HUBUNGAN SEJARAH JAWA BARAT DENGAN SEJARAH DEPOK DAN MASUKNYA ISLAM KE DEPOK. Mumuh Muhsin Z.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN SEJARAH JAWA BARAT DENGAN SEJARAH DEPOK DAN MASUKNYA ISLAM KE DEPOK. Mumuh Muhsin Z."

Transkripsi

1 HUBUNGAN SEJARAH JAWA BARAT DENGAN SEJARAH DEPOK DAN MASUKNYA ISLAM KE DEPOK MAKALAH Makalah disampaikan dalam Seminar Penelusuran Arsip Sejarah Depok Diselenggarakan oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Depok, 18 Oktober 2012 di Aula Lantai I Balaikota Depok Jalan Margonda Raya Nomor. 54 Depok oleh Mumuh Muhsin Z. FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

2 HUBUNGAN SEJARAH JAWA BARAT DENGAN SEJARAH DEPOK DAN MASUKNYA ISLAM KE DEPOK 1 oleh Mumuh Muhsin Z. 2 ABSTRAK Sejarah pemerintahan Depok diwarnai oleh perubahan yang sangat dinamis. Dinamika ini sangat terkait dengan posisi geografis Depok yang berbatasan dengan DKI Jakarta sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia. Kedekatan letak geografis ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keragaman aspek demografis. Dengan demikian, meskipun Depok termasuk wilayah Jawa Barat namun etnis dan kuturnya sangat bervariasi, Sunda tidak lagi sebagai etnis dan kultur dominan. Bagaimana hubungan sejarah Jawa Barat dengan Depok dan bagaimana masuknya Islam ke Depok menjadi bahasan utama makalah ini. I. Pengantar Salah satu persoalan elementer dalam sejarah adalah ruang/tempat atau spasial (space). Ruang atau tempat berkaitan dengan pertanyaan where sebuah peristiwa sejarah terjadi. Pertanyaan elementer lainnya adalah when, what, who, why, dan how. Depok adalah ruang atau tempat peristiwa sejarah terjadi. Demikian juga Jawa Barat. Akan tetapi berbeda dengan Jawa Barat yang diketahui kapan istilah itu muncul sebagai nama wilayah geografis, nama Depok tidak. Belum diketahui sejak kapan nama Depok digunakan untuk menyebut wilayah geografis. Yang 1 Makalah disampaikan dalam Seminar Penelusuran Arsip Sejarah Depok; diselenggarakan oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Depok, 18 Oktober 2012 di Aula Lantai I Balaikota Depok Jalan Margonda Raya Nomor. 54 Depok. 2 Staf pengajar Jurusan Ilmu Sejarah,Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, Bandung. Alamat korepondensi: mumuhmz@unpad.ac.id. 2

3 pasti adalah dalam realitas kekinian Depok adalah ruang geografis yang mempunyai status administratif kota. Depok sediri sekarang ini termasuk bagian wilayah administratif Provinsi Jawa Barat. Masalah utama yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana latar belakang sejarah Kota Depok menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu terlebih dahulu dibahas sejarah Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat Berkait dengan identifikasi wilayah geografis bagian barat Pulau Jawa ini secara historis muncul tiga peristilahan, yaitu Sunda, Priangan, dan Jawa Barat. Di mata awam, istilah Sunda, Priangan, dan Jawa Barat seringkali diidentikkan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Sunda adalah Jawa Barat, Jawa Barat adalah Sunda. Demikian juga dengan Priangan. Sejatinya, ketiga istilah tersebut memiliki latar sejarahnya sendiri-sendiri. Perkembangan selanjutnya pun berjalan masing-masing. 2.1 Sunda Secara etimologis, kata sunda berasal dari bahasa Sanskerta sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, putih. Dalam bahasa Kawi dan bahasa Bali pun terdapat kata sunda yang berarti: bersih, suci, murni, tak bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada. Ptolemaues ( M.), ahli geografi berkebangsaan Yunani, dianggap sebagai orang pertama yang menyebut Sunda sebagai nama tempat. Kata ini digunakannya untuk menunjuk suatu wilayah yang terletak di sebelah timur India. Terinspirasi oleh Ptolemaeus, para geolog Eropa generasi-kemudian menamai Sunda untuk suatu dataran bagian barat-laut India Timur, sedangkan bagian tenggaranya dinamai Sahul. Selanjutnya, sejumlah pulau yang terbentuk di 3

4 dataran Sunda diberi nama Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Istilah yang pertama mengacu pada himpunan pulau yang berukuran besar yang terdiri atas pulau-pulau Sumatera, Jawa. Madura, dan Kalimantan. Istilah yang kedua mengacu pada gugusan pulau-pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Selanjutnya, Sunda menjadi nama kerajaan di bagian barat Pulau Jawa, Kerajaan Sunda. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda berdiri pada abad ke-7 dan berakhir pada tahun 1579 M. Sejak tahun 1482 Kerajaan Sunda beribu kota di Pakuan Pajajaran (Bogor, sekarang); sebelumnya beribu kota di Galuh dan Kawali. Salah satu pelabuhan penting yang juga menjadi nama kerajaan vassal dari Kerajaan Sunda yang ada di wilayah Kerajaan Sunda adalah Sunda Kalapa (kemudian nama Sunda Kalapa berubah menjadi Jayakarta , Batavia , Jakarta sekarang). Sejak keruntuhan kerajaan itu, nama Sunda terutama yang mengacu pada pengertian geografis tidak begitu menonjol. Istilah Sunda mengemuka lagi pada awal abad ke-20 melalui kelahiran organisasi Paguyuban Pasundan (1914). Perkumpulan ini bertujuan meningkatkan derajat, harkat, martabat, dan kesejahteraan orang Sunda. 2.2 Priangan Kata priangan berasal dari kata parahyangan. Akar kata parahyangan adalah hyang atau rahyang kemudian mendapat awal para- dan akhiran -an atau awalan pa- dan akhiran -an. Pengertian kata ini adalah daerah yang menjadi tempat tinggal tuhan atau dewa (hyang) yang harus dihormati atau daerah yang menjadi tempat tinggal leluhur yang harus dihormati (Ayatrohaedi, 1969). Selain itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kata priangan itu berasal dari kata prayangan, yang berarti menyerah dengan hati yang tulus. Pengertian yang kedua ini dikaitkan pada peristiwa sejarah, yaitu menyerahnya Pangeran 4

5 Suriadiwangsa (Raja Sumedanglarang) kepada Sultan Agung Mataram pada tahun Pada pendapat yang kedua ini terdapat kelemahan, karena ia mengesankan bahwa kata priangan baru muncul pada tahun Padahal jauh sebelum itu, yakni pada akhir abad-ke 16, kata priangan sudah muncul dan menjadi judul sebuah naskah Carita Parahyangan. Naskah ini disusun sekitar akhir abad ke-16, pada masa akhir Kerajaan Sunda. Dalam naskah ini diceritakan sejarah Kerajaan Sunda sejak awal hingga akhir. Di dalamnya dikemukakan daftar raja Sunda berikut lama masa pemerintahannya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi serta masalah yang muncul pada masa pemerintahan tiap-tiap Raja Sunda. Isi naskah ini diakhiri oleh cerita mengenai kemunduran Kerajaan Sunda dan masuknya pengaruh Islam ke wilayah kerajaan. Akan tetapi, memang, nama parahyangan yang menjadi judul naskah tersebut tidak menunjukkan nama wilayah geografis. Oleh karena itu, boleh jadi, pemberian nama priangan untuk wilayah geografis bekas Kerajaan Sunda itu terilhami oleh judul naskah itu. Priangan sebagai nama wilayah geografis di bagian barat Pulau Jawa ini terjadi pada tahun Selanjutnya, nama Priangan terus digunakan pada periode-periode berikutnya. Nama Priangan resmi menjadi nama keresidenan terjadi pada tahun 1815 sewaktu Pulau Jawa dikuasai oleh Pemerintahan Interregnum Inggris pimpinan Thomas Stamford Raffles ( ). Pada periode ini Keresidenan Priangan meliputi lima kabupaten: Cianjur, Bandung, Sumedang, Sukapura, dan Parakanmuncang. Batas-batas administratif wilayah Keresidenan Priangan waktu itu adalah sebelah utara Keresidenan Batavia dan Cirebon, sebelah timur Keresidenan Cirebon dan Banyumas, sebelah selatan dan barat daya adalah Samudera Hindia, dan sebelah barat adalah Keresidenan Banten. Batas-batas alam wilayah ini adalah sebelah utara rangkaian pegunungan Salak-Gede dan Burangrang-Tangkubanparahu; sebelah timur Sungai Citanduy; sebelah barat adalah Pelabuhanratu (Wijnkoopsbaai) dan Ciletu (Zandbaai), sebelah tenggara Selat Pananjung, dan di sebelah selatan dan tenggara adalah Cilauteureun. 5

6 Setelah kemerdekaan, Keresidenan Priangan meliputi lima kabupaten dan satu kotapraja, yaitu: Kabupaten Bandung, Garut, Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, dan Kotapraja Bandung. Pada tahun 1964 status keresidenan dihapus, dan diganti dengan istilah wilayah. Provinsi Jawa Barat terdiri atas lima wilayah, salah satunya adalah Wilayah V Priangan. 2.3 Jawa Barat Provinsi Jawa Barat dibentuk tanggal 1 Januari Pembentukan provinsi ini dituangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) Tahun 1925 Nomor 378 tanggal 14 Agustus. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang pertama kali dibentuk. Kemudian menyusul dibentuk Provincie Oost Java (Provinsi Jawa Timur) pada tahun 1928, dan Provincie Midden Java (Provinsi Jawa Tengah) tahun Provinsi Jawa Barat pada awal pembentukannya meliputi lima keresidenan dan enam kotapraja (stadsgemeente). Kelima keresidenan itu adalah Banten, Batavia (Jakarta), Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon; dan keenam kotaptaja itu adalah: Batavia, Meester Cornelis, Buitenzorg, Bandung, Cirebon, dan Sukabumi. Dalam perkembangan selanjutnya, Batavia keluar dari Provinsi Jawa Barat (1959), disusul oleh Banten pada tahun Dengan demikian, hubung kait antara Sunda, Priangan, dan Jawa Barat dapat dijelaskan sebagai berikut. Sunda lebih merupakan identitas kultural dengan ciri-cirinya tersendiri, lepas dari aspek administratif-geografis. Priangan menunjuk pada ciri kultural dan administratif-geografis. Melekat pada kata Priangan adalah ciri kultur kesundaan dan sekaligus menjadi salah satu keresidenan di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan Jawa Barat adalah nama yang merujuk pada aspek geografis-administratif. Secara geografis, Jawa Barat terletak di bagian barat Pulau Jawa; secara administratif Jawa Barat merupakan level pemerintahan provinsi. Memang, secara historis dan realitasnya etnis mayoritas penghuni Provinsi Jawa Barat adalah Sunda, kultur dominannya pun Sunda. Akan tetapi, Jawa Barat tidak identik dengan Sunda atau Priangan. 6

7 II. Depok Memang belum diketahui sejak kapan nama Depok digunakan sebagai nama tempat untuk wilayah geografis yang kemudian sekarang dikenal dengan nama Kota Depok. Namun, sekedar untuk menduga-duga, hal itu bisa dilacak secara toponomis. Pertama ada yang berpendapat bahwa nama Depok itu merupakan singkatan dari De Eerste Protestants Onderdaan Kerk. Nama ini sejalan dengan sebutan untuk daerah otonom milik Cornelis Chastelein sebagai Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok. Sebutan ini terjadi pada akhir abad ke-17 ketika saudagar berkebangsaan Belanda ini membeli tanah seluas 12,44 km persegi. Berdasarkan kenyataan di atas muncul kemungkinan bahwa daerah tersebut dinamai Depok terjadi pada akhir abad ke-17. Akan tetapi dugaan tersebut lemah, mengingat nama Depok itu umum dan terdapat di banyak tempat. Misalnya, di Kabupaten Bandung, Garut dan Sumedang ada tempat yang bernama Depok. Kedua, dilihat dari segi bahasa, kata depok (bahasa Sunda kuna) berarti perkampungan atau pertapaan (LBSS, 2007: 108; Danadibrata, 2006: 164). Daerah ini disebut depok kemungkinan karena sejak zaman kuna daerah ini menjadi tempat pemukiman atau tempat pertapaan. Kedua-duanya sangat memungkinkan karena di daerah ini (Bogor) menjadi pusat Kerajaan Sunda Pajajaran. Dengan demikian, Depok digunakan sebagai nama tempat sudah terjadi setidaknya sejak abad ke-15. Bila Depok sebagai wilayah dilihat dari ruang sejarah, secara kronologis bisa dikatakan demikian: 1. Depok menjadi bagian dari Kerajaan Tarumanagara (sampai abad ke-7) 2. Depok menjadi bagian dari Kerajaan Sunda Pajajaran (abad ke-7 s.d. abad ke- 16). 7

8 3. Depok bagian dari kekuasaan VOC 3 (abad ke-16 s.d. abad ke-18) 4. Depok bagian dari Pemerintah Hindia Belanda (termasuk Keresidenan Buitenzorg) (abad ke-19 s.d. 1942) 5. Depok bagian dari Pemerintah Pendudukan Jepang (1942 s.d. 1945) 6. Depok bagian dari Pemerintah Republik Indonesia (sejak 1945) 6.1 Depok menjadi bagian dari Parung; 6.2 Parung menjadi bagian dari Kabupaten Bogor; 6.3 Kabupaten Bogor menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat. Tahun 1981 Depok menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret Berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1999, status Depok ditingkatkan menjadi Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April III. Masuknya Islam ke Depok Mengenai masuknya dan berkembangnya Islam ke Depok sementara ini, sepengetahuan penulis, belum banyak terungkap. Untuk itu harus ada penelitian khusus. Akan tetapi, sementara ini akan diuraikan sedikit tentang masuknya Islam ke Cirebon, Banten, dan Sunda Kalapa karena daerah-daerah ini menjadi sentral setting spasial masuk dan berkembangnya Islam di Jawa Barat pada masa-masa awal. Secara geografis Cirebon terletak di pesisir utara Jawa, atau di tepi pantai sebelah timur ibu kota Pajajaran. Penduduknya mempuyai mata pencaharian menangkap udang dan membuat terasi. Cirebon memiliki muara-muara sungai yang berperan penting bagi pelabuhan yang dijadikannya sebagai tempat menjalankan kegiatan pelayaran dan perdagangan lokal, regional, dan bahkan internasional. Pada tahun 1513, Tome Pires menceritakan bahwa pelabuhan Cirebon tiap hari disinggahi tiga atau empat buah kapal (junk) untuk berlabuh. 3 Sejak 1695 Cornelis Chastelein membeli tanah yang kemudian dikenal nama Depok dari seorang tuan tanah Cina bernama Tio Tiong Ko. Tanah ini kemudian berstatus sebagai tanah partikelir. Tanah partikelir Depok dihapus pada 1952 (Purwoto, 2003). 8

9 Dari pelabuhan ini diekspor beras, jenis-jenis makanan, dan kayu dalam jumlah banyak sebagai bahan membuat kapal. Penduduknya berjumlah sekitar orang (Cortesoa, 1944: 183; Ekadjati, 2005: 78). Cirebon sebagai kota pelabuhan sudah berlangsung sejak lama, yakni sejak Cirebon menjadi vassal Kerajaan Sunda (Tjandrasasmita, 2009: 159). Dalam sumber-sumber lokal, Babad Cirebon (edisi Brandes) dan Carita Purwaka Caruban Nagari misalnya, diceritakan bahwa Cirebon dulunya sebagai dukuh yang diperintah oleh seorang juru labuan (syahbandar), kemudian menjadi desa yang dipimpin oleh seorang kuwu. Pelabuhannya berlokasi di Muara Amparan Jati yang berada di Dukuh Pasambangan. Yang menjadi kepala atau juru labuhannya ialah Ki Gedeng Kasmaya, Ki Gedeng Sedangkasih, kemudian diganti oleh Ki Gedeng Tapa, selanjutnya diganti lagi oleh Ke Gedeng Jumajan Jati. Konsekuensi sebagai vassal Kerajaan Sunda, setiap tahun Cirebon menyerahkan upeti berupa garam dan terasi (Tjandrasasmita, 2009: 159). Sebelum tempat yang sekarang menjadi kota Cirebon dihuni orang, tidak jauh di sebelah utara tempat itu terdapat kehidupan masyarakat. Masyarakat yang tinggal di tempat itulah yang merupakan cikal bakal penduduk kota Cirebon. Di situ terdapat pelabuhan Muhara Jati dan Pasambangan. Di sebelah utaranya terdapat negeri Singapura di sebelah timurnya terdapar negeri Japura, sedangkan di sebelah selatan di bagian pedalaman terdapat Caruban Girang. Pada perempat pertama abad ke-14 Masehi saudagar-saudagar yang berasal dari Pasai, Arab, India, Parsi, Malaka, Tumasik (Singapura), Palembang, Cina, Jawa Timur, dan Madura datang berkunjung ke Pelabuhan Muhara Jati dan Pasar Pasambangan untuk berniaga dan memenuhi keperluan pelayaran lainnya. Kedatangan mereka, yang telah memeluk Islam, di Pelabuhan Muhara Jati dan Pasar Pasambangan memungkinkan penduduk setempat berkenalan dengan agama Islam. Banten, merupakan pelabuhan yang penting bila dilihat dari sudut geografi dan ekonomi karena letaknya yang strategis dalam penguasaan Selat Sunda, yang menjadi matarantai pula dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indonesia di bagian selatan dan barat Sumatera. Pentingnya Banten lebih 9

10 dirasakan terutama waktu Selat Malaka berada di bawah pengawasan politik Portugis di Malaka (Tjandrasasmita, 1993: 20). Banten disebut pertama kali dalam Babad Cirebon (edisi Brandes) sebagai tempat singgah Syarif Hidayatulloh ketika ia baru tiba di Pulau Jawa sepulangnya dari Tanah Arab. Di Banten waktu itu telah ada yang menganut agama Islam, walaupun masih merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Pajajaran. Penduduk Banten diislamkan oleh Demak dan Cirebon tanpa peperangan. Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, pada waktu Syarif Hidayatulloh singgah di Banten, tempat itu telah menjadi kota pelabuhan. Menurut Tome Pires, Banten pada tahun 1513 merupakan pelabuhan dagang milik Kerajaan Sunda (Cortesao, 1944: 166; ). Empat belas tahun kemudian (1627) orang Portugis lain bernama Barros mendapatkan Banten sebagai kota pelabuhan besar sejajar dengan Malaka dan Sumatera. Pada tanggal 22 Juni 1596 rombongan orang Belanda yang pertama datang di Banten dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Ia mendapatkan Banten sebagai pusat kekuasaan Islam, di samping sebagai kota pelabuhan besar. Di pelabuhan itu banyak berniaga saudagar dari Cina, Persi, Arab, Turki, India, dan Portugis. Eksistensi Sunda Kalapa disaksikan dan diceritakan oleh Tome Pires tahun 1513, J. De Barros tahun 1527, dan Cornelis de Houtman tahun 1598 (Cortesao, 1944; Hageman, 1866; Vlekke, 1967). Ketiga orang itu menyatakan bahwa Sunda Kalapa merupakan kota pelabuhan yang indah dan ramai dikunjungi para pedagang. Pada mulanya kota pelabuhan ini merupakan pelabuhan utama Kerajaan Sunda, kemudian diduduki oleh pasukan Islam dari Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Faletehan (1527). Setelah dikuasai pasukan Islam, Sunda Kalapa berubah nama menjadi Jayakarta. Depok secara geografis berada di tengah-tengah antara ketiga wilayah itu (Cirebon, Banten, dan Sunda Kalapa). Oleh karena itu, masuknya Islam ke Depok bisa jadi setelah ketiga wilayah itu diislamkan. Dengan demikian diduga bahwa Islam sudah mulai masuk wilayah Depok sejak abad ke-17/18. Edi S. Ekadjati (1975: 104) memetakan rute yang ditempuh penyebaran Islam di Jawa Barat ialah sebagai berikut: 10

11 1. Cirebon Kuningan Talaga Ciamis. 2. Cirebon Kadipaten Majalengka Darmaraja Garut. 3. Cirebon Sumedang Bandung. 4. Cirebon Talaga Sagalaherang Cianjur. 5. Banten - Jakarta Bogor Sukabumi. 6. Banten Banten Selatan Bogor Sukabumi. Dengan demikian, masuknya Islam ke Depok diperkirakan melalui rute nomor 5 dan 6. IV. Simpulan Hubungan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dengan Depok memiliki akar dan latar belakang sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah ini melegitimasi keberadaan Depok sebagai bagian dari Provinsi Jawa Barat. Masuk, berkembang, dan pengaruh Islam di Depok sementara ini belum banyak terungkap secara komprehesif. Akan tetapi secara asumsi patut diduga bahwa Islam sudah masuk ke wilayah Depok sejak abad ke-17/18. 11

12 Daftar Sumber Atja Carita Parahiangan. Bandung: Yayasan Kebudayaan Nusalarang Carita Purwaka Caruban Nagari. (Sejarah Mula Jadi Cirebon). Jakarta: Proyek Pengenbangan Permuseuman Jawa Barat. Atja dan Saleh Danasasmita Sang Hyang Siksakanda Ng Karesian (Naskah Sunda Kuno Tahun 1518). Bandung: Ikatan Karyawan Mseum. Cortesao, Armando The Suma Oriental of Tome Pires; an Account of the East from the Red Sea to Japan; Written in Malacca and in India in jilil. London: Hakluyt Society. Danadibrata, R.A Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat. Djajadiningrat, R.A. Husein Tinjauan Kritis tentang Sajarah Banten; Sumbangan bagi Pengenalan Sifat-sifat Penulisan Sejarah Jawa. Jakarta: Djambatan KITLV. Ekadjati, Edi S Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat, dalam Teguh Asmar et al. Sejarah Jawa Barat; dari Masa Pra-Sejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam. Bandung: Proyek Penunjang Penigkatan Kebudayaan Nasional Provinsi Jawa Barat, hlm Sunan Gunung Jati; Penyebar dan Penegak Islam di Tatar Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya. LBSS Kamus Basa Sunda. Bandung: Tarate. Muhsin Z., Mumuh Penyebaran Islam di Jawa Barat. Makalah disampaikan dalam Saresehan Nasional Sejarah Perjuangan Syaikhuna Badruzzaman ( ) Diselenggarakan pada tanggal 13 Juni 2010 di Pondok Pesantren al-falah, Mekargalih, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Jatinangor: Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. 12

13 Muhsin Z., Mumuh. T.th. Sunda, Priangan dan Jawa Barat dalam (17 Oktober 2012). Purwoto, Anggoro. 2003, Penghapusan Tanah Partikelir Depok dan Dampaknya bagi Warga Depok Asli ( ). Skripsi Tidak Diterbitkan. Jatinangor: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Tjandrasasmita, Uka ed Jaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, dalam Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Cetakan ke-18. Jakrta: Balai Pustaka Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG bekerja sama dengan EFEO dan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatulloh. 13

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Diskusi Hari Jadi Jawa Barat Diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada

Lebih terperinci

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Dewasa ini kita mengenal Sunda sebagai sebuah istilah yang identik dengan Priangan dan Jawa Barat. Sunda adalah Priangan, dan Priangan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT

HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Penentuan Hari Jadi Jawa Barat; sebuah Analisis Historis Diselenggarakan oleh Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat bekerja

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

PENYEBARAN ISLAM DI JAWA BARAT

PENYEBARAN ISLAM DI JAWA BARAT PENYEBARAN ISLAM DI JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Saresehan Nasional Sejarah Perjuangan Syaikhuna Badruzzaman (1898 1972) Diselenggarakan pada tanggal 13 Juni 2010 Di Pondok Pesantren al-falah,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

SEJARAH JAKARTA. Jakarta berasal dari kata Jayakarta Betawi berasal dari perubahan penyebutan Batavia

SEJARAH JAKARTA. Jakarta berasal dari kata Jayakarta Betawi berasal dari perubahan penyebutan Batavia SEJARAH JAKARTA Jakarta berasal dari kata Jayakarta Betawi berasal dari perubahan penyebutan Batavia NASKAH KUNO Naskah Chu Fan Chi karya Chan Yu-kua (1225 M), menginformasikan peta topografi Nusa Kelapa.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA WILAYAH BANTEN Menurut berita dari Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dan Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA

LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA PEMERINTAH KOTA BANDUNG LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA 1. PENDAHULUAN SEJAK TAHUN 1998, PEMERINTAH KOTA BANDUNG MENETAPKAN TANGGAL 25 SEPTEMBER SEBAGAI HARI JADI KOTA BANDUNG. SEBELUMNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono 6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan beragam khasanah budaya tradisional. Setiap suku memiliki cirikhas tersendiri yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERDAGANGAN CIREBON DAN SUNDA KALAPA ABAD XVI: SUATU STUDI SEJARAH EKONOMI

HUBUNGAN PERDAGANGAN CIREBON DAN SUNDA KALAPA ABAD XVI: SUATU STUDI SEJARAH EKONOMI HUBUNGAN PERDAGANGAN CIREBON DAN SUNDA KALAPA ABAD XVI: SUATU STUDI SEJARAH EKONOMI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Disusun Oleh: ARIFAH

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

KONTROVERSI TENTANG NASKAH WANGSAKERTA

KONTROVERSI TENTANG NASKAH WANGSAKERTA HUMANIORA Nina H. Lubis VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 20-26 KONTROVERSI TENTANG NASKAH WANGSAKERTA Nina H. Lubis* Pengantar ada awal tahun 2002, di surat kabar terbesar di Jawa Barat, muncul perdebatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

PERANAN TOKOH KUNINGAN dari Masa Pergerakan hingga Revolusi Kemerdekaan. Mumuh Muhsin Z.

PERANAN TOKOH KUNINGAN dari Masa Pergerakan hingga Revolusi Kemerdekaan. Mumuh Muhsin Z. PERANAN TOKOH KUNINGAN dari Masa Pergerakan hingga Revolusi Kemerdekaan MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Sejarah Menggali Nilai-nilai Kepahlawanan Tokoh-tokoh Kuningan diselenggaralan oleh Balai Pelestarian

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Provinsi Jawa Barat Kabupaten dan kota provinsi Jawa Barat berjumlah 26 kabupaten/kota yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatan dan 5.877 desa/kelurahan. Jawa

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT Ketua Tim Penulis: Prof. Dr. Hj. Nina H Lubis, M.S. Anggota: Dr. H. Mumuh Muhsin Z., M.Hum Dra. Etty Saringendyanti, M.

Lebih terperinci

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA Strategi Politik dalam Menciptakan Budaya Melayu Palembang Emas 2018 Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) Elok budaya karena agama, Tegak Melayu karena budayanya,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

CIREBON MASA PENDUDUKAN JEPANG ( )

CIREBON MASA PENDUDUKAN JEPANG ( ) CIREBON MASA PENDUDUKAN JEPANG (1942 1945) MAKALAH Disajikan dalam Seminar Rencana Penyusunan Buku Sejarah Cirebon Diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA BARAT Ketua Tim Penulis: Prof. Dr. Hj. Nina H Lubis, M.S. Anggota: Dr. H. Mumuh Muhsin Z., M.Hum Dra. Etty Saringendyanti, M. Hum. Drs. Undang Ahmad Darsa, M.Hum. Drs.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Sejarah Sosial & Politik Indonesia. Sejarah Sosial & Politik Indonesia Sejarah Ina Modern * Ricklefs: sejarah tertulis dimulai prasasti Yupa, Kutai 400M *3 unsur fundamental sbg kesatuan historis Budaya & agama: Islamisasi Ina 1300 M Unsur

Lebih terperinci

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya menghadap ke Selat Malaka dan dialiri oleh sungai Deli yang membelah Kota Medan. Hal ini

Lebih terperinci

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke tangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Alburquerque. Peristiwa jatuhnya Malaka

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor pertanian. Sampai saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas sejarah yang berjudul Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam Di Indonesia Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Dalam bab ini kita

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP / MTs :.. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/2 Alokasi waktu : 8 x 40 menit ( 4 pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami perkembangan

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

Masa Hindu-Buddha. Masa Islam dan awal kolonialisme Barat

Masa Hindu-Buddha. Masa Islam dan awal kolonialisme Barat Pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjelajah Eropa,

Lebih terperinci

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kerajaan Aceh, pernah melahirkan seorang Laksamana wanita, bernama Keumalahayati yang namanya dikenal tidak saja dalam literatur Indonesia, melainkan juga dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN A. Kondisi Geografis Penelitian yang berjudul Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Proses. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses memiliki arti antara lain runtunan perubahan ( peristiwa ), perkembangan

Lebih terperinci

Toponimi Cilacap Berdasarkan Perspektif Linguistik dan Sejarah. Linda Sari Wulandari

Toponimi Cilacap Berdasarkan Perspektif Linguistik dan Sejarah. Linda Sari Wulandari Toponimi Cilacap Berdasarkan Perspektif Linguistik dan Sejarah Linda Sari Wulandari lindasariwulandari.17@gmail.com Abstrak Kata berawalan ci-, yang berasal dari kata cai air dalam bahasa Sunda, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Pemerintahan Kota Bogor Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam Pemerintahan, mengingat sejak zaman Kerajaan Padjajaran sesuai dengan bukti-bukti yang ada seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang sejarah terbentuknya kota Jakarta dimulai dari sebuah area kecil yang kini disebut daerah jembatan gantung kota intan. Dahulu lokasi tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gagasan penelitian ini timbul karena suatu keinginan penulis untuk memahami kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palembang merupakan salah satu wilayah terpenting yang berada di Sumatera dikarenakan keadaan geografinya yang kaya akan sumber daya alamnya dan didominasi oleh

Lebih terperinci

NOVEL DAN SEJARAH MAKALAH

NOVEL DAN SEJARAH MAKALAH NOVEL DAN SEJARAH MAKALAH Disampaikan dalam Bedah Novel Sejarah Remy Sylado. 2010. Namaku Mata Hari. Jakarta: Gramedia Diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sejarah (HIMSE) Bekerja sama dengan Perpustakaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: MATA KULIAH BAHASA INDONESIA 03 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SUPRIYADI, M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih. Pembukaan Sebagaimana kita semua tahu bahwa jaman dahulu bangsa kita ini dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad. Banyak orang yang tidak begitu mengetahui apa saja tujuan Belanda jauh-jauh datang

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Perkembangan Islam di Indonesia Fakultas PSIKOLOGI Maukuf, M.Pd Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id PErdagangan Islam masuk ke Indonesia salah satunya lewat

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,

Lebih terperinci

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA Pada abad 15 di Eropa telah berkembang dua super power maritim dari Semanjung Iberia yakni Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi *Diselenggarakan 20 November 2013 oleh Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

TERBENTUKNYA KERESIDENAN PRIANGAN

TERBENTUKNYA KERESIDENAN PRIANGAN TERBENTUKNYA KERESIDENAN PRIANGAN MAKALAH Disampaikan dalam Diskusi Diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Fakultas Sastra BKU Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran, 20 November 2008 Oleh Mumuh Muhsin

Lebih terperinci

Zaman Kesultanan Banten Sunday, 29 January :38

Zaman Kesultanan Banten Sunday, 29 January :38 Proses Islamisasi Banten, yang diawali oleh Sunan Ampel, yang kemudian diteruskan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang seluruh kisahnya terekam dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.

Lebih terperinci