BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya Allah telah memberikan rezeki kepada seluruh umat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya Allah telah memberikan rezeki kepada seluruh umat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya Allah telah memberikan rezeki kepada seluruh umat manusia baik secara langsung maupun melalui perantara yang telah ditakdirkan. Islam mengajarkan umatnya untuk menjalankan syari at Islam secara keseluruhan (kaffah). Islam tidak hanya mengatur aspek ibadah mahdah saja yang menyangkut hubungan vertikal antara manusia dengan pencipta-nya, tetapi juga menyangkut semua bentuk aktifitas yang berimpilkasi sosial (Rahman, 1995:195). Tujuan hidup bagi seorang muslim adalah mencapai kebahagiaan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Sedangkan bagi para penganut sekularisme, tujuan dari hidupnya adalah mendapat kebahagiaan dunia dengan memenuhi kepuasannya seluas mungkin. Ilmu Ekonomi konvensional selalu mengasumsikan bahwa dalam mengkonsumsi, seseorang akan memilih barang atau jasa yang dianggap paling bernilai untuk mencapai kepuasan tertinggi (Samuelson dan Nordhaus, 2001:97). Perilaku konsumsi yang buruk yang dilakukan seseorang akan berpengaruh pada perilaku konsumsi pada masyarakat umum yang akan menjadi penyebab buruknya manusia dalam melakukan pola konsumsi. Fenomena tersebut banyak ditemukan di kehidupan masyarakat sekarang ini, diantaranya banyak masyarakat tidak pandai mengatur pendapatan yang diperolehnya. Sebagian besar 1

2 dari pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi barang-barang mewah yang berada diluar kebutuhan. Kegiatan konsumsi erat kaitannya dengan pendapatan masyarakat, dimana setiap ada kenaikan pendapatan akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya konsumsi yang dilakukan masyarakat. Konsumsi masyarakat terdiri atas konsumsi makanan dan bukan makanan serta tabungan dan investasi. Dari data Badan Pusat Statistik (2007) terlihat gambaran pengeluaran rumah tangga di Jawa Barat yang terdiri atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan. Tabel 1.1 Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan di Jawa Barat dan Kelompok Barang (rupiah), PENGELUARAN KONSUMSI (%) Tahun Makanan 9,70 10,85 11,63 13,53 15,66 18,49 20,12 Bukan Makanan 10,63 11,09 12,55 12,75 16,74 16,75 19,45 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Berdasarkan data Tabel 1.1 data pengeluaran konsumsi dari Badan Pusat Statistik (BPS) di Jawa Barat terlihat bahwa pengeluaran pendapatan masyarakat lebih banyak dialokasikan untuk makanan. Dengan proporsi yang terus meningkat, pada tahun 2007 proporsi untuk makanan baru sebesar 9,70% dan pada tahun 2013 pengeluaran konsumsi untuk makanan sudah mencapai 20,12%. 2

3 Selama tahun dan 2011 pengeluaran masyarakat Jawa Barat untuk bukan makanan relatif lebih tinggi dibandingkan pengeluaran untuk makanan. Hasil ini dapat diindikasikan adanya pergeseran pengeluaran rumah tangga di Jawa Barat dari makanan ke bukan makanan. Adapun pengeluaran bukan makanan meliputi property, pakaian, elektronik, barang dan jasa, barangbarang tahan lama, pajak dan asuransi (Badan Pusat Statistik, 2007). Hal ini mengidentifikasikan bahwa masyarakat Jawa Barat cenderung lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bukan makanan dibandingkan pemenuhan kebutuhan makanan. Kemungkinan besar perilaku konsumsi masyarakat Jawa Barat yang seperti ini dikarenakan Jawa Barat merupakan wilayah yang sangat terbuka terhadap berbagai pengaruh baik dari masyarakat lokal maupun masyarakat pendatang yang tentunya akan mempengaruhi pola perilaku masyarakat didalam mengalokasikan pendapatannya. Nilai-nilai agama akan menjadi pertaruhan masyarakat didalam memenuhi kebutuhannya. Jika pemahaman agamanya baik maka nilai-nilai agama dapat menjadi filter bagi masyarakat di dalam melakukan aktifitas konsumsi yaitu tidak berlaku boros, mengkonsumsi secukupnya, masih memperhatikan halal dan haram. Sementara jika pemahaman nilai agamanya kurang baik maka masyarakat akan jatuh dalam perilaku konsumsi yang konsumtif. Hal ini tentunya akan berimbas kepada perilaku boros, suka menghambur-hamburkan uang, memenuhi segala keinginan dan lain-lain. 3

4 Unisba merupakan lembaga pendidikan di Kota Bandung yang memiliki nuansa keagamaan yang kental. Nilai-nilai agama ini tentunya akan mewarnai perilaku karyawan dan dosen yang berada di lingkungan Unisba dalam melakukan berbagai macam aktifitasnya termasuk didalam kegiatan konsumsi. Dalam setiap bulannya diadakan kegiatan rutin pengajian untuk para dosen dan karyawan di lingkungan Unisba. Meskipun pengajian rutin tidak secara langsung membahas tentang konsumsi, namun pengajian rutin tersebut sedikit banyak mengangkat aspek-aspek ibadah, akhlaq, dan syariah yang dapat meningkatkan tingkat kemampuan karyawan. Saat ini, Unisba memenuhi jumlah karyawan sebanyak 643 yang terdiri atas 267 tenaga administratif dan 376 dosen tetap. Terlihat dari jumlah dosen dan pegawai di lingkungan Unisba dapat kita lihat secara terperici sebagai berikut: Tabel 1.2 Jumlah Dosen dan Pegawai UNISBA tahun 2015 No. Kategori Jumlah 1 Pegawai Administrasi Tetap Yayasan Dosen Tetap Yayasan 376 Sumber: Kepegawaian Unisba TOTAL 643 Berdasarkan penelitian studi awal sementara masih banyak karyawan yang relatif konsumtif di Unisba. Terkadang masih ada yang suka membeli banyak barang hanya sekedar untuk memenuhi keinginannya. Namun demikian, terkait ibadah karyawan-karyawan tersebut sudah cukup baik, seperti selalu menyisihkan uangnya untuk zakat, infaq, dan shadaqah. Dengan demikian terlihat masih ada 4

5 pemisahan kehidupan muamalah dan ibadah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui pola perilaku konsumsi Islami di lingkungan Unisba. Berdasarkan latar belakang, maka judul penlitian yang diajukan adalah: IDENTIFIKASI POLA PERILAKU KONSUMSI ISLAMI DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi pertanyaan dalam penelitian, yaitu: 1. Bagaimana perilaku konsumsi karyawan di Unisba? 2. Apa indikator yang paling dominan dalam menentukan perilaku konsumsi Islami di Unisba? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi perilaku konsumsi karyawan di Unisba 2. Mengidentifikasi indikator yang paling dominan dalam menentukan perilaku konsumsi Islami di Unisba 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini, berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Kepentingan akademis, memberikan tambahan informasi dalam wacana akademik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu 5

6 ekonomi Islam sehingga dapat dijadikan masukan, referensi serta perkembangan penelitian sejenis di masa datang. 2. Bagi penulis, untuk mengembangkan wawasan berfikir serta menambah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan yang diteliti sehingga memperoleh gambaran yang jelas mengenai ada tidaknya kesesuaian antara fenomena yang terjadi dengan dasar teori. 1.5 Kerangka Pemikiran Konsumsi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam pandangan ekonomi Islam konsumsi juga memiliki pengertian yang sama, tetapi memiliki perbedaan dalam setiap yang melingkupinya. Perbedaan mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi kaidah pedoman syaraiah Islamiyah (Pujiyono, 2006:197). Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian, karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh sebab itu, sebagian besar konsumsi akan diarahkan kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Pengabaian terhadap konsumsi berarti mengabaikan kehidupan manusia dan tugasnya dalam kehidupan. Manusia diperintahkan untuk mengkonsumsi pada tingkat yang layak bagi dirinya, keluarganya dan orang paling dekat di sekitarnya. Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah (Pujiyono, 2006: 196). Seorang muslim tidak akan merugikan dirinya di dunia dan akhirat, karena memberikan kesempatan pada dirinya untuk mendapatkan dan memenuhi 6

7 konsumsinya pada tingkat melampaui batas, membuatnya sibuk mengejar dan menikmati kesenangan dunia sehingga melalaikan tugas utamanya dalam kehidupan ini. "Kamu telah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawi (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya" (Al-Ahqaf:20). Dalam menjelaskan teori/konsep konsumsi Islam, Monzer Kahf mengaitkan konsumsi Islam dengan 3 unsur pokok, yaitu rasionalisme perilaku konsumen, konsep barang-barang dalam Islam dan norma-norma etika mengenai konsumen muslim (Kahf, 1995:15). 1. Rasionalisme Islam Para penulis Muslim memandang perkembangan rasionalisasi dan teori konsumen yang ada selama ini dengan penuh kecurigaan dan menuduhnya sebagai aspek perilaku manusia yang terbatas dan berdimensi tunggal. Mereka menyatakan bahwa konsumsi didasarkan atas perhitungan-perhitungan cermat yang diarahkan untuk melihat ke depan dan pengawasan terhadap keberhasilan ekonomi, sebagaimana dikemukaan oleh Max Weber. Tetapi para penulis muslim tidak setuju dengan Max Weber bahwa alternatif menunjuk kepada rasionalisme ekonomi adalah keberadaaan petani yang sangat menderita atau tradisionalisme kalangan pedagang yang memiliki hak-hak istimewa (Kahf, 1995:17). Dalam rasionalisme Islam diantaranya terdapat konsep keberhasilan, skala waktu perilaku konsumen, dan konsep harta. 2. Konsep Islam Tentang Barang 7

8 Al-Qur an senantiasa menyebut barang-barang yang dapat dikonsumsi dengan menggunakan istilah-istilah yang mengaitkan nilai-nilai moral dan ideologik terhadap keduanya. Dalam hal ini ada dua macam istilah yang digunakan dalam Qur an yaitu, al-tayyibat dan al-rizq (Kahf, 1995:25). Istilah al-tayyibat diulang 16 kali dalam Qur an, menurut Yusuf Ali, istilah al-tayyibat berarti barang-barang yang baik, barang-barang yang baik dan suci, barang-barang yang bersih dan suci, hal-hal yang baik dan indah dan makanan di antara yang baik. Dengan demikian, barang-barang konsumsi terkait erat dengan nilai-nilai dalam Islam, yaitu nilai keindahan, kesucian dan kebaikan. Sebaliknya, benda-benda yang buruk, tidak suci (najis) dan tidak bernilai tidak dapat digunakan dan juga tidak dapat dianggap sebagai barang-barang konsumsi. Istilah al-rizq diulang 120 kali dalam Qur an, menurut Yusuf Ali, istilah al-rizq berarti makanan dari Tuhan, pemberian Tuhan, bekal-bekal dari Tuhan, dan anugerah-anugerah dari langit. Semua makna tersebut menunjukan konotasi bahwa Allah adalah pemberi Rahmat yang sebenarnya dan pemasok semua kebutuhan manusia. 3. Etika Konsumsi dalam Islam Al-Qur an membatalkan argumen yang dikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena ketidaksediannya memberikan bagian atau miliknya. Memanfaatkan atau mengkonsumsi barang-barang yang baik itu sendiri dianggap sebagai kebaikan Islam, karena kenikmatan yang diciptakan Allah untuk manusia adalah ketaatan kepada-nya. Konsumsi dan pemuasan kebutuhan tidak dikutuk 8

9 dalam Islam selama keduanya tidak melibatkan hal-hal yang tidak baik atau merusak (Kahf, 1995:19). Konsumsi berlebih-lebihan, yang merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, dikutuk dalam Islam dan disebut dengan Israf (pemborosan) atau tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna). Tabzir berarti mempergunakan harta dengan cara yang salah yakni untuk tujuan-tujuan terlarang. Perilaku konsumsi seseorang bisa berlaku bakhil/kikir, Israf/boros, atau berlaku wajar dalam arti tidak boros dan tidak pula kikir. Selain itu perilaku seseorang dalam berkonsumsi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam (internal) seperti halnya watak atau kondisi psikologisnya, dan juga faktor dari luar (eksternal) seperti faktor sosial dan ekonomi. Konsumsi Islami senantiasa memeperhatikan halal-haram, kaidah, hukum syariat yang mengatur konsumsi agar adanya manfaat konsumsi secara optimal, selalu berada pada jalan yang benar, dan dampak mudharat baik bagi dirinya maupun orang lain. Adapun prinsip dasar konsumsi Islam adalah (Mannan, 1992:45): 1. Prinsip keadilan, yaitu mencari rizki yang halal dan tidak dilarang hukum. Contohnya, makanan dan minuman yang terlarang seperti: darah, daging babi, binatang yang telah mati sendiri, khamr. 2. Prinsip kebersihan, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang baik atau cocok, tidak kotor ataupun menjijikan. 9

10 3. Prinsip kesederhanaan, yaitu menghindari diri dari sikap bermewahmewahan, tidak berlebihan dalam segala hal. 4. Prinsip kemurahan hati, yaitu dengan mentaati perintah Islam ketika makan dan minum yang halal. 5. Prinsip moralitas, yaitu bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi juga dengan tujuan akhirnya. Seorang muslim diajarkan menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terimakasih kepadanya. Ajaran Islam tidak melarang manusia untuk memenuhi kebutuhan ataupun keinginannya, selama dengan pemenuhan tersebut martabat manusia bisa meningkat. Semua yang ada dibumi ini diciptakan untuk kepentingan manusia, namun manusia diperintahkan untuk mengkonsumsi barang/jasa yang halal dan baik secara wajar dan tidak berlebihan. Motivasi manusia dalam kerangka pemenuhan kebutuhannya harus sejalan dengan maslahah. Maslahah dapat dicapainya hanya jika manusia hidup dalam keseimbangan (equilibrium), sebab keseimbangan merupakan Sunnatullah. Kehidupan yang seimbang merupakan esensi ajaran Islam. Maslahah harus diwujudkan melalui cara-cara yang sesuai dengan ajaran Islam (Asytuti, 2011:79). Sementara itu motivasi konsumsi menurut Al-Ghazali dilandasi oleh tujuan-tujuan syariah yaitu, maqashid syari ah adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada perlindungan agama (al-dien), hidup atau jiwa (nafs), akal (aql), keluarga atau keturunan (nasb), harta atau kekayaan (maal). Maslahah, sebaliknya menghindari atau 10

11 menolaknya akan menimbulkan mafsadat. Segala upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan harus berpijak kepada lima prinsip tersebut. Pemenuhan kebutuhan manusia tersebut disebut dengan kebutuhan yang bersifat dharuriyyat, mendesak dan wajib dipenuhi karena mengandung falah dan hayat thayyibah (Suratmaputra, 2002: ). Berdasarkan argumen-argumen di atas, maka penulis dapat meringkas kerangka pemikiran ini dalam paradigma penelitian yang dinyatakan dalam gambar berikut ini: Skema Kerangka Pemikiran 11

12 Al-Qur an & Hadist Ijma & Qiyas Ilmu Akhlaq Akidah Syariah Sikap & Perilaku Islami POLA KONSUMSI ISLAMI Keadilan: tidak haram dan tidak membahaya kan tubuh Kesederhanaan: tidak berlebihan, tidak boros, dan secukupnya Halal dan bersih: proses, cara memperoleh, bahan pembuatannya Kemurahan hati: rela berbagi, saling membantu, tidak kikir Moralitas: bersyukur, selalu mengingat Allah Dunia MASLAHAH Akhirat Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian 12

13 1.6 Metodologi Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di ukur dengan angka. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang telah diteliti. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan alat-alat yang mewakili jumlah, intensitas atau frekuensi. Peneliti menggunakan dirinya sendiri sebagai perangkat penelitian, mengupayakan kedekatan dan keakraban antara dirinya dengan obyek atau subyek penelitiannya (Sulistyo-Basuki, 2006:24) Data dan Sumber Data a. Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225). Sumber primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi lapangan dan mengumpulkan data dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian. Dalam penelitian ini, data primer yaitu pegawai staf administratif dan dosen Unisba. b. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012:225). Data ini digunakan 13

14 untuk mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara, maupun dari observasi langsung ke lapangan. Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka. Dalam studi pustaka, penulis membaca literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian, yaitu literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh di BPS, Unisba, dan berbagai literatur yang digunakan di penelitian ini Metode Analisis Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dalam menganalisis data. Data yang diperoleh melalui wawancara dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis deskritif kualitatif yaitu dengan cara data yag diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dideskritifkan secara menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian adalah sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian, setiap alternatif jawaban diberi skor (Sugiyono, 2012 :270). Analisis penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai indikator variabel dimaksudkan untuk menggambarkan dan mengukur perilaku konsumsi Islami di lingkungan Unisba. Dengan menggunakan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi beberapa indikator variabel. Kemudian indikator variabel tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kuesioner. Dan setiap jawaban pada item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradiasi dari sangat positif 14

15 sampai sangat negatif (Sugiyono, 2012:93). Pada penelitian kali ini peneliti akan menggunakan gradiasi jawaban sebagai berikut: a. Sangat setuju b. Setuju c. Cukup d. Kurang setuju e. Tidak setuju Untuk keperluan analisis kualitatif, maka jawaban yang dihasilkan tersebut kemudian diberi skor dan selanjutnya dijumlahkan untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku responden. Skor yang diberikan untuk setiap jawaban atas pertanyaan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2012:94). 1. Sangat setuju skor 5 2. Setuju skor 4 3. Cukup skor 3 4. Tidak setuju skor 2 5. Sangat Tidak setuju skor 1 Selanjutnya hasil perhitungan diatas diinterpretasikan dengan menggunakan skala interpretasi. Skala tersebut dibuat dengan membagi skor ideal menjadi empat secara kontinum, skor ideal dalam bentuk persen adalah sebesar 100%. Presentase yang diperoleh dari hasil perhitungan diatas dicocokan berada pada posisi mana. Contoh skala interpretasi: 15

16 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju Metode Penentuan Sampel Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Sedangkan elemen sendiri merupakan unit dimana data yang diperlukan akan dikumpulkan atau dapat dianalogikan sebagai unit analisis (Mudrajad Kuncoro, 2003:103). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah dosen dan karyawan di Unisba. Tercatat jumlah dosen dan pegawai administrasi di Unisba pada tahun 2015 berjumlah 643 orang. Sedangkan sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Mudrajad Kuncoro, 2003:103). Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan dianggap mewakili populasi. Dalam penelitian ini, dengan mempertimbangkan jumlah populasi di Unisba sebesar 643 orang, maka digunakan sebuah rumus untuk menentukan besaran sampel yaitu rumus Slovin dalam Umar (2003:141) = మ Dimana : n N = Jumlah sampel = Jumlah Populasi 16

17 e = Toleransi kesalahan dalam menetapkan sampel maksimal 10% (0,10) Dengan mengacu pada penjelasan tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut: = = = n= 86,54 n= 86 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka sampel yang didapat adalah 86 sampel Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara sampling acak (random sampling). Pada teknik acak ini, secara teoritis, semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Untuk mendapat responden yang hendak dijadikan sampel, peneliti harus mengetahui jumlah responden yang ada dalam populasi. Pada penelitian ini jumlah populasi yaitu sebesar 643 dengan diambil sampel yaitu sebesar 86 sampel. 17

18 1.6.6 Teknik Pengumpulan Data Menurut Mudrajad Kuncoro (2003:127) untuk memperoleh data primer teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan survei lapangan yang diambil langsung dari objek yang diteliti dengan mengadakan penelitian langsung di objek penelitian. Sumber data primer dari penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden yang berisikan sejumlah pertanyaan. Sedangkan untuk memperoleh data sekunder dapat dilakukan dengan penelitian arsip (achival research) dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Kuesioner Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara mendatangi seluruh responden dan memberikan angket atau kuesioner untuk diisi responden, kemudian responden mengisi jawaban pertanyaan dalam angket, serta mengumpulkan kembali angket yang telah diisi. b. Dokumentasi Untuk mendapatkan data-data sekunder, seperti jumlah dosen, jumlah staf administratif, dan data-data sekunder lainnya maka dilakukan penelitian terhadap dokumen atau arsip yang diperlukan. Pertanyaan yang akan diajukan adalah seputar etika di lingkungan Unisba dalam berkonsumsi, yang meliputi kebiasaan diri dari dosen dan staf administratif saat mengkonsumsi barang dalam kehidupannya sehari-hari, kebiasaan dalam membelanjakan hartanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apakah secara adil, sederhana, bersih, murah hati, dan moralitas. 18

19 Tabel 1.3 Operasionalisasi Penelitian Variabel Definisi Indikator Keadilan Berkonsumsi yang tidak -Keseusaian pengeluaran dengan menimbulkan kedzaliman bagi pendapatannya drinya, orang lain, dan -Membeli barang yang tidak merusak lingkungkan jiwa -Membeli barang dengan mengandalkan Kesederhanaan Menghindari diri dari sikap bermewah-mewahan, tidak berlebihan dalam segala hal Kebersihan Kehalalan dan Kemurahan Hati Moralitas Mengkonsumsi makanan yang baik dan tidak kotor Mentaati perintah agama ketika mengkonsumsi Sesuai dengan etika atau akhlak Islam didalamnya hutang -Membeli barang secukupnya yaitu sesuai kebutuhan -Tidak tergiur oleh iklan dan diskon -Tidak memperturutkan keinginan -Tidak menghambur-hamburkan sumber daya -Tidak bermewah-mewahan untuk memuaskan hawa napsu -Ingin mengetahui proses pembuatannya -Membeli barang dengan memperhatikan kandungan gizi -Membeli barang dengan dengan memperhatikan kandungan komposisi zat kimia yang ada di dalamnya -Mengetahui proses mendapatkannya -Bermanfaat bagi tubuhnya -Menyisihkan untuk zakat -Menyisihkan untuk shadaqoh dan infak -Senang memberi untuk orang yang lebih membutuhkan -Senang memberi untuk kegiatan sosial atau kegiatan kemasyarakatan -Selalu meniatkan hanya karena Allah -Tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain -Tidak menghalalkan segala cara -Tidak membahayakan lingkungan sekitar -Senang bersyukur apapun yang diberikan Allah -Tidak bergembira secara berlebihan ketika mendapatkan semua keinginan -Tidak bersedih secara berlebih ketika tidak mencapai apa yang diinginkan 19

Identifikasi Pola Perilaku Konsumsi Islam di Lingkungan Universitas Islam Bandung. M.Si

Identifikasi Pola Perilaku Konsumsi Islam di Lingkungan Universitas Islam Bandung. M.Si Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN : 2460-6553 Identifikasi Pola Perilaku Konsumsi Islam di Lingkungan Universitas Islam Bandung 1 Anita Nugraheni, 2 Dr.Asnita Frida Sebayang, SE., M.Si, 3 Dr.Ima Amaliah, SE.,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL 68 BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL A. Persamaan Konsep Konsumsi Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional Pada konsep ini baik ekonomi Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persoalan kemiskinan merupakan salah satu persoalan krusial yang tengah dihadapi oleh berbagai daerah di Indonesia. Kota Bandung merupakan salah satu daerah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo) BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo) A. Analisis Perilaku Konsumsi Islam Pemikiran Monzer Kahf Analisis konsumsi pemikiran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERILAKU KONSUMTIF SANTRIWATI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KALIWUNGU KENDAL DALAM PEMBELIAN JILBAB

BAB IV ANALISIS PERILAKU KONSUMTIF SANTRIWATI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KALIWUNGU KENDAL DALAM PEMBELIAN JILBAB BAB IV ANALISIS PERILAKU KONSUMTIF SANTRIWATI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA KALIWUNGU KENDAL DALAM PEMBELIAN JILBAB A. Perilaku Konsumsi Islami Konsumsi adalah permintaan. 1 Konsumsi juga bisa berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Ummi Khozanah, 2014

BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Ummi Khozanah, 2014 BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk individu dan sosial mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Untuk memperoleh berbagai kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. 1 Latar Belakang Kritik terhadap bisnis konvensional 2 cenderung bebas value dan amoral a. Berbicara pada dataran keilmuan manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis dan pembahasan pada BAB IV dapat

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis dan pembahasan pada BAB IV dapat BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 masyarakat Desa Harapan Jaya Kecamatan Semendawai Timur Kabupaten

Lebih terperinci

Pengaruh Nilai Religiusitas terhadap Etika Konsumsi Islami Mahasiswa di Kawasan Pesantren Daarut Tauhid Kota Bandung

Pengaruh Nilai Religiusitas terhadap Etika Konsumsi Islami Mahasiswa di Kawasan Pesantren Daarut Tauhid Kota Bandung Prosiding IlmuEkonomi ISSN: 2460-6553 Pengaruh Nilai Religiusitas terhadap Etika Konsumsi Islami Mahasiswa di Kawasan Pesantren Daarut Tauhid Kota Bandung 1 Siti Qudsiyah, 2 Ima Amaliah, 3 Aan Julia 1,2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH A. Analisis Komparatif Konsep Kepuasan Menurut Ekonomi Konvensional dan Ekonomi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK COURSE MATERIAL: ANALISA SERVQUAL (Service Quality) RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER 2012 Model ServQual Metode ServQual adalah metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi

BAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi 74 BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi dan sumber modal, dan BAB III yang berisi tentang hasil penelitian, maka dalam BAB IV ini penulis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan kebutuhan investasi yang

Lebih terperinci

Asas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam

Asas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam . Asas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam 2 Pengertian Sistem Ekonomi Islam adalah sistem pemenuhan kebutuhan hidup manusia untuk mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Di era globalisasi ini, pendidikan merupakan kewajiban bagi masyarakat. Untuk memajukan bangsa, salah satu cara yang harus dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERILAKU KONSUMSI KELUARGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Winong Kabupaten Pati)

BAB IV ANALISIS PERILAKU KONSUMSI KELUARGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Winong Kabupaten Pati) BAB IV ANALISIS PERILAKU KONSUMSI KELUARGA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Winong Kabupaten Pati) A. Analisis Perilaku Konsumsi Keluarga dalam Perspektif Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena Experience

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, perkembangan ekonomi Indonesia sangat cepat. Pada tahun 2014 Indonesia mengalami peningkatan ekonomi diatas pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama komprehensif yang mengatur semua aspek kehidupan manusia. Inti dari ajaran Islam adalah tauhid, sehingga Hasan al- Banna (2001) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penilaian Citra Perusahaan Oleh Konsumen Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari perilaku manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi orang Islam, Al-Qur an merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, dalam sistem keuangan Islam lembaga-lembaga keuangan non bank yang diperlukan memiliki peran yang hampir sama. Perbedaannya terletak pada prinsip dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pemasaran tidak terlepas dari unsur persaingan. Biasanya tidak ada salah satu bisnis pun, yang dengan leluasa bisa santai menikmati penjualan dan keuntungan. Sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada sensus penduduk 2010

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH EKONOMI SYARIAH PEMENUHAN KEBUTUHAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dengan postur tubuh yang se-baik-2nya (At-Tin/95:4). Dimuliakan dan diberi kesempurnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

BAB III METODE PENELITIAN. Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi operasional Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kepada responden. Data primer tersebut meliputi identitas responden, jumlah

METODE PENELITIAN. kepada responden. Data primer tersebut meliputi identitas responden, jumlah 52 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini data primer diambil berdasarkan kuesioner yang diwawancarakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan di dunia bisnis yang semakin pesat saat ini membuat suatu perusahaan terus berlomba-lomba di dalam menciptakan produk yang berkualitas ditengah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Islami merupakan masyarakat yang dekat dengan Allah Swt dalam segala kegiatannya di dunia. Asas pertama kali yang tegak dalam sebuah masyarakat adalah aqidah,

Lebih terperinci

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan hormat,

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan hormat, Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dengan hormat, Saya, Haru Winardi (020901036) adalah mahasiswa program studi Sosiologi, Fakultas ISIP USU. Dalam rangka memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi 2013, Ekonomi Mikro Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi 2013, Ekonomi Mikro Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan. Lingkungan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Lingkungan adalah sesuatu yang selalu melekat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian manusia diatur dalam prinsip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah muslim terbesar didunia, lebih kurang 80% penduduknya menganut agama Islam. Dalam Islam, halal dan haram adalah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, menciptakan suasana sejuk dan harmonis bukan hanya di antara sesama umat manusia tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul , BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dewasa ini perkembangan teknologi dan pengetahuan yang semakin berkembang mengharuskan kita untuk dapat menghadapi tuntutan dan tantangan yang ada.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. perilakunya selalu berorientasi pada nilai-nilai yang meyakini.

BAB IV ANALISIS DATA. perilakunya selalu berorientasi pada nilai-nilai yang meyakini. 84 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Tingkat Religiusitas Masyarakat Religiusitas merupakan kualitas penghayatan seseorang dalam beragama yang menjadikan agama sebagai pembimbing perilaku, sehingga perilakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksitensi Bank Syariah, memicu tumbuhnya bank-bank Syariah di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Eksitensi Bank Syariah, memicu tumbuhnya bank-bank Syariah di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya UU No 7 Tahun 1992 dan UU No 10 tahun 1998 tentang Eksitensi Bank Syariah, memicu tumbuhnya bank-bank Syariah di Indonesia dan untuk lebih merangsang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data statistik pada tahun 2014 baik di kota maupun di desa sebesar 544.870 jiwa, dengan total persentase

Lebih terperinci

A. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Nasabah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk

A. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Nasabah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk 84 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Nasabah Dalam membuat keputusan dalam memilih produk, nasabah akan memilih produk yang dirasakan perlu serta bermanfaat baginya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amalan wakaf sangat besar artinya bagi kehidupan sosial ekonomi, kebudayaan dan keagamaan. Oleh karena itu Islam meletakkan amalan wakaf sebagai salah satu macam

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pertamanan (DPKP) Kabupaten Kepulauan Meranti. Waktu Penelitian ini dilakukan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pertamanan (DPKP) Kabupaten Kepulauan Meranti. Waktu Penelitian ini dilakukan BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sejalan dengan rencana tujuan yang ingin dicapai maka dalam pelaksanaan penelitian ini penulis melakukan penelitian di Dinas Pasar, Kebersihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik berdampak pada terbangunnya muamalah atau kerjasama ekonomi yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. baik berdampak pada terbangunnya muamalah atau kerjasama ekonomi yang baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi dalam suatu bangsa akan baik, apabila akhlak masyarakatnya juga baik. Antara akhlak dan ekonomi saling terikat dan tidak dapat untuk dipisahkan. Akhlak

Lebih terperinci

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan masyarakat Indonesia dalam era kehidupan yang modern sekarang ini, terutama untuk mengkonsumsi suatu barang nampaknya telah kehilangan hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit Umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti Sabda Nabi yang

Lebih terperinci

Ekonomi Islam dan Solusi Kemandirian Ummat

Ekonomi Islam dan Solusi Kemandirian Ummat Ekonomi Islam dan Solusi Kemandirian Ummat Memahami sistem ekonomi Islam secara utuh dan komprehensif, selain memerlukan pemahaman tentang Islam juga memerlukan pemahaman yang memadai tentang pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tujuannya, penelitian ini biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tujuannya, penelitian ini biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku masyarakat selalu berubah-rubah seiring dengan kemajuan budaya dan perabadan, maka saat ini diperlukan tindakan meneliti sebagai pijakan pemerintah, pengusaha,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pulsa Dengan Harga Dibawah Standar Sebagaimana penjelasan yang telah tertulis pada

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 66 4. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, dengan menjelaskan fakta-fakta yang ada yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului

Lebih terperinci

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN NASABAH DALAM MENABUNG DI BANK SYARI AH. (Study Kasus Pada Bank BRI Syariah Cabang Gubeng Surabaya) SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN NASABAH DALAM MENABUNG DI BANK SYARI AH. (Study Kasus Pada Bank BRI Syariah Cabang Gubeng Surabaya) SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN NASABAH DALAM MENABUNG DI BANK SYARI AH (Study Kasus Pada Bank BRI Syariah Cabang Gubeng Surabaya) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di bidang makanan dan minuman seperti usaha membuka tempat makan (restoran/rumah makan), camilan dan kuliner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya kesadaran umat Islam dalam mengkaji ajaran Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga dakwah islam, majlis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul Pendidikan sangatlah penting dalam meraih apa yang kita impikan, melalui pendidikan kita dapat mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan yaitu seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius yang menyangkut dimensi kemanusiaan. Kemiskinan tetap merupakan masalah yang tidak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP EKONOMI SYARIAH

BAB II KONSEP EKONOMI SYARIAH 1 BAB II KONSEP EKONOMI SYARIAH A. Definisi Ekonomi Istilah Ekonomi berasal dari bahasa Yunani Oikos Nomos yang diartikan oleh orang-orang barat sebagai management of household or estate (tata laksana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penulis melakukan penelitian di Desa Bangun Purba dan Kantor Desa. Waktu penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penulis melakukan penelitian di Desa Bangun Purba dan Kantor Desa. Waktu penelitian ini 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Sejalan dengan rencana tujuan yang diinginkan, maka dalam pelaksanaan penelitian ini penulis melakukan penelitian di Desa Bangun Purba dan Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah prosedur-prosedur yang digunakan oleh Peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data secara keseluruhan (Indriantoro, Supomo.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kuantitatif dan R&D (2009:205) Objek Penelitiian yaitu Sebelum peneliti

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kuantitatif dan R&D (2009:205) Objek Penelitiian yaitu Sebelum peneliti BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Prof. Dr. Sugiono dalam buku Metode Penelitiian kualitatif kuantitatif dan R&D (2009:205) Objek Penelitiian yaitu Sebelum peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai jenis bisnis dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah pun mulai

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai jenis bisnis dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah pun mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan bisnis di sektor pariwisata terus mengalami perkembangan. Berbagai jenis bisnis dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah pun mulai bermunculan. Issue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Di Indonesia kemiskinan masih menjadi isu utama pembangunan, saat ini pemerintah masih belum mampu mengatasi kemiskinan secara tuntas. Hingga tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang diterapkan di Indonesia menjadi semakin kokoh dan kepastian hukum bagi para nasabah menjadi

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 15 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Bermegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur..., (Q 102:1-2). Pembahasan berkenaan dengan konsep harta menurut Islam, dalam kaitannya

Lebih terperinci

Lebih lanjut mari kita perhatikan QS Al Israa ayat 26 sebagai berikut :

Lebih lanjut mari kita perhatikan QS Al Israa ayat 26 sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagian merupakan tujuan utama manusia dalam kehidupan manusia. Kebahagian itu akan dicapai apabila segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi baik secara spiritual serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Padang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Sungai Bangek, Balai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Padang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Sungai Bangek, Balai BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkup wilayah UIN Imam Bonjol Padang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Sungai Bangek, Balai Gadang, Koto Tangah Kota Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Desa Harapan Jaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Desa Harapan Jaya 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Desa Harapan Jaya Desa Harapan Jaya Kecamatan Semendawai Timur Kabupaten OKU Timur merupakan pemekaran dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga sistem ekonomi Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dunia kerja. Sejalan dengan kemajuan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan yang terjadi di kantor tersebut. Waktu penelitian dimulai dari akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan yang terjadi di kantor tersebut. Waktu penelitian dimulai dari akhir 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pekanbaru dan lokasi penelitiannya adalah Kantor Gubernur Riau tepatnya di biro hubungan masyarakat yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016 UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016 Soal 1 Sebutkan dan jelaskan dhawabith maqashid syariah! Dhawabith maqashid syariah adalah batasan-batasan yang harus dipenuhi untuk menentukan substansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif dan negatif dimana kedua dimensi ini cenderung sama-sama memiliki karakter, potensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hlm. 44

BAB I PENDAHULUAN. Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hlm. 44 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semangat Ayo Kerja yang sering dijadikan jargon oleh Presiden Jokowi menggugah semangat rakyat Indonesia. Semangat Ayo Kerja sejalan dengan keharusan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan komunikasi telah mempengaruhi perkembangan teknologi dan ekonomi. Transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menyangkut masalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran yang

III. METODE PENELITIAN. menyangkut masalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran yang III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Kata metode berasal dari bahasa Yunani (methodhes) yang berarti cara atau jalan. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, dunia Islam dihadapkan pada keadaan yang menggelisahkan, dimana pada era ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2013, hal Nana herdiana, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan, Pustaka Setia, Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. 2013, hal Nana herdiana, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan, Pustaka Setia, Bandung, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang merupakan era persaingan disegala bidang usaha, maka apapun bentuk usahanya terlebih lebih usaha perusahaan tersebut bergerak di bidang pemasaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT Pada bab ini, peneliti akan menganalisis kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para penganut sistem ekonomi kapitalisme berpendapat bahwa inti masalah ekonomi adalah masalah produksi. Mereka berpendapat bahwa penyebab kemiskinan adalah

Lebih terperinci

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun dewasa ini, umat muslim di Indonesia telah mengalami penurunan dalam pemahaman agamanya, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menguji hipotesis yang telah ditetapkan kemudian menginterprestasikan hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menguji hipotesis yang telah ditetapkan kemudian menginterprestasikan hasil 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menganalisis data-data secara kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Aspek kepercayaan adalah modal utama bisnis lembaga keuangan, semakin lembaga keuangan menunjukkan eksistensinya semakin tinggi pula kepercayaan anggota terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB IV Analisis Dan Pembahasan

BAB IV Analisis Dan Pembahasan BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden digunakan untuk memperoleh gambaran sampel dalam penelitian ini. Data yang menggambarkan karakteristik responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini mencakup lingkup wilayah penelitian dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini mencakup lingkup wilayah penelitian dan jenis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini mencakup lingkup wilayah penelitian dan jenis penelitian. Lingkup wilayah penelitian adalah semua pihak yang dapat dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial manusia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, ia

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial manusia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang bersifat sosial yaitu makhluk yang hidup dalam masyarakat dan berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai makhluk

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BUNGA HUTANG PIHUTANG (Study Kasus di Desa Pangkalan Kecamatan Karang Rayung Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BUNGA HUTANG PIHUTANG (Study Kasus di Desa Pangkalan Kecamatan Karang Rayung Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BUNGA HUTANG PIHUTANG (Study Kasus di Desa Pangkalan Kecamatan Karang Rayung Kabupaten Grobogan) Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.HI.)

Lebih terperinci