STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA"

Transkripsi

1 KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Indonesian Medical Council Jakarta 2006

2 STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS

3 Edisi Pertama, 2006 Cetakan Pertama, Nopember 2006 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Standar pendidikan profesi dokter gigi spesialis. Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia, hlm. ; 17,5 x 24 cm. ISBN X 610 Penerbit: Konsil Kedokteran Indonesia Jalan Hang Jebat III Blok F3 Telepon: , Faksimili: , Jakarta Selatan ii

4 KATA SAMBUTAN KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Assalamualaikum Wr. Wb, Kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya iptek di bidang kedokteran dan kedokteran gigi menuntut tersedianya sumber daya manusia yang handal dan terampil serta professional dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat. Di lain pihak, tersedianya alat dan teknologi yang canggih akan mudah memperoleh informasi dengan cepat sehingga masyarakat sebagai pengguna sadar akan hak-haknya disamping kewajibankewajiban yang harus ia penuhi. Perlu kita sadari bahwa akhir-akhir ini dirasakan adanya peningkatan keluhan masyarakat baik di media elektronik maupun media cetak terhadap tenaga dokter dan dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kita memahami bahwa pelayanan kesehatan merupakan proses hilir, baik buruknya pelayanan kesehatan ditentukan proses dari hulu, yaitu pendidikan profesi kedokteran dan kedokteran gigi. Khusus untuk kualitas pelayanan yang diberikan oleh dokter gigi spesialis tentunya juga tidak terlepas dari bagaimana proses pendidikan dokter spesialis sehingga benar-benar dapat mengikuti ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran mutakhir, sehingga seorang dokter gigi spesialis mempunyai kompetensi yang handal dengan tetap menjaga etika kedokteran gigi. Buku ini disusun sebagai acuan standar dalam penyelenggaraan pendidikan dokter gigi spesialis. Kepada tim penyusun dan para kontributor, kami ucapkan selamat dan penghargaan atas dedikasi dan terbitnya buku standar pendidikan profesi dokter gigi spesialis ini. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Jakarta, November 2006 Hardi Yusa, dr, SpOG, MARS Ketua Konsil Kedokteran Indonesia iii

5 KATA SAMBUTAN KETUA KONSIL KEDOKTERAN GIGI Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas bimbingan, petunjuk dan kekuatannya kepada kita, maka selesailah buku Standar Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Indonesia. Sesuai dengan yang diamanahkan oleh Undang-undang no.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Buku ini merupakan kerjasama para stakeholder Konsil Kedokteran Indonesia di dalam upaya mereka untuk meningkatkan mutu pendidikan dokter gigi spesialis di Indonesia. Proses penyusunannya memakan waktu yang cukup lama karena pada saat ini tetah ada 8 program bidang spesialis yang tentunya mempunyai ciri khasnya sendiri-sendiri sehingga memerlukan berbagai pertimbangan dan kompromi dalam rangka mengakomodasi situasi dan kondisi di lapangan. Yang jelas kami sangat berharap agar buku ini dapat dijadikan acuan bagi seluruh pengelola dan dosen Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia khususnya mereka yang berkecimpung dalam pendidikan program dokter gigi spesialis, agar tercipta pendidikan yang berkualitas seperti yang kita harapkan bersama. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia, para kolegium dokter gigi spesialis, para Ikatan Profesi Dokter Gigi Spesialis, Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan, Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional, terutama kepada mereka yang duduk di dalam kelompok kerja Konsil Kedokteran Gigi divisi pendidikan yang selama ini telah bekerja keras menyusun standar pendidikan dokter gigi spesialis ini. Semoga segala upaya yang telah dilakukan ini akan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan dokter gigi spesialis di Indonesia dan di dalam penerapannya akan mendapat bimbingan dari Allah SWT. Amien. Jakarta, 22 November 2006 Ketua Konsil Kedokteran Gigi Prof. Dr. Roosje Rosita Oewen drg.spkga iv

6 KATA PENGANTAR Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas perkenan dan ridho-nya Buku, yang merupakan buku pertama tentang standar pendidikan dokter gigi spesialis dapat diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Proses penyusunan buku ini memerlukan pemikiran, tenaga, waktu dan dana, baik dari KKI yang memfasilitasi maupun stakeholder yang mempunyai komitmen tinggi dalam meningkatkan mutu lulusan dokter gigi spesialis. Kebersamaan dalam penyusunan standar pendidikan ini diwujudkan dari dedikasi dan komitmen anggota Pokja pada pertemuan yang dilakukan hampir setiap bulan. Di samping itu dukungan stakeholder tercermin dari berbagai kegiatan Pokja yang dilaksanakan pada acara-acara stakeholder. No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dinyatakan standar pendidikan profesi dokter gigi disusun oleh Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) dengan seluruh stakeholder terkait, yaitu unsur-unsur dari Kolegium Dokter Gigi, Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan, Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional. Khusus dalam penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis disebutkan dalam penjelasan pasal tersebut bahwa penyusunan standar pendidikan profesi bagi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis dilakukan oleh kolegium kedokteran dan kolegium kedokteran gigi dengan mengikutsertakan asosiasi institusi pendidikan kedokteran/ kedokteran gigi dan rumah sakit pendidikan. Selanjutnya standar ditetapkan bersama oleh KKI dan seluruh stakeholder. Tahap terakhir adalah pengesahan oleh KKI. Proses penyusunan standar pendidikan profesi dokter gigi dan dokter gigi spesialis berlangsung lebih dari satu tahun, diawali dengan penyerahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dari AFDOKGI ke Konsil Kedokteran Gigi pada Juli 2005 diacara FORIL FKG TRISAKTI di Bidakara. AFDOKGI menyusun KBK untuk menggantikan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Gigi (KIPDGI) II. Mekanisme kerja dalam v

7 penyusunan standar pendidikan profesi dokter gigi dan dokter gigi spesialis melalui pembentukan kelompok kerja (pokja) divisi pendidikan kedokteran gigi. Anggota Pokja terdiri dari unsur-unsur stakeholders Majelis Kolegium Kedokteran Gigi (MKKGI), Kolegium Dokter Gigi (KDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (ARSGMP), PDGI, Diknas dan Depkes. Anggota kelompok kerja terdiri dari wakil-wakil stakeholders tersebut di atas yang secara resmi ditunjuk oleh stakeholder terkait pada pertemuan AFDOKGI di Surabaya saat berlangsungnya TIMNAS FKG UNAIR Agustus Pada proses penyusunan standar pendidikan, Pokja dibagi menjadi 3 subpokja, yaitu subpokja standar pendidikan dokter gigi, subpokja standar pendidikan dokter gigi spesialis dan subpokja Contuining Professional Development (CPD). Seluruh pertemuan pokja maupun pleno dengan stakeholders difasilitasi oleh KKI. Sebagai langkah pertama dilakukan penyamaan persepsi antar stakeholders mengenai Standar Pendidikan melalui Lokakarya di Wisma Makara UI Depok pada September Berdasarkan KBK dan asupan PDGI hasil Kongres, disusun draf awal standar pendidikan profesi dokter gigi dan standar kompetensi dokter gigi pada Pertemuan Pokja di Hotel Grand Aquila Bandung bulan September 2005 bertepatan dengan acara Dies FKG UNPAD. Pada pertemuan tersebut juga disepakati perlu diselesaikan terlebih dahulu standar kompetensi dokter gigi, baru kemudian disusun standar kompetensi dokter gigi spesialis. Pada pertemuan KKI dan stakeholders serta pokja pada bulan Maret 2006 telah disepakati dan ditandatangani berita acara penetapan standar kompetensi utama dokter gigi oleh para ketua AFDOKGI, MKKGI, Kolegium dokter gigi, Kolegium dan Ikatan Dokter gigi Spesialis, Asosiasi RSGM Pendidikan. Standar kompetensi dokter gigi ini menjadi salah satu acuan dalam penyusunan vi

8 Pada April 2006 dilakukan pertemuan KKI, pokja dan stakeholders untuk perbaikan draf standar pendidikan profesi dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Pertemuan pokja untuk memperbaiki draf-draf tersebut juga dilakukan pada Juli 2006 di Bandung. Draf hasil pokja didiseminasikan ke stakeholders untuk memperoleh asupan. Editing untuk memperoleh draf final standar pendidikan profesi dokter gigi dan dokter gigi spesialis memerlukan beberapa kali pertemuan di bulan Agustus, September dan Oktober Draf final standar pendidikan profesi dokter gigi spesialis disepakati dan ditetapkan oleh KKI dan stakeholders dengan ditandatanganinya berita acara penetapan standar pendidikan profesi dokter gigi spesialis pada pertemuan pokja di Bandung tanggal 6 November Selanjutnya pada sidang pleno KKI 9 November 2006, dilakukan PENGESAHAN melalui Surat Keputusan KKI No. 24/KKI/KEP/XI/2006 tahun Standar ini masih bersifat umum dan merupakan acuan bagi penyelenggaraan pendidikan dokter gigi spesialis. Untuk penerapannya masih perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk petunjuk teknis oleh Kolegium dokter gigi spesialis masing-masing agar bersifat lebih operasional Akhir kata ungkapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi ditujukan kepada semua pihak yang memberikan pemikiran, waktu dan tenaga sehingga buku ini dapat diterbitkan. Jakarta, November 2006 ttd Retno Hayati Afi Savitri vii

9 KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24/KKI/KEP/XI/2006 TENTANG PENGESAHAN STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, Menimbang : a. bahwa telah ditetapkan standar pendidikan profesi dokter gigi sesuai dengan Berita Acara Penetapan Standar Pendidikan Dokter Gigi Spesialis yang ditanda tangani pada tanggal 6 Nopember 2006 di Bandung oleh Konsil Kedokteran Gigi bersama dengan Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia (MKKGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi (AFDOKGI), dan Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (ARSGMP) sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan sebagai pelaksanaan dari Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dipandang perlu mengesahkan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis dengan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); viii

10 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); Menetapkan : M E M U T U S K A N : Kesatu : KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG PENGESAHAN STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS. Kedua : Mengesahkan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Ketiga : sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua merupakan acuan dan diperuntukkan bagi semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pendidikan profesi dokter gigi spesialis. Keempat : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal di tetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Nopember 2006 KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA KETUA, HARDI YUSA, dr, Sp.OG, MARS ix

11 UCAPAN TERIMA KASIH Konsil Kedokteran Indonesia menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu sejak awal disusunnya draf awal sampai dengan kesepakatan dan penetapan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis Indonesia, sehingga dapat diterbitkannya buku ini. Kontributor 1. Prof. Dr. Roosje Rosita Oewen, drg, SpKGA 2. Prof. Dr. Retno Hayati, drg, SKM, SpKGA 3. Afi Savitri Sarsito, drg, SpPM 4. Dr. Harum Sasanti Nugroho, drg, SpPM 5. Haris Nasutianto, drg, MKes 6. Andi Sumidarti, drg, MS 7. Tis Karasutisna, drg, SpBM 8. Winiati Sidharta, drg, SpKG 9. Dr. Grita Sudjana, drg 10. Soedjoko, drg, MS 11. Gus Permana Subita, drg, PhD, SpPM 12. Bambang Trenggono, drg, MS 13. Ari Subianto, drg 14. Annie Tri Susilo, drg, MARS 15. Wahyu Sulistiadi, drg, MKes 16. Bulan Rachmadi, drg, MKes 17. Mirza, drg 18. Hardi Yusa, dr, SpOG, MARS 19. Emmyr Faizal Moeis, drg, MARS 20. Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek, dr, SpOG (K) 21. Prof. Dr. Biran Affandi, dr, SpOG (K) 22. Prof. Wiguno Prodjosudjadi, dr, SpPD, KGH, PhD 23. Prof. Dr. Mohamad Mulyohadi Ali, dr 24. Dr. Oedijani Santoso, drg, MS x

12 25. I Putu Suprapta, drg, MSc 26. Kresna Adam, drg, SpBM 27. Ieke Irdjiati, dr, MPH 28. Tini Hadad 29. Dra. Adryati Rafli 30. Dekan FKG Universitas Indonesia 31. Dekan FKG Universitas Trisakti 32. Dekan FKG Universitas Mustopo 33. Dekan FKG Universitas Padjadjaran 34. Dekan FKG Universitas Gajah Mada 35. Dekan FKG Universitas Airlangga 36. Dekan FKG Universitas Hang Tuah 37. Dekan FKG Universitas Djember 38. Dekan FKG Universitas Hasanudin 39. Dekan FKG Universitas Sumatera Utara 40. Dekan FKG Universitas Mahasaraswati 41. Dekan FKG Universitas Baiturrahmah 42. Ketua Prodi KG Universitas Muhammadyah 43. Ketua Prodi KG Universitas Sriwijaya 44. Ketua Prodi KG Universitas Sam Ratulangi 45. Ketua Prodi KG Universitas Syiah Kuala 46. Kolegium Dokter Gigi Indonesia 47. Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia 48. Ketua Kolegium Konservasi Gigi 49. Ketua Kolegium Ortodonsia 50. Ketua Kolegium Bedah Mulut 51. Ketua Kolegium Periodonsia 52. Ketua Kolegium Kedokteran Gigi Anak 53. Ketua Kolegium Penyakit Mulut 54. Ketua Kolegium Prostodontika 55. Ketua Kolegium Radiologi Kedokteran Gigi 56. Ketua Ikatan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi 57. Ketua Ikatan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia 58. Ketua Ikatan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut 59. Ketua Ikatan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia xi

13 60. Ketua Ikatan Dokter Gigi Spesialis Dokter Gigi Anak 61. Ketua Ikatan Dokter Gigi Spesialis Penyakit Mulut 62. Ketua Ikatan Dokter Gigi Spesialis Prostodontika 63. Ketua Ikatan Dokter Gigi Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi 64. Persatuan Dokter Gigi Indonesia 65. Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan 66. Ditjen Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional RI 67. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Sekretariat - Minarto Riyadi - Zahrotiah Akib Lukman - Hendrastuti Pertiwi - Resi Arisandi - Maman Budiman - Murtini - Wahyu Winarto - Solihin xii

14 DAFTAR ISI halaman Sambutan Ketua KKI... iii Sambutan Ketua KKG... iv Kata Pengantar... v Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No. 24/KKI/Kep/XI/2006 Standar Pendidikan dokter gigi... viii Ucapan Terima Kasih pada para kontributor... x Daftar Isi...xiii Daftar Singkatan... xv Bab I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan dan manfaat Buku Standar Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Sasaran... 3 Bab II Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan... 4 Bab III Penyeleggaraan Program Pendidikan Penyelenggaraan PPDGS Kurikulum Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Penelitian Pengabdian Masyarakat Bab IV Peserta Didik Karakteristik Peserta Didik Tata Cara Penerimaan Peserta Didik Kapasitas Penerimaan Bimbingan Akademik Tata Cara Pemberhentian Peserta Didik xiii

15 Bab V Sumber Daya (Resources) Manajemen Proses Pendidikan Dosen Staf Administrasi dan Penunjang Akademik Prasarana dan sarana Dana Penyelenggaraan Pendidikan Bab VI Penjaminan Mutu Bab VII Pembukaan dan Penutupan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bab VIII Penutup Daftar Pustaka Lampiran: 1. Dasar Hukum Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan xiv

16 DAFTAR SINGKATAN Depkes Depdiknas Ditjen Dikti KKI MKKGI IPDGS KDGI AFDOKGI ARSGMP SNP BAN PT KG ED RKAT RENSTRA RIP Departemen Kesehatan Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Konsil Kedokteran Indonesia Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia Institusi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Kolegium Dokter Gigi Indonesia Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Standar Nasional Pendidikan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Kedokteran Gigi Evaluasi Diri Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan Rencana Strategis Rencana Induk Pengembangan xv

17 xvi

18 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tingginya masalah kepenyakitan gigi dan mulut di Indonesia pada saat ini menunjukkan bahwa masalah yang ada belum dapat ditangani sepenuhnya oleh SDM yang ada. SDM disini terutama para dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada kenyataannya kasus-kasus yang terjadi bukan hanya yang bersifat sederhana tetapi mencakup kasuskasus yang sangat kompleks sehingga tidak dapat ditangani sepenuhnya oleh para dokter gigi. Untuk mengakomodasi hal ini maka di Indonesia masih diperlukan banyak dokter gigi spesialis yang diperlukan untuk menangani kasus-kasus gigi dan mulut yang kompleks. Pada tahun 1982, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis di Indonesia dibuka di empat Fakultas kedokteran Gigi, dan dikukuhkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui SK Dikti No. 139 dan No. 141 /DlKTI/Kep/1984. Ke empat pusat pendidikan itu adalah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga untuk program spesialis Orthodonsi, Konservasi, Kedokteran Gigi Anak, Bedah Mulut, Penyakit Mulut, Periodonsia dan Prosthodonsia; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada untuk program spesialis Orthodonsi, Konservasi, Kedokteran Gigi Anak, Bedah Mulut, Periodonsia dan Prosthodonsia. Setelah itu pada tahun 2003 melalui SK Dikti no : 2251-D-T-2003 telah dibuka pula di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara untuk program pendidikan dokter gigi spesialis Orthodonsia. Untuk memberikan pelayanan gigi dan mulut yang baik bagi masyarakat, diperlukan dokter gigi spesialis yang dapat bekerja secara profesional. Sayangnya mutu pendidikan dokter gigi spesialis yang dihasilkan oleh kelima pusat 1

19 pendidikan dokter gigi spesialis sampai saat ini sulit diketahui karena alat ukurnya berupa standar pendidikan belum tersedia. Oleh karena itu KKI beserta seluruh stakeholder menyusun standar pendidikan dokter gigi spesialis di Indonesia yang dapat dijadikan acuan sekaligus alat ukur untuk semua institusi pendidikan, agar mutu pendidikannya dapat ditingkatkan. Pedoman yang disusun bersifat umum, sehingga pendidikan spesialis dapat menambahkan kekhususannya masing-masing. Berdasarkan ketentuan umum dari Standar Nasional Pendidikan (SNP), pengertian standar pendidikan dokter gigi spesialis Indonesia adalah kriteria minimal sistem pendidikan dokter gigi spesialis yang berlaku di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam SNP, standar mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan, evaluasi, akreditasi, sertifikasi dan penjaminan mutu. Diharapkan dengan berlakunya UU Praktik Kedokteran maka semua dokter gigi spesialis di Indonesia yang menjalankan praktik profesinya memiliki kualitas yang sama dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat Indonesia serta mampu bersaing dengan profesi yang sama minimal di lingkungan Asia-Pasifik. 2. Tujuan dan Manfaat Buku Standar Pendidikan Dokter Gigi Spesialis: 2.1 Acuan bagi institusi pendidikan KG dan Rumah Sakit atau Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan berikut jejaringnya, dalam memelihara mutu pendidikan. 2.2 Buku referensi bagi institusi pendidikan KG yang akan mengajukan akreditasi. 2.3 Pedoman bagi Pemerintah atau Universitas di dalam membuka dan menutup program studi KG. 2.4 Acuan bagi Kolegium dalam rangka memberikan rekomendasi kepada pemerintah atas dasar hasil evaluasi. 2

20 2.5 Acuan dan sumber informasi bagi mahasiswa. 2.6 Acuan dan sumber informasi bagi masyarakat yang berkepentingan. 3. Sasaran 3.1 Institusi pendidikan kedokteran gigi. 3.2 Rumah Sakit dan Rumah Sakit Gigi-Mulut Pendidikan. 3.3 Organisasi Profesi dan Kolegium. 3.4 Pemerintah : Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan 3.5 Masyarakat atau pihak-pihak yang akan mendirikan program studi kedokteran gigi. 3

21 BAB II VISI, MISI dan TUJUAN PENDIDIKAN 1. Visi, Misi. Setiap institusi pendidikan dokter gigi spesialis wajib menetapkan visi, misi, dan tujuan pendidikannya sebagai landasan dan acuan penyusunan program yang ada didalamnya. Visi merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh sebuah institusi, sedangkan misi merupakan tugas atau amanah yang harus dijalankan untuk tercapainya visi yang telah disepakati bersama. Visi dan misi itu harus merupakan turunan dari visi, misi, dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh masing-masing universitasnya. Di dalam menentukan visi, misi, dan tujuan pendidikan dokter gigi spesialis, institusi pendidikan harus memperhatikan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan kondisi lingkungannya agar hasil lulusan sebagai keluaran pendidikan dapat memenuhi harapan stakeholders dan bermanfaat bagi masyarakat di lingkungannya. Selain itu visi, misi ini juga harus melihat pada kecenderungan global bidang kedokteran gigi yang berkembang sangat cepat setidaknya di kawasan regional. Selain visi, misi dan tujuan pendidikan, setiap institusi pendidikan dapat pula menentukan komponen-komponen lain yang dianggap perlu untuk digunakan sebagai landasan programnya, seperti nilai-nilai luhur (values) atau budaya. Keseluruhan visi, misi dan tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas agar dimengerti oleh semua pihak. 2. Tujuan Pendidikan Dokter Gigi Spesialis 2.1 Menghasilkan dokter gigi spesialis yang mempunyai kompetensi akademik profesional tingkat lanjut sesuai dengan salah satu bidang klinik dari cabang ilmu kedokteran gigi tertentu. 4

22 2.2 Memenuhi kebutuhan tenaga akademik profesional di bidang kesehatan gigi-mulut yang diperlukan dalam struktur pelayanan kesehatan gigi-mulut masyarakat di Indonesia. 2.3 Memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi di tingkat regional maupun global. 5

23 BAB III PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN 1. Penyelenggara PPDGS Hakekat pendidikan dokter gigi spesialis adalah pendidikan profesional, yang berlandaskan kompetensi akademik tingkat lanjut. Program pendidikannya mencakup pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh ilmu pengetahuan kedokteran gigi dan ketrampilan spesialistik tertentu, sekaligus sikap sebagai seorang dokter gigi yang profesional. Program pendidikan dokter gigi spesialis juga mencakup Tridharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Ketiga unsur ini dalam pelaksanaannya saling terkait dan sulit dipisahkan satu sama lain. Penyelenggara Pendidikan Dokter Gigi Spesialis adalah Institusi pendidikan/ Fakultas Kedokteran Gigi yang : 1.1. Terakreditasi A Memiliki RSGMP dan jejaringnya Telah mendapat ijin penyelenggara dengan SK Dirjen Dikti. 2. Kurikulum Pendidikan dokter gigi spesialis merupakan kelanjutan dari pendidikan profesi dokter gigi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesionalisme yang lebih tinggi dalam disiplin ilmu kedokteran gigi tertentu. Lulusan pendidikan dokter gigi spesialis harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien dan masyarakat. Unsur utama dari pendidikan adalah kurikulum. Menurut PP No.60 tahun 1999, kurikulum merupakan dasar penyelenggaraan program studi yang disusun oleh masing-masing pendidikan tinggi. Sedangkan program studi adalah rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu 6

24 kurikulum serta ditujukan agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum. (SK Mendiknas No. 234/U/2000).Kurikulum Pendidikan dokter gigi spesialis Indonesia meliputi ilmu kedokteran dasar lanjut yang relevan, ilmu kedokteran klinik yang relevan, ilmu kedokteran gigi klinik lanjut/spesialistik dan ilmu sosial-budaya yang relevan yang mampu membangun kompetensi dalam lingkup 3 domain yang harus dicapai yaitu profesionalisme, kemampuan akademik lanjut dan keahlian klinik spesialistik Kompetensi Lulusan Lulusan Pendidikan Dokter Gigi Spesialis harus memiliki kompetensi minimal sama dengan Standar Kompetensi Dokter Gigi Spesialis Indonesia yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Kompetensi ini harus tercantum dalam masing-masing kurikulum disiplin ilmu. Rincian kompetensi ini harus ditetapkan dahulu oleh Kolegium profesi masing-masing, yang mencakup Domain, Kompetensi Utama dan Kompetensi Penunjang. Dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan diatas harus menghasilkan lulusan dokter gigi spesialis yang : Bersikap professional dalam menjalankan pelayanan kedokteran gigi spesialistik Bersikap dan perilaku luhur, dan menjunjung tinggi etika serta norma-norma hukum Mampu mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dengan memanfaatkan sumber-sumber pemelajaran yang sesuai dengan kemajuan iptek mutakhir Mampu mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara mandiri sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat Sasaran Pemelajaran Selanjutnya Kompetensi penunjang yang telah disusun akan diuraikan menjadi kemampuan dasar (foundational abilities) oleh masingmasing institusi pendidikan dan merupakan kemampuan yang harus 7

25 dimiliki oleh dokter gigi spesialis apabila yang bersangkutan melakukan praktik. Kemampuan dasar ini selanjutnya akan menjadi sasaran pemelajaran dari program Materi pemelajaran Materi pemelajaran disiapkan sesuai dengan tujuan pendidikan/ kompetensi lulusan dan strategi pengajaran. Materi ini sebaiknya dalam bentuk mata ajaran atau modul terintegrasi antara teori dan praktik. Materi pemelajaran harus mengacu pada perkembangan IPTEK Kedokteran Gigi Spesialistik yang berkembang sangat cepat Strategi pemelajaran Metoda pemelajaran : Institusi pendidikan dokter gigi spesialis selayaknya menerapkan metoda pemelajaran aktif dan fokus pada peserta didik (student centered learning). Metoda pemelajaran student centered learning ini antara lain dapat berupa: Discussion, Role play and simulation, Discovery learning, Self directed learning, Cooperative learning, Collaborative learning, Contextual instruction, Problem based learning, Case study and case report, Skills lab, Scientific session. Metoda pemelajaran student centered learning akan membantu peserta didik dalam mengembangkan kualitas belajar mandiri, belajar sepanjang hayat, berfikir kritis dan analisis berdasarkan evidence based dentistry. Dalam proses pemelajaran, staf pendidik berperan sebagai pembimbing, pendidik dan penilai Beban Pendidikan dan Lama Pendidikan Program pendidikan harus menyatakan secara jelas tentang tujuan, komposisi, beban dan lama pendidikan. Tujuan, komposisi, beban dan lama pendidikan ditetapkan dengan mengacu pada kompetensi pendidikan yang ditetapkan secara nasional dan kompetensi tambahan / khusus yang disusun oleh IPDGS, serta diuraikan secara rinci di dalam Buku Panduan Pendidikan. Buku Panduan Pendidikan mencantumkan tahap-tahap pendidikan yang akan dijalani, rincian pengalaman belajar yang harus dicapai dan semua kegiatan yang akan dilalui peserta didik selama proses pendidikan. 8

26 PPDGS harus memenuhi beban minimal setara dengan 50 satuan kredit semester. Untuk program studi yang memerlukan ketrampilan klinik yang lebih besar kompetensi keahlian klinik minimal 50 %, dan beban studi untuk kegiatan ilmiah terstruktur minimal 15 %, sisanya adalah untuk memenuhi kompetensi akademik. Lama pendidikan yang harus dijalani untuk beban studi sebesar 50 sks tersebut agar tercapai kompetensi seperti yang diharapkan memerlukan waktu sedikitnya 5 semester. Khusus untuk pendidikan dokter gigi spesialis bedah mulut beban studi dan lama pendidikan diatur tersendiri 2.6. Evaluasi Evaluasi pemelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pendidikan. Metode Evaluasi Pemelajaran : Dalam pelaksanaan Pendidikan harus ditetapkan metode yang digunakan untuk penilaian (assessment), termasuk kriteria lulusan Reliabilitas dan validitas metode penilaian perlu dievaluasi secara berkala Seluruh kegiatan pendidikan dicatat dalam log book untuk setiap peserta didik Selama proses pendidikan, penilaian dilakukan secara terstruktur pada tiap tahap pendidikan dengan memperhatikan kemampuan yang harus dicapai sesuai dengan tahapan pendidikan Proses dan hasil penilaian harus didokumentasikan dengan baik Komponen penilaian meliputi penilaian untuk kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat Pada akhir pendidikan dilakukan ujian akhir dengan mengikutsertakan penguji luar (external examiner) Metode penilaian diupayakan agar mempunyai kaitan dengan 9

27 pelayanan klinik yang dihadapi sehari-hari Kriteria penilaian hasil pemelajaran harus ditetapkan Prinsip, metode dan implementasi penilaian harus sesuai dengan tujuan pendidikan dan mendorong pengembangan proses belajar Umpan Balik Institusi Pendidikan harus mempunyai mekanisme umpan balik hasil dan proses pendidikan secara berkala sepanjang pelaksanaan pendidikan. Umpan balik tersebut diinformasikan kepada pihak yang berkepentingan dalam rangka peningkatan dan pengembangan kualitas pendidikan dimasa mendatang. 3. Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat 3.1. Penelitian Penelitian merupakan tugas akhir yang harus dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengembangan ilmu pengetahuan teknologi kedokteran gigi yang berguna bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi-mulut. Sebagai seorang ilmuwan yang professional nantinya diharapkan dapat mengambil peran di dalam pengembangan ilmu dan teknologi sekaligus perbaikan dalam mutu pelayanan pada masyarakat. Untuk tingkat pendidikan tinggi strata dua, kegiatan penelitian perlu memenuhi aspek kriteria mutu, kriteria peneliti dan kriteria manajemen penelitian Pengabdian Masyarakat. Kegiatan ini dianjurkan untuk dikembangkan oleh program studi untuk menunjang/menyempurnakan proses pendidikan dan merupakan kegiatan dalam mengaplikasikan kepakarannya dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Kegiatan ini sebaiknya bekerja sama dengan instansi terkait. Kegiatan pengabdian masyarakat perlu memenuhi aspek kriteria mutu pengabdian, pelaksana dan manajemen pengabdian masyarakat. 10

28 BAB IV PESERTA DIDIK 1. Kriteria Peserta Didik Kriteria peserta pendidikan dokter gigi spesialis sebagai input pendidikan ditentukan oleh institusi penyelenggara pendidikan yang mencakup standar dan kriteria calon peserta didik. Kriteria ini selanjutnya merupakan salah satu persyaratan seleksi masuk para calon peserta didik. 2. Tata Cara penerimaan peserta didik Institusi pendidikan dokter gigi spesialis harus menyusun dan menetapkan sistem rekrutmen calon peserta didik. Tata cara menjaring calon peserta didik ini harus sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan oleh masingmasing Universitas dan tidak melanggar peraturan pemerintah Sistem penerimaan peserta didik harus ditetapkan secara jelas, transparan dan obyektif menurut metode yang baku sehingga penerimaan peserta didik dapat berlangsung secara adil Proses seleksi perlu mempertimbangkan potensi dan kemampuan yang spesifik yang dimiliki calon peserta didik sesuai dengan prasyarat yang telah ditetapkan oleh masing-masing disiplin ilmu terkait agar pendidikan dapat diharapkan berjalan lancar Seleksi penerimaan peserta didik mencakup seleksi administrasi dan seleksi kemampuan akademik calon peserta didik. 3. Kapasitas Penerimaan Jumlah peserta didik yang dapat diterima disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masing-masing institusi penyelenggara, termasuk daya tampung yang dimiliki rumah sakit pendidikan dan jumlah pendidik sehingga terjamin kelangsungan program pendidikan yang berkualitas. 11

29 4. Bimbingan Akademik Penyelenggara pendidikan menunjuk pembimbing yang sekaligus berperan sebagai konselor untuk dapat membantu memecahkan masalah-masalah mahasiswa yang bersifat akademik dan non akademik. 5. Tata Cara Pemberhentian peserta didik Mengacu kepada peraturan akademik universitas. 12

30 BAB V SUMBER DAYA 1. Manajemen Proses Pendidikan 1.1. Organisasi Institusi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (IPDGS) secara struktural di bawah naungan Perguruan Tinggi. Struktur organisasi IPDGS, menjadi bagian dari organisasi fakultas penyelenggara, dan wewenang, tanggung jawab, pengendalian, pengambilan keputusan serta pengawasannya berada dalam satu koordinasi dengan manajemen proses pendidikan strata yang lain di fakultas tersebut. Organisasi yang mengatur pelaksanaan program dilengkapi dengan sumber daya yang memadai, dan mendapat kewenangan untuk mengatur kegiatan, menyusun perencanaan, menerapkannya serta menilai proses pelaksanaannya dan melakukan inovasi baru sesuai kebutuhan. IPDGS harus diakreditasi lebih dulu oleh lembaga yang berwenang. IPDGS harus memiliki sumber daya yang dapat menjamin peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan Pengelolaan Pendidikan Proses Pendidikan dan pengembangannya dikelola secara baik dan berkesinambungan melalui perencanaan yang jelas yang disusun dalam bentuk Rencana Strategis (RENSTRA) yang mengacu pada Visi dan Misi, Rencana kerja anggaran tahunan (RKAT) dan Rencana Induk Pengembangan (RIP) yang terintegrasi dalam Renstra, RKAT dan RIP Fakultas penyelenggara pendidikan Evaluasi dan Umpan Balik Evaluasi IPDGS bersama dengan Kolegium menyusun mekanisme evaluasi program Pendidikan yang mencakup monitoring proses pendidikan, menilai kemajuan proses pendidikan 13

31 dan kelengkapan fasilitas pendidikan. Evaluasi pelaksanaan pendidikan dokter gigi spesialis dilakukan secara berkala, termasuk evaluasi seleksi penerimaan peserta didik, proses dan lulusan Pendidikan Umpan balik IPDGS mengembangkan sistem mekanisme umpan balik. Umpan balik yang berasal dari peserta didik dan pendidik hendaknya dianalisis dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk perbaikan mutu pendidikan. 2. Dosen Berdasarkan Undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, disebutkan bahwa Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentrasformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Secara administratif, dosen adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh sebuah perguruan tinggi untuk membantu perguruan tinggi tersebut dalam melaksanakan fungsi tridharma perguruan tinggi, yaitu: memberikan pelayanan pendidikan, riset, dan pengabdianpelayanan masyarakat1, tetapi dosen juga dapat terlibat di pengembangan akademik dan profesi serta berpartisipasi dalam tata pamong institusi. Dalam menjalankan tridharma perguruan tinggi, dosen mempunyai peran sebagai berikut: a) Fasilitator pemelajaran peserta didik. b) Peneliti dan pakar dalam bidang ilmunya masing-masing untuk pengembangan ilmu, teknologi, kebudayaan dan seni. c) Pengabdi masyarakat dengan cara penerapan keahliannya demi kesejahteraan masyarakat. Tugas Dosen secara lebih spesifik meliputi: a) Memfasilitasi pemelajaran mahasiswa sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan, sesuai dengan bidangnya masing-masing. 14

32 b) Membimbing mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis sehingga mereka dapat secara mandiri menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya c) Bertindak sebagai pembina intelektual dan konseler bagi mahasiswa. d) Menggunakan konsep, teori, dan metodologi dalam bidang yang ditekunimya sekaligus juga mampu menciptakan sejumlah konsep, teori, dan metodologi yang operasional dalam konteks kegiatan ilmiahnya. e) Melakukan penelitian yang hasilnya dipublikasikan melalui diskusi seminat (peer group), seminar, jurnal ilmiah atau kegiatan pameran, dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan atau kesenian. f) Mengimplementasikan pengetahuannya di dalam kegiatan pengabdian/ pelayanan pada masyarakat. g) Bekerja dalam tim dengan pihak lain didalam manajemen akademik untuk pencapaian visi institusi. h) Berperan aktif dalam organisasi seminat untuk mengembangkan keprofesiannya. Standar dosen meliputi aspek profesionalisme, kualifikasi dalam bidang ilmu dan pengajaran, serta manajemen dosen. 3. Staf Penunjang / Karyawan Jumlah dan kualifikasi tenaga penunjang akademik/karyawan harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang diperlukan. Untuk memperoleh tenaga penunjang akademik / karyawan yang memiliki kemampuan dan yang sesuai kebutuhan perlu ditetapkan kualifikasinya, tugas dan tanggung jawabnya, sistem rekrutmen dan pemberhentian serta pengembangan kariernya. 4. Prasarana dan sarana: 4.1. Jumlah, jenis, dan kualitas harus mendukung terselenggaranya proses pendidikan. 15

33 4.2. Sarana fisik. Yang termasuk sarana fisik : ruang kuliah/diskusi, rumah sakit, RSGMP, laboratorium, perpustakaan, ruang teknologi informasi, ruang klinik. Institusi pendidikan harus mengembangkan perpustakan sesuai dengan SK Mendiknas 234/U/ Sarana untuk mencapai kemampuan/kompetensi akademik professional meliputi buku ajar dan jurnal, pasien, kurikulum, pedoman-pedoman pendidikan,sumber daya manusia (sdm), peralatan khusus sesuai spesialisasinya Institusi pendidikan harus mengembangkan fasilitas Teknologi Informasi dan komunikasi (ICT) untuk menunjang kelancaran proses pendidikan Institusi pendidikan harus menjamin terselenggaranya riset. 5. Dana Penyelenggaraan Pendidikan Dalam pendanaan program pendidikan dokter gigi spesialis harus dijelaskan: 5.1. Sumber 5.2. Pertanggungjawaban Perencanaan, penggunaan dan pelaporan dana harus dikelola secara jelas. Pengelolaan anggaran harus sesuai dengan peraturan yang berlaku, transparans dan akuntabel. 16

34 BAB VI PENJAMINAN MUTU Penjaminan Mutu adalah suatu upaya dari institusi pendidikan untuk secara terstruktur memperbaiki kualitas pendidikannya secara terus menerus dan berkesinambungan. Upaya ini harus merupakan komitmen dari seluruh komponen pendidikan mulai dari pimpinan, dosen dan karyawan penunjang. Komitmen pimpinan harus nyata berupa pembentukan tim/unit Penjaminan Mutu di dalam institusinya. Penjaminan Mutu dimulai dengan kegiatan evaluasi diri (ED) yang dilakukan oleh institusi pendidikan terhadap seluruh komponen-komponen pendidikan termasuk tata pamong (governance) dari institusi itu sendiri. ED sebaiknya dilakukan secara terorganisir, jujur dan terbuka. Data ED dianalisa dengan melibatkan berbagai pihak sehingga hasilnya akurat dan dapat dimanfaatkan sebagai perbaikan fakultas dan program studinya. Kegiatan perbaikan mutu dapat dilakukan oleh tim penjaminan mutu fakultas dan biasanya disebut dengan audit internal. Kegiatan audit internal dapat diikuti dengan kegiatan evaluasi oleh pihak diluar fakultas / universitas terkait. Kegiatan ini disebut dengan audit eksternal atau akreditasi. Dengan demikian maka ED dan audit internal berguna untuk persiapan dari proses akreditasi. Akrediatsi di Indonesia dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) atau Lembaga Akreditasi Mandiri lain yang diakui oleh pemerintah. Pengaturan penjaminan mutu akademik yang terperinci akan diatur dalam pedoman tersendiri. 17

35 BAB VII PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS Pembukaan dan penutupan program pendidikan dokter gigi spesialis bukan merupakan standar pendidikan profesi dokter gigi spesialis, tetapi standar pendidikan merupakan rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh institusi pendidikan apabila yang bersangkutan atau pihak lain ingin membuka program studi baru atau memelihara program studinya agar tetap bertahan (sustainability). Pedoman teknis yang berisi uraian yang lebih terperinci akan disusun dalam buku tersendiri. 18

36 BAB VIII PENUTUP Target Indonesia Sehat 2010 telah dicanangkan pemerintah. Untuk mencapai target tersebut setiap lembaga yang terlibat dalam pendidikan tenaga kesehatan termasuk pendidikan dokter gigi spesialis hendaknya berupaya untuk mencapai tujuan tersebut melalui program pendidikan yang sesuai standar yang telah ditetapkan sehingga dapat dihasilkan keluaran hasil pendidikan tenaga dokter gigi spesialis yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan gigi mulut masyarakat Standar pendidikan profesi dokter gigi spesialis merupakan instrumen yang bertujuan mengharmonisasikan mutu pendidikan dari berbagai institusi penyelenggara pendidikan dokter gigi spesialis agar lulusan pendidikan yang dihasilkan memiliki mutu minimal yang setara. Standar ini juga dapat dipergunakan oleh institusi penyelenggara PPDGS untuk melakukan penilaian pada kondisi dan sistem pendidikan yang telah dilakukannya. Standar ini masih bersifat umum dan merupakan acuan bagi penyelenggaraan pendidikan dokter gigi spesialis. Untuk penerapannya masih perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk petunjuk teknis oleh Kolegium dokter gigi spesialis masing-masing agar dapat lebih operasional. 19

37 DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Pendidikan Dokter Spsesialis di Indonesia, Komite Pendidikan Kedokteran Indonesia,Departemen Pendidikan Nasional RI, Jakarta Global Standars on Postgraduate Medical Education 3. Katalog Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Nasional, Accreditation Standards for Advanced Dental Education Program Commission on Dental Accreditation, American Dental Association 20

38 LAMPIRAN 1. DASAR HUKUM Penyusunan berdasarkan pada : a. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional b. UU RI No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran c. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen d. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan e. Kepmen Diknas No. 234 tahun 2001 tentang Pendirian Perguruan Tinggi 2. RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN (RSGMP) Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) adalah Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang juga digunakan sebagai sarana proses pemelajaran pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya dan terikat melalui kerjasama dengan fakultas kedokteran gigi. Standar dan Kriteria Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Standar 1: Visi, Misi, Komitmen dan Persyaratan Perijinan RSGMP Deskripsi: Agar dapat berfungsi menjadi rumah sakit gigi dan mulut pendidikan, pelayanan dan penelitian secara efektif, Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Pendidikan harus memiliki visi dan misi yang jelas, terkait dengan pendidikan profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang didasarkan atas proses pemelajaran. 21

39 Kriteria: 1.1. RSGM Pendidikan mempunyai visi, misi, azas dan tujuan Visi dan misi dibuat oleh Direksi RSGM Pendidikan bersama-sama dengan stakeholders terkait Bagi RSGM Pendidikan yang kepemilikannya berbeda dengan Fakultas Kedokteran Gigi diperlukan kerjasama tertulis antara RSGM Pendidikan dengan Fakultas Kedokteran Gigi atau pihak terkait yang masih berlaku dalam kurun waktu tertentu Bagi RSGM Pendidikan yang kepemilikannya sama dengan Fakultas Kedokteran Gigi akan diatur melalui Hospital by Laws (tidak diperlukan kerjasama tertulis) Semua RSGM Pendidikan dapat melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit lain untuk melakukan penanganan rujukan RSGM Pendidikan terikat dengan satu Fakultas Kedokteran Gigi sebagai RSGM Pendidikan Utama RSGM Pendidikan mempunyai Surat Keputusan resmi perijinan pendirian dan operasional RSGM Pendidikan sebagai tempat pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi sesuai ketentuan yang berlaku RSGM Pendidikan mempunyai standar operasional prosedur yang terdokumentasi dengan baik dan disosialisasikan. Standar 2: Manajemen dan Administrasi Deskripsi: Penyelenggaraan manajemen dan administrasi merupakan bagian penting dari operasionalisasi dan berlangsungnya proses pendidikan profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit gigi dan mulut pendidikan. Manajemen dan administrasi ini menyangkut efektifitas dan efisiensi pelaksanaan proses pendidikan, pelayanan dan penelitian. 22

40 Kriteria 2.1. Penyelenggara RSGM Pendidikan adalah Fakultas Kedokteran Gigi, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan atau swasta Badan Hukum RSGM Pendidikan mengikuti Badan Hukum pemiliknya Jabatan direktur RSGM Pendidikan harus dijabat oleh dokter gigi, warga negara Indonesia yang diutamakan memiliki pengalaman dan atau pendidikan dibidang perumahsakitan RSGM Pendidikan yang kepemilikannya berbeda dengan fakultas kedokteran gigi yang bersangkutan, harus mempunyai badan koordinasi pendidikan RSGM Pendidikan dapat dijadikan sarana untuk pendidikan, pelayanan dan penelitian di bidang kesehatan gigi dan mulut dari tingkat dasar sampai spesialistik sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK Kedokteran dan Kedokteran Gigi, serta menjadi sarana upaya rujukan RSGM Pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan, pelayanan dan penelitian kesehatan gigi dan mulut memiliki prinsip dasar kemandirian dan kewirausahaan yang bersifat nirlaba RSGM Pendidikan harus mempunyai struktur organisasi dan tata kerja. Struktur organisasi ditetapkan bersama oleh direktur RSGM Pendidikan dan pimpinan Fakultas Kedokteran Gigi, serta diketahui oleh pemilik RSGM Pendidikan dengan memperhatikan fungsi dan kebutuhan rumah sakit Organisasi RSGM Pendidikan meliputi bidang pendidikan, pelayanan, penelitian dan pengembangan kesehatan gigi dan mulut, administrasi dan keuangan, dan pelayanan penunjang, rekam medis, komite medis, staf medis fungsional dan instalasi RSGM Pendidikan melaksanakan pendidikan, pelayanan dan penelitian kesehatan gigi mulut dengan mengutamakan kegiatan kuratif dan rehabilitatif tanpa meninggalkan kegiatan promotif preventif yang dilaksanakan secara terpadu dan melaksanakan upaya rujukan dengan melindungi hak-hak pasien. 23

41 2.10. Fungsi RSGM Pendidikan menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pelayanan medis gigi dasar, spesialistik, pelayanan penunjang (farmasi, laboratorium klinik, laboratorium teknik gigi dan radiologi gigi), rujukan, gawat darurat kesehatan gigi dan mulut RSGM Pendidikan melaksanakan peraturan kebijakan dan ketetapan tertulis mengenai pendidikan profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga dapat menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas Peserta didik harus mengucapkan dan menandatangani janji mengikuti program pendidikan profesi RSGM Pendidikan mempunyai administrasi khusus peserta didik mengenai sistem dan alur pencatatan, pengaturan alat, ruangan, jadwal, surat-menyurat yang berkaitan dengan program pendidikan profesi RSGM Pendidikan mempunyai dokumen yang memuat Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan (RKAT) RSGM Pendidikan yang dilakukan secara rutin dan terkoordinasi dengan FKG yang bersangkutan Sumber dana biaya pendidikan dapat berasal dari RSGM Pendidikan, peserta didik, Fakultas Kedokteran Gigi dan sumber lain yang tidak mengikat yang disepakati bersama RSGM Pendidikan melaksanakan evaluasi berkala terhadap proses manajemen dan administrasi RSGM Pendidikan membuat laporan pertangggungjawaban keuangan kepada pimpinan terkait. Standar 3: Sumber Daya Manusia untuk Program Pendidikan Profesi Deskripsi: RSGM Pendidikan berkoordinasi dengan Fakultas Kedokteran Gigi dalam mengatur tenaga pendidik bidang kesehatan gigi dan mulut. 24

42 Kriteria : 3.1. RSGM Pendidikan minimal memiliki 50% tenaga dokter gigi, dokter gigi spesialis dan perawat gigi yang bekerja secara purna waktu, meliputi: Dokter Gigi Dokter Gigi spesialis yang meliputi 7 bidang spesialis : Bedah Mulut Ortodonti Konservasi Gigi Prostodonsia Kedokteran Gigi Anak Periodonsia Penyakit Mulut Perawat Gigi 3.2. RSGM Pendidikan dapat bekerja sama dengan RS lain dalam menyediakan tenaga kesehatan lain yang meliputi : Dokter/ Dokter Spesialis lainnya T Dokter umum dengan pelatihan Program Pendidikan Gawat Darurat (PPGD) Dokter Spesialis Anestesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dokter Spesialis Anak Tenaga Keperawatan : Perawat Umum Tenaga Kefarmasian Apoteker Asisten Apoteker Tenaga Keteknisan Medis Radiografer/Penata Radiologi dan Radiodiagnostik Teknisi Gigi Analis kesehatan Perekam Medis Tenaga Non Medis Administrasi 25

43 Kebersihan Teknisi 3.3. RSGM Pendidikan mempunyai peraturan mengenai penugasan tenaga pendidik, bagi purna waktu maupun paruh waktu yang mencakup tanggungjawab, kewenangan dan hak RSGM Pendidikan mempunyai tenaga pendidik yang ditetapkan sebagai pembimbing bagi peserta didik yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di RSGM Pendidikan RSGM Pendidikan memiliki peraturan yang melindungi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Standar 4: Fasilitas Pendidikan dan Pelayanan Deskripsi: RSGM Pendidikan harus memiliki fasilitas dan peralatan fisik pendidikan, pelayanan dan penelitian untuk para staf dan peserta didik yang memungkinkan terjadinya proses pemelajaran. Kriteria: 4.1. RSGM Pendidikan harus mempunyai prasarana yang meliputi : Ruang rawat jalan Ruang gawat darurat Ruang rawat inap Ruang operasi Ruang pemulihan/recovery room Farmasi dan bahan kedokteran gigi Laboratorium klinik Laboratorium teknik gigi Ruang sterilisasi Ruang Radiologi Ruang tunggu Ruang administrasi 26

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Indonesian Medical Council Jakarta 2006 STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI SPESIALIS Edisi Pertama,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI SPESIALIS

STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI SPESIALIS KONSIL KEDOKTERAN GIGI KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA 2007 i KATA PENGANTAR Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas perkenan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN, PEMBINAAN, DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (PENDIDIKAN) Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran Indonesia Bogor, September 2010

NASKAH AKADEMIK PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (PENDIDIKAN) Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran Indonesia Bogor, September 2010 NASKAH AKADEMIK PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (PENDIDIKAN) Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran Indonesia Bogor, September 2010 ISSUES TEMU RSGMP SE INDONESIA 25 Agustus 2010 1. Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A)

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A) STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A) Majelis Assosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia I. PENDAHULUAN II. KOMPONEN STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER 1. Visi, Misi dan tujuan 2. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I. ) STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF Jakarta : Februari 2007 DAFTAR SINGKATAN IPDS KBSI KPS KKI PBL PPDS RS Pendidikan RS Jejaring WFME Institusi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK REVISI STANDAR PENDIDIKAN DOKTER GIGI INDONESIA

NASKAH AKADEMIK REVISI STANDAR PENDIDIKAN DOKTER GIGI INDONESIA NASKAH AKADEMIK REVISI STANDAR PENDIDIKAN DOKTER GIGI INDONESIA Disusun oleh: POKJA Revisi Standar Kompetensi dan Standar Pendidikan Profesi Dokter gigi KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN... Mengembangkan sistem akreditasi mandiri berstandar internasional. Standar Pendidikan dan Standar Kompetensi Dokter Gigi

PENDAHULUAN... Mengembangkan sistem akreditasi mandiri berstandar internasional. Standar Pendidikan dan Standar Kompetensi Dokter Gigi PENDAHULUAN... Kerangka acuan kerja workshop penyusunan revisi standar kompetensi dokter dan dokter gigi yang diberikan oleh HPEQ: 1. Mengembangkan sistem akreditasi mandiri berstandar internasional dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran merupakan suatu rangkaian pendidikan yang ditempuh untuk menjadi seorang dokter maupun dokter gigi. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

ASTI MEIZARINI,drg.,MS. Excellence with Morality

ASTI MEIZARINI,drg.,MS. Excellence with Morality ASTI MEIZARINI,drg.,MS. Excellence with Morality Menjadi universitas yang mandiri, inovatif, terkemuka di tingkat nasional dan internasional, pelopor pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1173/MENKES/PER/X/2004 TENTANG RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1173/MENKES/PER/X/2004 TENTANG RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1173/MENKES/PER/X/2004 TENTANG RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.856, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKI. Dokter. Dokter Gigi. Kompetensi Yang Sama. Pengesahan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN KOMPETENSI YANG SAMA

Lebih terperinci

SHERMAN SALIM CALON DEKAN

SHERMAN SALIM CALON DEKAN SHERMAN SALIM CALON DEKAN Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2010-2015 INTEGRASI, SINERGI, INOVASI DAN IMPLEMENTASI UNTUK MEWUJUDKAN FKG UNAIR KIBLAT BIDANG KEDOKTERAN GIGI DI INDONESIA STRATEGI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

B A D A N P E N J A M I N A N M U T U

B A D A N P E N J A M I N A N M U T U STANDAR ISI Universitas Respati Yogyakarta Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : 0274-488 781 ; 489-780 Fax : 0274-489780 Standar Isi Universitas Respati Yogyakarta Page 0 B A D

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem No.671, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Izin. Pelaksanaan. Praktik Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK

Lebih terperinci

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1290, 2014 KEMENDIKBUD. Program Studi. Perguruan Tinggi. Akreditasi. Pencabutan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN DALAM MENGHADAPI PELUNCURAN SISTIM INTEROPERABILITAS TERKAIT PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI OLEH MKKGI

MEKANISME PELAKSANAAN DALAM MENGHADAPI PELUNCURAN SISTIM INTEROPERABILITAS TERKAIT PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI OLEH MKKGI MEKANISME PELAKSANAAN DALAM MENGHADAPI PELUNCURAN SISTIM INTEROPERABILITAS TERKAIT PENERBITAN SERTIFIKAT KOMPETENSI OLEH MKKGI Ketua MKKGI. Prof.Dr.Latief Mooduto,drg.,SpKG(K)., MS Jakarta, 27-29 Nop 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit Gigi. dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat 1, RSGM adalah sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit Gigi. dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat 1, RSGM adalah sarana pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. 1. Penerapan Standar Pendidikan drg 2. Penerapan Standar Pendidikan drg Sp 3. Uji Kompetensi 4. RSGMP 5.

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. 1. Penerapan Standar Pendidikan drg 2. Penerapan Standar Pendidikan drg Sp 3. Uji Kompetensi 4. RSGMP 5. KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA 1. Penerapan Standar Pendidikan drg 2. Penerapan Standar Pendidikan drg Sp 3. Uji Kompetensi 4. RSGMP 5. KKNI 1. PENERAPAN STANDAR PENDIDIKAN DOKTER GIGI Pemahaman dan kemampuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/127/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/127/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/127/2015 TENTANG TIM PELAKSANA DAN PENGELOLA PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS DALAM RANGKA PEMERATAAN

Lebih terperinci

Manual Mutu PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

Manual Mutu PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 Manual Mutu PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 Manual Mutu Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kode Dokumen

Lebih terperinci

Naskah Akademik RSGMP. Oleh: TIM Sosialisasi Le Grand, Balikpapan, 12 Nop 2010

Naskah Akademik RSGMP. Oleh: TIM Sosialisasi Le Grand, Balikpapan, 12 Nop 2010 Naskah Akademik RSGMP Oleh: TIM Sosialisasi Le Grand, Balikpapan, 12 Nop 2010 Riwayat Pertemuan di Hotel Novotel Bogor - Isu RPP yg akan dikeluarkan pemerintah c/q Kemenkes RI - Muncul gagasan membuat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1304, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Pendidikan. Dokter Spesialis. Program. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PENDIDlKAN DOKTER

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg No.226, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Wajib Kerja Dokter Spesialis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN, PEMBINAAN, DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER GIGI

TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN, PEMBINAAN, DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER GIGI 2014, No.605 4 LAMPIRAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN, PEMBINAAN, DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER GIGI TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI INDONESIA

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI INDONESIA ` KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Indonesia Medical Council Jakarta 2012 i KATA PENGANTAR KETUA KKI Assalamu alaikum Wr Wb. Pendidikan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem No.13, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Dokter Spesialis. Wajib Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Memahami Organisasi Pelayanan

Lebih terperinci

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO Bachtiar Saruddin Komite Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA.

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 1335 /SK/R/UI/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN IKATAN BIDAN INDONESIA dan ASSOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEBIDANAN INDONESIA 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG KEANGGOTAAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Kode Dokumen : Revisi : 0 Tanggal : Diajukan oleh : Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. ttd

Kode Dokumen : Revisi : 0 Tanggal : Diajukan oleh : Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. ttd Visi, Misi dan Tujuan Pelaksanaan Audit Internal Mutu (AIM) Batch 1 Unit Jaminan Mutu Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kode Dokumen : 10804 02 000 Revisi :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. Visi, misi, tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 28 Tahun 2015 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 28 Tahun 2015 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 28 Tahun 2015 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT DI KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lemb

2014, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lemb No.297, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN. Dokter. Doter Gigi. WNA. Adaptasi. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ADAPTASI DOKTER DAN DOKTER GIGI WARGA

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI PENDIDIK

Lebih terperinci

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 518/P/SK/HT/2008 TENTANG SEKOLAH VOKASI REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan dan memajukan program pendidikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM ADAPTASI DOKTER DAN DOKTER GIGI WARGA NEGARA INDONESIA LULUSAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR PT.THURSINA NOMOR : /SK/THURSINA/XII/2014 TENTANG KEBIJAKAN PENDELEGASIAN WEWENANG DI RS. THURSINA DIREKTUR RUMAH SAKIT THURSINA

KEPUTUSAN DIREKTUR PT.THURSINA NOMOR : /SK/THURSINA/XII/2014 TENTANG KEBIJAKAN PENDELEGASIAN WEWENANG DI RS. THURSINA DIREKTUR RUMAH SAKIT THURSINA Bismillaahirrahmaanirrahiim KEPUTUSAN DIREKTUR PT.THURSINA NOMOR : /SK/THURSINA/XII/2014 TENTANG KEBIJAKAN PENDELEGASIAN WEWENANG DI RS. THURSINA DIREKTUR RUMAH SAKIT THURSINA Menimbang : 1. Bahwa Pendelegasian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

2017, No Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 4.

2017, No Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 4. No.891, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. Program Studi Kedokteran. Program Studi Kedokteran Gigi. Kuota Nasional. Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG MANUAL MUTU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 0 MANUAL MUTU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kode Dokumen : 01400 03000 Revisi : 0 Tanggal : 1 September 2016 Diajukan

Lebih terperinci

PANDUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI MUTU ITS

PANDUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI MUTU ITS PANDUAN PEMBENTUKAN PANDUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI MUTU ITS ORGANISASI MUTU ITS i Organisasi Mutu ITS Kata Pengantar Peraturan Pemerintah No 54 Tahun 2015 tentang Statuta ITS, Pasal 41 ayat 2 menyebutkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

GUNA MENGHASILKAN INOVASI UNGGUL

GUNA MENGHASILKAN INOVASI UNGGUL MEWUJUDKAN SDM PTS BERMUTU GUNA MENGHASILKAN INOVASI UNGGUL Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, Ph.D. (Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti) Visi Kemenristekdikti Terwujudnya pendidikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SURAT KEPUTUSAN No.../.../.../.../2015 TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN DAN PELAYANAN KOMITE KEPERAWATAN DIREKTUR RUMAH

Lebih terperinci

Visi, Misi dan Tujuan

Visi, Misi dan Tujuan Visi, Misi dan Tujuan FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 i ii iii iv DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... SK Visi, Misi, dan Tujuan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. A. Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. A. Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI A. Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi (USU) diprakarsai oleh pemuka masyarakat Sumatera Utara dan Aceh dengan membentuk Yayasan USU. Fakultas Kedokteran merupakan fakultas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.02.02/MENKES/584/2016

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.02.02/MENKES/584/2016 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR HK.02.02/MENKES/584/2016 TENTANG PENERIMA BANTUAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS / DOKTER GIGI SPESIALIS ANGKATAN KE TUJUH BELAS TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG MANUAL MUTU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen : Manual Mutu Kode Dokumen : UN10/F14/HK.01.02.b Revisi : 1 Tanggal : Diajukan oleh : Gugus Jaminan

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PEDOMAN Peninjauan dan Penyusunan Visi Misi di Lingkungan UIB FOR/SPMI-UIB/PED.01-00

PEDOMAN Peninjauan dan Penyusunan Visi Misi di Lingkungan UIB FOR/SPMI-UIB/PED.01-00 PEDOMAN Peninjauan dan Penyusunan Visi Misi di Lingkungan UIB FOR/SPMI-UIB/PED.01-00 SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM NOMOR: 030/REK/KEP-UIB/VII/I2016 TENTANG PENETAPAN PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1860, 2015 KEMENKES. Wisata Medis. Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN WISATA MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 KKI. Registrasi. Sementara. Bersyarat. Dokter. Dokter Gigi. WNA. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI SEMENTARA DAN

Lebih terperinci

Komentar dan Rekomendasi

Komentar dan Rekomendasi Komentar dan Rekomendasi Nama Perguruan Tinggi Skema Reviewer : FK Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) :.Non Grantee : 1. Pratiwi Sudarmono 2. Hemma Yulfi 1. Komentar Umum Pada tanggal 2-3 Juni 2014 telah

Lebih terperinci

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan.

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. Studi, Serta Pihak-Pihak Yang Dilibatkan. STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Serta Strategi Pencapaian. 1.1.1 Jelaskan Mekanisme Penyusunan Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Program

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Manfaat yang diperolah Setelah Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Lebih terperinci

Sertifikat Kompetensi diterbitkan oleh Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) melalui Uji Kompetensi

Sertifikat Kompetensi diterbitkan oleh Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) melalui Uji Kompetensi Kolegium Dokter Gigi Indonesia Pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Gigi April 2007 Januari 2010 Undang-Undang RI Nomor: 29 Tahun 2004 BAB I Pasal 1Ayat 13 Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) Badan yang dibentuk

Lebih terperinci