BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia 1. Gambaran Umum Tenga Kerja (TKI) Indonesia Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PER.03/MEN/V/2013 tentang Asuransi Tenaga Kerja Indonesia pada BAB 1 Pasal 1 dapat mendefinisikan pengertian dari TKI. Pada ayat ke-1 yang berbunyi calon Tenaga Kerja Indonesia, yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten atau kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Kemudian pada ayat ke-2 berbunyi Tenaga Kerja Indonesia, yang selanjutnya disebut TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tersebut, sangat jelas terlihat bahwa TKI merupakan perkerjaan yang baik dan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang besar, pesebaran penduduk yang tidak merata dan minimalnya lapangan pekerjaan dan tingginya gaji serta fasilitas yang dijanjikan menyebabkan munculnya fenomena migrasi tenaga kerja, selanjutnya para pekerja ini dikenalkan dengan istilah pekerja migran (IOM, 2010). Migrasi dari Indonesia telah terjadi selama ratusan tahun lalu tapi meningkat secara tajarn pada zaman modern 1960-an dan 1970-an hingga sekarang. Tenaga kerja dari Indonesia yang bekerja di luar negeri atau yang dikenal dengan sebutan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meninggalkan rumah mereka untuk beberapa alasan termasuk kurangnya peluang kerja, kemiskinan, dan perbedaan gaji di Indonesia dengan negara tujuan (IOM, 2010). 10

2 11 Sebagian besar TKI adalah perempuan, sebagai akibat dari meningkatnya permintaan tenaga kerja sektor domestik dan industri manufaktur. Ini sering disebut feminisasi TKI, dan telah menarik perhatian para ihnuwan dan pembuat kebijakan akhir-akhir ini. 10 TKI perempuan pantas mendapatkan perhatian khusus dengan pertimbangan bahwa mereka membutuhkan perlindungan, yang mungkin berbeda dengan yang dibutuhkan TKI laki-laki. Sebagian besar TKI perempuan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pengasuh anak dan pengasuh orang tua. Pembantu rumah tangga sering tidak tercakup dalam undang-undang tenaga kerja di negara tujuan karena pekerjaan dilakukan di tempat tinggal pribadi majikan sehingga sulit bagi pihak berwenang untuk mengawasi dan sulit bagi pekerja untuk mencari bantuan bila mereka membutuhkannya. Hal ini menyebabkan kondisi mereka rentan terhadap eksploitasi praktek ketenagakerjaan, kekerasan fisik dan mental, dan penahanan gaji mereka (IOM, 2010). Alasan ekonomi mendorong kebanyakan TKI pergi ke luar negeri untuk memperbaiki status ekonomi mereka sendiri dan keluarganya. Angka pengangguran yang besar dan kurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia mendorong orang-orang untuk mencari kerja di luar daerah asal mereka dan banyak yang memutuskan untuk pergi ke luar negeri setelah mendengar adanya pekerjaan dari agen perekrutan dan jaringan kerja sosial dengan tawaran gaji yang lebih tinggi seperti di Malaysia, Arab Saudi, Hong Kong SAR, Kuwait, Singapura dan Emirat Arab. Banyak orang khususnya perempuan, melihat migrasi sebagai satu-satunya jalan keluar dari kemiskinan bagi mereka sendiri dan keluarganya. Kebanyakan tenaga kerja pergi dengan tujuan bekerja di luar negeri untuk jangka waktu tertentu supaya bisa menabung dan membeli rumah, memulai usaha atau mengirim anak atau saudara ke sekolah. Migrasi tenaga kerja dari Indonesia digolongkan sebagai migrasi temporer karena walaupun banyak dari TKI pergi dengan tujuan untuk tinggal atau menetap di negara tujuan, mereka umumnya tidak memiliki peluang tersebut bahkan jika berubah pikiran. Namun, dikarenakan biaya yang tinggi dalam memperolah pekerjaan di luar negeri, migrasi

3 12 tenaga kerja temporer sering berubah menjadi menetap lebih lama dari yang diharapkan dan mungkin bisa sampai beberapa tahun (IOM, 2010). Persediaan tenaga kerja atau angkatan kerja di Indonesia dari tahun ke tahun semakin mengalami penurunan angka keberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), akan tetapi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan juga sangat kecil. Seperti halnya data dari Pusdatinaker Balitfo Depnakertrans dari tahun 2010 mencatat yang berangkat ke luar negeri mencapai orang, dan tersebar di 137 negara. Mereka terdiri dari laki-laki sebesar orang, sedangkan yang perempuan sebanyak orang baik formal maupun informal. Kemudian tahun 2011 mencatat yang berangkat keluar negeri mencapai orang baik yang laki-laki sebanyak orang sedangkan yang perempuan orang, tenaga kerja yang formal mencapai orang sedangkan yang informal mencapai orang, data ini menunjukka penumnan angka pemberangkatan tenaga kerja Indonesia dibanding tahun Kemudian pada tahun 2012 mencatat keberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mencapai o rang terdiri dari laki-laki sebanyak orang, perempuan orang, tenaga kerja formal mencapai sedangkan yang informal orang, pada tahun ini juga mengalami penurunan angka keberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) (Pusdatinaker Balitfo Depnakertrans, 2012). 2. Gambaran Umum Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW) Sedangkan nama lain dari TKI perempuan yang bekerja pada sektor formal maupun informal di luar negeri sering kali disebut dengan Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW). Mereka rela meninggalkan suami dan anak-anaknya di kampung, mencari penghidupan guna menanggung jaminan keberlangsungan hidup keluarga. Bukan cuma anak, orang tua, adik, saudara, bahkan para TKW yang tangguh itu banyak yang menanggung nafkah untuk menghidupi suami mereka (Anjani, 2013).

4 13 Perempuan memainkan peranan penting dalam migrasi tenaga kerja internasional dan sekarang mencapai 49,6 persen dari jumlah keseluruhan tenaga kerja secara global (IOM, 2008). Di negara -negara berkembang, di mana kebanyakan tenaga kerja mereka merupakan pekerja tidak tetap, proporsi tenaga kerja perempuan meningkat secara drastis dari tahun 1970 hingga tahun-tahun berikutnya. Negara-negara tujuan utama tenaga kerja wanita (TKW) dari Asia adalah wilayah Asia Timur, Asia Barat, Asia Tenggara dan Asia Pasijc. Di beberapa negara bahkan jumlah TKW mencapai 70 persen dari keseluruhan jumlah tenaga kerja. Di Indonesia, 69 persen TKI yang bekerja dari tahun 2006 hingga 2007 adalah perempuan (ILO, 2008). Pergeseran pola migrasi ini sering disebut feminisasi migrasi tenaga kerja (IOM, 2010). Di Asia, kategori pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh perempuan adalah pekerjaan rumah tangga (PRT). PRT berasal dari Indonesia, Filipina dan Sri Lanka yang pergi ke Hong Kong SAR, Malaysia, Timur Tengah dan Singapura. Banyak juga yang berasal dari Kamboja dan Myanmar yang bekerja di Thailand, tetapi kebanyakan mereka adalah tenaga kerja ilegal (IOM, 2010). Kebanyakan TKW dipekerjakan di bidang pelayanan. Sektor domestik sering tidak dicakup oleh Undang Undang Ketenagakeljaan dan Undang Undang Hubungan Industri di negara tujuan. Hal ini yang menyebabkan kelompok TKW dalam posisi rentan eksploitasi. Situasi ini diperparah dengan jenis kerja domestik yang sifatnya "pribadi atau perorangan", karena berada dan bekerja di rumah majikan sehingga mempersulit pelaksanaan dan pengawasan UU Ketenagakerjaan. Oleh sebab itu, perspektif jender sangat penting untuk diikut-sertakan dalam diskusi tentang migrasi tenaga kerja, meliputi berbagai macam pengalaman yang berbeda-beda dan perlindungan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja laki-laki maupun perempuan dan juga keluarga mereka yang ditinggalkan. Pengumpulan data dan kebijakan yang dilakukan juga sangat penting untuk melakukan pendekatan yang sama (IOM, 2010).

5 14 3. Faktor-Faktor yang melatarbelakangi seseorang untuk bekerja ke Luar Negeri Faktor-faktor yang mendorong seseorang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menurut: a. Yunitasari (2011), faktor-faktor yang melatarbelakangi seseorang untuk bekerja ke Luar Negeri yaitu : terbatasnya lapangan pekerjaan di dalam negeri, banyaknya tenaga kerja yang tidak tertampung pada dunia usaha di dalam negeri serta serta tuntutan ekonomi keluarga yang semakin tinggi mendorong sebagian masyarakat Indonesia untuk mencari pekerjaan ke Luar Negeri. b. Vadlun (2010), faktor yang mempengaruhi wanita migran ke luar negeri antara lain : kebutuhan ekonomi dengan maksud untuk ketahanan keluarga dengan persepsi adanya upah yang tinggi karena dorongan untuk ketahanan keluarga sehingga tertarik untuk mendapatkan uang banyak. c. Kurniawan ( 2010), latarbelakang perempuan bekerja ke luar negeri yaitu : kesulitan ekonomi, sempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri, upah yang rendah di dalam negeri dan upah yang tinggi di luar negeri. d. Rahmawati (2010), faktor yang mempengaruhi minat kerja untuk bekerja ke luar negeri antara lain : dari segi umur merupakan usia produktif untuk bekerja, dari segi jenis kelamin didominasi oleh perempuan mereka beremansipasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga daripada mereka hanya menjadi ibu rumah tangga. Dilihat dari tingkat pendidikan Tingkat pendidikan yang tinggi ini diduga akan berpengaruh terhadap kemauan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja yang bekerja di luar negeri, yang berakibat pada kesempatan di dalam memasuki jenis pekerjaan yang ada, ingin mendapatkan pengalaman serta ilmu baru dan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi di bandingkan di daerah asalnya. Dari segi status perkawinan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan untuk

6 15 keluarganya, serta sekaligus mencari bekal tabungan bagi masa depan mereka dan keluarganya. Maka dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi perempuan untuk mencari kerja di Luar Negeri adalah : 1) Tuntutan Ekonomi yang semkain tinggi 2) Sempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri 3) Gaji atau upah yang tinggi 4) Meningkatkan kesejahteraan keluarga 5) Untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu baru 6) Untuk tabungan masa depan bagi yang sudah berkeluarga 4. Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 03 Tahun 2013, BAB I Pasal 1 ayat 2 mengenai penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Penempatan dan perlindungan calon TKI menurut BPN2TKI tahun 2012 : Negara Saudi arabia, Malaysia, Taiwan, Hongkong, Singapura, Qatar, Korea, Brunei Darussalam, Kuwait, Jepang, Thailand, Afrika, China. Penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bertujuan untuk : a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi. b. Menjamin dan melindungi calon TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal. c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

7 16 5. Permasalahan-permasalahan yang dialami Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan identifikasi di atas, maka permasalahan TKW sebetulnya dimulai sejak mereka menguras keberangkatan sampai ke tempat penampungan dan di tempat kerja mereka di luar negeri. Kemudian permasalahan-permasalah yang terjadi pada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tercatat di BPN2TKI tahun 2012 yaitu: a. Dijebak menjadi pelacur di daerah transit. b. Diperjualbelikan antar agency di luar negeri. c. Jenis pekerjaan tidak sesuai dengan Perjanjian Kerja (PK). d. Jam kerja melampaui batas, tanpa ada uang lembur. e. Tidak memegang dokumen apapun karena semua dokumen ditahan majikan. f. Dilarang berkomunikasi dengan orang lain termasuk dengan keluarga. g. Akomodasi dan makanan di rumah majikan tidak memadai. h. Dilarang menjalankan ibadah, dipaksa memasak dan makan makanan haram (daging babi). i. Gaji dipotong oleh PPTKIS bekerjasama dengan agency yang besarnya melampui ketentuan. j. Gaji tidak dibayar. k. Memperpanjang kontrak kerja tidak ijin dari keluarga dan menggunakan kontrak kerja yang lama. l. Punggutan yang tinggi oleh agency saat perpanjangan kontrak kerja. m. Disiksa, dianiaya, makan makanan basi dan bekas, diperkosa oleh majikan atau oleh pegawai agency. n. Dipenjara dengan berbagai rekayasa tuduhan. o. Bunuh diri atau membunuh atau melakukan tindakan pidana lainnya atau karena putus asa akibat perlakuan buruk majikan atau agency. p. Disekap oleh majikan atau agency. q. Mengalami PHK sepihak dan dipulangkan majikan tanpa diberikan hak- haknya.

8 17 r. Dipulangkan sepihak oleh agency setelah usai masa pemotongan gaji oleh agency, sehingga tak pernah menerima gaji penuh. s. Penipuan dengan modus medikal yang direkayasa dan akhirnya dipulangkan karena dianggap tidak fit. t. Mengadu ke Polisi tetapi "dikembalikan" kepada agency, yang kemudian oleh agency dipekerjakan secara illegal, digaji murah atau tidak digaji, bahkan dilacurkan. u. Dideportasi tetapi tidak pernah sampai di rumah ditangkap oleh calo kemudian diberangkatkan kembali ke luar negeri secara illegal, v. Pihak aparat KBRI atau Konjen RI yang tidak mau membela dan menelantarkan. w. Penyelesaian kasus tidak tuntas dan dipulangkan karena lamanya proses penyelesaian kasus. x. Dikenai punggutan oleh aparat KBRI atau Konjen RI di luar negeri dengan berbagai dalih. y. Ketiadaan dan lambannya informasi untuk keluarga jika mengalami sakit, di penjara atau meninggal dunia. z. Sebelum dipulangkan dipaksa menandatangi surat yang kemudian diketahui isinya adalah pernyataan telah menerima gaji, padahal gajinya belum dibayar atau tidak diberikan dan surat pernyataan tersebut ditulis dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh TKI (BNP2TKI2012).

9 18 B. Pengalaman Kerja 1. Definisi Pengalaman Kerja Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi, berupa hal yang terpenting, hikmah atau pelajaran yang bisa diambil (KBBI, 2008). Kerja yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari nafkah atau mata pencaharian (KBBI, 2008). Pengalaman kerja adalah waktu yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan frekuensi dan jenis tugasnya (Purwanti, 2012). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengalaman kerja adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dapat menekankan psikologis sebagai respon seseorang. Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja Mengingat pentingnya pengalaman bekerja dalam suatu perusahaan maka dipikirkan juga tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja. Menurut Fajar 2008 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis tugas, penerapan dan hasil. Dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Waktu Semakin lama seseorang melaksanakan tugas akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak. b. Frekuensi Semakin sering melaksanakan tugas sejenis umumnya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.

10 19 c. Jenis tugas Semakin banyak jenis tugas yang dilaksanakan oleh seseorang maka umumnya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak. d. Penerapan Semakin banyak penerapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas tentunya akan dapat meningkatkan pengalaman kerja orang tersebut. e. Hasil Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak akan dapat memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih baik. 3. Aspek psikologi Kerja Beberapa Aspek psikologi Kerja yang di paparkan oleh Anogara (2009) antara lain : a. Pemilihan dan Pencarian Kerja Di dalam memilih pekerjaan, apakah di kantor-kantor, pemerintah atau perusahaan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. Di Indonesia pada umumnya sering terjadi di dalam memilih pekerjaan, petimbangan-pertimbangan tersebut diabaikan, karena kurang mengerti peranan faktor-faktor tersebut bagi kepuasan kerja. Atau mungkin juga terpaksa diabaikan, karena faktor situasi yang memaksa, misalnya karena sukar mencari pekerjaan, sehingga orang terpaksa menerima pekerjaan dengan kondisi apa saja. Dalam hubungan ini ada beberapa pemikiran yang harus dipertanyakan di saat kita mencari atau memilih pekerjaan. Pemikiran itu antara lain ialah pemikiran tentang faktor-faktor nama dan reputasi perusahaan, tipe pekerjaan, rasa aman, kondisi tempat kerja dan teman sekerja. Pengaruh faktor-faktor di atas akan berbeda bagi orang yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh karena adanya

11 20 perbedaan kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing orang. Namun menurut penyelidikan ahli ilmu jiwa, ternyata faktor-faktor di atas memberikan pengaruh yang relatif sama pada kebanyakan orang. Seseorang akan termotivasi untuk bekerja memnuhi kebutuhannya, dengan motivasi yang tinggi bekerja adalah untuk mendapat kesenangan dan kepuasan. Kemudian setelah bekerja orang akan melakukan penilaian. Bila hasil pekerjaan seseorang telah sesuai dengan harapan dan tujuan maka kepuasan kerja tercapai, dan apabila belum sesuai harapan maka akan timbul lagi dorongan untuk mencapainya. b. Kerja Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkebang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya pada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Kerja merupakan hal yang mendasar dan kebutuhan manusia. Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pandangan seseorang terhadap arti kerja, etos kerja, motivasi kerja, disiplin kerja serta efisiensi kerja, karier kerja, profesionalisme kerja dan keselamatan kerja. Bagi sebagian orang, bekerja merupakan sarana untuk menuju ke arah terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan dan menggunakan kekuasaan itu pada orang lain. Maka, kerja itu merupakan aktivitas yang memungkinkan terwujudnya kehidupan sosial dan persahabatan.

12 21 Pengamatan psikologi pada kerja lebih banyak sebagai aktivitas kehidupan manusia. Kerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. c. Produktivitas Kerja Dilihat dari segi psikologi, produktivitas adalah suatu tingkah laku. Memang bisa lain kalau dilihat dari sudut pandangan dari ilmu lain, karena perbedaan ilmu bisa juga didasarkan pada perbedaan obyek kajian. Dalam psikologi, produktivitas menunkukkan tingkah laku sebagai keluaran (output) dari suatu proses berbagai macam komponen kejiwaan yang melatarbelakanginya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, antara lain : 1) Pekerjaan yang menarik 2) Uapah yang baik 3) Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan 4) Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan 5) Lingkungan dan suasana kerja yang baik 6) Promosi dan pengembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan 7) Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi 8) Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi 9) Kesetiaan pimpinan pada diri pekerja 10) Disiplin kerja yang keras d. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan yaitu sikap umum yang merupakaan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja (Blum). Kepuasan kerja pada dasarnya adalah security feeling ( rasa aman) dan mempunyai segi-segi menurut Sutrisno Hadi Analisa Jabatan dan Kegunaannya -Bulletin Psychologi :

13 22 1) Segi sosial ekonomi (gaji dan jaminan sosial) 2) Segi sosial psikologi (kesempatan untuk maju dan mendapatkan penghargaan, berhubungan dengan masalah pengawasan, berhubungan dengan pergaulan antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan atasannya). Maka Anoraga menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli diatas bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja, termasuk didalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologi. Kenyataan menunjukkan, bahwa orang mau bekerja bukan hanya mencari dan mendapatkan upah saja (unsur ekonomis), akan tetapi dengan kerja dia menhgarapkan akan mendapatkan kepuasan kerja. e. Keamanan Kerja (Rasa aman) Hidup kita merupakan suatu perjuangan terus menerus untuk memperoleh kepuasan berhubung dengan adanya kebutuhan yang selalu berubah. Kehidupan di dalam pekerjaan merupakan bagian atau suatu fragmen saja dari kebutuhan manusia. Kalau kita melihat situasi kerja manusia, maka apa yang dialami manusia umumnya merupakan akibat dari tingkah laku orang lain. Meskipun ada perkembangan teknologi dalam lingkungan pekerjaan, misal pengaruh politik, sosial ekonomi, tetapi pengaruh tersebut pada dasarnya boleh dikatakan akibat dari perbuatan manusia juga. Perbuatan yang sering tidak dilihat atau tidak disadari, sukar diungkapkan dan dibicarakan, tetapi bisa dirasakan. Perbuatan-perbuatan yang mempengaruhi manusia dalam lingkungan pekerjaan adalah seperti kenaikan gaji dan pangkat, promosi yang memungkinkan orang itu memperoleh perubahan-perubahan status sosial dan lain-lain. Sebagai akibat dari adanya sifat hubungan di mana bawahan tergantung pada atasan dalam berbagai hal, maka bawahan membutuhkan

14 23 rasa aman dalam hubungan dengan atasannya. Aman dalam mengambil keputusan-keputusan, aman dalam melaksanakan tugas, dan aman dalam arti tidak adanya tindakan dari atasan yang sifatnya semena-mena. Persyaratan agar seseorang mempunyai rasa aman di dalam pekerjaannya adalah suasana kerja itu dirasakan sebagai suasana tanpa ada ancaman, ancaman bahwa seseorang tidak akan di pecat semena-mena tanpa alasan yang masuk akal, juga suasana dimengerti oleh atasan. Pengetahuan yang diperlukan agar ada rasa aman dalam diri seseorang, antara lain : 1) Pengetahuan mengenai apa yang diharapkan oleh perusahaan, oleh kantor, oleh atasan, oleh karyawan lain di dalam pekerjaan. 2) Seorang pekerja perlu memperoleh pengetahuan atau perlu mempelajari kebijakan umum yang di dalam bahasa sehari-hari disebut general policy dari perusahaan. 3) Seorang pekerja perlu mengetahui prosedure dan aturan maksudnya aturan-aturan permainan yang baik dan tepat atau peraturan perusahaan yang berlaku sekarang, hal ini biasanya disebut dengan istilah sistem dan prosedure dalam lingkungan pekerjaan. 4) Pengetahuan tentang penilaian kegiatan, penilaian kegiatan dimata atasan, menyangkut soal penilaian seorang pekerja yang sekarang ini masih banyak dikeluhkan sebagai masih terlalu subyektif atau banyak subyektivitasnya. Kebutuhan rasa aman merupakan faktor utama di dalam diri seseorang, bila orang merasa tidak aman maka timbul reaksi-reaksi kejiwaan seperti cemas, takut tanpa alasan dan sebagainya. Kadangkadang bila rasa aman ini sudah kurang sekali, timnullah reaksi-reaksi yang bersifat jasmaniah seperti pusing, demam, sakit perut atau keadaan psiko-somatis lainnya.

15 24 Untuk itu di dalam memilih pekerjaan kita harus memikirkan kelanggengan suatu pekerjaan, karena pekerjaan yang langgeng akan menjamin sumber biaya hidup. Seringkali kita temukan pekerjaan yang memberikan penghasilan besar, tetapi tidak menjamin kebutuhan hidup kita untuk jangka panjang. Dengan demikian rasa aman di dalam bekerja akan kita peroleh, apabila kita yakin bahwa pekerjaan kita akan terus ada. Oleh karena itu di dalam memilih pekerjaan, kemungkinan-kemungkinan kelanggengan perusahaan perlu diperhitungkan. f. Konflik dan Stres Kerja Banyak konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia, tanpa memandang apakah ia laki-laki dewasa atau seorang laki-laki remaja, seorang putri atau wanita dewasa. Konflik juga terjadi pada seseorang yang baru bersahabat, bahkan menimpa pada seseorang yang sudah lama bersahabat dan akrab. Sehingga konflik menjadi ajang pertarungan dan akhirnya menimbulkan dampak negatif. Konflik sebagai suatu kenyataan yang muncul karena adanya kehidupan bersama yang dibentuk manusia kiranya tidak dapat diatasi secara tuntas selama kehidupan manusia itu sendiri masih terus berlangsung. Tetapi segala upaya untuk mengurangi atau mencegah terjadinya konflik yang lebih besar adalah suatu upaya yang harus selalu dilakukan. Upaya itu hendaknya ditunjukkan oleh semua pihak yang berkecimpung di dalam sebuah perusahaan. Bila kita berbicara tentang konflik, maka kita tidak bisa mengenyampingkan huungannya dengan produktivitas organisasi. Produktivitas organisasi berasal dari sumbangan prestasi para pekerja yang bekerja secara serius dengan menggunakan sumber daya manusia seminim mungkin. Dengan demikian konflik berunsur negatif akan menurunkan prosuktivitas seorang pekerja. Hal ini dikarenakan salah satu akibat dari

16 25 konflik adalah timbulnya perasaan kecewa dan tekanan jiwa (stress) bagi seseorang yang mengalaminya. Dari berbagai konflik - konflik yang terjadi, maka akan menimbulkan stress bagi diri seseorang. Secara sederhana stress sebenarnya merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Reaksi-reaksi yang muncul apabila seseorang menerima stress dapat di golongkan sebagai reaksi-reaksi yang jasmaniah (biologis atau lebih tepatnya reaksi fisiologis) dan reaksi yang rohaniah (psikologis) yang meliputi kelakuan sikap menarik diri, bertingkah laku agresif, dan tingkah laku yang tak terorganisasi. Stress yang tidak teratasi menimbulkan gejala badaniah, jiwa dan gejala sosial. Dapat ringan, sendang dan berat. (a) Gejala Badan (fisik) Sakit kepala, maag, mudah kaget, banyak keluar keringat dingin, gangguan pola tidur, nafsu makan mnurun, gangguan menstruasi, pingsan, Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, DM, Gangguan pencernaan, asma alergi, dan sejumlah gejala lainnya. (b) Gejala Emosional (Psikologis) Pelupa, sukar konsentrasi, sukar mengambil keputusan, Kecemasan, depresi, murung, mudah marah, mudah menangis, gelisah, pikiran bunuh diri, psikosomatis, pandangan putus asa, dan gangguan emosional lainnya. (c) Gejala Sosial (Perilaku) Menarik diri dari pergaulan sosial, banyak merokok, makan, minum, minum-minuman alkohol, bahkan ada yang nekad bunuh diri, membunuh, dan gejala sosial lainnya.

17 26 C. Dampak yang Terjadi Akibat Kepergian Perempuan Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). 1. Dampak yang Terjadi terhadap Keluarga Terbatasnya lapangan pekeriaan di dalam negeri dan banyaknya tenaga kerja yang tidak tertampung pada dunia usaha di dalam negeri, serta tuntutan ekonomi keluarga yang semakin tinggi mendorong sebagian masyarakat Indonesia untuk mencari pekerjaan di luar negeri. Wanita yang bekerja diluar negeri biasa dikenal dengan sebutan Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW), merupakan pekerjaan yang dianggap paling menjanjikan, hal itu dikarenakan penghasilan yang bakal diperoleh relatif besar dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan diri serta keluarga (Yunitasari, 2011) Bagi perempuan yang menjadi Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW), hal ini telah menimbulkan perubahan yang luas dan mendasar khususnya bagi wanita yang berkeluarga. Keluarga yang dahulu utuh (suami, istri dan anak-anaknya), telah berubah menjadi keluarga yang tidak utuh lagi. Banyak keluarga yang tidak memiliki sosok istri bagi suami dan peran ibu bagi anak-anaknya. Menurut Ritonga (1996 : 2-3), suatu keluarga memiliki fungsi seperti fungsi keagamaan, sosialbudaya, cinta kasih, kontrol sosial, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi dan Iain-lain. Selama istri atau ibu menjadi Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW) fungsi-fungsi yang sebelumnya dilakukan oleh seorang ibu kini telah bergeser digantikan oleh suami maupun keluarga besar Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW), seperti kakek atau nenek, paman atau bibi maupun kerabat yang lain (Yunitasari, 2011). Adanya peran ganda yang dilakukan oleh suami Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW) tidak jarang menimbulkan konflik. Selain itu keterpisahan Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW) dengan keluarga yang relatif lama juga memicu terjadinya konflik baik bagi keluarga Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW) maupun keluarga besar TKW

18 27 sendiri, seperti suami tidak bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengasuhan anak, sehingga banyak anak TKW yang putus sekolah hal tersebut dikarenakan kurangnya dukungan serta motivasi baik dari ayah maupun ibu menjadi pemicu anak menjadi malas sekolah selain itu adanya perbedaan cara asuh ayah dengan ibu dimana ibu diarasaka lebih sabar serta pengertian sementara ayah dirasakan kurang memberikan perhatian terhadap anak (Yunitasari, 2011). Terpisahnya keluarga anatara suami dan istri, karena salah satu anggota keluarga tersebut menjadi Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW) menimbulkan masalah dalam kehidupan keluarga TKW. Selain terpisah dalam waktu yang lama kondisi tersebut diperparah lagi dengan adanya perubahan fungsi ekonomi, yaitu adanya kemandirian ekonomi perempuan menjadikan sebagian besar dari suami TKW ini kecenderungan menjadi malas bekerja setelah istrinya menjadi Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW), hal itu dikarenakan suami lebih mengandalkan istrinya yang menjadi TKW. Kondisi tersebut dapat menimbulkan konflik antara menantu dan mertua, serta krisis kepercayaan antara pasangan suami istri dapat memicu terjadinya konflik keluarga yang berujung pada perceraian (Yunitasari, 2011). 2. Dampak yang terjadi pada Anak Tenaga Kerja Wanita (TKW) Menarik untuk dicermati bahwa lama ibu menjadi TKW juga berpengaruh terhadap penurunan kondisi anak (menurunkan keterampilan sosial, meningkatkan stres, dan menurunkan prestasi akademik anak). Hal ini tercermin dari kebutuhan emotional bonding dengan ibu yang tinggi. Bahkan pengasuhan dimensi kehangatan dan komunikasi yang tinggi antara ayah dan anak, kebahagiaan perkawinan yang dirasakan ayah, serta dukungan sosial keluarga luas dan tetangga yang diterima keluarga tidak mampu menurunkan tingkat stres yang dialami anak. Fenomena ini menunjukkan bahwa ketika pengasuh utama pergi maka akan terjadi perubahan fungsi psikologis anak seperti pola

19 28 makan dan tidur, pola bemain, dan mood anak sehingga anak kehilangan pegangan hidup dan menjadi stres. Prestasi akademik anak di sekolah juga menunjukkan adanya kecenderungan perolehan nilai yang tidak cukup memuaskan akibat kepergian ibu. Begitu pula dengan keterampilan sosial anak akan cenderung menurun akibat ketidakhadiran ibu di tengah-tengah keluarga. Namun di sisi lain, hasil analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka keluarga dapat memberikan fasilitas untuk dapat meningkatkan kondisi anak, khususnya fasilitas untuk meningkatkan prestasi akademik anak (Setyoningsih, 2010). Fenomena ini menggambarkan adanya dilema paradoks pada keluarga TKW. Di satu sisi kepergian ibu menjadi TKW memberikan dampak positif karena pendapatan yang diperoleh TKW dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, termasuk dalam investasi pendidikan anak. Namun di sisi lain ketidakseimbangan ekosistem keluarga TKW beresiko menurunkan kualitas perkawinan, menurunkan keterampilan sosial anak, meningkatkan stres anak, dan menurunkan prestasi akademik anak akibat tidak adanya perhatian ibu terhadap anak (Setyoningsih, 2010). Bagaimanapun juga, benefit dan cost rasio akibat kepergian ibu menjadi TKW tidaklah seimbang. Dampak negatif yang ditimbulkan lebih besar dari pada dampak positif yang didapatkan. Hasil penelitian ini menguatkan teori struktural fimgsional dan perkembangan anak yang telah ada bahwa apabila keluarga tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka keluarga menjadi disorganisasi dan dibuktikan dengan berbagai kondisi yang tidak menguntungkan dalam kualitas perkawinan dan kondisi anak TKW yang memburuk (Setyoningsih, 2010). Basic trust dan kepribadian anak merupakan landasan dalam perkembangan sosial anak untuk dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Tahun 2012 tercatat 62% anak di Indonesia mengalami perilaku kekerasan yang dilakukan terjadi di rumah atau

20 29 dalam lingkungan keluarga. Kekerasan ini dilakukan oleh orangorang yang seharusnya bertanggung jawab untuk melindungi anakanak. Kekerasan juga dilakukan oleh guru baik di sekolah negeri maupun, 28% Pendidikan anak menjadi terabaikan, anak hanya mendapat status sekolah saja namun hasilnya nol atau anak tidak mendapatkan ilmu (tidak berprestasi) disamping itu anak menjadi malas belajar karena kurangnya pengawasan dari orang tua. Kenakalan Anak Remaja menunjukkan bahwa 96% kasus anak yang diajukan ke pengadilan mengakibatkan hukuman penahanan, 60% hukuman ini di atas satu tahun, dan ada sedikit atau tidak ada bantuan hukum. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan memperkirakan bahwa kurang lebih anak dipenjarakan, baik dalam waktu menunggu pengadilan atau sedang menjalani hukuman mereka. Banyak anak dipenjara karena kejahatan kecil dan pelanggaran-pelanggaran ringan, seperti pencurian, pergelandangan, pembolosan, atau penyalahgunaan obat. (UNICEF, 2012). Kenakalan anak (remaja) adalah tindak perbuatan yang dilakukan anak remaja dan perbuatan itu bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan melanggar norma-norma agama. Bentuk-bentuk kenakalan anak yang ditinggal orang tua sebagai Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW) menurut Astutik (2009) anatara lain : 1) Bolos sekolah 2) Merokok 3) Minum-minuman keras 4) Taruhan (Judi) dan Kebut-kebutan 5) Mencuri dan Seks bebas. 6) Penyalah Gunaan Obat (Narkotika) Faktor kenakalan tersebut disebabkan oleh lingkungan keluarga dimana kenakalan itu terjadi karena faktor kealpaan dari orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Padahal tugas orang tua

21 30 adalah sebagai pendidik dan orang tua diberi kewajiban memenuhi hak anak akan pendidikan sehingga menjadi orang yang berkualitas. Kenakalan tersebut juga timbul karena faktor lingkungan sekolah, dimana seorang anak menjadi bolos sekolah karena tidak menyukai salah satu guru dan tidak menyukai salah satu mata pelajaran disekolahnya. Selain itu kenakalan timbul karena faktor pergaulan dari masyarakat (Astutik, 2009). Uapaya Pencegahan dan menanggulangi kenakalan anak yang ditinggal orang tua sebagai TKI ke luar negeri menurut Astutik (2009), antara lain: 1) Orang tua harus memilih pengasuh yang tepat, misalnya pengasuh dari keluarganya sendiri, yaitu dengan memberikan kasih sayang yang tidak berlebihan, selalu membimbing dan mengarahkan ke hal yang positif, perhatian pada anak, penanaman tanggung jawab serta selalu bersikap disiplin demi pertumbuhan dan perkembangan anak agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif, karena orang tua mereka pergi bukan Cuma sehari atau dua hari akan tetapi bertahun-tahun. 2) Orang tua diharapkan lebih memperhatikan kebutuhan anaknya, baik kebutuhan yang bersifat fisik maupun yang bersifat psikologis dan menjalin komunikasi yang baik meskipun dengan jarak jauh agar bias mengontrol dan mengetahui tingkah laku anak yang ditinggalkannya. 3) Guru hendaknya melakukan pendekatan terhadap siswa, agar bisa mengetahui tingkat emosional serta tingkat kenakalannya, sehingga guru tersebut bisa memberikan arahan yang tepat dan sebagai langkah awal untuk menghindari kenakalan jauh sebelum rencana kenakalan itu terjadi dan terlaksana sehingga dapat mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan baru, dengan demikian setidaknya bisa memperkecil jumlah pelakunya. 4) Antara guru dan pengasuh diharapkan saling memberikan informasi mengenai masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga masalah tersebut dapat diatasi bersama.

22 31 5) Sedangkan dari pemerintah mengadakan penyuluhan setiap bulansekali yang dilaksanakan dikantor kecamatan atau disekolah-sekolah, perda No. 18 tahun 2001 tentang larangan miras dan mengadakan organisasi pemuda berupa karang taruna disetiap desa, selain itu penanggulangan juga dilakukan oleh ponpes yaitu bagi anak yang melanggar tata tertib misal mencuri seperti menghafal Al-qur'an sebanyak tiga kali dalam sebulan dan harus mengikuti sholat berjamaah setiap waktu. 3. Dampak Psikologis terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia (TKW). "Psikologi" berasal dari perkataan Yimani "psyche" yang artinya jiwa, dan "logos" yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejala, proses maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya (Ahmadi, 2003). Psikologi secara umum dapat didefinisikan sebagai disiplin ihnu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme, dan lingkungan eksternal, istilah ini kerap dilambangkan dengan huruf Ψ, huruf yunani untuk psi (biasanya diucapkan sebagai "si") (Wade & Tavris, 2008). Menurut Chaplin (1999, dalam Wiaswiyanti 2008) yang dimaksud dengan effect (efek) adalah suatu kejadian atau gejala yang mengikuti kejadian lain dalam relasi kausal (sebab-akibat). Dampak psikologis adalah pengaruh positif maupun negatif yang muncul sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja pada diri seseorang, dan di pengaruhi oleh faktor internal

23 32 maupun eksternal, dimana pengaruh tersebut nampak dalam perilaku individu (Wiaswiyanti, 2008). Macam-macam dampak psikologi antara lain : a) Ketidak-berdayaan Merupakan suatu kondisi yang didapat dari adanya gangguan motivasi, proses kognitif maupun emosi. Ide dasar yang melatar belakangi ketidak-berdayaan yang dipelajari adalah bahwa orang mungkin sadar akan tidak adanya kontrol terhadap apa yang terjadi pada beberapa situasi. Kesadaran ini timbul karena kurangnya "contingency" antara usaha-usaha terdahulu untuk mengubah situasi dengan hasil yang berhubungan dengan usaha-usaha tersebut. Ketidakberdayaan yang dipelajari memiliki konsekuensi motivasional, kognitif dan emosional menurut smet (1994; dalam Wiyaswiyanti, 2008). Bahwa ketidakberdayaan yang dipelajari dapat didefinisikan sebagai kondisi psikologis yang disebabkan oleh gangguan motivasi. Proses kognisi dan emosi sebagai suatu hasil pengalaman diluar kontrol organisme, pendapat ini dikuatkan oleh Seligman (Wiyaswiyan ti, 2008). Penyebab suatu rasa ketidakberdayaan dalam pengalaman kerja terdiri dari keikut-sertaan dalam pemecahan masalah, respon yang lamban terhadap stress, penyebab perasaan depresi dan rendahnya upaya untuk keberhasilan menyelesaikan tugas-tugasnya menurut Handayani 2001 (Wiaswiyanti, 2008). Gejala-gejala dari ketidakberdayaan antara lain : 1) Passivity (motivasional deficit) : suatu kondisi pasif yang diakibatkan kurangnya motivasi karena kejadian yang tidak terkontrol. 2) Retardation of learning : mengalami hambatan untuk belajar atau memahami situasi yang terjadi. 3) Kurang agresif dalam menghadapi sesuatu (somatic effects).

24 33 4) Reduction of helplessness with time : ditandai dengan adanya shok yang tidak terlelakan sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan suatu tugas. b) Kecemasan (anxiety) Kecemasan merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur dan terjadi ketika orang mengalami tekanan perasaan karena adanya pertentangan batin (konflik). Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme seperti konflik, ancaman harg'a did, ancaman fisik dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan, dapat menimbulkan kecemasan menurut Atkinson (1993, dalam Wiyaswiyanti 2008). Adapun gejala-gejala kecemasan oleh Buclew (1993, dalam Wiaswiyanti 2008) dibagi menjadi dua tingkatan yaitu : (1) Tingkatan Fisiologis Kecemasan ini sudah mempengaruhi atau berwujud pada gejala fisik terutama pada fungsi syaraf diantaranya tidak dapat tidur, perut mual, keringat dingin berlebihan. (2) Tingkatan Psikologis Kecemasan ini sudah berupa kejiwaan seperti rasa khawatir, bingung, sulit berkonsentrasi, tegang, dan sebagainya. c) Rasa malu (shame) Tangney (1995, dalam Wiaswiyanti, 2008) mengungkapkan bahwa rasa malu merupakan suatu emosi yang berfokus pada kekalahan atau pelanggaran moral, membungkus kekurangan diri dan membuat kondisi pasif atau tidak berdaya. Pengakuan bahwa diri yang disokong seseorang dalam sebuah interaksi sosial telah terganggu oleh sesuatu yang dilakukannya atau oleh suatu kenyataan pribadi yang terlepas. Ditambahkan pula uangkapan kekuatan rasa malu berasal dari pentingnya interaksi-interaksi sosial.

25 34 Rasa malu dalam praktik sehari-hari dapat dilihat melalui gejala yang nampak seperti menutup wajah, menyembunyikan diri dari pertemuan dengan orang lain, mengalami perubahan ekspresi wajah. d) Rasa bersalah (guilty feeling) Secara subyektif rasa bersalah adalah suatu kondisi emosional tidak enak yang dialami dalam dua perasaan mendasar yakni duka cita yang jelas melebihi penderitaan seorang pasangan dan korban serta kecemasan mendalam yang mungkin mengarah pada kehilangan atau kerusakan hubungan diakibatkan oleh adanya pelanggaran dari salah satu pasangan menurut Tangney & Ficher (1995, dalam Wiyaswiyanti 2008). Menikian pula yang di ungkap oleh Prasetyo (2000, dalam Wiyaswiyanti 2008), Yang mengaitkan rasa bersalah dan sesal sebagai bagian dari pengalaman eksistensial manusia dan merupakan fenomena yang membantu manusia untuk bertumbuh semakin dewasa. Menurut Kohlberg (Wiyaswiyanti, 2008) fungsi rasa bersalah dibedakan menjadi tiga macam yaitu : (1) Rasa bersalah dipakai untuk mengungkapkan segala macam perasaan gelisah, takut dan perasaan tersembunyi yang lain. (2) Rasa bersalah dipakai untuk mengungkapkan pengakuan diri dan refleksi diri. Biasanya langsung menyentuh fungsi dari moral, karena berhubungan dengan reaksi-reaksi batin dalam koreksi (3) Rasa bersalah juga dipakai untuk menjembatani keraguan yang terjadidalam fungsi A atau fungsi B diatas. Hal ini terlihat dalam gejala pengakuan, karena disamping menyesali segala kerapuhandan kekurangan diri, juga bertekad membangun hidup lebih baik lagi.

26 35 e) Kehilangan harga diri Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang ingin dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi, orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain. Harga diri rendah apabila : (1) Kehilangan kasih sayang atau cinta-kasih dari orang lain. (2) Kehilangan penghargaan dari orang lain. (3) Hubungan interpersonal yang buruk Coopersmith (dalam Wiyaswiyanti, 2008) membagi harga diri dalam tiga kategori, yaitu: (1) Individu dengan harga diri tinggi yang dapat dipahami sebagai individu aktif, ekspresif, cenderung berhasil dalam bidang social dan akademis. Dari rasa percaya diri terhadap keberhasilannya yang didasarkan pada kemampuannya, memiliki ketrampilan sosial dan kwalitas pribadi yang baik dan memiliki ambisi yang tinggi. (2) Individu dengan harga diri yang sedang hampir sama dengan harga diri tinggi cenderung sangat bergantung pada penerimaan sosial. (3) Individu dengan harga diri yang rendah yakni individu dengan sifat-sifat yang negatif, penuh kekhawatiran terhadap interaksi sosial,tidakyakin akan keberhasilannya sendiri, menghindari persahabatan dan cenderung terisolir, cenderung menyendiri dan tidak dapat mengekspresikan diri walaupun sesungguhnya memerlukan dukungan orang lain.

27 36 f) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi munculnya dampak psikologis Sebagaimana pendapat dari Sunaryo (2004) yang mengemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor endogen serta faktor eksogen, lebih lanjut dapat dikatakan faktor - faktor yang mempengaruhi munculnya dampak psikologis adalah : (1) Faktor Endogen (a) Jenis Ras Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan yang lainnya. Tiga Kelompok ras terbesar yaitu ras kulit putih (ras kaukasia), ras kulit hitam (ras negroid), ras kulit kuning (ras mongoloid) (Sunaryo, 2004). (b) Jenis Kelamin Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau nakal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminim (Sunaryo, 2004). (c) Sifat Fisik Kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus (Sunaryo, 2004). (d) Bakat Pembawaan Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan utuk pengembangan (Sunaryo, 2004).

28 37 (e) (f) (g) Intelegensi Intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak (Sukardi, 1997). Intelegensi adalah kemampuan untuk membuat kombinasi (N otoatmodjo, 1997). Dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat, dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat (Sunaryo, 2004). Konsep Diri Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Termasuk didalamnya adalah persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungannya, nilainilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan, dan keinginannya. Terdapat lima komponen konsep diri yaitu gambaran diri (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan identitas diri (self identity), (Sunaryo, 2004). Emosi Emosi adalah "manifestasi perasaan atau afek keluar dan disertai banyak komponen fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama" (Maramis, 1990). Emosi adalah "suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkijn terganggu" (Bimo Walgito, 1989). Emosi merupakan perasaan yang mendasar yang memiliki hubungan erat dan keduanya dialami individu, emosi

29 38 dapat mengarahkan perilaku individu seperti halnya motif dasar dan dapat menyertai perilaku termotivasi (Sunaryo, 2004). Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam diri individu itu akan terdapat peubahan-perubahan dalam kejasmanian, misalnya katakutan maka gejala kejasmanian yang tampak adalah muka pucat, dan jantung berdebar-debar (Sunaryo, 2004). Menurut Sunaryo 2004, komponen emosi terdiri dari: (1) Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik, misalnya bila marah suara menjadi tinggi dan gemetar. (2) Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif. (3) Ekspresi wajah, apabila anda merasa benci pada seseorangkemungkinan akan mengerutkan dahi atau kelopak mata menutup sedikit. (4) Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi atau gembira hingga meneteskan air mata. (h) Motivasi Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau bereaksi. Menurut Nancy Stevenson (2001), "motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons". Dan menurut Sarwono, S.W. (2000), "motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Dorongan penggerak untuk mencapi tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dalam diri individu atau datang dari lingkungan.

30 39 (i) Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (motivasi instrinsik) bukan pengaruh lingkungan (motivasi ekstrinsik), (Sunaryo, 2004). Persepsi Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam diri individu (Sunaryo, 2004). (2) Faktor Eksogen (a) Sosial-Ekonomi Salah satu lingkunga berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial budaya dan sosial ekonomi. Khusus menyangkut sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga yang status sosial ekonominya berkecukupan, akan mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap perilaku individu-individu yang ada di dalam keluarga tersebut. Sebaliknya, keluarga yang sosial ekonominya rendah, akan memperoleh kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, keluarga tersebut memenuhinya dengan berbagai cara (Sunaryo, 2004). (b) Lingkungan Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku (Sunaryo, 2004).

31 40 (c) (d) (e) Pendidikan Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan sampai ke liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak dapat menjadi dapat (Sunaryo, 2004). Kebudayaan Menurut Mac Iver sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto (2001), "ekspresi jiwa terwujud dalam cara -cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi dan hiburan". Dalam arti sempit kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat, atau peradapan manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri (Sunaryo, 2004). Agama Merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berfikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu. D. Afek dan emosi Afek adalah perasaan emosional seseorang yang menyenangkan atau tidak yang menyertai suatu pikiran yang berlangsung lama. Emosi adalah pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organik (Yosep, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia adalah perempuan abad modern ini. Cita-cita para aktifis gerakan feminisme telah terwujud menjadi sosok-sosok perempuan tangguh yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara. Berdasarkan data BPS tahun 2010, persentase kemiskinan saat ini mencapai 13,3 persen. Kemiskinan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara berkembang menjadi negara maju. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan suatu istilah yang digunakan masyarakat untuk menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta bekerja dan pulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencari kehidupan di negeri orang sebenarnya merupakan alternatif terakhir bagi seseorang, kecuali di sekitar tempat kediamannya tidak terdapat kesempatan kerja.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis moneter yang melanda Indonesia pada Tahun 1997 meningkatkan angka kemiskinan dan angka pengangguran. Jumlah penduduk miskin selama periode 1996-2006 berfluktuasi dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB 9. KELUARGA DAN TENAGA KERJA WANITA (TKW) Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 9. KELUARGA DAN TENAGA KERJA WANITA (TKW) Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 9. KELUARGA DAN TENAGA KERJA WANITA (TKW) Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Dilema TKW dalam Sistem Patriarki Sesuai dengan norma masyarakat yang umumnya berlandaskan sistem patriarki, maka simbol

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas keadaan anak di muka peta dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai,

Lebih terperinci

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia 0 P a g e 1 Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia Perdagangan manusia (atau yang biasa disebut dalam udang-undang sebagai perdagangan orang) telah terjadi dalam periode yang lama dan bertumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah lepas dari suatu ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, dibesarkan dalam lingkup keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia berdampak

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI KECAMATAN WATULIMO, KABUPATEN TRENGGALEK

PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI KECAMATAN WATULIMO, KABUPATEN TRENGGALEK PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI KECAMATAN WATULIMO, KABUPATEN TRENGGALEK Winda Yunitasari Prodi Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian keluarga Menurut Friedmen (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan. Pernikahan merupakan sarana dalam mempersatukan dua anak manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan. Pernikahan merupakan sarana dalam mempersatukan dua anak manusia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika seorang laki-laki dan perempuan bertemu dan berkenalan kemudian saling mengenal satu sama lain dan menemukan kecocokan diantara mereka, pasti mereka memutuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir sampai meninggal, banyak fase perkembangan dan pertumbuhan yang harus dilewati. Dari semua fase perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perdagangan Manusia untuk tenaga kerja (Trafficking in persons for labor) merupakan masalah yang sangat besar. Data Perdagangan Manusia di Indonesia sejak 1993-2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. STRES. yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan

BAB II PEMBAHASAN A. STRES. yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan BAB II PEMBAHASAN A. STRES 1. Pengertian Stres Stres adalah bagian dari kehidupan manusia. Stres dapat menimbulkan penderitaan atau dapat pula menyertai kegembiraan. Stres adalah pengalaman subjektif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup dengan baik tanpa berhubungan dengan orang lain, karena hampir setiap hari

Lebih terperinci

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Istilah kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) dalam tulisan ini merujuk pada segala bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam konteks kehidupan berkeluarga.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah

Lebih terperinci

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak zaman dahulu hingga kini, persoalan yang dihadapi oleh kaum perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai hambatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan

Lebih terperinci

2015 DAMPAK IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI TERHADAP BERUBAHNYA FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA

2015 DAMPAK IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI TERHADAP BERUBAHNYA FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sulitnya memperoleh lapangan kerja saat ini menimbulkan berbagai dampak mulai dari pengangguran, kemiskinan, hilangnya rasa percaya diri, dan stres. Bahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini keberadaan pembantu rumah tangga sangat diperlukan yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini keberadaan pembantu rumah tangga sangat diperlukan yang diakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini keberadaan pembantu rumah tangga sangat diperlukan yang diakibatkan perubahan bentuk kehidupan menjadi kehidupan yang kompleks karena setiap anggota

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS

Lebih terperinci