BAB III PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) JANGKA MENENGAH KECAMATAN
|
|
- Hartono Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) JANGKA MENENGAH KECAMATAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan Sub Pokok Bahasan : 1. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan 2. Dimensi atau Indikator Efektivitas Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan 3. Karakteristik Program dan Kegiatan Kecamatan Waktu Tujuan Metode : 2 (dua) kali tatap muka pelatihan : Praja dapat memahami urgensi Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan sebagai dasar dalam menyusun Renstra Kecamatan : Praktek (mempraktekkan, diskusi dan tugas terstruktur) A. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan Draft dokumen Renstra Kecamatan yang sedang disusun pada dasarnya merupakan salah satu dasar dalam membuat Renstra Kecamatan yang baik yang akan dibawa pada saat musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) jangka menengah kecamatan. Dokumen Renstra Kecamatan sebagai pedoman atau arah pembangunan yang ingin dicapai Kecamatan dalam kurun waktu lima tahun ke depan yang
2 memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan dengan mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten/Kota yang sudah ada, maka program dan kegiatan yang direncanakan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi batas kewenangan kecamatan, dengan mempertimbangkan kemampuan/kapasitas serta berbagai potensi yang ada di Kecamatan. Dalam upaya menghasilkan Renstra Kecamatan yang dapat mengantisipasi kebutuhan pembangunan Kecamatan dalam jangka waktu lima tahunan, maka penyusunannya perlu dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan yang ada di Kecamatan dalam sebuah forum yang dinamakan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan. Adapun alur pikir pelaksanaan musrenbang jangka menengah kecamatan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Definisi Definisi a) Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan adalah forum konsultasi dengan para pemangku kepentingan pembangunan yang ada di kecamatan untuk membahas rancangan Renstra Kecamatan, dibawah koordinasi Camat. b) Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan juga merupakan forum untuk mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan pembangunan yang ada di Kecamatan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan rancangan Renstra Kecamatan. c) Pemangku kepentingan Kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan kegiatan prioritas dari Kecamatan untuk mengatasi permasalahan di Kecamatan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil musyawarah. d) Narasumber adalah pihak-pihak pemberi informasi yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan dalam Musrenbang Kecamatan. e) Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan f) Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan menghasilkan antara lain :
3 Berbagai masukan dan komitmen para pemangku kepentingan pembangunan yang ada di Kecamatan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan rancangan Renstra Kecamatan (terlampir), Dokumen Usulan Rencana Pembangunan Lima tahun kedepan yang akan dilaksanakan di Kecamatan (terlampir), Berita Acara Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan. 2. Dasar Penyelenggaraan a) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, c) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, d) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan perencanaan Pembangunan Daerah, e) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, f) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Prosedur Perencanaan dan Penganggaran Daerah. 3. Tujuan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan diselenggarakan bertujuan untuk : a) Membahas dan menyepakati hal-hal yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di Kecamatan dalam kurun 5 tahun kedepan; b) Media konsultasi dengan para pemangku kepentingan pembangunan yang ada di Kecamatan untuk membahas rancangan Renstra Kecamatan, dibawah koordinasi Camat. c) Mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan pembangunan yang ada di Kecamatan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan rancangan Renstra Kecamatan d) Melakukan klasifikasi atas kegiatan prioritas pembangunan Kecamatan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi ; e) Melakukan Analisis untuk mengkaitkan kegiatan prioritas pembangunan Kecamatan dengan kebijakan, sasaran dan program RPJMD. f) Menghasilkan kesepakatan-kesepakatan mengenai program dan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan 5 tahun kedepan yang dituangkan ke dalam berita acara hasil Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan. 4. Langkah - langkah Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan a) Persiapan Berbagai hal yang perlu disiapkan untuk penyelenggaraan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan adalah :
4 Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan yang diketuai oleh Sekretaris Kecamatan, Penyusunan naskah rancangan Renstra Kecamatan, Penggandaan Naskah Rancangan Renstra Kecamatan, Menyiapkan panduan pelaksanaan yang memuat durasi, tanggal/waktu pelaksanaan, mekanisme dan susunan acara, Mengirim surat undangan kepada peserta. b) Pelaksanaan Pendaftaran Peserta Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan, Pemaparan kondisi umum Kecamatan dan proyeksinya ke depan oleh Camat, Pemaparan Rancangan Renstra Kecamatan, Pembahasan Rancangan Renstra Kecamatan dengan melibatkan seluruh peserta Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan, Perumusan kesepakatan para pemangku kepentingan pembangunan hasil musrenbang jangka menengah Kecamatan, Pembacaan hasil kesepakatan oleh Ketua Tim Penyelenggara musrenbang Jangka Menengah Kecamatan (Sekretaris Kecamatan ). c) Keluaran Materi kesepakatan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan, yang selanjutnya menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan Renstra Kecamatan, Matrik Keterkaitan Misi, Kebijakan, Sasaran, Indikator Program dan Kegiatan Renstra Kecamatan (terlampir), Berita Acara Hasil Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan (terlampir). d) Peserta Unsur Muspika, Kepala UPTD yang ada di Kecamatan, Instansi Vertikal yang ada di Kecamatan, Para Kepala Desa, unsur BPD, LPMD, Forum Delegasi Musrenbang Tingkat Desa dan Kecamatan, Organisasi kemasyarakatan yang ada di Kecamatan. e) Narasumber Camat, Sekretaris Kecamatan, Fasilitator (dari unsur yang menguasai bahan bahasan, contoh : dari Bappeda Kabupaten/Kota)
5 f) Waktu Pelaksanaan Berbeda halnya dengan Musrenbang Tahunan Kecamatan yang dilaksanakan selambat-lambatnya pada akhir bulan Maret tahun berkenaan, maka waktu pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan dilaksanakan bisa kapan saja tergantung kondisi masingmasing daerah dengan memperhatikan Dokumen RPJM Daerah bersangkutan. g) Tugas Tim Penyelenggara/Fasilitator Menyusun rancangan Renstra Kecamatan, Menyusun jadwal dan agenda Musrenbang Renstra Kecamatan, Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda, dan tempat pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan, Mendaftar peserta Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan, Memfasilitasi proses pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan, Merekap daftar kegiatan prioritas pembangunan di Kecamatan yang akan dilaksanakan lima tahun ke depan, Memfasilitasi perumusan berita acara hasil Musrenbang Kecamatan, dengan sekurang-kurangnya memuat skala prioritas kegiatan lima tahun ke depan yang telah disepakati. B. Dimensi atau Indikator Efektivitas Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan Musrenbang merupakan media dalam rangka menjaring sebanyak mungkin aspirasi masyarakat. Mekanisme musrenbang dikatakan efektif apabila pelaksanaannya dapat diukur. Untuk itulah diperlukan adanya alat ukur untuk mengetahui sejauhmana mekanisme musrenbang tersebut dapat dikatakan efektif atau tidak. Terdapat 4 (empat) dimensi yang dapat dijadikan alat ukur untuk mengetahui efektifitas tersebut, antara lain : 1). Satuan waktu Pelaksanaan musrenbang masih sering tidak tepat waktu. Ketidaktepatan penyelenggaraan musrenbang ini sebagian besar disebabkan oleh faktor
6 antara lain tidak adanya informasi dari penyelenggara (Kecamatan), musrenbang kurang dijadwalkan dengan baik sehingga banyak masyarakat yang tidak menghadiri musrenbang dengan alasan tidak punya waktu, atau justru aparat pemerintah sendiri yang tidak punya waktu karena berbagai kesibukan. Dengan demikian terlihat bahwa pemanfaatan jadwal atau waktu penyelenggaraan musrenbang masih kurang diperhatikan. Apabila dilihat dari perbandingan beban kerja dengan waktu yang diperlukan dalam penyelenggaraan musrenbang, sebetulnya cukup memadai. Artinya bahwa tersedia waktu yang cukup dalam penyelenggaraan musrenbang untuk menghasilkan hal-hal yang seharusnya dapat diwujudkan selama pelaksanaan musrenbang tersebut. Hanya saja terjadi ketidaktepatan dalam penggunaan waktu, sehingga penyelenggaraan musrenbang menjadi kurang efektif. 2). Satuan hasil Dari segi hasil, pelaksanaan musrenbang sebenarnya dirasakan oleh masyarakat karena mampu menampung aspirasi masyarakat, walaupun semua aspirasi yang disampaikan tidak seluruhnya dapat diakomodasikan. Ketertampungan aspirasi masyarakat melalui musrenbang tersebut, juga dapat dilihat dari RPT (rencana pembangunan tahunan) yang tersusun, yang pada dasarnya merupakan daftar rencana kegiatan pembangunan tahunan. Penyelenggaraan musrenbang bisa menghasilkan rumusan usulan pembangunan dari tingkat desa/kelurahan dan kecamatan, walaupun sebagian besar lebih menyangkut kegiatan yang akan didanai oleh pemerintah. Dan yang lebih meyakinkan adalah rumusan penggunaan dana pembangunan yang
7 tersedia di desa/kelurahan dan kecamatan tersebut didasarkan pada kesepakatan yang dicapai pada pelaksanaan musrenbang. 3). Kualitas Kerja Penyelenggaraan musrenbang masih sering tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, akibatnya penyelenggaraan musrenbang itu sendiri menjadi kurang lancar. Misalnya dalam pelaksanaan musrenbang masih sering tidak disediakan formulir isian tentang usulan atau daftar kebutuhan masyarakat. Faktor sarana dan prasarana yang lain juga masih sangat minimal seperti tidak terbentuknya kepanitiaan penyelenggaraan musrenbang, tidak tersedianya alat tulis secara memadai, maupun masalah konsumsi, selanjutnya tempat rapat yang sempit, dan penerangan yang kurang memadai serta kelengkapan lain seperti ketersediaan OHP. Dilihat dari kualitas penyerapan aspirasi masyarakat, sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa sebagian besar masyarakat masih mengatakan bahwa pelaksanaan musrenbang cukup mampu menyerap aspirasi masyarakat. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa penyelenggaraan musrenbang dapat memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta untuk menyampaikan aspirasinya. Hanya saja dalam pelaksanaannya, masih banyak pula perserta musrenbang yang hanya menjadi peserta pasif atau pendengar saja, tidak berani mengemukakan pendapat, atau bahkan tidak tahu apa permasalahan yang dihadapi atau kebutuhan yang diharapkan. Hal tersebut karena peserta
8 musrenbang belum mengetahui atau belum pernah mendapatkan pelatihan tentang mekanisme perencanaan pembangunan sehingga mereka masih awam dengan mekanisme perencanaan pembangunan itu sendiri. 4). Kepuasan Masyarakat Karena berbagai kendala sebagaimana disebutkan diatas, maka penyelenggaraan musrenbang masih banyak dirasakan belum memberikan kepuasan kepada masyarakat. Selama ini forum musrenbang, yang merupakan forum formal yang ditentukan dan telah dijadwalkan oleh pemerintah sebagai forum perencanaan pembangunan di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan lebih berperan sebagai forum penampung aspirasi masyarakat dan tidak memiliki bargaining position yang kuat sebagai forum yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pembangunan. Sebagai akibatnya, penyelenggaraan musrenbang menjadi forum yang kurang diminati oleh masyarakat. Bahkan banyak masyarakat yang kurang antusias dengan penyelenggaraan musrenbang itu sendiri. Rendahnya prosentase masyarakat yang mengharapkan penyelenggaraan musrenbang menjadi indikator bahwa penyelenggaraan musrenbang belum memberi cukup manfaat bagi masyarakat. Hasil dari pelaksanaan musrenbang juga belum sepenuhnya merupakan daftar kebutuhan yang diusulkan oleh masyarakat. Dan kondisi yang lebih jauh, masih banyak terjadi kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, ternyata berbeda dengan usulan yang telah disepakati bersama
9 pada waktu pelaksanaan musrenbang. Dengan kata lain bahwa harapan masyarakat terhadap hasil dari musrenbang tersebut belum terpenuhi, karena usulan-usulan yang telah disampaikan dan ditampung dalam musrenbang ternyata tidak terealisasikan dalam kegiatan pembangunan, atau dengan istilah apa yang dibutuhkan tidak terjadi, yang terjadi adalah yang tidak dibutuhkan. Sebagai wadah mekanisme penyusunan rencana pembangunan, masyarakat mengharapkan aspirasi yang telah ditampung dan disepakati dapat dilaksanakan, atau dengan kata lain, hal-hal yang telah disepakati dalam pelaksanaan musrenbang hendaknya dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pembangunan di Daerah. Untuk itu masyarakat mengharapkan agar pelaksanaan musrenbang dapat dihadiri oleh semua komponen masyarakat, sehingga berbagai aspirasi dan kebutuhan masyarakat dapat ditampung dan dipecahkan. Realitas dari belum efektifnya penyelenggaraan musrenbang pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor penjaringan aspirasi, dinamika pelaksanaan, penentuan arah dan kebijakan serta strategi dan prioritas yang diambil. Keempat faktor tersebut secara sistemik saling berpengaruh. C. Karakteristik Program dan Kegiatan Kecamatan Sebagai SKPD kewilayahan, program dan kegiatan kecamatan yang merupakan penjabaran visi dan misi kecamatan tersebut mempunyai karakteristik
10 tersendiri dibandingkan SKPD lain. Karakteristik tersebut muncul karena kecamatan mempunyai kewenangan atributif dan kewenangan delegatif, sehingga kecamatan menyelenggarakan pelayanan secara langsung kepada masyarakat (direct services) dan pelayanan secara tidak langsung (indirect services) (lihat Bab I). Penyelenggaraan musrenbang jangka menengah kecamatan biasanya bermuara pada program dan kegiatan kecamatan selama selama lima tahun ke depan dan secara bertahap dilaksanakan setiap tahun yang diawali dengan penyelenggaraan musrenbang tahunan. Penyelenggaraan musrenbang tahunan sebenarnya berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap tingkat capaian sasaran program dan kegiatan tahunan dalam jangka lima tahun sekaligus menampung berbagai ide segar yang muncul yang tidak tertampung dalam pelaksanaan musrenbang lima tahunan, sehingga dimungkinkan melakukan revisi terhadap Renstra Kecamatan. Apalagi dinamika dan perkembangan lingkungan eksternal senantiasa berubah yang mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan kecamatan. Namun demikian, seindah dan sebagus apapun program dan kegiatan kecamatan tidak akan berarti apa-apa apabila tidak didukung oleh anggaran yang memadai. Fakta selama ini menggambarkan bahwa mekanisme musrenbang tahunan baik tingkat desa/kelurahan maupun kecamatan sebagai perencanaan partisipatif telah rutin dilaksanakan namun hasil atau keputusan akhir tetap berada di tingkat kabupaten/kota. Perencanaan semacam itu hanya digunakan sebagai justifikasi untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa mekanisme perencanaan
11 pembangunan yang dilalui oleh pemerintah kabupaten/kota telah berangkat dari bawah (bottom up) dan melibatkan partisipasi masyarakat. Padahal yang terjadi, perencanaan tersebut nyatanya hanya sebatas formalitas sehingga yang muncul apa yang tidak diharapkan, namun yang diharapkan tidak muncul, dan musrenbang jangka menengah merupakan kuburan aspirasi. Asumsi tersebut muncul karena umumnya program dan kegiatan tahunan kecamatan yang itu-itu saja dan bersifat rutin karena perencanaan partisipatif dari bawah dikalahkan oleh perencanaan dari atas (top down) seperti yang terjadi di Kota Surabaya, dimana Pemerintah daerah mempunyai 10 (sepuluh) program pokok tahunan yang harus dilaksanakan oleh seluruh kecamatan yang berjumlah 31 kecamatan antara lain : 1. Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan, 2. Penanggulangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), 3. Monitoring dan Penyuluhan Masalah Kemiskinan, 4. Bimbingan dan Teknik (Bimtek) Persampahan, 5. Penyediaan Barang dan Jasa, 6. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum, 7. Kependudukan, 8. Operasional Pengelolaan Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, 9. Penertiban RW dan RT/Lingkungan, dan 10. Penyuluhan Jender. Dalam terminologi pencapaian tujuan jangka menengah dan panjang daerah, sah-sah saja sebuah kecamatan melaksanakan amanat pemerintah daerah
12 karena kecamatan dituntut untuk mendukung visi daerah seperti halnya visi Kota Surabaya yaitu Surabaya Cerdas dan Peduli (Surabaya Smart and Care) yang artinya Terwujudnya kota Surabaya sebagai pusat perdagangan dan jasa yang cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerintahan dan kemasyarakatan yang demokratis, bermartabat dalam tatanan lingkungan yang sehat dan manusiawi. Namun demikian, karena kecamatan telah mempunyai renstra sendiri (dengan merujuk pada RPJP dan RPJM Daerah) tentunya kecamatan mempunyai kekhususan sesuai kondisi geografis masing-masing. Di samping itu sesuai dengan kewenangan atributifnya yaitu kewenangan melakukan koordinasi, pembinaan dan pelayanan kepada masyarakat, maka kecamatan dituntut untuk menjembatani program dan kegiatan desa dan kelurahan. Pada banyak daerah, fungsi koordinasi dan pembinaan kepada desa dan kelurahan ini terkadang dilupakan karena tidak didukung dengan anggaran yang memadai untuk mengadakan kedua kegiatan dimaksud. Padahal fakta di lapangan menggambarkan bahwa kapasitas (pengetahuan, wawasan dan keterampilan) perangkat desa (dan kelurahan) sangat terbatas, sebagaimana disarikan dalam Naskah Akademik Rancangan Undang-undang tentang Desa (2007;30) : Sebagian besar perangkat desa di Indonesia tidak memahami berbagai peraturan dan tugas yang menyangkut diri sendiri mereka sendiri, kecuali sebagian kecil perangkat yang mau mencari tahu atau mereka yang kritis. Pada umumnya mereka bekerja apa adanya (Taken for granted) sesuai dengan kebiasaan perangkat sebelumnya. Di jaman Orde Baru, semua formulir administrasi (monografi, buku tamu, buku keuangan, buku proyek, buku tanah desa, dan sebagainya) bisa terisi dan diperbarui terus karena ada proses monev yang berjalan. Tetapi di era reformasi, buku
13 buku administrasi itu terbengkalai, kecuali desa-desa yang mempunyai predikat maju. Di banyak desa, data monografi desa sekian tahun lalu masih terpampang dengan tulisan spidol/cat permanen. Ada organisasi tetapi tidak berorganisasi, adalah sebuah metafora yang menggambarkan bahwa organisasi birokrasi desa tidak berjalan dengan baik, apalagi desa-desa yang terbelakang, terutama di luar jawa. Sebagian besar desa di Indonesia sampai sekarang belum memiliki kantor desa sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan administrasi. Dari fakta di atas, nampak bahwa desa dan kelurahan (terutama desa) mengalami hambatan dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama administrasi pembukuannya karena kurangnya supervisi dari pemerintah daerah, dan kecamatan yang paling dekat orbitasinya diharapkan mampu memberikan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi kedua institusi tersebut. Kasus tersebut baru satu kasus diantara sekian kasus yang dihadapi oleh desa maupun kelurahan, masih banyak kasus lain yang membutuhkan kepanjangan tangan dari pemerintah daerah. Kenyataannya, fungsi pembinaan terhadap desa dan kelurahan lebih banyak dikerjakan langsung oleh misalnya Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), Bagian Pemerintahan Desa/Kelurahan di Sekretariat Daerah atau SKPD lain yang ada embel-embel Desa dan Kelurahan, dan kecamatan senantiasa dilewati. Banyak diklat-diklat yang diselenggarakan oleh SKPD dengan sasaran desa dan kelurahan dengan tembusan kepada Camat atau surat sejenis yang ditujukan kepada Camat agar merekomendasikan kepada perangkat desa/ kelurahan untuk mengikuti kegiatan serupa seperti Diklat Kearsipan, Tata Naskah Dinas, Penyusunan Profil Desa/Kelurahan, dll. Serupa dengan fungsi pembinaan, fungsi koordinasi oleh Camat juga membutuhkan ongkos, minimal untuk rapat koordinasi (rakor) yang
14 diselenggarakan oleh Camat. Kalaupun tidak, Camat dan perangkat kecamatan yang melakukan koordinasi ke desa-desa dan kelurahan juga membutuhkan BBM untuk operasionalnya. Semakin banyak kuantitas koordinasi yang dilakukan Camat beserta perangkat, berkorelasi terhadap kebutuhan anggaran. Apalagi apabila Pemda banyak melakukan rapat-rapat koordinasi dengan mengundang kecamatan yang intensitasnya tidak dapat diduga. Bahkan seorang Camat di salah satu daerah pernah berkelakar, andaikan belanja langsung Camat yang besarnya hanya Rp ,-/tahun dibagi habis seluruh personil kecamatan dalam satu tahun maka tiap orang mendapatkan ± Rp ,-. Jadi benar anekdot selama ini yang mengatakan Camat bukan hanya ujung tombak, tapi juga ujung tombok. Sementara fungsi pelayanan langsung kepada masyarakat seperti pelayanan kependudukan yaitu KTP, KK, Kartu Identitas Penduduk Sementara/ Musiman maupun perijinan-perijinan lainnya mendapat hambatan dengan rencana penarikan kewenangan pada tingkat kabupaten/kota (terutama pelayanan kependudukan sesuai UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan). Berbeda dengan perencanaan dinas teknis dan lemtekda yang bersifat sektoral (misalnya bidang kesehatan, pendidikan, pertanian, perikanan, perkebunan, sarana dan prasarana daerah), mereka telah mempunyai batas-batas maupun program dan kegiatan yang jelas. Apabila program dan kegiatan terhambat karena minimnya anggaran maka solusinya adalah kuantitasnya
15 dikurangi atau program dilaksanakan multiyear atau bahkan ditunda tahun berikutnya, dsb. Ironisnya, ketika kecamatan ikut dilibatkan dalam menangani masalah sektoral namun tidak dibekali kemampuan keuangan yang memadai. Di lain pihak, dinas teknis dan lemtekda yang terkait dengan program sektoral ingin agar program dan kegiatannya dibantu tapi tidak dengan pembiayaannya (karena kewenangan tersebut tidak dilimpahkan). Idealnya, program dan kegiatan kecamatan merupakan perpaduan antara perencanaan dari bawah (bottom up) dan perencanaan dari atas (top down) atau biasa disebut perencanaan eklektik. Jadi, kecamatan diberikan kesempatan untuk melaksanakan fungsi sebaik-baiknya menurut kewenangan atributif dan delegatifnya, dengan tetap mengacu pada program dan kegiatan pemerintah daerah dalam rangka mendukung visi dan misi daerah tersebut
16 D. Praktek Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan Pelatih membuat skenario, memandu dan memfasilitasi Praja untuk melaksanakan praktek Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan : Tugas Pelatih : Membentuk Tim Fasilitator, Narasumber dan Peserta Musrenbang Tugas Praja : Melakukan simulasi penyelenggaraan Musrenbang Jangka Menengah Kecamatan
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON
WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN
-1- Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Tanggal : 09 Desember 2010 Nomor : 12 Tahun 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciSISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat
Lebih terperinciHimpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN UMUM PERUBAHAN 1. Penyebutan Tahun 2012 Perwali dan Lampiran 2. Istilah stakeholder menjadi pemangku kepentingan pembangunan 3. Istilah Persiapan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN A. Pengertian 1. Musrenbang Desa/ Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
+- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan
Lebih terperinciBUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD), RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah, yang disusun melalui 4 pendekatan,
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pembangunan untuk Negara berkembang, termasuk Indonesia, masih mempunyai peranan yang sangat besar sebagai alat untuk mendorong dan mengendalikan proses pembangunan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan daerah, yang disusun melalui 4 pendekatan, yaitu: Pendekatan Teknokratis
Lebih terperinciRENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG
RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG BAGIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai tindak lanjut instruksi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI
Lebih terperinciKABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR
LEMBARAN DAERAH NOMOR 36 KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016
PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Wakatobi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
- 270 - PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
Lampiran : Peraturan Bupati Semarang Nomor : 46 Tahun 2013 Tanggal : 30 Mei 2013 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,
Lebih terperinciBUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU
BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,
Lebih terperinciRPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN
i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Lebih terperinci- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,
BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR PERATURAN BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR NOMOR 096 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR TAHUN 2015 DENGAN
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN
Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu
Lebih terperinciMUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN ( MUSRENBANG )
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN ( MUSRENBANG ) I. PENGERTIAN Musrenbang Kecamatan merupakan forum musyawarah antar para pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati langkah-langkah penanganan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL RENCANA KERJA 2017 Rancangan Akhir Rencana Kerja KATA PENGANTAR Bidang kependudukan merupakan salah satu hal pokok dan penting
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP
BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu masa bakti Kepala Daerah terpilih yang disusun
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciTENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR : 22 TAHUN 2013 TANGGAL : 17 MEI 2013. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2014 merupakan pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011
Lebih terperinciSURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM.
KATA PENGANTAR Dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang, sesuai dengan tahapan sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tersebut dalam butir 1 d, disebutkan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1
1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)
RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 87 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan rangkaian kegiatan dari dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan Pemerintah Daerah dalam seluruh aspek kehidupan
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS,
Lebih terperinciKEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT
KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 1 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa) TAHUN 2015 2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pertimbangan keuangan daerah dan pusat, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pertimbangan keuangan daerah dan pusat, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013
Lebih terperinciRENCANA KERJA (RENJA)
RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016
PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Biro Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2013
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. RPJMD / Perencanaan Strategis Periode 2009 2013 Dalam sebuah organisasi perencanaan merupakan faktor yang sangat
Lebih terperinciPanduan Teknis Pra-Musrenbang Kelurahan Percontohan
Kata Pengantar Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Alloh SWT, berkat ridha serta petunjuknya bahwa Panduan Teknis Pra Musrenbang tahun 2015 telah selesai dan disajikan. Panduan Teknis Pra Musrenbang tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kecamatan merupakan salah satu ujung tombak dari Pemerintahan Daerah yang langsung berhadapan (face to
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN TEKNIS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN
Lebih terperinci