ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA BELOKAN PIPA BERANGSUR-ANGSUR DAN BELOKAN PIPA 45 0 SECARA LANGSUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA BELOKAN PIPA BERANGSUR-ANGSUR DAN BELOKAN PIPA 45 0 SECARA LANGSUNG"

Transkripsi

1 ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA BELOKAN PIPA BERANGSUR-ANGSUR DAN BELOKAN PIPA 45 0 SECARA LANGSUNG SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Strata satu (S-1) Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo OLEH ANGGA SAPUTRA HADI P. SAUALA E1A JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-nya. Hanya kepada-nya aku bertawakkal." [QS At-Taubat :129]. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,(1) Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,(2) yang memberatkan punggungmu? (3) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (4) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (5) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(6) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (7) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(8) (QS Al Insyirha : 1-8 ) Bekerja keraslah dengan daya dan usaha yang engkau miliki Teteapi janganlah puas dengan hasil yang engkau peroleh kini Karena hari esok masih menanti sejuta tantangan yang harus dihadapi. Keyakinan dan rendah diri adalah kunci segalanya (Nyuheri Slamet S.Pd M.Pd) Skripsi kupersembahkan Teruntuk : Ayahanda tercinta Nyuheri Slamet S.Pd, M.Pd, ibunda Tersayang Masrina Sauala Adik-adik ku Apryani S.Pd, Moch. Aditya Akbar, dan Arini Keluarga besar Tsomodiharjo dan keluarga besar Sauala Serta buat orang yang terspesial Jhulianty Bhayangkari v

6 KATA PENGANTAR ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, limpahan rahmat, hidayah-nya, kesehatan serta nafas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi,yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Haluoleo yang berjudul Analisa Kehilangan Energi pada belokan 45 0 secara berangsur-angsur serta belokan 45 0 secara langsung pada pipa. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata kesempurnaan, baik dari cara penyajian maupun teknik penulisan, mengingat keterbatasan waktu dan kapasitas sebagai mahasiswa,untuk itu koreksi dan saransaran penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Karya ini, penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat penulis kasihi dan sayangi, ayahanda Nyuheri Slamet, S.Pd., M.Pd dan kepada Ibunda Masrina Sauala yang telah banyak member support dan doa yang penuh keikhlasan yang tiada batasnya. Dan kepada adik-adikku tersayang ( Putri, Adit, dan Arin) serta buat semua keluarga besar Sauala dan keluarga besar Tsomodihardjo. Terwujud penulisan ini berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada : vi

7 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS, selaku rektor Universitas Haluoleo Kendari 2. Bapak Mustarum Musaruddin, ST.,MIT.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Haluoleo. 3. Bapak Ahmad Syarif Sukri, ST., MT Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Haluoleo dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. 4. Bapak Weka Adi Suryaman, ST., M.Eng selaku Dosen Pembimbing II. 5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan S-1 Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo 6. Kepala Laboratorium dan Staf Teknisi Hidrolika dan Sumber Daya Air Fakultas teknik UNiversitas Haluoleo yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi dalam proses penelitian. 7. Rekan-rekan S1 Sipil kelas ekstensi angkatan 2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu turut memberikan masukan serta arahan yang baik dalam penyusunan skripsi ini. 8. Sahabat terbaikku Zulqifli Herdianto,.ST yang telah memberikan banyak bantuan dalam penelitian ini 9. Teman-teman di Pizza Hut Lippo Plaza Kendari,( Aprisal, Dendi, Ka Hasanuddin, Pak Andre, Yayan, Hermawan, Tohar Irman, Usman) yang telah memberikan sumbangsi pemikiran dan bantuan. 10. Teman-teman di PPLP PU Provinsi Sulawasi Tenggara ( Kanda Eris, Kanda Haris, dan Kanda Hendriks, ST) yang memberikan banyak bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. vii

8 11. Teman-teman KKN 2015 Semester Genap Kelompok Cia-Cia Desa Karya Baru Sorawolio 12. Seseorang yang aku sayangi Julianti Bhayangkari beserta keluarga besarnya yang selalu setia memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga ALLAH SWT,selalu memberika berkah, hidayah serta umur panjang kepada kita semua dan semoga penulisan ini bermanfaat bagi seluruh pembaca terutama bagi penulis. Amin. Kendari, Januari 2016 Penulis viii

9 ABSTRAK Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Pipa memiliki berbagai bentuk penampang dan ukurannya sering banyak digunakan oleh orang. Tujuan dari penelitain ini adalah untuk mengetahui kehilangan tenaga akibat adanya belokan pada pipa, seperi belokan pipa secara berangsur-angsur dan belokan 45 0 secara langsung serta pengaruhnya terhadap gesekan yang terjadi. Adapun Pada penelitian ini alat yang digunakan yaitu satu set piranti Fluid Friction Apparatus. Ada beberapa parameter yang dianalisa yaitu debit, kecepatan aliran, beda tinggi kemudian menganalisa koefisien gesek serta menghitung angka Reynolds dan kehilangan energi akibat belokan dan faktor gesekan. Dengan melakukan running alat sebanyak 30 kali. Dengan waktu yang divariasikan untuk menghasilkan debit yang bervariasi pula. Hasil dari analisa kehilangan tenaga untuk volume 9 liter pada debit 0, m 3 /det didapatkan kehilangan tenaga pada belokan pipa secara berangsur-angsur yaitu 0,0490 m dan pada belokan 45 0 secara langsung yaitu m. Begitu pula pada volume 12 liter untuk debit 0, m 3 /det didapatkan kehilangan tenaga pada belokan pipa secara berangsur-angsur yaitu 0,0406 m dan pada belokan 45 0 secara mendadak/langsung yaitu 3 m. Kecepatan aliran berbanding lurus dengan kehilangan energi. Semakin cepat waktu tempuh pengaliran maka kehilangan energy pula semakin besar. Kecenderungan (trend) yang terjadi didapatkan dari hasil analisa bahwa pada volume 9 liter maupun 12 liter pada debit yang sama kehilangan energi yang cenderung besar terjadi pada belokan pipa secara berangsur-angsur. Kata Kunci : belokan, kehilangan energi, pipa. ix

10 x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... SURAT KETERANGAN KEASLIAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... i ii iii iv v KATA PENGANTAR. vi ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... ix xi xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR NOTASI... xviii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan penelitian Batasan Masalah Manfaat Penelitian Penelitian terdahulu Sistematika Penelitian... 6 BAB II LANDASAN TEORI Aliran Melalaui Pipa Kehilangan Tenaga Aliran Melalui Pipa... 8 xi

12 2.2.1 Kehilangan Energi Karena Gesekan pada pipa Kehilangan Tenaga Pada Belokan Aliran melalui Saluran Tertutup Aliran Laminer dan Turbulen Aliran Laminer dalam Pipa Aliran Turbulen dalam Pipa Aliran Transisi Bilangan Reynold Kehilangan Tinggi Tekan Pada Pipa BAB III METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitan Tempat Penelitian Waktu Penelitian Alat dan bahan Penelitian Alat Bahan Sketsa Alat Uji Tahap Pengujian Running Alat Analisa Data Bagan Alir Penelitian BAB IV Hasil dan Pembahasan Tabel Pengamatan xii

13 4.2 Analisa Perhitungan Analisa Perhitungan Pada Volume 9 Liter Perhitungan Debit Perhitungan Kecepatan Perhitungan Beda Tinggi Kehilangan Tenaga Berdasarkan Koefisien belokan Bilangan Reynold Koefisiaen Geser Perhitungan Headloss Analisa Perhitungan Pada Volume 12 Liter Perhitungan Debit Perhitungan Kecepatan Perhitungan Beda Tinggi Kehilangan Tenaga Berdasarkan Koefisien belokan Bilangan Reynold Koefisiaen Gesek Perhitungan Headloss BAB V Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai ߙ pada pengecilan mendadak. 13 Tabel 2.2 koefisien ߙ sebagai fungsi sudut belokan Tabel 2.3 nilai ߙ sebagai fungsi R/D untuk sudut belokan Tabel 3.1 Barchart Penelitian.. 23 Tabel 4.1 Tabel Pengamatan 9 Liter. 33 Tabel 4.2 Tabel Pengamatan 12 Liter 34 Tabel 4.3 Perhitungan Debit pada volume 9 Liter 36 Tabel 4.4 Tabel Kecepatan Aliran. 37 Tabel 4.5 Perhitungan H ukur Pipa Berangsur-angsur berdasarkan waktu pengamatan Tabel 4.6 Perhitungan H ukur 450 Langsung/ mendadak berdasarkan waktu pengamatan 41 Tabel 4.7 Perhitungan H hitung. 43 Tabel 4.8 analiasa perhitungan angka Reynold (Re) 44 Tabel 4.9 Hasil analisa koefisien geser.. 46 Tabel 4.10 Perhitungan Headloss pada belokan berangsur-angsur. 48 Tabel 4.11 Hasil perhitungan Headloss pada belokan 450 langsung Tabel 4.12 tabel rekapitulasi pada Volume 9 liter. 52 Tabel 4.13 Perhitungan Debit pada volume 12 Liter.. 58 xiv

15 Tabel 4.14 Tabel Kecepatan Aliran Volume 12 liter. 60 Tabel 4.15 Perhitungan H ukur berdasarkan waktu pengamatan. 61 Tabel 4.16 Perhitungan H ukur berdasarkan waktu pengamatan..63 Tabel 4.17 Perhitungan H hitung. 65 Tabel 4.18 analiasa perhitungan angka Reynold (Re)..66 Tabel 4.19 Hasil analisa koefisien geser. 68 Tabel 4.20 Perhitungan Headloss pada belokan berangsur-angsur Tabel 4.21 Hasil perhitungan Headloss pada belokan 45 0 langsung..72 Tabel 4.22 Tabel Rekapitulasi Pada Volume 12 liter.. 74 xv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kehilangan Tenaga 11 Gambar 2.2 Bentuk Belokan Patah Pipa 15 Gambar 2.3 Alat Osborn Reynold 20 Gambar 2.4 Aliran Laminer (a), Kriktik (b), Dan turbulen (c).. 20 Gambar 3.1 Sketsa Alat fluid Friction Apparatus. 25 Gambar 3.2 Bagan alir penelitian.. 31 Gambar 4.1 Belokan Berangsur-angsur.. 32 Gambar 4.2 Belokan 45 0 langsung (mendadak). 32 Gambar 4.3 Grafik hubungan Kehilangan Tenaga terhadap Kecepatan 53 Gambar 4.3 Grafik hubungan Kehilangan Tenaga terhadap Kecepatan 54 Grafik 4.5 Grafik Kecenderungan Headloss (H f ) antara kedua belokan.55 Grafik 4.6 Grafik Kecenderungan H ukur Pada Kedua Belokan 56 Grafik 4.7 Grafik Hubungan H ukur Terhadap H hitung Pada Kedua Belokan.. 57 Gambar 4.8 Grafik hubungan Kehilangan Tenaga terhadap Kecepatan. 76 Gambar 4.9 Grafik hubungan Kehilangan Tenaga terhadap Kecepatan. 77 Gambar 4.10 Grafik Kecenderungan Headloss (H f ) antara kedua belokan..78 Gambar 4.11 Grafik Kecenderungan H ukur Pada Kedua Belokan.. 79 Grafik 4.12 Grafik Hubungan H ukur Terhadap H hitung Pada Kedua Belokan.. 80 Grafik 4.13 Grafik hubungan debit dengan jumlah running alat pada kedua Volume Grafik 4.14 Grafik hubungan H Hitung dengan jumlah running alat pada kedua volume xvi

17 Grafik 4.15 Grafik hubungan Headloss pada kedua belokan dengan jumlah running alat pada kedua volume 83 xvii

18 DAFTAR NOTASI Simbol Q Keterangan Debit aliran (m 3 /det) t Waktu pengaliran (det) A LuasPenampang (m 2 ) Re Angka Reynold D Diameter Pipa (m) L Panjang Pipa (m) g Percepatan Grafitasi (m/det 2 ) H f Kehilangan energi akibat gesekan (m) v Kecepatan aliran(m/det) V Volume air (Liter) µ Viskositas (m/det 2 ) f Koefisien gesek K b H hitung Koefisien belokan Kehilangan enegi akibat koefisien belokan (m) H ukur Kehilangan energy pada pengamatan (m) xviii

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair, gas, dan tekanan atmosfer. Apabila zat cair didalam pipa tidak memenuhi maka aliran termasuk didalam aliran saluran terbuka. Karena mempunyai permukaan tebal maka fluida yang dialirkan adalah zat cair. Pipa memiliki berbagai bentuk penampang dan ukurannya sering banyak digunakan oleh orang. Pada umumnya pipa tersebut adalah pipa berbentuk lingkaran. Material pipa yang digunakan bermacam macam (acrylic, PVC, platic, dan logam). Material yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan dan tujuannya. Fluida adalah zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisah massa. Fluida mempunyai sifat umum bahwa fluida harus dibatasi dengan dinding kedap supaya tetap dalam bentuknya semula. Tahanan fluidah terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk tempat yang membatasinya. Pada zat cair yang mengalir didalam bidang batas (pipa, saluran terbuka atau bidang datar) akan terjadi tegangan geser dan gradient kecepatan pada saluran medan aliran karena adanya kekentalan. Tegangan geser tersebut akan 1

20 menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran. Di dalam pipa, tampang lintang aliran adalah tetap yang yang tergantung pada dimensi pipa. Demikian juga kekasaran dinding pipa adalah seragam sepanjang pipa. Didunia industri sebagian besar fluida mengalir pada pipa tertutup. Masalah utama yang terjadi adalah karena adanya gesekan sepanjang dinding pipa terbentuknya turbulensi akibat gesekan relatif dalam molekul fluida yang di pengaruhi oleh viskositas fluida yang terjadi kerugian tekanan atau kehilangan energi. Akibat sambung dan belokan serta kurangnya perawatan dan akibat umur pipa dan akan timbul permasalahan pada aliran, seperti lebih sering terjadi kerusakan pipa, kebocoran, besarnya energi yang hilang serta penurunan tingkat pelayananan air bersih untuk konsumen. Selain hal tersebut, besar kehilangan energi yang terjadi diakibatkan pula oleh jenis sambungan atau belokan. Setiap jenis sambungan atau belokan mempunyai kehilangan energi yang beragam tergantung jenis sambungan apa yang di gunakan. Ada beberapa sambungan atau belokan yang sering digunakan yaitu 90 0, 45 0, sambungan Y, sambungan T, pembesaran mendadak, dan perkecilan mendadak. Oleh karena sebab diatas maka penulis mengambil judul Analisa Kehilangan Energi pada belokan secara berangsur-angsur dan pada belokan 45 0 secara langsung atau mendadak. Dalam penelitian aliran dalam pipa ini menggunakan alat Fluid Friction Apparatus yang merupakan suatu rangkaian jaringan pipa yang dapat digunakan untuk mengukur kehilangan energi akibat gesekan yang terjadi apabila terdapat fluida tak kompressibel mengalir melalui pipa. 2

21 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah yang dapat disusun sebagai berikut : 1. Berapakah kehilangan energi yang diakibatkan oleh pengaruh gesekan? 2. Bagaimana hubungan antara kecepatan aliran dengan kehilangan energi yang terjadi pada masing-masing belokan? 3. Bagaiamana hubungan antara kehilangan tinggi Tekan pada pipa (H ukur dan H hitung ) pada masing-masing belokan? 4. Bagaimana kecenderungan (Trend) yang didapatkan terhadap kedua belokan tersebut? 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui kehilangan energi yang diakibatkan oleh pengaruh gesekan. 2. Mengetahui hubungan antara kehilangan energi akibat belokan dengan kecepatan aliran. 3. Mengetahui hubungan antar H ukur dan H hitung pada belokan secara berangsur-angsur dan pada belokan 45 0 secara langsung. 4. Mengetahui Trend (kecenderungan) yang didapatkan dengan membandingkan kedua belokan tersebut. 3

22 1.4. Batasan Masalah Dalam penulisan ini agar masalah tidak melebar dan menjauh maka studi ini di batasi pada beberapa maslah sebagai berikut : 1) penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidraulika Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kendari. 2) Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah satu set piranti Fluid Friction Apparatus 3) Pengujian dibatasi pada volume air 9 dan 12 liter 4) Pengujian dilakukan pada percabangan/sambungan (elbow) belokan secara berangsur-angsur dan pada belokan 45 0 secara langsung atau mendadak Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini : 1. Manfaat Teoritis Mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang teknik sipil terkhusus pada konsentrasi keairan sesuai dengan teori yang didapat pada bangku perkuliahan. 2. Manfaat Praktek Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui kecenderungan yang terjadi pada belokan secara berangsur-angsur dan pada belokan 45 0 secara langsung terhadap kehilangan energi. 4

23 1.6 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian tentang kehilangan energi pada pipa yang penulis jadikan sebagai bahan referensi serta literatur dalam penyusunan laporan kedepannya tanpa ada unsur untuk meniru penelitian yang telah ada. Adapun beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sufira, Dengan judul Pengaruh Pengaruh Belokan (elbow) dan Perubahan Penampang Terhadap Kehilangan Tenaga Pada Saluran Pipa. Adapun tujuan dari penelitian tersebut yaitu mengetahui pengaruh pembelokan terhadap kehilangan tenaga pada pipa, mengetahui besarnya kehilangan tenaga dengan debit yang berbeda pada belokan 45 0, 90 0, dan pembesaran serta pengecilan penampang pipa. 2. Hendrawati Pamungkas, Dengan judul Analisis Pengaliran Dalam Pipa Dengan Berbagai Perubahan Penampang. Adapun tujan dari penelitian tersebut yaitu mengetahui koefisien gesek pipa dan faktor sambungan dan menunjukkan hubungan antara kehilangan energy dan kecepatan pada perubahan penampang. 3. Bambang Surendro, Dengan judul Pengaruh Sudut Belokan Terhadap Tinggi Air Pada Saluran Pipa. Adapun tujuan dari penelitan tersebut yaitu Mengetahui berapa besar pengaruh belokan terhadap tinggi tekan pada pipa 5

24 1.7 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, sistematika penulisan akan disusun menjadi 6 (enam) bab yang saling melengkapi serta berhubungan satu sama lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Adapun sistematika penulisan diuraikan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Menguraikan yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah, yang akan diteliti serta pembahasan masalahnya, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Pada bab ini membahas tentang definisi pipa, sitem perpipaan, kehilangan energi dan kehilangan tekanan akibat gesekan serta akibat perubahan penampang. Dan membhas pula persamaan-persamaan yang akan digunakan dalam analisis data nantinya. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini membahas metode penelitian yang berisi lokasi dan waktu penelitian, sistematikan penelitian, alat-alat yang digunakan serta bagan alir penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan Memaparkan karakteristik data penelitian, hasil pengolahan data penelitian dan membahas tentang hasil dari penelitian yang dibandingkan dengan studi literatur. 6

25 Bab V Kesimpulan dan saran Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu. 7

26 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aliran Melalui Pipa Pipa merupakan saluran tertutup uang biasanya berpenampang lingkaran dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan melalui pipa biasanya bisa berupa zat cair atau gas, dan tekanan bia lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfir. Sistem tata pipa merupakan rangkaian pengaturan penyambungan pipa untuk mengantur jalan keluarnya air sesuai yang dikehendaki. Sistem perpipaan yang berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke tempat yang lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan dikedua tempat yang disebabkan oleh adanya perbedaan elevasi muka air atau karena digunakannya pompa. 2.2 Kehilangan Tenaga Aliran Melalui Pipa Pada zat cair yang mengalir didalam bidang batas, misalnya pipa akan terjadi tegangan geser dan gradient kecepatan pada seluruh medan aliran karena adanya kekentalan. Tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan tenga selama pengaliran. Persamaan Bernoulli di bawah ini : Z1 + ଵ ఊ + ଵమ ଶ = Z2 + ଶ ఊ + ଶమ ଶ + hf.. (2.1) 8

27 Apabila pipa mempunyai penampang yang konstan, maka v1= v2, dan persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana untuk kehilangan tenaga akibat gesekan. h1 = (Z1 + ଵ ఊ ) - (Z2 + ଶ ఊ )... (2.2) Atau hf = Z+ ఊ... (2.3) Keterangan: hf = kehilangan tenaga (m) Z1 = Tinggi elevasi di titik 1 (m) Z2 = Tinggi elevasi di titik 2 (m) P1 = Tekanan di titik 1 (N/m2) P2 = Tekanan di titik 2 (N/m2) V1 = Kecepatan aliran dititik 1 (m/s) V2 = Kecepatan aliran dititik 2 (m/s) g = Percepatan gravitasi (m/s2) ߛ = Berat jenis (kg/m2.s2) Kehilangan Energi Karena Gesekan pada pipa Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan primer atau mayorlose. Terjadi akibat adanya kekentalan zat cair dan turbulensi karena adanya kekasaran dinding batas pipadan akan menimbulkan gaya gesek yang akan menyebabkan kehilangan tenaga disepanjang pipa dengan diameter konstan pada aliran seragam. Kehilangan tenaga 9

28 sepanjang satuan panjang akan konstan selama kekasaran tidak berubah. (Triatmodjo, 1996) Kehilangan tenaga karena gesekan antara zat cair dengan dinding pipa berbanding lurus dengan panjang pipa dan kekasaran pipa dan berbanding terbalik dengan diameter pipa : h L v2 D 2g.... (2.4) Keterangan : h = tinggi tekanan yang hilang (m) L = Panjang pipa (m) v = kecepatan aliran (m/s) D = Diameter (m) g = Percepatan gravitasi (m/s2) Koefisien gesekan pipa tergantung pada parameter aliran (Triatmojo 1996 : 31), apabila pipa adalah hidrolis halus parameter tersebut adalah kecepatan aliran diameter pipa dan kekentalan zat cair dalam bentuk angka reynolds. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Blasius, dia mengemukakan rumus gesekan f untuk pipa halus dalam bentuk: f =.ଷଵ బ.మఱ berlaku untuk 4000 < Re < 105.(2.5) Head loss biasanya dinyatakan dengan satuan panjang. Sehingga untuk persamaan (2), Head Loss adalah harga p yang dinyatakan dengan satuan panjang mmhg atau inchhg. Harga Hf sendiri bergantung pada 10

29 tipe alirannya. Untuk aliran laminar, dimana Re < 2100, berlaku persamaan Darci Weisbach : Hf...,....(2.6) f L.V 2. 2 g.d Keterangan: F = head loss (m) f = koefisien geser L = panjang pipa (m) v = kecepatan aliran (m/s) g = percepatan gravitasi (m/s2) D = diameter pipa (m) = viskositas aliran (m2/s) ଵଶ 2 ଵ ߛ 1 Hf EGL ଶଶ 2 HGL ଶ ߛ τ0 τ0 2 L Z1 α Z2 Gambar 2.1 Kehilangan Tenaga,( Triatmodjo, 1996 : 11) 11

30 Dimana z1 dan z2 masing-masing adalah elevasi pada titik 1 dan titik 2, P1/ߛ dan P2/ߛ adalah tinggi energi tekan (pressur head) pada titik 1 dan titik 2, v12 / 2g dan v22 / 2g adalah tinggi energy kecepatan (velocity head) pada titik 1 dan titik 2, dan Hf adalah kehilangan energy primer (headloss primer). Nilai z + P/ ߛ disebut sebagai tinggi piezometrik (piezometric head), sedangkan nilai z + P/ߛ + v2/2g disebut sebagai total tinggi energy (total head). Plot tinggi pezometrik di sepanjang jalur pipa disebut garisenergi hidrolik (hydraulic grade line) atau yang disingkat HGL. Sedangkan plot total tinggi energi disepanjang jalur pipa disebut sebagai garis total energy (energy grade line) atau yang disingkat EGL. Pada penerapan dilapangan secara luas, tinggi energi kecepatan dapat diabaikan sehingga HGL dan EGL adalah sama Kehilangan Tenaga Pada Belokan Disamping adanya kehilangan tenaga akibat gesekan pipa, terjadi pula kehilangan tenaga dalam pipa yang diakibatkan karena perubahan penampang pipa, sambungan, belokan, dam katub. Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pipa panjang biasanya jauh lebih besar dari pada kehilangna tenaga sekunder, sehingga pada keadaan tersebut biasanya kehilangan tenaga sekuder diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder harus diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga sekunder lebih dari 5% dari kehilangan tenaga akibat gesekan maka kehilangan tersebut diabaikan. Untuk memperkecil kehilangan tenaga 12

31 sekunder, perubahan penampang atau belokan jangan dibuat mendadak tetapi berangsur-angsur. (Triatmodjo : 1996) Kehilangan energi yang terjadi akibat aliran melalu sambungan dan percabangan standar adalah sebanding dengan kuadrat dari kecepatan aliran sebagai berikut : he= ߙ మ (2.7) ଶ keterangan : he = Kehilangan energi (m) ߙ = faktor sambungan atau pecabangan v = kecepatan aliran (m/s) g = percepatan gravitasi (m/s2) Untuk mencari harga ߙ pada kasus pelebaran luas penampang pipa, digunakan rumus : ߙ = ቀ1 భ ቁ....(2.8) మ Dengan: ߙ = faktor sambungan/ percabangan A = luas penampang (m2) Tabel 2.1 Nilai ߙ pada pengecilan mendadak D1 / D2 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0 ߙ 0,08 0,17 0,26 0,34 0,37 0,41 0,43 0,45 0,46 Sumber: bambang Triatmodjo,

32 Kehilangan tenaga yang terjadi pada belokan tergantung pada sudut belokan pipa. Rumus kehilangan tenaga pada belokan adalah serupa dengan rumus pada sambungan dan percabangan standar, yaitu : he = ߙ మ....(2.9) ଶ Tabel 2.2 koefisien ߙ sebagai fungsi sudut belokan Sudut ߙ Sumber: bambang Triatmodjo, 1993 Ada dua macam belokan pada pipa yaitu belokan langsung dan belokan patah. untuk sudut belokan 900 dan dengan belokan halus (berangsur-angsur), kehiilangan tenaga tergantung pada perbandingan jarijari belokan dan diameter pipa. Tabel 2.3 nilai ߙ sebagai fungsi R/D untuk sudut belokan 900 R/D ߙ 0,35 0,19 0,17 0,22 0,32 0,38 0,42 Sumber: bambang Triatmodjo, 1993 Pada setiap aliran dimana tidak ada kebocoran maka untuk setiap penampang tertentu berlaku : A1.V1 = A2.V2 = A3.V3...(2.10) Besarnya debit (Q) pengaliran: v Q= ୴ ௧......(2.11) Persamaan Kecepatan (v) : v=. (2.12) 14

33 Keterangan : A = Luas Penampang (m2) Q = Debit (m3/s) V = Volume (m3) t = waktu (s) Dari percobaan Weisbach dihasilkan rumus umum untuk belokan patah, sebagai berikut (Sularso, Haruo Tahara : 2000) : Kb = 0,946 sin2 Dengan : ఏ ଶ + 2,047 sin4 ఏ ଶ..(2.13) ߠ = sudut belokan (derajat) Kb = Koefisien Belokan. v Gambar 2.2 Bentuk belokan patah pipa (Sularso, Haruo Tahara : 2000) Persamaan-persamaan yang digunakan didalam pipa Horizontal, termasuk untuk menentukan Head Loss juga berlaku untuk elbow dengan catatan elbow juga dalam posisi horizontal didalam sistem perpipaan. Hasil pengujian head loss menunjukkan bahwa, sudut sambungan belokkan berbanding lurus dengan head loss. Semakin besar sudut sambungan belokan pipa, nilai head loss yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tinggi tekan pada sebelum dan setelah belokan pipa yang semakin meningkat. Hasil pengujian menunjukkan 15

34 bahwa kecepatan air berbanding terbalik dengan sudut sambungan belokan pipa, semakin besar sudut sambungan belokan pipa maka kecepatan air semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil sudut sambungan belokan pipa kecepatan air semakin besar. Hal tersebut disebabkan karenan waktu yang diperlukan lebih lama untuk sudut belokan yang semakin besar (Haruo Tahara,Sularso.2000). Untuk pipa dimana diameternya berubah kecil kebesar, pipa pertama dengan diameter D1 dan pipa kedua dengan diameter D2, atau Enlargement, dan pipa masih didalam posisi horizontal, tidak ada kerja pada sistem, maka Z =0, W = 0 dengan persamaan : F Jika V 2 p 2gc..(2.14) ߩ sangat kecil,dan bisa diabaikan terhadap harga dari ݒ ଶ 2, maka : ௩మ ଶ =....(2.15) 2.3 Aliran Pada Saluran Tertutup Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan melalui pipa bias berupa zat cairatau gas dan tekanan bias lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk kedalam aliran terbuka ataukarena tekanan didalam pipa 16

35 sama dengan tekanan atmosfir (zat cair dalam pipa tak penuh) aliran termasuk dalam pengaliran terbuka. (Kodatie, 2005:5). 2.4 Aliran Laminer dan Turbulen Aliran viskos dapat dibedakan menjadi dua tipe yaiut aliran laminar dan aliran turbulen. Dalam aliran laminar partikel-partikel zat cair bergerak teratur mengikuti lintasan yang saling sejajar. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil dan kekentalan besar (Bambang Triatmodjo,1993). Pengaruh kekentalan adalah sangat besar sehingga dapat meredam ganguan yang dapat menyebabkan aliran menjadi turbulen. Dengan berkurangnya kekentalan dan bertambahnya kecepatan aliran maka daya redam terhadap gangguan akan berkurang,yang sampai pada suatu batas tertentu akan menyebabkan terjadinya perubahan aliran laminar ke turbulen. Pada aliran turbulen gerak partikel-partikel tidak teratur Aliran Laminer Dalam Pipa Faktor-faktor penting dalam aliran zat cair adalah distribusi kecepatan aliran, tegangann geser, dan kehilangan tenaga dalam selama pengaliran. Persamaan distibusi kecepatan, tegangan geser, dan kehilangan tenaga untuk alirn laminar dan mantap akan diturunkan untuk aliran melalui pipa lingkaran. Pada aliran laminar untuk zat cair rill, kecepatan aliran pada dinding batas nol. Dianggap bahwa distribusi kecepaan pada setiap tampang adalah simetris terhadap sumbu pipa sehingga semua titik yang berjarak sama dari sumbu pipa mempunyai kecepatan sama (Bambang Triatmodjo,1993). 17

36 Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran laminer berlaku Bilangan Reynold, NRe < Pada keadaan ini juga berlaku hubungan Head Loss berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida, atau H α V Aliran Turbulen Pada Pipa Turbulensi adalah gerak partikel zat cair yang tidak teratur dan sembarang dalam waku dan ruang. Turbulensi ditimbulkan oleh gaya-gaya viskos dan gerak lapis zat cair yang berdampingan pada kecepatan yang berbeda.meskipun variasi kecepatan disuatu titik dalam aliran turbulen adalah sembarang, tetapi masih mungkin untuk menyatakan nilai rerata dalam waktu dari kecepatan suatu titik secara staistik. Dengan demikian kecepatan sesaat disuatu titik akan berfluktuasi terhadap nilai rerata menurut waktu (Bambang Triatmodjo,1993). Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran turbulen berlaku Bilangan Reynold, NRe < Pada keadaan ini juga berlaku hubungan Head Loss berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat n, atau H α V n Aliran Transisi Aliran transisi merupakan aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat tergantung oleh pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi berlaku hubungan Bilangan Reynold, 2100 < NRe <

37 2.5 Bilangan Reynold Angka Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya bergantung pada kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan jenis aliran dalam pipa. Profesor Osborne Reynolds menyatakan bahwa ada dua tipe aliran yang ada didalam suatu pipa yaitu : 1. Aliran laminar pada kecepatan rendah dimana berlaku h α v 2. Aliran Turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku h α vn Dalam penelitiannya, Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi aliran jenis lain, dan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen. Keadan ini bergantung pada empat buah besaran yaitu: diameter tabung, viskositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata zat cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa ke empat faktor itu dapat digabungkan menjadi suatu gugus, dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada suatu nilai tertentu gugus itu. Pengelompokan variabel menurut penemuannya itu adalah: Re D.v..ρ μ.. (2.16) Atau Re Keterangan : D.v μ D = Diameter pipa ( m ) v = Kecepatan rata-rata zat cair ( m / s ) μ = Viskositas zat cair ( kg / m.s ) ρ = Densitas zat cair ( kg / m3 ) 19

38 Pada tahun 1884 Osborn Reynolds (dalam Triatmojo 1996 : 3) melakukan percobaan untuk menunjukan sifat-sifat aliran laminer dan aliran turbulen. Alat yang digunakan terdiri dari pipa kaca yang dapat melewatkan air dengan berbagai kecepatan (gambar 2.2). Aliran tersebut diatur oleh katub A. Pipa kecil B yang berasal dari tabung berisi zat warna C. Ujung yang lain berada pada lobang masuk pipa kaca. C B A Gambar 2.3 Alat Osborn Reynold Reynolds menunjukan bahwa untuk kecepatan aliran yang kecil di dalam aliran kaca, zat warna akan mengalir dalam suatu garis lurus seperti benang yang sejajar dengan sumbu pipa. Apabila katub dibuka sedikit demi sedikit, kecepatan akan bertambah besar dan benang warna mulai berlubang yang akhirnya pecah dan menyebar pada seluruh aliran dalam pipa a b c Gambar 2.4 Aliran Laminer (a), Kriktik (b), Dan turbulen (c) 20

39 Kecepatan rerata pada mana benang warna mulai pecah disebut kecepatan kritik. Penyebaran dari benang warna disebabkan oleh percampuran dari partikel- partikel zat cair selama pengaliran. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kecepatan kecil, percampuran partikel-partikel zat tidak terjadi dan cair bergerak dalam lapisan-lapisan yang sejajar, menggelincir terhadap lapisan disampingnya. Keadaan ini disebut dan aliran laminer. Pada kecepatan yang lebih besar, benang warna menyebar pada seluruh penampang pipa, dan terlihat bahwa percampuran dari partikel-partikel zat cair terjadi; keadaan ini disebut aliran turbulen. Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan zat cair μ (mu), rapat masa zat cair ρ (rho), dan diameter pipa D. Hubungan antara μ, ρ, dan D yang mempunyai dimensi sama dengan kecepatan adalah ఓ ఘ. Reynodls menunjukan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan suatu angka tertentu. Angka tersebut aliran didalam pipa dengan diturunkan dengan membagi kecepatan nilai, yang disebut dengan angka Reynolds. Dengan μ (miu) adalah kekentalan kinematik. Dari percobaan yang dilakukan untuk aliran air melalui pipa dapat disimpulkan bahwa pada angka Reynolds rendah gaya kental dominan sehingga aliran adalah laminer. Dengan bertambahnya angka Reynolds baik karena bertambahnya kecepatan atau berkurangnya kekentalan zat cair atau bertambah besarnya dimensi medan aliran (pipa), akan bisa menyebabkan kondisi aliran laminer menjadi tidak stabil. 21

40 Sampai pada suatu angka Reynolds di atas nilai tertentu aliran berubah dari laminer menjadi turbulen. Berdasarkan pada percobaan aliran di dalam pipa, reynolds menetapkan bahwa untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguan aliran dapat diredam oleh kekentalan zat cair, dan aliran pada kondisi tersebut adalah laminer. Aliran akan turbulen apabila angka Reynolds lebih besar dari Apabila angka Reynolds berada diantara kedua nilai tersebut 2000<Re<4000 aliran adalah transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai di atas (Re =2000 dan Re = 4000) disebut dengan batas kritik bawah dan atas. 2.6 Kehilangan Tinggi Tekan Pada Pipa Kehilangan tinggi tekan yang ditimbulkan pada saluran atau aliran didalam pipa akibat tikungan dibedakan menjadi : Kehilangan tinggi tekan total akibat gesekan ataupun penambahan geometri (hb) dengan koefisien tinggi tekan kb Kehilangan tinggi tekan akibat perubahan energigeometri pipa dengan gesekan pada tikungan ¼ Secara umum rumus kehilangan energi adalah sebagai berikut : Hhitung = Kb Keterangan : ² ଶ (2.17) Hhitung = kehilangan tinggi tekanan / energi akibat tikungan (m) Kb = koefisien kehilangan tekan pada belokan g = percepatan gravitasi (m/s²) v = kecepatan aliran (m/s) 22

41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keairan Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kendari Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun 2015 sampai dengan Januari tahun 2016 Tabel 3.1 Barchart Penelitan KEGIATAN 1. Persiapan awal a. Studi Pustaka b. Pembuatan Proposal 2. Seminar Proposal BULAN NOVEMBER DESEMBER JANUARI I II III IV I II III IV I II III IV 3. Kegiatan Laboratorium a.persiapan Alat dan Bahan b.running Pendahuluan c.running Penelitian 4. Analisa Data 5. Penyusunan Laporan 6. Ujian Hasil 23

42 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat Adapun peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu : 1. Fluid Friction Apparatus Fluid Friction Apparatus merupakan rangkaian jaringan pipa yang dapat digunakan untuk mengukur kehilangan energy akibat gesekan yang terjadi apabila terdapat fluid tak kompresibel mengalir melalui pipa, percabangan/sambungan maupun alat ukur kecepatan. Yang terdiri dari : Pipa belokan 90 0 Pipa belokan 45 0 Pipa dengan pembesaran mendadak Pipa dengan kontraksi mendadak 2. Basic Hydrolic Bench 3. Velocity meter 4. Kanebo 5. Blangko Data 6. Alat tulis 7. Stopwatch Bahan Pada penelitain ini bahan yang digunakan adalah air yang di ambil dari laboratorium Hidolika dan Sumber Daya Air jurusan Teknik sipil, Universitas Haluoleo. 24

43 Sketa Alat Uji Gambar 3.1 sketsa Alat fluid Friction Apparatus Keterangan : 1. rangka pipa baja dengan beban penghisap 2. dinding belakang 3. keran penghambat aliran fluida 4. penyambung pipa pengukur tekanan 5. pengukur tekanan (atmosfer) 6. pengukur sistem penggukuran 7. pengukurobjek saluran 8. alatt pengukur aliran 9. katup pengalir air 10. selang 25

44 3.3 Tahap Pengujian Pada tahap ini dilakukan pengujian kehilangan energi pada pipa dengan berbagai perubahan belokan dan penampang pada suatu jaringan pipa. Adapun prosedur percobaannya adalah sebagai berikut 1. Menyiapkan alat fluid friction apparatus dan meletakannya diatas alat bench 2. Menghubungkan selang bench ke pipa pada alat fluid friction apparatus 3. Menyalakan alat bench dengan memutar katup emergency dan menekan tombol on pada power yang terdapat pada bench 4. Setelah alat bench menyala, bukan katup pada air dan pada bench secara perlahan hingga air dapat mengalir ke alat fluid friction apparatus 5. Menormalkan selang dengan mengalirkan hingga aliran air dalam selang bebas dari gelembung udara 6. Membuka katup yang ada pada pipa yang akan diamati yaitu pada pipa belokan Menormalkan ketinggian air pada masing masing manometer dengan membuka dan menutup katup pengukur 8. Mencatat tinggi tekanan pada manometer 9. Mencatat pula waktu saat volume air mencapai 9 liter 10. Mengatur temperatur air menggunakan velocity meter 11. Mengulang langkah (7) dan (8) 12. Mencatat waktu pada saat volume mencapai Mengurangi volume aliran air yang masuk dengan menutup secara perlahan katup dan hentikan saat terjadi perbedaan tekanan pembacaan manometer 14. Mengukur panjang pipa pada aliran belokan

45 15. Cara yang sama dilakukan untuk penentuan head loss pada pipa elbow 45o secara mendadak/langsung 3.4 Running Alat Proses kerja alat fluid friction apparatus yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Hubungkan unit dengan pasokan listrik utama. 2. Posisikan pompa dalam kedaan ON dan tekan tombol pompa, kemudian putar kran Debit searah OPEN (berlawanan Arah jarum jam) 3. Cek jika terjadi pengaliran dengan baik, maka sistem OK. 4. Atur belokan pipa sesuai data yang digunakan 5. Atur debit air pada pipa dengan aliran yang stabil 3.5 Analisa Data Setelah pengukuran maka dilanjutkan dengan menganalisa data yang telah diperoleh dari laboratorium dengan menggunakan parameter yang telah ditentukan untuk menghasilkan data yang diinginkan. Data tersebut diolah untuk memperoleh kehilangan tenaga akibat belokan 450 secara berangsur-angsur dan pada belokan 450 secara langsung atau mendadak dengan menggunakan rumus : (Triadmodjo,2008). 1. Mengitung Debit Air = Dengan: ݐ (3.1) Q = Debit Aliran (m3/det) 27

46 V = Volume air (m3) t = waktu air mengalir (det) 2. Menghitung Kecepatan Aliran Dengan: v= (3.2) Q = Debit Aliran (m3/det) v = Kecepatan Aliran (m/det) A = Luas Penampang (m2). 3. Menghitung Beda Tinggi Hukur = Hsebelum - Hsesudah...(3.3) Dengan: Hukur = Selisih tinggi (mm) Hsebelum = Tinggi air pada pembacaan manometer sebelum melewati belokan (mm) Hsesudah = Tinggi air pada pembacaan manometer sesudah melewati belokan (mm) 4. Mencari Hhitung Hhitung = Dengan : ² ଶ...(3.4) Hhitung = kehilangan energi (m) v = Kecepatan Aliran (m/det) g = Percepatan grafitasi (m/det2) Kb = Koefisien energi Elbow 28

47 5. Menghitung Bilangan Reynold (Re) = Dengan : ఓ.(3.5) Re = Bilangan Reynold v = Kecepatan Aliran (m/det) D = Diamerter Pipa (m) ߤ = viskositas (m2/det) 6. Perhitungan Koefisien Geser = Dengan :,ଷଵ ⁰ ²⁵.(3.6) f = koefisien geser Re = Bilangan Reynold 7. Perhitungan Headloss Hf Dengan : = ² ଶ...(3.7) Hf = Headloss (m) L = Panjang Pipa (m) f = koefisien geser g = Percepatan grafitasi (m/det2) D= diameter pipa (m) v = Kecepatan aliran (m2/det) 29

48 3.6 Bagan Alir Penelitian Penjelasan tentang bagan alir penelitian dapat dilihat pada tahapan-tahapan penelitian diatas. Secara garis besar bagan alir tahapan metode penelitan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 30

49 Persiapan Kajian Pustaka Penyiapan Alat dan Bahan Running Alat Variasi Sudut belokan Sudut 45 0 Berangsur-angsur Sudut 45 0 mendadak Debit Aliran Kecepatan Aliran Kehilangan Energi Koefisien Gesek Hasil dan Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 3.2 Bagan alir penelitian 31

50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Pengamatan Dari percobaan yang telah dilaksanakan di Laboratorium Keairan Teknik Sipil Universitas Haluoleo, diperoleh beberapa hasil data pengamatan. Penelitian ini dititik beratkan pada analisa kehilangan energi belokan pipa dengan membandingkan belokan pipa secara berangsur-angsur dan belokan pipa 45 0 secara langsung dengan menggunakan Alat Fluid Friction Apparatus. Penelitian ini menggunakan volume 9 liter dan 12 liter. Gambar 4.1 Belokan pipa Berangsur-angsur 1 2 Gambar 4.2 Belokan 45 0 langsung (mendadak) 3 32

51 Tabel 4.1 Tabel Pengamatan 9 Liter volume waktu No (m ) (detik) Pipa berangsur-angsur H2o No.1 (mm) H2o No.2 (mm) langsung titik 1 ke titik 2 H2o No.1 (mm) H2o No.2 (mm) \ Suhu ( C) 25.8 Sumber : Hasil pengamatan,

52 Tabel 4.2 Tabel Pengamatan 12 Liter volume waktu (m3) (detik) No pipa berangsur-angsur H2o No.1 (mm) H2o No.2 (mm) langsung titik 1 ke titik 2 H2o No.1 (mm) H2o No.2 (mm) Suhu ( C) 25.8 Sumber : Hasil Pengamatan, 34

53 4.2 Analisa Perhitungan Analisa Perhitungan viskositas pada suhu 25,80 C No T (0 C) µ x 10-6 (m/s) x Sumber: hasil Analisa Dik. T1 = 25 0 C µ1 = m/s T2 = 25,8 0 C µ3 = m/s T3 = 26 0 C Dit. µ2 =.? Penyelesaian : (µଷ µଵ) µ2 = µ2 = µ2 = ( ) µ2 = µ2 = 8.79 x 10 m /s µ1 + ( ଷ ଵ). (T2 T1) (. ହ. ଽସ) (ଶ ଶହ) -7. ( ) 2 jadi nilai viskositas pada suhu 25,8 0C adalah 8.79 x 10-7 m2/s Analisa Perhitungan pada Volume 9 Liter Pehitungan Debit (Q) Perhitungan Debit pada volume 0,009 m3 waktu 18,18 detik Dik Dit : = 0,009 ³ = ݐ 18,18 ݏ : =...? Peny : = ௧ 35

54 = 0,009 18,18 = 0, m3/s Di dapatkan Debit 0, m3/s. Untuk perhitungan Selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Perhitungan Debit pada volume 9 Liter No volume waktu Q (m3) (detik) (m3/det)

55 Tabel diatas menunjukkan dengan volume yang sama dengan waktu tempuh yang divariasikan akan megnhasilkan debit yang bervariasi pula. Semakin cepat waktu tempuh maka semakin besar debit yang dihasilkan Perhitungan Kecepatan (v) Dik : = m3/s Dit = ܦ 0,017 : v =...? Peny : v= =. ଶ ଵସ ୫ ଷ/ୱ = ¼ గ ( )². ଶ ଵସ ୫ ଷ/ୱ ¼ ଷ,ଵସ (, ଵ )² = / ݏ Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Tabel Kecepatan Aliran D A Q v (m) (m2) (m3/det) (m/det) a b c d e No 37

56 a b c d e Sumber : Hasil Analisa,

57 Tabel diatas menunjukkan hasil dari kecepatan yang terpengaruh berdasarkan debit dan luas permukaan penampang dalam hal ini pipa. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa semakin besar debit air yang dihasilkan maka semakin besar pula kecepatan aliran Perhitungan beda tinggi ( )ݎݑ ݑ ܪ 1. Perhitungan beda tinggi pada belokan 450 berangsur-angsur Dik = 63,0 mm : h sebelum = 40,3 mm h Sesudah Dit : hukur = Peny : : hukur =...? h sebelum - h Sesudah = 63,0 40,3 = 22,7 mm = m Untuk Perhitungan selanjutnya dapat diihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.5 Perhitungan H ukur berdasarkan waktu pengamatan No volume Belokan berangsur-angsur H ukur H ukur (m) H2o No.1 H2o No.2 (m ) (mm) (mm) (mm) a 1 b c 13.9 d 6.5 e 7.4 f

58 a b c d e f Sumber: Hasil Analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan perhitungan Hukur berdasarkan hasil pengamatan belokan pipa berangsur-angsur pada alat Fluid Friction Apparatus. Hasil pengukuran cenderung menurun. Tetapi ada sebagian yang menanjak bahkan konstan. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan dimulai berdasarkan bukaan kran debit yang paling maksimal hingga menutup. hal ini juga disebabkan takanan air yang kurang stabil pada saat penelitian. 2. Perhitungan beda tinggi pada belokan 450 secara langsung (mendadak) Dik : h sebelum h Sesudah Dit : hukur = = 94,0 mm = 78,4 mm...? 40

59 Peny : : hukur = h sebelum - h Sesudah = 94,0 78,4 = 15,6 mm = m Untuk Perhitungan selanjutnya dapat diihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6 Perhitungan H ukur berdasarkan waktu pengamatan 45 langsung No volume titik 1 ke titik 2 H ukur H ukur (m) f (m ) H2o No.1 (mm) H2o No.2 (mm) (mm) a b c d e

60 a b c d e f Sumber : hasil Analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan perhitungan Hukur berdasarkan hasil pengamatan belokan 450 langsung (mendadak) pada alat Fluid Friction Apparatus. Hasil pengukuran cenderung menanjak atau naik. Tetapi ada sebagian yang menurun bahkan konstan. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan dimulai berdasarkan bukaan kran debit yang paling maksimal hingga menutup. hal ini juga disebabkan takanan air yang kurang stabil pada saat penelitian Menentukan Kehilangan Tenaga Berdasarkan Koefisien Pada Belokan Mencari nilai Kb Kb = 0,946 sin2 = 0,946 sin2 ఏ ଶ + 2,047 sin4 ସହ ଶ ଶ + 2,047 sin4 = 0,339 = 0,34 ఏ ସହ ଶ Hasil analisa untuk t = 18,18 s Dik : v Kb Dit = m/s = 0,34 = 9,81 / ݏ : H hitung =? Peny : H hitung ² = ଶ 42

61 ² = ଶ H hitung = 0,34 ଵ.ଵଽ ଶ ଽ, ଵ = 0,0852 m Maka didapatkan Hhitung yaitu 0,0248 m. Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Perhitungan H hitung No a Kb b g v Hhitung (m/det2) c (m/det) d (m) e

62 a b c d e Sumber : Hasil analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan perhitungan Hhitung yang terpengaruh dari kecepatan, koefisien belokan dan percepatan gravitasi. Berdasrakan tabel diatas, semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula kehilangan tenaga (Hhitung) yang di dapatkan Bilangan Reynold (Re) Analisa perhitungan untuk v = 2,182 m/s Dik : v = / ݏ = ܦ 0,017 Dit ߤ = 8,79 10ˉ⁷ (m3/det) : =...? Peny : = = ఓ ,017 = ,79 10ˉ⁷ Maka didapatkan angka Reynold yaitu maka termasuk kedalam aliran turbulen Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 44

63 Tabel 4.8 analiasa perhitungan angka Reynold (Re) No v D µ Re (m/s) (m) (m 3 /det) Sumber : Hasil analisa, 2016 Tabel diatas memperihatkan nilai angka Reynold (Re). terlihat bahwa semua aliran diatas termasuk kedalam jenis lairan turbulen dikarenakan Re > Nilai Reynold terpengaruh akibat adanya 45

64 kecepatan. Semakin cepat suatu aliran maka nilai Reynoldnya semakin besar pula Koefisien Geser (f) Analisa perhitungan untuk Re = 42212,40 Dik Dit : = 42212,40 : =...? Peny : = =,ଷଵ ⁰ ²⁵ 0,316 (42212,40)⁰ ²⁵ = 0, Maka didapatkan nilai koefisien geser untuk Re = 42212,40 yaitu 0, Untuk hasil analisa lainnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.9 Hasil analisa koefisien geser NO a Re b c f d

65 a b c d Sumber : Hasil analisa,2016 Tabel diatas menunjukan nilai koefisien gesek. Nilai koefieisn gesek dihasilkan berdasarkan variasi angka reynold yang ada. Semakin besar angka reynold yang di dapatkan maka koefisien geseknya cenderung semakin turun. walaupun hanya sedikit penurunnnya Perhitungan Headloss (Hf) Untuk perhitungan kehilangan energi akibat gesekan (headloss) maka terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Analisa Headloss pada belokan pipa berangsur-angsur Dik : = 0,0256 = ܮ 0,34 v = 1,196 / ݏ ଶ = 9,81 / ݏ = ܦ 0,017 47

66 Dit : Hf =...? Peny : Hf = = ୴² ଶ 0,0256 0,34 (1,196)² 0, ,81 = 0,03124 m Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat tabel dibawah ini : Tabel 4.10 Perhitungan Headloss pada belokan pipa berangsur-angsur No f v (m/det) L (m) d (m) g (m/det2) Hf (m) Tabel diatas menunjukkan kehilangan tenaga akibat gaya gesek yang terjadi pada belokan pipa 450 berangsur-angsur. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa panjang pipa, kecepaan aliran, dan diameter pipa 48

67 mempengaruhi besar tidaknya kehilangan tenaga yang terjadi. Semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula kehilangan energinya, akan tetapi berbanding terbalik dengan koefisien gesek. Semakin besar koefisien geseknnya maka semakin kecil kehilangan energi yang terjadi. 2. Analisa Headloss pada belokan 450 secara langsung (mendadak) Dik : = = ܮ 0,145 v = / ݏ ଶ = 9,81 / ݏ Dit = ܦ 0,017 : Hf =...? Peny : Hf = = v² ଶ 0,0256 0,145 (1,196)² 0, ,81 = 0,01332 m Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat tabel dibawah ini : Tabel 4.11 Hasil perhitungan Headloss pada belokan 450 langsung No f a b v (m/det) c L (m) d D (m) e g (m/det2) f Hf (m) g

68 a b c d e f g Sumber : Hasil analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan kehilangan tenaga akibat gaya gesek yang terjadi pada belokan pipa 45 0 secara langsung. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa panjang pipa, kecepaan aliran, dan diameter pipa mempengaruhi besar tidaknya kehilangan tenaga yang terjadi. Semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula kehilangan energinya, akan tetapi berbanding terbalik dengan koefisien gesek. Semakin besar koefisien geseknnya maka semakin kehilangan energi yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel hasil rekapitulasi kehilangan tenaga pada volume 9 liter dibawah ini : 50

69 Tabel 4.12 tabel rekapitulasi pada Volume 9 liter V t (m3) (det) Pembacaan manometer Pembacaan manometer (mm) 45 berangsur-angsur sebelum sesudah (mm) 45 langsung sebelum sesudah H ukur H hitung Suhu Q v ( C) (m³/s) (m/s) berangsur-angsur langsung µ Re (m) (m) berangsur-angsur (m²/s) Hf f (m) langsung Sumber : Hasil analisa,

70 Pada tabel rekapitulasi diatas menunjukkan bahwa hasil analisa yang didapatkan untuk pengamatan pada volume 9 liter dengan waktu yang di variasikan maka didapatkan pula debit yang bervariasi. Pada pengamatan diatas didapatkan bahwa semakin cepat waktu yang di daptkan maka semakin besar pula debit yang dihasilkan. Contohnya pada pengamatan volume 9 liter untuk waktu pengaliran selama 18,18 detik dengan diameter pipa (d) 0,017 didapatkan luasan (A) m 2 maka didapatkan debit (Q) 0, m 3 /det. Pada pengamatan tersebut pula didapatkan kecepatan aliran (v) 2,182 m/det yang mempunyai angka reynold (Re) yaitu 42212,4. Dimana aliran ini termasuk kedalam jenis aliran turbulen dikarenakan Re > Didapatkan pula nilai kehilangan energi akibat gesekan atau headloss (Hf) untuk masing-masing jenis sambungan baik untuk jenis belokan berangsur-angsur nilai Hf 0, m maupun jenis belokan belokan 45 0 secara langsung nilai Hf yang didpatkan yaitu 0,02091 m. Ini menunjukkn bahwa kehilangan energi yang lebih besar terjadi pada belokan pipa secara berangsur-angsur. Untuk hasil mengetahui hubungan antara kehilangan energi dan kecepatan aliran maka dapat di hubungkan melalui grafik di bawah ini. 52

71 1. Grafik hubungan antara Headloss (Hf) terhadap Kecepatan (v) Hf terhadap v pada belokan Pipa berangsur-angsur berangsur angsur 0.05 Headloss (Hf) Kecepatan (v) Hf terhadap v Gambar 4.3 Grafik hubungan Kehilangan Tenaga terhadap Kecepatan. Grafik diatas menunjukkan bahwa pada belokan pipa berangsur berangsurangsur kehilangan tenaga yang terjadi semakin besar. Dapat dilihat diatas bahwa kecepatan mempengaruhi kehilangan tenaga akibat ge gesekan. Semakin besar kecepatan aliran yang didapat maka semakin besar pula kehilangan energinya. 53

72 Hf terhadap v pada belokan 450 langsung Kecepatan (v) Gambar 4.4 Grafik hubungan Kehilangan Tenaga terhadap Kecepatan Grafik diatas menunjukkan bahwa pada belokan pipa 450 secara langsung/mendadak kehilangan tenaga yang terjadi semakin besar. Dapat dilihat diatas bahwa kecepatan mempengaruhi kehilangan tenaga akibat gesekan. Semakin besar kecepatan aliran yang didapat maka semakin besar pula kehilangan energinya. 54

73 2. Kecenderungan Headloss (Hf) yang terjadi pada belokan pipa berangsurangsur dan pada belokan 450 secara mendadak. Kecenderungan Headloss (Hf) pada kedua Belokan HeadLoss (Hf) Debit (Q) Hf langsung Hf berangsur-angsur Grafik 4.5 Grafik Kecenderungan Headloss (Hf) Terhadap Debit antara Kedua Belokan Grafik diatas menujukkan kecenderungan yang terjadi dengan membandingkan kedua jenis belokan tersebut. Berdasarkan nilai Headloss yang di dapatkan (Hf). Dari grafik diatas menunjukkan bahwa nilai kehilangan energi yang paling besar didapatkan oleh belokan pipa secara berangsur-angsur dibandingkan dengan nilai kehilangan energi dari belokan 450 secara tiba-tiba. Banyak hal yang mempengaruhi kehilangan tersebut diantaranya karena kedua panjang pipa yang berbeda. Sedangkan untuk 55

74 debit yang dihasilkan sama. Jadi semakin panjaang aliran melalui suatu pipa maka kehilangan energi yang terjadi semakin besar pula. 3. Kecenderungan Hukur yang terjadi pada belokan pipa berangsur-angsur dan pada belokan 450 secara mendadak Nilai Hukur Hlangsung H berangsur Debit (Q) Grafik 4.6 Grafik Kecenderungan H ukur Terhadap Debit Pada Kedua Belokan Grafik diatas menujukkan kecenderungan yang terjadi dengan membandingkan kedua jenis belokan tersebut. Berdasarkan nilai Hukur yang di dapatkan berdasarkan pengamatan. Dari grafik diatas menunjukkan bahwa nilai kehilangan energi yang paling besar didapatkan oleh belokan pipa secara berangsur-angsur dibandingkan dengan nilai 56

75 kehilangan energi dari belokan 450 secara tiba-tiba. Menurut hasil pengamatan, jarak sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya kehilangan energi yang terjadi. 4. Hubungan antara Hukur dan Hhitung pada kedua belokan Hubungan Hukur terhadap Hhitung H Ukur (m) H angsur H langsung H hitung (m) Grafik 4.7 Grafik Hubungan H ukur Terhadap H hitung Pada Kedua Belokan Grafik diatas menunjukkan hubungan yang terjadi antara Hukur dan Hhitung. Grafik tersebut menunjukkan bahwa antara H ukur dan H hitung berbanding lurus. Semakin besar kehilangan energi pada pengamatan manometer maka semakin besar pula kehilangan energi yang di akibatkan oleh keofisien belokan (patahan). 57

76 4.2.2 Analisa Perhitungan pada Volume 12 Liter Pehitungan Debit (Q) Perhitungan Debit pada volume 0,012 m3 waktu 31,12 detik Dik Dit : = 0,012 ³ = ݐ 63,00 ݏ : =...? Peny : = = ௧ 0,012 63,0 = 0, m3/s Di dapatkan Debit 0, m3/s. Untuk perhitungan Selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.13 Perhitungan Debit pada volume 12 Liter No a volume waktu Q (m3) b (detik) c (m3/det) d

77 a b c d Sumber : Hasil Analisa, 2106 Tabel diatas menunjukkan dengan volume yang sama dengan waktu tempuh yang divariasikan akan menghasilkan debit yang bervariasi pula. Semakin cepat waktu tempuh maka semakin besar debit yang dihasilkan Perhitungan Kecepatan (v) Dik : = m3/s Dit = ܦ 0,017 : v =...? Peny : v = ܣ = = m3/s ¼ ߨ (0,017)² m3/s ¼ 3,14 (0,017)² = 0,8396 / ݏ 59

78 Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.14 Tabel Kecepatan Aliran Volume 12 liter No D A Q v (m) (m2) (m3/det) (m/det) Sumber : Hasil Analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan hasil dari kecepatan yang terpengaruh berdasarkan debit dan luas permukaan penampang dalam hal ini pipa. 60

79 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa semakin besar debit air yang dihasilkan maka semakin besar pula kecepatan aliran Perhitungan beda tinggi ( ܪ Ukur ) 3. Perhitungan beda tinggi pada belokan pipa berangsur-angsur Dik = 63,3 mm : h sebelum = 40,9 mm h Sesudah Dit : hukur = Peny : : hukur =...? h sebelum - h Sesudah = 63,3 40,9 = 22,4 mm = m Untuk Perhitungan selanjutnya dapat diihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.15 Peritungan H ukur berdasarkan waktu pengamatan No volume Pipa berangsur-angsur H ukur H ukur H2o No.1 H2o No.2 (m3) (mm) (mm) (mm) (m) a b c d e f

80 a b c d e f Sumber: Hasil Analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan perhitungan Hukur berdasarkan hasil pengamatan belokan pipa berangsur-angsur pada alat Fluid Friction Apparatus. Hasil pengukuran cenderung menurun. Tetapi ada sebagian yang menanjak bahkan konstan. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan dimulai berdasarkan bukaan kran debit yang paling maksimal hingga menutup. hal ini juga disebabkan takanan air yang kurang stabil pada saat penelitian. 4. Perhitungan beda tinggi pada belokan 450 secara langsung (mendadak) Dik : h sebelum h Sesudah Dit : hukur = = 91,5 mm = 76,5 mm...? 62

81 Peny : : hukur = h sebelum - h Sesudah = 91,5 76,5 = 15,0 mm = m Untuk Perhitungan selanjutnya dapat diihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.16 Perhitungan H ukur berdasarkan waktu pengamatan 450 langsung No volume H ukur H ukur H2o No.1 H2o No.2 (m ) (mm) (mm) (mm) (m) b c d e f 3 a titik 1 ke titik

82 a b c d e f Sumber : hasil Analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan perhitungan Hukur berdasarkan hasil pengamatan belokan 450 secara langsung (mendadak) pada alat Fluid Friction Apparatus. Hasil pengukuran cenderung menurun. Tetapi ada sebagian yang menanjak bahkan konstan. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan dimulai berdasarkan bukaan kran debit yang paling maksimal hingga menutup. hal ini juga disebabkan takanan air yang kurang stabil pada saat penelitian Menentukan Kehilangan Tenaga Berdasarakan koefisen Belokan Mencari nilai Kb Kb = 0,946 sin2 = 0,946 sin2 ఏ ଶ + 2,047 sin4 ସହ ଶ ଶ + 2,047 sin4 = 0,339 = 0,34 ఏ ସହ ଶ Hasil analisa untuk t = 18,18 s Dik : v = m/s Kb Dit = 0,34 = 9,81 ݏ 2 : H hitung Peny : H hitung =? ² = ଶ 64

83 H hitung ² = Kb = 0,34 ଶ. ଷଽ ଶ ଽ, ଵ = 2 m Maka didapatkan Hhitung yaitu 2m. Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.17 Perhitungan Hhitung berdasarkan koefisien belokan No a Kb b g v H hitung (m/det2) c (m/det) d m e

84 a b c d e Sumber : Hasil analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan perhitungan Hhitung yang terpengaruh dari kecepatan, koefisien belokan dan percepatan gravitasi. Berdasarkan tabel diatas, semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula kehilangan tenaga (Hhitung) yang di dapatkan Bilangan Reynold (Re) Analisa perhitungan untuk v = 1,699 m/s Dik : v = 0,839 / ݏ D = 0,017 Dit ߤ = 8,79 10ˉ⁷ : =...? Peny : = = ఓ 0,8396 0,017 = 16241,72 8,79 10ˉ⁷ Maka didiapatkan angka Reynold yaitu 32880,09 maka termasuk kedalam jenis aliran turbulen. Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 66

85 Tabel 4.18 analiasa perhitungan angka Reynold (Re) No v D µ Re (m/s) (m) (m 3 /det) a b c d e Sumber : Hasil analisa, 2016 Tabel diatas memperihatkan nilai angka Reynold (Re). terlihat bahwa semua aliran diatas termasuk kedalam jenis lairan turbulen dikarenakan Re > Nilai Reynold terpengaruh akibat adanya 67

86 kecepatan. Semakin cepat suatu aliran maka nilai Reynoldnya semakin besar pula Koefisien Gesek (f) Analisa perhitungan untuk Re = 32880,09 Dik : Re = 16241,72 Dit : =...? Peny : = =,ଷଵ ⁰ ²⁵ 0,316 (16241,72)⁰ ²⁵ = 0, Maka didapatkan nilai koefisien gesek untuk Re = 16241,72 yaitu 0, Untuk hasil analisa lainnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.19 Hasil analisa koefisien geser NO a Re b c f d

87 a b c d Sumber : Hasil analisa, 2016 Tabel diatas menunjukan nilai koefisien gesek. Nilai koefieisn gesek dihasilkan berdasarkan variasi angka reynold yang ada. Semakin besar angka reynold yang di dapatkan maka koefisien geseknya cenderung semakin turun. walaupun hanya sedikit penurunnnya Perhitungan Headloss (Hf) Untuk perhitungan kehilangan energi akibat gesekan (headloss) maka terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : 3. Analisa Headloss pada belokan pipa berangsur-angsur Dik : = 0,0280 = ܮ 0,34 v = 0,840 / ݏ ଶ = 9,81 / ݏ = ܦ 0,017 69

88 Dit : Hf =...? Peny : Hf = = ² ଶ 0,0280 0,34 (0,840)² 0, ,81 = 0,0240 m Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat tabel dibawah ini : Tabel 4.20 Perhitungan Headloss pada belokan pipa berangsur-angsur No f a b v (m/det) c L (m) d D (m) e g (m/det2) f Hf (m) g

89 a b c d e f g Sumber : Hasil Analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan kehilangan tenaga akibat gaya gesek yang terjadi pada belokan pipa berangsur-angsur. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa panjang pipa, kecepaan aliran, dan diameter pipa mempengaruhi besar tidaknya kehilangan tenaga yang terjadi. Semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula kehilangan energinya, akan tetapi berbanding terbalik dengan koefisien gesek. Semakin besar koefisien geseknnya maka semakin kehilangan energi yang terjadi. 4. Analisa Headloss pada belokan 450 secara langsung Dik : = 0,0280 = ܮ 0,145 v = 0,840 / ݏ ଶ = 9,81 / ݏ Dit D = 0,017 : Hf =...? Peny : Hf = = ² ଶ 0,0280 0,145 (0,840)² 0, ,81 = 0,0102 m Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat tabel dibawah ini : 71

90 Tabel 4.21 Perhitungan Headloss pada belokan 45 0 langsung No f v L D g H f (m/det) (m) (m) (m/det 2 ) (m) Sumber : Hasil analisa, 2016 Tabel diatas menunjukkan kehilangan tenaga akibat gaya gesek yang terjadi pada belokan pipa 45 0 secara langsung. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa panjang pipa, kecepaan aliran, dan diameter pipa mempengaruhi besar tidaknya kehilangan tenaga yang terjadi. Semakin 72

91 besar kecepatan aliran maka semakin besar pula kehilangan energinya, akan tetapi berbanding terbalik dengan koefisien gesek. Semakin besar koefisien geseknnya maka semakin kehilangan energy yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel hasil rekapitulasi kehilangan tenaga pada volume 12 liter dibawah ini : 73

92 Tabel 4.22 Tabel Rekapitulasi Pada Volume 12 liter V 3 t (m ) (det) Pembacaan manometer (mm) 45 berangsur-angsur sebelum sesudah Pembacaan manometer (mm) 45 langsung sebelum sesudah Suhu ( C) 25.8 H ukur Q v (m³/s) (m/s) (m) berangsur-angsur langsung Hf µ H hitung (m) (m²/s) Re f (m) berangsur-angsur langsung Sumber : Hasil analisa,

93 Pada tabel rekapitulasi diatas menunjukkan bahwa hasil analisa yang didapatkan untuk pengamatan pada volume 12 liter dengan waktu yang di variasikan maka didapatkan pula debit yang bervariasi. Pada pengamatan diatas didapatkan bahwa semakin cepat waktu aliran maka semakin besar pula debit yang dihasilkan. Contohnya pada pengamatan volume 12 liter untuk waktu pengaliran selama 31,12 detik dengan diameter pipa (d) 0,017 didapatkan luasan (A) m 2 maka didapatkan debit (Q) 0, m 3 /det. Pada pengamatan tersebut pula didapatkan kecepatan aliran (v) 1,699 m/det yang mempunyai angka reynold (Re) yaitu 32880,09. Dimana aliran ini termasuk kedalam jenis aliran turbulen dikarenakan Re > Didapatkan pula nilai kehilangan energi akibat gesekan atau headloss (H f ) untuk masing-masing jenis sambungan baik untuk jenis belokan pipa berangsur-angsur nilai H f 0,04065 m maupun jenis belokan belokan 45 0 secara langsung nilai H f yang didapatkan yaitu 0,0173 m. Ini menunjukkkan bahwa kehilangan energi yang lebih besar terjadi pada belokan pipa secara berangsur-angsur. Untuk hasil mengetahui hubungan antara kehilangan energi dan kecepatan aliran maka dapat di hubungkan melalui grafik di bawah ini. 75

94 1. Grafik hubungan antara kecepatan (v) dan Headloss (Hf) Headloss (Hf) Hf terhadap v berangsur-angsur Kecepatan (v) Grafik 4.8 Grafik hubungan Kehilangan Tenaga terhadap Kecepatan. Grafik diatas menunjukkan bahwa pada belokan pipa berangsur-angsur kehilangan tenaga yang terjadi semakin besar. Dapat dilihat diatas bahwa kecepatan mempengaruhi kehilangan tenaga akibat gesekan. Semakin besar kecepatan aliran yang didapat maka semakin besar pula kehilangan energinya. 76

95 Headloss (Hf) Kecepatan (v) Grafik 4.9 Grafik hubungan Kehilangan Tenaga terhadap Kecepatan Grafik diatas menunjukkan bahwa pada belokan pipa 450 secara langsung kehilangan tenaga yang terjadi semakin besar. Dapat dilihat diatas bahwa kecepatan mempengaruhi kehilangan tenaga akibat gesekan. Semakin besar kecepatan aliran yang didapat maka semakin besar pula kehilangan energinya. 77

96 2. Kecenderungan Headloss (Hf) yang terjadi pada belokan pipa berangsurangsur dan pada belokan 450 secara mendadak HeadLoss (Hf) Hf langsung Hf berangsur-angsur Debit (Q) Grafik 4.10 Grafik Kecenderungan Headloss (Hf) antara kedua belokan Grafik diatas menujukkan kecenderungan yang terjadi dengan membandingkan kedua jenis belokan tersebut. Berdasarkan nilai Headloss yang di dapatkan (Hf). Dari grafik diatas menunjukkan bahwa nilai kehilangan energi yang paling besar didapatkan oleh belokan pipa secara berangsur-angsur dibandingkan dengan nilai kehilangan energi dari belokan 450 secara tiba-tiba. Banyak hal yang mempengaruhi kehilangan tersebut 78

97 diantaranya karena kedua panjang pipa yang berbeda. Sedangkan untuk debit yang dihasilkan sama. 3. Kecenderungan Hukur yang terjadi pada belokan pipa berangsur-angsur dan pada belokan 450 secara mendadak Nilai H ukur H langsung H angsur Debit (Q) Grafik 4.11 Grafik Kecenderungan H ukur Pada Kedua Belokan Grafik diatas menujukkan kecenderungan yang terjadi dengan membandingkan kedua jenis belokan tersebut. Berdasarkan nilai Headloss yang di dapatkan (Hf). Dari grafik diatas menunjukkan bahwa nilai kehilangan energi yang paling besar didapatkan oleh belokan pipa secara berangsur-angsur dibandingkan dengan nilai kehilangan energi dari belokan 450 secara tiba-tiba. Banyak hal yang mempengaruhi kehilangan tersebut diantaranya karena kedua panjang pipa yang berbeda. Sedangkan untuk 79

98 debit yang dihasilkan sama. Jadi semakin panjaang aliran melalui suatu pipa maka kehilangan energi yang terjadi semakin besar pula. 4. Hubungan antara Hukur dan Hhitung pada kedua belokan H Ukur (m) H angsur H langsung H hitung (m) Grafik 4.12 Grafik Hubungan H ukur Terhadap H hitung Pada Kedua Belokan Grafik diatas menunjukkan hubungan yang terjadi antara Hukur dan Hhitung. Grafik tersebut menunjukkan bahwa antara H ukur dan H hitung berbanding lurus. Semakin besar kehilangan energi pada pengamatan manometer maka semakin besar pula kehilangan energi yang di akibatkan oleh keofisien belokan (patahan). 80

99 5. Hubungan jumlah running alat dengan debit pada kedua volume Debit (m3/det) Debit debit Jumlah Running Grafik 4.13 Grafik hubungan debit dengan jumlah running alat pada kedua volume. Grafik diatas menunjukkan hubungan antara debit dengan jumlah running alat yang dilakukan selama penelitianyaitu sebanyak 30 kali. Dari grafik dapat dilihat bahwa garis yang berwarna biru merupakan debit pada volume 9 liter. Dan garis warna merah merupakan debit untuk volume 12 liter. Maka dapat disimpulkan debit pada volume 9 liter lebih besar dari debit volume 12 liter hal ini dikarenakan waktu tempuh yang berbeda dari kedua volume tersebut. Semakin besar waktu yang digunakan maka debitnya semakin kecil. 81

100 6. Hubungan Hhitung dengan jumlah running alat pada kedua volume H Hitung (m) JUmlah Running H hitung 9 liter H hitung 12 liter Grafik 4.14 Grafik hubungan HHitung dengan jumlah running alat pada kedua volume. Pada grafik diatas menunjukkan bahwa H hitung pada volume 9 liter lebih besar dari pada H hitung pada volume 12 liter. Hal ini dikarenakan debit yang dihasilkan kedua volume tersebut berbeda. Dan kecepatan yang dihasilkan kedua volume tersebut berbeda pula. 82

101 7. Hubungan Headloss pada kedua volume Headloss (hf) Jumlah running alat Headloss 9 liter langsung Headloss 12 liter Langsung Headloss 9 liter berangsur-angsur Headloss 12 liter berangsur-angsur Grafik 4.15 Grafik hubungan Headloss pada kedua belokan dengan jumlah running alat pada kedua volume. Grafik diatas menunjukkan hubungan headloss pada kedua belokan baik berangsur-angsur maupun belokan 450 secara langsung. Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kehilangan tenaga paling besar terjadi pada belokan berangsur-angsur. Dapat dilihat pula bahwa kehilangan paling besar terjadi pada volume 9 liter. Hal ini dikarekan debit yang besar terdapat pada volume 9 liter. Serta panjang pipa yang berpengaruh terhadap kedua belokan tesebut. 83

102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kehilangan energi pada belokan 45 0 secara langsung lebih kecil dibandingkan pada belokan pipa secara berangsur-angsur baik pada volume 9 liter maupun pada volume 12 liter. Dari hasil analisa pada volume 9 liter diperoleh kehilangan energi untuk belokan 45 0 secara langsung dengan debit (Q) 0, m 3 /det maka kehilangan energi yang didapatkan (H f ) 0,0209 m. Sedangkan pada belokan pipa secara berangsur-angsur dengan debit yang sama didapatkan kehilangan tenaga akibat gesekan (H f ) 0,0490 m. 2. Kecepatan aliran berbanding lurus dengan kehilangan energi. Semakin cepat waktu tempuh pengaliran maka kehilangan energi pula semakin besar. Pada volume 9 liter dengan debit (Q) 0, m 3 /det dan kecepatan aliran (v) 2,182 m/s maka kehilangan energi (H f ) yang didapatkan 0,0490 m pada belokan pipa secara berangsur-angsur dan 0,0209 m 3. Hubungan hubungan antar H ukur dan H hitung pada belokan pipa secara berangsur-angsur dan pada belokan 45 0 secara langsung yaitu berbanding lurus. Semakin besar kehilangan tenaga pada H ukur maka semakin besar pula kehilangan energi pada H hitung 84

103 4. Kecenderungan (Trend) yang terjadi didapatkan dari hasil analisa bahwa pada volume 9 liter maupun 12 liter pada debit yang sama kehilangan energy yang cenderung besar terjadi pada belokan pipa secara berangsurangsur Saran Saran-saran yang dapat saya berikan setelah melakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Untuk mahasiswa yang memprogramkan tugas akhir selanjutnya, sebaiknya dapat membandingkan kecenderungan yang terjadi pada belokan yang lainnya. Dengan dapat menggunakann volume pengaliran yang bervariasi. 2. Untuk menghindari kegagalan dalam pelaksaan penelitian ini, sebaiknya dilakukan dengan teiti dalam melihat masih ada tidakanya gelembung udara dalam pipa, dalam pembacaan manometer yang tepat, penggunaan stopwatch dalam pengambilan waktu, dan pada saat memvariasikan debit. 3. Penelitian ini dapat dikembangkan selanjutnya. 85

104 DAFTAR PUSTAKA Ari, Prio Wibowo Analisa Penurunan Headlosses Pada Belokan Pipa Fakultas Teknik Universitas Jember. Jember. Experiment Instructions, Fluid Friction Apparatus. Gunt Hamburg, Germany Helmizar, Studi Eksperimental Tentang Headlosses Pada aliran Fluida. Jurnal Ilmiah Cakra M, Vol. 5, No. 1 April 2011 : Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Harou Tahara, Sularso Pompa dan Kompresor. Penerbit PT Pradnya Pramita. Jakarta Selpan, M. Aliran Pada Saluran Tertutup (Pipa). Mekanika Fluida.Erlangga. Jakarta Pamungkas, Hendrawati Analisis Pengalian Air Dalam Pipa Dengan Berbagai Perubahan Penampang Pada suatu Jaringan Pipa. Diploma III Infrastruktur Perkotaan Universitas Sebelas Maret. Semarang. Sufira, Pengaruh pembelokan (elbow) dan perubahan penampang terhadap kehilangan Tenaga Pada Saluran Pipa. S1 Teknik Sipil Universitas Haluoleo. Kendari. Surendro, Bambang. Pengaruh Sudut Belokan Terhadap Tinggi Tekanan Air Pada Saluran Pipa. Universitas Tidar. Magelang. Triatmodjo,Bambang.1993.Hidraulika Terapan.Beta Offset.Yogyakarta Triatmodjo,Bambang.2008.Hidraulika II.Beta Offset.Yogyakarta Zainudin, Adi Sayoga Analisa Pengaruh Variasi Sudut. Dinamika Teknik Sipil, Volume 2 No. 2 Juli. Universitas Mataram November Pukul WITA Kamis, Kamis, 19 November Pukul WITA Minggu, 22 November Pukul WITA 1

105 LAMPIRAN 1

106 2

107 3

108 4

OLEH : AHMAD FARHUN (D )

OLEH : AHMAD FARHUN (D ) Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan 90 Terhadap Head Losses Aliran Pipa PROPOSAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa)

Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa) Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa) Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo 1996 : 25). Fluida yang

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

Panduan Praktikum 2012

Panduan Praktikum 2012 Percobaan 4 HEAD LOSS (KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA LURUS) A. Tujuan Percobaan: 1. Mengukur kerugian tekanan (Pv). Mengukur Head Loss (hv) B. Alat-alat yang digunakan 1. Fluid Friction Demonstrator. Stopwatch

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) 4.1 Pendahuluan Kerugian tekan (headloss) adalah salah satu kerugian yang tidak dapat dihindari pada suatu aliran fluida yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Elemen Meteorologi Untuk Irigasi. tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Elemen Meteorologi Untuk Irigasi. tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Elemen Meteorologi Untuk Irigasi Sosrodarsono, (1978) dalam perencanaan saluran irigasi harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi proses irigasi diantaranya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinematika adalah tinjauan gerak partikel zat cair tanpa memperhatikan gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Kinematika mempelajari kecepatan disetiap titik dalam medan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin Pompa air dengan menggunakan tenaga angin merupakan sistem konversi energi untuk mengubah energi angin menjadi putaran rotor

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN Page 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan efflux time dalam dunia industri banyak dijumpai pada pemindahan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan pipa tertutup serta tangki sebagai

Lebih terperinci

Klasisifikasi Aliran:

Klasisifikasi Aliran: Klasisifikasi Aliran: 1) Aliran Invisid dan Viskos 2) Aliran kompresibel dan tak kompresible 3) Aliran laminer dan turbulen 4) Aliran steady dan unsteady 5) Aliran seragam dan tak seragam 6) Aliran satu,

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta FLUIDA DINAMIS Ada tiga persamaan dasar dalam hidraulika, yaitu persamaan kontinuitas energi dan momentum. Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGGI TEKANAN RESERVOIR TERHADAP DEBIT PADA PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH TINGGI TEKANAN RESERVOIR TERHADAP DEBIT PADA PEMOMPAAN POMPA HIDRAM PENGARUH TINGGI TEKANAN RESERVOIR TERHADAP DEBIT PADA PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : PATNA WIBOWO NIM :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS Juari NRP: 1321025 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Hidraulika merupakan ilmu dasar dalam bidang teknik sipil yang menjelaskan perilaku fluida atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja

Lebih terperinci

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tekknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA 48 ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA Sandi Setya Wibowo 1), Kun Suharno 2), Sri Widodo 3) 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar email:sandisetya354@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Kelulusan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan ALIRAN MELALUI PIPA Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng Dr. Eng. Alwai Pujiraharjo Pendahuluan Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan dipergunakan untuk mengalirkan luida dengan penampang

Lebih terperinci

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) Mustakim 1), Abd. Syakura 2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai.

Lebih terperinci

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Disusun oleh : RUSWANTO

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN DEBIT DAN KEHILANGAN TINGGI TEKANAN (HEAD LOSS) PADA SISTEM JARINGAN PIPA DAERAH LAYANAN PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL TUGAS AKHIR

ANALISA PERHITUNGAN DEBIT DAN KEHILANGAN TINGGI TEKANAN (HEAD LOSS) PADA SISTEM JARINGAN PIPA DAERAH LAYANAN PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN DEBIT DAN KEHILANGAN TINGGI TEKANAN (HEAD LOSS) PADA SISTEM JARINGAN PIPA DAERAH LAYANAN PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL TUGAS AKHIR Disusun oleh : AIDA NURFADILAH 100424005 BIDANG STUDI

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Frans Enriko Siregar dan Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI ANALISIS LOSSES PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017 ISBN: 978-602-70570-5-0 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017 Analisa

Lebih terperinci

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Aliran Pipa vs Aliran Saluran Terbuka Aliran Pipa: Aliran Saluran Terbuka: Pipa terisi penuh dengan zat cair Perbedaan tekanan mengakibatkan

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Laporan Penelitian Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2010 KATA PENGANTAR Pertama

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND)

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND) TUGAS SARJANA BIDANG KONVERSI ENERGI KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PENGERTIAN Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Macam Aliran 1. Invisid dan viskos 2. Kompresibel

Lebih terperinci

ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN

ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN ANALISIS TINGGI DAN PANJANG LONCAT AIR PADA BANGUNAN UKUR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN R.A Dita Nurjanah Jurusan TeknikSipil, UniversitasSriwijaya (Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan)

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut.

Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut. KINEMATIKA ZAT CAIR Mempelajari grafik gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya penyebab gerak tersebut. Jenis aliran. Aliran inisid dan iskos Aliran inisid aliran dengan kekentalan zat cair μ 0 (zat

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN SALURAN IRIGASI PADA EMBUNG KALEN DESA HARGOSARI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

PERANCANGAN SALURAN IRIGASI PADA EMBUNG KALEN DESA HARGOSARI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA PERANCANGAN SALURAN IRIGASI PADA EMBUNG KALEN DESA HARGOSARI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL Tugas akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata satu Jurusan

Lebih terperinci

STUDI PENGGERUSAN LOKAL DISEKITAR PILAR JEMBATAN AKIBAT ALIRAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL 2 DIMENSI

STUDI PENGGERUSAN LOKAL DISEKITAR PILAR JEMBATAN AKIBAT ALIRAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL 2 DIMENSI STUDI PENGGERUSAN LOKAL DISEKITAR PILAR JEMBATAN AKIBAT ALIRAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL 2 DIMENSI Zezen Solide NRP : 9421002 NIRM : 41077011940256 Pembimbing : Endang Ariani, Ir., Dipl. HE. FAKULTAS

Lebih terperinci

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2 DINAMIKA FLUIDA FLUIDA DINAMIS SIFAT UMUM GAS IDEAL Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (STEADY ) dan tak tunak (non STEADY) Aliran fluida dapat termanpatkan (compressibel) dan tak termanfatkan

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424 Indonesia andhika.bramida@ui.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Andrea Sebastian Ginting 1, M. Syahril Gultom 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian Penelitian sling pump jenis kerucut variasi jumlah lilitan selang dengan menggunakan presentase pencelupan 80%, ketinggian pipa delivery 2 meter,

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengairan Tanah Pertambakan Pada daerah perbukitan di Atmasnawi Kecamatan Gunung Sindur., terdapat banyak sekali tambak ikan air tawar yang tidak dapat memelihara ikan pada

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUJIAN HEADLOSS ALIRAN FLUIDA TAK TERMAMPATKAN. Dwi Ermadi 1*,Darmanto 1

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUJIAN HEADLOSS ALIRAN FLUIDA TAK TERMAMPATKAN. Dwi Ermadi 1*,Darmanto 1 PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUJIAN HEADLOSS ALIRAN FLUIDA TAK TERMAMPATKAN Dwi Ermadi 1*,Darmanto 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl. Menoreh Tengah X/22,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA Disusun Oleh : Kelompok I (Satu) Hendryanto Sinaga (1507167334) Ryan Tito (1507165761) Sudung Sugiarto Siallagan (1507165728) PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MINIATUR TURBIN PELTON BAGIAN RANGKA STATIS DAN PENYUPLAI KAPASITAS 20 LITER PERMENIT LAPORAN PROYEK AKHIR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MINIATUR TURBIN PELTON BAGIAN RANGKA STATIS DAN PENYUPLAI KAPASITAS 20 LITER PERMENIT LAPORAN PROYEK AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MINIATUR TURBIN PELTON BAGIAN RANGKA STATIS DAN PENYUPLAI KAPASITAS 20 LITER PERMENIT LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh : ALVIAN NURUL QODRI NIM 011903101136 PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI MASSA JENIS Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan olum zat tersebut m V ρ = massa jenis zat (kg/m 3 ) m = massa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Batasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : AKRAM Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : AKRAM Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh : LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA SLING PUMP SKALA LABORATORIUM DENGAN VARIASI DIAMETER CORONG INLET DAN PERSENTASE PENCELUPAN Disusun Oleh : AKRAM 20110130118 Telah Diperiksa

Lebih terperinci

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi JURNAL Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi Analysis of losses Decrease Head At 180 bend Tube Bundle With Variations On Pipe diameter of

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa

BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa 4 BAB II DASAR TEORI 1.1 Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan

Lebih terperinci

Nama : Zainal Abidin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Nama : Zainal Abidin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. ANALISIS EFISIENSI POMPA DAN HEAD LOSS PADA MESIN COOLING WATER SISTEM FAN Nama : Zainal Abidin NPM : 27411717 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST.,

Lebih terperinci

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat untuk menempuh Colloquium Doctum/ Ujian

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Helmizar Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI DIAMETER KATUP BUANG TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI DIAMETER KATUP BUANG TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI DIAMETER KATUP BUANG TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Tugas Akhir Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Jurusan teknik kimia fakultas teknik universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA KATA PENGANTAR PENYUSUN: Nanang Wahdiat ( ) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA SELATAN

LAPORAN PRAKTIKUM ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA KATA PENGANTAR PENYUSUN: Nanang Wahdiat ( ) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIKUM ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA PENYUSUN: Nanang Wahdiat (4311216186) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA SELATAN 2013 KATA PENGANTAR 1 Atas limpahan taufik dan hidayah Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Saluran Terbuka Saluran terbuka adalah salah satu aliran yang mana tidak semua dinding saluran bergesekan dengan fluida yang mengalir, oleh karena itu terdapat ruang bebas dimana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN JUDUL ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det)

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det) BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Performance Alat Penjernih Air Sistem Gravitasi Penelitian ini menitikberatkan pada parameter-parameter yang diperlukan dalam perencanaan sistem distribusi air

Lebih terperinci

FLUIDA BERGERAK. Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline.

FLUIDA BERGERAK. Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline. FLUIDA BERGERAK ALIRAN FLUIDA Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline. Aliran turbulen Suatu aliran dikatakan laminar / stasioner / streamline

Lebih terperinci

MODUL III KEHILANGAN TINGGI TEKAN

MODUL III KEHILANGAN TINGGI TEKAN MODUL III KEHILANGAN TINGGI TEKAN Pernahkah Anda membuka kran air dan mendapat air yang keluar sangat kecil? Padahal Anda yakin bak penampung air terisi penuh dan ketika Anda mencoba membuka kran lain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Juni Penulis. I Fitri Noviyanti NIM

KATA PENGANTAR. Bandung, Juni Penulis. I Fitri Noviyanti NIM KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat ilahirobbi karena dengan rahmat dan petunjuk-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tugas

Lebih terperinci

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id DINAMIKA FLUIDA nurhidayah@unja.ac.id nurhidayah.staff.unja.ac.id Fluida adalah zat alir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengalir. Ada dua jenis aliran fluida : laminar dan turbulensi Aliran laminar

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id MODUL

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II BAB II FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS 2.1 Tujuan Pengujian 1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa pada bilangan reynold tertentu. 2. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci