BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Teknologi selalu mengalami perkembangan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Teknologi selalu mengalami perkembangan untuk"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi merupakan salah satu dampak dari perkembangan zaman. Teknologi selalu mengalami perkembangan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang berkembang dari waktu ke waktu. Teknologi dapat memberikan kemudahan bagi manusia untuk menjalankan segala aktivitas dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul pada zaman sekarang. Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia (Undang-undang RI No. 18 tahun 2002, tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Menurut Pacey (1983) dalam Syahri (2006), kehadiran teknologi agar bisa efektif implementasinya di masyarakat harus didukung oleh tiga elemen yaitu aspek teknis, organisasi dan budaya. Aspek teknis dapat dilihat dari aspek internal yang dimiliki oleh teknologi tersebut, misalnya dari spesifikasi, fitur, perangkat keras maupun lunak, kecocokan, dan inovasi. Pada aspek organisasi, misalnya berupa suatu kebijakan atau policy yang mengatur pemanfaatan teknologi pada suatu organisasi. Pemerintahan merupakan salah satu contoh organisasi yang memiliki wewenang dalam menetapkan suatu kebijakan. Dalam hal ini, sebuah 1

2 2 pemerintahan akan melakukan tugasnya sebagai pihak yang berwenang untuk mengeluarkan kebijakan pemakaian suatu teknologi yang bisa membawa manfaat pada masyarakatnya. Aspek budaya menekankan pada sisi budaya yang melekat di masyarakat yang menggunakan teknologi tersebut, misalnya perilaku, nilainilai, norma dan etika yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Salah satu hasil pengembangan teknologi informasi yang banyak dimanfaatkan oleh organisasi untuk menjalankan kegiatan operasionalnya adalah sistem informasi. Laudon dan Laudon (2005) mendefinisikan sistem informasi sebagai seperangkat komponen yang saling berhubungan, yang mengumpulkan (atau mendapatkan kembali), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian dalam suatu organisasi. Sistem informasi akan mempengaruhi bagaimana organisasi membuat keputusan, merencanakan, dan mengatur semua bagian organisasi, baik organisasi swasta maupun organisasi sektor publik. Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada negara yang bersangkutan. Pemerintah pusat sebagai salah satu organisasi sektor publik membutuhkan sistem informasi untuk melaksanakan pengelolaan keuangan pusat. Menurut Peraturan Menteri Kuangan No. 213/ PMK. 05/ Tahun 2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan

3 3 pada Pemerintah Pusat. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 55 ayat 2 menyatakan bahwa dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan pada kementerian negara/lembaga masing-masing. Kemudian pada penjelasan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). SAI merupakan salah satu subsistem dari SAPP. Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 213 /PMK.05 /2013, SAI adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. SAI dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Ketua Lembaga. Setiap Kementerian Negara/ Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (Mahsun, dkk, 2007). BPKH Wilayah XI Jawa Madura adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di bidang planologi kehutanan dan tata lingkungan. BPKH Wilayah XI Jawa Madura mempunyai tugas melaksanakan pengukuhan kawasan hutan, penyiapan bahan perencanaan kehutanan wilayah, penyiapan data perubahan fungsi serta perubahan status/peruntukan kawasan hutan, penyajian data dan informasi pemanfaatan

4 4 kawasan hutan dan penyajian data informasi sumberdaya hutan (Setyawan, 2015). BPKH Wilayah XI Jawa Madura sebagai satuan kerja (satker) dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menjalankan tugas dan fungsinya mendapatkan alokasi anggaran pemerintah berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang harus dipertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 213/ PMK. 05/ Tahun 2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, satker BPKH Wilayah XI Jawa Madura dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Penerapan sistem informasi pada pemerintahan pusat akan mempengaruhi kinerja pemerintahan pusat dan kinerja individu dalam pemerintah pusat tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas (Cokroaminoto, 2007). Kinerja individu dapat dilihat dari hasil kerja yang dicapai individu tersebut dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya atas dasar kecakapan, pengalaman, serta keterampilan yang digunakan oleh individu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pencapaian kinerja juga berkaitan dengan kesesuaian antara sistem informasi yang diterapkan dengan tugas, kebutuhan dan kemampuan individu dalam organisasi tersebut. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian pertama dilakukan oleh Astuti (2008) berjudul tentang Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Individu di Lingkungan Pemerintah Kota

5 5 Malang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja individu pada pemerintah kota Malang. Penelitian kedua dilakukan oleh Anggraini (2011) dengan judul Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan secara simultan sistem informasi akuntansi dengan karakteristik yang relevant, reliable, complete, timely, understandable, verifiable berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Namun secara parsial, karakteristik sistem informasi akuntansi relevant, reliable, complete berpengaruh terhadap kinerja manajerial, sedangkan karakteristik yang timely, understandable, verifiable tidak berpengaruh. Penelitian serupa dilakukan oleh Sitepu (2013) dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan terhadap efektivitas kinerja perusahaan yang menguji secara empiris tentang pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi penggajian dan pengupahan terhadap efektivitas kinerja perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem penggajian dan pengupahan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kinerja perusahaan. Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut mengenai pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi, hanya penelitian Astuti (2008) yang berkaitan dengan lingkungan pemerintahan sebagai objek penelitian. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk menguji kembali penelitian Astuti (2008) dengan objek yang berbeda yaitu BPKH Wilayah XI Jawa Madura yang berlokasi di Daerah

6 6 Istimewa Yogyakarta. Adapun BPKH Wilayah XI Jawa Madura yang berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih karena terdapat permasalahan yakni perencanaan anggaran yang yang belum sesuai dengan rencana strategi (restra) (Wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha BPKH Wilayah XI Jawa- Madura). Selain itu, penelitian yang dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga memudahkan peneliti untuk bertemu dengan responden secara langsung agar tidak salah sasaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Individu Pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa Madura. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi pada kinerja individu pada Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa - Madura? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2008) dengan objek penelitian yang berbeda yaitu Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa Madura.

7 7 1.4 Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian serupa. Oleh karena belum banyaknya penelitian yang berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi dilingkungan pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu. 2. Kontribusi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bagi Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa Madura, dalam upaya mewujudkan peningkatan kinerja pada tingkat Unit Pelaksana Teknis yang baik melalui penerapan sistem informasi akuntansi Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II : Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab kedua ini berisikan teori-teori yang melandasi penelitian ini dan hipotesis penelitian.

8 8 Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisikan penjelasan mengenai metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, metode pengukuran variabel, dan teknik analisis data. Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisikan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian. Bab V : Penutup Bab ini berisikan kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneliti berikutnya.

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA INDIVIDU PADA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH XI JAWA - MADURA

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA INDIVIDU PADA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH XI JAWA - MADURA PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA INDIVIDU PADA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH XI JAWA - MADURA Natalie Nako 11 04 18864 Ch. Heni Kurniawan, SE., M.Si. Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi merupakan salah satu dampak dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi merupakan salah satu dampak dari perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi merupakan salah satu dampak dari perkembangan jaman. Teknologi selalu mengalami perkembangan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1. Sistem 2.1.1.1 Definisi Sistem Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan

Lebih terperinci

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagai pengguna anggaran negara, wajib untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagai pengguna anggaran negara, wajib untuk melakukan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi keuangan pemerintah telah mengusung gagasan tentang perlunya akuntabilitas, profesionalitas serta transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan good governance mutlak diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan good governance mutlak diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan good governance mutlak diperlukan suatu pertanggungjawaban keuangan secara akuntabel dan transparan, oleh karena itu Undang-undang Keuangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan sistem pengelolaan keuangan kementrian/kelembagaan adalah memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang ada di bawah organisasi/kelembagaan,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan oleh stakeholders atas pengelolaan keuangan negara/daerah. Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan oleh stakeholders atas pengelolaan keuangan negara/daerah. Bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi pengelolaan keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik. Perubahan sistem hubungan keuangan pusat/pemerintahan & daerah dengan pengawasan

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 01 /PER/SM/II/2008

PERATURAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 01 /PER/SM/II/2008 KEMNETERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI PERATURAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 01 /PER/SM/II/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.530, 2013 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Akuntansi. Pelaporan. Keuangan. Sistem. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PMK 76 /PMK.05/2008 tentang PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENIMBANG (a) dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan penerapan sistem akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dalam beberapa dekade terakhir membawa implikasi terhadap hampir semua sektor. Pengaruh signifikan dari teknologi dirasakan dengan terjadinya

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT I. PENDAHULUAN I.1. Umum Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian. pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian. pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing baik ditingkat pusat maupun daerah. Dalam

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT 1 of 18 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan persetujuan DPR RI telah berhasil menetapkan paket perundang-undangan di bidang keuangan negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor publik (pemerintahan) pada dasarnya adalah perusahaan yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang bersifat langsung dinikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka menciptakan good

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka menciptakan good BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka menciptakan good governance yaitu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi (TI) seperti menerapkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/PMK.05/2009 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

2017, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor No.182, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMIN. SAI. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR : PER-21/PB/2005 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya teknologi yang berpengaruh terhadap perkembangan organisasi sektor publik maupun swasta dan semakin cerdasnya masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAPORAN KEUANGAN MENGGUNAKAN APLIKASI PADA KEMENTERIAN PERTANIAN

PROSEDUR PELAPORAN KEUANGAN MENGGUNAKAN APLIKASI PADA KEMENTERIAN PERTANIAN PROSEDUR PELAPORAN KEUANGAN MENGGUNAKAN APLIKASI PADA KEMENTERIAN PERTANIAN Nama : Icha Septyani NPM : 43211445 Program Studi : DIII/Akuntansi Komputer Dosen Pembimbing : Dr. C. Widi Pratiwi, SE., MM Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu serta untuk mengatur kepentingan Bangsa

Lebih terperinci

A. DASAR-DASAR KEBIJAKAN TENTANG KEUANGAN

A. DASAR-DASAR KEBIJAKAN TENTANG KEUANGAN A. DASAR-DASAR KEBIJAKAN TENTANG KEUANGAN 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tanggal 5 April 2003, tentang Keuangan Negara. 2. Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Menimbang: bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing baik di tingkat pusat maupun daerah.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.894, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Istem Akuntansi. Pelaporan Keuangan. Pemerintah Pusat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG 1 of 15 12/22/2015 3:53 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 171/PMK.05/2007

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Pemerintah Pusat. Jurnal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Pemerintah Pusat. Jurnal. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Pemerintah Pusat. Jurnal. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.05/2013 TENTANG JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, peran sistem pengendalian internal di. internal, auditor eksternal, penyusun laporan keuangan, asosiasi profesi, dan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, peran sistem pengendalian internal di. internal, auditor eksternal, penyusun laporan keuangan, asosiasi profesi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama satu dekade terakhir, peran sistem pengendalian internal di lingkungan instansi pemerintah mendapat perhatian luas dari para auditor internal, auditor eksternal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami lulusan lulusan perguruan tinggi. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. dialami lulusan lulusan perguruan tinggi. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan mahasiswa terhadap lingkungan masyarakat khususnya dunia kerja memang sangat di butuhkan, mengingat masih tingginya tingkat pengangguran yang dialami lulusan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Satker Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (05) Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian Semester II TA. 2014

Laporan Keuangan Satker Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (05) Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian Semester II TA. 2014 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA Diana Tambunan Manajemen Administrasi ASM BSI Jakarta JL. Jatiwaringin Raya No.18, Jakarta Timur diana.dtb@bsi.ac.id ABSTRACT: This study aimed

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA No.1531, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Dekonsentrasi. Pengendalian. Pelimpahan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur. No.139, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Lebih terperinci

PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI) DI KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI GORONTALO.

PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI) DI KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI GORONTALO. PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI) Abstrak DI KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI GORONTALO Oleh ARIF SUMA NIM: 921409030 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Institusi pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG Page 1 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG PERSYARATAN ADMINISTRATIF DALAM RANGKA PENGUSULAN DAN PENETAPAN SATUAN KERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 200

2016, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1969, 2016 KEMENPAR. Dekonsentrasi. Pelaksanaan Kegiatan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

TENTANG MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 07/PMK.02/2006 TENTANG PERSYARATAN ADMINISTRATIF DALAM RANGKA PENGUSULAN DAN PENETAPAN SATUAN KERJA INSTANSI PEMERINTAH UNTUK MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR : PER-21/PB/2005 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/

Lebih terperinci

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH 228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAHAH KELAS B

PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAHAH KELAS B BERITA DAERAH NOMOR 42 KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAHAH KELAS B BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan negara Indonesia adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, terjamin kesejahteraan, melindungi kehidupan bangsa, serta mampu mencakup kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan lahirnya paket Undang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan lahirnya paket Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan lahirnya paket Undang Undang Keuangan Negara yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) menyatakan anggaran sektor publik terutama pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) menyatakan anggaran sektor publik terutama pemerintah BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN. Oleh karena itu, proses penyusunan anggaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar yang dimaksud

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED) BAGIAN ANGGARAN 065 LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED) Jl. Jenderal Gatot Subroto No.44 Jakarta Selatan 12190 KATA PENGANTAR Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Reformasi tata kelola pemerintahan dan organisasi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Reformasi tata kelola pemerintahan dan organisasi sektor publik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi tata kelola pemerintahan dan organisasi sektor publik merupakan fenomena besar dalam konteks akuntansi sektor publik, hal ini bukan saja terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB (KEPALA SATKER)

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB (KEPALA SATKER) 32 Lampiran II. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.27/Menhut-II/2009 Tanggal : 14 April 2009 FORMAT DAN FORMAT PERNYATAAN TELAH DIREVIU (KEPALA SATKER) Laporan Keuangan (Nama Satker) yang terdiri dari:

Lebih terperinci

2011, No.8 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambaha

2011, No.8 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambaha No.8, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pelaksanaan Kegiatan. Anggaran. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 25, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara sebagaimana tercantum juga dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 120/PMK.06/2007 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Keuangan. Pelaporan. Tentara Nasional Indonesia.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Keuangan. Pelaporan. Tentara Nasional Indonesia. No.89, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Keuangan. Pelaporan. Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu tuntutan yang umum.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215/PMK.05/2013 TENTANG JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH PADA PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215/PMK.05/2013 TENTANG JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH PADA PEMERINTAH PUSAT 1 of 6 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215/PMK.05/2013 TENTANG JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH PADA PEMERINTAH PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 233/PMK.05/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 233/PMK.05/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 233/PMK.05/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 171/PMK.05/2007 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara Indonesia yang diawali dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, telah membawa dampak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK ANGGARAN Rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu Fungsi

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 124 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan dana yang akan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan dana yang akan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi sebagai bidang ilmu memberikan pengetahuan tentang cara pengelolaan dan pemanfaatan dana yang akan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9 /Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2011

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 91 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH UMUM Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana telah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam memasuki era informasi dan globalisasi, khususnya dalam pembangunan ekonomi, globalisasi ini berdampak kepada pembentukan aliansi ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pelaksanaan pemerintahan yang bersih menuntut seluruh pemerintah daerah bekerja secara professional sebagai syarat akuntanbel atau transparansi kepada

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN (AUDITED) UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind No.68, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Bidang Kehutanan. 9PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9/Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo No.847, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. PSAK. Poltekpel. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 63 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN POLITEKNIK PELAYARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini

I. PENDAHULUAN. melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi manajemen keuangan negara telah dicanangkan di Indonesia melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini mencakup perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Daerah merupakan pihak yang menjalankan roda perekonomian, pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang dituntut untuk dapat melaksanakan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tata kelola keuangan yang baik merupakan prinsip pokok yang harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tata kelola keuangan yang baik merupakan prinsip pokok yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tata kelola keuangan yang baik merupakan prinsip pokok yang harus diberlakukan di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Untuk menciptakan tata kelola

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PMK 07/PMK.02/2006 tentang PERSYARATAN ADMINISTRATIF DALAM RANGKA PENGUSULAN DAN PENETAPAN SATUAN KERJA INSTANSI PEMERINTAH UNTUK MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah. Akuntansi Keuangan Daerah ini diperlukan sejalan dengan semangat

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah. Akuntansi Keuangan Daerah ini diperlukan sejalan dengan semangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntansi Keuangan Daerah adalah akuntansi yang digunakan untuk mencatat peristiwa ekonomi pada entitas ekonomi di lingkungan pemerintahan daerah. Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN DOKUMEN PERENCANAAN/PENGANGGARAN/PELAPORAN/MONITORING DAN EVALUASI

KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN DOKUMEN PERENCANAAN/PENGANGGARAN/PELAPORAN/MONITORING DAN EVALUASI F-3.1.0.1 Rev.0 KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN 2015 184.005 DOKUMEN PERENCANAAN/PENGANGGARAN/PELAPORAN/MONITORING DAN EVALUASI Kementerian Negara/Lembaga : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (019) Unit Eselon

Lebih terperinci

ASEP BUDI SAPUTRA AKUNTANSI KOMPUTER

ASEP BUDI SAPUTRA AKUNTANSI KOMPUTER ASEP BUDI SAPUTRA 45209071 AKUNTANSI KOMPUTER PROSEDUR PENCATATAN DAN PELAPORAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA (BMN) TINGKAT ESELON I BADAN PPSDM KESEHATAN MENGGUNAKAN APLIKASI SIMAK-BMN Barang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola pemerintah yang baik dalam penyelenggaraan negara, dapat dilakukan melalui pengelolaan keuangan negara secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu era transparansi dan akuntabilitas. Hal itu ditandai dengan. pemberlakuan undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu era transparansi dan akuntabilitas. Hal itu ditandai dengan. pemberlakuan undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, reformasi pengelolaan keuangan negara telah memasuki suatu era transparansi dan akuntabilitas. Hal itu ditandai dengan pemberlakuan undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semenjak reformasi, akuntansi keuangan pemerintah daerah di Indonesia merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi perhatian besar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. PSAK. Politeknik. Ilmu Pelayaran. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN

Lebih terperinci