PERANCANGAN FILM PEMBELAJARAN KESENIAN LUDRUK UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII DI SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN FILM PEMBELAJARAN KESENIAN LUDRUK UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII DI SURABAYA"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) PERANCANGAN FILM PEMBELAJARAN KESENIAN LUDRUK UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII DI SURABAYA Terbit Nurcahya Basuki dan Andjrah Hamzah Irawan, ST, Msi Jurusan Para Pengarang, Fakultas Masing-masing, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya anjrah@prodes.its.ac.id Perkembangan kesenian Ludruk di masa ini sangat memprihatinkan. Saat ini, masyarakat di perkotaan sudah semakin jarang menjadikan kesenian Ludruk tanggapan dalam acara-acara hajatan masyarakat seperti acara pernikahan, sunatan dan acara-acara lainnya. Di kota Surabaya yang pernah disebut ikon Ludruk, hanya tersisa satu grup ludruk yang masih bertahan dan melakukan pertunjukkan secara rutin. Selain itu, upaya proses regenerasi melalui pembelajaran dan kegiatan Festival juga mengalami hambatan dalam proses pengenalan kepada siswa yang belum mengenal Ludruk sama sekali. Sehingga yang menjadi tantangan adalah bagaimana menciptakan sebuah media pembelajaran yang dapat mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang kesenian Ludruk, kepada target segmentasi pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII yang merupakan target pengenalan awal pembelajaran kesenian Ludruk. Proses pembelajaran tanpa adanya media pembelajaran dapat menimbulkan persepsi antar murid menjadi berbeda-beda. Berdasarkan karakteristiknya, kesenian Ludruk terbagi dalam beberapa bentuk kesenian meliputi gerak dan nyanyian. Sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk media pembelajaran audio-visual. Wujud dari penelitian dan perancangan ini adalah berupa film pembelajaran dengan konten pembelajaran kesenian Ludruk untuk pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII, menggunakan pendekatan drama pelajar dengan konsep berdasarkan hasil analisa dan studi. Diharapkan film pembelajaran ini dapat lebih membantu dalam proses pengenalan dan pembelajaran kesenian Ludruk, mampu menyampaikan pesan pembelajaran dan sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh target segmen yaitu pelajar SMP kelas VII di Surabaya. Dalam penyusunan sebuah film pembelajaran, yang perlu diperhatikan yaitu hal-hal penunjang keefektifan media seperti kesesuaian konsep, target audiens, talent, serta muatan film lainnya. Proses penyampaian informasi merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan sehingga audience tidak mengalami kesulitan dalam menerima informasi yang disampaikan. Kata Kunci - Film, pembelajaran, Ludruk, energik. K I. PENDAHULUAN esenian Ludruk merupakan kesenian rakyat yang berasal dari Jawa Timur dan pernah menjadi kesenian rakyat paling populer. Sebagai salah satu jenis kesenian, Ludruk memiliki elemen-elemen penting dan spesifik, yaitu tari Ngremo, kidungan, dagelan, serta cerita. Ludruk lahir sebagai sebuah kesenian yang mengapresiasikan perlawanan masyarakat terhadap kekuasaan pemerintah. Gambar 1.1. Pertunjukkan Kesenian Ludruk (Sumber gambar : Bila Ludruk sebelumnya merupakan hiburan yang paling diminati oleh masyarakat, saat ini di perkotaan Ludruk sudah semakin jarang dijadikan tanggapan dalam acara-acara hajatan seperti acara pernikahan, sunatan dan acara-acara masyarakat lainnya. Perkembangan Ludruk yang buruk juga dapat dilihat dari jumlah grup yang mengalami penurunan. Di Surabaya hanya terdapat satu grup ludruk yang masih bertahan dan melakukan pertunjukkan secara rutin yaitu grup Ludruk Irama Budaya yang bertempat di Taman Budaya THR. Proses pelestarian dan regenerasi kesenian Ludruk juga menjadi sebuah hal yang saat ini tengah diupayakan oleh pelaku dan pemerhati kesenian Ludruk. Salah satunya yaitu melalui kegiatan kegiatan rutin tahunan Festival Ludruk Pelajar yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur. Dengan tujuan utama untuk memperkenalkan kesenian Ludruk kepada pelajar juga sebagai wadah pembelajaran bagi siswa untuk lebih mengenal seni-seni tradisi jawa timur. Terdapat kendala dalam proses pengenalan kesenian Ludruk kepada siswa yang belum mengenal ludruk sama sekali, dimana dalam proses pembelajaran memainkan Ludruk, siswa harus memahami arti dari kesenian ini terlebih dahulu. Selain itu, media pembelajaran bagi siswa belum ada, dan media pembelajaran tentang kesenian ludruk yang ada saat ini cakupannya masih untuk umum. Proses pembelajaran tanpa adanya media pembelajaran dapat menimbulkan persepsi antar murid menjadi berbedabeda. Dengan adanya media pembelajaran, siswa akan lebih mudah mendapatkan informasi dan adanya persamaan persepsi terhadap informasi yang diharapkan. Berdasarkan karakteristiknya, kesenian Ludruk terbagi dalam beberapa bentuk kesenian meliputi gerak dan nyanyian, lawakan, taritarian, kidungan dan cerita. Sehingga untuk menampilkan kesenian ini dalam sebuah media pembelajaran perlu ditampilkan dalam salah satu bentuk media audio visual.

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Tujuan dari perancangan ini adalah untuk memberikan alternatif media pembelajaran dan membantu meningkatkan apresiasi siswa terhadap kesenian Ludruk dengan harapan dapat membantu mengenalkan kesenian ludruk kepada pelajar Sekolah Menengah Pertama. II. STUDI PUSTAKA A. Tinjauan Kesenian Ludruk Kesenian Ludruk terdiri dari beberapa macam periode perkembangan, yang terdiri dari : a. Periode Lerok Ngamen, berlangsung tahun b. Periode Lerok Besutan, berkembang pada tahun an. c. Periode Ludruk Sandiwara, berkembang sekitar tahun Nama ludruk berawal dari perilaku gerak pada sebuah tarian Ngremo, dengan gerakan kepala gela-gelo dan gerakan kaki gedrog-gedrog. Dari gerakan tersebut kemudian menjadi akronim lodrog yang mengalami variasi kata menjadi Ludruk. Sehingga tari Ngremo dan kesenian Ludruk merupakan sebuah kesatuan, dimana ludruk tidak dapat dipisahkan dari tari Ngremo meskipun tariannya dapat dipertunjukkan sendiri. Dalam kesenian Ludruk terdapat empat unsur pertunjukkan, yaitu : a) Tari Ngremo Merupakan tarian sambutan, yang menyimbolkan gerak kepahlawanan. Gambar 2.1 Pertunjukkan tari Ngremo (Sumber gambar : dokumentasi b) Kidungan yang dibawakan bedayan. Kidungan yang dibawakan oleh personil Ludruk (pria) yang berdandan wanita. Gambar 2.2 Pertunjukkan Bedayan (Sumber gambar : dokumentasi c) Dagelan, meliputi parikan dan dagelan/lawakan Berisi sindiran dan pesan yang disampaikan lewat parikan serta lawakan. Gambar 2.3 Parikan dan Dagelan (Sumber gambar : dokumentasi d) Cerita drama lakon Cerita diangkat dari legenda, babad, serita kepahlawanan atau cerita kehidupan masyarakat sehari-hari. Gambar 2.4 Pertunjukkan lakon drama Ludruk (Sumber gambar : Aspek musikal yang mengiringi dalam kesenian Ludruk adalah dari jenis musik tradisional khas karawitan "Jawa- Timuran" dengan ciri khas pola penabuhan bonang babok dan bonang penerus, saron peking dan kendhang yang sangat menonjol. Gambar 2.5 Pengiring musik dalam pertunjukkan Ludruk (Sumber gambar : B. Tinjauan Pembelajaran Seni dan Budaya Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya untuk kelas VII meliputi dua aspek, yaitu : a) Aspresiasi, merupakan aspek pembelajaran yang memberikan pengaruh pada value, pengenalan dan pemahaman kesenian dan kebudayaan hingga berpengaruh pada perilaku siswa. b) Ekspresi, merupakan aspek pembelajaran yang lebih menekankan pada kemandirian siswa untuk bisa mengungkapkan nilai budaya menjadi sebuah karakter, kegiatan pertunjukkan, dan pergelaran sebagai salah satu perwujudan pengekspresian cita rasa keseniannya. Maka keterampilan yang harus dimiliki, yaitu dapat mengapresiasi karya seni teater dan mengekspresikan diri melalui karya seni teater. C. Tinjauan Film Film Dokumenter Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film Pendek Dalam pembuatan sebuah film pendek, terdapat beberapa elemen yaitu: a) Karakter, adalah tentang siapa cerita itu dan dari sudut pandang mana cerita itu diceritakan. b) Tujuan, adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh karakter. c) Konflik, adalah apa yang terjadi antara karakter dan pencapaiannya.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Konflik menjadi sebuah masalah, menciptakan rintangan dan dilema yang menempatkan karakter dalam sebuah keadaan bahaya, baik fisik, mental maupun spiritual. Yang berarti ada sesuatu yang dipertaruhkan bila karakter tidak dapat menyelesaikan masalahnya. Dasar struktur dalam sebuah cerita meliputi : a) Eksposisi, karakter utama dan lokasi diperkenalkan. Pada poin ini, setidaknya apa yang terjadi dan apa yang diinginkan oleh karakter telah ditunjukkan. b) Kejadian buruk, sesuatu yang tidak disangka terjadi, dan membawa karakter menuju sebuah tujuan. c) Peningkatan konflik, sesuatu atau seseorang menghalangi karakter menuju tujuannya, konflik menjadi semakin memburuk dan ditunjukkan dalam beberapa peristiwa. d) Krisis, adalah sebuah keadaan dimana karakter menjadi semakin lemah dan rintangan semakin sulit. Pada sisi ini karakter menetapkan sebuah keputusan menghadapi masalahnya. e) Klimaks, menempatkan karakter berhadapan dengan rintangannya. Pada sisi ini tidak terhadap jalan untuk kembali, karakter harus melakukan sesuatu. Dalam cerita pendek, krisis dan klimaks menjadi satu kejadian. f) Resolusi, hasil akhir, menggambarkan hasil pencapaian karakter sukses atau gagal. III. METODE DESAIN A. Jenis Data Dalam memperoleh data yang dapat mendukung proses perancangan maka dilakukanpencarian data melalui: a) Mengidentifikasi Fenomena b) Studi eksisting dan studi komparator c) Hasil wawancara mendalam dengan pihak yang terkait d) Studi Literatur dan teori yang berhubungan e) Hasil dari kuisioner untuk mengetahui keinginan audiens Jadi dalam riset ini diperoleh data primer berupa hasil Kuesioner kepada responden dan wawancara kepada pihak Dinas P dan K, pengajar dan pengamat kesenian Ludruk, serta melalui studi tentang kesenian Ludruk dan beberapa komparator film. Selain itu diperoleh juga data Sekunder melalui beberapa buku literatur dan teori. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada perancangan ini terdiri dari pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya. 2. Sampel Dalam penggalian data, dilakukan kuisioner pada pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya yang disebar secara random. C. Teknik Analisis 1. Identifikasi Permasalahan Untuk mengetahui identifikasi masalah, maka dilakukan penggalian data melalui depth interview kepada beberapa pihak terkait, seperti penanggung jawab kegiatan Festival Ludruk Pelajar, Dinas P dan K bagian pendidikan, dan guru pengajar kesenian Ludruk serta pengamat kesenian Ludruk yang terdapat di Surabaya dan kuisioner terhadap target segmen yaitu pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya. Dari kedua data tersebut dapat ditarik kesimpulan melalui proses komparasi antara data primer dengan data sekunder. 2. Tinjauan Literatur Tinjauan literatur diperoleh sesuai dengan perancangan yaitu perancangan film pembelajaran. Tinjauan literatur yang digunakan meliputi studi tentang kesenian Ludruk, studi tentang film, studi tentang media pembelajaran, studi tentang proses pembuatan film dan cerita, serta studi segmentasi. 3. Studi Eksisting Studi eksisting terfokus pada kegiatan Festival Ludruk Pelajar, melalui hasil rekaman pertunjukkan yang didapatkan dari Dinas P dan K Jawa Timur. Studi eksisting juga menggunakan komparator yakni film pembelajaran sebagai pembanding proses pembelajaran dan acuan dalam perancangan. 4. Konsep Desain Perancangan konsep desain untuk Film Pembelajaran Kesenian Ludruk berorientasi pada penyampaian pembelajaran untuk pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya sebagai target segmen. IV. KONSEP DESAIN A. Positioning Film pembelajaran yang mengangkat tentang kesenian Ludruk, sebagai kesenian daerah Jawa Timur. Memberikan pemahaman, pengetahuan dan mengajarkan tentang kesenian Ludruk. B. USP Unique selling preposition pada film ini adalah : 1. Film pembelajaran yang mengangkat tentang kesenian Ludruk dengan muatan cerita drama ludruk yang diperankan oleh pelajar. 2. Mampu mengkomunikasikan tentang sejarah kesenian Ludruk, menunjukkan seperti apa kesenian Ludruk tradisional serta memberi contoh muatan yang ada dalam sebuah kesenian Ludruk. 3. Dapat menanamkan pemahaman terhadap pelajar untuk meningkatan kecintaan terhadap kesenian daerah, dan memberi dorongan untuk mempelajari kesenian daerah. C. Konsep Perancangan Sebuah film dengan konten pembelajaran kesenian Ludruk yang energetic adalah sebuah film dengan cerita tentang pelajar yang bersemangat dalam bermain Ludruk namun juga tidak mengabaikan penyampaian konten pembelajaran.

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Kesan energetic, diambil dari penggabungan dinamis dan spirit, digambarkan melalui cerita, alur yang dinamis dan cepat, scoring yang digunakan meskipun tidak termasuk dalam perancangan juga digunakan scoring dengan tempo yang dinamis. Untuk konten pembelajaran pada perancangan ini terdapat beberapa konten, yaitu dokumenter kesenian Ludruk tradisional, pengetahuan tentang sejarah dan arti kesenian Ludruk, pengenalan tari Ngremo dan pengenalan alat musik gamelan. V. IMPLEMENTASI DESAIN Film pembelajaran ini menggunakan talent pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 9 Surabaya, jurusan teater, untuk muatan drama Ludruk. Format film 1280 x 720, 25 fps. Gambar 5.1 Tinjauan konten pembelajaran Gambar 5.2 Konten pengenalan dan pembelajaran 1 Gambar 5.5 Konten pengenalan gamelan VI. KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan 1. Pada intinya sebuah media pembelajaran memiliki tujuan untuk membantu dalam sebuah proses pembelajaran meskipun media yang dapat digunakan sangat beragam. 2. Pemilihan media yang digunakan harus disesuaikan dengan target segmen dan kebutuhannya, serta penyesuaian dengan karakteristik konten yang diangkat. 3. Film merupakan salah satu media audio-visual yang dapat berfungsi sebagai media pembelajaran dan informasi bagi pelajar. 4. Diharapkan film pembelajaran ini dapat lebih membantu proses pengenalan dan pembelajaran kesenian Ludruk, sebagai kesenian daerah Jawa Timur. 5. Dalam penyusunan media pembelajaran, konten yang diberikan harus mampu menyampaikan pesan pembelajaran dengan jelas, sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh target segmen. 6. Target audience dari perancangan ini adalah pelajar Sekolah Menengah Pertama kelas VII di Surabaya. 7. Dalam penyusunan sebuah film, perlu sebuah cerita dan alur yang jelas. Dengan alur dan cerita yang kurang jelas akan membuat audiens merasa kesulitan dalam menangkap cerita. 8. Proses penyampaian informasi merupakan hal yang menjadi prioritas dalam muatan film pembelajaran. Saran Gambar 5.3 Konten pengenalan tari Ngremo Gambar 5.4 Konten dokumenter kesenian Ludruk 1. Sebaiknya dalam perancangan sebuah film pembelajaran, perlu diperhatikan antara kesesuaian konsep, target audiens, talent yang digunakan, serta muatan lainnya yang digunakan dalam film. Jika talent yang digunakan kurang sesuai dengan target segmen dapat mengurangi keefektifan media. 2. Proses penyampaian informasi dalam sebuah media pembelajaran harus diperhatikan dan diupayakan sejelas mungkin. Penambahan subtitle, bahasa yang digunakan dan keseimbangan scoring dengan narasi harus diperhatikan sehingga audience tidak mengalami kesulitan dalam menerima informasi yang disampaikan. 3. Perlunya sebuah pertimbangan dalam perancangan konten dengan durasi film yang digunakan. Konten yang terlalu padat dapat membuat audience jenuh dan kesulitan dalam menerima informasi, perulangan konten informasi mungkin lebih dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman.

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Pembatasan target audience yang digunakan perlu sebuah riset yang lebih mendalam, sehingga media film ini dapat benar-benar sesuai dengan karakter target segmen yang dituju. 5. Perdalam tinjauan dengan mewawancarai pengamat film budaya mungkin dapat digunakan sebagai tambahan studi untuk proses perancangan media serupa. UCAPAN TERIMA KASIH Perancang mengucapkan banyak terima kasih kepada Orang Tua atas dukungan moril maupun material, kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai stakeholder, SMK Negeri 9 atas bantuan yang diberikan dalam proses perancangan, grup Ludruk Irama Budaya atas bantuan yang diberikan, Bpk/Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan selama pengerjaan Tugas Akhir ini, dan seluruh teman teman yang telah memberikan bantuan pada pengerjaan tugas akhir ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Henricus Supriyanto, 1989, Pertumbuhan dan perkembangan teater ludruk di Jawa Timur, Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur [2] Wahyudiyanto, 2008, Kepahlawanan Tari Ngremo Surabayan, Solo: ISI Press [3] Eiseman Leatrice, 2000, PANTONE Guide To Communicating With, Grafix Press [4] Hayward, Susan, 1996, Key Concept in Cinema Studies [5] Darmaprawira W.A, Sulasmi, 2002, Warna : Teori dan Kreativitas Penggunaanya, Bandung : ITB, edisi ke-2 [6] W. Santrock, John, 2003, Adolescene Perkembangan Remaja, Jakarta : Erlangga, Edisi keenam [7] Simon, Mark, 2007, Storyboards Motion in Art, Oxford: Elsevier Inc, Third edition [8] Sullivan, Karen, Schumer, Gary, Alexander, Kate, 2008, Ideas for the Animated Short, Oxford: Elsevier Inc [9] Harian Kompas terbitan tanggal , Surabaya, Jawa Timur [10] http//berebut-kuasa-atas-ludruk.html, average.com

PERANCANGAN FILM PEMBELAJARAN KESENIAN LUDRUK UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII TERBIT NURCAHYA BASUKI

PERANCANGAN FILM PEMBELAJARAN KESENIAN LUDRUK UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII TERBIT NURCAHYA BASUKI PERANCANGAN FILM PEMBELAJARAN KESENIAN LUDRUK UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII TERBIT NURCAHYA BASUKI 3406100064 FENOMENA Kesenian Ludruk merupakan kesenian tradisonal dengan perkembangan terburuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Surabaya merupakan salah satu kota tua di Indonesia. Bukti sejarah menunjukan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum orang orang Eropa datang ke Indonesia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Dapat dikatakan dalam suatu bagian daerah Indonesia memiliki kebudayaan dan kesenian khas

Lebih terperinci

Perancangan Buku Interaktif Jarimatika Penjumlahan dan Pengurangan sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Anak Usia 5-7 Tahun

Perancangan Buku Interaktif Jarimatika Penjumlahan dan Pengurangan sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Anak Usia 5-7 Tahun JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) F-13 Perancangan Buku Interaktif Jarimatika Penjumlahan dan Pengurangan sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan dari si pencipta.

Lebih terperinci

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 70 Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur Laksmi Dewayani dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan budaya pada dunia hiburan khususnya dalam seni tradisional Indonesia semakin berkurang dan ditinggalkan, banyak para remaja yang lebih mengikuti era teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Rebana banyak berkembang di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan perkembangannya, kesenian yang menggunakan alat musik rebana mengalami perubahan baik dari segi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Pusat Pengembangan Musik Tradisional Jawa Timur di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, media komunikasi tradisional cenderung banyak yang terlupakan dibandingkan dengan media teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen 120 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Bentuk penyajian tradisi awalnya perorangan berfungsi untuk batatamba banyanyian, dalam perkembangannya tradisi terdiri dari formasi instrumen masih sederhana terdiri

Lebih terperinci

PERANCANGAN NOVEL GRAFIS KEMBANG JEPUN RESHA PURNAMA SARI

PERANCANGAN NOVEL GRAFIS KEMBANG JEPUN RESHA PURNAMA SARI PERANCANGAN NOVEL GRAFIS KEMBANG JEPUN RESHA PURNAMA SARI 3407100129 Remy Sylado Penulis dan seniman Menerima penghargaan sastra khatulistiwa 2002 Menerima penghargaan MURI atas melalui buku kumpulan sajak

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-245 Kriteria Pengembangan Desa sebagai Desa Wisata di Kabupaten Mira Hawaniar dan Rimadewi Suprihardjo Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PERUBAHAN JADWAL

PENGUMUMAN PERUBAHAN JADWAL PENGUMUMAN PERUBAHAN JADWAL LOMBA KOMUNITAS RELAWAN TIK (RTIK), KELOMPOK INFORMASI MASYARAKAT (KIM) DAN PERTUNJUKAN RAKYAT (PETUNRA) PADA KEGIATAN INOVASI TEKONOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

Perancangan Media Pembelajaran Interaktif Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Siswa Kelas 4 SD Dengan Metode Learning The Actual Object

Perancangan Media Pembelajaran Interaktif Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Siswa Kelas 4 SD Dengan Metode Learning The Actual Object JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X F-28 Perancangan Media Pembelajaran Interaktif Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Siswa Kelas 4 SD Dengan Metode Learning The Actual Object

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan dalam bab ini akan lebih terfokus kepada metode yang digunakan dalam perancangan karya, observasi data serta teknik pengolahannya dalam perancangan buku komik Ludruk

Lebih terperinci

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 156 Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid Armeinda Nur Aini dan Arina Hayati Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap provinsi di Indonesia memiliki cerita rakyat yang berbeda-beda. Sebagai salah satu dari keragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia, cerita rakyat tentu patut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan sebuah drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelar di panggung. Pertunjukan kesenian yang berasal dari Jombang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berfungsi sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data atau informasi dengan tujuan tertentu yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan setiap peneliti.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia tradisional Indonesia semakin ditinggalkan, remaja muda-mudi Indonesia banyak yang lebih mengikuti era teknologi dan dengan demikian keberadaan

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya atau kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa. Identitas ini yang membedakan kebiasaan, sifat, dan karya-karya seni yang dihasilkan. Indonesia memiliki berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprak adalah teater yang amat populer di Jawa Tengah khususnya Yogyakarta ini dan berusia cukup tua. Sekurang-kurangnya embrio teater ini sudah muncul, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

Perancangan Environmental Graphic Design Kebun Binatang Surabaya dengan Konsep Uniquely Playful

Perancangan Environmental Graphic Design Kebun Binatang Surabaya dengan Konsep Uniquely Playful JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X F-66 Perancangan Environmental Graphic Design Kebun Binatang Surabaya dengan Konsep Uniquely Playful M Anas Kautsar dan Denny Indrayana

Lebih terperinci

Perancangan Environment Film Serial Animasi Peristiwa 10 November 1945 Pada Ruang Diorama Elektronik Museum Sepuluh Nopember Surabaya

Perancangan Environment Film Serial Animasi Peristiwa 10 November 1945 Pada Ruang Diorama Elektronik Museum Sepuluh Nopember Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perancangan Environment Film Serial Animasi Peristiwa 10 November 1945 Pada Ruang Diorama Elektronik Museum Sepuluh Nopember Surabaya Rian Purusatama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan banyak budaya beragam. Beragam budaya, adat, bahasa, legenda, dongeng dan lain-lain. Setiap daerah mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha - 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan saat ini, remaja dalam rentang usia 13 tahun hingga 18 tahun mempelajari sejarah Indonesia baik melalui buku pelajaran sekolah maupun media

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH MUSIK KERONCONG. Antonius Natali P

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH MUSIK KERONCONG. Antonius Natali P PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH MUSIK KERONCONG Antonius Natali P. 3404 100 104 Buku ilustrasi adalah buku yang menampilkan hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cimande adalah nama sebuah daerah di Desa Tarikolot kabupaten Bogor, Jawa Barat. Daerah tersebut dikenal sebagai daerah tempat pusat ahli tulang dan pijat patah

Lebih terperinci

Perancangan Video Dokumenter Pelaku Konservasi Kawasan Mangrove Pamurbaya Sebagai Bagian Dari CSR PT. H.M. SAMPOERNA Tbk,. Faris Shidqi

Perancangan Video Dokumenter Pelaku Konservasi Kawasan Mangrove Pamurbaya Sebagai Bagian Dari CSR PT. H.M. SAMPOERNA Tbk,. Faris Shidqi Perancangan Video Dokumenter Pelaku Konservasi Kawasan Mangrove Pamurbaya Sebagai Bagian Dari CSR PT. H.M. SAMPOERNA Tbk,. Faris Shidqi 3405.100.117 Pamurbaya Pamurbaya Pamurbaya terletak di tepi selat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai kepulauan dengan seni dan budaya tradisional yang beragam. Seni dan tradisional menjadi ciri khas dalam setiap daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai sarana berpikir, tetapi juga sebagai hasil, bagian, dan kondisi kebudayaan (Laksana, 2009: 11). Bahasa sebagai hasil kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs 2. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep 1 Kriteria Pengembangan Desa sebagai Desa Wisata di Kabupaten Mira Hawaniar 1, Rimadewi Suprihardjo 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI

SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya film merupakan suatu bentuk komunikasi massa, dimana penyampaian pesan ditransfer dar unsure visual (motion picture) dan unsur audio. Kedua unsur ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Studi Komparator

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Studi Komparator BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Studi Komparator Revolusi Iran Analisa layout dan Tipografi Alur pembaca (sequence) Jenis dan Ukuran huruf Analisa lebar paragraph Panel Cover METODE PENELITIAN BAB 3 Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan bentuk dan ragam kebudayaan. Kebudayaan yang hidup pada berbagai suku bangsa menyumbangkan kekayaan melimpah bagi kebudayaan

Lebih terperinci

Perancangan Boardgame Sebagai Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Anak SD Kelas 1

Perancangan Boardgame Sebagai Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Anak SD Kelas 1 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X F-22 Perancangan Boardgame Sebagai Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Anak SD Kelas 1 Dan Besta Nusantara, dan Andjrah

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING 3.1. STRATEGI KOMUNIKASI Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan

Lebih terperinci

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian LONGSER KETOPRAK Longser merupakan salah satu jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di daerah Priangan, khususnya di daerah Bandung. Pada tahun 1915 di Bandung terdapat sebuah pertunjukan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah turun temurun sejak jaman dahulu, dan dipandang perlu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hasil beberapa penelitian dan survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni yang berkembang di masyarakat merupakan sebuah aspek penting dalam pengembangan berbangsa dan bernegara. Seni berkembang sesuai perkembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era globalisasi pada berbagai aspek kehidupan kian merebak. Persaingan tersebut terjadi dalam aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Dua aspek inilah yang sekarang menjadi konsentrasi pembangunan yang diinisiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta BAB V KESIMPULAN Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta produk dan kreativitas dari penyelenggara produk atau produser. Kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Plato (2000:5) Pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. oleh Plato (2000:5) Pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan seni di sekolah dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian. Hal ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Plato

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai kekayaan seni dan budaya. Semua daerah di Indonesia, dari ujung Aceh sampai Papua memiliki seni unik dan etnik. Diantaranya seni

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ujungberung yang terletak di Kota Bandung ini memiliki beragam kesenian, salah satunya adalah kesenian yang berkembang saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum yang sekarang banyak digunakan oleh sekolah yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum yang sekarang banyak digunakan oleh sekolah yaitu Kurikulum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan sumber acuan dalam proses belajar mengajar. Kurikulum yang sekarang banyak digunakan oleh sekolah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya tarik di mata para remaja, mereka lebih memilih untuk pergi melihat bioskop yang memutar

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Perancangan Media Pembelajaran Interaktif Matematika untuk siswa kelas 5 SD

Perancangan Media Pembelajaran Interaktif Matematika untuk siswa kelas 5 SD JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X 1 Perancangan Media Pembelajaran Interaktif Matematika untuk siswa kelas 5 SD Rudi Yulio Arindiono, Nugrahadi Ramadhani, SSn, MT Desain Produk

Lebih terperinci

PLBJ KOMPETENSI DASAR

PLBJ KOMPETENSI DASAR PLBJ NO 1 2 3 4 1. Mengenal ciri-ciri air bersih Memahami manfaat air Menyebutkan ciri-ciri air bersih bersih Menjelaskan manfaat dari tawas Di sajikan gambar alat penjernihan air 2. Membuat model penjernihan

Lebih terperinci

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser 1 ABSTRAK Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Proses

Lebih terperinci

I.1. LATAR BELAKANG I.1.1.

I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Telah diketahui bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang luar biasa dikarenakan variasi dari budaya yang ada di negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN RISET MEDIA DAN KHALAYAK TINGKAT KETERTARIKAN MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP SUATU GENRE MUSIK (BEAT TV)

PROPOSAL PENELITIAN RISET MEDIA DAN KHALAYAK TINGKAT KETERTARIKAN MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP SUATU GENRE MUSIK (BEAT TV) PROPOSAL PENELITIAN RISET MEDIA DAN KHALAYAK TINGKAT KETERTARIKAN MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP SUATU GENRE MUSIK (BEAT TV) DISUSUN OLEH: ANDREW ALEXIS. N TUBAGUS ADITYA NUGRAHA Universitas Al Azhar Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 611 77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu negara adalah pendidikan

Lebih terperinci

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925).

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

Audio. Format Program. Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Audio. Format Program. Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Format Program Audio Karakteristik Format Program Audio Pada umumnya program non musik, tetapi bisa diselingi musik Bentuknya: uraian, dialog, diskusi, wawancara, feature, majalah udara, drama/sandiwara.

Lebih terperinci

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-255 Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar Ngakan Gede Ananda Prawira

Lebih terperinci

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi. PEMATANGAN GERAK DAN IRINGAN WAYANG TOPENG DESA SONEYAN SEBAGAI USAHA PELESTARIAN KESENIAN TRADISI Rustopo, Fajar Cahyadi, Ervina Eka Subekti, Riris Setyo Sundari PGSD FIP Universitas PGRI Semarang fajarcahyadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci