KESUKARELAAN WARGA DALAM BERPOLITIK PADA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 DI JAKARTA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESUKARELAAN WARGA DALAM BERPOLITIK PADA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 DI JAKARTA BARAT"

Transkripsi

1 KESUKARELAAN WARGA DALAM BERPOLITIK PADA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 DI JAKARTA BARAT Sunardi Sutrisno, Saryono Indro, Abdulloh, Ike Arianti AZ KPU Kota Jakarta Barat Abstrak Partisipasi warga dapat diartikan sebagai sukarela dari warga masyarakat melalui ambil bagian dalam proses pemilihan penguasa secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum atau kemauan/kehendak sendiri untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum dalam perbaikan bangsa dan negara. Sikap kesukarelaan dapat berwujud dengan adanya kelompok/tim yang tergabung dalam satu tujuan untuk menyampaikan informasi tentang ide, gagasan, visi, misi, program dan harapan/tujuan. Keberadaan relawan juga menunjukan adanya kesadaran masyarakat terhadap keikutsertaan untuk menentukan pimpinan sebagai wakilnya dalam memperjuangkan aspirasinya, semakin besar tingkat keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pemilu akan menentukan kualitas dari demokrasi itu sendiri. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan dan menganalisis motivasi masyarakat untuk menjadi relawan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya kesukarelaan warga dalam berpolitik di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat. Penelitian ini, menggunakan metode kualitatif, juga digunakan metode kuantitatif untuk mengukur tentang sejauh mana tingkat hubungan yang terjadi diantara beberapa variabel. Dengan menggunakan analisa Empiris Analitik, yaitu suatu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan, menjelaskan dan memaparkan fakta-fakta seadanya (fact finding) serta menemukan korelasi antara yang satu dengan yang lainnya, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teori atau kaidah umum yang telah berlaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi relawan antara lain : dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem politik dan kepemiluan, menambah perkawanan dan jejaring, serta dalam skala tertentu mendatangkan keuntungan secara finansial. Keberadaan relawan dalam pemilu sangat penting dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi pemilih, namun keberadaan mereka masih mengalami hambatan serta ketidakjelasan dalam konteks definisi antara relawan dan tim pemenangan di masyarakat sehingga sering terjadi bias di masyarakat. Dengan demikian adanya peran relawan dalam penyelenggaraan pemilu, mampu menumbuhkan kembali kesadaran positif terhadap pentingnya pemilu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kata Kunci : Partisipasi, Kesukarelaan dan Pemilu. 1

2 PENDAHULUAN Pelaksanaan demokrasi Indonesia saat ini sedang berjalan menuju demokrasi yang dewasa, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi tampak terlihat jelas. Partisipasi masyarakat dalam politik menunjukkan bahwa demokrasi semakin tampak di Indonesia. Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari proses demokratisasi. Keinginan ini menjadi sangat penting bagi masyarakat dalam proses pembangunan politik bagi negara-negara berkembang seperti di Indonesia, karena di dalamnya ada hak dan kewajiban masyarakat yang dapat dilakukan salah satunya adalah berlangsung dimana proses pemilihan kepala negara sampai dengan pemilihan Walikota dan Bupati dilakukan secara langsung. Sistem ini membuka ruang dan membawa masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses tersebut. Salah satu bentuk nyata dari adanya partisipasi politik adalah dengan mengikuti pemilihan umum (pemilu). Pemilu merupakan salah satu bentuk demokrasi negara Indonesia dan pemilu sebagai media demokrasi masyarakat untuk menyalurkan partisipasinya kepada negara. Pemilu diperuntukkan untuk peralihan kekuasaan secara damai, dalam pemilu rakyat memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di parlemen dan memilih pemimpin di semua tingkatan tatanan politik, mulai dari pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah (Gubernur dan Walikota/Bupati) hingga pemilihan Kepala Desa. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2013 tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan umum, dimana warga negara Indonesia yang sudah memenuhi syarat sebagai pemilih dijamin untuk dapat berpartisipasi dalam pemilihan umum tanpa adanya diskriminasi baik secara politik maupun suku, ras, agama maupun antar golongan. Salah satu tugas penting dalam penyelenggaraan pemilu adalah melaksanakan penyampaian informasi melalui sosialisasi kepada masyarakat luas. Pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilu dilakukan oleh KPU yang merupakan lembaga 2

3 penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Peran KPU dalam sosialisasi adalah menyampaikan informasi mengenai sistem, tata cara teknis, tahapan, program dan jadual; meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilu ; dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pemilu (partisipasi pemilih). Dalam tradisi masyarakat di Indonesia saat ini kesukarelaan dalam politik bisa dikatakan sangatlah rendah. Nampaknya, hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam memahami makna politik. Pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang mengganggap bahwa pemilu sebagai arena politik yang kotor dan jahat, yang hanya dihuni oleh mereka untuk memperkaya diri sendiri. Karena itu, rakyat menuntut imbalan secara langsung untuk dukungan politik yang mereka berikan. Partisipasi politik yang lemah berakibat pada sebuah realitas politik yang kini menggejala di permukaan dan terkait dengan era otonomi daerah yaitu terjadinya kesenjangan politik antara masyarakat sipil dengan lembaga kekuasaan lokal, di mana aktor pelaksana kekuasaan lokal sering melakukan langkah pengambilan dan pelaksanaan kebijakan politik yang tidak selaras dengan aspirasi kolektif masyarakat sipil. Partisipasi politik menurut Mariam Budiharjo (2008) adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam keidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan public (public policy). Penurunan tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan umum disebabkan beberapa faktor antara lain masih kurangnya pendidikan politik di masyarakat, kesukarelaan warga dalam berpolitik yang masih rendah, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang kesadaran politik, pengelolaan relawan yang belum terorganisir dengan baik dan belum teridentifikasi kelompok relawan yang akurat. Menurut Herbert McClosky partisipasi warga dapat diartikan sebagai sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses 3

4 pemilihan penguasa secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum. Dalam kamus besar definisi kesukarelaan adalah kemauan sendiri atau kehendak sendiri untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Menurut Kristin Samah dan Fransisca Ria dalam bukunya berpolitik tanpa partai fenomena relawan dalam pilpres bahwa kesukarelaan adalah rela membantu tanpa berharap balasan, kecuali kerja nyata untuk perbaikan bangsa dan negara. Sikap kesukarelaan dapat berwujud dengan adanya kelompok/tim yang tergabung dalam satu tujuan untuk menyampaikan informasi tentang ide, gagasan, visi, misi, program dan harapan/tujuan. Keberadaan relawan juga menunjukan adanya kesadaran masyarakat terhadap keikutsertaan untuk menentukan pimpinan sebagai wakilnya dalam memperjuangkan aspirasinya, semakin besar tingkat keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pemilu akan menentukan kualitas dari demokrasi itu sendiri. Beberapa kelompok relawan tersebut antara lain: relawan Jokowi, relawan merah putih, relawan pelangi, Bara JP, Pro Jokowi (Projo), Jokowi center, Forum Jokowi For President (JKW4P), Kawan Jokowi, Relawan Pasopati dan Sahabat Prabowo. Relawan adalah seorang yang secara suka rela (uncoerced) menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain (help others) dan sadar bahwa tidak akan mendapatkan upah atau gaji atas apa yang telah disumbangkan (unremunerated). Menjadi relawan adalah salah satu aktivitas yang dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai wujud kepedulian dan komitmennya terhadap sebuah visi tertentu. Relawan dan kerelawanan memiliki konotasi yang sangat positif di dalam masyarakat. Relawan dan aktivitas kerelawanan menjadi sebuah gerakan sosial sekaligus menjadi modal social yang dahsyat untuk menciptakan perubahan (Veni, 2010). Ada beberapa relawan yang lainnya namun sulit untuk diidentifikasi keberadaannya. Dengan munculnya beberapa relawan tersebut menunjukan bahwa sikap ataupun respon masyarakat terhadap kesadaran politik untuk ikut berpartisipasi didalamnya sudah cukup baik, walaupun belum terkoordinasi dengan baik. Pada pelaksanaan pemilu legislatif 2014 munculnya relawan tidak seberapa semarak 4

5 dibanding dengan pada pemilu presiden dan wakil presiden, hal ini mungkin disebabkan terpecahnya dukungan dimasing-masing partai politik ataupun calon anggota DPR/DPD/DPRD, sedangkan pada saat pemilu presiden dan wakil presiden terpokus pada 2 (dua) pasangan calon saja. KPU Kota Administrasi Jakarta Barat sebagai salah satu bagian dari Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan proses tahapan pemilu 2014 dengan baik sesuai dengan azas pemilu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Walaupun dalam proses semua tahapan dapat berjalan dengan baik, namun demikian masih menunjukkan tingkat partisipasi dan kesukarelaan berpolitik masyarakat yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi munculnya relawan politik pasangan calon presiden dan wakil presiden. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan dan menganalisis motivasi masyarakat untuk menjadi relawan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya kesukarelaan warga dalam berpolitik. Sedangkan manfaat dari kajian ini bisa menjadi dasar penyusunan kebijakan serta perumusan strategi untuk peningkatan partisipasi masyarakat yang efektif dalam penyelenggaraan pemilu selanjutnya bagi lembaga Komisi Pemilihan Umum (KPU) hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik untuk meningkatkan jumlah partisipasi kesukarelaan masyarakat dalam berpolitik; sebagai bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada penyelenggaraan pemilu di Provinsi DKI Jakarta khususnya di Jakarta Barat di masa mendatang. Dalam Teori atau Model Voluntarisme Sipil (Civic Volunteerism Model) dijelaskan bahwa seseorang akan berpartisipasi dalam politik jika memiliki kapasitas atau sumberdaya (resources) dan hubungan masyarakat (Social network). Di dalam model ini dinyatakan bahwa ada tiga komponen dalam voluntarisme, yaitu kapasitas (resources), keterikatan atau pilihan (engagement), dan mengajak atau menyuruh memilih (recruitement). Akan tetapi, kapasitas sendiri lebih menjadi faktor 5

6 pendorong voluntarisme, sedangkan engagement dan recruitment menjadi output dari voluntarisme. Lebih jauh lagi, model menyebutkan bahwa indikator dari kesukarelaan politik adalah desire to vote (keinginan untuk memilih), the ability to vote (kemampuan mengambil keputusan dalam memilih), being asked to vote (menyuruh atau meminta orang lain untuk memilih). Menurut hasil penelitian Seymour Martin Lipset, dalam Political Man : the Social Bases of Politics (1960) dalam Miriam Budihardjo (1998 : 10) karakteristik sosial berpengaruh terhadap partisipasi politik. Karakteristik sosial tersebut meliputi pendapatan, pendidikan, pekerjaan, ras, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, situasi, status dan organisasi. Berdasarkan tinggi rendahnya faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik seseorang, Paige (1987) membagi partisipasi menjadi 4 (empat) tipe. Pertama, apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi, maka partisipasi politik cenderung aktif. Kedua, sebaliknya apabila kesadaan politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah, maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis). Ketiga, berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Keempat, apabila kesadaran politik sangat rendah, tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi tersebut disebut tidak aktif. Sedangkan menurut Ramlan Surbakti (1992: 144), dijelaskan bahwa faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang, ialah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik). Yang dimaksud dengan kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Sedangkan yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah. Kedua faktor di atas menurut Ramlan Surbakti (1992: 144), bukan faktor-faktor yang berdiri sendiri (bukan variabel yang independen). Artinya, tinggi rendah kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti status sosial dan status ekonomi, afiliasi politik orang tua dan pengalaman organisasi. 6

7 METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif, juga digunakan metode kuantitatif untuk mengukur tentang sejauh mana tingkat hubungan yang terjadi diantara beberapa variabel. Dengan menggunakan analisa Empiris Analitik, yaitu suatu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan, menjelaskan dan memaparkan fakta-fakta seadanya (fact finding) serta menemukan korelasi antara yang satu dengan yang lainnya, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teori atau kaidah umum yang telah berlaku. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer (FGD dan questioner) dan data sekunder (kajian pustaka). Peserta FGD dari unsur relawan kandidat presiden dan wakil pesiden, akademisi, relawan pemantau, dan penyelenggara pemilu tingkat kota. Sedangkan sample responden populasi dalam penelitian ini sebanyak 120 responden yang terdiri dari relawan kandidat presiden dan wakil presiden sebanyak 64 responden, panwaslu kecamatan sebanyak 8 responden, relawan pemerhati pemilu sebanyak 16 responden, relawan akademisi 8 responden dan relawan ormas sebanyak 24 responden. Metode yang gunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kesukarelaan warga dalam berpolitik di Kota Administrasi Jakarta Barat adalah dengan menggunakan Metode Skala Likert (kuantifikasi yang besifat kualitatif) untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi para tokoh tentang kesukarelaan yang penilaiannya berjenjang. HASIL DAN PEMBAHASAN Kesadaran dan partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting dari demokrasi. Setiap keputusan politik (Kebijakan Pemerintah) yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam negara demokrasi seperti Indonesia, maka setiap keputusan politik yang dibuat oleh pemerintah/eksekutif (termasuk legislatif) harus melibatkan partisipasi masyarakat. 7

8 Berdasarkan teori atau Model Voluntarisme Sipil (Civic Volunteerism Model) dijelaskan bahwa seseorang akan berpartisipasi dalam politik jika memiliki kapasitas atau sumberdaya (resources) dan hubungan masyarakat (Social network). Di dalam model ini dinyatakan bahwa ada tiga komponen dalam voluntarisme, yaitu kapasitas (resources), keterikatan atau pilihan (engagement), dan mengajak atau menyuruh memilih (recruitement). VOLUNTERISM Berdasarkan hasil penelitian bahwa menjadi relawan dalam Pemilu Presiden 2014 lalu memberikan banyak pelajaran bagi warga, khususnya mereka yang terlibat sebagai relawaan maupun yang mengkoordinir para relawan. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi relawan antara lain : dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem politik dan kepemiluan, menambah perkawanan dan jejaring, serta dalam skala tertentu mendatangkan keuntungan secara finansial. Berdasarkan data hasil penelitian keberadaan relawan pada saat pemilu 2014 di Kota Administrasi Jakarta Barat diperoleh hasil sebagai berikut yang menjawab sangat penting sebanyak 48 responden atau 40%, yang memberi jawaban penting sebanyak 38 responden atau 31,67%, yang menjawab netral sebanyak 23 responden atau 19,17%, jawaban tidak penting sebanyak 7 responden atau 5,83% dan responden yang menjawab sangat tidak penting sebanyak 4 responden atau 3,33%. Dari data tersebut, dapat dianalisa bahwa keberadaan relawan pada saat pemilu 2014 di Kota Administrasi Jakarta Barat termasuk dalam kategori sangat penting dengan prosentase tertinggi sebesar 40%. Keberadaan relawan sangat penting, karena dengan adanya relawan sosialisasi tentang kepemiluan akan maksimal; relawan adalah sumber informasi yang sangat dekat dengan masyarakat sehingga dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu; relawan sebagai alat untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari Pemilu kepada masyarakat karena sering terjadi 8

9 diskomunikasi ; relawan juga dapat membantu pelaksanaan pemilu dalam sisi informasi dan faktualisasi ; selain itu relawan juga berfungsi sebagai kontrol kepada penyelenggara dan sebagai ujung tombak penggalang suara di tataran masyarakat non partisipan partai. Di negara-negara demokratis pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik ialah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Dalam kerangka pentingnya Pemilu tersebut terselip problem mendasar tentang issu partisipasi politik rakyat. Hal ini mengingat partisipasi rakyat pada Pemilu merupakan bagian integral dari penyelenggaraan Pemilu sesuai asasnya yang bersifat langsung. Sehingga menjadi sangat substansial terkait pentingnya partisipasi politik rakyat dalam proses penyelenggaraan Pemilu. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, maka dibentuklah relawan yang diharapkan dapat memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran kepada masyarakat, khususnya pada komunitas masing-masing perihal demokrasi dan pemilu. Tujuan terbentuknya relawan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menggunakan hal poltiknya pada saat Pemilu dengan baik. Berdasarkan data hasil penelitian tingkat partisipasi masyarakat untuk menjadi relawan di Kota Administrasi Jakarta Barat pada Pemilu tahun 2014 sebagai berikut : yang menjawab sangat tinggi sebanyak 32 responden atau 26,67%, yang memberi jawaban tinggi sebanyak 41 responden atau 34,17%, yang menjawab netral sebanyak 30 responden atau 25%, jawaban tidak tinggi sebanyak 14 responden atau 11,67% dan responden yang menjawab sangat rendah sebanyak 3 atau 2,50%. Dari data tersebut, dapat dianalisa bahwa tingkat partisipasi masyarakat menjadi relawan pemilu 2014 di Kota Admnistrasi Jakarta Barat termasuk dalam kategori tinggi sebesar 34,17%.Fenomena partisipasi masyarat untuk menjadi relawan dalam pemilu presiden dan wakil presiden 2014 di Jakarta Barat masuk dalam kategori tinggi. Hal tergambar dalam hasil penelitian dimana sebagaian besar masyarakat: menjadikan 9

10 pemilu sebagai era perubahan masa depan; masyarakat ingin membantu KPU dalam mensukseskan pemilu ; masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya pemilu; relawan merasa mereka adalah bagian dari pelaksana pemilu dan merasa bertanggungjawab dengan negara; banyak masyarakat yang merasa mendapat prestise berpolitik dengan menjadi relawan sehingga mendapatkan partisipasi dari masyarakat yang berupa dukungan dalam pelaksanaan pemilu; dengan adanya relawan akan membantu mengurangi golput dan menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam memahami pentingnya politik dalam bernegara ; masyarakat ingin banyak terlibat langsung dalam pemilu serta ingin aktif membela kandidat yang didukung. 1. KAPASITAS (resources) RELAWAN Sementara disisi lain, dengan menjadi relawan mereka akan mengalami banyak hambatan dalam melaksanakan aktivitasnya. Hambatan tersebut berupa : Ada ketidakjelasan dalam konteks definisi antara relawan dan tim pemenangan di masyarakat sehingga sering terjadi bias di masyarakat; Dalam penelitian ini adalah terkait fenomena kerelawan yang terjadi pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang lalu. Sifat kerelawanan yang bersifat instant yang terbentuk ketika menjelang pemilu, sehingga menjadikan pengorganisasiannya tidak solid dan hanya bersifat sementara. Tidak ada mekanisme rekruitmen yang jelas yang ditunjang oleh pendanaan yang baik serta pembekalan yang memadai. Banyak relawan yang tidak dibekali pemahaman dan pengetahuan terkait proses /pemilu, seperti proses mulai dari pendaftaran pemilih sampai dengan pemungutan suara serta perkembangan perubahan peraturan yang cukup dinamis pada pemilu lalu. Sehingga sering memunculkan masalah atau perselisihan dengan pihak penyelenggara pemilu, dan ketidakmampuan menangani kendala-kendala yang dihadapi masyarakat terkait proses pemilihan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil penelitian pemahaman tugas dan aktivitas relawan di wilayah Kota 10

11 Administrasi Jakarta Barat sebagai berikut yang menjawab sangat paham sebanyak 21 responden atau 17,50%, yang memberi jawaban paham sebanyak 37 responden atau 30,83%, yang menjawab netral sebanyak 48 responden atau 40%, jawaban tidak paham sebanyak 10 responden atau 8,33% dan responden yang menjawab sangat tidak paham sebanyak 4 responden atau 3,33%. Dari data tersebut, dapat dianalisa bahwa tingkat pemahaman relawan akan tugas dan aktivitas relawan dilapangan pada pemilu 2014 di Kota Administrasi Jakarta Barat termasuk dalam kategori netral (antara paham dan cukup paham) sebesar 40%. Pemahaman relawan akan tugasnya tergolong masih netral, karena kemampuan relawan berbeda-beda ; kurangnya pembekalan dan pengarahan yang diberikan kepada relawan sebelum menjalankan tugasnya ; ada asumsi bahwa keberadaan relawan hanya untuk dirinya sendiri dan memeriahkan pemilu saja sehingga tingkat kepahaman tugas dan pengetahuan tentang relawan kurang memahami ; hanya koordinator relawan yang mendapat bekal tentang pemilu, sedangkan dibawahnya hanya sekedar berpartisipasi aktif ; bagi relawan yang diberikan bimbingan dan operasional sebelum turun lapangan akan lebih memahami tugas dan tanggungjawabnya dilapangan sehingga mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya berpartisipasi dan memberikan hak suaranya pada pemilu. Terkait dengan peraturan tentang keberadaan relawan berdasarkan hasil questioner yang disebarkan kepada relawan Kota Administrasi Jakarta Barat diperoleh hasil prosentase sebagai berikut yang menjawab sangat memadai sebanyak 15 responden atau 12,50%, yang memberi jawaban memadai sebanyak 31 responden atau 25,83%, yang menjawab netral sebanyak 21 responden atau 17,50 %, jawaban tidak memadai sebanyak 34 responden atau 28,33 % dan responden yang menjawab sangat tidak memadai sebanyak 19 responden atau 15,83%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa peraturan terkait tentang relawan termasuk dalam kategori tidak memadai sebesar 28,33%. Peraturan perundangan yang terkait tentang kerelawanan dinilai tidak 11

12 memadai oleh responden,hal in disebabkan belum ada peraturan yang mengatur secara jelas tugas dan tanggungjawab sebagai relawan, tugas yang dijalankan oleh relawan sangat berat tetapi belum ada peraturan yang melindungi relawan dalam pelaksanaan tugasnya dilapangan, tidak adanya bantuan operasional kepada relawan, masyarakat tidak begitu perduli kepada relawan karena mereka menganggap kegiatan relawan hanya untuk kepentingan partai saja, keberadaan relawan tidak disosialisaikan kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak mengetahui pentingnya keberadaan relawan di lapangan 2. KETERIKATAN (engagement) RELAWAN Tidak adanya pengelolaan relawan yang baik dari institusi yang menaungi, sehingga sering ditemukan perselisihan diantara relawan itu sendiri. Kendala yang paling dominan terjadi adalah ketidakmerataan dan ketidakjelasan distribusi logistik bagi relawan misalnya. Peranan lembaga yang menaungi relawan, dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : yang menjawab sangat penting sebanyak 54 responden atau 45%, yang memberi jawaban penting sebanyak 38 responden atau 31,67%, yang menjawab netral sebanyak 19 responden atau 15,83 %, jawaban tidak penting sebanyak 6 responden atau 5 % dan responden yang menjawab sangat tidak penting sebanyak 3 responden atau 2,50%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa peran lembaga dalam tugas relawan dilapangan termasuk dalam kategori sangat penting sebesar 45% Peranan lembaga yang menaungi relawan adalah sangat penting, karena dengan adanya relawan maka informasi tentang pelaksanaan pemilu cepat terekspose ke masyarakat melalui berbagai media, sehingga masyarakat cenderung lebih cerdas untuk menyampaikan aspirasi. Relawan sangat membantu pelaksanaan tugas dilapangan, sehingga pemilu dapat berjalan lancar dan kondusif. Respon lembaga yang menaungi terkait kendala yang dihadapi relawan di Kota Administrasi Jakarta Barat berdasarkan penelitian diperoleh hasil prosentase 12

13 sebagai berikut : yang menjawab sangat responsif sebanyak 27 responden atau 22,50%, yang memberi jawaban responsif sebanyak 39 responden atau 32,50%, yang menjawab netral sebanyak 32 responden atau 26,67 %, jawaban tidak responsif sebanyak 19 responden atau 15,83% dan responden yang menjawab sangat tidak responsif sebanyak 3 responden atau 2,50%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa respon lembaga yang menaungi terkait kendala yang dihadapi relawan termasuk dalam kategori responsif sebesar 32,50%. Para relawan responsif dalam menjawab semua pertanyaan dan setiap ada permasalahan langsung ditangani dengan cepat karena menyangkut dengan kepentingan lembaga yang menaunginya, lembaga yang menaunginya cepat memberikan repon sehingga tidak ada kendala dilapangan. Hal ini dapat terjadi karena sudah tercipta komunikasi dan loyalitas yang baik antara relawan dan kelompok yang menaunginya. 3. MENGAJAK ATAU MENYURUH MEMILIH (recruitement) Dengan adanya peran relawan dalam penyelenggaraan pemilu, mampu menumbuhkan kembali kesadaran positif terhadap pentingnya pemilu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya relawan ini dapat menggerakan masyarakat tempat mereka berada, agar mau menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana serta penuh tanggung jawab, sehingga partisipasi pemilih dan kualitas Pemilu 2014 dapat lebih baik dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari data hasil penelitian tingkat partisipasi pemilih atau masyarakat akan keberadaan relawan dalam pemilu untuk Kota Administrasi Jakarta Barat diperoleh hasil prosentase sebagai berikut : yang menjawab sangat penting sebanyak 50 responden atau 41,67%, yang memberi jawaban penting sebanyak 41 responden atau 34,17%, yang menjawab netral sebanyak 21 responden atau 17,50%, jawaban tidak penting sebanyak 7 responden atau 5,83% dan responden yang menjawab sangat tidak penting sebanyak 1 13

14 responden atau 0,83%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa seberapa penting peran relawan untuk mendorong partisipasi masyarakat pada pemilu 2014 termasuk dalam kategori sangat penting sebesar 41,67%. Adanya fenomena relawan pada Pilpres 2104 sangat penting untuk mendorong tingkat partisipasi masyarakat; relawan membantu pelaksanaan pemilu dalam mensosialisaikan pemilu kepada masyarakat diluar dari tugas penyelenggara ; relawan juga ikut serta membantu tugas penyelenggara dan mendorong masyarakat untuk tidak golput pada saat pelaksanaan pemilu ; relawan dapat mendekati masyarakat secara personal sehingga dapat lebih mengerti pentingnya partisipasi mereka dalam pemilu ; relawan dapat bertemu langsung, memotivasi dan menjelaskan kepada masyarakat pentingnya ikut mensukseskan pemilu ; relawan dominan merangsang masyarakat Indonesia untuk berdemokrasi. Kapasitas dan keberadaan relawan mempengaruhi dan memotivasi untuk melakukan perubahan. Dengan adanya relawan yang membuat gerakan sosial kepada masyarakat bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam menggunakan hak pilih. Kegiatan ini melibatkan peran serta masyarakat yang seluas-luasnya dimana mereka ditempatkan sebagai pelopor (pioneer) demokrasi bagi komunitasnya. Bentuk peran serta masyarakat ini diharapkan mampu mendorong tumbuhnya kesadaran tinggi serta tanggung jawab penuh masyarakat untuk menggunakan haknya dalam pemilu secara optimal. Berdasarkan data hasi riset tentang tingkat perubahan dengan adanya relawan di Kota Administrasi Jakarta berdasarkan hasil questioner diperoleh hasil prosentase sebagai berikut : yang menjawab sangat berpengaruh sebanyak 35 responden atau 29,17%, yang memberi jawaban berpengaruh sebanyak 44 responden atau 36,67%, yang menjawab netral sebanyak 24 responden atau 20%, jawaban tidak berpengaruh sebanyak 13 responden atau 10,83% dan responden yang menjawab sangat tidak berpengaruh sebanyak 4 responden atau 3,33%. Dari data tersebut, dapat dianalisa bahwa tingkat perubahan dengan adanya 14

15 relawan pada pemilu 2014 di Kota Administrasi Jakarta Barat termasuk dalam kategori berpengaruh sebesar 36,67%, Fenomena relawan pada Pilpres 2014 membawa berpengaruh terhadap tingkat perubahan masyarakat, karena dengan adanya relawan pelaksanaan pemilu tahun 2014 jauh lebih baik dimana masyarakat mengharapkan adanya perubahan ; banyak masyarakat di segala segmen yang berfikir buruk tentang Pemilu dengan adanya relawan dapat memberi pencerahan dalam hal tata cara dan lain-lain; relawan dapat memberikan pemahaman tentang pemilu sehingga semua aspirasi rakyat dapat disampaikan yang akhirnya akan memberikan perubahan ke arah yang lebih baik untuk kepentingan masing-masing kelompoknya. Kedepan minat sebagai relawan dimasa depan untuk wilayah Jakarta Barat diperoleh hasil prosentase sebagai berikut : yang menjawab sangat berminat sebanyak 52 responden atau 43,33%, yang memberi jawaban berminat sebanyak 40 responden atau 33,33%, yang menjawab netral sebanyak 18 responden atau 15 %, jawaban tidak berminat sebanyak 8 responden atau 6,67 % dan responden yang menjawab sangat tidak berminat sebanyak 2 responden atau 1,67%. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa minat masyarakat sebagai relawan pada pemilu yang akan datang termasuk dalam kategori sangat berminat sebesar 43,33%. Minat masyarakat menjadi relawan sangat tinggi, karena mengingat lapangan pekerjaan yang sangat sempit dan suksesnya pelaksanaan pemilu sehingga mendorong masyarakat untuk menjadi relawan demi kepentingan bangsa dan terciptanya demokrasi yang baik di Indonesia. KESIMPULAN Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, maka dibentuklah relawan yang diharapkan dapat memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran kepada masyarakat, khususnya pada komunitas masing-masing perihal demokrasi dan pemilu. Keberadaan relawan sangat penting, karena dengan adanya relawan 15

16 sosialisasi tentang kepemiluan akan maksimal, sumber informasi yang sangat dekat dengan masyarakat sehingga dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu Kurangnya pembekalan dan pengarahan yang diberikan kepada relawan sebelum menjalankan tugasnya mengakibatkan kemampuan relawan berbedabeda, sehingga tingkat kepahaman tugas dan pengetahuan tentang relawan kurang memahami ; hanya koordinator relawan yang mendapat bekal tentang pemilu, sedangkan dibawahnya hanya sekedar berpartisipasi aktif. Bagi relawan yang sudah diberikan bimbingan dan operasional sebelum turun lapangan akan lebih memahami tugas dan tanggungjawabnya dilapangan sehingga mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya berpartisipasi dan memberikan hak suaranya pada pemilu. Peranan lembaga yang menaungi relawan adalah sangat penting, karena dengan adanya relawan maka informasi tentang pelaksanaan pemilu cepat terekspose ke masyarakat melalui berbagai media, sehingga masyarakat cenderung lebih cerdas untuk menyampaikan aspirasi. Relawan sangat membantu pelaksanaan tugas dilapangan, sehingga pemilu dapat berjalan lancar dan kondusif. Adanya fenomena relawan pada Pilpres 2104 sangat penting untuk mendorong tingkat partisipasi masyarakat, relawan membantu pelaksanaan pemilu dalam mensosialisaikan pemilu kepada masyarakat diluar dari tugas penyelenggara, relawan juga ikut serta membantu tugas penyelenggara dan mendorong masyarakat untuk tidak golput pada saat pelaksanaan pemilu, relawan dapat mendekati masyarakat secara personal sehingga dapat lebih mengerti pentingnya partisipasi mereka dalam pemilu, memotivasi dan menjelaskan kepada masyarakat pentingnya ikut mensukseskan pemilu dan keberadaan relawan dominan merangsang masyarakat Indonesia untuk berdemokrasi. 16

17 DAFTAR PUSTAKA 1. Budhiardjo, Meriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008 ) 2. Budhiardjo, Meriam, Demokrasi, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008) 3. Damsar, Penghantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 ) 4. Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008) 5. Huntington, Samuel P dan Nelson, Joan, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, ( Jakarta: Rineka Cipta,1990 ) 6. Kaid, Lynda Lee and Holtz-Bacha, Chistina, Encyclopedia of Political Communication, (California: Sage Publication, 2008) 7. Kelsen, Hans, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (Bandung: Nusa Media, 2008) 8. Kristin, Samah dan Susan, Fransisca Ria, Berpolitik tanpa Partai Fenomena Relawan Dalam Pilpres, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014) 9. Margan, Rafael Raga, Penghantar Sosiologi Politik, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007) 10. Refka, Partisipasi Politik, (Padang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universtias Andalas, 2014) 11. Saiful Mujadi, R. William Liddle, Kuskridho Ambardi,2012,Kuasa Rakyat : Analisis Tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru, Jakarta : Mizan Publik 12. Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010) 13. Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Memahami Ilmu Politik, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999) 17

18 14. Perundang-Undangan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPD, DPR-RI dan DPRD Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2011) 15. Internet Lenny Yuliana,2013, Faktor-Faktor yang mempengaruhi golongan putih di desa gunung agung kecamatan terusan nunyai 18

KPU KOTA ADM. JAKARTA BARAT HASIL RISET TENTANG

KPU KOTA ADM. JAKARTA BARAT HASIL RISET TENTANG KPU KOTA ADM. JAKARTA BARAT HASIL RISET TENTANG 1. DASAR HUKUM Surat Ketua KPU RI No. 155/KPU/IV/2015 Tentang Pedoman Riset tentang Partisipasi dalam Pemilu 2.LATAR BELAKANG A. Kesukarelaan Warga dalam

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan politik bagi negara-negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan politik bagi negara-negara berkembang seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan demokrasi Indonesia saat ini sedang berjalan menuju demokrasi yang dewasa, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi tampak terlihat jelas. Partisipasi

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut pemilukada adalah pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit. DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkhan, 2009. Politik Santri. Kanisius, Yogyakarta Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara demokrasi dimana pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan rakyat. Semua proses pembuatan kebijakan politik yang menyangkut kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh

Lebih terperinci

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat 320 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA KADUNDUNG KECAMATAN LABUAN AMAS UTARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI SINTANG TAHUN 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI SINTANG TAHUN 2015 PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI SINTANG TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN Program relawan demokrasi adalah gerakan sosial yang dimaksudkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse)

Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse) Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse) PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KURSUS SINGKAT KEPEMILUAN (ELECTION SHORTCOURSES)

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KURSUS SINGKAT KEPEMILUAN (ELECTION SHORTCOURSES) PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KURSUS SINGKAT KEPEMILUAN (ELECTION SHORTCOURSES) PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KURSUS SINGKAT KEPEMILUAN (ELECTION SHORTCOURSES) PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017 PENDAHULUAN Program Kegiatan Kursus Singkat Kepemiluan (Election

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi dimana pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan rakyat (Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) PEMILU TAHUN 2014

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) PEMILU TAHUN 2014 PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) PEMILU TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN Program relawan demokrasi adalah gerakan sosial yang dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1582, 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Partisipasi. Masyarakat. Penyelenggaraan. Pemilihan Umum. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN 2013 Andika Dirsa 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Reformasi tidak hanya memasang target rezim orde baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Pemilu tidak saja

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM -2- e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) RELAWAN PILGUB DKI SI MONAS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) RELAWAN PILGUB DKI SI MONAS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) RELAWAN PILGUB DKI SI MONAS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017 PENDAHULUAN Program relawan demokrasi adalah gerakan sosial yang

Lebih terperinci

SEJUTA RELAWAN GERAKAN PENGAWAS PEMILU POKJANAS GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA

SEJUTA RELAWAN GERAKAN PENGAWAS PEMILU POKJANAS GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA BH IN N E K A TUNG G A L IK A GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU website : www.bawaslu.go.id www.awaslupadu.com facebook : facebook.com/awaslupadu twitter : twitter.com/awaslupadu Dari Bawaslu Kita

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1062, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Dana Kampanye. Pelaporan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DANA KAMPANYE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang pelaksanaannya dapat

Lebih terperinci

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK I. PENGANTAR Pemilihan Umum adalah mekanisme demokratis untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD), dan Eksekutif (Presiden-Wakil Presiden, serta kepala daerah). Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi. Partisipasi masyarakat diperlukan sebagai penunjang sistem dalam pemilihan presiden setiap periodenya.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemilu yang bermartabat. rangka menunaikan amanat para konstituennya dan melaksanakan tugas

I. PENDAHULUAN. pemilu yang bermartabat. rangka menunaikan amanat para konstituennya dan melaksanakan tugas LAPORAN PELAKSANAAN KEGTATAN prlot PROJECT PENDTDTKAN PEMTLTH ( PEMTLTH PEMULA ) Dalam upaya menciptakan iklim pemilu yang bebas money politik dan pemilu yang bermartabat I. PENDAHULUAN Proses konsolidasi

Lebih terperinci

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 SUMATERA JAVA KALIMANTAN Disampaikan pada: IRIAN JAYA Rapat Koordinasi Nasional dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat. Pemilu merupakan suatu proses memilih orangorang untuk mengisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Tingkat Partisipasi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada Pemilu Presiden 2014 Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DI KABUPATEN TOLIKARA PROVINSI PAPUA. Yupiter Weya NIM :

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DI KABUPATEN TOLIKARA PROVINSI PAPUA. Yupiter Weya NIM : PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DI KABUPATEN TOLIKARA PROVINSI PAPUA Yupiter Weya NIM : 090814023 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Drs. A. B. Pati, MSi 2. Drs. R. J. D. Sumampouw,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi yang dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan jalannya pemerintahan. Warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Peran Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan demokrasi di Indonesia secara bertahap terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56 Generasi muda merupakan asset terpenting bagi masa depan suatu bangsa. Disadari atau tidak bahwa peran pemuda sangat berpengaruh dalamp roses pembangunan bangsa serta proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA)

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA) PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA) Oleh : Sandy Brian Randang ABSTRAKSI Partisipasi politik merupakan

Lebih terperinci

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha pembangunan yang sebesar-besarnya dalam memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat diwilayah sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1482, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Partisipasi Politik. Perempuan. Legislatif. Peningkatan. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah masyarakat dapat dikatakan demokratis jika dalam kehidupannya dapat menghargai hak asasi setiap manusia secara adil dan merata tanpa memarginalkan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Gubernur, Bupati, dan Walikota yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye Pemilihan Umum. Anggota DPR, DPD, DPRD. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci