BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk memahami lebih dalam topik penelitian yang peneliti angkat,
|
|
- Leony Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Untuk memahami lebih dalam topik penelitian yang peneliti angkat, peneliti mengkaji tiga penelitian sebelumnya, yang berjudul Respons Remaja Kota Denpasar Dalam Menonton Tayangan Sinetron Arti Sahabat, Dampak Siaran Televisi Dalam Kehidupan Masyarakat dan Pembangunan, dan Pola Interaksi Berbasis Agama Pada Masyarakat Rawan Konflik di Kabupaten Sigi. Salah satu kajian media yaitu tayangan sinetron dilakukan oleh Suryawati (2013) menjelaskan bahwa salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun televisi Indosiar memperoleh respons dari kalangan remaja kota Denpasar. Sinetron tersebut memberikan dampak hiburan, gaya hidup remaja, kehidupan remaja di sekolah, konflik, persaingan dan persahabatan antar remaja. Dalam penelitian ini, remaja kota Denpasar telah dihegemoni dalam bentuk respons peniruan (imitatif) akan tayangan sinetron tersebut. Terdapat faktor respons internal seperti (a) persepsi remaja terhadap sinetron Arti Sahabat dianggap sebagai tontonan yang menarik dan memberikan refrensi gaya hidup remaja; (b) sikap permisif remaja yang cenderung menerima tawaran gaya hidup di sinetron tersebut; (c) kelabilan jiwa-sosial remaja yang sedang mencari identitas diri dan kepribadiannya. Sedangkan faktor respons eksternal dari tayangan sinetron tersebut adalah (a) pengaruh kuat dari teman sebaya (peer group); (b) pengaruh budaya pasar sebagai bentuk industri budaya yang bersifat fenomena sosial
2 9 dengan adanya komodifikasi dan standarisasi budaya, termasuk paham materialism, hedonism, dan pragmatism; (c) ketahanan/filter budaya masyarakat relatif lemah, dan (d) implementasi regulasi penyiaran yang belum optimal. Perbedaan penelitian Suryawati (2013) dengan penelitian ini adalah dalam kajian dampak media yang ditimbulkan oleh tayangan televisi. Dalam penelitian Suryawati (2013) yang berfokus pada bagaimana respons dan makna tayangan sinetron di televisi terhadap audiens (remaja Kota Denpasar) dan apa saja faktor yang mempengaruhi respons audiens dalam menonton tayangan sinetron tersebut. Penelitian ini lebih terfokus terhadap pemahaman nilai-nilai budaya yang ditayangkan oleh televisi terhadap masyarakat yang beragama Hindu dan Islam di Desa Keramas. Dalam penelitian berikutnya Markarma, A (2014) yang berjudul Pola Interaksi Berbasis Agama Pada masyarakat Rawan Konflik di Kabupaten Sigi, dijelaskan bahwa terdapat tiga isu penting yang menyebabkan pola interaksi agama rawan konflik terjadi di Kabupaten Sigi. Pertama, pemahaman agama masyarakat masih sangat kurang. Kedua, kesadaran masyarakat beragama masyarakat masih rendah. Ketiga, sikap beragama masyarakat menyimpang. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola interaksi antar agama di Kabupaten Sigi tidak berjalan secara efektif. Hal tersebut dilatar belakangi oleh nilai-nilai kebersamaan yang diajarkan oleh agama masih sangat minim. Selain itu, indikasi tersebut menyebabkan kesadaran dan sikap beragama masyarakat setempat menjadi menyimpang dari ajaran agama itu sendiri. Akibatnya, jalinan interaksi masyarakat setempat hanya bersifat hubungan biasa
3 10 saja dan diiringi juga dengan pemahaman tentang agama masyarakat yang kurang baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dalam penelitian Markarma, A (2014) yang berjudul Pola Interaksi Berbasis Agama Pada masyarakat Rawan Konflik di Kabupaten Sigi, adalah mengenai kajian komunikasi antar budaya yang akan diteliti. Pada penelitian sebelumnya peneliti hanya mengkaji pola interaksi antar umat beragama di Kabupaten Sigi yang berbasiskan pada kurangnya pemahaman masyarakat setempat akan nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan. Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus pada dampak media terhadap pemahaman atau interpretasi nilai budaya pada masyarakat yang berbeda agama, khususnya yaitu masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas. Dalam penelitian Wahyudi, H (2010) mengenai Dampak Siaran Televisi Dalam Kehidupan Masyarakat dan Pembangunan. Penelitian ini mengacu kepada prioritas pembangunan nasional, dalam hal ini program pengembangan informasi, komunikasi dan media massa, yang diatur dalam UU No 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional. Berikut merupakan hasil penelitian dan beberapa poin penting mengenai dampak siaran terhadap pembangunan nasional: (1) Kapitalisme dan bobot tayangan televisi. Hampir tidak ada satu pun perusahaan televisi nasional yang tidak terlahir dari jaringan kapitalis. (2) Dampak siaran televisi swasta. Dampak positif kebanyakan akan diperoleh oleh pemasang iklan (sponsor) di televisi dari pada penontonya. Namun, dampak negatifnya adalah terutama bagi generasi muda di mana perlahan tapi pasti mereka mulai digerogoti nilai-nilai barat yang mampu
4 11 melunturkan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD (3) Krisis identitas dan pemuda. Gema Pancasila telah dirasakan meredup dalam satu dasawarsa terakhir. Kemampuan generasi muda untuk memilih informasi di televisi dianggap masih rendah. Meskipun suatu tayangan dirasa cocok untuk penonton seumuran mereka, namun tayangan tersebut dianggap tidak cocok dengan budaya, norma, dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia berdasarkan UUD (4) Pemantapan pemahaman nilai-nilai Pancasila. Televisi sudah seharusnya menampilkan acara-acara, yang mengakomodasikan nilai-nilai Pancasila, karena bagaimanapun nilai-nilai itu lebih mengakar dari pada nilai-nilai baru yang berasal dari luar (weternisasi), walaupun dalam keadaan tertentu ada pula nilai-nilai yang dapat diserap dan di teladani oleh generasi muda di Indonesia. Pada penelitian Wahyudi, H (2010) mengenai Dampak Siaran Televisi Dalam Kehidupan Masyarakat dan Pembangunan, hasil penelitiannya hanya sebatas mengkaji mengenai bagaimana media berdampak bagi moral masyarakat di Indonesia. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti akan lebih terfokus mengenai interaksi sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini akan mengkaji mengenai pemahaman/interpretasi nilai budaya dalam serial drama Jodha Akbar yang ditayangkan oleh televisi terhadap masyarakat Hindu dan Muslim di Desa Keramas.
5 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tiga teori sebagai pisau analisa permasalahan yang diangkat. Teori pertama adalah teori mengenai Komunikasi Antar budaya yaitu Teori Dimensi Budaya. Pada teori kedua peneliti akan menggunakan salah satu teori dampak media yang merupakan koherensi teori dari Uses and Gratification Theory yaitu Uses and Effects Theory. Teori terakhir yang digunakan yaitu menggunakan salah satu pendekatan Teori Semiotika yaitu Triangle Meaning Theory untuk menganalisa interpretasi nilai dalam tayangan serial drama Jodha Akbar Dimensions of Culture Theory Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Geert Hofstede pada tahun Pada penelitiannya, Hofstede (dalam Carlos, 2007:45) membagi dimensi budaya menjadi 5 bagian yaitu; 1. Jarak Kekuasaan (Power Distance) Jarak kekuasaan menjelaskan mengenai bagaimana kekuatan dalam masyarakat menentukan jarak antar satu individu dengan individu lainnya. Berdasarkan sifatnya, jarak kekuasaan dapat dibagi menjadi dua yaitu (1) jarak kekuasaan bersifat rendah (low power distance), di mana pada negara yang memiliki jarak kekuasaan yang rendah masyarakatnya tidak miliki jarak yang lebih tinggi antar satu individu dengan individu lainnya. Contohnya adalah di Negara Belanda di mana anak dapat membantah dan memberikan argumentasi terhadap orang tuanya karena jarak kekuasaan antara anak dan orang tua bersifat rendah. (2) Jarak kekuasaan bersifat
6 13 tinggi (high power distance) di mana hubungan antar satu individu dengan individu lainnya dipengaruhi oleh adanya status kekuasaan yang lebih tinggi (superior), misalnya orang tua, guru, dan orang yang lebih tua dianggap memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. 2. Individualisme dan Kolektivisme Dalam masyarakat yang menganut paham budaya individualistic, masyarakat lebih bersifat mandiri, memiliki tanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan maisyarakat cenderung senang bertindak sebagai individu dari pada sebagai kelompok. Masyarakat yang menganut budaya kolektif biasanya hidup sebagai kelompok keluarga dan/ masyarakat serta memiliki tanggung jawab terhadap keluarga atau kelompok masyarakatnya. 3. Maskulinitas dan Femininitas Maskulinitas dan femininitas merupakan kata-kata yang berasal dari hubungan sosial dan budaya masyarakat yang ter-asosiasi menjadi kaum laki-laki dan/ perempuan. Pada masyarakat penganut paham budaya maskulinitas di mana ketegasan, prestasi dan kesuksesan merupakan nilai yang penting. Mengacu pada pendapat Hofstede, pada masyarakat maskulin di mana emosional gender memegang peranan utama. Kaum laki-laki diwajibkan untuk bersifat tegas, berpendidikan, dan memiliki tujuan kesuksesan materi, di mana kaum perempuan sebagai penganut paham femininisme hanya bersifat sederhana, lembut, dan berorientasi pada kualitas kehidupan.
7 14 4. Penghindaran Ketidakpastian (Uncertainty Avoidance) Penghindaran Ketidakpastian merupakan penjelasan mengenai bagaimana masyarakat dalam suatu kelompok berusaha untuk merasa nyaman dalam situasi yang tidak terstruktur atau keadaan yang tidak pasti. Penghindaran ketidakpastian tersebut berada pada kondisi masyarakat yang merasakan tekanan (stress) dengan peraturan formal maupun informal dalam suatu wilayah atau kelompok masyarakat tertentu. Pada budaya penghindaran ketidakpastian yang bersifat tinggi, masyarakat harus hidup dengan peraturan-peraturan yang dianggap ketat dan mengikat kehidupan sosial masyarakat. Pada budaya penghindaran ketidakpastian yang bersifat rendah (sering disebut ketidakpastian penerimaan budaya) masyarakat cenderung hidup dengan peraturan-peraturan yang bersifat feksibel. 5. Orientasi Jangka Panjang (Long-Term Orientation) Masyarakat dengan paham orientasi jangka panjang memiliki pemahaman akan nilai penghematan dan ketekunan. Dalam budaya ini masyarakat diharapkan agar menghargai bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan dalam skala besar secara tepat waktu, kuat, dan tekun dan memiliki orientasi terhadap masa depan. Dalam paham budaya orientasi jangka pendek masyarakat masih terpaku akan nilai-nilai yang bersifat tradisional, obligasi sosial, dan masih menjunjung tinggi harkat dan martabat kelompok masyarakat tertentu.
8 15 Pada penelitian ini, kelima dimensi budaya di atas yang dipaparkan oleh Hofstede dalam Teori Dimensi Budaya yang akan digunakan untuk menganalisa pemahaman dimensi nilai-nilai budaya antar kelompok masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas Uses and Effects Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl pada tahun Teori ini merupakan koheransi dari teori sebelumnya yaitu, Uses and Gratification theory. Jika pada Uses and Gratification Theory sebelumnya di mana pengguna media ditentukan oleh kebutuhan dasar individu dalam menggunakan media sebagai sarana untuk mengkonsumsi informasi. Sedangkan Uses dan Effects Theory menjelaskan bagaimana kebutuhan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan individu menggunakan media. Asumsi dasar dari teori ini adalah bagaimana pengguna media menghasilkan banyak efek terhadap individu lainnya (Kusaeni, 2011:53). Hubungan antara penggunaan media dan hasilnya dapat disajikan dalam beberapa bentuk yang berbeda-beda, seperti: 1. Penggunaan media dianggap berperan sebagai perantara (mediasi), dan hasil dari prosesnya disebut sebagai efek. 2. Penggunaan efek dapat mencegah, mengecualikan, atau mengurangi aktivitas sosial lainnya. 3. Penggunaan media dapat dilakukan secara serempak di mana efek
9 16 dan konsekuensinya dapat diterima secara serentak pula. Dalam penelitian ini, Uses and Effect Theory akan digunakan untuk menganalisa pemahaman masyarakat Muslim dan Hindu mengenai nilai-nilai budaya yang ditayangkan oleh serial drama Jodha Akbar dan bagaimana efek yang ditimbulkan dari interpretasi nilai-nilai budaya dalam tayangan serial drama tersebut terhadap masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas Interpretasi Nilai Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep interpretasi nilai dalam teori segitiga makna atau Triangle Meaning Theory yang merupakan koherensi dari Teori Semiotika yang pertama kali diperkenalkan oleh Charles Sanders Pierce. Menurut Pierce tanda is which stands to somebody for something in some respect or capacity. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni graund (sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi), object dan interpretant (Sobur, 2013:41). Konsep triangle meaning ini terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign/representament), object, dan interpretant (Budiman, 2004:26 dalam Herbayu, 2013:4). Interpretan. Representamen Obyek Gambar 2.1 Teori Segitiga Makna Pierce.
10 17 Representamen adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi (secara fisik atau konseptual) yang merujuk pada suatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Kemudian interpretan bagian dari proses yang menafsirkan hubungan antara representemen dengan obyek. Maka, Pierce menyimpulkan bahwa tanda tidak hanya representatif namun juga dapat berupa interpretatif. Dalam proses interpretasi, Pierce membedakan tiga jenis tanda yang mungkin ada. (1) Hubungan antara tanda dan acuannya dapat berupa hubungan kemiripan. Di mana tanda bau, rasa, penampilan, dan perasaan dianggap mirip dengan acuan tanda tersebut, sehingga tanda tersebut disebut icon sign. (2) Hubungan antar tanda ini dapat timbul karena adanya kedekatan eksistensi antar acuan tanda, dalam jangka waktu tertentu, dan adanya hubungan sebab akibat dari acuan tanda tersebut; tanda itu disebut sebagai index sign. (3) Sehingga hubungan tersebut dapat pula berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional; di mana hubungan tanda tersebut merupakan sebuah kesepakatan yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, tanda itu adalah symbolic sign (Griffin, 2012:341). Acuan bagi tanda ini dapat disebut sebagai obyek. Obyek merupakan konteks sosial yang menjadi refrensi dari tanda. Di mana konteks sosial tersebut adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna dalam benak seseorang tentang obyek yang dirujuk oleh sebuah tanda. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan kemudian menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal (Sobur, 2006:97 dalam Herbayu 2013:5).
11 Komunikasi Antar Budaya Istilah komunikasi antar budaya pertama kalinya diperkenalkan oleh Edward. T. Hall pada tahun 1959 (Pardede, 2011:4). Namun Hall tidak menjelaskan mengenai pengaruh perbedaan budaya terhadap proses komunikasi antarpribadi. Menurut Liliweri (2001 dalam Pardede, 2011:4), komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan yang berbeda budaya, bahkan dalam satu bangsa sekalipun. Terdapat beberapa unsur dalam komunikasi antar budaya (Pardede, 2011:9-12), yaitu : 1. Persepsi Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Secara umum dapat dijelaskan bahwa bagaimana orang berperilaku sedemikian rupa karena sedemikian rupa pula cara pandang mereka mempersepsikan dunia. Dalam komunikasi antar budaya yang paling ideal diharapkan adalah kebersamaan dalam pengalaman persepsi. 2. Proses Verbal Proses verbal tidak saja mencakup mengenai bagaimana berbicara dengan orang lain, tetapi juga mengenai kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata-kata yang digunakan. Proses-proses tersebut dapat dibagi menjadi: a. Bahasa Verbal Bahasa merupakan alat utama yang digunakan oleh budaya untuk
12 19 menyampaikan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa juga mempengaruhi persepsi, serta menyalurkan dan turut membentuk pikiran. Dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan suatu lambang yang terorganisasikan, disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar yang dapat disajikan sebagai pengalaman-pengalaman dalam suatu komunitas budaya. b. Pola Pikir Pola pikir suatu budaya dapat mempengaruhi bagaimana individuindividu dalam budaya berkomunikasi. Harus disadari bahwa pola pikir setiap individu berbeda-beda. Sebagian besar individu mengharapkan untuk menggunakan pola pikir yang sama, namun memahami dan belajar menerima pola pikir yang beragama akan memudahkan individu dalam berkomunikasi. 3. Proses Non Verbal Proses-proses nonverbal merupakan alat utama untuk bertukar pikiran dan gagasan. Namun proses ini sering diganti melalui gerak isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, dan lain-lain. Lambang-lambang tersebut dan respons yang ditimbulkan merupakan bagian dari pengalaman budaya. Berikut aspek-aspek yang mempengaruhi proses nonverbal dalam mengirim, menerima dan merespon lambang-lambang tersebut. a. Perilaku Nonverbal Sebagian besar komunikasi nonverbal berlandaskan
13 20 budaya. Apa yang dilambangkan merupakan hal yang telah disebarkan budaya terhadap anggota-anggotanya. b. Konsep Waktu Waktu adalah komponen budaya yang sangat penting. Konsep waktu dapat mendefinisikan filsafat budaya mengenai masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Selain itu konsep waktu dapat menjelaskan pentingnya atau kurang pentingnya pengaruh waktu tersebut. Terdapat banyak perbedaan mengenai konsep waktu antar budaya satu dengan budaya lainnya, yang mempengaruhi proses komunikasi. c. Penggunaan Ruang Cara individu menggunakan ruang sebagai bagian dari komunikasi dapat disebut dengan prosemik. Prosemik tidak hanya meliputi jarak antar individu-individu yang terlibat dalam percakapan, namun orientasi fisik juga diperhatikan. Individuindividu dari budaya yang berbeda mempunyai cara-cara yang berbeda pula dalam menjaga jarak ketika berkomunikasi dengan individu lainnya. Melakukan komunikasi antarbudaya merupakan proses yang sulit untuk dilakukan. Kesulitan tersebut muncul karena adanya hambatan-hambatan dalam proses berkomunikasi. Berikut merupakan hambatan-hambatan yang ditimbulkan dalam komunikasi antarbudaya:
14 21 1. Prasangka Sosial Prasangka sosial merupakan sikap perasaan individu-individu terhadap golongan tertentu. Golongan tersebut dapat sebagai ras atau kebudayaan yang berlainan dengan golongannya. Prasangka sosial timbul karena adanya sikap sosial negatif terhadap golongan lain dan mempengaruhi perilakukanya terhadap golongan tersebut. Prasangka sosial awalnya hanya berupa sikap-sikap perasaan negatif, namun lambat laun dikatakan sebagai bentuk-bentuk yang diskriminatif (Gerengan, 1991:167 dalam Pardede, 2011:13). Terdapat tiga faktor penentu prasangka yang mempengaruhi budaya menurut Pootinga (dalam Perdede, 2011:13-16), yaitu: a. Stereotip Stereotip merupakan sikap atau karakter yang dimiliki oleh individu untuk menilai individu lainnya karena sematamata berdasarkan kelas pengelompokan yang dibuat sendiri dan biasanya bersifat negatif. Rich (dalam Perdede, 2011:14) melakukan penelitian mengenai hubungan stereotip dengan komunikasi yang menggunakan lima dimensi proses stereotip, yaitu: (1) pelabelan atau penanaman dan generalisasi; (2) kesamaan individu dengan orang lain; (3) arah stereotip; (4) intensitas atau derajat stereotip; dan (5) kekerasan terhadap etnik. Maka dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor
15 22 pengalaman dengan intra maupun antaretnik mempengaruhi komunikasi. Dalam komunikasi terjadi proses komunikasi yang bersifat selektif sehingga terjadi pemahaman atau generalisasi yang keliru terhadap objek sikap. b. Jarak Sosial Jarak sosial adalah perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan tingkat penerimaan seseorang terhadap orang lain. Terdapat kecenderungan yang menunjukan bentuk interaksi sosial lebih bisa diterima jika terdapat kesamaan rasa atau etnik atau faktor-faktor yang semu di antara rasa atau etnik. Dari beberapa penelitian tentang hubungan antara jarak sosial dan komunikasi itu dapat disimpulkan bahwa jarak sosial tergantung pada: (1) ciri dan sifat intraetnik dan antaretnik; (2) cara, tempat, dan usia; (3) perasaan jauh dekat antara intraetnik dengan antaretnik; (4) prestise; dan (5) kesejahteraan. c. Sikap Diskriminasi Secara teoritis bahwa diskriminasi dapat dilakukan melalui kebijakan untuk mengurangi, memusnahkan, melakukan, memindahkan, melindungi secara legal, menciptakan pluralisme budaya, dan tindakan asimilasi terhadap kelompok lain. Sikap diskriminasi dapat berawal dari kompleks berpikir, berperasaan, dan kecenderungan bertindak dalam bentuk
16 23 negatif-positif. Sikap ini mempengaruhi efektifitas komunikasi antaretnik (Liliweri 2001:178 dalam Pardede, 2011:16). Dari beberapa penelitian tentang diskriminasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa diskriminasi terjadi karena; (1) alasan historis, seperti kebanggaan atas kejayaan suatu etnik; (2) sistem nilai yang berbeda antara etnis mayoritas dengan minoritas; (3) pola kerjasama; (4) pola pemukiman yang berbeda, seperti urban dan rural; (5) faktor sosial budaya, ekonomi, agama yang memerlukan perbedaan perlakuan, dan prestise suatu kelompok. 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemetaan alur dasar penelitian yang nantinya akan digunakan sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Untuk memudahkan pemetaan kerangka pemikiran tersebut, peneliti menggambarkannya ke dalam bagan sebagai berikut: Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran Media (Televisi) Masyarakat Desa Keramas Budaya Masyarakat Hindu Interpretasi Nilai Serial Drama Jodha Akbar Masyarakat Muslim
17 24 Penjelasan bagan: Dari tampilan bagan di atas, pemetaan penelitian dibagi menjadi dua kelompok masyarakat yang berbeda agama dan tinggal di desa yang sama, yaitu Desa Keramas. Kelompok masyarakat yang pertama adalah masyarakat Hindu dan kelompok masyarakat berikutnya adalah masyarakat yang memeluk agama Islam. Dari observasi awal yang dilakukan, terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi hubungan kedua kelompok masyarakat tersebut, diantaranya; (1) mengenai paparan media terhadap kehidupan sosial masyarakat di Desa Keramas. Dalam penelitian ini, paparan media yang dimaksud adalah televisi. Sesuai dengan tema yang ingin diteliti, tayangan serial drama India Jodha Akbar menjadi perhatian khusus peneliti dalam penelitian ini. Penelitian ini akan melihat bagaimana terpaan media terhadap kedua belah pihak masyarakat yang berlatar belakang berbeda agama dan budaya di desa tersebut. Penelitian ini ingin melihat bagaimana interpretasi nilai budaya yang terbentuk oleh masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas terhadap penayangan serial drama Jodha Akbar. Berikutnya, (2) faktor nilai-nilai budaya dari masing-masing kelompok masyarakat di Desa Keramas. Penelitian ini ingin melihat bagaimana latar belakang budaya yang ada di masing-masing kelompok masyarakat Muslim dan Hindu dapat mempengaruhi pemahaman nilai budaya antar masyarakat di Desa Keramas tersebut dan bagaiamana sudut pandang masyarakat terhadap media yang dikomsumsi masyarakat, khususnya mengenai tayangan serial drama Jodha Akbar di televisi.
18 25 Dari gambar bagan di atas, penelitian ini akan berfokus terhadap bagaimana media dan budaya menjadi faktor penting dalam pembentukan dan pemahaman perbedaan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sosial masyarakat di Desa Keramas. Sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan untuk melihat bagaimana interpretasi nilai dari serial drama Jodha Akbar terbentuk dan bagaimana dampaknya terhadap pemahaman masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas terhadap perbedaan nilai-nilai budaya yang ada di kedua kelompok masyarakat tersebut. Tujuan dari pemetaan kerangka pemikiran penelitian ini adalah untuk mempermudah pemetaan alur penelitian yang akan dilakukan. Diharapkan dengan adanya alur pemikiran seperti yang sudah dipaparkan di atas, proses penelitian mengenai interpretasi nilai dalam serial drama Jodha Akbar pada masyarakat di Desa Keramas akan lebih mudah untuk dideskripsikan dan mempermudah peneliti untuk mengatur alur penelitiannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya
40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Paradigma Penelitian Peneliti memakai paradigma konstruktivis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi dan komunikasi merupakan hal penting bagi masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang bersifat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma konstruktifitis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis: relativism, realitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan
Lebih terperinci!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati
Lebih terperinciHAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI
HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI Hambatan dalam kegiatan komunikasi Efektivitas proses komunikasi Beberapa Hambatan dalam Komunikasi Massa Hambatan Psikologis Hambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang memengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Peran sumber daya manusia menjadi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Memilih paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
66 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan diskusi yang menyatakan analisis
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian, peneliti menggunakan paradigma kritis. Hal ini dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam
Lebih terperinciPOLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)
POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan televisi pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, pengiklan juga ingin
Lebih terperinci2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan dan mengasah keterampilan para siswa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma kualitatif ini merupakan sebuah penelitian yang memiliki tujuan utama yaitu untuk mengkaji makna-makna dari sebuah perilaku, simbol maupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TipePenelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN TEORITIS
3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,
Lebih terperinciREPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN "FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN"
REPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN "FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN" (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminisme dalam iklan fiesta ultrasafe kondom versi yesman di televisi) SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu ruang lingkup sosial tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia dalam aktivitasnya setiap saat memerlukan bantuan
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paragdima Sebuah tontonan akan menjadi daya tarik tersendiri jika memiliki jalan cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga dengan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usia contoh berkisar antara 14 sampai 18 tahun dan dikategorikan ke dalam kelompok remaja awal (14 sampai 16 tahun) dan remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Dari jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Charles Sander Pierce. Alasan peneliti menngunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian yang bersifat Kualitatif. Metode ini adalah meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai homoseksual dengan pendekatan studi fenomenologi ini, menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal. 6.1 Kesimpulan
Lebih terperinciBAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA
BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA Unika Atma Jaya, Jakarta Memasarkan sebuah produk di media massa bertujuan untuk mencapai target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam
Lebih terperinciBUDAYA (Moeljono, 2003:16)
BUDAYA ORGANISASI BUDAYA (Moeljono, 2003:16) Sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat
Lebih terperinciInterpretasi Nilai Dalam Serial Jodha Akbar Pada Masyarakat Muslim Dan Hindu Desa Keramas, Gianyar, Bali
Interpretasi Nilai Dalam Serial Jodha Akbar Pada Masyarakat Muslim Dan Hindu Desa Keramas, Gianyar, Bali Kadek Tomi Kencana Putra, Ni Made Ras Amanda Gelgel, I Gusti Agung Alit Suryawati Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.
74 BAB IV ANALISIS DATA 1. Temuan Penelitian Pada bab Analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan
136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan rumusan masalah yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Berdasarkan analisis data yang peneliti dapatkan
Lebih terperinciGambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain lain (menurut Barelson and Stainer, 1964). Menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciMODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 3 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Konsep Dasar Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Pokok bahasan konsep dasar
Lebih terperinciNIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika
Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pengajian. Kemudian karakteristik pemirsa acara Islam itu Indah yaitu laki-laki,
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Karakteristik pemirsa yang menonton acara dakwah di televisi yaitu lakilaki, berusia di atas 50 tahun, berpendidikan tinggi, berprofesi pegawai swasta, PNS, atau wiraswasta.
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.
digilib.uns.ac.id 128 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Film PK merupakan film bertemakan agama yang memberikan gambaran tentang pluralitas elemen agama yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di negara India.
Lebih terperinciBudaya dan Komunikasi 1
Kejujuran berarti integritas dalam segala hal. Kejujuran berarti keseluruhan, kesempurnaan berarti kebenaran dalam segala hal baik perkataan maupun perbuatan. -Orison Swett Marden 1 Memahami Budaya dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan alat pemecah masalah, mencapai suatu tujuan atau untuk mendapatkan sebuah penyelesaian. Dalam metode terkandung teknik yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memuat banyak sekali tanda dan makna yang menggambarkan suatu paham tertentu. Selain itu, film juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama dalam penyampaian informasi. mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau prilaku (behavior).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini di dalam komunikasi massa, baik media cetak maupun elektronik di indonesia sudah demikian pesat. Informasi yang bisa di
Lebih terperinciABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143
ABSTRAKSI Judul Tugas Akhir Nama NIM : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C00543 Televisi lokal memiliki kekuatan pada kedekatannya dengan
Lebih terperinciBAB III Stereotip. Gender. Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari
BAB III Stereotip Gender Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari Psikologi Sosial yang bersibuk diri dengan cara seseorang menerangkan penyebab dari perilaku diri sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program televisi adalah segala hal yang ditampilkan melalui media televisi untuk memenuhi kebutuhan penonton.program atau acara yang disajikan adalah salah satu faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi media dewasa ini memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan dan kemajuan komunikasi massa. Dari semua media komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif yang menyajikan informasi tentang aneka ragam produk, gagasan, serta layanan yang tujuan akhirnya adalah memenuhi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahirnya media cetak dan media elektronik tidak saja memunculkan sikap serius dari pengusaha lokal, tetapi juga memaksa mereka untuk memperbaiki kualitas produk, barang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Balakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Interpretasi Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah persaingan ekonomi dan teknologi untuk menjadi yang terbaik. Hal ini terutama terlihat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan metode analisis semiotika dengan paradigma konstruktivis. Yang merupakan suatu bentuk penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Peneliti menggunakan paradigma penelitian konstruktivis. Iklan Provider 3 (tri) versi jadi dewasa itu menyenangkan tapi susah dijalanin akan dibedah
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
50 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Berdasarkan analisis data penelitian yang dilakukan dengan teknik statistik, maka didapatkan hasil-hasil yang membantu peneliti dalam menjawab permasalahan dalam penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi berkembang semakin pesat dan menjadi sedemikian penting. Hal tersebut mendorong terciptanya media media yang menjadi alat
Lebih terperinciMakna dan Dimensi Budaya \
peran budaya: Makna dan Dimensi Budaya \ Krisna Pratama Sania Indila MAKNA DAN DIMENSI BUDAYA Kata Budaya berasal dari bahasa latin cultura,yang dalam artis luas berarti mengacu pada interaksi manusia.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi. Komunikasi dapat di lakukan secara verbal yaitu suatu bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi pada dasarnya terjadi dalam berbagai konteks kehidupan. Komunikasi yang merupakan sebagai syarat dalam kehidupan manusia itu sangat penting, hal
Lebih terperinciModul Perkuliahan VII Komunikasi Massa
Modul ke: 7 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Khalayak / Audiens Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa adalah yang paling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa adalah yang paling populer dibanding dengan media komunikasi lainnya. Hingga saat ini televisi masih menjadi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan menganalisis melalui tahapan kajian pustaka dan analisis data mengenai adanya unsur sensualitas lewat para bintang tamu perempuan dalam tayangan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin yang diproduksi oleh Maxima Pictures dengan menggunakan pendekatan signifikansi dua tahap dari Roland
Lebih terperinciBAB III. Metode Penelitian. Universitas Frankfurt Jerman yang digawangi oleh kalangan neo-marxis Jerman.
BAB III Metode Penelitian 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, paradigma kritis adalah paradigma yang berusaha melakukan analisa secara tajam dan teliti terhadap realitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan konsumen. Sehingga memaksa perusahaan untuk selalu melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya industri media saat ini, banyak perusahaan berlomba-lomba mengomunikasikan produk mereka kepada khalayak, sehingga diperlukan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.
Lebih terperinci