BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk memahami lebih dalam topik penelitian yang peneliti angkat,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk memahami lebih dalam topik penelitian yang peneliti angkat,"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Untuk memahami lebih dalam topik penelitian yang peneliti angkat, peneliti mengkaji tiga penelitian sebelumnya, yang berjudul Respons Remaja Kota Denpasar Dalam Menonton Tayangan Sinetron Arti Sahabat, Dampak Siaran Televisi Dalam Kehidupan Masyarakat dan Pembangunan, dan Pola Interaksi Berbasis Agama Pada Masyarakat Rawan Konflik di Kabupaten Sigi. Salah satu kajian media yaitu tayangan sinetron dilakukan oleh Suryawati (2013) menjelaskan bahwa salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun televisi Indosiar memperoleh respons dari kalangan remaja kota Denpasar. Sinetron tersebut memberikan dampak hiburan, gaya hidup remaja, kehidupan remaja di sekolah, konflik, persaingan dan persahabatan antar remaja. Dalam penelitian ini, remaja kota Denpasar telah dihegemoni dalam bentuk respons peniruan (imitatif) akan tayangan sinetron tersebut. Terdapat faktor respons internal seperti (a) persepsi remaja terhadap sinetron Arti Sahabat dianggap sebagai tontonan yang menarik dan memberikan refrensi gaya hidup remaja; (b) sikap permisif remaja yang cenderung menerima tawaran gaya hidup di sinetron tersebut; (c) kelabilan jiwa-sosial remaja yang sedang mencari identitas diri dan kepribadiannya. Sedangkan faktor respons eksternal dari tayangan sinetron tersebut adalah (a) pengaruh kuat dari teman sebaya (peer group); (b) pengaruh budaya pasar sebagai bentuk industri budaya yang bersifat fenomena sosial

2 9 dengan adanya komodifikasi dan standarisasi budaya, termasuk paham materialism, hedonism, dan pragmatism; (c) ketahanan/filter budaya masyarakat relatif lemah, dan (d) implementasi regulasi penyiaran yang belum optimal. Perbedaan penelitian Suryawati (2013) dengan penelitian ini adalah dalam kajian dampak media yang ditimbulkan oleh tayangan televisi. Dalam penelitian Suryawati (2013) yang berfokus pada bagaimana respons dan makna tayangan sinetron di televisi terhadap audiens (remaja Kota Denpasar) dan apa saja faktor yang mempengaruhi respons audiens dalam menonton tayangan sinetron tersebut. Penelitian ini lebih terfokus terhadap pemahaman nilai-nilai budaya yang ditayangkan oleh televisi terhadap masyarakat yang beragama Hindu dan Islam di Desa Keramas. Dalam penelitian berikutnya Markarma, A (2014) yang berjudul Pola Interaksi Berbasis Agama Pada masyarakat Rawan Konflik di Kabupaten Sigi, dijelaskan bahwa terdapat tiga isu penting yang menyebabkan pola interaksi agama rawan konflik terjadi di Kabupaten Sigi. Pertama, pemahaman agama masyarakat masih sangat kurang. Kedua, kesadaran masyarakat beragama masyarakat masih rendah. Ketiga, sikap beragama masyarakat menyimpang. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola interaksi antar agama di Kabupaten Sigi tidak berjalan secara efektif. Hal tersebut dilatar belakangi oleh nilai-nilai kebersamaan yang diajarkan oleh agama masih sangat minim. Selain itu, indikasi tersebut menyebabkan kesadaran dan sikap beragama masyarakat setempat menjadi menyimpang dari ajaran agama itu sendiri. Akibatnya, jalinan interaksi masyarakat setempat hanya bersifat hubungan biasa

3 10 saja dan diiringi juga dengan pemahaman tentang agama masyarakat yang kurang baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dalam penelitian Markarma, A (2014) yang berjudul Pola Interaksi Berbasis Agama Pada masyarakat Rawan Konflik di Kabupaten Sigi, adalah mengenai kajian komunikasi antar budaya yang akan diteliti. Pada penelitian sebelumnya peneliti hanya mengkaji pola interaksi antar umat beragama di Kabupaten Sigi yang berbasiskan pada kurangnya pemahaman masyarakat setempat akan nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan. Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus pada dampak media terhadap pemahaman atau interpretasi nilai budaya pada masyarakat yang berbeda agama, khususnya yaitu masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas. Dalam penelitian Wahyudi, H (2010) mengenai Dampak Siaran Televisi Dalam Kehidupan Masyarakat dan Pembangunan. Penelitian ini mengacu kepada prioritas pembangunan nasional, dalam hal ini program pengembangan informasi, komunikasi dan media massa, yang diatur dalam UU No 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional. Berikut merupakan hasil penelitian dan beberapa poin penting mengenai dampak siaran terhadap pembangunan nasional: (1) Kapitalisme dan bobot tayangan televisi. Hampir tidak ada satu pun perusahaan televisi nasional yang tidak terlahir dari jaringan kapitalis. (2) Dampak siaran televisi swasta. Dampak positif kebanyakan akan diperoleh oleh pemasang iklan (sponsor) di televisi dari pada penontonya. Namun, dampak negatifnya adalah terutama bagi generasi muda di mana perlahan tapi pasti mereka mulai digerogoti nilai-nilai barat yang mampu

4 11 melunturkan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD (3) Krisis identitas dan pemuda. Gema Pancasila telah dirasakan meredup dalam satu dasawarsa terakhir. Kemampuan generasi muda untuk memilih informasi di televisi dianggap masih rendah. Meskipun suatu tayangan dirasa cocok untuk penonton seumuran mereka, namun tayangan tersebut dianggap tidak cocok dengan budaya, norma, dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia berdasarkan UUD (4) Pemantapan pemahaman nilai-nilai Pancasila. Televisi sudah seharusnya menampilkan acara-acara, yang mengakomodasikan nilai-nilai Pancasila, karena bagaimanapun nilai-nilai itu lebih mengakar dari pada nilai-nilai baru yang berasal dari luar (weternisasi), walaupun dalam keadaan tertentu ada pula nilai-nilai yang dapat diserap dan di teladani oleh generasi muda di Indonesia. Pada penelitian Wahyudi, H (2010) mengenai Dampak Siaran Televisi Dalam Kehidupan Masyarakat dan Pembangunan, hasil penelitiannya hanya sebatas mengkaji mengenai bagaimana media berdampak bagi moral masyarakat di Indonesia. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti akan lebih terfokus mengenai interaksi sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini akan mengkaji mengenai pemahaman/interpretasi nilai budaya dalam serial drama Jodha Akbar yang ditayangkan oleh televisi terhadap masyarakat Hindu dan Muslim di Desa Keramas.

5 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tiga teori sebagai pisau analisa permasalahan yang diangkat. Teori pertama adalah teori mengenai Komunikasi Antar budaya yaitu Teori Dimensi Budaya. Pada teori kedua peneliti akan menggunakan salah satu teori dampak media yang merupakan koherensi teori dari Uses and Gratification Theory yaitu Uses and Effects Theory. Teori terakhir yang digunakan yaitu menggunakan salah satu pendekatan Teori Semiotika yaitu Triangle Meaning Theory untuk menganalisa interpretasi nilai dalam tayangan serial drama Jodha Akbar Dimensions of Culture Theory Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Geert Hofstede pada tahun Pada penelitiannya, Hofstede (dalam Carlos, 2007:45) membagi dimensi budaya menjadi 5 bagian yaitu; 1. Jarak Kekuasaan (Power Distance) Jarak kekuasaan menjelaskan mengenai bagaimana kekuatan dalam masyarakat menentukan jarak antar satu individu dengan individu lainnya. Berdasarkan sifatnya, jarak kekuasaan dapat dibagi menjadi dua yaitu (1) jarak kekuasaan bersifat rendah (low power distance), di mana pada negara yang memiliki jarak kekuasaan yang rendah masyarakatnya tidak miliki jarak yang lebih tinggi antar satu individu dengan individu lainnya. Contohnya adalah di Negara Belanda di mana anak dapat membantah dan memberikan argumentasi terhadap orang tuanya karena jarak kekuasaan antara anak dan orang tua bersifat rendah. (2) Jarak kekuasaan bersifat

6 13 tinggi (high power distance) di mana hubungan antar satu individu dengan individu lainnya dipengaruhi oleh adanya status kekuasaan yang lebih tinggi (superior), misalnya orang tua, guru, dan orang yang lebih tua dianggap memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. 2. Individualisme dan Kolektivisme Dalam masyarakat yang menganut paham budaya individualistic, masyarakat lebih bersifat mandiri, memiliki tanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan maisyarakat cenderung senang bertindak sebagai individu dari pada sebagai kelompok. Masyarakat yang menganut budaya kolektif biasanya hidup sebagai kelompok keluarga dan/ masyarakat serta memiliki tanggung jawab terhadap keluarga atau kelompok masyarakatnya. 3. Maskulinitas dan Femininitas Maskulinitas dan femininitas merupakan kata-kata yang berasal dari hubungan sosial dan budaya masyarakat yang ter-asosiasi menjadi kaum laki-laki dan/ perempuan. Pada masyarakat penganut paham budaya maskulinitas di mana ketegasan, prestasi dan kesuksesan merupakan nilai yang penting. Mengacu pada pendapat Hofstede, pada masyarakat maskulin di mana emosional gender memegang peranan utama. Kaum laki-laki diwajibkan untuk bersifat tegas, berpendidikan, dan memiliki tujuan kesuksesan materi, di mana kaum perempuan sebagai penganut paham femininisme hanya bersifat sederhana, lembut, dan berorientasi pada kualitas kehidupan.

7 14 4. Penghindaran Ketidakpastian (Uncertainty Avoidance) Penghindaran Ketidakpastian merupakan penjelasan mengenai bagaimana masyarakat dalam suatu kelompok berusaha untuk merasa nyaman dalam situasi yang tidak terstruktur atau keadaan yang tidak pasti. Penghindaran ketidakpastian tersebut berada pada kondisi masyarakat yang merasakan tekanan (stress) dengan peraturan formal maupun informal dalam suatu wilayah atau kelompok masyarakat tertentu. Pada budaya penghindaran ketidakpastian yang bersifat tinggi, masyarakat harus hidup dengan peraturan-peraturan yang dianggap ketat dan mengikat kehidupan sosial masyarakat. Pada budaya penghindaran ketidakpastian yang bersifat rendah (sering disebut ketidakpastian penerimaan budaya) masyarakat cenderung hidup dengan peraturan-peraturan yang bersifat feksibel. 5. Orientasi Jangka Panjang (Long-Term Orientation) Masyarakat dengan paham orientasi jangka panjang memiliki pemahaman akan nilai penghematan dan ketekunan. Dalam budaya ini masyarakat diharapkan agar menghargai bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan dalam skala besar secara tepat waktu, kuat, dan tekun dan memiliki orientasi terhadap masa depan. Dalam paham budaya orientasi jangka pendek masyarakat masih terpaku akan nilai-nilai yang bersifat tradisional, obligasi sosial, dan masih menjunjung tinggi harkat dan martabat kelompok masyarakat tertentu.

8 15 Pada penelitian ini, kelima dimensi budaya di atas yang dipaparkan oleh Hofstede dalam Teori Dimensi Budaya yang akan digunakan untuk menganalisa pemahaman dimensi nilai-nilai budaya antar kelompok masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas Uses and Effects Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl pada tahun Teori ini merupakan koheransi dari teori sebelumnya yaitu, Uses and Gratification theory. Jika pada Uses and Gratification Theory sebelumnya di mana pengguna media ditentukan oleh kebutuhan dasar individu dalam menggunakan media sebagai sarana untuk mengkonsumsi informasi. Sedangkan Uses dan Effects Theory menjelaskan bagaimana kebutuhan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan individu menggunakan media. Asumsi dasar dari teori ini adalah bagaimana pengguna media menghasilkan banyak efek terhadap individu lainnya (Kusaeni, 2011:53). Hubungan antara penggunaan media dan hasilnya dapat disajikan dalam beberapa bentuk yang berbeda-beda, seperti: 1. Penggunaan media dianggap berperan sebagai perantara (mediasi), dan hasil dari prosesnya disebut sebagai efek. 2. Penggunaan efek dapat mencegah, mengecualikan, atau mengurangi aktivitas sosial lainnya. 3. Penggunaan media dapat dilakukan secara serempak di mana efek

9 16 dan konsekuensinya dapat diterima secara serentak pula. Dalam penelitian ini, Uses and Effect Theory akan digunakan untuk menganalisa pemahaman masyarakat Muslim dan Hindu mengenai nilai-nilai budaya yang ditayangkan oleh serial drama Jodha Akbar dan bagaimana efek yang ditimbulkan dari interpretasi nilai-nilai budaya dalam tayangan serial drama tersebut terhadap masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas Interpretasi Nilai Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep interpretasi nilai dalam teori segitiga makna atau Triangle Meaning Theory yang merupakan koherensi dari Teori Semiotika yang pertama kali diperkenalkan oleh Charles Sanders Pierce. Menurut Pierce tanda is which stands to somebody for something in some respect or capacity. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni graund (sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi), object dan interpretant (Sobur, 2013:41). Konsep triangle meaning ini terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign/representament), object, dan interpretant (Budiman, 2004:26 dalam Herbayu, 2013:4). Interpretan. Representamen Obyek Gambar 2.1 Teori Segitiga Makna Pierce.

10 17 Representamen adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi (secara fisik atau konseptual) yang merujuk pada suatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Kemudian interpretan bagian dari proses yang menafsirkan hubungan antara representemen dengan obyek. Maka, Pierce menyimpulkan bahwa tanda tidak hanya representatif namun juga dapat berupa interpretatif. Dalam proses interpretasi, Pierce membedakan tiga jenis tanda yang mungkin ada. (1) Hubungan antara tanda dan acuannya dapat berupa hubungan kemiripan. Di mana tanda bau, rasa, penampilan, dan perasaan dianggap mirip dengan acuan tanda tersebut, sehingga tanda tersebut disebut icon sign. (2) Hubungan antar tanda ini dapat timbul karena adanya kedekatan eksistensi antar acuan tanda, dalam jangka waktu tertentu, dan adanya hubungan sebab akibat dari acuan tanda tersebut; tanda itu disebut sebagai index sign. (3) Sehingga hubungan tersebut dapat pula berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional; di mana hubungan tanda tersebut merupakan sebuah kesepakatan yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, tanda itu adalah symbolic sign (Griffin, 2012:341). Acuan bagi tanda ini dapat disebut sebagai obyek. Obyek merupakan konteks sosial yang menjadi refrensi dari tanda. Di mana konteks sosial tersebut adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna dalam benak seseorang tentang obyek yang dirujuk oleh sebuah tanda. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan kemudian menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal (Sobur, 2006:97 dalam Herbayu 2013:5).

11 Komunikasi Antar Budaya Istilah komunikasi antar budaya pertama kalinya diperkenalkan oleh Edward. T. Hall pada tahun 1959 (Pardede, 2011:4). Namun Hall tidak menjelaskan mengenai pengaruh perbedaan budaya terhadap proses komunikasi antarpribadi. Menurut Liliweri (2001 dalam Pardede, 2011:4), komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan yang berbeda budaya, bahkan dalam satu bangsa sekalipun. Terdapat beberapa unsur dalam komunikasi antar budaya (Pardede, 2011:9-12), yaitu : 1. Persepsi Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Secara umum dapat dijelaskan bahwa bagaimana orang berperilaku sedemikian rupa karena sedemikian rupa pula cara pandang mereka mempersepsikan dunia. Dalam komunikasi antar budaya yang paling ideal diharapkan adalah kebersamaan dalam pengalaman persepsi. 2. Proses Verbal Proses verbal tidak saja mencakup mengenai bagaimana berbicara dengan orang lain, tetapi juga mengenai kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata-kata yang digunakan. Proses-proses tersebut dapat dibagi menjadi: a. Bahasa Verbal Bahasa merupakan alat utama yang digunakan oleh budaya untuk

12 19 menyampaikan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa juga mempengaruhi persepsi, serta menyalurkan dan turut membentuk pikiran. Dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan suatu lambang yang terorganisasikan, disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar yang dapat disajikan sebagai pengalaman-pengalaman dalam suatu komunitas budaya. b. Pola Pikir Pola pikir suatu budaya dapat mempengaruhi bagaimana individuindividu dalam budaya berkomunikasi. Harus disadari bahwa pola pikir setiap individu berbeda-beda. Sebagian besar individu mengharapkan untuk menggunakan pola pikir yang sama, namun memahami dan belajar menerima pola pikir yang beragama akan memudahkan individu dalam berkomunikasi. 3. Proses Non Verbal Proses-proses nonverbal merupakan alat utama untuk bertukar pikiran dan gagasan. Namun proses ini sering diganti melalui gerak isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, dan lain-lain. Lambang-lambang tersebut dan respons yang ditimbulkan merupakan bagian dari pengalaman budaya. Berikut aspek-aspek yang mempengaruhi proses nonverbal dalam mengirim, menerima dan merespon lambang-lambang tersebut. a. Perilaku Nonverbal Sebagian besar komunikasi nonverbal berlandaskan

13 20 budaya. Apa yang dilambangkan merupakan hal yang telah disebarkan budaya terhadap anggota-anggotanya. b. Konsep Waktu Waktu adalah komponen budaya yang sangat penting. Konsep waktu dapat mendefinisikan filsafat budaya mengenai masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Selain itu konsep waktu dapat menjelaskan pentingnya atau kurang pentingnya pengaruh waktu tersebut. Terdapat banyak perbedaan mengenai konsep waktu antar budaya satu dengan budaya lainnya, yang mempengaruhi proses komunikasi. c. Penggunaan Ruang Cara individu menggunakan ruang sebagai bagian dari komunikasi dapat disebut dengan prosemik. Prosemik tidak hanya meliputi jarak antar individu-individu yang terlibat dalam percakapan, namun orientasi fisik juga diperhatikan. Individuindividu dari budaya yang berbeda mempunyai cara-cara yang berbeda pula dalam menjaga jarak ketika berkomunikasi dengan individu lainnya. Melakukan komunikasi antarbudaya merupakan proses yang sulit untuk dilakukan. Kesulitan tersebut muncul karena adanya hambatan-hambatan dalam proses berkomunikasi. Berikut merupakan hambatan-hambatan yang ditimbulkan dalam komunikasi antarbudaya:

14 21 1. Prasangka Sosial Prasangka sosial merupakan sikap perasaan individu-individu terhadap golongan tertentu. Golongan tersebut dapat sebagai ras atau kebudayaan yang berlainan dengan golongannya. Prasangka sosial timbul karena adanya sikap sosial negatif terhadap golongan lain dan mempengaruhi perilakukanya terhadap golongan tersebut. Prasangka sosial awalnya hanya berupa sikap-sikap perasaan negatif, namun lambat laun dikatakan sebagai bentuk-bentuk yang diskriminatif (Gerengan, 1991:167 dalam Pardede, 2011:13). Terdapat tiga faktor penentu prasangka yang mempengaruhi budaya menurut Pootinga (dalam Perdede, 2011:13-16), yaitu: a. Stereotip Stereotip merupakan sikap atau karakter yang dimiliki oleh individu untuk menilai individu lainnya karena sematamata berdasarkan kelas pengelompokan yang dibuat sendiri dan biasanya bersifat negatif. Rich (dalam Perdede, 2011:14) melakukan penelitian mengenai hubungan stereotip dengan komunikasi yang menggunakan lima dimensi proses stereotip, yaitu: (1) pelabelan atau penanaman dan generalisasi; (2) kesamaan individu dengan orang lain; (3) arah stereotip; (4) intensitas atau derajat stereotip; dan (5) kekerasan terhadap etnik. Maka dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor

15 22 pengalaman dengan intra maupun antaretnik mempengaruhi komunikasi. Dalam komunikasi terjadi proses komunikasi yang bersifat selektif sehingga terjadi pemahaman atau generalisasi yang keliru terhadap objek sikap. b. Jarak Sosial Jarak sosial adalah perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan tingkat penerimaan seseorang terhadap orang lain. Terdapat kecenderungan yang menunjukan bentuk interaksi sosial lebih bisa diterima jika terdapat kesamaan rasa atau etnik atau faktor-faktor yang semu di antara rasa atau etnik. Dari beberapa penelitian tentang hubungan antara jarak sosial dan komunikasi itu dapat disimpulkan bahwa jarak sosial tergantung pada: (1) ciri dan sifat intraetnik dan antaretnik; (2) cara, tempat, dan usia; (3) perasaan jauh dekat antara intraetnik dengan antaretnik; (4) prestise; dan (5) kesejahteraan. c. Sikap Diskriminasi Secara teoritis bahwa diskriminasi dapat dilakukan melalui kebijakan untuk mengurangi, memusnahkan, melakukan, memindahkan, melindungi secara legal, menciptakan pluralisme budaya, dan tindakan asimilasi terhadap kelompok lain. Sikap diskriminasi dapat berawal dari kompleks berpikir, berperasaan, dan kecenderungan bertindak dalam bentuk

16 23 negatif-positif. Sikap ini mempengaruhi efektifitas komunikasi antaretnik (Liliweri 2001:178 dalam Pardede, 2011:16). Dari beberapa penelitian tentang diskriminasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa diskriminasi terjadi karena; (1) alasan historis, seperti kebanggaan atas kejayaan suatu etnik; (2) sistem nilai yang berbeda antara etnis mayoritas dengan minoritas; (3) pola kerjasama; (4) pola pemukiman yang berbeda, seperti urban dan rural; (5) faktor sosial budaya, ekonomi, agama yang memerlukan perbedaan perlakuan, dan prestise suatu kelompok. 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemetaan alur dasar penelitian yang nantinya akan digunakan sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Untuk memudahkan pemetaan kerangka pemikiran tersebut, peneliti menggambarkannya ke dalam bagan sebagai berikut: Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran Media (Televisi) Masyarakat Desa Keramas Budaya Masyarakat Hindu Interpretasi Nilai Serial Drama Jodha Akbar Masyarakat Muslim

17 24 Penjelasan bagan: Dari tampilan bagan di atas, pemetaan penelitian dibagi menjadi dua kelompok masyarakat yang berbeda agama dan tinggal di desa yang sama, yaitu Desa Keramas. Kelompok masyarakat yang pertama adalah masyarakat Hindu dan kelompok masyarakat berikutnya adalah masyarakat yang memeluk agama Islam. Dari observasi awal yang dilakukan, terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi hubungan kedua kelompok masyarakat tersebut, diantaranya; (1) mengenai paparan media terhadap kehidupan sosial masyarakat di Desa Keramas. Dalam penelitian ini, paparan media yang dimaksud adalah televisi. Sesuai dengan tema yang ingin diteliti, tayangan serial drama India Jodha Akbar menjadi perhatian khusus peneliti dalam penelitian ini. Penelitian ini akan melihat bagaimana terpaan media terhadap kedua belah pihak masyarakat yang berlatar belakang berbeda agama dan budaya di desa tersebut. Penelitian ini ingin melihat bagaimana interpretasi nilai budaya yang terbentuk oleh masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas terhadap penayangan serial drama Jodha Akbar. Berikutnya, (2) faktor nilai-nilai budaya dari masing-masing kelompok masyarakat di Desa Keramas. Penelitian ini ingin melihat bagaimana latar belakang budaya yang ada di masing-masing kelompok masyarakat Muslim dan Hindu dapat mempengaruhi pemahaman nilai budaya antar masyarakat di Desa Keramas tersebut dan bagaiamana sudut pandang masyarakat terhadap media yang dikomsumsi masyarakat, khususnya mengenai tayangan serial drama Jodha Akbar di televisi.

18 25 Dari gambar bagan di atas, penelitian ini akan berfokus terhadap bagaimana media dan budaya menjadi faktor penting dalam pembentukan dan pemahaman perbedaan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sosial masyarakat di Desa Keramas. Sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan untuk melihat bagaimana interpretasi nilai dari serial drama Jodha Akbar terbentuk dan bagaimana dampaknya terhadap pemahaman masyarakat Muslim dan Hindu di Desa Keramas terhadap perbedaan nilai-nilai budaya yang ada di kedua kelompok masyarakat tersebut. Tujuan dari pemetaan kerangka pemikiran penelitian ini adalah untuk mempermudah pemetaan alur penelitian yang akan dilakukan. Diharapkan dengan adanya alur pemikiran seperti yang sudah dipaparkan di atas, proses penelitian mengenai interpretasi nilai dalam serial drama Jodha Akbar pada masyarakat di Desa Keramas akan lebih mudah untuk dideskripsikan dan mempermudah peneliti untuk mengatur alur penelitiannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Paradigma Penelitian Peneliti memakai paradigma konstruktivis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi dan komunikasi merupakan hal penting bagi masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma konstruktifitis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis: relativism, realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati

Lebih terperinci

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI Hambatan dalam kegiatan komunikasi Efektivitas proses komunikasi Beberapa Hambatan dalam Komunikasi Massa Hambatan Psikologis Hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang memengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Peran sumber daya manusia menjadi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Memilih paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 66 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan diskusi yang menyatakan analisis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian, peneliti menggunakan paradigma kritis. Hal ini dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan televisi pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, pengiklan juga ingin

Lebih terperinci

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan dan mengasah keterampilan para siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma kualitatif ini merupakan sebuah penelitian yang memiliki tujuan utama yaitu untuk mengkaji makna-makna dari sebuah perilaku, simbol maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TipePenelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

REPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN "FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN"

REPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN REPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN "FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN" (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminisme dalam iklan fiesta ultrasafe kondom versi yesman di televisi) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu ruang lingkup sosial tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia dalam aktivitasnya setiap saat memerlukan bantuan

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paragdima Sebuah tontonan akan menjadi daya tarik tersendiri jika memiliki jalan cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga dengan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usia contoh berkisar antara 14 sampai 18 tahun dan dikategorikan ke dalam kelompok remaja awal (14 sampai 16 tahun) dan remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Dari jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Charles Sander Pierce. Alasan peneliti menngunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian yang bersifat Kualitatif. Metode ini adalah meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai homoseksual dengan pendekatan studi fenomenologi ini, menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal. 6.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA Unika Atma Jaya, Jakarta Memasarkan sebuah produk di media massa bertujuan untuk mencapai target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam

Lebih terperinci

BUDAYA (Moeljono, 2003:16)

BUDAYA (Moeljono, 2003:16) BUDAYA ORGANISASI BUDAYA (Moeljono, 2003:16) Sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat

Lebih terperinci

Interpretasi Nilai Dalam Serial Jodha Akbar Pada Masyarakat Muslim Dan Hindu Desa Keramas, Gianyar, Bali

Interpretasi Nilai Dalam Serial Jodha Akbar Pada Masyarakat Muslim Dan Hindu Desa Keramas, Gianyar, Bali Interpretasi Nilai Dalam Serial Jodha Akbar Pada Masyarakat Muslim Dan Hindu Desa Keramas, Gianyar, Bali Kadek Tomi Kencana Putra, Ni Made Ras Amanda Gelgel, I Gusti Agung Alit Suryawati Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. 74 BAB IV ANALISIS DATA 1. Temuan Penelitian Pada bab Analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan rumusan masalah yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Berdasarkan analisis data yang peneliti dapatkan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain lain (menurut Barelson and Stainer, 1964). Menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 3 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Konsep Dasar Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Pokok bahasan konsep dasar

Lebih terperinci

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pengajian. Kemudian karakteristik pemirsa acara Islam itu Indah yaitu laki-laki,

BAB V PENUTUP. pengajian. Kemudian karakteristik pemirsa acara Islam itu Indah yaitu laki-laki, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Karakteristik pemirsa yang menonton acara dakwah di televisi yaitu lakilaki, berusia di atas 50 tahun, berpendidikan tinggi, berprofesi pegawai swasta, PNS, atau wiraswasta.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain. digilib.uns.ac.id 128 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Film PK merupakan film bertemakan agama yang memberikan gambaran tentang pluralitas elemen agama yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di negara India.

Lebih terperinci

Budaya dan Komunikasi 1

Budaya dan Komunikasi 1 Kejujuran berarti integritas dalam segala hal. Kejujuran berarti keseluruhan, kesempurnaan berarti kebenaran dalam segala hal baik perkataan maupun perbuatan. -Orison Swett Marden 1 Memahami Budaya dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan alat pemecah masalah, mencapai suatu tujuan atau untuk mendapatkan sebuah penyelesaian. Dalam metode terkandung teknik yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memuat banyak sekali tanda dan makna yang menggambarkan suatu paham tertentu. Selain itu, film juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama dalam penyampaian informasi. mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau prilaku (behavior).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama dalam penyampaian informasi. mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau prilaku (behavior). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini di dalam komunikasi massa, baik media cetak maupun elektronik di indonesia sudah demikian pesat. Informasi yang bisa di

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143

ABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143 ABSTRAKSI Judul Tugas Akhir Nama NIM : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C00543 Televisi lokal memiliki kekuatan pada kedekatannya dengan

Lebih terperinci

BAB III Stereotip. Gender. Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari

BAB III Stereotip. Gender. Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari BAB III Stereotip Gender Unger & Crowford (1992) menyatakan teori atribusi merupakan bagian dari Psikologi Sosial yang bersibuk diri dengan cara seseorang menerangkan penyebab dari perilaku diri sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program televisi adalah segala hal yang ditampilkan melalui media televisi untuk memenuhi kebutuhan penonton.program atau acara yang disajikan adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi media dewasa ini memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan dan kemajuan komunikasi massa. Dari semua media komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif yang menyajikan informasi tentang aneka ragam produk, gagasan, serta layanan yang tujuan akhirnya adalah memenuhi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahirnya media cetak dan media elektronik tidak saja memunculkan sikap serius dari pengusaha lokal, tetapi juga memaksa mereka untuk memperbaiki kualitas produk, barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Interpretasi Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah persaingan ekonomi dan teknologi untuk menjadi yang terbaik. Hal ini terutama terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan metode analisis semiotika dengan paradigma konstruktivis. Yang merupakan suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Peneliti menggunakan paradigma penelitian konstruktivis. Iklan Provider 3 (tri) versi jadi dewasa itu menyenangkan tapi susah dijalanin akan dibedah

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 50 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Berdasarkan analisis data penelitian yang dilakukan dengan teknik statistik, maka didapatkan hasil-hasil yang membantu peneliti dalam menjawab permasalahan dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi berkembang semakin pesat dan menjadi sedemikian penting. Hal tersebut mendorong terciptanya media media yang menjadi alat

Lebih terperinci

Makna dan Dimensi Budaya \

Makna dan Dimensi Budaya \ peran budaya: Makna dan Dimensi Budaya \ Krisna Pratama Sania Indila MAKNA DAN DIMENSI BUDAYA Kata Budaya berasal dari bahasa latin cultura,yang dalam artis luas berarti mengacu pada interaksi manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi. Komunikasi dapat di lakukan secara verbal yaitu suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. interaksi. Komunikasi dapat di lakukan secara verbal yaitu suatu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi pada dasarnya terjadi dalam berbagai konteks kehidupan. Komunikasi yang merupakan sebagai syarat dalam kehidupan manusia itu sangat penting, hal

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 7 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Khalayak / Audiens Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa adalah yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa adalah yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa adalah yang paling populer dibanding dengan media komunikasi lainnya. Hingga saat ini televisi masih menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan menganalisis melalui tahapan kajian pustaka dan analisis data mengenai adanya unsur sensualitas lewat para bintang tamu perempuan dalam tayangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin yang diproduksi oleh Maxima Pictures dengan menggunakan pendekatan signifikansi dua tahap dari Roland

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. Universitas Frankfurt Jerman yang digawangi oleh kalangan neo-marxis Jerman.

BAB III. Metode Penelitian. Universitas Frankfurt Jerman yang digawangi oleh kalangan neo-marxis Jerman. BAB III Metode Penelitian 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, paradigma kritis adalah paradigma yang berusaha melakukan analisa secara tajam dan teliti terhadap realitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan konsumen. Sehingga memaksa perusahaan untuk selalu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan konsumen. Sehingga memaksa perusahaan untuk selalu melakukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya industri media saat ini, banyak perusahaan berlomba-lomba mengomunikasikan produk mereka kepada khalayak, sehingga diperlukan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci