IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP s) KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD RAA SOEWONDO PATI PERIODE JULI-DESEMBER 2015 ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Oleh NITA PRASETIYOWATI NIM A063 PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS, 2016 i

2 ii

3 Identifikasi Drug Related Problems (DRP s) Kategori Ketidaktepatan Dosis Pada Pasien Hipertensi Geriatri Di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015 ABSTRAK Nita Prasetiyowati Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, nitaprastiyo628@gmail.com Latar Belakang : Perubahan fisiologik akibatproses menua dan penurunan status fungsional dapat berpengaruh terhadap terapi obat yang berujung pada problem yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problems). Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan tingkat kejadian yang cukup tinggi. Pada usia tua prevalensi hipertensi meningkat hingga 50%. Menurut profil Jawa Tengah tahun 2012 hipertensi terjadi sebanyak kasus (67,57%). Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran DRP s kategori ketidaktepatan dosis pada pengobatan penyakit hipertensi geriatri di instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan retrospektif, dengan jumlah sampel 97 yang memenuhi kriteria diambil secara proportional sampling. Analisis data menggunakan program Statistic Package for the Social Science (SPSS). Analisis univariate dengan distribusi frekuensi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkanbahwaketidaktepatan dosis terjadi pada 9 pasien (9,3%), diantaranya adalah pasien yang mendapatkan peresepan obat overdose sebanyak 8 pasien (8,2%). Underdose sebanyak 1 pasien (1,0%), frekuensi pemberian obat tidak tepat (1,0%), sedangkan penggunaan obat dengan dosis tepat sebesar (90,7%) menurut Drug Information Handbook tahun Jenis obat yang mengalami ketidaktepatan dosis adalah amlodipine dan nifedipine. Simpulan :Drug Related Problems (DRP s) kategori ketidaktepatan dosis pada pengobatan hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati periode Juli-Desember 2015 yaitu sebanyak 9 pasien (9,3%). Kata Kunci : Drug Related Problems (Drp s), Hipertensi, Geriatri, Dosis Kepustakaan : 68 ( ) 1

4 ABSTRACT Background: Physiological changes due to the aging process and decreased functional status may influence drug therapy that lead to the problems related to drugs (drug related problems). Hypertension is a disease with high enoughincidence rate.in old age the prevalence of hypertension increases by 50%. According to the Central Java profile in 2012 hypertension occurred as many as cases (67.57%).Objectives: This study aimed to obtain the description of DRP's category of incorrect dose in the treatment of hypertensive geriatric patients in the outpatient installation at RAA Soewondo General Hospital Pati period of July December Method : This research was a descriptive study by using a retrospective approach, with the samples of 97 fulfilled the criteria taken by proportional sampling. Analysis of data used the program of Statistic Package for Social Science (SPSS). Univariate analysis used frequency distribution. Result : The results show that the incorrect dose occurred in 9 patients (9.3%), including patients who received drug prescription, overdose occurred in 8 patients (8,2%). underdose occurred in 1 patient (1,0%), the frequency drugs of incorrect (1,0%), while the use of medication with the right dose was (90,7%) according to the Drug Information Handbook in The types of drugs that incorrect dose is amlodipine and nifedipine. Conclusion : Drug Related Problems (DRPs) in the category of incorrect dose in the treatment of hypertensive geriatric patients in the Outpatient Installation in RAA Soewondo Hospital Pati period of July to December 2015 occurred in 9 patients (9,3%). Keywords : Drug Related Problems (DRPs), Hypertension, Geriatric Medicine, Dose Biliographies:68 ( ) 2

5 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perubahan fisiologik akibat proses menua, multipatologik, presentasi penyakit tidak spesifik, dan penurunan status fungsional dapat berpengaruh terhadap terapi obat yang berujung pada problem yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problems) (Pramantara, 2007). Hipertensi merupakan penyakit yang sering di sebut Silent killer. Pada masa lansia hipertensi merupakan penyakit yang sering terjadi. Hipertensi merupakan tekanan darah yang melebihi batas tekanan darah normal dimana terjadi peningkatan darah sistolik dan diastolik melebihi batas normal yang terjadi tiga kejadian terpisah pada seseorang, yaitu > 140 mmhg untuk tekanan sistolik dan > 90 mmhg untuk tekanan diastolik pada lansia (Smeltzer&Bare, 2013). Prevalensi hipertensi di Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 mengalami penurunan jumlah kasus. Hipertensi Esensial, yaitu sebanyak kasus (67,57%) lebih rendah dibanding tahun 2011 ( kasus/72,13 %). Sedangkan prevalensi kejadian hipertensi pada RSUD RAA Soewondo tahun 2015 sebesar 1768 (1,92%).Drug Related Problems (DRP s) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien akibat terapi obat potensial yang mengganggu keberhasilan terapi yang diharapkan. Menurut Cipolle dkk(1998), DRP s kategori dosis terbagi menjadi duabagian yaitu dosis rendah (underdose)dan dosis tinggi(overdose). Keduanya dikategorikan tidak tepat jika dosis dan frekuensi yang diberikan lebih rendah atau lebih tinggi dari buku standar. Untuk mencegah dan menghindari masalah terkait ketepatan dosis antihipertensi pada pasien usia lanjut agar dapat memberikan outcome terapi yang diinginkan, dibutuhkan pemahaman yang baik tentang terapi pengobatan kategori ketidaktepatan dosis obat pada pasien. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian pada pengobatan hipertensi pasien rawat jalan di RSUD RAA Soewondo Pati terhadap kemungkinan terjadinya Potential Drug Related Problems (DRP s) kategori ketidaktepatan dosis pada pasien hipertensi geriatri. 2. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengidentifikasi gambaran Drug Related Problems (DRP s) kategori ketidaktepatan dosis pada pasien hipertensi geriatri. b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui jumlah kasus Drug Related Problems(DRP s) kategori ketidaktepatan dosis pada pasien hipertensi geriatri. 2) Untuk mengetahui angka kejadian Drug Related Problems (DRP s) kategori ketidaktepatan dosis pada pasien hipertensi geriatri 3

6 B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pendekatan deskriptif.pengumpulan data dilakukan secara retrospektif untuk memperoleh gambaran mengenai kemungkinan adanya Drug Related Problems (DRP s) kategori ketidaktepatan dosis pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien hipertensi geriatri yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUD RAA Soewondo Pati selama periode bulan Juli sampai Desember 2015 yang memenuhi kriteria tertentu. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi, maupun kriteria eksklusi. 1. Kriteria inklusi untuk sampel kasus dalam penelitian ini adalah : a. Rekam medik pasien hipertensi geriatri ( 65 tahun). b. Pasien hipertensi dengan tekanan darah 140/90. c. Pasien geriatri yang mengalami hipertensi dengan riwayat kompllikasi yang tidak menderita gagal ginjal dan tidak menjalani hemodialisa. d. Pasien yang menderita hipertensi rawat jalan yang menjalani pengobatan antihipertensi di RSUD RAA Soewondo Pati periode Juli-Desember Kriteria Eksklusi merupakan keadaan subjek tidak dapat diikut sertakan dalam penelitian. Yang termasuk kriteria eksklusi adalah : a. Pasien yang menderita hipertensi rawat jalan yang menjalani pengobatan antihipertensi di RSUD RAA Soewondo Pati periode Juli-Desember 2015 tidak lengkap meliputi diagnosa yang tidak ada maupun tidak dapat terbaca jelas. b. Pasien hipertensi geriatri yang mendapatkan satu jenis obat terapi. Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus untuk menentukan besar sampel dengan deskriptif kategorik dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 97 (Dahlan,2010). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Proportional Sampling. Proportional Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian (Sugiyono, 2003).Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di RSUD RAA Soewondo Pati. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa Lembar Pengumpul Data (LPD). Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis univariat tentang ketidaktepatan dosis pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat jalan RSUD RAA Soewondo dengan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Data yang dicatat dari kartu rekam medik pasien kemudian dianalisis terjadinya ketidaktepatan dosis berdasarkan dosis maupun frekuensi dengan buku standar yang ada, yaitu: Drug Information Handbook tahun

7 C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Karakteristik Pasien a) Distribusi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Diagnosa Medis Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015 Keterangan Jumlah Persentase (%) Perempuan 55 56,7 Jenis Kelamin Laki-laki 42 43,3 Total ,0 Lanjut Usia ( ,2 tahun) Usia Tua ( ,7 Umur tahun) Sangat Tua (>90 1 1,0 tahun) Total ,0 Hipertensi stage ,8 Diagnosa Medis Hipertensi Stage ,7 Hipertensi Stage ,5 Total ,0 Hasil penelitian di RSUD RAA Soewondo Pati pada97 pasien hipertensi geriatri menunjukkan bahwa karakteristik pasien yang paling banyak adalah perempuan terdapat 55 pasien perempuan (56,7%) dan 42 pasien (43,3%) terjadi pada pasien laki-laki. Umur antara dengan hipertensi stage 2. Dari data di atas dapat dilihat bahwa ternyata pasien perempuan lebih dari 50 % menderita hipertensi. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena adanya pengaruh sindrom withdrawal estrogen pada wanita yang telah mengalami menopause yang menghasilkan produksi hormon pituitary dan hormon saraf lain yang berlebihan. Namun demikian hubungan antara tingginya resiko hipertensi dengan masa menopause pada wanita belum terlalu jelas (Kaufmann, 2005). Pada usia lanjut sering ditemukan menderita sakit hipertensi karena TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif sampai umur tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengkakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan arteri dan mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur (Kuswardhani, 2005). b) Distribusi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Penyakit Penyerta Tabel 2. Distribusi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Penyakit Penyerta di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember

8 No Penyakit Penyerta Jumlah Persentase (%) 1. Diabetes Milletus 22 22,7 2. Dispepsia 18 18,6 3. Dislipidemia 12 12,4 4. Osteoarthritis 10 10,3 5. Gastritis 6 6,2 6. Vertigo 5 5,2 7. Bronkitis 3 3,1 8. Infeksi Saluran Kemih 2 2,1 9. Cephalgia 2 2,1 10. Osteoarthritis- Diabetes 2 2,1 Milletus 11. Osteoarthritis-Dispepsia 2 2,1 12. Infeksi Saluran Pernafasan 2 2,1 Akut 13. Stroke Non Hemoragik 1 1,0 (SNH) 14. Gout 1 1,0 15. Disuria 1 1,0 16. Stomatis 1 1,0 17. Edema 1 1,0 18. Struma 1 1,0 19. Neuropathy- Dislipidemia 1 1,0 20. Diabetes Milletus-Ulcus 1 1,0 21. Osteoarthritis -Dislipidemia 1 1,0 22. Vertigo-Dislipidemia 1 1,0 23. Dispepsia- Infeksi Saluran 1 1,0 Kemih Total ,0 Hasil Penelitian menunjukkan penyakit penyerta yang paling banyak terjadi adalah diabetes mellitus yaitu sebanyak 25 pasien (22,7%). Hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya DM. Hipertensi meningkatkan resisten insulin, karena itu hipertensi harus diterapi dengan baik (Susman, 1997; dalam Mihardja,2009). Pada pasien DM, hiperglikemi sering dihubungkan dengan hiperinsulinemia, dislipidemia, dan hipertensi yang bersama-sama mengawali terjadinya penyakit kardioavaskuler dan stroke. Kadar insulin yang berlebih tersebut menimbulkan peningkatan retensi natrium oleh tubulus ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Kadar insulin yang tinggi juga bisa menyebabkan inisiasi aterosklerosis, yaitu dengan stimulasi proliferasi sel-sel endotel dan sel-sel otot pembuluh darah (Masharani dan German,2003). 6

9 c) Pola Pengobatan Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Obat Antihipertensi Tabel 3.Distribusi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015 No. Obat Antihipertensi Jumlah Persentase (%) 1. CCB 25 25,8 2. ARB 18 18,6 3. CCB-ARB 14 14,4 4. Beta Blocker 11 11,3 5. CCB-Beta Blocker 8 8,2 6. ACEI 7 7,2 7. CCB-Diuretik 5 5,2 8. Diuretik 3 3,1 9. ARB-Diuretik 3 3,1 10. CCB-ACEI 2 2,1 11. ARB-Beta Blocker 1 1,0 Total Keterangan : CCB : calcium chanel blocker ARB : Angiotensin II receptor blocker ACEI : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor ,0 Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pola peresepan penggunaan jenis obat antihipertensi pada 97 pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat jalan RSUD RAA Soewondo Pati periode Juli sampai Desember Pada penggunaan obat tunggal antihipertensi lebih banyak diresepkan dari pada yang diberikan secara kombinasi. Obat antihipertensi yang diberikan secara tunggal diantarannya adalah golongan CCB (calcium chanel blocker) yaitu Amlodipin, Diltiazem, Nifedipin yaitu sebesar 25,8%. Obat golongan CCB bekerja dengan cara mencegah atau menghambat masuknya ion-ion kalsium ke dalam sel-sel otot polos pembuluh darah dan tekanan darah menurun (Karyadi, 2002). Saseen dan Carter (2005) menyatakan bahwa CCB merupakan salah satu golongan antihipertensi tahap pertama dan dapat mengurangi kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pasien lanjut usia dengan hipertensi sistolik. Antagonis kalsium terbukti memiliki efektifitas, keamanan dan dapat ditoleransi oleh pasien lanjut usia (Harvey dan Woorward,2001). 7

10 d) Pola Pengobatan Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Obat Non Antihipertensi Tabel 4. Distribusi Terapi Suportif Penyakit Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015 Anti inflamasi non Parasetamol, Meloxicam, Asam mefenamat, X-flam (Kalium steroid diklofenak), Kortikosteroid Methylprednisolon, Dexametason Analgetik Narkotik Codein Antiemetik Domperidone, Vomitas (Domperidone) Antibiotik Cefixim, Amoxicillin, Co-Amoxiclav, Ciprofloxacin, Thiampenicol Anti Angina ISDN Antitrombolitik Aspilet Anti vertigo Betahistine Antidiabetic Gliclazide, Metformin, Gliquidone, Deculin (Pioglitazone Hcl), Glimepiride Tukak Duodenum Sukralfat, Ulsidex(Sukralfat) Glikosida Jantung Digoxin Tukak lambung, Ranitidine, Rebamipid, Lansoprazole, Omeprazole, Rantin Gastritis (Ranitidine), Antasida Antihiperlipidemia Atorvastatin, Simvastatin, Lovastatin, Gemfibrozil Anti Rematik Allopurinol, Ketoprofen, Tofedex (Dexketoprofen trometamol), Glukosamin, Dexketoprofen, Neurotropik/ Piracetam, Neurotam (Piracetam) Neurotonik Anti ansietas dan anti Zypras (Alprazolam), Diazepam, insomnia Antidepresan Amitriptyline Hipertiroid PTU (Propiltiourasil) Anti fungi Candistatin Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang digunakan bersama paling banyak digunakan adalah antidiabetik karena penyakit penyerta yang terjadi paling banyak adalah Diabetes Miletus.Pasien hipertensi geriatri menerima obat-obat tersebut ditujukan untuk mendukung pengobatan hipertensi yang sebagian besar sudah parah dan mengalami penyakit lain akibat hipertensi seperti stroke, gagal jantung, dan penurunan fungsi ginjal akibat penuaan dan penggunaan obat. Dengan kondisi fisiologis geriatri yang mengalami penurunan fungsi organ maka obat-obat yang metabolismenya di hati dan ginjal harus dilakukan penyesuaian dosis (Prest, 2002). 2) Dosis Antihipertensi a) Ketidaktepatan Dosis Berdasarkan Penggunaan Antihipertensi Menurut Dosis Di RSUD RAA Soewondo Pati Tabel 5. Distribusi Pola Penggunaan Antihipertensi Menurut Dosis Variasi Golongan Obat antihipertensi Keterangan Jumlah Persent ase (%) 8

11 Tabel Tunggal 5. Lanjutan CCB Amlodipin Underdose 0 0 Tepat dosis 19 19,6 Distribusi Pola Penggunaan Antihipertensi Menurut Overdose Dosis 5 5,2 Nifedipin Underdose 1 1,0 ACE Inhibitor Captopril Underdose 0 0 Tepat dosis 7 7,2 Beta blocker Carvedilol Underdose 0 0 Tepat dosis 2 2,1 Propranolol Underdose 0 0 Tepat dosis 4 4,1 Bisoprolol Underdose 0 0 Tepat dosis 5 5,2 ARB Valsartan Underdose 0 0 Tepat dosis 18 18,6 Diuretik Furosemid Underdose 0 0 Tepat dosis 2 2,1 Spironolakton Underdose 0 0 Kombinasi CCB+Diuretik Amlodipin- Furosemid Underdose 0 0 Tepat dosis 3 3,1 Amlodipin- Spironolakton Underdose 0 0 CCB+ARB Nifedipin- Furosemid Underdose 0 0 Amlodipin- Valsartan Underdose 0 0 Tepat dosis 8 8,2 Amlodipin- Irbesartan Underdose 0 0 Tepat dosis 2 2,1 Amlodipin- Candesartan Underdose 0 0 Tepat dosis 0 0 9

12 CCB+Beta Blocker CCB+ACEI ARB+Diuretik ARB+Beta Blocker Overdose 2 2,1 Diltiazem- Candesartan Underdose 0 0 Tepat dosis 2 2,1 Amlodipin- Bisoprolol Underdose 0 0 Tepat dosis 6 6,2 Overdose 1 1,0 Nifedipin- Bisoprolol Underdose 0 0 Amlodipin- Ramipril Underdose 0 0 Amlodipin- Captopril Underdose 0 0 Candesartan- Spironolakton Underdose 0 0 Candesartan- Furosemid Underdose 0 0 Tepat dosis 2 2,06 Losartan- Carvedilol Underdose 0 0 Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa dalam pengobatan hipertensi, dosis yang digunakan untuk setiap jenis antihipertensi berbeda-beda. Dosis tunggal antihipertensi yang paling sering digunakan adalah amlodipine golongan Ca channel blocker dengan dosis 5mg, 80mg/160 mg adalah valsartan golongan ARB. Sedangkan pada dosis kombinasi terbanyak yang diberikan adalah kombinasi antara golongan CCB dengan ARB dengan penggunaan dosis 5mg/80mg. Penggunaan obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan dosis terapi sebanyak 88 pasien (90,7%), Overdose sebanyak 8 pasien(8,2%), sedangkan Underdose sebanyak 1 pasien ( 1,0%). b) Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi Menurut Dosis Tabel 6. Distribusi Frekuensi Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi Menurut Dosis Dosis Jumlah Persentase ( % ) Tidak Tepat 9 9,3 Tepat 88 90,7 10

13 Total ,0 Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui bahwa dalamdosis antihipertensi yang digunakan tidak tepat 9,3% dan penggunaan obat dengan dosis tepat sebesar 90,7%. c) Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi Menurut Frekuensi Pemberian Tabel 7. Distribusi Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi Menurut Frekuensi Pemberian Frekuensi Jumlah Persentase ( % ) Pemberian Tidak Tepat 1 1,0 Tepat 96 99,0 Total ,0 Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa dalam pengobatan hipertensi pasien geriatri, mayoritas dosis frekuensi pemberian penggunaan obat antihipertensi sudah tepat (99,0%) dan ketidaktepatan dalam pengobatan yang dilihat dari frekuensi pemberiannya sebesar (1,0%). d) Drug Related Problems ( DRP s) Kategori Ketidaktepatan Dosis Tabel 8. Distribusi Ketidaktepatan Penggunaan Antihipertensi Menurut Kategori Ketidaktepatan Dosis DRP s Jumlah Persentase (%) Overdose 8 8,2 Dosis Terapi 88 90,7 Underdose 1 1,0 Total ,0 Dari hasil penelitian di instalasi rawat jalan RSUD RAA Soewondo pati mayoritas tepat dosis yaitu dosis tepat sebesar 90,7% sedangkan ketidaktepatan dosis terjadi sebanyak 9,3%.Ketidaktepatan dosis terjadi diantaranya adalah overdose (8,2%), dan underdose (1,0%). 1. Overdose Pemberian obat dengan dosis diatas terapi mengakibatkan peningkatan resiko efek toksik. Dosis pemberian harus sesuai dengan keadaan pasien dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur Drug Information Handbooktahun Terapi hipertensi pada lansia, termasuk pada lansia dengan isolated systolic hypertension sama dengan terapi hipertensi secara umum. Pada kebanyakan individu, dosis awal yang lebih rendah disarankan untuk menghindari gejala efek samping, bagaimanapun dosis standar obat antihipertensi dan beberapa obat untuk menangani komplikasi diperlukan pada kebanyakan pasien untuk 11

14 mencapai target tekanan darah (Depkes, 2006). Pemberian dosis terapi hipertensi memerlukan penyesuaian tingginya tekanan darah, karena pasien sudah lansia kemudian tekanan darah stagenya sudah stage 2 dan stage 3, maka diperlukan peningkatan dosis untuk mencapai target tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian ketidaktepatan dosis, pasien yang mendapatkan peresepan obat overdose sebanyak 8 pasien (8,2%).Overdose pada penggunaan obat antihipertensi tunggal diantaranya terdapat pada golongan CCB yaitu amlodipine. Overdose amlodipine terjadi pada peresepan pasien dengan hipertensi stage 1 yang diresepkan dengan dosis 5mg-10mg sekali sehari. Sedangkan berdasarkan Drug Information Handbook tahun 2015 dosis awal hipertensi adalah 2,5 mg sekali sehari. Efek samping penggunaan amlodipine dosis tinggi antara lain adalah hipotensi ortostatik dengan reflek takikardi. Hipotensi ortostatik yaitu berkurangnya tekanan darah yang bermakna bila melakukan perubahan posisi tubuh seperti berdiri dari posisi duduk, bangun dari posisi tidur dan dapat diikuti dengan pusing atau hilang kesadaran. Berkurangnya tekanan darah sistolik >20 mmhg atau tekanan darah diastolik >10 mmhg dari posisi berbaring ke posisi berdiri lebih sering dijumpai pada lansia dengan hipertensi sistolik, diabetes, dan yang menggunakan diuretik, venodilator, dan beberapa obat-obat psikotropik (Anonima, 2006). Sedangkan reflek takikardi adalah peningkatan denyut jantung, yang dapat menyebabkan mempermudah terjadinya angina (Nafrialdi, 2007). Jenis DRP s yang terjadi termasuk dalam potensial sebab tidak ada gejala klinis yang menunjukkan terjadinya toksisitas atau gejala efek samping yang terjadi tetapi harus diwaspadai sebab hanya beresiko terjadi dan bergantung kembali pada keluhan pasien yang tercatat dalam rekam medik. 2. Underdose Underdose adalah pemberian dosis obat pada pasien hipertensi geriatri yang lebih kecil dari dosis lazim yang tercantum dalam buku standar. Berdasarkan hasil penelitian ketidaktepatan dosis pasien yang mendapatkan peresepan obat underdose sebanyak 1 pasien (1,0%). Underdose pada penggunaan obat antihipertensi tunggal terdapat pada nifedipin golongan CCB yang diberikan 10 mg 2 kali sehari. Menurut Drug Information Handbook tahun 2015 dosis nifedipin yang dianjurkan adalah dosis awal mg/ hari dan dosis maksimum /hari. Maka rekomendasinya ialah menaikkan dosis nifedipin. Adanya obat yang diberikan underdose memungkinkan tekanan darah pasien tidak mencapai target. Dosis yang digunakan dibawah dosis kisaran terapi untuk menimbulkan respon dan konsentrasi obat dalam serum pasien dibawah range terapi yang diharapkan. 12

15 Sedangkan pada penggunaan obat antihipertensi kombinasi tidak ada dosis obat yang mendapat peresepan underdose. 3. Frekuensi Pemberian Antihipertensi Tujuan diberikan aturan pemakaian adalah agar kadar obat dalam darah tetap dalam konsentrasi yang diinginkan sehingga dapat mempertahankan efek klinik. Hal ini dapat terjadi jika obat yang diberikan dengan interval waktu yang lebih pendek dari waktu untuk eliminasi obat yang diberikan pada dosis sebelumnya (Joenoes, 2004). Jika frekuensi yang diberikan lebih rendah dari anjuran, maka obat akan dieliminasi dan kadar obat dalam darah lebih rendah sehingga efek yang diinginkan tidak tercapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas frekuensi pemberian antihipertensi sudah tepat (99,0%). Meskipun demikian masih terdapat frekuensi pemberian antihipertensi yang tidak tepat sebanyak (1,0%) karena frekuensi pemakaian dari nifedipin 2 kali sehari dengan dosis 10mg. Ketidaktepatan frekuensi pemakaian obat antihipertensi akan berpengaruh terhadap efek yang akan mengakibatkan berubahnya respon tubuh. Sehingga akan menyebabkan dosis kurang (underdose) atau bahkan dosis terlalu banyak (overdose) D. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian identifikasi Drug Related Problems Kategori ketidaktepatan dosis dapat diambil kesimpulan: 1. Dosis terapi antihipertensi yang tepat adalah 88 pasien (90,7%), sedangkan yang tidak tepat adalah sebanyak 9 pasien (9,3%) dari 97 pasien. 2. Frekuensi pemberian antihipertensi yang diberikan tepat sebanyak 96 pasien (99%). Sedangkan yang tidak tepat yaitu sebanyak 1 pasien (1,0%). 3. Pemberian dosis pada 97 pasien mengalami Drug Related Problemsyaitu overdose terjadi pada 8 pasien (8,2%), sedangkan underdose terjadi pada 1 pasien (1,0%) yang didalamnya termasuk dalam frekuensi pemberian yang tidak sesuai. Dosis terapi yang tepat di RSUD RAA Soewondo terjadi pada 88 pasien (90,7%) sesuai dengan pustaka Drug Information Handbooktahun E. UCAPAN TERIMA KASIH Seluruh civitas akademika STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua Program Studi Farmasi Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes, Dosen Pembimbing I Dian Oktianti, S.Far., M.Sc.,Apt., Dosen Pembimbing II Richa Yuswantina, S.Farm.,Apt.,M.si F. DAFTAR PUSTAKA Anonima, 2006, Pharmaceutical Care untuk Hipertensi, hal 17-23, DepartemenKesehatan RI, Jakarta. Cipolle, R.J, Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,75, 82-83, 90-95, , Mc Graw Hill, New York. 13

16 Dahlan, M.S.,2010, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi III, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Harvey, P. A., And Woodward, M. C.,(2001). Management of Hypertention in Older People, Geriatric Therapeutics, Aged Care Servis Austin and Repatriation Medical Centre: Victoria. Joenoes, Z. N., 2004, ARS Prescibendi, Resep yang Rasional, Edisi I, 49-66,Airlangga Univercity Press, Surabaya. Kaufmann, G.R., 2005, Epidemiology of Hypertension, dalam Battegay, E.J.,Lip, G.Y.H., Bakris, G.L., Hypertension Principles and Practice,29, Taylor and Francis Group, Boca Raton. Kuswardhani, R, A, T. (2005). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Dalam Volume 7. Nomor 2. FK Unud: Denpasar. Lacy F. Charles, dkk Drug Information Handbook 24 th edition. American Pharmacist Association : Lexi-Comp. Masharani. U., German. M. S dalam a lange greenspan s basic and Clinical Endocrinology (8 th ed), McGraw Hill Companies, USA. 18: Mihardja, L.,2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus dalam Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta Nafrialdi, 2007, Antihipertensi dalam Gunawan, S.G., Farmakologi dan Terapiedisi 5, , Departemen Farmakologi dan TerapeutikFakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Pramantara, I.D.P., 2007, Kekhususan Masalah Kesehatan Usia Lanjut yang Terkait Terapi Obat, Makalah Seminar Nasional: MenyiapkanStrategi Terpadu untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Obatpada Pasien Geriatri, Fak. MIPA Jur. Farmasi, UII Yogyakarta, 16 Juni Prest, M., 2002, Penggunaan Obat pada Lanjut Usia dalam Aslam, M., Tan,C.K., Prayitno, A., Farmasi Klinis, , PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. Saseen, J.J., & Maclaughlin, E. J., (2008), Cardiovascular Disorder: Hypertension, Editor : Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach, Sixth Edition, MC GRAWHILL Medical Publishing Division: New York. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.ed.8. Jakarta : EGC. 14

Dian Oktianti, Etika Sulistyaningrum, Nita Prasetiyowati, Dara Dwipa Tuwuh Safitri. ABSTRACT

Dian Oktianti, Etika Sulistyaningrum, Nita Prasetiyowati, Dara Dwipa Tuwuh Safitri. ABSTRACT The Identification Of Drug Related Problems (Drp's) In Accurate Category In Selecting Drugs, Accurate Dose, And Drug Interactions In Geriatric Hypertensive Patients In Outpatient Installation Of Raa Soewondo

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP s) KATEGORI KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD RAA SOEWONDO PATI PERIODE JULI DESEMBER 2015 ARTIKEL Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA Faisal Ramdani, Nur Mita, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Farmaka Tropis Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien stoke akut di bangsal rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP s) KATEGORI KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PERIODE

Lebih terperinci

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi

Lebih terperinci

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2 INTISARI PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DI PUSKESMAS NOPEMBER BANJARMASIN Tria Shinta 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Dreiyani Abdi M 3 Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas 1 Kesehatan Rawat Jalan pada Tahun 2015 dengan Metode ATC/DDD Dika P. Destiani 1, Rina S 1., Eli H 1, Ellin F 1, Syahrul N 2,3

Lebih terperinci

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19 Volume 14 Nomor 2 19 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI FASILITAS KESEHATAN RAWAT JALAN PADA TAHUN 2015 DENGAN METODE ATC/DDD Dika P. Destiani 1, Rina S 1., Eli H 1, Ellin

Lebih terperinci

PERIODE JANUARI 2012 JUNI 2012

PERIODE JANUARI 2012 JUNI 2012 ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS ( DRPs) PADA HIPERTENSI TANPA KOMPLIKASI TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG PERIODE JANUARI 2012 JUNI 2012 ANALYSIS DRUG RELATED PROBLEMS

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Prevalensi Hipertensi pada Pasien Prolanis Klinik X di Kota Bandung Periode Juli- Desember 2015 Prevalence of Prolanis Patiens Hypertension Clinic X in Bandung City Period

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 Yetti O. K, Sri Handayani INTISARI Hipertensi merupakan masalah utama dalam kesehatan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) YANG POTENSIAL MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II RAWAT INAP DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PERIODE 2007-2008 Sri Susilowati ), Wiwit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302-2493 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Lilis

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO Widarika Santi Hapsari *, Herma Fanani Agusta Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita penyakit diabetes mellitus di seluruh dunia meningkat dengan cepat. International Diabetes Federation (2012) menyatakan lebih dari 371 juta jiwa di

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016

KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016 KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016 Yesia Stevani Mahamudu 1), Gayatri Citraningtyas 1), Henki Rotinsulu

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: DEVI AMBARRINI WAHYUNINGTIYAS K100110011 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD ABSTRAK IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Alfisah Fatrianoor

Lebih terperinci

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG. PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh : Rahmi Feni Putri No. BP 04 931 019 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual 3.1.1 Skema Kerangka Konseptual Pola Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker pada Pasien Stroke Iskemik Etiologi - Sumbatan pembuluh darah otak - Perdarahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini mengidentifikasi penggunaan obat off-label dosis pada pasien dewasa rawat inap di Rumah

Lebih terperinci

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA 2443006137 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME (ACE) INHIBITOR DENGAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER (CCB) PADA PENGOBATAN PENYAKIT HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2013 NASKAH

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan terapi, paradigma pelayanan kefarmasian di Indonesia telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Usia 45 Tahun Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Usia 45 Tahun Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Usia 45 Tahun Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok S. E. Y. N. Khotimah, & L. Musnelina Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 2 Bantul telah ditemukan sebanyak 36 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi maupun eksklusi. Peneliti

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Fitri Maulidia 1 ; Yugo Susanto 2 ; Roseyana

Lebih terperinci

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014 RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD UNDATA PALU TAHUN 2012 Nur Asmar Salikunna*, Ichsan Noor** * Bagian Patologi Anatomi,

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG RUTH AGUSTINA R. 2443009171 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG SITI RUKIA 2443009141 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF POLA PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PERIODE JANUARI-MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Winni Aditiya 1 ;Amaliyah Wahyuni 2 ; Rony 3 Menurut WHO (2011) Hipertensi

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN DM TIPE 2 DENGAN PENYAKIT PENYERTA HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI PADA TAHUN 2014-2015 Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi. INTISARI GAMBARAN PELAYANAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Halimatus Sa diah 2 ; Ratih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

Lebih terperinci

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan

Lebih terperinci

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2013 Nidayanti 1 ; Aditya Maulana.P.P

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas. Hasil

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online : Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal 18-27 Vol. 11 No. 1 ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291 Online : http://farmasiindonesia.setiabudi.ac.id/ Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Geriatri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR M.

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR M. GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR M.M DUNDA LIMBOTO Lispan H. Talib 1, Widysusanti Abdulkadir 2, Madania 3*) 1)Mahasiswa,

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit

Lebih terperinci

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG Heni Lutfiyati*, Fitriana Yuliastuti, Arrum Khotimah Prodi DIII Farmasi, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN EVALUASI POLA PERESEPAN BERDASARKAN BEERS CRITERIA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN PADA POLI PENYAKIT DALAM DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE AGUSTUS 2010-MARET 2011 Dhian Rahayu Setyowati,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN Salah satu penyakit degeneratif terbesar adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Meliitus yang tidak

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh :

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh : EVALUASI KETEPATAN OBATANTIDIABETIK DAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATIDI RSUD X SURAKARTA JANUARI-JULI 0 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ELIT RIZAL FALAH K 00 00

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SARIO Benedicta I. Rumagit, Jody A. Pojoh, Vanessa N. Manampiring Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Abstrak : Hipertensi

Lebih terperinci

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE 2015 Norlia Hidayati 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Erveni Aulia 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Stroke atau yang sering disebut juga dengan CVA (Cerebrovascular Accident) merupakan gangguan fungsi otak yang diakibatkan gangguan peredaran darah otak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) KATEGORI REAKSI OBAT YANG MERUGIKAN DAN OBAT SALAH PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOGIRI TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 24 NASKAH PUBLIKASI Oleh : CHAYANEE SMANTUMMKUL K33 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING APOTEKER TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

PENGARUH KONSELING APOTEKER TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM PENGARUH KONSELING APOTEKER TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM THE INFLUENCE OF OF PHARMACIST COUNSELING ON ADHERENCE TO ANTIHYPERTENSIVE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi 140/90 mmhg pada pemeriksaan

Lebih terperinci

OBAT ANTI HIPERTENSI

OBAT ANTI HIPERTENSI OBAT ANTI HIPERTENSI Obat antihipertensi Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang terbanyak 24% penduduk AS memiliki hipertensi Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah di ginjal, jantung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA Adam M. Ramadhan, Arsyik Ibrahim, Ayi Indah Utami Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan

Lebih terperinci

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMS (DRP) RESEP POLIFARMASI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK KIMIA FARMA X SIDOARJO

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMS (DRP) RESEP POLIFARMASI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK KIMIA FARMA X SIDOARJO KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMS (DRP) RESEP POLIFARMASI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK KIMIA FARMA X SIDOARJO THERESIA OKTAVIANI SUTAL 2443012202 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke tertinggi di Asia. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

Analisis Efektivitas-Biaya Kombinasi Antihipertensi Oral Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Periode 2007

Analisis Efektivitas-Biaya Kombinasi Antihipertensi Oral Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Periode 2007 124 Vol. 4, No. 2, Juli - Desember 2012 Analisis Efektivitas-Biaya Kombinasi Antihipertensi Oral Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Periode 2007 Cost-Effectiveness

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang, secara khusus bagi masyarakat Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG

IDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG IDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG Chintia Timbongol 1), Widya Astuty Lolo 1), Sri Sudewi 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran lokasi penelitian Pelaksanaan penelitian tentang hubungan kadar asam urat tinggi terhadap derajat hipertensi telah dilaksanakan di salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT DAERAH SURAKARTA TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT DAERAH SURAKARTA TAHUN 2010 HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT DAERAH SURAKARTA TAHUN 010 CORRELATION BETWEEN MEDICATION ADHERENCE WITH THERAPEUTIC OUTCOME IN HYPERTENSION

Lebih terperinci

Ani Anggriani 1,Ineke Herawati 1, Jacinta Budiastuti 2 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung (STFB) 1, Rumah Sakit di Bandung 2 ABSTRAK

Ani Anggriani 1,Ineke Herawati 1, Jacinta Budiastuti 2 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung (STFB) 1, Rumah Sakit di Bandung 2 ABSTRAK EVALUASI PENGGUNAAN OBAT HIPERTENSI GOLONGAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER PADA PASIEN YANG INTOLERANSI ACE INHIBITOR Ani Anggriani 1,Ineke Herawati 1, Jacinta Budiastuti 2 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Lebih terperinci

Diajukan oleh RA Oetari

Diajukan oleh RA Oetari ANALISIS PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP HIPERTENSI DENGAN DIABETES DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DENGAN METODE ATC/DDD Tesis Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 Anita Mursiany 1), Nur Ermawati 2), Nila Oktaviani

Lebih terperinci

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti INTISARI POLA PENGOBATAN HIPERTENSI TANPA DAN DENGAN PENYAKIT PENYERTA DIABETES MELITUS ATAU INFEKSI SALURAN KEMIH PASIEN RAWAT INAP RSUD HADJI BOEJASIN PELAIHARI TAHUN 2013 Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati;

Lebih terperinci

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3

Lebih terperinci