BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hadian Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia Menjadi tua tidak dapat dicegah. Proses penuaan dapat dibagi ke dalam beberapa tingkatan yaitu optimal aging dimana performance pada orang yang menua masih sama atau bahkan lebih tinggi daripada saat ia muda; successful aging dimana orang yang menua mampu beradaptasi dengan usianya sehingga bisa tetap aktif dan memiliki kualitas hidup yang dianggap memuaskan; normal aging dimana penuaan merupakan proses yang umum terjadi di populasi atau orang yang menua terhindar dari kondisi patologis; pathological aging dimana adaptasi terhadap perubahan fisik yang kurang baik atau adanya penyakit terkait usia. Adanya perbedaan pada jenis penuaan disebabkan karena adanya perbedaan genetik, perbedaan sosial budaya, dan perbedaan kemampuan adaptasi secara biologis ataupun secara psikologis (Sidiarto & Kusumoputro, 2003). Tidak semua orang bisa mencapai usia lanjut sehingga usia lanjut dianggap sebagai usia emas (Maryam dkk, 2008). Tidak ada definisi yang yang standar untuk umur lansia. Karena setiap negara memiliki kriteria masing-masing untuk umur seseorang memasuki lansia (WHO, 2015b). Menurut Undang-undang No.13 tahun 1998 lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia ada yang potensial dan ada juga yang tidak potensial. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atu jasa. Sedangkan lansia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Sedangkan menurut WHO dalam Nugroho (2009), lansia diklasifikasikan menjadi 8
2 9 empat yang meliputi usia pertengahan (45-59 tahun), lansia (60-74 tahun), lansia tua (75-90 tahun), dan lansia sangat tua yang berumur di atas 90 tahun. Di era ini sebagian besar negara di dunia mengalami transisi demografi yang ditandai dengan penurunan tingkat kelahiran maupun tingkat kematian. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Selain itu, perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009). Hampir di setiap negara, pertumbuhan proporsi penduduk di atas 60 tahun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kelompok umur lainnya. Penuaan populasi ini dapat mencerminkan kesuksesan dalam bidang kesehatan masyarakat namun juga sebagai tantangan kepada masyarakat untuk beradaptasi, memaksimalkan kapasitas kesehatan maupun fungsional dari orang tua (WHO, 2015). Indonesia merupakan salah satu negara yang berstruktur umur tua. Proporsi lansia di Indonesia telah melebihi 7% dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah penduduk lansia di Indonesia sebesar juta jiwa sebesar 8.05% dari total seluruh penduduk Indonesia. Jika dilihat berdasarkan umur maka lansia dibagi menjadi lansia muda (60-69 tahun) dengan proporsi 4.91%, lansia madya (70-79 tahun) sebesar 2.31%, dan lansia tua ( 80 tahun) sebesar 0.83%. Jumlah lansia perempuan sebesar juta orang dimana jumlah ini lebih besar dari jumlah penduduk lansia laki-laki yang sebesar 9.38 juta orang (BPS, 2014). Orang tua di Indonesia terutama yang tinggal di pedesaan biasanya tinggal dengan anak-anak mereka. Hal ini tentu menunjukkan bahwa peranan keluarga sangat penting bagi orang tua atau lansia di Indonesia. Namun, sekarang Indonesia berangsur mengalami perubahan di mana struktur keluarga besar telah bergeser menjadi struktur keluarga kecil yang tentunya akan mempengaruhi persepsi perawatan lansia dalam keluarga (Hastuti, 2003). Hal ini dikarenakan kaum muda
3 10 atau anak-anak dari orang tua tersebut cenderung mencari pekerjaan ke kota (Kadar, Francis, & Sellick, 2013). Menurut Susenas Kor BPS (2013) di Indonesia 26.82% lansia tinggal bersama keluarga dalam rumah tangga, 41.44% tinggal dengan tiga generasi dalam rumah tangga, sedangkan lansia yang tinggal sendiri masih cukup besar yaitu 9.89%. Di Indonesia, pada tahun 2013 lansia lebih banyak yang tinggal di pedesaan dibanding perkotaan. 8.67% lansia tinggal di pedesaan sedangkan yang tinggal di perkotaan sebesar 7.43%. Tempat tinggal merupakan hal yang penting bagi setiap orang tidak terkecuali lansia. Tempat tinggal yang baik adalah tempat tinggal yang aman serta nyaman namun tidak semua orang bisa memenuhi hal itu. Jika dilihat dari tahun 2011 hingga 2013, persentase lansia yang tinggal di tempat yang layak huni sudah mengalami peningkatan. Dalam hal tempat tinggal, lansia di perkotaan lebih beruntung dibandingkan lansia yang tinggal di pedesaan % lansia di perkotaan tinggal di rumah layak huni sedangkan lansia di pedesaan yang tinggal di tempat layak huni hanya sebesar 76.1% (BPS, 2014). 2.2 Masalah-Masalah Pada Lansia Pertambahan usia pada usia lanjut tentu berdampak pada fungsi fisiologisnya. Hal ini dikarenakan adanya proses degeneratif dalam tubuh sehingga muncul penyakit degeneratif pada usia lanjut. Selain itu kondisi atau daya tahan tubuh lansia yang rendah juga mengakibatkan lansia mudah terkena penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2013). Selain itu, lansia juga menghadapi berbagai keluhan kesehatan. Menurut data Susenas Kor BPS (2013) persentase lansia yang mengalami keluhan kesehatan meningkat seiring peningkatan umur. Pada tahun 2013 penduduk pralansia (45-45 tahun) yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 35.18%, pada lansia (60-69
4 11 tahun) sebesar 46.71%, lansia madya (70-79 tahun) sebesar 56, 26%, dan pada lansia tua ( 80 tahun) sebesar 61.04%. Penyakit infeksi yang menyerang lansia diantaranya tuberkulosis, diare, pneumonia, sedangkan penyakit tidak menular pada lansia seperti hipertensi, stroke, diabetes mellitus, dan penyakit kronis lainnya (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lyons & Levine (2013) di Amerika disebutkan bahwa seiring dengan peningkatan umur laporan tentang penyakit kronis juga semakin meningkat dan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini juga terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Carson et al (2012) yang berjudul Ethnic Differences in Hypertension Incidence among Middle Aged and Older U. S. Adults: The Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis yang menyatakan bahwa untuk semua etnis yang ada di Amerika, risiko untuk mengalami hipertensi seumur hidup meningkat seiring bertambahnya usia. Selain hipertensi, lansia juga berisiko terhadap penyait diabetes. Sebuah penelitian dilakukan oleh Rosyada dan Trihandini (2010) tentang Determinan komplikasi kronik DM Pada Usia Lanjut menunjukkan bahwa sebagian besar penderita diabetes mellitus di Indonesia ada pada kelompok umur tahun (83.3%). Data penelitian ini berasal dari data sekunder Riskesdas Sedangkan menurut penelitian di Tanimbar tahun 2010, selain diabetes gangguan fisik lain yang sering ditemukan pada lansia adalah katarak, gastritis kronis, altralgia genu, serta nyeri pinggang bawah (Aswin & Cornelles, 2010). Gangguan fisik yang juga menonjol pada lansia seperti gangguan pengelihatan (katarak dan glaucoma), gangguan pendengaran (presbikusis, gangguan komuikasi), gangguan sistem pernapasan, gangguan sistem hormonal, serta gangguan
5 12 musculoskeletal seperti kekakuan sendi sehingga gerak menjadi terbatas (Notoatmodjo, 2007). Selain kemunduran fisik juga terjadi kemunduran kognitif seperti kepikunan, kemunduran terhadap orientasi waktu, ruang, tempat, dan kesulitan dalam menerima hal baru (Maryam dkk, 2008). Seiring dengan bertambahnya usia, seseorang akan sulit untuk meningkatkan kualitas dirinya bahkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari pun akan menjadi sulit dan terbatas (Topinkova, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulsita (2010) tentang gambaran kognitif pada lansia didapatkan hasil penurunan fungsi kognitif pada masyarakat masih cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan di RSUP HAM dan Puskesmas Petisah ini mendapatkan hasil bahwa 34% responden mengalami penurunan fungsi kognitif dan penurunan ini sebagian besar terjadi pada lansia tua (50%). Selain perubahan secara fisik dan kognitif, lansia juga mengalami perubahan dari segi ekonomi maupun sosial. Jika dilihat dari aspek ekonomi, lansia dipandang sebagai beban dikarenakan sudah tidak produktif seperti dahulu. Produktivitas penduduk lansia juga sudah menurun jika memasuki lapangan pekerjaan meskipun tidak semua. Sedangkan jika dilihat dari aspek sosial anggapan tentang lansia berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. Di masyarakat tradisional terutama Indonesia lansia masih sangat dihormati dan menduduki strata tinggi namun tidak begitu halnya dengan negara barat (Notoatmodjo, 2007). 2.3 Akses Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan mencakup semua layanan yang berhubungan dengan diagnosis penyakit dan pengobatannya, atau promosi, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan (WHO, 2015). Sedangkan akses ke pelayanan kesehatan adalah peluang
6 13 atau kesempatan untuk mengonsumsi barang dan jasa kesehatan (Haddad & Mohindra, 2002 dalam Levesque et al 2013). Sebuah artikel yang disusun oleh Racher dan Ardene menunjukkan bahwa masalah akses itu kompleks dimana tidak hanya menyangkut ketersediaan fasilitas namun juga bagimana penerima layanan mampu dan mau untuk mencari layanan tersebut (Racher & Vollman, 2002). Ada lima dimensi spesifik akses dari sisi penawaran (provider) yang disebut The Penchansky taxonomy (Penchansky, 1981 dalam Clark & Coffee, 2011., Levesque et al., 2013; Racher & Vollman, 2002) yaitu: Approachability (kedekatan) berarti orang yang memiliki kebutuhan akan kesehatan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dapat diidentifikasi dalam bentuk keberadaan pelayanan, terjangkau, dan berdampak pada kesehatan orang tersebut; Acceptability (penerimaan) berhubungan dengan faktor sosial budaya yang memungkinkan seseorang menerima aspek layanan kesehatan yang ditawarkan oleh provider; Availability dan acommondation (ketersediaan dan akomodasi) yang berarti bahwa pelayanan kesehatan dapat dijangkau kapanpun. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan sumber daya pelayanan kesehatan; Affordability (keterjangkauan) mencerminkan keterjangkauan pelayanan kesehatan dilihat dari kemampuan pengguna secara sosial ekonomi; Appropriateness (kesesuaian) yang berarti adanya kesesuaian antara kebutuhan dengan pelayanan yang diberikan (Racher & Vollman, 2002; Levesque et al, 2013). Selain dari segi penyedia layanan kesehatan, akses ke layanan kesehatan juga dipengaruhi oleh orang yang membutuhkan pelayanan tersebut. Adapun pengaruh dari segi penerima pelayanan meliputi 1) ability to perceive (kemampuan menerima layanan yang berhubungan dengan kesadaran akan kesehatan, kepercayaan, dan harapan); 2) ability to seek (kemampuan untuk mencari layanan dimana hal ini berkaitan dengan kebudayaan, status gender, maupun nilai dan norma di
7 14 masyarakat); 3) ability to reach (kemampuan untuk menjangkau dimana hal ini terkait transportasi, tempat tinggal, maupun dukungan sosial); 4) ability to pay (kemampuan untuk membayar yang berkaitan dengan status ekonomi seseorang); 5) and ability to engage (kemampuan untuk berpartisipasi dalam layanan yang berkaitan dengan pemberdayaan, keberadaan informasi, serta dukungan) (Levesque et al., 2013). Aday dan Adersen dalam A Framework for the Study of Access to Medical Care menyebutkan bahwa tingkat penggunaan dan nilai kepuasan dari sorang pelanggan dapat digunakan untuk mengevaluasi akses. Dengan kata lain penggunaan atau pemanfaatan dari pelayanan kesehatan akan mencerminkan akses pelayanan kesehatan tersebut. Pemanfaatan pelayanan kesehatan terlihat dari tujuan pemanfaatan pelayanan kesehatan (pencegahan/pengobatan), jenis pelayanan kesehatan yang digunakan (rumah sakit, dokter, puskesmas), tempat penerimaan pelayanan kesehatan, dan interval waktu dari pemanfaatan pelayanan kesehatan (Aday & Andersen, 1974). Teori Adersen dan Newman menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan dengan akses dan penggunaan pelayanan kesehatan yang meliputi predisposing factors yang merupakan karakteristik sosial budaya individu seperti pendidikan, pekerjaan, pegetahuan, sikap, umur,jenis kelamin, dan sebagainya. Selain predisposing factors ada enabling factors yang meliputi kepemilikan asuransi, cara mengakses pelayanan kesehatan, ketersediaan dari fasilitas kesehatan, dan sebagainya. Yang terakhir adalah need factors yang merupakan alasan mengapa seseorang membutuhkan pelayanan kesehatan yang dilihat dari persepsi seseorang tentang kesehatan dan evaluasi keadaan kesehatan yang sebenarnya dari individu (Andersen & Newman, 1973)
8 15 Kesenjangan akses ke pelayanan kesehatan sudah tentu akan mempengaruhi masyarakat dan individu. Terbatasnya akses layanan kesehatan berdampak negatif pada kualitas hidup seseorang. Hambatan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dapat meliputi biaya tinggi, kurangnya ketersediaan layanan kesehatan, dan kurangnya cakupan asuransi. Hambatan ke pelayanan kesehatan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan kesehatan, tertundanya perawatan yang tepat, dan kurangnya aspek preventif terhadap penyakit (Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) dalam Healthypeople.gov, 2015). Lansia sangat berisiko terserang pnyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes mielitus, arthritis, gagal jantung, dimensia, dan berbagai penyakit degeneratif lainnya (Kramarow et al, 2007 dalam Healthypeople.gov, 2015). Oleh karena itu, pelayanan kesehatan bagi lansia sangatlah vital (Setiti, 2006). Pelayanan Kesehatan pada lansia dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pelayanan kesejahteraan lainnya (Hastuti, 2003). Seiring dengan berbagai kemunduran yang dihadapi lansia tentu akan mempengaruhi akses lansia ke pelayanan kesehatan. Orang tua yang mengalami disabilitas baik itu secara fisik maupun mental akan mengalami kesulitan didalam mengakses pelayanan kesehatan (Thorpe et al., 2011). Sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga terlihat dari tempat tinggal para lansia. Lansia yang tinggal di daerah pedesaan lebih sulit untuk mengakses pelayanan kesehatan terutama rumah sakit daripada yang tinggal di perkotaan. Hal ini merupakan tantangan bagi Indonesia untuk menciptakan pelayanan kesehatan bagi lansia yang selalu tersedia, mudah diakses, sesuai, terjangkau, dan terintegrasi (Kadar et al., 2013). Menurut BPS (2013) lansia cenderung mengalami berbagai keluhan kesehatan. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan oleh keluarga maupun lansia
9 16 sendiri untuk menjaga kesehatannya yang salah satunya dengan mencari pengobatan. Lansia bisa berobat sendiri, mendatangi pelayanan kesehatan modern (rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, praktek dokter, puskesmas/pustu, dan praktek tenaga kesehatan) ataupun dengan pengobatan tradisional. Untuk memelihara, memberikan perlindungan, dan meningkatkan taraf kesejahteraan serta kualitas hidup lanjut usia diperlukan suatu jaminan sosial yang salah satunya dengan mengembangkan sistem jaminan sosial hari tua. Ini merupakan salah satu program dari Departemen Sosial RI (Notoatmodjo, 2007). Namun, keadaan di Indonesia masih jauh dari harapan dimanan masih banyak rumah tangga lansia yang belum memiliki jaminan sosial. Proporsi rumah tangga lansia di Indonesia yang mempunyai jaminan sosial hanya sebesar 6.72% dari jumlah seluruh rumah tangga lansia tahun Dalam bidang kesehatan juga ada jaminan dalam hal pembiayaan kesehatan/asuransi kesehatan. Sekitar 51.93% rumah tangga lansia di Inonesia memiliki jaminan pembiayaan kesehatan, namun masih banyak yang belum sehingga pemerintah perlu memberikan perhatian khusus (BPS, 2014). Masih banyaknya lansia yang belum memiliki jaminan/ asuransi kesehatan tentu harus mendapat perhatian khusus. Hal ini dikarenakan system pembiayaan kesehatan mempengaruhi perilaku pasien di dalam mencari layanan kesehatan tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah studi di Cina yang dilakukan oleh Hengjin Dong tentang Health Financing Policies: Patient Care-Seeking Behavior in Rural China. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa system pembiayaan kesehatan mempengaruhi perilaku pasien. Proporsi pasien yang dirawat di rumah sakit lebih tinggi pada kelompok yang memiliki asuransi daripada yang tidak memiliki asuransi kesehatan dan sistem pembayaran Out of Pocket menurunkan akses pasien ke rumah
10 17 sakit. Asuransi kesehatan memberikan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih baik (Dong, 2003). 2.4 Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Lansia Perilaku merupakan aktivitas dari individu yang mencakup banyak hal seperti bereaksi, berjalan, berbicara, dan sebagainya. Sedangkan respon seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem layanan kesehatan, serta makanan dan lingkungan disebut perilaku kesehatan. Apabila sseorang merasakan sakit pasti dia akan merespon hingga melakukan berbagai tindakan terhadap penyakit tersebut. Salah satu tindakan yang biasanya dilakukan adalah mencari pengobatan. Perilaku untuk mencari pengobatan baik itu dengan mengobati sendiri maupun mengunjungi tempat playanan kesehatan swasta atau modern disebut dengan perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmojdo (2003) dalam Gaol (2013) disebutkan bahwa apabila seseorang mengalami sakit, mereka tidak selalu mendatangi tempat pelayanan kesehatan. Mereka bisa saja tidak melakukan sesuatu dengan alasan kondisi sakitnya bisa hilang sendiri dan tidak mengganggu kegiatan, fasilitas kesehatan yang jauh, ataupun karena takut. Selain itu, ada yang mengobati sendiri penyakitnya, membeli obat diwarung, ataupun datang ke tempat pengobatan tradisional. Perilaku pencarian pengobatan dilakukan seseorang apabila mengalami sakit (Notoatmodjo, 2007). Hal ini tentu juga berlaku pada lansia apalagi dengan keadaan mereka yang sudah cenderung menurun terutama dalam hal fisik yang mempermudah mereka untuk terkena penyakit. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wameru et al yang berjudul Health Status and Health Seeking Behaviour of The Elderly Persons in Dagoretti Division, Nairobi menyatakan bahwa penuaan
11 18 yang dialami orang tua, status ekonomi, serta kurangnya akses ke pelayanan kesehatan berkontribusi terhadap rendahnya status kesehatan lansia. Sebanyak 92.5% dari sampel yang diwawancari mengalami sakit dalam tiga bulan terakhir. Penyakit yang umumnya diderita seperti penyakit yang berkaitan dengan musculoskeletal yaitu sebanyak 80%, pernapasan sebanyak 68%, dan masalah gigi (40%). Sebanyak 24.8% responden tinggal sendiri, dan sebanyak 76% dari responden memiliki rumah yang kurang layak. Hanya 26% dari responden yang bisa mendapatakan pengobatan, keterbatasan dana membuat 73% responden tidak dapat mengakses layanan kesehatan (Waweru et al, 2003). Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Bourne et al di Jamaika. Penelitian ini berjudul Health literacy and health seeking behavior among older men in a middle-income nation yang dilakukan pada tahun Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 56.9 penduduk perkotaan dan 44.5% penduduk pedesaan sadar akan kesehatan. Sebanyak 37% responden yang berasal dari pedesaan mencari perawatan medis ketika sakit dibandingkan yang dari perkotaan sebesar 31.9%. Dalam waktu 6 bulan terakhir (hingga saat penelitian), ada berbagai penyakit yang dialami responden seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan penyakit degenerative lainnya. Kurangnya pengetahuan atau kesadaran tentang kesehatan perlu mendapat perhatian dari pemerintah khususnya kementrian kesehatan (Bourne et al, 2010). Sebuah penelitian terhadap keluhan kesehatan yang dialami lansia yang berkunjung ke pengobatan gratis di satu wilayah pedesaan di Bali juga menyangkut perilaku pencarian pertolongan pengobatan. Penelitian ini dilakukan oleh Suyasa dkk pada tahun Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa lansia mengahadapi berbagai keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan yang ummum dialami oleh
12 19 responden adalah pengelihatan kabur, mata berair, nyeri sendi, nyeri tangan, dan sebagainya. Sedangkan hipertensi, rheumatoid arthritis, dan katarak adalah diagnose utama dari para lansia yang datang ke pengobatan gratis dan tempat pemeriksaan kesehatan. Sebanyak 11.7% lansia penderita hipertensi memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter praktek swasta dan sebanyak 8.5% tidak berobat sama sekali. Sedangkan lansia yang menderita kencing manis, secara keseluruhan telah rutin memeriksakan kesehatannya (Suyasa dkk., 2014).
BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era ini sebagian besar negara di dunia mengalami transisi demografi yang ditandai dengan penurunan tingkat kelahiran maupun tingkat kematian. Selain itu, perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu dengan adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran, dimana penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur-angsur turun, dilain pihak penyakit menahun yang disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan secara tidak langsung menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki siklus hidup yang terus berjalan dari waktu ke waktu dan usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus tersebut yang merupakan kenyataan nyata yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Antara 2015 dan 2050, proporsi dari lansia diperkirakan dua kali lipat dari 12% sampai 22%. Hal ini merupakan peningkatan yang tidak dapat di duga dari 900 juta menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular
Lebih terperincimengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian utama secara global dalam kesehatan. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian karena hipertensi merupakan penyakit kronik utama yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan usia harapan hidup (UHH) penduduk (Kemenkes RI, 2014). Usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperincipopulasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk usia lanjut diproyeksikan meningkat setiap tahun diperkirakan mencapai 67 juta orang atau sekitar 24% dari seluruh populasi Indonesia pada tahun 2035.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson
` BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis adalah penyebab dari kesakitan dan kematian yang membutuhkan jangka waktu lama dan respon yang kompleks, jarang sembuh total, serta berkoordinasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami peningkat yang substansial. Hampir seluruh negara di dunia mengalami pertumbuhan populasi usia lanjut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara berkembang, proporsi jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus berkembang. Kelompok penduduk lansia berkembang lebih cepat dibandingkan kelompok umur lainya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat di negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di negara maju. Demikian halnya di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciKabupaten Bantul yang merupakan 1 dari 5 kabupaten/kota di DIY juga mengalami hal serupa. UHH di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 pada laki-laki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang kesehatan serta meningkatnya tingkat sosial ekonomi dunia saat ini bermuara pada meningkatnya kesejahteraan penduduk serta meningkatnya usia harapan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan
Lebih terperinciPROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:
PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia Disusun Oleh: dr. DIMAS MUHAMMAD AKBAR PUSKESMAS MLATI II SLEMAN KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan
Lebih terperincikehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.
1.1 Latar Belakang Setiap individu akan melewati proses yang alamiah dan melewati tahapan kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa akhir merupakan suatu proses alamiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedasarkan hasil data riskesdas tahun 2010, rata-rata kecukupan konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2015) Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik akibat kerusakan pankreas yang banyak menyerang penduduk di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hal kelangsungan hidup. Dalam hal ini, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong penyakit yang penularannya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak kemajuan dari ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan, terutama dibidang kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu melenyapkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia. Berbagai program pembangunan yang diselengarakan oleh pemerintah selama ini,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Populasi lanjut usia (lansia) adalah kemajuan bagi keberhasilan umat manusia dalam meningkatkan kesehatan dan keberhasilan masyarakat untuk perilaku hidup sehat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
Lebih terperinciEFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT
EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA KELOMPOK LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN KINILOW KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON TAHUN
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA KELOMPOK LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN KINILOW KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON TAHUN 217 Mach Weber Sumbung*, Budi T. Ratag*, Sekplin A.S. Sekeon* *Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
68 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Worls Health Organization (WHO), orang lanjut usia menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-74 tahun), usia lanjut tua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis atau diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui di hampir semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia saat ini. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan telah meningkatkan usia harapan hidup penduduk Indonesia, yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia (Lansia). Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)
Lebih terperinciE. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan dunia karena di berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan ISH (International Society
Lebih terperinciPENERAPAN TEORI BETTY NEUMAN DALAM PENGKAJIAN LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS DI DESA MARGALAKSANA KECAMATAN CILAWU KABUPATEN GARUT
PENERAPAN TEORI BETTY NEUMAN DALAM PENGKAJIAN LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS DI DESA MARGALAKSANA KECAMATAN CILAWU KABUPATEN GARUT Iskim Luthfa *, Citra Windani, M.S. ** 1. 2. Mahasiswa Pasca Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Banyaknya penurunan yang terjadi pada lanjut usia, menuntut lansia dapat menyesuaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari dalam maupun dari luar
Lebih terperinciPeningkatan Kesehatan Fisik dan Mental Lansia Melalui Aktivitas Senam di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali Abstrak LATAR BELAKANG
Peningkatan Kesehatan Fisik dan Mental Lansia Melalui Aktivitas Senam di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali Andreany Kusumowardani, SKM, MCEP * Endang Sri Wahyuni, SST, MPH* *) Jurusan Okupasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus mengalami peningkatan prevalensi dan berkontribusi terhadap peningkatan angka kematian akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia yang telah berusia >60 tahun, mengalami perubahan tingkat kemandirian (Maryam, 2008). Secara umum saat proses menua terjadi, akan menimbulkan banyak perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (life expectancy) seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemerataan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya umur harapan hidup (life
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH: RORO UTAMI ADININGSIH No BP : 0910335075 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula
Lebih terperinci