Ramdan Hidayat dan Nora Augustien K ABSTRACT
|
|
- Hadian Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN ANATOMI DAN AGRONOMI BIDANG SAMBUNGAN BIBIT MANGGIS OLEH PENGARUH METODE SAMBUNG DAN POSISI ENTRES Study of Anatomy and Agronomy Processing of Several Methods of Grafting and Position of Scion Mangosteen Ramdan Hidayat dan Nora Augustien K ABSTRACT The angosteen's growth is very slow and have very long juvenile period (8-15 years old). Some previous researcher showed that seedling of mangosteen has 5-7 flush/years in two years old, 3-4 flush in four years old, and only two flush of mangosteen plant after 8 years old, so that mangosteen have very long dormancy period.to shortening long juvenile periods of mangosteen can do with planting grafting plant. Nevertheless growth rate of grafted mangosteen slower and canopy is un-simetric with a little branch. To Solved of the problems, these research would to focused in anatomical of graft processing, especially on the unity of vascular bundle (Xylem and Phloem) between rootstock and scion. The objectives of these research are to studies anatomical grafting processing of several methods of grafting and position of scion mangosteen. Result of this research showed that percentage growth of grafted mangosteen of all graft method was significant (average 95 %). Based on anatomical studies of graft process showed that M2P2 is the best of combination treatment than another treatments. Key words: mangosteen, grafting, position of scion. PENDAHULUAN Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaka, Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam hingga kepulauan Maluku (Cox, 1988). Di daerah tropis tanaman manggis dapat tumbuh pada ketinggian m di atas permukaan laut (dpl) tetapi semakin tinggi tempat tumbuh pertumbuhan dan permulaan berbunga akan semakin lambat. Menurut Chandler (1958) ketinggian optimum agar tanaman manggis dapat tumbuh dengan baik adalah m dpl. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman manggis beriksar 25-32oC, sedangkan kelembaban udara optimum untuk tanaman manggis adalah sekitar 80% (Verheij & Coronel 1991). Oleh karena itu tanaman manggis membutuhkan curah hujan sekitar 1500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun (Cox 1988). Untuk pertumbuhan yang baik tanaman manggis membutuhkan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan dengan musim kering yang pendek untuk menstimuliasi pembungaan (Samson, 1989). Manggis adalah tanaman dengan pertumbuhan lambat karena masa juvenil panjang (8-15 tahun) (Poerwanto, 1995). Hal ini sejalan dengan penelitian Downtown, Grant dan Chakco (1990) yang menunjukkan bahwa masalah utama pada budidaya manggis adalah pertumbuhan dan perkembangan yang sangat lambat, dengan periode diantara pembentukan pasangan daun baru (Interval flush) yang panjang. Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa bibit manggis umur 6 bulan dapat menghasilkan 4 kali flush (Hidayat et al., 1999). Pada umur 4 tahun hanya terjadi 3 kali flush per tahun (Wiebel et al, 1992), bahkan pada manggis dewasa hanya 2 kali flush per tahun. Salah satu upaya memperpendek periode juvenil adalah dengan menanam bibit manggis sambungan. Penangkar bibit telah banyak melakukan penyambungan terhadap bibit manggis, tetapi bibit manggis sambungan yang dihasilkan, pertumbuhan justru semakin lambat dengan bentuk kanopi kurang baik (tidak simetris dan sedikit percabangan). Oleh karena itu pohon manggis dengan bibit berasal dari sambungan memiliki produktivitas rendah, karena percabangan Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, UPN "Veteran" Jawa Timur 45
2 sedikit dan tidak mendukung perkembangan buah. Selain itu semakin tua umur bibit batang bawah manggis semakin panjang periode istirahat (dormansi), bahkan pertumbuhan bibit manggis semakin lambat setelah dilakukan penyambungan. Sehubungan dengan pemacuan pertumbuhan dan upaya memperpendek masa juvenil pada tanaman manggis, maka perlu ditemukan teknik untuk memperpendek periode dormansi dan menanam bibit manggis dari hasil sambungan (Hidayat, 2005). Kajian anatomi dan morfologi terhadap bibit manggis sambungan menunjukkan bahwa pertumbuhan lambat pada bibit manggis sambungan disebabkan oleh kedudukan jaringan pembuluh antara batang bawah dengan entres yang tidak sesuai, baik letak maupun ukuran. Disamping itu kebanyakan tunas yang akan digunakan sebagai entres tumbuh melintir (Tirtawinata, 2002). Bibit manggis sambungan tumbuh lambat akibat dari beberapa faktor, diantaranya : 1). entres yang digunakan belum spesifik (belum diketahui stadia tumbuh entres yang terbaik, asal entres yang terbaik dari shoottip atau shoot-lateral, 2). Proses penyambungan antara batang bawah dengan entres tidak diketahui secara pasti, khususnya pada penyatuan jaringan xylem dan phloem (lama waktu maupun ada tidak pemelintiran jaringan pembuluh vaskuler). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut secara mikros-kopis, yaitu anatomis jaringan pada bidang sambungan mengenai proses penyambung-an dari beberapa metode sambung dengan entres berasal dari tunas cabang (plagiotrop) yang berasal dari berbagai posisi yang telah mengalami pemelintiran oleh pengaruh gaya gravitasi bumi. Maksud dilaksanakan penelitian mendasar tentang kajian anatomis sambungan pada pembibitan tanaman manggis adalah untuk mendapatkan bibit manggis sambungan yang pola pertumbuhannya lebih baik (pertumbuhan cepat dengan kanopi yang simetris), sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan teknologi grafting dan posisi entres yang tepat dengan mengkaji anatomi dan agronomi dari batang atas dan batang bawah, sehingga dihasilkan bibit manggis sambungan pertumbuhan lebih baik. 46 BAHANDANMETODE Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Nopember 2007 di Screen House Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UPN "Veteran" Jawa Timur, Surabaya. Bibit manggis berasal dari UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, Bogor. Pengamatan anatomi jaringan dilakukan di Herbarium Bogoriensis - LIPI. Bahan dalam penelitian ini adalah batang bawah manggis umur 2 tahun yang telah ditanam di polybag sebanyak 100 batang, Entres adalah cabang plagiotrop pohon induk yang sudah berproduksi yaitu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri 2 faktor dan dibagi dalam 3 ulangan, masing-masing terdiri atas 5 tanaman. Faktor pertama adalah Metode Grafting, yang teridiri atas: M0 (sambung celah, diameter beda), M1 (sambung celah, diameter sama), M2 (sambung celah V), M3 (sambung diagonal tanpa selang), M4 (sambung diagonal dengan selang), M5 (sambung horizontal dengan selang) dan M6 (sambung horizontal dengan pasak). Sedangkan Faktor kedua adalah posisi entres, yang meliputi: P0 (1 ruas), P1 ( ¾ ruas), P2 (buku ke-2) dan P3 (1¼ ruas). Pelaksanaan penelitian kajian anatomi dan agronomi bidang sambungan bibit manggis adalah sebagai berikut: - Persiapan batang bawah Batang bawah yang digunakan adalah bibit semai manggis yang telah berumur sekitar 2 tahun ditanam dalam polybag ukuran 25 cm x 30 cm dan dengan media campuran tanah, pasir dan kompos. Batang bawah yang dipindahkan ke tempat penelitian dipelihara selama dua bulan sebelum dilakukan penyambungan. - Pengambilan Entres Entres (batang atas) yang digunakan untuk penyambungan adalah batang yang sehat dari pohon induk yang sudah berproduksi. Entres diambil dari cabang plagiotrop dengan diameter sekitar 5-6 mm. Ciri cabang plagiotrop adalah pertumbuhan cabang yang menyamping/horizontal. - Pelaksanaan penyambungan Pemotongan batang bawah dilakukan pada batang yang memiliki diameter 5-6 mm (ruas ke tiga sampai ke lima dari pucuk). Diameter bidang sambungan batang bawah dan entres harus sama untuk semua perlakuan kecuali pada sambung celah (T0), (ukuran entres lebih kecil dari batang bawah). Penyayatan batang bawah disesuaikan dengan perlakuan. Kemudian entres Agrosains 11(2): 45-51, 2009
3 dipotong disesuaikan dengan 4 jenis posisi entres yang masing-masing disayat sesuai dengan 7 jenis teknik penyambungan. Sebelum penyambungan dilakukan, daun entres disisakan 2 helai dan dipotong seperdelapan luas daun. Setelah penyayatan, entres disisipkan pada batang bawah dan dibalut serta dibungkus dengan plastik transparan. Plastik pembungkus dapat dibuka pada saat sambungan telah mengalami pecah tunas. Sedangkan pelepasan plastik pembalut dilakukan pada umur 3 bulan setelah pecah tunas. Pelaksanaan penyambungan untuk beberapa teknik penyambungan bibit manggis dapat dilakukan seperti di bawah ini : a. Sambung celah (M0) Diameter bidang sambungan entries lebih kecil dari batang atas. Batang bawah dipotong horizontal dan dibelah sepanjang 2 cm. Selanjutnya Entres dipotong sepanjang 1.5 cm membentuk baji (V) dan Batang bawah dibelah sepanjang 2 cm, Entres disisipkan pada belahan batang bawah tersebut dan salah satu sisi bidang sambungan harus sama. b. Sambung celah (M1) Diameter bidang sambungan entres dan batang atas sama. Batang bawah dan Entres dipotong seperti pada T0. dan entres disisipkan pada belahan batang bawah dan kedua sisi bidang sambungan tepat bersentuhan. c. Sambung celah V (M2) Diameter bidang sambungan Entres dan bidang atas sama. Batang bawah dipotong sepanjang 1,5 cm dan membentuk huruf V. Entres dipotong sepanjang 1,5 cm membentuk baji dan disisipkan pada batang bawah sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan. d. Sambung diagonal tanpa selang (M3) Diameter bidang sambungan entres dan batang atas sama. Batang bawah dan Entres dipotong diagonal sepanjang 1.5 cm. Entres disisipkan pada batang bahwa sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan. e. Sambung diagonal dengan selang (M4) Diameter bidang sambungan entres dan batang atas sama. Batang bawah dipotong diagonal sepanjang 1 cm. Selang dengan panjang 2 cm dan diameter sudah disesuaikan dengan ukuran entres dan batang bawah, diselipkan pada bidang sambungan batang bawah sepanjang setengah bagian selang. Selanjutnya dibalut dengan plastik pembalut pada setengah panjang selang, kemudian pembalut tersebut dijepit. Entres dipotong diagonal sepanjang 1 cm dan disisipkan melalui selang sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan. Penjepit dilepas dan pembalutan dilanjutkan. f. Sambung horizontal dengan selang (M5) Diameter bidang sambungan Entres dan batang atas sama. Batang bawah dipotong horizontal. Selang panjang 1,5 cm dengan diameter yang juga sudah disesuaikan dengan ukuran Entres dan batang bawah, diselipkan pada batang bawah setengah dari ukuran selang dan dibalut kemudian dijepit. Entres dipotong horizontal dan disisipkan melalui selang sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan. Penjepit dilepas kemudian dibalut. g. Sambung horizontal dangan pasak (M6) Diameter bidang sambungan Entres dan batang atas sama. Batang bawah dan Entres dipotong horizontal seperti teknik T5. Entres dipasang pasak (panjang 2 cm) tepat pada tengah sayatan sedalam 0,5 cm. Selanjutnya ujung pasak yang satu ditancapkan pada tengah bidang sayatan batang bawah dan diupayakan setiap bidang sayatan saling bersentuhan. Pada semua teknik, setelah dilakukan pembalutan maka seluruh permukaan entres dibungkus dengan plastik transparan. Selanjutnya 20 bibit sambungan dengan perlakuan metode sambung dan posisi entres yang berbeda masingmasing diamati secara anatomi dan agronomi dibawah mikroskop untuk mengetahui proses penyembuhan luka dan penyambungan jaringan pembuluh (xilem dan floem) antara rootstock dan entres yang digunakan. Pengamatan terhadap organ sambungan dilakukan secara destruktif dengan memotong daerah sambungan (batang) pada 3 bulan setelah pelaksanaan penyambungan. Pengamatan anatomi dan agronomi sambungan dilakukan dengan membuat preparat penampang melintang dari organ sambungan (batang) dengan menggunakan metode paraffin atau metode beku (metode Es). Alat yang tersedia di laboratorium Ekofisiologi Tumbuhan adalah mikroskop (Binokuler) yang dilengkapi dengan kamera digital, mikrotom untuk sampel keras (batang) dan alatalat penunjang untuk pengamatan mikroskopik. Pengamatan anatomi jaringan bidang sambungan dilakukan pada akhir penelitian dibawah mikroskop cahaya binokuler dengan pembesaran 10 kali. Pengamatan anatomi jaringan menggunakan mikroskop dilakukan dengan membuat preparat irisan melintang dan membujur dalam keadaan segar. Pengambilan gambar terhadap penampang melintang dan membujur 47
4 menggunakan kamera digital pada zoom optikal 4.0 x. Untuk menjadikan frame yang banyak menjadi satu gambar yang sempurna, maka dilakukan pengolahan melalui komputer dengan menggunakan program antara lain: Photo Studio 5 dan Adobe Photoshop 7.0. HASILDAN PEMBAHASAN Teknologi penyambungan bibit manggis yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa semua metode menghasilkan persentase keberhasilan sambungan jadi signifikan tinggi, kecuali pada perlakuan M6. Persentase keberhasilan bibit sambungan jadi pada berbagai metode sambung dan posisi batang atas (entres) disajikan pada Tabel 1. dan pengamatan visual pertautan batang atas dan batang bawah hasil sambungan disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Hasil pengamatan visual pertautan batang bawah dan batang atas dari beberapa metode sambung Tabel 1. Persentase bibit manggis sambungan jadi oleh pengaruh kombinasi perlakuan metode sambung dan posisi entres. Posisi Entres Metode Sambung M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 P 0 93,0 85, P 1 80, P 2 96, P 3 90, Keterangan: metode grafting M0 (sambung celah, Ø-beda), M1 (sambung celah, Ø--sama), M2 (sambung celah V), M3 (sambung diagonal tanpa selang), M4 (sambung diagonal dengan selang), M5 (sambung horizontal dengan selang), M6 (sambung horizontal dengan pasak). Posisi entres, P0 (1 ruas), P1 ( ¾ ruas), P2 (buku ke-2) dan P3 (1¼ ruas) Seluruh metode sambung yang dikaji dapat memperlihatkan keberhasilan sambungan jadi pada tanaman manggis. Persentase keberhasilan sambungan jadi tertinggi diperlihatkan oleh metode M2 (sambung celah V), diikuti oleh berturut-turut M0 (sambung celah, diameter-beda), M1 (sambung celah, Ø--sama), M3 (sambung diagonal tanpa selang), M4 (sambung diagonal dengan selang) dengan rata-rata diatas 85 %. Metode sambung yang kurang baik diperlihatkan oleh metode sambung horizontal dengan pasak (M6), diikuti dengan metode sambung horizontal dengan selang (M5). Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa visual batang bawah dan batang atas tersambung (Kompatibel), namun demikian terlihat terjadi pengerasan dibagian sambungan. Untuk itu perlu dikaji secara anatomi dan 48 Gambar 2. Penampang Membujur Dan Penampang Melintang Organ Sambungan Setelah Sambungan Jadi dari Perlakuan Metode Sambung T0 (Metode Sambung Celah dengan Ukuran Diameter Batang Bawah Dan Batang Atas Yang Berbeda) dengan Posisi Entres Buku ke-2 (P2). Agrosains 11(2): 45-51, 2009
5 Gambar 2 adalah hasil pengamatan mikroskopik penampang melintang organ pada M0 (metode sambung celah dengan ukuran diameter batang bawah dan batang atas yang berbeda) dengan posisi entres buku ke-2. Posisi jaringan pembuluh antara organ sambungan tepat pada buku ke-2 dengan bagian organ sambungan pada posisi tepat diruas sambungan berbeda. Gambar 2 menunjukkan bahwa ukuran diameter tunas entres yang berbeda dengan diameter batang bawah berhasil menyambung, namun demikian terdapat posisi jaringan pembuluh antara batang bawah dan batang atas yang terpelintir. Hasil pengamatan mikroskopik hasil penyambungan dengan metode sambung celah dengan ukuran diameter batang bawah dan batang atas yang berbeda dengan posisi entres 1 ruas (M0P0), (Gambar 3) dapat dijelaskan bahwa setelah bibit manggis sambungan berumur 3 bulan terjadi pembentukan kalus dan jaringan meristem baru pada organ sambungan. Untuk selanjutnya akan membentuk jaringan pembuluh baru di organ sambungan tersebut. Adanya pembentukan jaringan pembuluh baru 3 bulan setelah sambung tersebut memungkinkan terjadi translokasi air dan hara dari bawah melalui xilem dan translokasi asimilat dari atas ke bawah melalui floem, sehingga bibit sambungan tersebut dapat dikatakan kompatibel dan secara keseluruhan dapat tumbuh dan berkembang. Namun demikian perlu diamati lebih lanjut tentang interval trubus dan percepatan pembuahan (mempersingkat fase juvenil) setelah dilakukan penyambungan. Hasil pengamatan mikroskopi bibit sambungan pada perlakuan M2 P2 (sambung celah V dengan posisi entres buku ke-2 (Gambar 4) dapat diketahui bahwa dari penampang melintang organ sambungan bibit manggis berumur 3 bulan setelah sambung, jaringan pembuluh baru di bagian entres sudah terbentuk lebih sempurna. Hal tersebut dapat diperlihatkan dengan karakter anatomi dan agronomi yang lebih baik, seperti: panjang tunas pucuk, diameter tunas dan jumlah daun tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. M 0 P 0 Gambar 3. Penampang melintang organ sambungan manggis umur 3 bulan setelah sambung pada metode sambung celah dengan Ø beda 49
6 M 2 P 2 Gambar 4. Penampang melintang organ sambungan manggis umur 3 bulan setelah sambung dengan perlakuan metode sambung celah KESIMPULANDAN SARAN Dari hasil pengamatan dan analisis statistik kajian anatomi dan agronomi organ sambungan dan kajian anatomi dan agronomi pada pembibitan tanaman manggis dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persentase keberhasilan sambungan jadi tertinggi diperlihatkan oleh metode sambung celah V (M2), sedangkan yang terrendah diperlihatkan oleh M6 (metode sambung horizontal dengan pasak). 2. Posisi entres juga berpengaruh terhadap persentase sambungan jadi. Persentase sambungan jadi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan posisi entres P0 (1 ruas) dan P2 (buku ke-2). 3. Kajian anatomi dan agronomi organ sambungan manggis oleh pengaruh perlakuan metode sambung dan posisi entres menunjukkan bahwa kecepatan penyembuhan luka sambungan terbaik ditunjukkan oleh metode sambung celah V dan posisi entres pada buku ke-2 (M2P2). Berdasarkan hasil kajian anatomi dan agronomi sambungan bibit manggis oleh pengaruh perlakuan metode sambung dan posisi entres, maka disarankan untuk melakukan kajian yang sama pada umur sambungan yang berbeda (misalnya: 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 bulan setelah sambung) pada tahun ke-2 agar diketahui kecepatan sambungan jadi serta pengaruhnya terhadap interval trubus selanjutnya. Juga disarankan untuk mengkaji sambungan manggis dengan bahan entres yang berbeda ruas plagiotropnya (agar diketahui tingkat pemlintiran tunas plagiotrop) dan tunas pucuk ortotrop sebagai pembanding. 50 Agrosains 11(2): 45-51, 2009
7 DAFTARPUSTAKA Cox. J. E. K Garcinia mangostana - Mangosteen. p In Gardner, R. J and S. A. Chaudori (eds.). The Propagation of Tropical Fruit Trees. FAO and CAB, England. Chandler, W.H Evergreen Orchards. 2 nd edition. Philladelphia, Lea and Febiger. Downtown, W.J.S., Grant W J R and Chacko E K Effect of elevated carbon dioxide on the photosynthesis and early growth of mangosteen (Garcinia mangostana L.). Scientia Hortic., 44: Poerwanto, R Peluang dan Prospek Usahatani Manggis. Makalah Seminar Peluang dan Prospek Usahatani Manggis di IPB Bogor, Nopember p Tirtawinata, M.R., Kajian anatomi dan Fisiologi sambungan bibit bibit manggis dengan beberapa anggota kerabat Clusiaceae. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 136 p. Verheij, E.W.M., Garcinia mangostana L. p: in E.W.M. Verheij dan R.E. Coronel (Edt.) Edible fruit and nuts. PROSEA2. Bogor. 446 p. Wiebel, J., Chacko, E K dan Downton, W J S Mangosteen (Garcinia mangostana L.) - A potential crop for tropical northern Australia. Acta. Hort., 321:
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian
9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006. Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,
Lebih terperinciPengaruh Posisi Sayatan dan Penyisipan Entris pada Batang Bawah terhadap Keberhasilan Penyambungan dan Kecepatan Pertumbuhan Benih Manggis
J. Hort. 17(4):328-334, 2007 Pengaruh Posisi Sayatan dan Penyisipan Entris pada Batang Bawah terhadap Keberhasilan Penyambungan dan Kecepatan Pertumbuhan Benih Manggis Jawal, M. Anwarudin Syah 1, R. Poerwanto
Lebih terperinciPenggunaan Spesies Kerabat Manggis sebagai Akar Ganda dan Model Sambung dalam Mempercepat Penyediaan dan Pertumbuhan Bibit Manggis
J. Hort. 18(3):278-284, 2008 Penggunaan Spesies Kerabat Manggis sebagai Akar Ganda dan Model Sambung dalam Mempercepat Penyediaan dan Pertumbuhan Bibit Manggis Jawal, M. Anwarudin Syah Balai Penelitian
Lebih terperinciJ. Hort. Vol. 20 No. 4, J. Hort. 20(4): , 2011
J. Hort. Vol. 20 No. 4, 2010 J. Hort. 20(4):352-359, 2011 Penggunaan Jenis Entris, Posisi Sambungan, dan Posisi Penyisipan Entris pada Batang Bawah terhadap Keberhasilan Penyambungan dan Pemacuan Pertumbuhan
Lebih terperinciPERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI
PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 i SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan
Lebih terperinciPengaruh Lama Penyimpanan Entris terhadap Keberhasilan Sambung Pucuk Beberapa Varietas Avokad
J. Hort. 18(4):402-408, 2008 Pengaruh Lama Penyimpanan Entris terhadap Keberhasilan Sambung Pucuk Beberapa Varietas Avokad Jawal, M. Anwarudin Syah Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jl. Raya Solok
Lebih terperinciSambung Pucuk Pada Tanaman Durian
Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP GRAFTING atau ent, istilah asing yang sering didengar itu, pengertiannya ialah menggambungkan batang bawah dan batang atas dari
Lebih terperinciPoerwanto R Nurse stock plant A new technique to enhance mangosteen (Garcinia mangostana) growth. International Symposium on Tropical and
58 DATAR PUSTAKA Ashari S.1995. Hortikultura. Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia. Borchert R. 197. Simulation of rythmic tree growth under constant condition. Physiol. Plant. 9:17 180. Burgess
Lebih terperinciIII. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono
III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif
Lebih terperinciTingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik
Biocelebes, Juni 2011, hlm. 22-30 ISSN: 1978-6417 Vol. 5 No. 1 Tingkat Keberhasilan Okulasi Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Abdul Hamid Noer 1) dan Yusran 2) 1,2) Fakultas Pertanian
Lebih terperinciTEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH
TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa
Lebih terperinciACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING)
ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiakan dengan cara vegetatif adalah pembiakan yang menggunakan
Lebih terperinci(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)
PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi
Lebih terperinciKAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK
Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07 14, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Oleh : Zainuddin Basri 1) ABSTRAK Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat
Lebih terperinci1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar
1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar Nama Daerah : Benuang bini, benuwang, banuang, bunuang, benua, wenuang Nama Ilmiah : Octomeles Sumatrana Miq Family
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN
20 III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 di lahan percobaan di desa Giriharjo, Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur.
Lebih terperinciPENGARUH PANJANG ENTRIS TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK BIBIT JAMBU AIR
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 1, No 1, Desember 2012, hal 1-9 www.junal.untan.ac.id PENGARUH PANJANG ENTRIS TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK BIBIT JAMBU AIR Titus Parsaulian 1, Putu Dupa Bandem
Lebih terperinciTeknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk
Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan
Lebih terperinciSaijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda
Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DAN BEBERAPA MEDIA TANAM BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KAMBOJA (Adenium obesum)
Lebih terperinciTEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP. Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN
TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jalan Raya Solok-Aripan KM. 8 Solok,
Lebih terperinciPENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE
PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE Agus Ruhnayat 1) dan Muhammad Syakir 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Lebih terperinciPENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )
PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis) Sugeng Pudjiono
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang
Lebih terperinciPENGARUH TEMPAT TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DAN PERTUMBUHAN BENIH JAMBU METE
PENGARUH TEMPAT TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DAN PERTUMBUHAN BENIH JAMBU METE Dibyo Pranowo dan Saefudin Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui
Lebih terperinciPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
UJI BATANG BAWAH KARET (Hevea brassiliensis, Muell - Arg.) BERASAL DARI BENIH YANG TELAH MENDAPAT PERLAKUAN PEG DENGAN BEBERAPA KLON ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI MELINSANI MANALU 090301106 PROGRAM
Lebih terperinciEFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)
Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan
Lebih terperinciPEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN
422 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 5 NOVEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN FERTILIZATION OF NPK ON LOCAL DURIAN (Durio zibethinus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena
Lebih terperinciPenanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk
Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciKAJIAN UMUR BIBIT BATANG BAWAH NANGKA DAN TAKARAN PUPUK PELENGKAP BENIH NUTRIFARM-SD TERHADAP KEBERHASILAN PERTAUTAN SAMBUNG PUCUK
J. Agroland 16 (1) : 33-39, Maret 2009 ISSN : 0854 641X KAJIAN UMUR BIBIT BATANG BAWAH NANGKA DAN TAKARAN PUPUK PELENGKAP BENIH NUTRIFARM-SD TERHADAP KEBERHASILAN PERTAUTAN SAMBUNG PUCUK Study of Various
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG NENAS (Ananas comosus. L)
PENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG NENAS (Ananas comosus. L) The Effect of BAP Concentrations on The Growth of Pineapple Stem Cutting Oleh: Sri Hadiati Balai Penelitian Tanaman Buah
Lebih terperinciKESESUAIAN SAMBUNG MINI TIGA KULTIVAR DURIAN (Durio zibethinus L. ex Murray) DENGAN BATANG BAWAH BERBAGAI UMUR
KESESUAIAN SAMBUNG MINI TIGA KULTIVAR DURIAN (Durio zibethinus L. ex Murray) DENGAN BATANG BAWAH BERBAGAI UMUR COMPATIBILITY OF THREE CULTIVAR OF DURIAN (Durio zibethinus L. ex Murray) ON MINI GRAFTING
Lebih terperinciPENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 97-101 (2002) Komunikasi (Communication) PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method
Lebih terperinciA. LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. LAPORAN HASIL PENELITIAN B. DRAF ARTIKEL ILMIAH C. LAMPIRAN RINGKASAN DAN SUMMARY RINGKASAN Pembibitan Mangrove secara Ex Situ dengan Air Tawar Telah dilakukan penelitian pembibitan Bruguiera gymnorrhiza,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manggis (Garcinia mangostana L.). Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara, tepatnya semenanjung Malaya. Daerah pertumbuhannya sudah menyebar ke
Lebih terperinciSTUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubikayu Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada tahun 1827
Lebih terperinciKEBERHASILAN OKULASI VARIETAS JERUK MANIS PADA BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK KANDANG ABSTRAK
Media Litbang Sulteng IV (2) : 97 104, Desember 2011 ISSN : 1979-5971 KEBERHASILAN OKULASI VARIETAS JERUK MANIS PADA BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK KANDANG Oleh : Yusran dan Abdul Hamid Noer ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati merupakan tanaman komersil yang tumbuh pada tanah sarang, terutama pada tanah yang berkapur. Jenis ini tumbuh di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah
Lebih terperinciPERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN...2 A. Latar belakang...2
Lebih terperinciIII. ANALISIS PERCABANGAN DAN MODEL TAJUK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PENDAHULUAN
III. ANALISIS PERCABANGAN DAN MODEL TAJUK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Analysis of branches and shoot model of Jatropha curcas L. Abstract The objective of this research was to analyze pattern of branching,
Lebih terperinciPERBEDAAN BATANG BAWAH DAN MASA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN OKULASI BIBIT JERUK SIAM MADU (Citrus nobilis)
Jurnal Agroteknologi, Vol. 8 No. 1, Agustus 2017: 35 40 PERBEDAAN BATANG BAWAH DAN MASA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN OKULASI BIBIT JERUK SIAM MADU (Citrus nobilis) (Different Type of Rootstock
Lebih terperinciPERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA
iptek hortikultura PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA Tanaman mangga termasuk tanaman menyerbuk silang (yang umumnya konstitusi genetiknya heterozigous), apalagi berdasarkan sejarah tanaman ini telah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP
PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/100301085 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciKAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI
KAJIAN BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP HASIL SAMBUNG SAMPIN GKAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SULAWESI Yuldanto Larekeng 1, Sakka Samudin dan Hendry Barus ² yuldantolarekeng@gmail.com Mahasiswa
Lebih terperinciPOSISI MATA TUNAS BATANG ATAS DAN KONSENTRASI IAA TERHADAP PERTUMBUHAN GRAFTING BOUGENVILLEA SPECTABILIS DENGAN Bougenvillea variegata
Olivina Messakh dan I Komang Sudarma, Posisi Mata Tunas 129 POSISI MATA TUNAS BATANG ATAS DAN KONSENTRASI IAA TERHADAP PERTUMBUHAN GRAFTING BOUGENVILLEA SPECTABILIS DENGAN Bougenvillea variegata Olivina
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae
Lebih terperinciPENGARUH KETINGGIAN BATANG BAWAH TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH DURIAN KLETING KUNING DALAM SISTEM TOP WORKING
404 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 3, Maret 2017: 404 409 ISSN: 2527-8452 PENGARUH KETINGGIAN BATANG BAWAH TERHADAP KEBERHASILAN TUMBUH DURIAN KLETING KUNING DALAM SISTEM TOP WORKING THE EFFECT ROOTSTOCK
Lebih terperinciSTUDI LAMA SIMPAN UMBI PADA KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN Hippeastrum hybridum hort. Oleh Siti Fatimah Hanum 1
STUDI LAMA SIMPAN UMBI PADA KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN Hippeastrum hybridum hort. Oleh Siti Fatimah Hanum 1 Abstract: Hippeastrum at bali botanical garden is one of point interest for visitor
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN
AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN 1979 5777 81 PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN Lestari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jl.
Lebih terperinciPENGARUH SKARIFIKASI DAN LAMA PERENDAMAN AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT SAWO (Manilkara zapota (L.
Vegetalika Vol. 4 No. 2, 2015: 30-38 30 PENGARUH SKARIFIKASI DAN LAMA PERENDAMAN AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT SAWO (Manilkara zapota (L.) van Royen) THE EFFECT OF SCARIFICATION
Lebih terperinciMANFAAT JERAMI DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN TANAMAN MANGGIS
MANFAAT JERAMI DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN TANAMAN MANGGIS Jerami merupakan salah satu limbah pertanian terbesar di Indonesia yang dihasilkan dari pertanaman padi. Selesai musim panen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus
Lebih terperinciIV. POLA PERTUMBUHAN TAJUK DAN AKAR TANAMAN MANGGIS SEEDLING
IV. POLA PERTUMBUHAN TAJUK DAN AKAR TANAMAN MANGGIS SEEDLING A. Pendahuluan Faktor penyebab lambatnya laju pertumbuhan tanaman manggis, antara lain karena buruknya sistem perakaran manggis dan rendahnya
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)
PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) EFFECT OF PLANTING MEDIA ON RED JABON (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) Yusran Ilyas ¹, J. A.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciKAJIAN KLONALISASI MANGGA PODANG URANG UMUR PRODUKTIF SECARA SAMBUNG PUCUK KLONALISASI STUDY OF PODANG URANG MANGO PRODUCTIVE AGE IN PUCUK CONNECT
KAJIAN KLONALISASI MANGGA PODANG URANG UMUR PRODUKTIF SECARA SAMBUNG PUCUK KLONALISASI STUDY OF PODANG URANG MANGO PRODUCTIVE AGE IN PUCUK CONNECT S. Yuniastuti 1) dan Bonimin 1) Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciMETODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai
Lebih terperinciPengaruh Batang Bawah dan Jenis Tunas pada Mikrografting Manggis (Garcinia mangostana) secara In Vitro
Pengaruh Batang Bawah dan Jenis Tunas pada Mikrografting Manggis (Garcinia mangostana) secara In Vitro Effect of Rootstock and Shoot Types on In Vitro Mangosteen (Garcinia mangostana) Micrografting Rd.
Lebih terperinciKOMPATIBILITAS BATANG BAWAH NANGKA TAHAN KERING DENGAN ENTRIS NANGKA ASAL SULAWESI TENGAH DENGAN CARA SAMBUNG PUCUK
J. Agroland 15 (2) : 95 100, Juni 2008 ISSN : 0854 641X KOMPATIBILITAS BATANG BAWAH NANGKA TAHAN KERING DENGAN ENTRIS NANGKA ASAL SULAWESI TENGAH DENGAN CARA SAMBUNG PUCUK Oleh : Yohanis Tambing 1), Enny
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari
Lebih terperinciPENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK
Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 07, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO Oleh : Nyoman Mertade 1) dan Zainuddin Basri 2) ABSTRAK
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan
47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
Lebih terperinciKAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG (Amorphophallus onchophyllus) SKRIPSI
KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG (Amorphophallus onchophyllus) SKRIPSI Diajukan Oleh : DIAN AYUNING RAKHMAWATI NPM : 1025010040
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah
Lebih terperinciMATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF
MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk
Lebih terperinciPENGARUH BATANG ATAS DAN BAWAH TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN JAMBU METE (Anacardium occidentale L.)
Jurnal Littri 12(1), Maret 2006. Hlm. 32-37 ISSN 0853-8212 JURNAL LITTRI VOL 12 NO. 1, MARET 2006 : 32-37 PENGARUH BATANG ATAS DAN BAWAH TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN JAMBU METE (Anacardium occidentale
Lebih terperinciPENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET
PENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET Suwarto, Radhiya Nur Anwar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,
Lebih terperinciPEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING
PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)
Lebih terperinciHASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku.
4 Tabel 1 Rancangan pemberian MeJA 750 mm secara berulang. Induksi / Pengamatan Perlakuan (hari ke-) Induksi 0 10 25 50 75 M1 * * * * M2 * * * M3 * * M4 * Keterangan : = pemberian * = pengamatan M1= Perlakuan
Lebih terperinciKEBERHASILAN PERTAUTAN SAMBUNG PUCUK PADA MANGGA DENGAN WAKTU PENYAMBUNGAN DAN PANJANG ENTRIS BERBEDA
J. Agroland 15 (4) : 296 301, Desember 2008 ISSN : 0854 641X KEBERHASILAN PERTAUTAN SAMBUNG PUCUK PADA MANGGA DENGAN WAKTU PENYAMBUNGAN DAN PANJANG ENTRIS BERBEDA The Success of Mango Union Grafting at
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae
Lebih terperinciSKRIPSI. KEBERHASILAN OKULASI BIBIT DURIAN (Durio zibethinus Murr.) PADA MODEL MATA TEMPEL DAN STADIA ENTRES YANG BERBEDA
SKRIPSI KEBERHASILAN OKULASI BIBIT DURIAN (Durio zibethinus Murr.) PADA MODEL MATA TEMPEL DAN STADIA ENTRES YANG BERBEDA Oleh: Bakarudin 10882004383 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK
WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,
Lebih terperinciKARYA TULIS. Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi. Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I.
KARYA TULIS Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I. PENDAHULUAN Durian (Durio zibethinus Murray) adalah buah yang memiliki
Lebih terperinciDETERMINASI STATUS HARA N, P, K PADA JARINGAN DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS ODIT FERRY KURNIADINATA
DETERMINASI STATUS HARA N, P, K PADA JARINGAN DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS ODIT FERRY KURNIADINATA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i PERNYATAAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011. Bahan dan Alat
Lebih terperinciPENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN TANAMAN ALPUKAT (Persea americana Mill.)
PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN TANAMAN ALPUKAT (Persea americana Mill.) THE EFFECT OF VARIOUS LENGTHS ENTRES TO THE SUCCESS OF GRAFTING ALVOCADO PLANTS (Persea americana Mill.)
Lebih terperinciKOMPATIBILITAS BATANG BAWAH NANGKA (ARTOCARPUS HETEROPYLLUS LAMK) KULTIVAR BEKA-3 DAN TULO-5 TERHADAP BERBAGAI ENTRIS TERPILIH ABSTRAK
Media Litbang Sulteng IV (1) : 37 41, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 KOMPATIBILITAS BATANG BAWAH NANGKA (ARTOCARPUS HETEROPYLLUS LAMK) KULTIVAR BEKA-3 DAN TULO-5 TERHADAP BERBAGAI ENTRIS TERPILIH Oleh : Enny
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Tipe Pangkasan
8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan
Lebih terperinciPENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)
PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) Danti Sukmawati Ciptaningtyas 1, Didik Indradewa 2, dan Tohari 2 ABSTRACT In Indonesia, maize mostly planted
Lebih terperinciPENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.
P R O S I D I N G 24 PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.) Mokhtar Effendi Program Magister Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara faktorial, dengan faktor I varietas kedelai dan faktor II tingkat ketersediaan
Lebih terperinciMEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI
MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Antiklinal adalah tahapan pembelahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar
TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )
PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) Oleh : PH Padang,SP PBT. BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman perkebunan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut
Lebih terperinciPERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN
PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN meranti PERTUMBUHAN DAN KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA ASAL STEK PUCUK PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR Tujuan :untuk mengetahui pertumbuhan dan
Lebih terperinciPELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.
PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PENDAHULUAN Metode kultur jaringan juga disebut dengan
Lebih terperinciSISTEM APLIKASI UNTUK MENENTUKAN KUALITAS BUAH MANGGIS BERBASIS WEB (PERKEBUNAN BAPAK H. BAMBANG) DI TANGGAMUS LAMPUNG
SISTEM APLIKASI UNTUK MENENTUKAN KUALITAS BUAH MANGGIS BERBASIS WEB (PERKEBUNAN BAPAK H. BAMBANG) DI TANGGAMUS LAMPUNG Warsito Jurusan Sistem Informasi STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu
Lebih terperinciPembibitan Manggis Secara Cepat Melalui Teknik Penyungkupan Akar Ganda dan Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula
Jawal, M. Anwarudin Syah et al.: Pembibitan Manggis J. Hort. 17(3):237-243, 2007 Pembibitan Manggis Secara Cepat Melalui Teknik Penyungkupan Akar Ganda dan Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula Jawal,
Lebih terperinciRUDY LUKMAN. Sambung Mikro Interspesifik Manggis (Gflrci~lin
RINGKASAN RUDY LUKMAN. Sambung Mikro Interspesifik Manggis (Gflrci~lin mnngostnl?a L) pada Mundu (Garcinia dtrlcis R.K). Dibawah bimbingan Livy Winata Gunawan, Achmad Surkati dan Rita Megia. Penelitian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai
Lebih terperinci