JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 5 (2014) Copyright 2014
|
|
- Sonny Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 5 (2014) Copyright 2014 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KLIEN YANG MERASA DIRUGIKAN OLEH ADVOKAT DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM Richard Maruly Barimbing 1 (cc_biawan12@yahoo.co.id) Ivan Zairani Lisi 2 (ivanlisi_fhunmul@yahoo.c.o.id) Nur Arifudin 3 (nurarifuddin_lo@yahoo.com) Abstrak Salah satu profesi itu adalah advokat yang menyandang predikat profesi terhormat (officium nobile). Predikat itu sesungguhnya bukan suatu gelar kehormatan yang diberikan masyarakat atau penguasa karena para advokat telah berjasa kepada masyarakat dan negara, akan tetapi predikat itu muncul karena tanggung jawab yang diberikan kepada advokat. Permasalahan yang diteliti adalah tentang perlindungan hukum terhadap klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum dan kendala-kendala yang dihadapi terhadap upaya pelindungan hukum kepada klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif empiris, penelitian ini mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif (perundang-undangan) dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul kemudian akan dianalisis dalam bentuk deskripsi kalimat yang teratur, sistematis dan logis. Berdasarkan penelitian, penulis menyarankan untuk klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum maka klien tersebut dapat melaporkan advokat tersebut ke Dewan Kehormatan dimana advokat tersebut bernaung dan sosialisasi mengenai Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan mengenai Kode Etik Profesi Advokat Kata Kunci; Perlindungan Hukum, Advokat, Klien, Bantuan Hukum 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
2 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 A. Pendahuluan Negara Indonesia adalah negara hukum yang tidak hanya berdasarkan pada kekuasaan belaka, selain itu juga berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Hal ini berarti Negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga negaranya bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa ada kecualinya seperti yang diamanatkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 26 ayat (1) yang menyatakan : Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pernyataan bahwa Indonesia merupakan negara hukum juga mempunyai konsekuensi, bahwa Negara Indonesia menerapkan hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negara. Untuk memenuhi ideologi tersebut Negara Indonesia harus memiliki perangkat-perangkat hukum untuk membantu dalam pemenuhan ideologi tersebut dengan berbagai profesi. Salah satu profesi itu adalah advokat yang menyandang predikat profesi terhormat (officium nobile). Predikat itu sesungguhnya bukan suatu gelar kehormatan yang diberikan masyarakat atau penguasa karena para advokat telah berjasa kepada masyarakat dan negara, akan tetapi predikat itu 2
3 Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Richard Maruly) muncul karena tanggung jawab yang diberikan kepada advokat. 4 Di Negaranegara barat, pekerjaan advokat telah dikenal sejak Zaman Romawi yang jabatan atau profesinya disebut dengan officium nobilium sedangkan orang yang mengerjakannya disebut operae liberalis yang sekarang dikenal sebagai Advocate / Advokat / Lawyer. Permasalahan yang ada disini adalah Bagaimana perlindungan hukum terhadap klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum dan Apa kendala-kendala yang dihadapi terhadap upaya pelindungan hukum kepada klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum. Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sistem hukum dalam memberi perlindungan hukum terhadap klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum dan Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi terhadap upaya pelindungan hukum kepada klien klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum. Penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih ditujukan kepada pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan Undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin didalam ilmu hukum. 4 Herdiansyah Hadi, 2004, Kode Etik Advokat Indonesia, Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK), Jakarta, Halaman 2 3
4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 A. Hasil Penelitian 1. Kedudukan Hukum Advokat di Indonesia Sudah saatnya organisasi advokat memilih bentuk hukum yang mampu menjamin kemandirian namun tidak menghilangkan tanggung jawab hukumnya. Bentuk perkumpulan bisa dijadikan pertimbangan pertama, karena perkumpulan adalah badan hukum swasta yang mandiri den berbasis keanggotaan. dengan menggunakan bentuk hukum ini, organisasi advokat tidak dapat dibubarkan oleh siapapun (termasuk pemerintah seperti dalam UU Ormas) kecuali oleh anggotanya, pendiriannya pun tidak tergantung pada siapa pun selain atas kesepakatan Para anggotanya. Sebab lembaga tertinggi dalam perkumpulan adalah rapat musyawarah anggota. Faktanya dalam konstruksi UU Ormas, antara organisasi advokat dan anggota hanya ada hubungan seperti pada organisasi biasa. Tidak ada mekanisme yang mampu membuat anggota merasa memiliki dan pada akhirnya menimbulkan ketergantungan pada organisasi. Dengan begitu tidak ada alasan kuat bagi seorang advokat di Indonesia untuk bergabung dalam suatu organisasi advokat, maupun bagi seorang anggota organisasi advokat untuk patch dan tact pada aturan internal organisasinya. Dengan demikian, organisasi advokat di Indonesia pada saat berlakunya UU Ormas tersebut, berkembang menjadi organisasi yang tidak wild serta tidak memiliki posisi tawar yang kuat dalam hubungannya ke luar maupun ke dalam. 4
5 Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Richard Maruly) Namun, setelah keluarnya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Advokat (UU Advokat), secara langsung organisasi-organisasi advokat beserta anggota-anggotanya berpedoman pada UU Advokat tersebut. 2. Makna, Fungsi dan Peran Kode Etik Advokat Setiap profesi termasuk advokat menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan struktur yang mampu menciptakan disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang bisa dijadikan acuan Para profesional untuk menyelesaikan dilema etika yang dihadapi saat menjalankan fungsi pengembangan profesinya sehari-hari. Sistem etika tersebut juga bisa menjadi parameter bagi berbagai problematika klien-profesional, konflik kepentingan yang ada, dan isu-isu yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial profesi. Sistem etika bagi profesional dirumuskan secara konkrit dalam satu kode etik profesi yang secara harfish berarti etika yang dikodifikasi. Bertens menyatakan bahwa "kode etik ibarat kompas yang memberikan atau menunjukkan arah bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral, profesi di dalam masyarakat. Sedangkan Subekti menilai bahwa fungsi dan tujuan kode etik adalah menunjang martabat profesi dan menjaga atau memelihara kesejahteraan para anggotanya dengan melarang perbuatan-perbuatan yang akan merugikan "kesejahteraan materil para anggotanya". Senada dengan Berfens, Sidharta berpendapat bahwa "Kode etik profesi adalah 5
6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 seperangkat kaedah perilaku sebagai pedoman yang 'harus dipatuhi dalam mengembangkan suatu profesi". Jadi, dari hal yang telah disebutkan di atas paling tidak ada tiga maksud yang terkandung dalam pembentukan Kode etik; yakni: 1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral. 2. Menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis. 3. Melindungi kesejahteraan materiil Para pengemban profesi 3. Kebutuhan Advokat Terhadap Kode Etik Dilihat dalam kenyataan yang ada, maka dari sejumlah kalangan advokat didapatkan tiga macam kebutuhan kode etik advokat yang menonjol, yakni kebutuhan perlindungan, kebutuhan pendisiplinan, dan kebutuhan pengendalian kualitas. Di bawah akan dicoba diuraikan mengapa kebutuhan itu muncul dan demi orientasi apa kebutuhan tersebut ditujukan. 1. Kebutuhan Perlindungan Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan perlindungan. Perlindungan merupakan perlindungan terhadap intervensi Dari pihak luar terhadap advokat pihak luar yang dimaksud adalah birokrasi peradilan yaitu kehakiman, kejaksaan, panitera dan kepolisian. Kebutuhan perlindungan ini merupakan refleksi Dari kenyataan yang ada di lapangan. Hai ini salah satunya bisa dilihat Dari hambatanhambatan yang ditemui oleh Para advokat pada saat menjalankan profesinya. 6
7 Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Richard Maruly) 2. Kebutuhan Pendisiplinan Kebutuhan kedua yang dirasakan oleh advokat terhadap kode etik adalah kebutuhan pendisiplinan. Kebutuhan ini merupakan respons advokat terhadap dua keadaan. Keadaan pertama adalah persaingan yang tidak sehat di kalangan advokat dalam menjalankan profesinya. Dengan begitu, kebutuhan pendisiplinan berorientasi pada dua hal, pertama persaingan yang sehat di kalangan advokat, termasuk di antaranya mekanisme pencegahan dan penyelesaian konflik di antara sesama advokat Kedua, peningkatan integritas advokat di mata masyarakat, termasuk di antaranya membentuk sistem nilai yang ketat dalam komunitas advokat, sehingga tiap anggota akan terus-menerus menyesuaikan diri dan peka terhadap rasa keadilan yang ada di dalam masyarakat. Kedua orientasi tersebut khususnya juga berkaitan langsung dengan upaya "rehabilitasi" status istimewa yang lekat pada advokat di masa lalu, yaitu profesi yang terhormat (officium nobile). 3. Kebutuhan Pengendalian Kualitas Kebutuhan yang ketiga adalah pengendalian kualitas. Kebutuhan ini terdapat di tahap keempat dalam skema Kohn. Kualitas advokat diakui oleh banyak pihak masih sangat kurang. Walaupun, menurut pengamatan banyak pihak, keberadaan pokrol bambu sudah semakin langka dan tersamar kalau mustahil dikatakan tidak ada. Salah satu kehidupan profesional yang Bering diupayakan untuk 7
8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 dicakup dalam kode etik adalah aspek keahlian dan keterampilan. Seorang profesional harus berperan lebih dari sekedar teknisi. Keterampilan tersebut memang diperlukan, tapi dalam konteks yang lebih luas, profesional harus memainkan peranan sebagai perancang, perekayasa, pembangun, dari waktu ke waktu menjadi penemu halhal baru di bidangnya. Menentukan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas secara terus-menerus juga merupakan bentuk respon para advokat terhadap perkembangan profesi, termasuk tuntutan bagian mereka untuk selalu menyesuaikan diri dengan materi kode etik dan standard profesi yang dinamis, seiring dengan dinamika perkembangan profesi dan dinamika hubungan yang terkandung antara profesi dengan masyarakat. 4. Hasil wawancara dengan Ketua DPC KAI Kota Samarinda Robert Nababan., SH., MH. Hubungan antara teman sejawat advokat atau pihak lawan harus dilandasi menghormati, menghargai serta saling mempercayai, selanjutnya bila advokat membicarakan teman sejawat atau pihak lawan pada saat berhadapan satu sama lain dalam sidang pengadilan, seharusnya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik secara lisan maupun tertulis. Advokat dalam hubungannya dengan klien dalam rangka memberi bantuan hukum baik di luar maupun di dalam pengadilan sebenarnya harus memiliki perjanjian terlebih dahulu antara advokat dengan kliennya tentang perkara beserta hak dan kewajiban masing- 8
9 Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Richard Maruly) masing pihak agar tidak terjadi malpraktik dalam hubungan antara kedua belah pihak. Jarang dibuat perjanjian tertulis antara advokat dengan kliennya mengenai perkara yang diserahkan klien. Surat Kuasa yang ditandatangani klien umumnya hanya menentukan perkara apa yang diserahakan serta kewenangan-kewenangan apa saja yang dimiliki advokat berdasarkan surat kuasa tadi. Inipun isinya umumnya singkat saja jadi sulit untuk merinci apa saja kewajiban-kewajiban advokat terhadap kliennya, apalagi jika kuasa itu diberikan dengan cara lisan. karena sulit mengatakan dalam hal tertentu apakah advokat benar telah memenuhi kewajibannya sebab tidak mudah disimpulkan apakah in concreto seorang advokat telah ingkar janji. 5. Hasil wawancara dengan Wakil Ketua DPC PERADI Kota Samarinda H. Hermanto., SH. Advokat pada hakikatnya adalah profesi terhormat yang berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan, Oleh karena itu, setiap advokat harus mampu menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia dan menjunjung tinggi kode etik dan sumpah profesi. Kedudukan advokat memang mewakili kepentingan kliennya. Dalam perkara perdata advokat bertindak untuk dan atas nama kliennya sepanjang disebutkan dalam surat kuasa. Sehingga klien tak perlu maju sendiri, cukup diwakili kliennya. Dalam perkara pidana tidak bisa begitu. advokat hanya mendampingi dan 9
10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 memberi nasihat hukum pada kliennya. Klien tetap harus maju langsung mengikuti semua tahapan proses hukum dengan didampingi advokat. B. Pembahasan 1. Perlindungan hukum terhadap klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum Untuk menjamin kode etik profesi advokat dijalankan oleh seluruh advokat, maka bila terjadi pelanggaran dapat diadukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan merasa dirugikan yaitu : a. Klien b. Teman sejawat advokat c. Pejabat pemerintah d. Anggota Masyarakat e. Dewan Pimpinan Pusat / Cabang / Daerah dari Organisasi profesi dimana teradu menjadi anggota f. Dewan Pimpinan Pusat atau Dewan Pimpinan Cabang / Daerah dapat juga bertindak sebagai pengadu dalam hal yang menyangkut kepentingan hukum dan kepentingan umum dan yang dipersamakan untuk itu. Usaha Perlindungan Represif dapat dilakukan dengan pengaduan atas pelanggaran kode etik advokat telah banyak dilakukan. Pada kasus pemecatan pengacara kondang Todung Mulya Lubis oleh Peradi pada tahun 2008 misalnya, awal mula pemeriksaan pelanggaran kode etik berawal dari pengaduan oleh pengacara Hotman Paris Hutapea yang 10
11 Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Richard Maruly) tidak lain adalah rekan sejawat Todung Mulya Lubis. Pengaduan terhadap advokat sebagai teradu yang dianggap melanggar Kode Etik advokat harus disampaikan secara tertulis disertai dengan alasan-alasannya sebanyak tujuh rangkap kepada Dewan Kehormatan Cabang / Daerah atau kepada Dewan Pimpinan Cabang / Daerah atau Dewan Pimpinan Pusat dimana teradu menjadi anggota dengan membayar biaya pengaduan. Bila di suatu tempat tidak ada Cabang / Daerah organisasi, pengaduan disampaikan kepada Dewan Kehormatan Cabang / Daerah terdekat atau Dewan Pimpinan Pusat. Namun bila pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan Cabang / Daerah, maka Dewan Pimpinan Cabang / Daerah meneruskannya kepada Dewan Kehormatan Cabang / Daerah yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu. Berdasarkan beberapa kasus yang telah terjadi yang berhubungan dengan dirugikannya klien atas perbuatan advokat dalam memberikan bantuan hukum seperti menelantarkan klien setelah pembayaran honorarium bahkan memberikan janji-janji kemenangan terhadap perkara yang akan ditangani oleh advokat, klien disini kebanyakan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan teradap permasalah tersebut. Banyak klien yang tidak mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan jika keruhian tersebut menimpa klien, klien hanya bisa pasrah bahkan melupakan masalahnya begitu saja karena klien merasa takut untuk melaporkan masalah ini, klien merasa bahwa advokat lebih mengetahui hukum diabanding klien sendiri bahkan jika advokat 11
12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 dilaporkan ke Dewan Kehormatan tempat organisasi advokat tersebut bernaung maka dikhawatirkan terjadi pengaturan terhadap persidangan yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan terhadap advokat yang bermasalah karena Dewan Kehormatan disini terdiri dari teman teman sejawat advokat itu juga sehingga klien merasa perkaranya dalam hal melaporkan advokat akan sia-sia. 2. Kendala-kendala yang dihadapi terhadap upaya perlindungan hukum kepada klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum Pada pola hubungan yang sarat dengan nilai etis, kelemahan utama terletak pada kemampuan, motivasi, serta moraiitas yang dimiliki advokat. Hubungan tersebut menurut salah seorang advokat senior sangat ditentukan oleh kepekaan moral dan kemanusiaan si advokat. Jika kepercayaan itu tidak dimiliki, si klien akan cenderung dirugikan. Adnan Buyung Nasution misalnya, menyoroti bahwa para pencari keadilan cenderung tidak memiliki jaminan karena tidak adanya ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban advokat. Dalam kode etik organisasi advokat terdapat bab khusus yang mengatur hubungan dengan klien. Akan tetapi seperti hal-hal normatif lain, ketentuan etis sangat sulit ditegakkan pada tatanan teknis karena kemandulan Dewan Kehormatan sendiri. Selain kedua permasalahan itu yang perlu mendepat perhatian ialah secara sosiologis pranata advokat tidak penah ada dalam masyarakat Indonesia. Akibatnya peran advokat 12
13 Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Richard Maruly) dalam penegakan hukum tidak dapat dikoreksi oleh masyarakat karena masyarakat memang tidak mengerti benar apa peran dan fungsi (yang akhirnya akan melahirkan hak dan kewajiban) advokat. Ketidaktahuan akan fungsi dan peran, berada dalam posist yang sangat lemah dan rentan akan penyalahgunaan wewenang. Berdasarkan basil pellelitian terhadap pengguna jasa advokat, dapat digambarkan pola hubungan yang terjadi antara klien dan advokat. Sebagian besar pengguna jasa advokat tidak pernah merasa dikecewakan oleh advokat mereka. Dari penelitian tersebut diungkap bahwa tindakan advokat yang mengecewakan kliennya adalah sulit dihubungi, lalai dalam memberi jasa terbaik, menambah imbalan jasa secara sepihak, dan conflict of interest. Dari kalangan advokat, diperoleh gambaran bahwa terdapat beberapa advokat yang dalam menjalankan profesinya mendapat hambatan justru dari kliennya sendiri. Hambatan yang terbesar menyatakan bahwa klien tidak memberi informasi yang benar, atau sering bersikap tidak jujur. Seiain itu, responden menemukan masalah dengan klien dalam hal biaya penanganan perkara terdapat juga responden pang bermasalah dengan sikap klien yang sering ingin mengambil jalan pintas, misalnya dengan menyuap hakim dan aparat penegak hukum. Sementara, terdapat juga responden menyatakan dirinya sering diganggu oleh klien yang memaksakan kehendaknya dalam penanganan perkars atau klien yang bertindak tanpa konsultasi dan mengaiihkan kuasanya secara tiba-tiba kepada advokat lain. 13
14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Hubungan advokat dengan kliennya didasari dengan persetujuan kuasa atau antara advokat dengan klien dibuat suatu perjanjian mengenai penanganan perkara. Persetujuan semacam ini tidak banyak dilakukan kedua belah pihak sehingga hubungan tersebut cenderung menimbulkan rasa salah pengertian dari klien sendiri. Kecenderungan ini dilatar belakangi oleh awamnya klien terhadap tugas profesional advokat. Dengan demikian tidak jarang klien tidak yakin dan tidak percaya kuasa yang telah dilakukan dan diberikan kepada advokat dijalankan sebagaimana mestinya. Padahal profesi advokat bukan seperti layaknya seorang calo yang dapat mengurus semua persoalan yang diserahkan kepadanya, akan tetapi sebenarnya advokat adalah sebuah profesi yang terhormat dalam rangka memberi bantuan hukum baik di luar maupun di dalam pengadilan. Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam hubungan antara klien yang merasa dirugikan oleh advokat maka bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada klien adalah jika kerugian tersebut masuk dalam unsur perdata maka klien tersebut dapat membuat Gugatan Perdata ke Pengadilan Negeri Setempat, jika kerugian tersebut memenuhi unsur pidana maka klien dapat membuat laporan resmi atas 14
15 Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Richard Maruly) perbuatan advokat tersebut ke Kepolisian dan jika kerugian yang dialami klien tersebut dalah hal pelanggaran kode etik maka klien dapat melaporkannya ke Dewan Kehormatan tempat advokat tersebut bernaung. 2. Kendala-kendala yang dihadapi terhadap upaya pelindungan hukum kepada klien klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum dalam hal ini yakni: a. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap tugas profesi advokat pada khususnya. b. Tidak dibuatnya perjanjian khusus di samping surat kuasa yang telah disepakati, sehingga pelaksanaan kuasa oleh advokat cenderung menimbulkan salah penafsiran oleh klien yang kurang mengetahui tugas dan tanggung jawab advokat. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan tersebut penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi klien yang merasa dirugikan oleh advokat dalam memberikan bantuan hukum maka klien tersebut dapat melaporkan advokat tersebut ke Dewan Kehormatan dimana advokat tersebut bernaung, karena hal ini sudah dilindungi dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat dan Kode Etik Profesi Advokat Indonesia Tahun Selain itu pula 15
16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 advokat dapat juga diadukan klien kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana advokat tersebut berdomisili, karena Ketua Pengadilan Negeri tersebut bertindak selaku pengawas advokat dalam menjalankan profesinya. Apabila perbuatan advokat di dalamnya terdapat unsur kriminal, maka dengan sendirinya advokat tersebut dapat diadukan kepada penyidik dalam hal ini Kepolisian. 2. Perlunya sosialisasi mengenai Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan mengenai Kode Etik Profesi Advokat agar masyarakat mengetahui tugas dan fungsi advokat juga lebih mengetahui Peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara advokat dengan klien agar tidak ada lagi klien yang tidak mengetahui tindak lanjut dikarenakan klien tersebut dirugikan oleh advokat. 16
BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaats) yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi sebagai acuan, sama seperti hakim dan jaksa. karena hal seperti itu tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Advokat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat adalah profesi hukum yang sangat mulia, dan profesi hukum yang terhormat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah officer of the court. Sebagai Officer of the court,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Advokat merupakan salah satu profesi yang mulia dan terhormat (Officium Nobile). Sesuai pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003, Advokat juga merupakan
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanannya Kode Etik profesi Advokat dirasa masih berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanannya Kode Etik profesi Advokat dirasa masih berfungsi kurang optimal dalam menjaga dan menegakkan martabat profesi Advokat di Indonesia, oleh
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Pertanggung Jawaban Pengemban Profesi Advokat dalam Menangani Kasus Tindak Pidana Korupsi Ditinjau dari Undang-Undang Advokat dan Kode Etik Advokat Indonesia 1 Adi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Prinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara hukum menuntut antara
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHAULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang
BAB I PENDAHAULUAN A. Latar belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang berlandaskan pada Pancasila, oleh karena itu setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negaranya
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN
ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2016 KEUANGAN BPK. Kode Etik. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5904) PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Lebih terperinciKODE ETIK P O S B A K U M A D I N
KODE ETIK P O S B A K U M A D I N PEMBUKAAN Bahwa pemberian bantuan hukum kepada warga negara yang tidak mampu merupakan kewajiban negara (state obligation) untuk menjaminnya dan telah dijabarkan dalam
Lebih terperinciAD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN
AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu setiap orang tanpa membedakan
Lebih terperinciKODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI
KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI MUKADIMAH 1. Bahwa untuk meningkatkan profesionalisme industri perbukuan di Indonesia sesuai Undang-Undang yang berlaku dan peraturanperaturan lainnya yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1230, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Perilaku. Kode Etik. Jaksa. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER 014/A/JA/11/2012 TENTANG KODE PERILAKU JAKSA DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In
No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang Notaris harus memiliki integritas dan bertindak
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hukum, untuk itu advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
Lebih terperinci2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU
No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin segala
Lebih terperinciPERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERILAKU BAGI PELAKSANA KHUSUS DAN PETUGAS PENERIMA LAPORAN MASYARAKAT,
Lebih terperinciSUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN
SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN Teguh Kurniawan Kepala UPMA & SPI, FIA Universitas Indonesia teguh.kurniawan@ui.ac.id; http://kurniawans.id OUTLINE Pengertian Nilai Dasar,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:
Lebih terperinciBAB I. Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum. Pernyataan ini dengan jelas terlihat
Lebih terperinci2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg
No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016
SALINAN WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Praktek penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia dewasa ini masih penuh dengan ketidakpastian biaya, waktu dan cara pelayanan. Waktu dan biaya pelayanan
Lebih terperinciLAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN. PERADI Semarang Tahun
LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN Pengacara M. Reza Kurniawan SH, selaku Ketua Dewan Pimpinan Cabang PERADI Semarang Tahun 2012-2016. 1. Adakah sanksi untuk advokat yang melanggar kode etik? Jika ada apa sanksi
Lebih terperinciMATERI PKPA ETIKA PROFESI
MATERI PKPA ETIKA PROFESI Welin Kusuma ST, SE, SSos, SH, SS, SAP, MT, MKn RFP-I, CPBD, CPPM, CFP, Aff.WM, BKP http:://peradi-sby.blogspot.com http://welinkusuma.wordpress.com/advokat/ UNDANG-UNDANG NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi hukum termasuk didalamnya profesi Notaris, merupakan suatu profesi khusus yang sama dengan profesi luhur lainnya yakni profesi dalam bidang pelayanan kesehatan,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311
PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) 381437, 381319 Kebumen 54311 PERATURAN INSPEKTUR KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGAWAS
Lebih terperinciPERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 02/BAKTI/ TENTANG KODE ETIK ARBITER
PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 02/BAKTI/01.2009 TENTANG KODE ETIK ARBITER PENGURUS BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Menimbang : a. bahwa Badan Arbitrase
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjalananya, profesi tersebut bahkan dinamai sebagai officium nobile,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara historis Advokat termasuk salah satu profesi yang tertua. Dalam perjalananya, profesi tersebut bahkan dinamai sebagai officium nobile, jabatan yang mulia.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur yang terhormat atau profesi mulia ( nobile officium) dan sangat berpengaruh di dalam tatanan kenegaraan. Profesi
Lebih terperinciPEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA
PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA Diterbitkan oleh Yayasan LBH Indonesia Jakarta, 1986 KETETAPAN No. : TAP 01/V/1985/YLBHI T e n
Lebih terperinciPENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM
PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM 1 (satu) Hari Kerja ~ waktu paling lama, Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia
Lebih terperinci2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen
No.932, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Intelijen Negara. Kode Etik. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN
Lebih terperinciDPN APPEKNAS KODE ETIK ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL
DPN APPEKNAS KODE ETIK ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA SAPTA ETIKA APPEKNAS 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki semangat Nasinalisme dan Patriotisme serta memiliki rasa kepedulian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. & CO., yang dimulai dari tanggal 2 Maret 2015 dan diakhiri 30 April 2015
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan selama kurang lebih 2 bulan atau 8 minggu bertempat di Kantor Advokat Arqom & CO., yang dimulai dari tanggal 2 Maret 2015
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 1 - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciKODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA
KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 01 November 2014; disetujui: 01 Desember 2014 Terselenggaranya tata pemerintahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Notaris bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh pemerintah yang memperoleh kewenangan secara atributif dari Negara untuk melayani
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris merupakan salah satu profesi yang mulia, oleh karena itu, untuk tetap memuliakan profesi ini, maka diperlukan suatu aturan untuk mengatur tingkah laku
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciPIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL TBK ( Perseroan )
PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL TBK ( Perseroan ) Piagam Audit Internal ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 56/POJK.04/2015 Tahun 2015 tanggal
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/M-DAG/PER/3/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG Jl. Negara Medan-L.Pakam No.3 Telp. 7951704 Lubuk Pakam-20514 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR : TAHUN 2010 TENTANG
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH
DRAFT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH BISMILLAHIRRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan
Lebih terperinciTantangan Organisasi Advokat Saat Ini. 1
Tantangan Organisasi Advokat Saat Ini. 1 Oleh Luhut M.P Pangaribuan. 2 Secara singkat, kalau mau didaftar banyak sekali tantangan organisasi advokat saat ini. Akan tetapi bagaimana kita menghadapi dan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Bahan Panja Hasil Timus RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciVolume 15 Nomor 1 Juni 2015 Volume 15 Nomor 1 Juni 2015
MALPRAKTIK DI KALANGAN PROFESIONAL HUKUM SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DARI KODE ETIK PROFESI HUKUM Uswatun Hasanah,SH.MHum Abstract Legal professionals consisting of a judge, the prosecutor, Advocate, Notary
Lebih terperinciKODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: IJ/65/2006
KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: IJ/65/2006 DEPARTEMEN AGAMA R.I. INSPEKTORAT JENDERAL 2006 PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara
No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN
PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:
Lebih terperinciKODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM
KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM Kode Etik Auditor IAIN Mataram 1 kode etik auditor hadir untuk memacu pencapaian budaya etis di kalangan profesi auditor mutu akademik internal 2 Kode Etik Auditor IAIN Mataram
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.574, 2013 KOMISI YUDISIAL. Penghubung. Daerah. Pembentukan. Susunan. Tata Kerja. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KODE ETIK PEGAWAI
Lebih terperinci*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN UU 4/2004, KEKUASAAN KEHAKIMAN *14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUndang - undang No. 18 Tahun 2003
Undang - undang No. 18 Tahun 2003 UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERNAL
PIAGAM AUDIT INTERNAL Latar Belakang Unit Audit Internal unit kerja dalam struktur organisasi Perseroan yang dibentuk untuk memberikan keyakinan yang memadai dan konsultasi yang bersifat independen dan
Lebih terperinciPROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam
Lebih terperinciKEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Jakarta, 11 April 2000 Nomor : B-05/E/4/2000 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Jabatan Rangkap anggota DPR dengan Advokat KEPADA YTH. Kepala
Lebih terperinciKODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA
KODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA KETENTUAN UMUM Pengertian PASAL 1 1. Yang dimaksud dengan kode etik Panitera dan jurusita ialah aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap Panitera dan jurusita dalam
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam dokumen ini yang dimaksud dengan: 1. Kode Etik Anggota
Lebih terperinciETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010
ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 Bahasan 1. Pengantar 2. Pengertian Etika 3. Pengertian Profesi 4. Kode Etik Profesi Pengantar
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan
Lebih terperinci- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KOOE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciPERJANJIAN KERJASAMA
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PENGADILAN AGAMA LAMONGAN DENGAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM NAHDLATUL ULAMA CABANG LAMONGAN TENTANG PENYEDIAAN PEMBERI BANTUAN HUKUM DI POS BANTUAN HUKUM DI PENGADILAN AGAMA LAMONGAN
Lebih terperincimakalah etika profesi hukum
makalah etika profesi hukum A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum,
Lebih terperinciPERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 005 TAHUN 2015
Mengingat Menimbang PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 005 TAHUN 2015 Tentang KODE ETIK ORGANISASI KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan Rahmat Tuhan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Draft 3 Juli 2013 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan
Lebih terperinciNOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA
PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PENGURUS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR : 001/UU/BPMFEUI/VI/2012
UNDANG-UNDANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR : 001/UU/BPMFEUI/VI/2012 Tentang : KOMITE AUDIT BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG
1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga negaranya. Di dalam
Lebih terperinci