SINOPSIS RENCANA TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINOPSIS RENCANA TESIS"

Transkripsi

1 SINOPSIS RENCANA TESIS Hubungan Pengetahuan dengan Sikap pada Masyarakat Awam Khusus Terhadap Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan Penggunaan Automated External Defibrilator (AED) di Fasilitas Publik di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta Oleh: Suis Galischa Wati, S.Kep., Ns

2 I. LATAR BELAKANG Hasil survei dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 menyebutkan bahwa saat ini telah terjadi transisi epidemiologi dan perubahan pola antara penyakit menular dengan penyakit tidak menular terutama di negara berkembang. Penyakit tidak menular saat ini merupakan penyebab utama kematian secara global. Data WHO pada tahun 2008 menyebutkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di seluruh dunia, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Hal ini diperkuat oleh data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2012 yang menyebutkan bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab 29% kematian pada penduduk yang berusia kurang dari 60 tahun di negara-negara dengan tingkat ekonomi lemah dan menengah serta 13% kematian pada penduduk di negara-negara maju. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Depkes RI pada tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN) pada tahun 1995 dan 2001 diketahui bahwa selama 12 tahun terakhir jumlah kematian akibat penyakit tidak menular mengalami peningkatan. SKRTN (2001) menyebutkan bahwa 10 tahun terakhir angka kematian akibat penyakit jantung cenderung meningkat. Pada tahun 1991 kematian akibat penyakit jantung adalah sebesar 16% yang kemudian meningkat menjadi 26,4% pada tahun 2001 dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat hingga mencapai 53,5% per penduduk di Indonesia pada tahun Penyakit Cardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu, yakni penyebab 39% dari seluruh kematian di dunia (Depkes RI, 2012), dimana 60% diantaranya adalah penyakit jantung iskemik (WHO, 2011). Setelah penyakit Cardiovaskuler penyebab kematian terbanyak di dunia selanjutnya adalah penyakit Kanker 27%, Diabetes Melitus 4% dan penyakit pernafasan kronis, pencernaan, serta penyakit lain sebanyak 30%. Data dalam Profil Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2013 juga menunjukkan hasil yang sama bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduknya dengan jumlah penderita penyakit cardiovaskuler mencapai kasus dan penyakit ini termasuk dalam 10 besar penyebab kematian tertinggi di

3 wilayah ini karena kejadian cardiac arrest atau henti jantung yang sering kali terjadi secara tiba-tiba pada penderita penyakit cardiovaskuler (Depkes, 2013). Cardiac arrest atau henti jantung merupakan suatu kondisi dimana kerja jantung tiba-tiba terhenti akibatnya kerja jantung untuk memompa darah tidak berfungsi yang kemudian menyebabkan pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh organ-organ vital dalam tubuh tidak terpenuhi. Apabila hal tersebut terjadi lebih dari 4 menit maka dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada sel-sel otak dan dapat menyebabkan kematian pada seluruh organ vital tubuh hanya dalam waktu 10 menit (AHA, 2010). Tingginya angka kematian akibat cardiac arrest menyadarkan kita mengenai pentingnya penyelenggaraan pelayanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana. Dalam hal ini pemerintah dan segenap masyarakat turut bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Untuk mengurangi angka kematian dan kecacatan akibat cardiac arrest, diperlukan adanya penanganan secara cepat, tepat dan cermat (Pusbankes 118 DIY, 2013) Saat ini di Indonesia sudah terdapat sebuah sistem penanganan kegawat daruratan baik sehari-hari maupun bencana yang dikenal dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Dimana sistem ini terdiri atas Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Sehari-hari sering disingkat dengan SPGDT-S dan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Bencana sering disingkat dengan SPGDT-B. SPGDT adalah suatu sistem pelayanan penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit, intra rumah sakit, dan antar rumah sakit dimana pelayanan ini berpedoman pada respon cepat yang menekankan pada time saving is life saving dan melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, layanan ambulans gawat darurat serta sistem komunikasi (Kemenkes, 2013). Penanganan korban dengan kasus henti jantung termasuk dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Sehari-hari (SPGDT-S). Kejadian ini bisa terjadi dimana saja, kapan saja, pada siapa saja (Pusbankes 118 DIY, 2013). Salah satu kegiatan dari SPGDT-S adalah pelayanan pra rumah sakit, dimana pelayanan pra-rumah sakit ini merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan menentukan berapa lama korban dapat bertahan (Hazinski, 2010). Pada korban dengan

4 henti jantung kemampuan untuk bertahan akan berkurang 7-10% setiap menitnya, sedangkan untuk meminta bantuan dan menunggu sampai dengan tenaga medis datang memerlukan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu diperlukan pertolongan segera dan sebaiknya orang yang berada disekitar korban dapat melakukan pertolongan pertama tersebut secara cepat dan tepat. Saat ini di negara-negara maju seperti Amerika dan Jepang yang sudah mengembangkan sistem kegawat daruratan pra rumah sakit dan ketersediaan Automated External Defibrillator (AED) di semua fasilitas umum seperti bandara, stasiun kereta, terminal, pusat perbelanjaan dan sekolah-sekolah sejak tahun 2000 sedangkan di Jepang sejak tahun 2001 (Mitamura, 2008). Saat ini sistem penanggulangan gawat darurat di tatanan pra rumah di kedua negara tersebut sudah sangat maju. Tidak hanya tenaga medis akan tetapi masyarakat awam khusus seperti polisi, petugas keamanan, petugas bandara, pemadam kebakaran dan masyarakat awam umum seperti siswa di sekolah-sekolah dan masyarakat di wilayah tersebut sudah banyak yang memperoleh pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan cara penggunaan Automated External Defibrillator (AED). Adanya kualitas sumber daya manusia yang baik didukung dengan fasilitas yang memadai terbukti dapat menurunkan angka kematian pada korban dengan henti jantung di kedua negara ini (Taniguchi et al, 2013). Di Indonesia sistem pelayanan gawat darurat terutama di tatanan pra rumah sakit sedang dikembangkan. Untuk mengakses layanan ambulans gawat darurat dan pertolongan medis kita bisa mengakses layanan telepon 118. Di Wilayah D.I Yogyakarta pemerintah mempunyai sebuah program berupa layanan ambulans gawat darurat untuk penanganan kegawat daruratan baik karena kecelakaan maupun penyakit medis yang mengancam jiwa dengan harapan dapat melakukan respon cepat dan tepat untuk mengurangi angka kematian dan kecacatan. Hal ini tercantum dalam peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 45 tahun 2008 yang disahkan pada tanggal 12 November 2008 (Kemenkes, 2013). Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 541 tahun 2014 mengenai fasilitas di Bandar Udara Internasional dalam Pasal 14 menyebutkan bahwa salah satu standar bandara internasional adalah harus ada ketersediaan AED. Begitu pula di stasiun kereta api berdasarkan Peraturan Menteri Perbungan Nomor 47 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api

5 disebutkan bahwa saaat ini sedang diupayakan penambahan fasilitas berupa AED di stasiun-stasiun besar untuk menolong seseorang dengan serangan jantung (Hermanto, 2014). Di Wilayah D.I Yogyakarta kita bisa menemukan keberadaan AED di Bandara Adi Sucipto. Sedangkan di fasilitas umum lainnya seperti di pusat perbelanjaan maupun sekolah-sekolah di wilayah ini maupun di Indonesia keberadaan AED masih jarang kita jumpai. Akan tetapi ketersediaan AED tanpa disertai dengan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan RJP dan cara penggunaan alat tersebut adalah suatu hal yang sia-sia dan tidak akan memberikan hasil yang optimal. Kita harus mengakui bahwa saat ini sistem penanggulangan gawat darurat pra hospital di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan mulai dari fasilitas AED yang terbatas, minimnya pengetahuan masyarakat awam baik awam khusus maupun umum mengenai RJP dan penggunaan AED serta pusat informasi kegawat daruratan yang tidak jarang sulit dihubungi dengan respon time yang lama, sehingga keterlambatan petugas medis untuk datang ketempat kejadian masih sering terjadi. Oleh karena itu masyarakat disekitar tempat kejadian terutama awam khusus di ruang publik sebagai pengayom masyarakat seperti petugas keamanan bandara, petugas keamanan stasiun, petugas pemadam kebakaran dan polisi lalu lintas yang terjun langsung ke lapangan sebagai petugas yang sering kali berhadapan dengan kejadian kegawatdaruratan di tempat-tempat umum hendaknya mengetahui bagaimana cara melakukan pertolongan pertama pada korban dengan henti jantung, meliputi cara melakukan RJP dan penggunaan AED sebelum tenaga medis datang, karena semakin cepat dan tepat pertolongan yang dilakukan maka akan semakin besar harapan untuk korban dapat diselamatkan (Herkutanto, 2007). Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pada Masyarakat Awam Khusus Terhadap Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan Penggunaan Automated External Defibrilator (AED) di Fasilitas Publik di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta

6 II. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pada masyarakat awam khusus terhadap tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan penggunaan Automated External Defibrilator (AED) di fasilitas publik di Wilayah Kabuapten Sleman Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan masyarakat awam khusus di fasilitas publik mengenai Resusitasi Jantung Paru (RJP) b. Mengetahui sikap masyarakat awam khusus di fasilitas publik mengenai Resusitasi Jantung Paru (RJP) c. Mengetahui pengetahuan masyarakat awam khusus di fasilitas publik mengenai Penggunaan Automated External Defibrilator (AED). d. Mengetahui sikap masyarakat awam khusus di fasilitas publik mengenai Automated External Defibrilator (AED). III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, yang menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap masyarakat awam khusus dalam hal ini petugas bandara, petugas pemadam kebakaran, petugas stasiun dan polisi lalu lintas yang terjun langsung ke lapangan dan erat berhadapan dengan kejadian kegawatdaruratan terhadap tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan penggunaan Automated External Defibrillator (AED) di fasilitas publik di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kantor-kantor penyedia layanan publik di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta, meliputi: Bandara Adisucipto, Stasiun Maguwoharjo, Kantor Pemadam Kebakaran dan Kantor Kepolisian lalu lintas. Untuk waktu pelaksanaan penelitian akan ditentukan kemudian.

7 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat awam khusus yang serirngkali berhadapan dengan kejadian kegawatdaruratan dan terjun langsung ke lapangan, dalam hal ini meliputi: petugas keamanan Bandara Adisucipto, petugas keamanan Stasiun Maguwoharjo, petugas pemadam kebakaran dan polisi lalu lintas di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat awam khusus di Wilayah Kabupaten Sleman yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: a. Berpendidikan minimal sekolah menengah atas (SMA) b. Bersedia menjadi responden penelitian c. Telah bekerja di bidangnya minimal selama 5 tahun Sebagai kriteria eksklusi adalah: a. Petugas yang sedang menjalani cuti 2. Sampel Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Stratified Random Sampling yakni teknik pengambilan sampel pada penelitian dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak homogen dan berstrata secara proporsional kemudian pengambilan sampel dilakukan secara acak. Berdasarkan perhitungan sampel menurut Roscoe dalam Sugiyono (2010) apabila sampel terdiri atas beberapa kategori dengan jumlah populasi yang banyak maka anggota sampel pada setiap kategori minimal berjumlah 30. Berdasarkan rumus tersebut dengan demikian jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Petugas keamanan bandara : 30 orang b. Petugas keamanan stasiun : 30 orang c. Petugas pemadam kebakaran : 30 orang d. Polisi lalu lintas : 30 orang Jumlah sampel total : 120 orang D. Variabel Penelitian

8 Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan terikat. Sebagai variabel bebas adalah pengetahuan sedangkan sebagai variabel terikat adalah sikap masyarakat awam khusus terhadap tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan penggunaan Automated Eksternal Defibrillator (AED). E. Definisi Operasional 1. Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk memberikan suplai oksigen ke otak dan jantung secara adekuat serta mengembalikan fungsi jatung serta pernafasan kepada kondisi normal ketika fungsinya terhenti. 2. Automated Eksternal Defibrillator (AED) adalah sebuah alat elektronik portabel yang dapat melakukan diagnosis aritmia dan takikardi pada jantung secara otomatis. Alat ini berfungsi untuk mengembalikan irama jantung kembali pada irama yang efektif dan dirancang mudah untuk digunakan bagi orang awam sebagai sarana pertolongan pertama pada krban dengan henti jantung. 3. Pengetahuan merupakan kemampuan dari masyarakat awam khusus untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan penggunaan Automated Eksternal Defibrillator (AED). Skala pengukuran yang digunakan adalah interval 4. Sikap merupakan keadaan mental dan taraf dari kesiapan dari responden yang diatur melalui pengelaman yang memberikan pengaruh dinamik dan terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengan tindakan resusitasi jantung paru (RJP) dan penggunaan Automated Eksternal Defibrillator (AED). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. F. Instrumen Penelitian 1. Data Umum Untuk mengatahui informasi mengenai data diri responden menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai data demografi responden meliputi: nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, lama bekerja, pendidikan terakhir, apakah sudah pernah mengikuti pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan Automated External Defibrillator (AED) serta waktu pelaksanaan pelatihan terakhir apabila sudah pernah mengikuti. 2. Pengetahuan

9 a. Tentang Resusitasi Jantung Paru (RJP) Untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang RJP menggunakan instrumen berupa kuesioner pengetahuan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Kuesioner pengetahuan tentang RJP menggunaan kuesioner dari Ribeiro et al (2013) dan Alam et al (2013) yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner tersebut terdiri atas 25 item pertanyaan dengan pilihan jawaban berupa pilihan ganda yang menanyakan pengetahuan tentang RJP. Dengan pilihan jawaban a, b, c, d. Pertanyaan untuk pengetahuan tentang RJP dibuat berdasarkan pokok bahasan seperti pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi butir pertanyaan aspek pengetahuan tentang resusitasi jantung paru Aspek Pengetahuan Nomor Iten Pertanyaan Pengertian Resusiasi Jantung Paru (RJP) 1, 2, 3, 21 Aktivasi sistem kegawatdaruratan 4, 5, 6, 7, 8, 9 Airway 12, 25 Breathing 10, 11, 18, 19, 22 Circulation 13, 14, 15, 16, 17, 20, 23, 24 Jumlah 25 Untuk menjawab kuesioner responden di instruksikan untuk memberi tanda silang pada pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai, dengan interpretasi nilai sebagai berikut: Rendah : <56% Sedang : 56-75% Tinggi : > 75% Jika jawaban benar maka skor 1, jika salah maka skor 0. Skor berkisar antara Pengetahuan dikatakan rendah jika skor <14. Kemudian pengetahuan dikatakan sedang jika skor dan tinggi apabila skor >19 (Arikunto, 2002). b. Automated External Defibrillator (AED) Untuk mengukur tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan Autmated External Defibrillator (AED) akan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh Marcus et al (2009) dan Ribiero et al (2013) yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner terdiri atas 10 item pertanyaan berupa pilihan ganda dengan pilihan jawaban a, b, c, d yang menanyakan pengetahuan responden tentang AED. Pertanyaan untuk pengetahuan mengenai AED dibuat berdasarkan pokok bahasan seperti pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi butir pertanyaan aspek pengetahuan tentang Automated External Defibrillator (AED).

10 Aspek Pengetahuan Pengertian AED 1 Fungsi AED 2, 4, Nomor Item Pertanyaan Operasional AED 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Untuk menjawab kuesioner responden di instruksikan untuk memberi tanda silang pada pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai, dengan interpretasi nilai sebagai berikut: Rendah : <56% Sedang : 56-75% Tinggi : > 75% Apabila jawaban benar maka skor 1, jika salah maka skor 0. Nilai berkisar antara Pengetahuan dikatakan rendah apabila skor <6, sedang apabila skor 6-7, tinggi apabila >7 (Arikunto, 2002). 3. Sikap a. Resusitasi Jantung Paru (RJP) Untuk mengukur sikap responden terhdap tindakan RJP akan menggunakan kuesioner dari Chew (2008) yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner ini berjumlah 10 item pertanyaan dengan bentuk jawaban favourable dan unfavourable. Tabel 3. Kisi-kisi instrumen kuesioner sikap terhadap resusitasi jantung paru Indikator variabel Sikap terhadap tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Nomor item pertanyaan Favourable Unfavourable 1, 2, 5, 6, 7, 10 3, 4, 8, 9 Jumlah 6 4 Alternatif jawaban pada kuesioner sikap untuk mesing-masing item menggunakan skala likert (Gayatri, 2004) dengan pilihan jawaban yaitu: Sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak setuju (TS), Sangat tidak setuju (STS), dengan penilaian seperti yang tercantum pada tabel 4 sebagai berikut: Penilaian berdasarkan skala Tabel 4. Pemberian skor pada jawaban dengan skala likert Skor item pertanyaan positif (Favourable) Skor item pertanyaan negatif (Unfavourable) SS 5 1 S 4 2 RR 3 3 TS 2 4 STS 1 5 Untuk menjawab kuesioner responden diinstruksikan untuk memberi tanda

11 silang pada kotak pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi responden, kemudian skor diberikan sesuai dengan kode angka yang sudah tertera. Interpretasi hasil pengukuran skap responden adalah sebagai berikut: Rendah : x<(µ-1,0σ) Sedang :(µ-1,0σ) x<(µ+1,0σ) Tinggi Keterangan : :(µ-+,0σ) x µ : Mean skor σ x : standar defiasi : Nilai Skor penialaian sikap terkait tindakan RJP berkisar antara Sikap dikatakan rendah jika x<17, sedang jika skor 17 x<34, dan tinggi jika skor 34 x. b.automated External Defibrillator (AED) Untuk mengukur sikap responden dalam penggunaan AED akan menggunakan kuesioner dari Marcus (2009) yang telah di modifikasi oleh peneliti. Kuesioner ini berjumlah 10 item pertanyaan dengan bentuk pertanyaan favourable dan unfavourable. Tabel 5. Kisi-kisi instrumen kuesioner sikap terhadap Automated external Defibrillator (AED) Indikator variabel Sikap terhadap penggunaan Automated External Defibrillator (AED) Nomor item pertanyaan Favourable Unfavourable 1, 2, 5, 6, 9, 10 3, 4, 7, 8 Jumlah 6 4 Responden diinstruksikan untuk memberi tanda silang pada kotak pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi responden, kemudian skor diberikan sesuai dengan kode angka yang sudah tertera. Alternatif jawaban pada kuesioner sikap untuk mesing-masing item menggunakan skala likert (Gayatri, 2004) yaitu: Sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak setuju (TS), Sangat tidak setuju (STS), dengan penilaian sebagai berikut: Penilaian berdasarkan skala Skor item pertanyaan positif (Favourable) Skor item pertanyaan negatif (Unfavourable) SS 5 1 S 4 2 RR 3 3

12 TS 2 4 STS 1 5 Interpretasi hasil pengukuran skap responden adalah sebagai berikut: Rendah : x<(µ-1,0σ) Sedang :(µ-1,0σ) x<(µ+1,0σ) Tinggi Keterangan : :(µ-+,0σ) x µ : Mean skor σ x : standar defiasi : Nilai Skor berkisar antara Sikap dikatakan rendah jika x<17, sedang jika skor 17 x<34, dan tinggi jika skor 34 x. DAFTAR PUSTAKA

13 Alam et al Basic Life Support: A Questionnaire Survey to Assess Proficiency of Radiologists and Radiology Residents in Managing Adult Life Support in Cardiopulmonary Arrest and Acute Anaphylactic Reaction. Hindawi Publishing Corporation Emergency Medicine International: 2014(4) Arikunto Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Chew et al A Survey on The Knowledge, Attitude and Confidence Level of Adult Cardiopulmonary Resuscitation Among Junior Doctors in Hospital Universiti Sains Malaysia and Hospital Raja Perempuan Zainab II, Kota Bharu, Kelantan, Malaysia. Med Journal Malaysia:66 (1) Depkes RI, Survei Kesehatan Nasional Rumah Tangga (SKNRT). Tersedia dalam: Diakses pada: 20 Maret Depkes RI, Riset Kesehatan Dasar Diakses pada: 20 Maret Depkes RI, Profil Kesehatan Republik Indonesia Tersedia dalam: a/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf. Diakses pada: 20 Maret Depkes RI, Profil Kesehatan RI a/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf. Diakses pada: 20 Maret Hazinski, Highlights of The 2010 American Heart Association Guidelines for CPR and ACC. AHA Published. Hennessey, Brian P Investigation of Automated External Defibrillator (AED) and Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Experience and Knowledge at The Ohio State University. United State of America: Ohio State University. Herkutanto, Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia: 57 (2). Kemenkes Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kooij et al Training of police officers as first responders with an automated external defibrillator. Elsevier Journal of Resusitation: 63(33 41). Sayre et al Providing automated external defibrillators to urban police officers in addition to a fire department rapid defibrillation program is not effective.

14 Elsevier Journal of Resusitation:66( ). Kopacek et al Pharmacy Students Retention of Knowledge and Skills Following Training in Automated External Defibrillator Use. American Journal of Pharmaceutical Education:74 (6). Marcus et al Knowledge and attitudes towards cardiopulmonary resuscitation and defibrillation amongst Asian primary health care physicians. Open Access Emergency Medicine:1(11 20) Mitamura, Hideo Public access defibrillation: advances from Japan. Nature clinical Practice Cardiovascular Medichine: 5 (11). Pusbankes Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD). Yogyakarta: Tim Pusbankes 118-PERSI DIY. Ribeiro et al Medical Students Teaching Cardiopulmonary Resuscitation to Middle School Brazilian Students. Arq Bras Cardiol: 101( ). Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta Taniguchi et al Attitudes toward automated external defibrillator use in Japan in Springer Journal of Anesthesy : 28(34 37) Direktorat jenderal perhubungan, Rencana Strategis Direktorat Perhubungan Tersedia dalam: http: //www. satupemerintah. net/publics/ Renstra_Kementerian_Perhubungan_ _0.pdf. Diakses pada: 20 Maret Hermanto, Kementerian Perhubungan Atur 4 SPM Baru Kereta Api. Tersedia dalam: u-kereta-api. Diakses pada: 20 Maret WHO Data Penyakit Tidak Menular. Tersedia dalam: kit+tidak+menular+who+2011&oq=data+penyakit+tidak+menular+who+201 1&gs_l=hp.Diakses: 20 Maret 2015.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2012) dan kematian akibat kecelakaan di jalan raya pada remaja usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung khususnya penyakit jantung koroner memiliki tingkat kegawatdaruratan paling tinggi dibanding penyakit tidak menular lainnya. Henti jantung adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatadaruratan dapat terjadi kapan saja dan umumnya mendadak serta tidak terencana, gawat adalah kondisi yang mengancam nyawa dan darurat adalah perlunya tindakan

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan.. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KETEPATAN KOMPRESI DADA DAN VENTILASI MENURUT AHA GUIDELINES 2015 DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RSUD. dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN or Khalilati, Supinah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas (kematian klinis) ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yangharus diberikan perhatian penting oleh setiap orang (Depkes RI, 2004). Pemerintah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian mendadak hingga saat ini masih menjadi penyebab utama kematian. WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian mendadak dilatarbelakangi oleh penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan usaha yang pertama kali di lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami kegawatdaruratan (Musliha,2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan sepeda motor yang tercatat pertama kali terjadi di New York pada tanggal 30 Mei 1896. Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama, tercatat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kecelakaan lalu lintas sampai saat ini belum mendapatkan perhatian masyarakat sebagai penyebab kematian yang cukup besar. Setiap tahunnya di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

PROPOSAL

PROPOSAL PROPOSAL Basic Life Support & Advanced Cardiovascular Life Support (BLS & ACLS) ============================================ Accordance with the curriculum of the American Heart Association (AHA) ============================================

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara maju dan berkembang dengan menyumbang 60 % dari

Lebih terperinci

The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police

The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police Gambaran Motivasi Menolong Korban Kecelakaan Lalu Lintas pada Polisi Kota Yogyakarta Irawati Hidayah 1, Titiek Hidayati

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course PENDAHULUAN Pertolongan pertama merupakan tindakan awal yang harus segera diberikan pada korban yang mengalami masalah kegawatdaruratan akibat Kecelakaan atau

Lebih terperinci

Adult Basic Life Support

Adult Basic Life Support Adult Basic Life Support Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi untuk menyelamatkan hidup seseorang dengan henti jantung. Aspek mendasar dari BHD adalah immediate recognition of sudden cardiac arrest

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit jantung menduduki peringkat pertama dari sepuluh penyakit penyebab kematian di dunia dengan jumlah 7,4 miliar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu

Lebih terperinci

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM) Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM) Medical Emergency Response Plan merupakan bagian integral dari tanggap darurat keseluruhan, bertujuan mengurangi dampak penyakit mendadak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di Indonesia. Pada kenyataannya aktivitas berenang ini diikuti oleh banyak orang mulai anak-anak,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA STAMBUK 2014 DENGAN STAMBUK 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI BASIC LIFE SUPPORT Oleh: KALVIN RAVELI NIM:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kejadian kecelakaan merupakan kejadian yang bisa menimbulkan cedera dan bahkan bisa menjadi faktor terjadinya kematian yang biasa terjadi, dimana saja, dan kapan saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan menjadi penyebab tertinggi kematian manusia pada usia 15-29 tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun, dan menjadi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SISWA SLTA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (Students Knowledge of Basic Life Support)

PENGETAHUAN SISWA SLTA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (Students Knowledge of Basic Life Support) 170 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 170 174 PENGETAHUAN SISWA SLTA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (Students Knowledge of Basic Life Support) Ning Arti Wulandari Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. INDONESIA SEHAT Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010, maka

BAB I PENDAHULUAN. INDONESIA SEHAT Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010, maka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Visi Departemen Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan adalah INDONESIA SEHAT 2010. Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010, maka pengembangan pelayanan

Lebih terperinci

1. Melakukan kajian situasi

1. Melakukan kajian situasi Kode Unit Judul Unit : O.842340.052.01 : Melakukan PertolonganPertama Deskripsi Unit : Unit ini menjelaskan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan tindakan pertolongan pertama,

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016 TENTANG PELAYANAN PENANGANAN HENTI JANTUNG (RESUSITASI) DI RS.MITRA HUSADA DIREKTUR RS.MITRA HUSADA Menimbang : a. bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI A. PENDAHULUAN Penanggulangan penderita gawat darurat adalah suatu pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DWI PAWIT ANGGI YATMA 201310201153

Lebih terperinci

MODUL BANTUAN HIDUP DASAR DAN PENANGANAN TERSEDAK

MODUL BANTUAN HIDUP DASAR DAN PENANGANAN TERSEDAK MODUL BANTUAN HIDUP DASAR DAN PENANGANAN TERSEDAK TIM BANTUAN MEDIS BEM IKM FKUI 1 PENDAHULUAN Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan WHO tahun 2005, terdapat 17,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 1 DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 2 1. PENDAHULUAN 2. PERAN FASYANKES PRIMER /DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 3. DUKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Gawat adalah suatu keadaan karena cidera maupun bukan cidera yang mengancam nyawa pasien. Darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang membutuhkan

Lebih terperinci

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan Standar Prosedur Operasional (SPO) PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Diperiksa Oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap jam setiap hari lebih dari 40 orang kehilangan nyawa mereka akibat tenggelam. Seperti anak kecil tergelincir di kolam renang, remaja berenang di bawah pengaruh

Lebih terperinci

Emergency First Aid Course

Emergency First Aid Course Emergency First Aid Course Bulan Sabit Merah Indonesia cabang Jakarta Pusat EMERGENCY FIRST AID COURSE Executive Summary Nama Kegiatan Emergency First Aid Course (EFAC) Penyelenggara Bulan Sabit Merah

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20-50 juta orang lainnya mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.802, 2016 KEMENKES. Gawat Darurat Terpadu. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Al Afik,S.Kep.,Ns Defib/Leader Keterangan : Skill station terdiri 1. Resusitasi Jantung Paru

Al Afik,S.Kep.,Ns Defib/Leader Keterangan : Skill station terdiri 1. Resusitasi Jantung Paru PELATIHAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT / BASIC TRAUMA AND CARDIA PUSBANKES 118 PERSI DIY STIKES 'AISYIYAH YOGYAKARTA, 12-16 NOVEMBER 2014 WAKTU RABU, 12 NOVEMBER 2014 Kamis, 13 NOVEMBER 2014

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG. Naskah Publikasi

PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG. Naskah Publikasi PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Response time merupakan waktu tanggap yang dilakukan kepada pasien saat pasien tiba sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas Instalasi Gawat Darurat dengan

Lebih terperinci

REKOMENDASI RJP AHA 2015

REKOMENDASI RJP AHA 2015 REKOMENDASI RJP AHA 2015 Ivan Laurentius NIM 112014309 Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran UKRIDA Periode 26 Oktober 14 November 2015 Rumah Sakit Bhakti Yudha Depol Pembimbing: dr. Amelia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWA PSIK-UNITRI DALAM MEMBERIKAN TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) PADA KASUS KARDIOVASKULER DAN RESPIRASI Nuning Sisca Idriyawati 1), Swito Prastiwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH EDUKASI KETRAMPILAN BASIC LIFE SUPPORT

PERBEDAAN PENGARUH EDUKASI KETRAMPILAN BASIC LIFE SUPPORT NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PENGARUH EDUKASI KETRAMPILAN BASIC LIFE SUPPORT ANTARA VIDEO EDUKASI DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN MAHASISWA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yang harus diberikan perhatian oleh setiap orang. Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan kepadatan penduduk mengakibatkan peningkatan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan kepadatan penduduk mengakibatkan peningkatan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kepadatan penduduk mengakibatkan peningkatan akan transportasi, khususnya transportasi darat. Jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat dan kelalaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Karakteristik Responden Terdapat 100 orang yang bersedia menjadi responden dan didapatkan 76 orang yang memenuhi kriteria inklusi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN PENGOBATAN HERBAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI BALAI PENGOBATAN ALTERNATIF SUTARDI DESA TEGUH JAJAR KECAMATAN KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG Hendri Tamara Yuda 1, Putra Agina WS 2 1,2 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian non ekperimental yaitu merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif mengenai hubungan dukungan kader

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AGUSTIN RETNO DEWI 201110201001 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut American Heart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian masyarakat internasional. World Health Organization (WHO) dalam

Lebih terperinci

PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K3

PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K3 PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K SILABUS PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (PK) TINGKAT DASAR (BASIC FIRST AID) I. INTRODUKSI Keadaan gawat darurat tidak hanya diakibatkan oleh kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi ini angka lalu lintas semakin tinggi. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan ke 9 terbanyak di dunia, data WHO menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perubahan pola hidup yang terjadi meningkatkan prevalensi penyakit jantung dan berperan besar pada mortalitas serta morbiditas. Penyakit jantung diperkirakan

Lebih terperinci

Moh. Fachrizal Rosyid 1), Tanto Hariyanto 2), Vita Maryah Ardiyani 3) ABSTRAK

Moh. Fachrizal Rosyid 1), Tanto Hariyanto 2), Vita Maryah Ardiyani 3) ABSTRAK PERBEDAAN PEMBERIAN PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP SKILL RESUSITASI JANTUNG PARU PADA PASIEN HENTI JANTUNG DI SMK PERTANIAN PEMBEMBANGUNAN WIYATA BAKTI SENGKALING Moh. Fachrizal Rosyid 1),

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENANGANAN GAWAT DARURAT TERPADU DI KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

Bersama ini kami mohon kesediaan Bapak atau yang mewakili untuk hadir pada seminar ini yang akan diadakan pada :

Bersama ini kami mohon kesediaan Bapak atau yang mewakili untuk hadir pada seminar ini yang akan diadakan pada : No. : 121/IHCF/EM/I/2016 Perihal : Undangan Seminar Nasional dan Workshop 2016 Lampiran : 1 berkas Kepada Yth, Ketua Pengurus Pusat PERSI Di tempat Dengan Hormat, Dengan semakin meningkatnya angka korban

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2016

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2016 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PUBLIC SAFETY CENTER 119 YOGYAKARTA EMERGENCY SERVICES (PSC 119 YES) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pemerintah telah mencanangkan visi dalam bidang pelayanan kesehatan yaitu bertekad

Lebih terperinci

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) Nurul Hidayah 1 *, Muhammad Khoirul Amin 2 1 Program Studi Profesi Ners/Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebab kematian pada semua umur telah mengalami pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebab kematian pada semua umur telah mengalami pergeseran dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebab kematian pada semua umur telah mengalami pergeseran dari penyakit menular ke Penyakit Tidak Menular (PTM) (Riskesdas, 2013). Tahun 2008 angka kematian di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penelitian Basic Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur darurat yang digunakan untuk menjaga oksigenasi darah dan perfusi jaringan yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sehat secara jasmani dan rohani adalah keinginan setiap manusia moderen, di era pembangunan di segala bidang yang kini sedang digalakkan pemerintah dituntut sosok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan 2011-2035, World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian akibat kecelakaan di

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PUBLIC SAFETY CENTER 119 JAMBI EMERGENCY SERVICES KOTA JAMBI Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 162 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN TRIASE DAN KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN BENCANA MASSAL DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2013 NO. RESPONDEN : I. PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang diperlukan langkah-langkah peningkatan upaya kesehatan, diantaranya kesehatan ibu dan anak. Angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa situasi Tuberkulosis (TB) dunia semakin memburuk, dimana jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan.

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah: bagaimanakah pengelolaan rujukan kasus maternal di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura?.

Lebih terperinci

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU Suroso 1, Sunarsih 2 Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract: Apgar Score,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM By Yoani Maria V.B.Aty Tenggelam (drowning) merupakan cedera oleh karena perendaman (submersion/immersion) yang dapat mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari 24

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014 Zumrotur Rohmah 1, Sri Handajani 1, Rosida 1 1. Akademi Farmasi Jember Korespondensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (pengetahuan dan sikap) dengan

Lebih terperinci

SEJARAH CPR. Bermula di Baltimore, Amerika pada tahun Teknik mulut ke mulut ditemui oleh Dr. James Elam & Peter Safar

SEJARAH CPR. Bermula di Baltimore, Amerika pada tahun Teknik mulut ke mulut ditemui oleh Dr. James Elam & Peter Safar DEFINISI CPR:- Satu tindakan bantuan awalan bagi memulihkan mangsa yang terhenti pernafasan dengan menggunakan teknik tekanan di atas dada (tekanan dari luar) dan bantuan hembusan pernafasan SEJARAH CPR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test post test with control group design. Penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) 1 MINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM PADANG, SUMATRA BARAT MINGGU, 7 APRIL 2013 Curiculum vitae

Lebih terperinci

Overview of Police Demographic as Responsible Victim of Traffic Accident at Polresta Yogyakarta

Overview of Police Demographic as Responsible Victim of Traffic Accident at Polresta Yogyakarta Overview of Police Demographic as Responsible Victim of Traffic Accident at Polresta Yogyakarta Gambaran Demografi Polisi sebagai Penanggung Jawab Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Polresta Yogyakarta Muhammad

Lebih terperinci

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 FAKTOR FAKTOR INTRINSIK YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR

Lebih terperinci