Ika Rahmawati, S.Kep.Ns, M.Kep

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ika Rahmawati, S.Kep.Ns, M.Kep"

Transkripsi

1 PERBEDAAN EFEK PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN GERUSAN DAUN PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) DAN POVIDON IODINE 10 % DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA BERSIH PADAMARMUT (Cavia porcellus) Ika Rahmawati, S.Kep.Ns, M.Kep Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri ika_rahma23@yahoo.com ABSTRAK Luka merupakan salah satu masalah dalam lingkup keperawatan medikal bedah. Povidon iodine 10% merupakan obat yang biasa dipakai untuk menyembuhkan luka, tetapi mempunyai efek samping menimbulkan iritasi pada kulit. Gerusan daun petai cina mengandung bahan bahan yang ampuh untuk menyembuhkan luka tanpa efek samping. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan efek perawatan luka cina dibandingkan dengan Povidon iodine 10%. Desain penelitian ini adalah true experiment dengan post test group only dengan sampel terdiri dari 20 ekor marmut yang dibagi dalam 4 kelompok perlakuan masing-masing 5 ekor yang dipilih dengan simple random sampling. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah rata-rata kesembuhan luka pada perlakuan perawatan luka cina 10 gram, gerusan daun petai cina 20 gram, gerusan daun petai cina 30 gram dan Povidon iodine 10% dengan uji statistik one way anova. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin besar dosis pemberian gerusan daun petai cina semakin mempercepat penyembuhan luka bersih yang didukung dengan hasil analisa statistik pada kelompok gerusan daun petai cina 30 gram p = 0,002 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara perawatan luka menggunakan gerusan daun petai cina 30 gram dibandingkan dengan Povidon iodine 10%. Tetapi perawatan luka cina 10 gram dan 20 gram dibandingkan dengan Povidon iodine 10% hasil analisa menunjukkan p = 0,077 dan p = 0,008 dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan dengan menggunakan penilaian kesembuhan luka yang lebih komplek untuk menutupi keterbatasan dalam penelitian ini. Kata kunci : Gerusan daun petai cina, Povidon iodine 10%, kecepatan penyembuhan, luka bersih ABSTRACT Wound is one of the problems within the scope of medical-surgical nursing. 10% povidone iodine is a drug commonly used to heal wounds, but has the side effect of causing irritation to the skin. Scours banana leaves chinese containing materials - a powerful ingredient to heal wounds without side effects. So that the necessary research to determine the difference effect of wound treatment using banana leaves chinese scours compared with 10% povidone iodine. The design of this study is true experiment with post test only with a sample group consisted of 20 head of guinea pigs were divided into 4 treatment groups respectively - each 5 tail selected with simple random sampling. Variables measured in this study is flat - flat wound healing in wound care treatment using banana leaves chinese scours 10 grams, banana leaves chinese scours 20 grams, banana leaves chinese scours and 30 grams of povidone iodine 10% with one-way 227

2 ANOVA statistical test. These results prove that the greater the dose of banana leaves chinese scours the net accelerating wound healing which is supported by the results of statistical analysis on the group scours China banana leaves 30 grams p = so that there are significant differences between the treatment of wounds using banana leaves chinese scours 30 grams compared with 10% povidone iodine. But the wound care using banana leaves chinese scours 10 grams and 20 grams compared with 10% povidone iodine analysis showed p = and p = where there are no significant differences. Future studies should be performed using wound healing assessment is more complex to cover up the limitations in this study. Key words : Leucaena glauca, Benth, povidone iodine 10%, speed healing, wound clean the PENDAHULUAN Luka digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut. Sedangkan luka bersih adalah luka bedah tidak terinfeksi dimana tidak terdapat inflamasi dan kontaminasi dari saluran pernafasan, percernaan, genital atau saluran kemih. Klasifikasi luka berdasarkan mekanisme cedera terdiri dari luka insisi, luka kontusi, luka laserasi atau luka tusuk. Sedangkan klasifikasi luka berdasarkan tingkat kontaminasi luka saat pembedahan terdiri dari luka bersih, luka kontaminasi bersih, luka terkontaminasi, dan luka kotor atau terinfeksi (Smeltzer, 2001). Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks namun sistematik. Proses penyembuhan luka meliputi peradangan, reepitelisasi, kontraksi luka, dan metabolisme kolagen (Kalangi, 2004). Pada proses penyembuhan luka ada banyak faktor yang mempengaruhi lambatnya penyembuhan luka diantaranya infeksi, gizi buruk, daya tahan tubuh tertekan, obat-obatan, diabetes, radiasi, penyakit, merokok, stres. Dalam proses penyembuhan luka hal ini perlu dihindari (Macruf, 2006). Proses penyembuhan luka membutuhkan perawatan yang mencakup pembersihan luka dan debridemen, pengolesan preparat antibiotik topikal serta pembalutan (Smeltzer, 2001). Dalam perawatan luka untuk mempercepat penyembuhan luka secara medis bisa diolesi preparat antibiotik atau gel penutup luka. Sebelum gel penutup luka dan cairan antiseptik dengan berbagai merek di pasaran, secara tradisional sejumlah tanaman dan hewan telah digunakan untuk mencegah peradangan dan penyembuhan luka. Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri, bahan yang digunakan untuk perawatan luka adalah povidon iodine 10 %. Tetapi di salah satu sisi kandungan dari povidon iodine 10 % dapat menimbulkan iritasi pada luka, saat proses penyembuhan luka berlangsung. Alam Indonesia yang subur ini sudah menyediakan bahan alami dan ekonomis yang berasal dari tanaman. Salah satunya tanaman yang bisa digunakan sebagai pengobatan tradisional adalah petai cina. Terdapat berbagai macam kegunaan petai cina dalam kehidupan sehari-hari diantaranya daunnya bisa digunakan untuk mengobati luka baru dan bengkak dengan cara daunnya dikunyah atau digerus lalu ditempelkan pada luka (Ardhi, 2010). Berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan sebelumnya, dalam petai cina mengandung zat aktif yang berupa alkaloid, saponin, flavonoid, mimosin, lektin, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A dan vitamin B. Berbagai kandungan yang terdapat dalam daun petai cina 228

3 diperkirakan sebagai antiinflamasi adalah flavanoid. Sementara lektin berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Antibiotik yang terkandung dalam saponin dapat mempercepat penyembuhan luka karena menghambat pertumbuhan bakteri (Priosoeryanto, 2006). Berdasarkan fenomena dan teori di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut untuk mengetahui perbandingan kecepatan penyembuhan luka bersih dengan cina (Leucaena glauca, Benth) dan povidon iodine 10 %. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian true eksperimental yang dilaksanakan dengan menggunakan hewan coba marmut (Cavia porcellus), untuk mengetahui efek perawatan luka dengan menggunakan gerusan daun petai cina dan Povidon iodine 10% dalam mempercepat penyembuhan luka bersih pada marmut (Cavia porcellus). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Anatomi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri pada tanggal Agustus Yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah marmut (Cavia porcellus). Hewan coba ini dilakukan penyayatan atau pembuatan luka bersih, dengan kriteria : sehat, umur marmut (Cavia porcellus) antara satu sampai dua bulan, dengan jenis kelamin jantan, jenis marmut yang sama dan berat badan rata- rata 240 gram serta mendapatkan nutrisi yang sama. Sampel dilakukan pembagian menjadi empat kelompok, yaitu tiga kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol. Pembagian kelompok ini dilakukan dengan cara Random sampling. Dalam penelitian ini didapatkan jumlah sampel tiap kelompok perlakuan sebanyak 5 ditambah 1 ekor sebagai cadangan. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah lama penyembuhan luka bersih. Sedangkan variabel Independennya adalah Perawatan luka bersih menggunakan gerusan daun petai cina 10 gram, 20 gram, 30 gram, dan povidon iodine 10%. Langkah pertama dilakukan insisi pada sampel yang kemudian dilakukan pemberian perlakuan sesuai dengan rencana penelitian hanya pada empat kelompok perlakuan. Pada tahap akhir penelitian, sampel dilakukan penilaian terhadap kesembuhan luka bersih. Penilaian kesembuhan luka bersih dilakukan setiap hari dengan menggunakan metode Single Blind. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parametric Test yaitu One Way Anova dengan uji komparasi. HASIL Setelah dilakukan percobaan pada 20 ekor marmut (Cavia porcellus) selama 12 hari dengan perlakuan berupa perawatan luka bersih dengan menggunakan bahan yang berbeda didapatkan hasil sebagai berikut : Gambar 1 Hasil Penilaian Lama Luka sembuh % 62% 58% 78% Series1 Series2 229

4 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6 Hari ke 7 Hari ke 8 Gambar 2 Perkembangan luka menggunakan gerusan daun petai cina mulai hari ke 2-hari ke 8 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6 Hari ke 7 Hari ke 8 Gambar 3 Perkembangan luka menggunakan Povidon iodine 10% mulai hari ke 2-hari ke 8 PEMBAHASAN a. Efek Perawatan Luka Menggunakan gerusan daun petai cina Dalam percobaan untuk kelompok perlakuan yang cina dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan dosis pemberian yaitu gerusan daun petai cina 10 gram, gerusan daun petai cina 20 gram dan kelompok perlakuan cina 30 gram. Dari hasil percobaan diperoleh lama penyembuhan luka bersih dari tiap kelompok perlakuan juga berbeda. Untuk kelompok perlakuan yang cina 10 gram memiliki lama penyembuhan terbanyak pada hari ke 7, untuk kelompok perlakuan cina 20 gram memiliki lama penyembuhan terbanyak pada hari ke 6 dan untuk kelompok perlakuan menggunakan gerusan daun petai cina 30 gram memiliki hari ke 5. Dari hasil analisa statistik menunjukkan, perbandingan antara gerusan daun petai cina 30 gram dan Povidon iodine 10% adalah p = 0,002, gerusan daun petai cina 10 gram dan Povidon iodine 10% adalah p = 0,077, gerusan daun petai cina 20 gram dan Povidon iodine 10% adalah p = 0,008. Artinya gerusan daun petai cina 30 gram dan Povidon iodine 10% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok yang lain. Hasil ini dikarenakan gerusan daun petai cina mempunyai sifat-sifat yang sangat bagus dan menguntungkan untuk perawatan luka, walaupun lama penyembuhan luka berbeda berdasarkan dosis pemberian tetapi untuk kelompok perlakuan cina memiliki lama penyembuhan luka lebih cepat dibandingkan Povidon iodine 10%. Dari berbagai literatur telah disebutkan bahwa daun petai cina dapat digunakan untuk mengobati luka baru dan bengkak dengan cara ditumbuk halus atau dikunyah kemudian ditempelkan pada bagian yang luka dan dibalut dengan kain 230

5 pembalut (Padmiarso, 2008). Pada tahap pertama penyembuhan luka adalah peradangan. Selama peradangan benda-benda asing khususnya bakteri bisa menimbulkan peradangan persisten dan memperlambat penyembuhan luka (Sony, 2004). Salah satu kandungan daun petai cina yaitu tanin mempunyai daya antiseptik yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Untuk menghilangkan nyeri yang biasa timbul selama proses peradangan daun petai cina juga memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai analgesik. Pada tahap pembentukan jaringan granulasi tampak pembuluh darah baru yang mengandung granula dari jaringan yang diinsisi (Sony, 2004). Pada daun petai terdapat kandungan saponin yang berfungsi meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru pada luka dan juga memacu pembentukan kolagen dengan adanya protein sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. b. Efek Perawatan Luka Menggunakan Povidon iodine 10% Kecepatan penyembuhan luka bersih pada kelompok perlakuan menggunakan Povidon iodine 10% dibandingkan dengan kelompok perlakuan menggunakan gerusan daun petai cina terutama yang cina 30 gram terjadi perbedaan yang sangat bermakna. Penggunaan Povidon iodine 10% saat ini sangat meluas dan sangat praktis untuk digunakan sebagai antiseptik utama baik untuk perawatan luka maupun untuk melakukan prosedur bedah yang lain. Povidon iodine 10% mampu membunuh semua mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial baik bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif, termasuk mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik, spora, bakteri maupun jamur. Ada dua mekanisme yang mendasari efek antimikroba dari Povidon iodine 10%. Pertama Povidon iodine 10% mampu mengoksidase enzim untuk respirasi dan kedua melalui iodinasi asam amino. Tetapi di sisi lain mempunyai efek samping yang perlu untuk dipertimbangkan dalam pemakaiannya. Efek samping ini bisa berupa iritasi, reaksi toksik dari iodine, kulit terbakar dan perubahan warna kulit karena zat warna yang ada dalam Povidon iodine 10%. Kemampuan antimikroba juga dimiliki oleh Povidon iodine 10% dengan mengoksidase enzim respirasi dari bakteri seperti tyrosine. Cara lain dari Povidon iodine 10% untuk membunuh mikroba yaitu melalui iodinasi asam amino. Adanya iodine ini akan meracuni sehingga tidak dapat membentuk protein dan akan mengakibatkan mikroorganisme hancur (Fredrick, 2003). c. Perbedaan Efek Perawatan Luka Menggunakan Gerusan Daun Petai Cina Dan Povidon iodine 10% Dari hasil percobaan didapatkan hasil penilaian lama penyembuhan luka bersih. Pada gerusan daun petai cina 30 gram didapatkan jarak maksimal eritema kulit dari tepi luka yang sangat minimal dibandingkan dengan kelompok perlakuan dengan Povidon iodine 10%. Dari tabel 5.1 tentang hasil penilaian lama luka sembuh juga dapat dilihat 231

6 bahwa kelompok perlakuan dengan gerusan daun petai cina 30 gram menunjukan rata-rata lama penyembuhan yaitu 5,8 dengan hari ke 5. Nilai itu lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan dengan Povidon iodine 10% yaitu rata-rata lama penyembuhan sebesar 7,8 dengan hari ke 8. Sedangkan kelompok perlakuan menggunakan gerusan daun petai cina 10 gram memiliki perbedaan lama penyembuhan yang tidak terlalu besar dibandingkan kelompok perlakuan dengan Povidon iodine 10% yaitu rata rata lama penyembuhan sebesar 6,8 dengan lama penyembuhan terbanyak pada hari ke 7. Kelompok perlakuan menggunakan gerusan daun petai cina 20 gram juga memilki rata rata lama penyembuhan yaitu 6,2 dengan hari ke 6. Dari hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar dosis pemberian gerusan daun petai cina dapat mempercepat penyembuhan luka bersih. Begitu juga dengan hasil analisis One Way Anova menunjukkan p = 0,002 yang memiliki perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan cina 30 gram dibandingkan Povidon iodine 10%. Hasil ini menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan cina 20 gram dan kelompok perlakuan menggunakan gerusan daun petai cina 10 gram. Hasil ini dapat juga dipengaruhi oleh pengamatan yang hanya menggunakan mata telanjang sehingga tidak bisa mengamati secara detail. Bisa juga karena prosedur pengolahan daun petai cina yang perlu disempurnakan. Selain itu Povidon iodine 10% dan daun petai cina memiliki kandungan yang sama dalam mempercepat penyembuhan luka namun pada daun petai cina belum diketahui efek samping yang bisa terjadi seperti pada penggunaan Povidon iodine 10%. Kemampuan dari gerusan daun petai cina tersebut diakibatkan karena daun petai cina mempunyai sifat sifat yang sangat menguntungkan dalam perawatan luka. Daun petai cina mempunyai kandungan saponin untuk mengurangi proses inflamasi. Selain itu kandungan saponin juga dapat meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru dan memacu pembentukkan kolagen dibandingkan dengan Povidon iodine 10% yang disebabkan oleh kandungan dari masing masing bahan. Kandungan tanin pada daun petai cina juga dapat berfungsi sebagai antioksidan yang menghambat pertumbuhan tumor dan enzim. Selain itu kandungan tanin juga barfungsi sebagai antiseptik yang dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Meskipun inflamasi adalah sebuah bagian vital dari respon normal untuk luka atau adanya infeksi, akan tetapi jika inflamasi menjadi luas dan lama maka hal itu dapat memperlambat proses penyembuhan atau bisa menyebabkan luka yang lebih berbahaya (Fredrick, 2004). Selain itu juga marmut yang dirawat menggunakan Povidon iodine 10% lebih hiperaktif dibandingkan dengan marmut yang dirawat menggunakan gerusan daun petai cina. Ini disebabkan karena 232

7 pada daun petai cina terdapat kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai analgesik yang menghilangkan rasa sakit. Sebelum gel penutup luka dan cairan antiseptik dengan berbagai merek beredar di pasaran, secara tradisional sejumlah tanaman dan hewan telah digunakan masyarakat untuk mencegah peradangan dan menyembuhkan luka. Di antaranya daun petai cina dengan cara dikunyah atau ditumbuk halus (Ardhi, 2010). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kebiasaan masyarakat itu memang benar dan dapat dikembangkan lagi. Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar ilmiah penggunaan gerusan daun petai cina sebagai bahan alternatif untuk bahan perawatan luka bersih disamping Povidon iodine 10% yang masih sering digunakan sampai saat ini. Namun masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut dengan cara yang lebih terkontrol untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengingat penelitian ini masih banyak kekurangan yang menurut peneliti hal itu bisa mempengaruhi hasil penelitian. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : a. Efek perawatan luka bersih dengan cina 10 gram dapat mempercepat penyembuhan luka bersih dengan rata- rata penyembuhan 6,8 dengan hari ke 7. b. Efek perawatan luka bersih dengan cina 20 gram dapat mempercepat penyembuhan luka bersih dengan rata-rata penyembuhan 6,2 dengan hari ke 6. c. Efek perawatan luka bersih dengan cina 30 gram dapat mempercepat penyembuhan luka bersih dengan rata- rata penyembuhan 5,8 dengan hari ke 5. d. Efek perawatan luka bersih dengan Povidon iodine 10% dapat mempercepat penyembuhan luka bersih dengan rata-rata penyembuhan 7,8 dengan lama penyembuhan terbanyak pada hari ke 8. e. Efek perawatan luka bersih cina 30 gram memiliki perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan Povidon iodine 10%. Lama penyembuhan luka lebih cepat bila dilakukan perawatan luka cina 30 gram. SARAN Sesuai dengan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : a. Diperlukan penelitian yang lebih akurat untuk mengetahui efek samping dari daun petai cina. b. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi secara mikroskopis pada perawatan luka yang menggunakan daun petai cina. c. Diperlukan uji toksisitas, untuk mengetahui efek bahan yang terdapat pada daun petai cina. d. Masyarakat sebaiknya menggunakan daun petai cina sebagai alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka. Daftar Pustaka 1. Ardhi Tanaman Obat : Manfaat / Khasiat Petai Cina (Leucaena leucocephala). 233

8 Bandung : Sentra Informasi Iptek & Digital Library ITB 2. Corwin, Elisabeth J Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC 3. Hariana, H. Arief Tanaman Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta : Penebar Swadaya 4. Hartono SSPS 16.0 Analisis Data Statistika Dan Penelitian. Bandung : Y. Rama Widya 5. Hidayati, Isnaini W Uji Aktifitas Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolin (Ten.) Steenis) Sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci, Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah 6. Kuraesin, Titin Mengenal Luka dan Penanganannya. Jakarta : PT Karya Kita 7. Raina Ensiklopedi Tanaman Obat Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Absolut 8. Ratnaningsih, Eko Perbedaan Kecepatan Penyembuhan Luka Bersih Antara Perawatan Luka Dengan Menggunakan Getah Batang Pisang Dengan Povidon Iodine 10% Pada Marmut (Cavia porcellus). Malang : Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 9. Smeltzer, Suzanne C Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta : EGC 10. Sudjatmiko, Gentur.d.k.k Menjahit Luka Supaya Bekasnya Susah Dicari. Jakarta : Sagung Seto 11. Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta 12. Suhendi, Edi Mengelola Data Dengan SPSS 16.0 Untuk Peneliti Pemula. Bandung : Y. Rama Widya 13. Suriadi Perawatan Luka Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto 14. Wijoyo, Padmiarso M Sehat Dengan Tanaman Obat Seri Keempat Jakarta : Bee Media Indonesia 15. Wijoyo, Padmiarso M Sehat Dengan Tanaman Obat Seri Keempat. Jakarta : Bee Media Indonesia 234

Christina Dewi, S. Kep., Ns., M. Kep Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Christina Dewi, S. Kep., Ns., M. Kep Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri PERBEDAAN EFEK PERAWATAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN GETAH POHON YODIUM DIBANDINGKAN DENGAN MENGGUNAKAN POVIDON IODINE 10% DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA BERSIH PADA MARMUT (Cavia porcellus) Christina

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LUMATAN DAUN BUNGA SEPATU (HIBISCUS ROSA- SINENSIS L) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR).

PENGGUNAAN LUMATAN DAUN BUNGA SEPATU (HIBISCUS ROSA- SINENSIS L) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR). PENGGUNAAN LUMATAN DAUN BUNGA SEPATU (HIBISCUS ROSA- SINENSIS L) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR). Retno Sumara 1 Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Niken Tania Wijaya, 2014. Pembimbing I: Rita Tjokropranoto,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster ABSTRAK EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster Kamajaya Mulyana, 2014; Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes Luka pada kulit sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan rusaknya kesatuan atau komponen jaringan dimana secara langsung terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka dapat digambarkan sebagai gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al., 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah melakukan ekstraksi atau pencabutaan gigi, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Luka sering sekali terjadi dalam aktivitas sehari-hari. Biasanya luka yang terjadi bervariasi bentuk dan dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GETAH TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida Linn) DENGAN POVIDON IODIN UNTUK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH GALUR (Sprague Dawley)

PERBANDINGAN GETAH TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida Linn) DENGAN POVIDON IODIN UNTUK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH GALUR (Sprague Dawley) PERBANDINGAN GETAH TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida Linn) DENGAN POVIDON IODIN UNTUK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH GALUR (Sprague Dawley) Fitria Sri Haryati, Sunyoto, Sholikhah Deti Andasari

Lebih terperinci

PERBEDAAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA BERSIH ANTARA PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN GERUSAN BAWANG MERAH

PERBEDAAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA BERSIH ANTARA PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN GERUSAN BAWANG MERAH Media Bina Ilmiah37 PERBEDAAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA BERSIH ANTARA PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN GERUSAN BAWANG MERAH (Allium Cepa L) DIBANDINGKAN DENGAN POVIDON IODIN 10% PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh (R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2004). Luka sering terjadi dalam aktivitas sehari-hari dan dapat terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan bagian terluar (pelindung) dari tubuh, dan luka kulit merupakan peristiwa yang sering dialami setiap orang dan sering kali dianggap ringan, padahal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh paling luas yang melapisi seluruh bagian tubuh, dan membungkus daging dan organ-organ yang berada di dalamnya. Ratarata luas kulit pada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan resiko timbulnya luka pada tubuh. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi seluruh permukaan bagian tubuh. Fungsi utama kulit sebagai pelindung dari mikroorganisme,

Lebih terperinci

Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka

Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka 1 Edriani Fitri 1 Ratih Annisa 1 Dian Nitari 1 Dewi K. Mubela 1 Kasih Santika 2 Hendra Sutysna 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh manusia adalah luka yang terjadi pada kulit dan menimbulkan trauma bagi penderitanya. Luka adalah kerusakan kontinuitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah dilakukan dari dulu, sejak peradaban manusia itu ada. Tumbuhan dapat digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Tumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Luka bakar merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang cukup serius pada masyarakat. Karena di samping dampak terhadap kesehatan yang tinggi apabila tidak ditangani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan mencapai 15% dari total berat badan dewasa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutaneus.

Lebih terperinci

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER ABSTRAK PENGARUH TUMBUKAN DAUN SIRIH (Piper betle) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER Dandy Pasandha, 2016 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. tingkat keparahan luka yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang

I.PENDAHULUAN. tingkat keparahan luka yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan secara spesifik yang terjadi mengenai bagian tubuh tertentu, tergantung dari tingkat keparahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Limabelas persen dari berat badan manusia merupakan kulit (Wasitaatmadja, 2011). Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka 1 Rita Andiyani, 2 Umi Yuniarni, dan 3 Dina Mulyanti 1,2,3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontinuitas jaringan hidup (Nalwaya,et al. 2009). Luka disebabkan oleh trauma fisik

BAB I PENDAHULUAN. kontinuitas jaringan hidup (Nalwaya,et al. 2009). Luka disebabkan oleh trauma fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan secara seluler maupun anatomis pada fungsi kontinuitas jaringan hidup (Nalwaya,et al. 2009). Luka disebabkan oleh trauma fisik atau proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik dengan tingkat keparahan ringan, sedang atau berat. Luka adalah hilangnya atau rusaknya

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Dimpuulina Erna M, 2011 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng Dra., M.kes. Pembimbing

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat. Luka bakar adalah rusak atau hilangnya suatu jaringan karena kontak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus aureus merupakan salah satu kelompok bakteri gram positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari flora normal kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran dapat berisiko menimbulkan luka, hal ini yang membuat ketidaknyamanan pasien. Luka dapat terjadi secara sengaja

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan yang di akibatkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan pada tubuh makhluk hidup. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu, seperti

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA Fredrica, 2016. Pembimbing I : Roro Wahyudianingsih, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan hal yang sering terjadi dan dapat mengenai semua orang di seluruh dunia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Luka adalah kerusakan fisik yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Kemaladewi Yulianti, 1210194 ; Pembimbing I : Fenny, dr.,sp.pk,m.kes Pembimbing

Lebih terperinci

Alvina Dewiyanti, Hana Ratnawati, Sugiarto Puradisastra Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Alvina Dewiyanti, Hana Ratnawati, Sugiarto Puradisastra Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Perbandingan Pengaruh Ozon, Getah Jarak Cina (Jatropha Multifida L.) dan Povidone Iodine 10% terhadap Waktu Penyembuhan Luka pada Mencit Betina Galur Swiss Webster Alvina Dewiyanti, Hana Ratnawati, Sugiarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vulnus (luka) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tubuh dan terganggunya integrasi normal dari kulit serta jaringan di bawahnya yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar penyusun tubuh manusia yang memiliki berbagai fungsi penting, antara lain sebagai pengatur keluar masuknya air, pengatur suhu, pelindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan hal yang sering terjadi dan dapat mengenai semua orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Luka adalah kerusakan fisik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai organ tubuh paling luar, kulit yang berhubungan dengan dunia luar, sangat rentan mengalami luka. Luka adalah rusaknya komponen jaringan, ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan (Arif Mansjoer, 2000). Luka merupakan hal yang sering dialami oleh seseorang. Luka bisa terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL

ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL dan SALEP SERBUK DAUN SOSOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lamk)) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT Adi Kurnia Suprapto, 2012. Pembimbing I : Fen Tih, dr.,m.kes.

Lebih terperinci

Kata kunci : air perasan buah blustru, air perasan buah nanas, penyembuhan luka

Kata kunci : air perasan buah blustru, air perasan buah nanas, penyembuhan luka ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN BUAH BLUSTRU (Luffa cylindrica (L.) Roem) DAN BUAH NANAS Ananas comosus (L.) Merr.) PADA PENYEMBUHAN LUKA INSISI MENCIT SWISS WEBSTER Jessica Widjaja, 2016 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka pada kulit sering terjadi dan dapat dialami oleh setiap individu. Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan secara spesifik yang

Lebih terperinci

Efek Anti Inflamasi Ekstrak Daun Binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] Topikal terhadap Jumlah PMN Neutrofil

Efek Anti Inflamasi Ekstrak Daun Binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] Topikal terhadap Jumlah PMN Neutrofil Efek Anti Inflamasi Ekstrak Daun Binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] Topikal terhadap Jumlah PMN Neutrofil pada Tikus Jantan Sprague Dawley Gita Susanti Prodi Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI 120100185 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 i LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN Tia Afelita 1, Indah Permata Sari 1, Rizki Chairani Zulkarnain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dibagi dalam dua jenis, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dibagi dalam dua jenis, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma dapat menyebabkan terjadinya luka pada jaringan tubuh. Trauma biasanya dibagi dalam dua jenis, yaitu trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma tumpul dapat

Lebih terperinci

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka ABSTRAK Luka di dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan pembedahan. Proses penyembuhan luka dapat secara alami, dan dapat dipercepat dengan bantuan obat-obatan, dalam bidang kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Luka sering terjadi pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun infeksi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman yodium (Jatropha multifida L.) merupakan tanaman yang memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahuinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan suatu reaksi inflamasi karena adanya proses yang terhambat, atau proses penyembuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II: Ellya R.D, dr., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II: Ellya R.D, dr., M.Kes ABSTRAK PENGARUH BUBUK BIJI KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DALAM MEMPERSINGKAT DURASI PENYEMBUHAN LUKA MENCIT Swiss Webster JANTAN MODEL DIABETES MELITUS Agustian Ibrahim, 2011 Pembimbing I : Dr. Sugiarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman dahulu hingga sekarang ini, banyak sekali individu yang sering mengalami luka baik luka ringan maupun luka yang cukup serius akibat dari kegiatan yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari risiko terjadinya luka. Luka dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu luka yang

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENURUNAN EKSPRESI TNF-α DAN PENINGKATAN JUMLAH PEMBULUH DARAH PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK GARDENIA JASMINOIDES (Penelitian Eksperimental dengan menggunakan binatang

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Ivanna Valentina, 2012; Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M. Kes. Pembimbing II

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan disebabkan oleh kecelakan pada kendaraan. Kematian tertinggi akibat luka bakar di dunia terdapat di Finldania

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luka adalah salah satu dari kasus cedera yang sering terjadi. Luka didefinisikan sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab dari luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hilangnya substansi jaringan karena adanya kerusakan pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hilangnya substansi jaringan karena adanya kerusakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai cara telah dilakukan untuk mengobati luka di permukaan kulit namun biasanya menimbulkan trauma tersendiri bagi penderitanya karena sering menimbulkan bekas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian

BAB I PENDAHULUAN tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut data World Fire Statistic Center (2008) Singapura pada tahun 2003-2005 tercatat sebagai negara yang memiliki prevalensi terendah kejadian luka bakar

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (Euphatorium odoratum L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA TERBUKA PADA KELINCI SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (Euphatorium odoratum L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA TERBUKA PADA KELINCI SKRIPSI FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (Euphatorium odoratum L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA TERBUKA PADA KELINCI SKRIPSI Oleh: MUCHAMMAD ZEIN ARIF K 100 120 033 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PENGARUH OLESAN MINYAK CENGKEH (Syzygium Aromaticum L) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA HEWAN COBA MENCIT(mus musculus) STRAIN Balb/ c

PENGARUH OLESAN MINYAK CENGKEH (Syzygium Aromaticum L) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA HEWAN COBA MENCIT(mus musculus) STRAIN Balb/ c Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 () 27 PENGARUH OLESAN MINYAK CENGKEH (Syzygium Aromaticum L) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA HEWAN COBA MENCIT(mus musculus) STRAIN Balb/ c N A Wibowo, Comariyati

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN ABSTRAK PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN Rahman Abdi Nugraha, 2015. Pembimbing 1 : Harijadi Pramono,

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KELINCI SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KELINCI SKRIPSI FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata L.) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA BAKAR PADA KELINCI SKRIPSI Oleh : ASMA WAEHAMA K100120039 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit pada Mamalia merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam fisiologis tubuh. Organ ini berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih menjadi masalah besar bagi dunia kesehatan. Biaya perawatan yang mahal, angka kematian dan

Lebih terperinci

ARTIKEL RISET KEPERAWATAN. Oleh NURUL ISTIKOMAH NIM G2B308034

ARTIKEL RISET KEPERAWATAN. Oleh NURUL ISTIKOMAH NIM G2B308034 PERBEDAAN PERAWATAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN POVODINE IODINE 10% DAN NaCl 0,9% TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI PROSTATEKTOMI DI RUANG ANGGREK RSUD TUGUREJO SEMARANG ARTIKEL RISET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingiva merupakan bagian mukosa oral yang menutupi prosesus alveolaris dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan gingiva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang berkembang di dunia. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah ABSTRAK Latar belakang Luka yang sering ditemukan didalam rongga mulut adalah luka ulserasi. Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut, ulser biasanya terasa sakit seringkali

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH DAUN DEWA (Gynura segetum [Lour] Merr.)TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss Webster JANTAN

ABSTRAK PENGARUH DAUN DEWA (Gynura segetum [Lour] Merr.)TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss Webster JANTAN iv ABSTRAK PENGARUH DAUN DEWA (Gynura segetum [Lour] Merr.)TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss Webster JANTAN Dian Apriliani G., 2011. Pembimbing I: Diana Aprilia Bahartresna, dr,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia karena temperatur yang tropis, dan kelembaban

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA

ABSTRAK. EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA ABSTRAK EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA Rijallul Fiqhri, 2011; Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt Pembimbing II:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan tubuh. Penyebab keadaan ini dapat terjadi karena adanya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

Lebih terperinci