FUNGSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN SEBAGAI OBJEK WISATA PENDIDIKAN DI KELURAHAN REGOL WETAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FUNGSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN SEBAGAI OBJEK WISATA PENDIDIKAN DI KELURAHAN REGOL WETAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG"

Transkripsi

1 FUNGSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN SEBAGAI OBJEK WISATA PENDIDIKAN DI KELURAHAN REGOL WETAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG Mulki Fauzi 1 (mulkifauzi@gmail.com) Dr. Siti Fadjarajani, Dra., M.T 2 (sfadjarajani2000@yahoo.com) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT This research background of the problem that in the Museum of Prabu Geusan Ulun Regol Wetan Village District of South Sumedang is mostly coming from any visitors it is the students or school children both kindergartens, elementary schools, junior high schools and high schools. As for the problem in this study is what the function of the museum in the village of Prabu Geusan Ulun Regol Wetan District of South Sumedang Sumedang and how the preservation of heritage object in it. Goals to be achieved in this study is To Know Function Museum Prabu Geusan Ulun towards Education and How preservation of heritage objects that exist in the Museum of Prabu Geusan Ulun Regol Wetan Village District of South Sumedang Sumedang District. The research method used is descriptive qualitative research methods, data collection techniques used were observation, interviews, literature and documentation, the instrument used is the observation, interview, and documentation tools. The informant informant authors take that core, key informants, and additional informants. Which includes main informant guides Educational (caretaker) Prabu Geusan Ulun Museum, which includes the head of Acting Key informants Prabu Geusan Ulun Museum, and the head of the Foundation additional informants Prince Sumedang, some visitors, and some village residents Regol Wetan. The results showed that in the Museum of Prabu Geusan Ulun addition to functioning as a storage of objects Heritage, Museums Prabu Geusan Ulun serves as a place to unify Sumedang society in the field of education and learning community where both art and religion. And preservation conducted in Prabu Geusan Ulun Museum is "Ngumbah Heritage", this heritage is a procession ngumbah laundering that aims to preserve indigenous traditions cleanses and purifies objects Heritage Museum collection. This tradition for generations each year as a form in preserving heritage objects will be undertaken annually on 1 Maulud. For further research is expected to do more research on the functions of Prabu Geusan Ulun Museum Attraction For Education in Sub Regol Wetan District of South Sumedang Sumedang District using better methods and sources of literature more to enhance this research. Key Word : Function,Museum,Prabu,Geusan,Ulun,Education,Regol,Wetan 1 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

2 ABSTRAK Penelitian ini berlatar belakang masalah bahwa di Museum Prabu Geusan Ulun Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan ini kebanyakan yang datang dari setiap pengunjungnya itu adalah kalangan pelajar atau anak-anak sekolah baik taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun menengah atas. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apa fungsi dari Museum Prabu Geusan Ulun di Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dan bagaimana pelestarian benda-benda Cagar Budaya yang ada di dalamnya. Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini yaitu Untuk Mengetahui Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun ke arah Pendidikan dan Bagaimana pelestarian benda-benda Cagar Budaya yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi, instrument yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan alat-alat dokumentasi. Adapun informan yang penulis ambil yaitu informan inti, informan utama, dan informan tambahan. Yang termasuk informan utama yaitu Pemandu Edukatif (juru kunci) Museum Prabu Geusan Ulun, yang termasuk informan Utama yaitu kepala plt Museum Prabu Geusan Ulun, dan informan tambahannya yaitu kepala Yayasan Pangeran Sumedang, beberapa pengunjung, dan beberapa warga Kelurahan Regol Wetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Museum Prabu Geusan Ulun selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda Cagar Budaya, Museum Prabu Geusan Ulun ini berfungsi sebagai tempat untuk menyatukan masyarakat Sumedang dalam bidang pendidikan dan tempat belajar masyarakat baik kesenian maupun religi. Dan pelestarian yang dilakukan di Museum Prabu Geusan Ulun ini adalah Ngumbah Pusaka, ngumbah pusaka ini adalah prosesi pencucian yang bertujuan untuk melestarikan adat tradisi membersihkan sekaligus mensucikan benda-benda Cagar Budaya koleksi Museum. Tradisi ini dilakukan secara turun temurun setiap tahun sebagai wujud dalam mengawetkan benda-benda Cagar Budaya yang di lakukan setiap satu tahun sekali pada tanggal 1 bulan Maulud. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai Objek Wisata Pendidikan di Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang menggunakan metode yang lebih baik dan sumber pustaka yang lebih banyak untuk menyempurnakan penelitian ini. Kata Kunci : Fungsi,Museum,Prabu,Geusan,Ulun,Pendidikan,Regol,Wetan 2 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

3 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki paling banyak warisan Budaya dibandingkan dengan negaranegara tetangga atau setidaknya di kawasan Asia Tenggara. Jawa Barat sendiri memiliki banyak potensi yang cukup besar. Potensi yang dimiliki Jawa Barat dalam bidang yang cukup besar, maka sepatutnya potensi tersebut perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan. Disamping sebagai potensi Sumber Daya Budaya sekaligus objek wisata budaya. Museum memiliki peranan penting sebagai media pendidikan dalam upaya penanaman jati diri ketahanan Budaya bangsa. Sumedang adalah sebuah kota kecil yang terdapat di antara dua kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Kota ini sering di kenal sebagai kota persinggahan bagi mereka yang tengah melakukan perjalanan darat antara Bandung dan Cirebon. Potensi wisata di kabupaten Sumedang yang tergolong potensial, yaitu Museum merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk pameran benda-benda yang patut mendapatkan perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, budaya, seni, dan ilmu. Meski belum berkembang secara maksimal, semua potensi itu sedang terus di kembangkan. Selain agar lebih maju dan di kenal luas, juga mampu meningkatkan produksi dan arus wisatawan yang datang. Salah satu upaya mengembangkan potensi-potensi tersebut, dengan meningkatkan ekonomi dengan cara menyediakan fasilitas-fasilitas. Museum Prabu Geusan Ulun merupakan tempal penyimpanan benda-benda Cagar Budaya bekas peninggalan pada masa kerajaan Sumedang Larang, Bupati zaman dahulu dan Para leluhur Sumedang. Dilihat ke sehariannya, di Museum ini sering di jumpai kebanyakan para pelajar yang banyak berkunjung. Meskipun Museum Prabu Geusan Ulun mempunyai berbagai macam koleksi dan dilengkapi berbagai fasilitas, tetapi masih sedikit wisatawan yang mengetahui objek wisata Museum Prabu Geusan Ulun sehingga promosi wisata Museum Prabu Geusan Ulun perlu terus ditingkatkan agar tidak hanya pelajar daerah sekitar dan wisatawan dari luar daerah saja bahkan dari luar negeri bisa datang ke objek wisata ini. 3 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

4 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa Fungsi dari Objek Wisata Museum Prabu Geusan Ulun di Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelestarian benda-benda Cagar budaya yang ada di Objek Wisata Museum Prabu Geusan Ulun di Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang 2. PROSEDUR PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Menurut Metode Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. (Moeloeng 2002:3). Fokus Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi fokus permasalahnya adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun sebagai objek wisata pendidikan di Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang : a. Mendukung Sumedang sebagai puseur Budaya Sunda b. Menjadi tempat pendidikan dan belajar masyarakat 2. Bagaimana pelestarian benda-benda cagar budaya yang ada di objek wisata 3. PEMBAHASAN Museum Prabu Geusan Ulun di Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang : a. Cara menjaga, merawat dan melestarikan benda-benda Cagar Budaya yang ada 3.1 Deskripsi Objek Penelitian Museum prabu geusan ulun merupakan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah peninggalan raja-raja kerajaan sumedang larang dan leluhur-leluhur sumedang. Berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun berawal dari terbentuknya 4 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

5 Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) sebagai lembaga yang mengurus, memelihara dan mengelola barang Wakaf Kangdjeng Pangeran Aria Soeria Atmadja (PASA) Bupati Sumedang Untuk melestarikan benda benda wakaf tersebut Yayasan Pangeran Sumedang(YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah Museum. Karena banyak sekali benda-benda peninggalan tersebut yang dapat dijadikan untuk tujuan kegiatan museum sebagai upaya pengembangan kegiatan Yayasan yang dapat bermanfaat bagi para wargi Sumedang khususnya dan masyarakat Sumedang pada umumnya. Maka pada tahun 1973 Museum Wargi-YPS didirikan yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang saja. Seiring berjalannya waktu Museum Wargi YPS ternyata mendapat respon yang baik dari para wargi Sumedang. demikian juga respon yang baik ini datang dari masyarakat Sumedang, antara lain karena lokasi Museum Wargi YPS ini sangat strategis sekali, karena letak museum tepat dipusat Kota Sumedang, berada dalam satu kompleks dengan kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Sumedang dan Kantor Bupati Sumedang yang bersebelahan dengan Gedung Negara adalah Kantor dan tempat tinggal Bupati Sumedang.ada tanggal 7 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang di hadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat yang di resmikan oleh R. Ating Natadikusumah. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara, maka dapat di simpulkan bahwa fungsi Museum Prabu Geusan Ulun di Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang bukan hanya untuk memelihara bendabenda cagar budaya dan nilai-nilai budaya warisan para leluhur, tetapi harus selalu terjaga dan terus di teruskan kepada generasi muda. Menjadikan tempat pendidikan masyarakat, menjadi tempat belajar serta pembelajaran budaya dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat kabupaten Sumedang dalam rangka melestarikan budaya dan warisan budaya daerah. Serta mendukung Sumedang sebagai puseur budaya sunda dan hal-hal lainnya yang mengarah ke pendidikan. Sehingga masyarakat bisa terbantu dalam segi wawasan dan pengetahuan serta menjadi wadah bagi 5 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

6 masyarakat untuk bersilaturahmi dan mempererat tali persaudaraan, dan juga dengan menjadikan sumedang sebagi puseur budaya sunda. 3.2 Pembahasan Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai Objek Wisata Pendidikan Selain untuk memelihara nilai-nilai budaya dan warisan para leluhur, harus selalu terjaga dan terus di teruskan kepada generasi muda. Menjadikan tempat pendidikan masyarakat, menjadi tempat belajar dan pembelajaran budaya dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat kabupaten Sumedang dalam rangka melestarikan budaya dan warisan budaya serta nilai-nilai budaya daerah. Juga mendukung Sumedang sebagai puseur budaya sunda dan hal-hal lainnya yang mengarah ke pendidikan. Seperti beberapa kegiatan yang di laksanakan di Museum, ada yang namanya Wajib Kunjung untuk sekolah-sekolah yang ada di Sumedang, Tari Klasik Kasumedangan, Tembang Sunda dan gamelan, serta pengajian untuk ibu-ibu yaitu Pengajin Reboan. a. Wajib Kunjung Di Museum Prabu Geusan Ulun ini sering banyak ditemui pengunjung-pengunjung dari kalangan pelajar, seperti yang terlihat di gambar serombongan anak-anak sekolah dasar yang sedang berkunjung ke Museum Prabu Geusan Ulun. Karena adanya wajib kunjung dari setiap sekolahsekolah yang ada di Sumedang, waktunya satu tahun sekali setiap sekolah itu berkunjung ke Museum Prabu Geusan Ulun. Dengan cara dikumpulkannya terlebih dahulu kepala sekolahnya dan waktu berkunjungnya kapan saja tidak harus sama hari atau bulannya. b. Tari Klasik Kasumedangan Tari Klasik Kasumedangan ini merupakan tarian khas sumedang, yang dimainkan olah beberapa orang. Di Museum Prabu Geusan Ulun tarian tersebut menjadi aktifitas rutin setiap minggunya untuk siapa saja yang mau ikut bergabung belajar menari. Tepatnya dilaksanakan di Gedung Gamelan, Dalam tarian tersebut tidak di batasi usia jadi yang ingin belajar ataupun berlatih bisa siapa saja tinggal datang setiap hari minggu ke Museum Prabu Geusan Ulun. Yang melatih atau memandu Tari Klasik Kasumedangan di 6 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

7 Museum ini yaitu Ibu Ade dan Bapak Edi. Keduanya sama-sama masih keturunan Yayasan Pangeran Sumedang. Adapun biaya untuk pendaftarannya jika ingin bergabung sekitar Rp untuk pertama bergabung ke depannya tiap latihan cuma sekitar Rp Jika Cuma ingin mengikuti atau menonton saat latihan tari berlangsung juga di perkenankan tidak ada batasan. c. Tembang Sunda Tembang Sunda ini adalah sebuah kegiatan rutin di Museum Prabu Geusan Ulun setiap hari minggu, kegiatan ini berupa iringan degung dan gamelan. Seperti musik degung biasa tidak ada yang beda dengan yang lain, namun nyanyian-nyanyian nya lagu sunda yang dinyanyikan oleh juru kawih jadi dinamakan Tembang Sunda. Para pemainnya kebanyakan kalangan ibuibu dan pengurus Museum Prabu Geusan Ulun yang sudah di tetapkan, mereka memainkan gamelan dari awal jam kunjung hingga Museum nya di tutup. Selain itu gamelan yang di pakai di kegiatan Tembang Sunda ini bisa di coba oleh para pengunjung, jika sesekali pengunjung ada yang ingin mencoba belajar ngawih ataupun memainkan gamelannya. Tidak di pungut biaya untuk bisa mencobanya untuk belajar si pemain Tembang Sunda yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun ini akan membantu dan membimbing dengan baik, dan bisa siapa saja jika ingin mencoba tidak di batasi usia atau pria maupun wanita siapa saja bisa. d. Pengajian Reboan Pengajian Reboan adalah sebuah pengajian yang dilaksanakan di Museum Prabu Geusan Ulun. Pengajian ini adalah acara atau kegiatan rutin yang dilaksanakan pada hari rabu tepatnya di belakang Gedung Srimanganti. Pengajian Reboan ini seperti umumnya pengajian biasa, namun di adakannya biasanya di mesjid ini di laksanakan di Museumdan juga dilaksanakan pada hari rabu jadi di sebut Pengajian Reboan. Pengajian Reboan ini hanya di ikuti oleh ibu-ibu terutama warga setempat. Yang mengadakan pengajian ini adalah pihak Keluarga Yayasan Pangeran Sumedang, dan di pimpin oleh Ibu Siti Masitoh sebagi Ustadzah di Mesjid Kaum. Pengajian ini dilaksanakan untuk mempererat tali silaturahmi antara pihak keluarga Yayasan dengan ibuibu warga setempat agar terciptanya keharmonisan antar sesama. 7 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

8 3.2.2 Pelestarian benda-benda Cagar Budaya yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun a. Ngumbah Pusaka Di Museum Prabu geusan Ulun ada cara tersendiri untuk merawat dan melestarikan benda-benda cagar budayanya yaitu dengan adanya acara Ngumbah Pusaka. Ngumbah Pusaka yaitu dari bahasa sunda, yang artinya mencuci Pusaka, dan Pusaka yang di cucinya adalah Pusaka Tujuh. Acara ngumbah Pusaka ini rutin dilaksanakan setiap bulan Maulud atau Hari besar Maulid Nabi Muhammad SAW. Pencucian benda Pusaka ini, bertujuan untuk melestarikan adat tradisi membersihkan sekaligus menyucikan benda-benda Cagar Budaya koleksi Museum. Tradisi ini dilakukan secara turun temurun setiap tahun sebagai wujud dalam mengawetkan benda-benda Cagar Budaya, sekaligus juga mengingatkan kembali nilai-nilai sejarah dan Budaya para leluhur zaman Kerajaan Sumedang Larang. Ngumbah Pusaka ini dilaksanakan pada tanggal 1 bulan Maulud. Peralatan yang digunakan yaitu : 1. Gabah 2. Jeruk Nipis 3. Minyak Wangi 4. 7 Air Muara 5. Sikat 6. Bunga Tujuh Rupa, Dan 7. Lap Adapun prosesi acara Ngumbah Pusakan sebagai berikut : 1) yang pertama pembukaan, shalawat dan pemberian salam kepada leluhur yang dilakukan oleh Bapak Muharam, 2) kedua setelah shalawat dan pembukaan selesai di persilahkannya para tamu yang hadir untuk mencicipi makanan yang sudah di sediakan. 3) penyambutan pusaka yang di lakukan oleh tujuh orang yang di tunjuk dari pihak keluarga Yayasan, 4) iringan shalawat dan pupujian terus mengiringi pada saat acara ngumbah pusaka berlangsung. 5) pengambilan pusaka dari vitrin di pimpin oleh bapak Muharam dengan pembacaan doa terlebih dahulu. 6) di letakannya ke tujuh pusaka pada baki hijau yang di bawa oleh ke tujuh orang penyambut yang di tugaskan lalu di 8 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

9 antar ke tempat pencucian. 7) pencucian pusaka yang di laksanakan oleh ke tujuh orang yang yang telah di tumjuk, yaitu seperti kepala yayasan pangeran sumedang, perwakilan dari kepemerintahan sumedang, dan keluarga besar yayasan pangeran sumedang. 8) penutupan dan rebutan makanan atau sesajen. Tausiah dan pembukaan Penyambutan Pusaka Pengambilan Pusaka Mengantarkan Pusaka Ngumbah Pusaka Tujuh Gambar prosesi ngumbah pusaka Rebutan makanan/sesajen 4. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi Museum Prabu Geusan Ulun di Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang disimpulkan sebagai berikut: a. Selain untuk memelihara benda-benda cagar budaya dan nilai-nilai budaya warisan para leluhur, harus selalu terjaga dan terus di teruskan kepada generasi muda. Menjadikan tempat pendidikan masyarakat, menjadi tempat 9 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

10 belajar serta pembelajaran budaya dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat kabupaten Sumedang dalam rangka melestarikan budaya dan warisan budaya daerah. Serta mendukung Sumedang sebagai puseur budaya sunda dan hal-hal lainnya yang mengarah ke pendidikan. b. Adanya suatu program Wajib Kunjung di Museum Prabu Geusan Ulun ini yang berguna untuk mempersatukan masyarakat kabupaten Sumedang dalam memperoleh ilmu pengetahuan agar masyarakat mengetahui nilai-nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya serta menjadi tempat pembelajaran. c. Menjadi wadah dan pembelajaran bagi masyarakat untuk belajar tarian khas Kasumedangan dan belajar gamelan. Meskipun untuk belajar tari di kenakan tarif, namun tarifnya pun sangat terjangkau hanya dengan rupiah sudah bisa bergabung. sepuluh ribu d. Menjalin silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan dalam kegiatan Pengajian Reboan di Gedung Srimanganti Museum Prabu Geusan Ulun. Pengajian Reboan ini di ikuti oleh ibu-ibu. 2. Pelestarian benda-benda Cagar Budaya yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun, yaitu dengan adanya acara Ngumbah Pusaka : b. Saran Ngumbah Pusaka yaitu kegiatan pencucian tujuh pusaka dan koleksi Bendabenda Cagar Budaya lainnya yang ada di Museum yang dilakukan secara turun temurun setiap tahun sebagai wujud dalam mengawetkan benda-benda Cagar Budaya, sekaligus juga mengingatkan kembali nilai-nilai sejarah dan Budaya para leluhur zaman Kerajaan Sumedang Larang. Ngumbah Pusaka ini dilaksanakan pada tanggal 1 bulan Maulud, dan dilakukan selama 11 hari berturut-turut sampai tanggal 12 Maulud. Berdasarkan hasil observasi dilapangan dan hasil penelitian yang penulis peroleh, maka perlu untuk memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Yayasan Pangeran Sumedang terutama Pengelola Museum Prabu geusan Ulun ( kecuali pemandu edukatif ). Hendaknya lebih optimal dalam menjalankan tugas. Agar setiap orang yang berkepentingan bisa terlayani dengan baik Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

11 2. Kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat di Kabupaten Sumedang. Agar lebih memperbaiki kinerja tiap-tiap bagian dan mengevaluasi kekurangan-kekurangan setiap data kepemerintahan. Selain itu, harus adanya perhatian dan peninjauan yang lebih jauh terlebih dahulu sebelum memberikan suatu bantuan berupa sarana prasarana kepada tiap intansi atau seperti ke Museum Prabu Geusan Ulun, yang akibatnya banyak sarana prasarana yang tidak terpakai karena kurangnya konfirmasi dari pihak Pemerintah Terhadap pengelola Museum yang lebih tau kondisi di lapangan. 3. Peneliti selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai Objek Wisata Pendidikan menggunakan metode yang lebih baik dan sumber pustaka yang lebih banyak untuk menyempurnakan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Muhammad. (1989 ). Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.Sumedang : Yayasan Pangeran Sumedang. Moleong,Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Museumku Di akses pada tanggal 10 okotober 2014 pukul Wib. (12 oktober 2014). Suratmin, (2000). Museum sebagai wahana pendidikan sejarah, Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Yayasan Pusat Studi Sunda dan Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. (2005). Sejarah Sumedang Untuk Sekolah Lanjutan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumedang. Sumedang 11 - Siti Fadjarajani dan Mulki Fauzi, Fungsi Museum Prabu Geusan Ulun Sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991

Lebih terperinci

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Upacara adat nyangku merupakan upacara adat warisan dari raja-raja Panjalu yang masih menjadi tradisi turun temurun masyarakat desa Panjalu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2012 FUNGSI KESENIAN LENGGER DI DUSUN GIYANTI DESA KADIPATEN KECAMATAN SELOMERTO KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Rebana banyak berkembang di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan perkembangannya, kesenian yang menggunakan alat musik rebana mengalami perubahan baik dari segi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TARI BEDANA PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 25 BANDAR LAMPUNG. (Jurnal) Oleh NADIA APRINA

PEMBELAJARAN TARI BEDANA PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 25 BANDAR LAMPUNG. (Jurnal) Oleh NADIA APRINA PEMBELAJARAN TARI BEDANA PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 25 BANDAR LAMPUNG (Jurnal) Oleh NADIA APRINA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013 LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RAMDANI HERMANSYAH NIM 100388201180 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN USIA MUDA (STUDI KASUS PADA SUKU JAWA DI DESA JAMUR JELATANG KECAMATAN RANTAU KABUPATEN ACEH TAMIANG) SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN USIA MUDA (STUDI KASUS PADA SUKU JAWA DI DESA JAMUR JELATANG KECAMATAN RANTAU KABUPATEN ACEH TAMIANG) SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN USIA MUDA (STUDI KASUS PADA SUKU JAWA DI DESA JAMUR JELATANG KECAMATAN RANTAU KABUPATEN ACEH TAMIANG) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA

DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA Laras Pujianti 1 (Pujianti.laras@gmail.com) Siti Fadjarajani 2 (sfadjarajani2000@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikagumi oleh negara lain karena banyaknya kebudayaan di dalamnya. Perbedaan kebudayaan itu membuat peradaban di indonesia menjadi beragam. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak melahirkan cita rasa seni yang berwujud pada berbagai jenis budaya hasil karya manusia. Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung

Lebih terperinci

MUSEUM TAMAN PURBAKALA CIPARI SEBAGAI OBJEK WISATA PENDIDIKAN DI KELURAHAN CIPARI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN

MUSEUM TAMAN PURBAKALA CIPARI SEBAGAI OBJEK WISATA PENDIDIKAN DI KELURAHAN CIPARI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN MUSEUM TAMAN PURBAKALA CIPARI SEBAGAI OBJEK WISATA PENDIDIKAN DI KELURAHAN CIPARI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN Archaeological Park Museum Attraction Cipari Travel As Education in Sub Cipari Cigugur

Lebih terperinci

Public Perception In Maintenance Attractions Bung Hatta Forest Park in the Village Indarung Lubuk Kilangan District of the city of Padang

Public Perception In Maintenance Attractions Bung Hatta Forest Park in the Village Indarung Lubuk Kilangan District of the city of Padang 0 Public Perception In Maintenance Attractions Bung Hatta Forest Park in the Village Indarung Lubuk Kilangan District of the city of Padang By: Miko Rayendra*Drs. Bakaruddin. M.S**Yuherman, S.P, M.Pd *Student

Lebih terperinci

EKSISTENSI UPACARA ADAT NYIRAMKEUN

EKSISTENSI UPACARA ADAT NYIRAMKEUN EKSISTENSI UPACARA ADAT NYIRAMKEUN DI MUSEUM TALAGA MANGGUNG SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA TALAGA MANGGUNG KECAMATAN TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA Nedi Sunaedi¹ (nedi_pdil@yahoo.com) Siska Widya

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi kesenian yang tersebar di seluruh Indonesia merupakan kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya, karena kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Pada bagian ini akan disimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul. Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat seharihari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional pada suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu pandangan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Bangka Belitung. Dari data Badan Pusat Statistik, secara geografis terletak antara 107 45 BT sampai 108 18 BT dan 02 30 LS sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

Jurnal Seni dan Pembelajaran Februari 2017

Jurnal Seni dan Pembelajaran Februari 2017 PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI SMAN 1 SEPUTIH AGUNG LAMPUNG TENGAH Oleh Rahmawati Pamungkas Susi Wendhaningsih Hasyimkan email: murtiana.widiastuti@gmail.com Pendidikan Seni Tari Abstract The

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA AQIQAH MASYARAKAT BANJAR

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA AQIQAH MASYARAKAT BANJAR NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA AQIQAH MASYARAKAT BANJAR (Studi Pada Masyarakat Di Kelurahan Pemurus Dalam Banjarmasin) Oleh: Andri Suryani (NIM 1402521316) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ANTASARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang perekonomian negara dan masyarakatnya. Saat ini pariwisata dipercaya sebagai salah satu solusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA. Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam seni tari, kita mengenal berbagai unsur yang satu sama lain saling membutuhkan. Unsur pendukung dalam sebuah tarian tidak bisa lepas dari satu tarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan seperti kesenian, suku bangsa, makanan, rumah adat, dan lain-lain. Dengan berbagai keanekaragaman tersebut diharapkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan Video Profil Museum Surabaya berbasis Online sebagai Upaya mengenalkan kepada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah memiliki atraksi tersendiri guna mendatangkan wisatawan. Keunikan dan keindahan alam serta beragamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian , 2014 Pengembangan Ekowisata Di Bumi Perkemahan Kiara Payung Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian , 2014 Pengembangan Ekowisata Di Bumi Perkemahan Kiara Payung Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian merupakan sebuah kota kecil yang terdapat di antara dua kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Kota ini sering dikenal sebagai tempat persinggahan bagi mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

Museum Budaya di Nias BAB I, II, III, IV, V, VI. Adrianus Gulo, BAB I PENDAHULUAN

Museum Budaya di Nias BAB I, II, III, IV, V, VI. Adrianus Gulo, BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Budaya merupakan nilai-nilai luhur peninggalan leluhur yang telah bertahan selama berabad-abad menjadi aturan-aturan, norma-norma atau adat istiadat

Lebih terperinci

23. URUSAN KEBUDAYAAN

23. URUSAN KEBUDAYAAN 23. URUSAN KEBUDAYAAN Pemerintah daerah memiliki peran yang cukup strategis dalam melestarikan dan mengembangkan nilai- nilai budaya yang ada di masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PEMERINTAH KOTA CIREBON KATA PENGANTAR Menindaklanjuti Peraturan Walikota Cirebon Nomor: 16

Lebih terperinci

TRADISI MELAHIRKAN DENGAN PERANTARA DUKUN BERANAK DI DESA TARAMANA KECAMATAN ALOR TIMUR KABUPATEN ALOR

TRADISI MELAHIRKAN DENGAN PERANTARA DUKUN BERANAK DI DESA TARAMANA KECAMATAN ALOR TIMUR KABUPATEN ALOR TRADISI MELAHIRKAN DENGAN PERANTARA DUKUN BERANAK DI DESA TARAMANA KECAMATAN ALOR TIMUR LAUT KABUPATEN ALOR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah lembaga permanen dan tempat terbuka yang bersifat umum. Museum memiliki fungsi sebagai tempat atau sarana untuk merawat, menyajikan, menyimpan, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

PENYEBUTAN BILANGAN PADA MASYARAKAT MAUMERE, SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR

PENYEBUTAN BILANGAN PADA MASYARAKAT MAUMERE, SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENYEBUTAN BILANGAN PADA MASYARAKAT MAUMERE, SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR Cecilia Heru Purwitaningsih Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni tradisi yang tumbuh dan berkembang di setiap daerah di Indonesia awal mulanya berasal dari kebiasaan dan adat-istiadat nenek moyang bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMA NEGERI 12 KERINCI JAMBI

STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMA NEGERI 12 KERINCI JAMBI STUDI DESKRIPTIF KEMAMPUAN PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMA NEGERI 12 KERINCI JAMBI Acil Kencana Putra Rm 1 Yos Sudarman, S.P.d., M.Pd. 2 Harisnal Hadi, M.Pd 3 Email : Acilvivant@gmail.com

Lebih terperinci

PERSEPSI WISATAWAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA MUSEUM ADITYAWARMAN KOTA PADANG

PERSEPSI WISATAWAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA MUSEUM ADITYAWARMAN KOTA PADANG PERSEPSI WISATAWAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA MUSEUM ADITYAWARMAN KOTA PADANG Riri Mardiati ¹, Bakaruddin², Ade Irma Suryani² ¹ Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ²

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kalimantan terkenal sebagai salah satu pulau penghasil alam terbesar di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada disekitarnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui, Jawa Barat memiliki banyak sekali kesenian yang tersebar di berbagai daerah. Namun dewasa ini sebagian dari jenis kesenian tersebut ada

Lebih terperinci

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni rupa sebagai ciptaan manusia senantiasa dikembangkan di setiap zaman dan tempat yang berbeda, hal itu akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MUSEUM PENDIDIKAN INDONESIA SEBAGAI SUMBER WIDYA-WISATA DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. (Sebuah sumbangan pemikiran pengembangan)

OPTIMALISASI MUSEUM PENDIDIKAN INDONESIA SEBAGAI SUMBER WIDYA-WISATA DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. (Sebuah sumbangan pemikiran pengembangan) OPTIMALISASI MUSEUM PENDIDIKAN INDONESIA SEBAGAI SUMBER WIDYA-WISATA DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA (Sebuah sumbangan pemikiran pengembangan) Oleh Mumpuniarti Alumnus Program S3/Program Doktor Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia dengan segala keindahan, dan kebebasan ekspresi dari manusia sendiri. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata atau tourism adalah suatu perjalanan yang di lakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang di lakukan untuk melakukan aktivitas tersebut.

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: FITRI YULIANA L2D 002 409 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah, BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain menjadi kota pelajar dan kota gudeg Yogyakarta. Yogyakarta memiliki banyak daya tarik wisata

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Barat terletak di ujung sebelah barat pulau Jawa terdapat satu kota Kabupaten yaitu Kabupaten Majalengka. Dilihat dari letak geografisnya, posisi Kabupaten

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DALAM PERKEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI GANDORIAH DI KOTA PARIAMAN JURNAL

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DALAM PERKEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI GANDORIAH DI KOTA PARIAMAN JURNAL DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DALAM PERKEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI GANDORIAH DI KOTA PARIAMAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) RANTI KHAILINDA

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multi kulturalisme yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku. Batak merupakan sebuah suku di Sumatera Utara, adapun Suku batak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian museum adalah sebagai berikut : 1. Dalam kamus Oxford disebut bahwa museum berasal dari kata mousa yang berarti arah. Pengertian ruang atau tempat untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi Tahun 1970-1995, maka terdapat empat hal yang ingin penulis simpulkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata

Lebih terperinci

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYALURAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYALURAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYALURAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) (Studi Deskriptif : SD.N 173105 Tarutung, Tapanuli Utara) Oleh: CHRISTIAN SIREGAR 040901063 Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA Nurul Ikhsan Alfazary 1 (n.ikhsanalfazary@gmail.com) Nedi Sunaedi

Lebih terperinci

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA TAMBANG KECAMATAN PUDAK KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA TAMBANG KECAMATAN PUDAK KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015 PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA TAMBANG KECAMATAN PUDAK KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal berkenaan dengan bentuk, simbol serta sekilas tentang pertunjukan dari topeng Bangbarongan Ujungberung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berawal dari latar belakang Cirebon yang merupakan border land atau daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kebudayaan yang berbeda antara budaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI JUDUL... i JUDUL PRASYARAT... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai keberadaan musik Melayu di Istana Maimun yang dilakukan sebagai upaya untuk menambah daya tarik pariwisata

Lebih terperinci

Hadirin, para pembina pendamping, penegak dan pandega serta undangan yang berbahagia. Sebagaimana kita ketahui bahwa Raimuna Nasional yang akan

Hadirin, para pembina pendamping, penegak dan pandega serta undangan yang berbahagia. Sebagaimana kita ketahui bahwa Raimuna Nasional yang akan 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT SELAKU KETUA MAJELIS PEMBIMBING DAERAH PADA ACARA PELEPASAN PESERTA RAIMUNA NASIONAL IX TAHUN 2008 DI BUMI PERKEMAHAN CIBUBUR-JAKARTA TIMUR Hari/Tgl : Minggu, 22 Juni

Lebih terperinci

ABSTRAK PROMOSI MUSEUM DI BOGOR KEPADA WISATAWAN MAHASISWA NASIONAL

ABSTRAK PROMOSI MUSEUM DI BOGOR KEPADA WISATAWAN MAHASISWA NASIONAL ABSTRAK PROMOSI MUSEUM DI BOGOR KEPADA WISATAWAN MAHASISWA NASIONAL Oleh: Hanna Fransisca Peter NRP 1164017 Kota Bogor merupakan salah satu kota pusaka di Indonesia dan kota yang memiliki banyak balai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan tradisional atau sering disebut dengan permainan rakyat yang merupakan permainan anak yang sudah ada pada zaman nenek moyang kita dan kemudian turun menurun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci