembelajaran 6) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 7) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 8) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran. Alokasi Waktu 15 menit E. Latihan/Kasus/Tugas 1. Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A dan C sebagai berikut: a. Diskripsikan tentang strategi dasar dalam mengembangkan penilaian autentik dalam pembelajaran PPKn yang inovatif! PPKn SMA/SMK K

194 b. Susunlah model penilaian sikap dengan teknik observasi, jurnal, dan penilaian diri untuk KD PPKn kelas X SMA yang inovatif dan dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam pembelajaran! c. Susunlah model penilaian pengetahuan yang inovatif untuk KD PPKn kelas X SMA! d. Susunlah model penilaian ketrampilan melalui proyek dan portofolio untuk KD PPKn kelas X SMA materi pembangunan PPKn yang inovatif dan dapat digunakan secara efektri dan efisien dalam pembelajaran! e. Identifikasi permasalahan yang terjadi dalam menyusun penilaian autentik yang inovatif dan dapat digunakan secara efektri dan efisien dalam pembelajaran! f. Lakukan analisis hasi penyusunan strategi penilaian autentik PPKn yang inovatif yang telah disusun oleh kelompok lain! g. Berilah solusi untuk memberi motivasi guru dalam menyusun instrumen penilaian autentik yang inovatif! h. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis! i. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas! 2. Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok B dan F sebagai berikut: a. Diskripsikan tentang strategi dasar dalam mengembangkan penilaian autentik dalam pembelajaran PPKn yang inovatif! b. Susunlah model penilaian sikap dengan teknik observasi, jurnal, dan penilaian diri untuk KD akuntansi kelas XI SMA yang inovatif dan dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam pembelajaran! c. Susunlah model penilaian pengetahuan yang inovatif untuk KD akuntansi kelas XI SMA! d. Susunlah model penilaian ketrampilan melalui proyek dan portofolio untuk KD akuntansi yang inovatif dan dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam pembelajaran! e. Identifikasi permasalahan yang terjadi dalam menyusun penilaian autentik yang inovatif dan dapat digunakan secara efektri dan efisien dalam pembelajaran! PPKn SMA/SMK K

195 f. Lakukan analisis hasi penyusunan strategi penilaian autentik PPKn yang inovatif yang telah disusun oleh kelompok lain! g. Berilah solusi untuk memberi motivasi guru dalam menyusun instrumen penilaian autentik yang inovatif! h. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis! i. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas! 3. Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok E dan D sebagai berikut: a. Diskripsikan tentang strategi dasar dalam mengembangkan penilaian autentik dalam pembelajaran PPKn yang inovatif! b. Susunlah model penilaian sikap dengan teknik observasi, jurnal, dan penilaian diri untuk KD akuntansi kelas XII SMA yang inovatif dan dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam pembelajaran! c. Susunlah model penilaian pengetahuan yang inovatif untuk KD akuntansi kelas XII SMA! d. Susunlah model penilaian ketrampilan melalui proyek dan portofolio untuk KD akuntansi yang inovatif dan dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam pembelajaran! e. Identifikasi permasalahan yang terjadi dalam menyusun penilaian autentik yang inovatif dan dapat digunakan secara efektri dan efisien dalam pembelajaran! f. Lakukan analisis hasi penyusunan strategi penilaian autentik PPKn yang inovatif yang telah disusun oleh kelompok lain! g. Berilah solusi untuk memberi motivasi guru dalam menyusun instrumen penilaian autentik yang inovatif! h. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis! i. Presentasikan hasil diskusi di depan kelas! PPKn SMA/SMK K

196 E. Rangkuman 1. Kurikulum 2013 menerapkan penilaian autentik untuk menilai sikap peserta didik meliputi : sikap, pengetahuan, ketrampilan. Ada beberapa cara untuk menilai sekap peserta didik antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaan teman sebaya dan penilaian jurnal. Instrument yang digunakan daftar cek, skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik dan hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus 2. Penilaian kompetensi pengetahuan : tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghedaki pesrta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian,sal-soal menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasan, dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri. Observasi terhadap diskusi, tanyajawab dan percakapan teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik. Penilaian kompetensi ketramplan terdiri atas ketrampilan abstrak dan ketrampilan konkrit. 3. Penilaian kompetensi ketrampilan dapat dilakukan dengan menggunakan unjuk kerja/kinerja/praktik, proyek, produk, portopolio, tertulis selain untuk pengetahuan, penilaian tertulis juga digunakan untuk menilai kompetensi ketrampilan seperti menulis karangan, laporan. F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran,bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi ini? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi ini? 3. Apa manfaat materi ini terhadap tugas Bapak/Ibu? 4. Apa rencana tindak lanjut Bapak/Ibu lakukan setelah kegiatan pelatihan ini? KEGIATAN PEMBELAJARAN 12 PPKn SMA/SMK K

197 PENGGUNAAN APLIKASI MOODLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKN SMA/SMK A. TUJUAN Tujuan pembelajaran dalam mata diklat ini adalah peserta diklat mampu menggunakan aplikasi moodle dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK B. INDIKATOR Menggunakan aplikasi moodle dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK C. URAIAN MATERI Penggunaan Aplikasi Moodle Dalam Pembelajaran PPKn SMA/SMK Pendahuluan Aplikasi Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment ) merupakan software Learning Management Sistem (LMS) atau sering disebut Elearning yang dapat diperoleh secara gratis. Moodle adalah sistem yang sangat lengkap dengan fitur-fitur yang banyak. Moodle sangat efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Dengan moodle, guru dapat menyajikan dan memberikan materi yang menarik kepada peserta didik berupa teks, web, animasi, multimedia, ebook, presentasi, diskusi, ujian, dan belajar online. Moodle dapat difungsikan sebagai sistem offline (tanpa internet) atau online (dengan internet). Kedua hal ini tergantung kepada ketersediaan bandwidth sekolah yang bersangkutan. Adapun moodle yang dipakai dalam modul ini adalah Moodle versi 2.4. Sebab moodle versi ini pengoperasiannya sederhana dengan fitur yang cukup lengkap. Walaupun tidak dipungkiri, versi moodle terus menerus mengalami perkembangan dengan beragam fitur yang terbaru, sehingga perlu dilakukan update disesuaikan dengan kemajuan dunia informasi dan teknologi saat ini. PPKn SMA/SMK K

198 Bahkan moodle ini pun ada yang portable. Namun demikian yang harus diingat dalam penggunaannya ketika dilakukan update software adalah kestabilan aplikasi dan jenis windows di komputer atau lapotop. Dalam modul ini dibahas teknis penginstalan dan pengelolaan content atau isi moodle. Content atau isi moodle tentu harus sesuai dengan mata pelajarannya. Berkaitan dengan penggunaan aplikasi moodle dalam pembelajaran PPKn SMA/SMK tentu harus disesuaikan dengan standar isi, standar proses, dan standar penilaian dalam mata pelajaran ini. Oleh karena itu, sebelumnya perlu dipersiapkan kompetensi inti, kompetensi dasar, materi yang termuat dalam bahan ajar (makalah atau modul) dan bahan tayang (ppt, frezi, video, audio/mp3, animasi yang mendukung dan lain-lain), termasuk penilaian. 1. Instalasi XAMPP Sebelum menginstal Moodle, kita diharuskan menginstal aplikasi web server terlebih dahulu, dalam hal ini kita memakai XAMPP. Fungsinya adalah sebagai server yang berdiri sendiri (localhost), yang terdiri atas program Apache HTTP Server, MySQL database, dan penerjemah bahasa yang ditulis dengan bahasa pemrograman PHP dan Perl. Aplikasi ini dapat didownload langsung dari langsung dari web resminya ( Berikut merupakan tahapan penginstalan XAMPP: Pertama, buat folder xampp, yang disimpan di drive selain C. Hal ini dikarenakan drive C merupakan drive sistem. Sehingga dikhawatirkan mengakibatkan crash saat dilakukan penginstalan. Folder xampp dapat disimpan di Data D atau E..Agar lebih jelas dapat diamati gambar berikut: PPKn SMA/SMK K

199 Gambar 3 Folder Xampp Disimpan di Data D Double klik file xampp-win vc9-installer.exe yang telah tersedia. Lalu keluar jendela Installer Language, pilih bahasa yang dipergunakan. Gambar 4 Pilih Bahasa dalam Kotak Dialog Installer Language Apabila ada peringatan mengenai User Account Control (UAC) klik saja OK. Lanjut dengan halaman Instal XAMPP, klik Next. Seperti gambar berikut: PPKn SMA/SMK K

200 Gambar 5 Halaman Instal XAMPP Kita disuruh memilih folder tempat XAMPP diinstal, letakkan pada folder xampp di drive D di folder yang telah dibuat sebelumnya. Gambar 6 Pilih Lokasi Instal XAMPP Lalu klik Next dan tunggu proses berlangsung. Setelah selesai proses PPKn SMA/SMK K

201 maka akan keluar beberapa option yang harus kita pilih, klik Instal untuk melanjutkan, lalu setelah semua selesai klik Finish. Gambar 12 Gambar 7 XAMPP Option Setelah itu akan langsung muncul XAMPP-Control seperti di bawah ini. Klik Start yang ada di baris Apache dan MySQL, sehingga akan berubah menjadi Stop. Sebaliknya, apabila kita akan menghentikan XAMP, maka klik kembali Stop hinggan brubah menjadi Start seperti semula. Gambar 8 XAMPP-Control Untuk melihat apakah web server sudah berjalan dengan baik, PPKn SMA/SMK K

202 maka kita buka browser (Mozilla Firefox, Chrome, IE, dll). Ketikkan di Address Bar dengan localhost, apabila tampil seperti gambar di bawah ini, maka web service sudah berjalan dengan semestinya. Gambar 9 Alamat Localhost di Mozilla Firefox, Chrome Klik English dari barisan bahasa di bawah Gambar 10 Pilih Bahasa XAMPP Sehingga tampilannya seperti gambar berikut: 2. Instalasi Moodle Gambar 11 Tampilan XAMPP For Windows PPKn SMA/SMK K

203 Moodle dapat di download langsung di situsnya : atau dari file moodle-latest-24.zip yang telah diberikan. Extract file tersebut lalu pindahkan folder moodle ke dalam folder xampp\htdocs\ (berada di D:\xampp\htdocs\). Agar lebih jelas amati gambar berikut: Gambar 12 Simpan Folder Moodle Dalam Data D Kemudian aktifkan XAMPP, caranya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika sudah aktif jangan diaktifkan lagi. Lalu buka browser anda, ketikkan pada address bar dengan localhost\phpmyadmin, karena kita akan membuat sebuah database dari moodle yang akan kita instal. Sehingga tampil gambar di bawah ini : Gambar 13 Tampilan phpmyadmin Klik tab Databases, lalu di bawah Create databases isi nama database PPKn SMA/SMK K

204 yang kita kehendaki. Misalnya diberikan nama dalam moodle untuk databasenya, lalu klik Create. Agar lebih jelas lihat gambar dibawah ini Gambar 14 Memberikan Nama Database (Create Database) Selanjutnya mulai untuk melakukan instal moodle dengan membuka kembali browser anda. Selanjutnya ketik localhost/moodle, maka akan terbuka halaman awal instalasi moodle, seperti gambar di bawah ini: Gambar 15 Halaman Awal Instalasi Moodle Pilih bahasa yang dikehendaki, lalu klik Next. Selanjutnya muncul halaman PPKn SMA/SMK K

205 Confirm paths seperti gambar berikut: Gambar 16 Halaman Confirm paths Pada halaman Confirm paths, disini kita akan diminta memasukkan alamat website. Karena kita bekerja di server sendiri, maka biarkan saja sebagaimana yang sudah tertulis disitu, klik Next. Setelah itu akan muncul halaman Choose database driver, klik saja Next, karena kita memang menggunakan type tersebut. Masuk ke halaman selanjutnya, yaitu Database Settings. Disini kita diminta untuk mengisi settingan dari database, yang perlu kita isi disini adalah Database user. Isi dengan root, lainnya biarkan seperti yang tertera. Catatan; apabila kita mengganti Database user serta password, silahkan diisi dengan user dan password tersebut, juga apabila Database name anda bukan moodle, silahkan ganti dengan nama database yang telah anda buat di pembahasan PHP MyAdmin. PPKn SMA/SMK K

206 Gambar 17 Tampilan Database Settings Lalu akan muncul halaman verifikasi, klik Continue jika anda merasa yakin bahwa yang anda isi sudah benar. Apabila selanjutnya muncul halaman seperti di bawah ini : Gambar 18 Tampilan Settingan Yang Salah Ini pertanda ada beberapa settingan yang belum benar. Cara PPKn SMA/SMK K

207 memperbaikinya sebagai berikut : 1. Buka di tab baru browser anda, lalu masukkan alamat : localhost/phpmyadmin, klik tab SQL, masukkan perintah berikut : ALTER DATABASE nama_database charset=utf8; Dimana nama_database anda ganti dengan nama database yang telah dibuat (contoh dalam hal ini nama database adalah moodle), jadi perintahnya : ALTER DATABASE moodle charset=utf8; Klik GO, lalu refresh browser instalasi moodle tadi, list merah pertama akan hilang. 2. Buka folder xampp, pilih folder php, lalu cari file php.ini, buka file tersebut lalu cari tulisan ;extension=php_curl.dll, setelah ketemu hapus tanda ; (titik koma) yang berada di depannya, lalu klik safe untuk menyimpan perubahan yang telah kita buat. 3. Restart apache pada Xampp-Control, lalu refresh pada halaman browser instalasi moodle, maka baris merah kedua akan hilang. Gambar 19 Tampilan Moodle Setelah Dilakukan Refresh Klik Continue untuk melanjutkan instalasi, selanjutnya tunggu instalasi berjalan hingga selesai, lalu klik Continue. Setelah itu tampilan instal akan PPKn SMA/SMK K

208 seperi gambar berikut: Gambar 20 Instalation Kemudian muncul form settingan untuk Admin, isikan data yang dibutuhkan, terutama yang berwarna merah dan tanda * wajib diisi. Gambar 21 Form Settingan Untuk Admin Klik Update Profile untuk menyelesaikan form ini. Langkah selanjutnya isi PPKn SMA/SMK K

209 Profil Website Moodle. Gambar 22 Isi Profil Website Moodle. Klik Save Change jika telah selesai. Setelah itu muncul halaman awal dari website e-learning moodle, seperti gambar berikut 3. Membuat User Gambar 23 Halaman Awal Dari Website E-Learning Moodle PPKn SMA/SMK K

210 Sebelum kita membuat materi e-learning di dalam Moodle, pada tahap awal kita harus membuat user account baru. Setiap pengguna yang akan terlibat dalam proses pembelajaran dengan memakai Moodle harus terdaftar di dalam sistem. Hal ini berarti, setiap pengguna baru diharuskan mendaftar terlebih dahulu pada halaman pendaftaran. Tahapan pembuatan user merupakan proses kegiatan memasukan pelaku-pelaku yang akan terlibat secara langsung dalam menjalankan/ memakai moodle. Untuk tahap awal ada baiknya kita mengatur beberapa settingan password untuk mempermudah dalam pengelolaan user. Silahkan buka browser anda, arahkan alamat ke localhost/moodle, akan tampil halawan awal moodle. Masuk sebagai admin dengan user dan password yang sudah anda buat. Setelah tampil halaman awal (front page), klik di bagian Site Administration, klik Security, klik Site policies. Cari bagian Password policy, jika kita menginginkan agar user bebas memasukkan password apapun, maka anda dapat uncheck password policy, namun jika ingin membuat pengaturan sendiri maka biarkan dalam posisi check. Maksud dari pengaturan di atas adalah, bahwa user bebas memasukkan password dengan karakter apapun tetapi panjang password minimal harus 6 digit. Setelah diubah semua, klik Save changes di akhir halaman, lalu keluar dari moodle. Proses memasukan accounts baru dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu; secara online, memasukkan satu persatu dan memasukkan secara kolektif. a. Pendaftaran Secara Online Secara online, dilakukan dengan klik Login (bagi yang sudah mendaftar). Sementara yang belum melakukan pendaftaran, klik Create new account untuk melakukan pendaftaran secara online. PPKn SMA/SMK K

211 Gambar 24 Login (bagi yang sudah mendaftar) Gambar 25 Create New Account Bagi User Baru Bagi pendaftar (user) baru mengisi formulir pendaftaran dan diakhir dengan klik Create my new account, maka sistem akan otomatis memproses pendaftaran secara online tersebut. Selanjutnya sistem akan mengirimkan konfirmasi kepada pendaftar berupa sebuah link untuk mengaktifkan user accounts. b. Pendaftaran Secara Manual Administrator juga dapat melakukan proses pendaftaran secara PPKn SMA/SMK K

212 manual. Caranya sebagai berikut: (1) Masuk sebagai Administrator (2) Di bagian Setting, klik Site Administration (3) Lalu pilih Users (4) Pilih sub menu Accounts (5) Pilih Add a new user (6) Muncul halaman form user, silahkan diisi Gambar 26 Pendaftaran Secara Manual 4. Membuat Kategori, Sub Kategori, Roles Dan Sistem Roles Kategori, Sub Kategori, Roles Dan Sistem Roles diibaratkan seperti rumah. Proses ini merupakan proses membuat tempat untuk content atau isi moddle, sehingga memudahkan user atau pengguna untuk mengoperasikan/menjalankan ataupun searching. Sebab setiap kategori, sub kategori, roles yang dibuat menggambarkan content atau isinya. a. Membuat Kategori dan Sub Kategori Agar lebih tersusun secara rapi maka setiap materi pembelajaran PPKn SMA/SMK K

213 sebaiknya dikelompokkan menjadi kategori-kategori tertentu. Misalnya dikelompokkan berdasarkan kelas/jenjang, mata pelajaran, semester, bahkan topik-topik tertentu sebagai sub kategori. Pembuatan kategori ini dapat dilakukan oleh administrator dengan cara sebagai berikut : - Login sebagai admin - Klik di Site administration, lalu pilih Courses, klik Add/edit courses - Setelah muncul halaman Courses categories, klik Add new category Gambar 27 Tampilan Kategori - Di halaman Add new category, isikan: Category name, isi dengan nama kategori, misalkan Kelas X, Kelas XI, dll Category ID number, ini adalah peng-kode-an untuk kategori yang kita buat, misalkan 11 untuk kelas XI Karena biasanya kelas XI sudah terbagi dengan jurusan, maka kita dapat memasukkan sub kategori. Pilih Add a subcategory, isikan sub kategori, misalnya IPA. Masukkan kode PPKn SMA/SMK K

214 dan keterangan (bila perlu). Lengkapi seluruh kategori dan sub kategori sesuai dengan kondisi sekolah anda, hingga hasilnya kira-kira seperti gambar di bawah ini. Gambar 28 Contoh Tampilan Kategori b. Membuat Roles dan Sistem Roles Setelah kategori dan sub kategori selesai, selanjutnya kita memasukkan nama-nama mata pelajaran serta peraturan (Roles) yang akan kita tentukan, langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Pilih/klik Add/edit courses, di halaman Course categories klik Add a new course 2) Setelah muncul halaman Edit course settings, isikan form yang disediakan, diantaranya: Category, pilih kelas yang telah dibuat, agar memudahkan pemahaman peserta, saya ambil contoh di kelas XI, karena nantinya kita ada memasukkan mapel umum dan mapel untuk jurusan/program. Catatan; jika mapel yang akan dimasukkan adalah golongan umum, maka pilih kategori, jika mapel tersebut di golongkan ke PPKn SMA/SMK K

215 jurusan/program maka pilih di sub kategori. Misalkan mapel Agama, PKn, dll, mapel-mapel ini kita masukkan di kategori Kelas XI. Sedangkan mapel Matematika, Fisika, Biologi, dll kita masukkan di sub kategori, contoh Kelas XI/IPA 3) Course full name, nama atau judul lengkap mapel, misalnya PPKn 4) Course short name, nama atau judul singkat mapel, misalnya PKn 12 5) Course ID number, nomor kode resmi untuk mapel (dapat diisi dengan kode sesuai kurikulum/sk dan KD atau dapat juga diisi sesuai keinginan/kebijakan sekolah), misalnya PKn 1201 (PKn untuk mapel, 12 untuk tingkat kelas dan 01 untuk semester) 6) Course Summary, berisi keterangan dari materi yang akan diajarkan 7) Format, bentuk tampilan untuk mapel, bisa dipilih, antaranya; Weekly untuk format mingguan, Topics untuk format berdasarkan topik, Social untuk format diskusi atau forum, SCORM untuk format mapel yang telah dibuat sebelumnya dengan aplikasi lain yang menghasilkan bentuk scorm. 8) Course start date, menentukan tanggal kapan mapel mulai ditampilkan 9) News items to show, jumlah items/materi yang akan ditampilkan 10) Show gradebook to students, pilihan untuk memperlihatkan atau tidak ketuntasan materi kepada siswa 11) Show activity reports, pilihan memperlihatkan atau tidak laporan aktivitas 12) Maximum upload size, menentukan besar kapasitas file yang dapat di unggah PPKn SMA/SMK K

216 Gambar 29 Contoh Pembuatan Roles dan Kategori 13) Setelah anda merasa cukup dalam pengaturannya, klik Save changes 14) Selanjutnya akan muncul halaman Enrolled Users. Disini kita dapat memasukkan pengguna/user yang dapat mengikuti mata pelajaran ini. 15) Klik Enroll user, pada Assign Roles kita pilih Teacher untuk memasukkan guru yang akan mengelola mata pelajaran 16) Pilih salah satu nama dari daftar user yang bertugas sebagai guru pengelola. 17) Berikutnya, jika ada dua orang guru yang mengajar pada mata pelajaran yang sama, maka salah seorang guru di jadikan Non editing teacher, hal ini dimaksudkan agar pengelolaan mata pelajaran tidak berbeda-beda pada tingkat yang sama, hanya materi yang telah disetujui di MGMP mata pelajaran bersangkutan yang layak untuk di tampilkan pada e-learning. PPKn SMA/SMK K

217 Gambar 30 Daftar User Yang Bertugas Sebagai Guru Pengelola 18) Kemudian masukkan daftar siswa yang dapat mengikuti mata pelajaran tersebut, tentunya siswa sesuai tingkat dan program 19) Setelah semua user sudah di pilih klik Finish enrolling users. Maka sekarang terlihat daftar nama-nama pengguna mata pelajaran. 20) Apabila ada user yang tertinggal atau terlupa yang belum didaftarkan, dapat dimasukkan dengan cara klik pada mata pelajaran. Selanjutnya di bagian Settings klik Users, pilih Enrolled users, kemudian lakukan proses memasukkan pengguna seperti yang telah diuraikan di atas. Gambar 31 Contoh Hasil Membuat Kategori, Sub Kategori, Roles Dan Sistem Roles Kita dapat mengubah tampilan yang ada melalui: 1) Klik Site administration, pilih Front page, dan klik Front page settings. Ada beberapa pengaturan yang dapat kita lakukan, antaranya; PPKn SMA/SMK K

218 - Front page; ini adalah tampilan dari e-learning ketika pertama sekali dibuka (sebelum login) - Front page items when logged in; ini adalah tampilan setelah user login 2) mengubah thema e-learning, dengan cara: - Klik Site administration Appearance Theme Theme selector - Lalu klik Change theme - Pilihlah salah satu thema yang diinginkan dan klik Use theme 5. Membuat Topik Membuat topik banyak melibatkan peran guru pengampu dan pengelola mata pelajaran. Dalam proses/tahap ini mulai dimasukan content atau isi moddle. Topik-topik yang dibuat tentunya sesuai dengan topik-topik dalam mata pelajaran yang bersangkutan, termasuk pula berlaku untuk Mata Pelajaran PPKn SMA/SMK. Tahapan pertama guru melakukan login terlebih dahulu dengan memasukan password dan username yang telah dimiliki masing-masing guru. Selanjutnya, klik login. Setelah berhasil login, user akan dihadapkan pada halaman mengganti password, seperti tampak pada gambar berikut: Gambar 32 Halaman Mengganti Password Masukkan password yang dipergunakan untuk login tadi pada Current Password, lalu masukkan password baru pada New password, ketik password yang baru sekali lagi pada New password (again). Setelah itu klik PPKn SMA/SMK K

219 Save changes, muncul halaman pemberitahuan bahwa password telah berubah, klik continue untuk melanjutkan. Apabila suatu saat Anda lupa password Anda, maka segera menghubungi admin untuk diperbaharui.kemudian muncul halaman profil, Jika ingin memperbaiki profil, klik Edit profile pada tab Setting. Untuk membuat topik, klik home untuk mengembalikan tampilan front page dari e-learning. Klik mapel yang relevan dengan mapel yang akan dikelola atau diampu. Sehingga akan muncul halaman course atau mata pelajaran yang dikelola. Dalam course atau mata pelajaran yang dikelola tersebut akan akan muncul kotak-kotak dengan tulisan Topik 1, 2, 3,..dst, atau mungkin Week 1, 2, 3,...dst, ataupun format lain dari settingan yang telah diatur oleh admin. Yang perlu dipahami adalah bahwa 1 topik adalah satu materi. Untuk dapat membuat topik dari materi, terlebih dahulu klik Turn editing on, maka tampilan akan berubah, dengan penambahan ikon seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 33 Tampilan Untuk Membuat Topik PPKn SMA/SMK K

220 Gambar 34 Keterangan Icon Dalam Halaman Topik Adapun langkah-langkah membuat topik, klik Edit Summary untuk membuat judul topik. Pada Section name, ketik judul materi yang akan dibuat, lalu pada Summary masukkan keterangan dari materi tersebut, seperti keterangan materi, SK/KD, KKM, dll. Jika telah selesai klik Save changes untuk menyimpan editan tadi. Maka topik 1 akan berubah menjadi judul yang telah dibuat. Gambar 35 Contoh Memasukan Topik Dalam Mata Pelajaran PPKn 6. Memasukkan Bahan Ajar Sebelum memasukkan bahan ajar, kita harus paham terlebih dahulu PPKn SMA/SMK K

221 apa yang disebut dengan activity dan resource. Activity adalah siswa melakukan sesuatu untuk dinilai. Misalnya mengumpulkan tugas, ujian online, kuisioner dan lainnya. Sedangkan resource yaitu guru memberikan materi ke siswa. Misalnya, bahan ajar dan bahan tayang agar didownload siswa. Adapun langkah-langkah memasukkan bahan ajar sebagai berikut: Pertama, membuat label dengan klik Add an activity or resource. Pilih label pada bagian Resource. Gambar 36 Tampilan Activity Dan Resource Pada label text isi dengan berbagai macam bahan kebutuhan materi. Seperti pretest, sumber/bahan belajar, tugas, ujian online dan lain sebagainya. Catatan, satu label untuk satu bahan. Misalnya kita telah membuat sebuah label pretest, lalu klik Save and return to course. Ulangi kembali untuk label berikutnya, dst, sehingga tampilan seperti gambar di bawah ini: 1 PPKn SMA/SMK K

222 2 1. Judul Materi 2. Keterangan Materi 3. Bahan Materi 3 Gambar 37 Membuat Label Setelah semua label dibuat, langkah kedua adalah meng-upload file atau bahan-bahan materi. Untuk dapat di download oleh siswa, sebaiknya semua materi kita upload ke dalam e-learning. Caranya sebagai berikut: (1) Klik Add an activity or resource, pilih Folder di bagian Resources lalu klik Add. (2) Isi nama folder beserta keterangannya (3) Pada tab content, klik add (atau bisa juga dengan men-drag file langsung ke dalam e-learning) (4) Jika tidak dilakukan dengan men-drag file, maka ketika anda klik add akan muncul halaman File picker. Klik Upload a file (5) Klik Telusur/Browse (6) Lalu pilih file materi yang ada di komputer/laptop kita dan klik open PPKn SMA/SMK K

223 Gambar 38 Step 1 Meng-Upload File Gambar 39 Step 2 Meng-Upload File PPKn SMA/SMK K

224 Gambar 40 Step 3 Meng-Upload File (7) Setelah file terpilih klik Upload this file, tunggu hingga proses upload selesai. Ulangi untuk upload file yang lain hingga semua bahan terkumpul dalam sebuah folder. Gambar 45 Step 3 Meng-Upload File Gambar 41 Step 4,5,6,7, dan 8 Meng-Upload File (8) Akhiri dengan mengklik Save and return to course. Maka akan muncul sebuah folder di materi e-learning. Agar siswa tidak melihat folder tersebut klik Hide Langkah ketiga adalah memasukkan bahan ajar. Caranya: (1) Klik Add an activity or resource, pilih File pada bagian Resources. PPKn SMA/SMK K

225 (2) Isikan nama dan deskripsi bahan ajar, lalu pada bagian Content klik add. (3) Pada halaman File picker klik Server files, akan muncul folder yang telah dibuat tadi. Klik folder tersebut, lalu pilih salah satu file bahan ajar. (4) Sehingga muncul sebuah jendela baru, cek pilihan pada Create an alias / shortcut to the file, lalu kilik Select this file. (5) Kemudian muncul beberapa pengaturan yang diminta, isilah sesuai dengan kebutuhan. Gambar 42 Langkah Memasukkan Bahan Ajar (6) Akhiri dengan mengklik Save and return to course. Shortcut bahan ajar yang telah dibuat akan muncul di bawah folder. (7) Untuk menempatkan di posisi yang benar, klik tanda (move) yang berada disampingnya, lalu drag/geser ke tempat yang sesuai. Dalam contoh ini di bawah bahan ajar, hasilnya seperti gambar di bawah: PPKn SMA/SMK K

226 Gambar 43 Menempatkan Posisi 7. Membuat Group dan Tugas Sebagai guru/ pendidik, memberikan penugasan kepada siswa merupakan wujud proses pembelajaran baik yang dilakukan secara berkelompok ataupun mandiri. E-learning dapat mempermudah dalam pengumpulan tugas, dimana kita tidak perlu lagi menyuruh siswa mengumpulkan dengan kertas, CD, atau flash disk, atau bahkan ke yang tentunya akan memenuhi inbox . Namun sebelumnya, untuk lebih mempermudah dalam memonitoring dan mengelola tugas siswa sebaiknya kita membuat Group terlebih dahulu. Caranya sebagai berikut: PPKn SMA/SMK K

227 1) Klik Users di bagian Settings, lalu pilih Groups. 2) Klik Create group 3) Ketikkan nama group, lalu klik Save changes 4) Muncul nama group yang telah dibuat, lalu klik Add/remove users 5) Pilih siswa-siswa yang berada dalam satu group, misalnya satu rombel kelas, klik Add 6) Siswa-siswa telah tergabung dalam satu group, klik Back to Groups untuk membuat group yang lain. Gambar 44 Step 1 Membuat Group 1 PPKn SMA/SMK K

228 Gambar 45 Step 2, 4, 5, dan 6 Membuat Group Selanjutnya membuat tempat untuk mengumpulkan tugas. Caranya sebagai berikut: 1) Seperti biasa kita klik Add an activity and resource pada halaman Topics, di bagian Activities pilih Assignment lalu klik Add 2) Buat Judul di Assignment name beserta keterangannya 3) Setting pengaturannya, jangan lupa di bagian Common module settings pilih Visible groups, lalu klik Save and return to course 4) Pada halaman course, atur posisi tugas yang dibuat tadi ke posisi yang dikehendaki, caranya seperti yang sudah dibahas pada halaman sebelumnya. PPKn SMA/SMK K

229 Gambar 46 Cara Membuat Tempat Untuk Mengumpulkan Tugas PPKn SMA/SMK K

230 8. Membuat Ujian Online Mengingat soal yang biasanya dibuat oleh guru sangat banyak, maka agar efektif dan praktis dalam modul ini hanya akan dipaparkan mengenai teknik import soal menggunakan format aiken. Terlebih dahulu harus sudah tersedia draft soal, tentunya guru telah memiliki soal-soal dari materi yang diajarkan. Jika sudah terketik dalam format.doc (microsoft office word), anda tinggal mengeditnya saja dan dipindahkan ke dalam format.txt (Notepad atau Wordpad). Caranya dengan membuka Notepad, kemudian copy paste soal yang telah anda buat ke dalam notepad. Jika anda belum memiliki soal yang diketik pada word, langsung saja kerjakan di notepad, dengan kriteria sebagai berikut: - Soal jangan diberi nomor soal, karena nantinya soal akan diacak - Option pilihan ganda ditulis dengan huruf kapital/besar, lalu titik (.) dan spasi baru kemudian jawaban - Setelah semua option jawaban diketik, dibawahnya ketikkan ANSWER: A, kata answer di tulis huruf Besar/Kapital, lalu titik dua dan spasi kemudian jawaban yang benar dengan huruf kapital juga. - Soal berikutnya ditulis yang sama, namun diantara pertanyaan pisahkan jarak dengan satu spasi - Jika telah selesai, beri nama dan simpan soal anda Contoh seperti gambar di bawah ini: Gambar 47 Contoh Kumpulan Soal di Notepad Selanjutnya membuat ujian/ulangan online di e-learning dengan PPKn SMA/SMK K

231 membuka course anda, klik Add an activity and resource, pilih Quiz di bagian Activities lalu klik Add. Isikan segala sesuatu tentang ujian/ulangan ini. PPKn SMA/SMK K

232 Gambar 48 Tampilan Quiz Yang perlu diperhatikan pada settingan quiz ini adalah : Nama Quiz isikan sesuai materi yang diujikan misalnya : Ulangan Harian Otda. Jangan membuat tulisan yang menimbulkan pertanyaan. Misalnya : Ulangan harian 1. Timing, kapan quiz bisa diikuti, berapa menit ujian bisa dilaksanakan. Shuffle question, soalnya diacak. Shuffle within question, kunci jawaban diacak. Attemps allowed, berapa kali diijinkan mengerjakan ujian. Review option, uncheck semua list jika digunakan untuk ujian. Group mode, pilih visible groups agar bisa dikelompokkan perkelas hasilnya. Setelah selesai klik Save and return to course maka hasilnya akan seperti gambar berikut: PPKn SMA/SMK K

233 Gambar 49 Hasil Membuat Quiz Setelah quiz dibuat, kita akan upload soal dari notepad yang telah dibuat tadi. Sebelumnya kita akan membuat kategori, agar manajemen soal tertata dengan baik. Caranya dengan klik Question bank pada Setting, pilih Categories. Pada Add category isikan nama dari kategori dan klik Add category untuk menyimpan kategori yang dibuat. Gambar 50 Membuat Kategori PPKn SMA/SMK K

234 Setelah kategori dibuat, selanjutnya melakukan import soal dalam format aiken. Caranya: 1) klik Import pada Question bank. B 2) Beri Check pada Aiken format. 3) Pada import category, pilih nama kategori yang baru saja dibuat. 4) Lalu klik Choose a file, masukkan file notepad yang berisi soal 5) Klik import 6) Akan muncul pertanyaan dari soal-soal, lalu klik Continue. Sehingga soal akan masuk dalam Question Bank PPKn SMA/SMK K

235 Gambar 51 Import Soal Dalam Format Aiken Pada tahapan ini soal masih belum dapat ditampilkan. Untuk menampilkan soal kembali ke course anda, klik pada Quiz yang anda buat. Misalnya Ulangan Harian Otda. Gambar 52 Quiz Ulangan Harian Otda PPKn SMA/SMK K

236 Selanjutnya klik Edit quiz. Pada tab Order and paging, check list soalsoal yang akan kita uji, lalu klik Add to quiz. Maka soal-soal akan berpindah seperti gambar di bawah ini: Gambar 53 Tab Order And Paging Dengan demikian, kita telah selesai memasukkan bahan ujian ke dalam e-learning. Pertanyaan bagaimana dengan soal-soal yang memiliki gambar atau rumus? Terlebih dahulu siapkan gambar yang akan kita pakai untuk soal, usahakan format gambar berukuran kecil agar mudah melakukan upload. Setelah soal-soal yang berformat aiken kita import, maka pada soal yang memiliki gambar kita edit dengan meng-klik tanda gambar di bawah ini:, seperti tampilan PPKn SMA/SMK K

237 Gambar 54 Memasukan Gambar Klik Find or upload an image. Pilih gambar yang akan kita masukkan dan klik Insert.Tampilan seperti gambar berikut: Gambar 55 Tampilan Insert/Edit Image PPKn SMA/SMK K

238 Apabila gambar telah masuk dalam tet editor, tampilannya seperti gambar berikut: Gambar 56 Tampilan Gambar Telah Masuk Dalam Tet Editor Berikut ini merupakan Preview dari soal yang sudah memiliki gambar: Gambar 57 Tampilan Logo PPKn SMA/SMK K

239 9. Memeriksa, Memberi Nilai dan Mengomentari Tugas Siswa Moodle juga dapat memeriksa, memberi nilai sekaligus mengomentari tugastugas yang telah anda berikan kepada siswa. Caranya sebagai berikut: 1) Masuk sebagai guru, pilih mapel yang diajarkan 2) Untuk memeriksa, memberi nilai dan mengomentari tugas siswa, klik pada tempat tugas yang telah dibuat. 3) Klik View/grade all submissions untuk melihat hasil semua siswa 4) Untuk memberi nilai, klik di kolom grade pada baris nama siswa yang akan diberi nilai 5) Berikan juga feedback atas nilai yang dicapai Gambar 58 Tampilan Tempat Mengumpulkan File Tugas PPKn SMA/SMK K

240 Gambar 59 Tampilan Untuk Memberikan Nilai Dan Mengomentari Tugas Siswa 10. Melihat Hasil Ujian Online dan Eksport Dalam Format Excel Untuk melihat hasil ujian online, kita dapat melakukannya dengan cara : 1) Klik Grades di bagian Course administration 2) Klik pada tab ujian online, klik Ulangan Harian Online 3) Akan muncul halaman hasil dari ujian online siswa Tampilannya halaman hasil dari ujian online siswa seperti gambar di bawah ini PPKn SMA/SMK K

241 Gambar 60 Halaman Hasil Dari Ujian Online Siswa Kita juga dapat melakukan eksport nilai siswa ke dalam format excel, dengan cara : - Klik Grades - Di combo list grader report pilih Excel spreadsheet - Klik submit - Klik Download, tunggu sampai proses download selesai - Hasilnya bisa di buka dalam format excel PPKn SMA/SMK K

242 Gambar 61 Di Combo List Grader Report Pilih Excel Spreadsheet Gambar 62 Tampilan Excel Spreadsheet PPKn SMA/SMK K

243 Gambar 63 Tampilan Export to Excel Spreadsheet Hasil eksport bisa dilihat dan dilakukan pengeditan dalam format Excel. Tampilan hasil eksport seperti gambar berikut: Gambar 64 Tampilan Excel Hasil Eksport Nilai Siswa PPKn SMA/SMK K

MODUL GURU PEMBELAJAR

MODUL GURU PEMBELAJAR MODUL GURU PEMBELAJAR Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) Kelompok Kompetensi J Profesional: Revitalisasi PPKn dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan Pengembangan Soal USBN Kelompok Kompetensi

Lebih terperinci

PENYUSUN Dr. Mukiyat, M.Pd. (PPPPTK PKn dan IPS) Dr. Suwarno, M.H. (PPPPTK PKn dan IPS)

PENYUSUN Dr. Mukiyat, M.Pd. (PPPPTK PKn dan IPS) Dr. Suwarno, M.H. (PPPPTK PKn dan IPS) PENYUSUN Dr. Mukiyat, M.Pd. (PPPPTK PKn dan IPS) Dr. Suwarno, M.H. (PPPPTK PKn dan IPS) Dr. Didik Sukriono, S.H, M.Hum. (Univ. Negeri Malang) Diana Wulandari, S.Pd. (PPPPTK PKn dan IPS) Drs. MArgono, M.Pd,

Lebih terperinci

MODUL GURU PEMBELAJAR

MODUL GURU PEMBELAJAR MODUL GURU PEMBELAJAR Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) Kelompok Kompetensi F Profesional: Pelaksanaan Nilai, Norma dan Moral dalam PPKn Pedagogik:

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan Pengembangan Soal USBN Kelompok Kompetensi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan Pengembangan Soal USBN Kelompok Kompetensi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan Pengembangan Soal USBN Kelompok Kompetensi

Lebih terperinci

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan PERTEMUAN KE 2 1 Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn No 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 1.1. Memahami karakteristik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

PENYUSUN Dr. Mukiyat, M.Pd (PPPPTK PKn dan IPS) PEMBAHAS Dr. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.S (Universitas Negeri Malang)

PENYUSUN Dr. Mukiyat, M.Pd (PPPPTK PKn dan IPS) PEMBAHAS Dr. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.S (Universitas Negeri Malang) PENYUSUN Dr. Mukiyat, M.Pd (PPPPTK PKn dan IPS) Dr. Suwarno, M.H (PPPPTK PKn dan IPS) Drs. H. M. Ilzam Marzuk, M.A.Educ (PPPPTK PKn dan IPS) Diana Wulandari, S.Pd (PPPPTK PKn dan IPS) Drs. Margono, M.Pd,

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

MODUL GURU PEMBELAJAR

MODUL GURU PEMBELAJAR MODUL GURU PEMBELAJAR Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) Kelompok Kompetensi I Profesional: Pengembangan Pelaksanaan Nilai, Norma, Moral dalam

Lebih terperinci

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6 KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nama Madrasah: MTsN 1 Kota Serang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas : IX Kurikulum : KTSP/2006 No Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan mendidik siswanya untuk membina moral dan menjadikan warga Negara yang baik, yang diharapkan

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi : 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga yang membantu pemerintah dalam menyiapkan generasi penerus bangsa bertanggung jawab dalam menangani masalah pendidikan melalui

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) i MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGEMBANGAN SOAL KELOMPOK

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara Disusun oleh: NAMA : HARI ANGGARA NIM : 11.12.5805 KELOMPOK STUDI JURUSAN DOSEN : H (HAK ASASI) : PANCASILA

Lebih terperinci

Mencukupkan Keteladanan Empat Pilar Menuju Indonesia Emas 2045

Mencukupkan Keteladanan Empat Pilar Menuju Indonesia Emas 2045 Mencukupkan Keteladanan Empat Pilar Menuju Indonesia Emas 2045 by. Gede Sangu Gemi publish : Sadar Legislasi Essay Competition Empat pilar merupakan suatu cetusan yang muncul karena latar belakang kemoralan

Lebih terperinci

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

Alokasi Waktu. Sumber Belajar Satuan Pendidikan : SMK/MAK Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kelas : XII (dua belas) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2

Lebih terperinci

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang sangat menentukan kegiatan

Lebih terperinci

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan UU Nomor

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni 2013 Tanggal Upload

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn SMP @ Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* PENDAHULUAN Standar Isi maupun SKL ( Lulusan) merupakan sebagian unsur yang ada dalam SNP (Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang berorientasi pada terbentuknya individu yang mampu memahami realitas dirinya dan masyarakat serta bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Satuan Pendidikan : SMK/MAK Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN PPKn

KISI-KISI UJI KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN PPKn KISI-KISI UJI KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN PPKn Komp PEDAGOGIK 1.Mengua-sai karak-teris-tik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 1.1 Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu bangsa mutlak perlu memiliki suatu dasar negara, sebab dasar negara merupakan rambu bagi arah suatu pemerintahan agar sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) Komp. Utama Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU PANCASILA Modul ke: Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Fakultas MKCU Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pancasila dalam Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan berencana yang dimiliki semua masyarakat sebagai siswa di dalam dunia pendidikan yang tersusun secara sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di dunia semakin maju dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU

STANDAR KOMPETENSI GURU No Kompetensi Utama KOMPETENSI INTI GURU STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) a b c d e 1 Profesional Menguasai

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) i MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGEMBANGAN SOAL KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS. Modul ke: Kewarganegaraan Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan Fakultas Teknik Uly Amrina ST, MM Program Studi Teknik Industri Kode : 90003 Semester 1 2 SKS Deskripsi Mata

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) Komp. Utama Pedagogik Standar. Kompetensi Guru Standar Isi Kompetensi Inti Komp. Guru Mapel Standar Kompetensi Komptensi Dasar Indikator

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGEMBANGAN SOAL KELOMPOK

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. A. Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila C. Capaian Pembelajaran

PENDIDIKAN PANCASILA. A. Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila C. Capaian Pembelajaran PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: A. Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila C. Capaian Pembelajaran Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Udjiani Hatiningrum, SH., M Si Program

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Disajikan pada kegiatan PPM Di UPTD BALEENDAH KAB BANDUNG Oleh BABANG ROBANDI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Makna Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

Perkenalan, diskusi Kontrak Perkuliahan, Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila

Perkenalan, diskusi Kontrak Perkuliahan, Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila Modul ke: Perkenalan, diskusi Kontrak Perkuliahan, Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Teknik Arsitektur www.mercubuana.ac.id Persentasi Perkuliahan

Lebih terperinci

PLEASE BE PATIENT!!!

PLEASE BE PATIENT!!! PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA Ramtia Darma Putri tyadhuarrma27@gmail.com Universitas PGRI Palembang Erfan Ramadhani erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan Pengembangan Soal USBN Kelompok Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar balakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

Alokasi Waktu. Sumber Belajar Satuan Pendidikan : SMK/MAK Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kelas : XI (sebelas) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Sasaran pendidikan adalah manusia, dengan tujuan menumbuhkembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK

MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK MODUL PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN JENJANG SMA/SMK Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan Pengembangan Soal USBN Kelompok Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki karakter, integritas, dan kompetensi yang bermakna dalam kehidupan.

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang arti penting serta manfaat pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP 19780710 200801 1 012 CAKUPAN KAJIAN Pengertian dan cakupan kompetensi guru Kebijakan pemerintah tentang kompetensi guru Analisis berbagai

Lebih terperinci

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa disusun oleh : EVI LISTYANINGRUM 11.02.7998 KELOMPOK A PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan Modul 1 0 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

Mata Kuliah Kewarganegaraan

Mata Kuliah Kewarganegaraan Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: 01 Fakultas Design Komunikasi dan Visual Program Studi Pokok Bahasan PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN Dosen : Cuntoko, SE., MM. Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pendidikan tidak terlepas dari kecenderungan globalisasi yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru mempunyai peran

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap bangsa mempunyai wawasan kebangsaan yang merupakan visi bangsa yang bersangkutan menuju ke masa depan. Kehidupan berbangsa dalam suatu negara memerlukan

Lebih terperinci