TINJAUAN TEORITIS. Dua. Pengambilan Keputusan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN TEORITIS. Dua. Pengambilan Keputusan"

Transkripsi

1 Dua TINJAUAN TEORITIS Pengambilan Keputusan Dalam proses pengambilan keputusan unsur yang utama dan penting yaitu adanya sebuah masalah atau problem yang harus dihadapi, sehingga membutuhkan sebuah keputusan dari pihak yang sedang menghadapi masalah tersebut. Dari sisi pengambilan keputusan, masalah barulah dikatakan sebuah masalah apabila terjadi penyimpangan yang tidak terduga dari apa yang telah kita perhitungkan, kita kehendaki atau kita rencanakan semula, sehingga untuk mengatasainya kita memerlukan sebuah keputusan (Atmosudirjo 1982:14&67). Konsep atau definisi pengambilan keputusan telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Hasan (2002) dalam Muda (2005:13) mengatakan bahwa keputusan adalah pemilihan di antara beberapa alternatif. Terdapat tiga pengertian yang terkandung dalam definisi ini: pertama, pilihan didasarkan pada logika dan pertimbangan. Kedua, terdapat beberapa alternatif dan harus dipilih salah satu yang terbaik. Ketiga, ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan yang diambil akan semakin mendekatkan pada tujuan tersebut. Keputusan adalah suatu akhir dari proses pemikiran tentang suatu masalah atau problem untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut dengan menjatuhkan pilihan pada satu alternatif. Tidak berbeda jauh dari pengertian sebelumnya, Suryadi dan Ramdhani (2002) dalam Muda (2005:14), mengartikan keputusan sebagai suatu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Pada umumnya keputusan yang diambil tersebut didasarkan pada pertimbangan situasional, bahwa keputusan tersebut adalah keputusan yang terbaik. 13

2 Dinamika Usaha Tani Perkebunan Nancy Williams (1985:242) dalam Purwanto (1991:2), menjelaskan pengambilan keputusan sebagai sebuah proses yang paling tidak meliputi pengenalan dan penentuan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif tertentu, penetapan kriteria pemilihan, dan penilaian mengenai hal tersebut. Terdapat beberapa syarat yang membuat proses tersebut bisa disebut sebagai suatu hal yang rasional. Syarat-syarat tersebut adalah keinginan yang kuat untuk menentukan satu pilihan diantara ini dan itu, informasi yang cukup mengenai pilihan tersebut, waktu untuk mempertimbangkannya dan kepercayaan diri yang tinggi untuk memilihnya. Menurut Atmosudirjo (1982:68-69) Pengambilan keputusan merupakan sebuah akhir dari proses berpikir. Jadi proses pengambilan keputusan tersebut memerlukan sebuah pemikiran. Menurut dia, ada beberapa cara berpikir orang yang bertindak sebagai pengambil keputusan seperti: Berpikir jangka panjang melihat jauh kedepan, berpikir mengenai hasil jangka pendek saja dan tidak mau berpikir terlalu jauh kedepan (bersikap pragmatis), berpikir secara tradisional (pola berpikir yang umum dipakai di sekitarnya atau juga yang asalnya dari nenek moyang), berpikir secara emosional, sentimentil implusif (mengikuti suara hati mendadak). Seorang pengambil keputusan dapat juga berpikir secara intuisi atau ituitif yang berarti mengikuti feeling yang diperoleh dari menjalani praktek dengan skema sistematis selama bertahun-tahun. Cara ini hanya dapat dikembangkan oleh orang yang bekerja secara intensif dalam jangka waktu yang cukup lama. Walaupun menurut para ahli pengambilan keputusan dengan intuisi paling baik, namun karena untuk mengembangkannya memerlukan waktu yang lama sekali, maka akan menghambat dalam menghadapi keadaan atau perkembangan yang semakin cepat seperti sekarang ini. Selain cara-cara berpikir sebelumnya, seorang pengambil keputusan di jaman moderen berusaha berpikir secara rasional dan sistematis. Berpikir rasional dan sistematis berarti bisa membedakan antara berpikir unit dengan unit, satuan demi satuan, berpikir secara utuh, kompleks dan runtut. 14

3 Tinjauan Teoritis Hampir sama dengan Atmosudirjo (1982:68-69), dasar pengambilan keputusan Menurut George Terry dalam Arief A (2010) yaitu sebagai berikut: a. Intuisi, yaitu keputusan berdasarkan perasaan subjektif dari pengambil keputusan, sehingga sangat dipengaruhi oleh sugesti dan faktor kejiwaan. b. Pengalaman, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman seorang pemimpin atau menejer. Pengambil keputusan dapat memperkirakan suatu keadaan, dapat memperhitungkan untung ruginya, dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. c. Fakta, adalah pengambilan keputusan berdasarkan fakta atau kenyataan objektif sehingga dapat memberikan keputusan yang lebih sehat, solid, dan baik. d. Wewenang, pengambilan keputusan berdasarkan wewenang umumnya terjadi antara pimpinan terhadap bawahan atau orang yang lebih tinggi jabatannya terhadap orang yang lebih rendah jabatannya. e. Rasional, Keputusan yang dihasilkan bersifat obyektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Jika disimpulkan secara sederhana, pengambilan keputusan merupakan proses berpikir dan memilih beberpa alternatif atau pilihan yang berangkat dari sebuah masalah, kemudian mengambil keputusan untuk memilih satu yang terbaik dari alternatif atau pilihan-pilihan tersebut dan menggunakannya untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi. Ada beberapa pandangan para ahli mengenai sikap petani dalam menentukan pilihan untuk memenuhi kebutuhan melalui usaha pertanian dan bagaimana mereka bertahan hidup dari usaha tersebut. James C. Scott dan para penganut aliran ekonomi moral berpendapat 15

4 Dinamika Usaha Tani Perkebunan bahwa, umumnya petani yang merupakan petani subsisten memiliki sikap yang tidak rasional. Hal ini dikarenakan para petani tersebut lebih mementingkan atau mendahulukan keselamatan dari pada memaksimalkan usahanya untuk memperoleh laba yang lebih besar. Oleh karena sifat pertanian mereka yang subsisten, mereka enggan untuk terlibat di dalam perkembangan ekonomi kapitalisme, yang lebih berdasarkan rasionalitas, kepentingan pribadi, inovasi, berani mengambil resiko dan bermotif keuntungan maksimum. Sebagai contoh, petani takut untuk menggunakan bibit baru karena takut gagal panen, lebih suka pendapatan sedikit tetapi pasti dari pada hasil yang tinggi namun resikonya juga tinggi, dan lebih suka mempertahankan pola subsisten daripada komersialisasi (Deliarnov 2006:154). Scott juga memberi penjelasan bahwa fungsi lahan itu penting karena digunakan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat petani yang dilandaskan moralitas. Dalam kehidupan petani subsisten, moralitas adalah ukuran baik atau buruk dan benar atau salah perilaku petani. Adanya komersialisasi pertanian akan menyebabkan perubahan hubungan sosial pada kelompok petani tersebut (Singgih 1999:3-4). Petani dikatakan lebih bermoral karena sesama petani saling tolong-menolong yang tercermin lewat gotong-royong. Tuan tanah yang dianggap lebih beruntung dapat memberikan bantuan kepada mereka yang tidak beruntung atau sedang susah dengan memberikan sebagian tanahnya untuk digarap, atau membagikan hasil panen, dan lain-lain (Deliarnov 2006:154). Berbeda pendapat dan juga mengkritik pandangan Scott, Samuel L. Pokin mengatakan bahwa untuk membantu petani yang relatif tertinggal, bukan dengan nilai-nilai moral yang mengajarkan sikap kompak senasib sepenanggungan, tetapi harus memperkenalkan mereka pada pilihan individual sehingga dapat memilih alternatif yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan mereka sendiri. Para individu juga waspada atas ancaman subsistensinya, misalnya mereka berpikir rasional dengan memperhitungkan untung rugi, atau berhati-hati dalam menerapkan satu inovasi baru seperti menggunakan bibit unggul sebagai pengganti bibit lokal. Dari hasil penelitiannya, Pokin menemukan premis bahwa petani di Vietnam adalah a rational 16

5 Tinjauan Teoritis problem solver dan sekaligus homo economicus rusticus yang mengetahui kepentingannya, selalu memperhitungkan untung rugi, dan mengevaluasi kemungkinan hasil terbaik yang akan dicapai, yang berkaitan dengan pilihan sesuai preferensi dan nilai yang dia anut (Deliarnov 2006:156). Menurut Pokin petani dapat bertindak rasional dengan cara, berani memainkan lahan sebagai sumber daya yang produktif dan berani menanggung resiko untuk melakukan investasi, merubah kelembagaan sosial yang tidak menguntungkan, serta melakukan perhitungan untung dan rugi di tengah kehidupan bersama petani lain (Singgih 1999:4). Bertani merupakan salah satu pekerjaan andalan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pedesaan. Dalam percakapan seharihari yang dimaksud dengan pertanian adalah bercocok tanam. Namun pengertian tersebut sangat sempit. Dalam ilmu pertanian, istilah tersebut tidak saja meliputi pertanian dalam arti yang sempit, tetapi meliputi cabang-cabang produksi seperti peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan dan sebagainya (Tohir,1969:2). Sedangkan menurut Adiwilaga (1975:2) pertanian adalah: kegiatan manusia mengusahakan tanah dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau pun hasil hewan, tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk mendatangkan hasil selanjutnya. Penjelasan Mosher (1968) yang diacu oleh Mubyarto (1987:66) mengatakan bahwa usaha tani merupakan pertanian rakyat. Mosher mendefinisikan farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penggarap atau menejer yang digaji. Usaha tani juga merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya. Dari beberapa definisi pertanian, dapat disimpulkan bahwa usaha pertanian atau sederhananya peneliti sebut dengan bertani, adalah 17

6 Dinamika Usaha Tani Perkebunan kegiatan manusia untuk mengusahakan atau mengolah berbagai sumber daya pertanian (air, udara, tanah, hewan, matahari dan lainlain) yang disediakan oleh alam, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (sekarang) dan dimasa yang akan datang. Usaha pertanian yang dimaksud dalam tulisan ini akan peneliti batasi pada sektor perkebunan saja. Dalam usaha pertanian, petani selalu dihadapkan kepada berbagai pilihan disepanjang proses pengolahan usaha pertaniannya. Pilihan tersebut dapat berupa pemilihan lokasi pertanian yang cocok, jenis komoditi yang akan diusahakan, pupuk dan obat hama yang akan digunakan, tempat pemasaran komoditi pertaniannya, cara atau strategi pengolahan, dan lain-lain. Dari begitu banyak pilihan-pilihan yang mengiringi petani dalam usahanya, tentunya sebagai pelaku usaha akan memilih salah satu dari beberapa pilihan tersebut dan proses tersebut dapat dikatakan sebagai proses pengambilan keputusan. Akhir-akhir ini, berbagai isu dimana petani mungkin karena merasa tidak puas, atau tidak mendapat keuntungan dari satu komoditi pertanian, mereka kemudian beralih, mengganti atau menukar komoditi pertaniannya dengan komoditi lainnya di lahan pertanian yang sama dan kegiatan ini peneliti sebut dengan alih komoditi. Penelitian Terdahulu Sebagaimana telah peneliti katakan sebelumnya bahwa penelitian mengenai alih komoditi dan pengambilan keputusan oleh petani memang sudah banyak dilakukan. Untuk itu, beberapa penelitian berikut ini peneliti gunakan sebagai pendukung dalam melakukan penelitian yang mengkaji tentang keputusan petani dalam mempertahankan atau beralih ke komoditi pertanian lainnya. Keputusan Petani Dalam Pengolahan Pertanian Berikut akan peneliti paparkan beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan berkaitan dengan pengambilan keputusan oleh petani: 18

7 Tinjauan Teoritis Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008) mengenai Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Wortel Memilih Sistem Pertanian Organik di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dengan menggunakan pendekatan kuantitatif model analisis regresi logistik, memberikan kesimpulan bahwa terdapat beberapa variabel yang digunakan untuk menganalisis persepsi petani terhadap pertanian organik, dan kondisi petani dalam mempengaruhi keputusannya untuk berani mengambil resiko mengganti sistem pertanian, terutama mengganti sistem pertanian dari anorganik menjadi organik. Variabel tersebut adalah lama pendidikan, luas lahan, lembaga pemasaran, penerimaan per ha per musim, intensitas terserang hama per tahun, lama bekerja, usia, harga, tanggungan. Namun demikian dari beberapa variabel yang signifikan mempengaruhi keputusan petani memilih sistem pertanian organik adalah harga. Semakin tinggi harga komoditi pertanian organik yang diterima petani, maka petani bersedia atau berpeluang untuk memutuskan mengusahakan pertanian secara organik. Sebelum Santoso (2008), Muda (2005) terlebih dahulu melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani Dalam Memilih Pola Agroforest "Napu" (Kasus di Daerah Taman Nasional Kelimutu, Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur), dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi pustaka. Keduanya sama-sama melihat keputusan petani namun pada kasus atau objek yang berbeda. Muda yang meneliti Agroforest napu 1 berkesimpulan bahwa keputusan petani dalam memilih pola agroforest "napu" dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan formal, pengalaman berusaha tani, tenaga kerja, luas penguasaan lahan, pendapatan, jarak ke lokasi agroforest, dan topografi. Faktor yang paling mempengaruhi keputusan petani dalam memilih 1 Struktur yang dibangun oleh masyarakat setempat dalam rangka diversifikasi produksi, melengkapi produksi bahan pangan yang dihasilkan untuk kepentingan sendiri, namun dalam perkembangannya menjadi satu bentuk pengelolahan yang menguntungka secara teknologi, ekonomi dan sosial. Selanjutnya, Agroforest napu merupakan hasil konsepsi keputusan, investasi dan perencanaan jangka panjang petani yang dibentuk berdasarkan sistem pengetahuan, pengalaman dan tradisi masyarakat setempat dan dikelolah dengan menggunakan tehnik serta praktek terpadu yang sederhana (Muda 2005:9) 19

8 Dinamika Usaha Tani Perkebunan pola agroforest "napu" adalah faktor topografi (tingkat kemiringan lahan). Dari kedua penelitian tersebut terdapat beberapa persamaan menyangkut faktor atau variabel yang mempengaruhi keputusan petani. Faktor tersebut diantaranya pendidikan, luas lahan, pendapatan atau penerimaan, dan usia. Namun demikian terdapat juga perbedaan terutama pada faktor atau variabel yang paling mempengaruhi keputusan petani. Dalam penelitian Muda, faktor yang mempengaruhi keputusan petani adalah faktor topografi, sedangkan penelitian Santoso menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan petani dalam memilih sistem pertanian adalah harga komoditi hasil pertanian. Penelitian yang hasilnya sedikit berbeda dari penelitian sebelumnya, terutama dari segi faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani yaitu penelitian Hasibuan (2003) mengenai Proses Pengambilan Keputusan Untuk Mengadopsi Inovasi Intensifikasi Tambah Pada Masyarakat Pesisir (Kasus Masyarakat Petani Tambak di Desa Karanganyar, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei, dan memberikan kesimpulan bahwa: keputusan petani tambak untuk menerima dan menerapkan inovasi itam 2 terjadi setelah petani melihat keberhasilan petambak lain (seing is beliving), di mana kepercayaan petani terbangun dari realitas empiris kehidupan sekitarnya. Faktor-faktor internal yang berhubungan nyata dan positif adalah tingkat kepercayaan. sedangkan faktor-faktor eksternal yang berhubungan nyata pada tingkat pengambilan keputusan adalah tingkat ketersediaan sarana produksi pertanian (saprotan), keterlibatan dengan kelembagaan dan hubungan patron klien. Tingkat pengambilan keputusan berhubungan nyata dengan penerapan inovasi itam sedangkan konsistensi penerapan komponen- 2 Itam merupakan program pemerintah tahun 1984/1985 yang bertujuan untukmeningkatkan peningkatan pendapatan petani tambak, meningkatkan produktivitas tambak serta menunjang industri maupun ekspor udang secara nasional (Hasibuan 2003:5). 20

9 Tinjauan Teoritis komponen sarana produksi U2 (teknologi madya) 3 tidak berhubungan nyata. Penelitian yang hampir sama dengan yang peneliti lakukan yaitu penelitian yang dilakukan Arief (2003) mengenai Konversi Kebun Damar Mata Kucing (Shorea Javanica) (Studi Kasus Pengambilan Keputusan Oleh Petani di Desa Lubuk Baru, Kecamatan Sosoh Buaya Rayap, Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan). Penelitian Arief menggunakan metode kuantitatif deskriptif memberikan kesimpulan-kesimpulan penelitian: pertama, kondisi kebun damar di desa ini hampir mengalami kepunahan karena semakin sedikit petani damar yang mempertahankan kebun damarnya. Kedua, pengelolaan yang dilakukan tidak intensif. Ketiga, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan petani untuk meninggalkan atau mempertahankan kebun damarnya adalah sebagai berikut: a) Tingkat keamanan; tingkat keamanan berhubungan dengan lokasi kebun damar itu sendiri. Semakin jauh lokasi kebun maka tingkat keamanan semakin rendah dan kemungkinan untuk meninggalkan akan usaha perkebunan tersebut semakin besar. b) Pendapatan rumah tangga; faktor ini erat kaitannya dengan produktivitas kebun damar, luas total lahan garapan dan jumlah mata pencaharian petani. c) Waktu panen pertama dan kemudahan mendapatkan bibit. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan petani untuk mengganti damar dengan jeruk adalah: 1) Faktor waktu panen pertama; Semakin cepat menghasilkan maka jenis tersebut kemungkinan besar untuk dipilih. 2) Faktor kemudahan menjual; Semakin mudah dalam penjualan maka kemungkinan jenis komoditi itu dipilih akan semakin besar. 3) Pendapatan; pendapatan bersih yang didapatkan dari jeruk lebih besar dari pada damar. 4) Kemudahan mendapatkan bibit; Bibit jeruk sangat mudah didapatkan sedangkan bibit damar sekarang sedang mengalami kelangkaan bibit alam maupun bibit buatan. Suharjito (2002) dalam penelitiannya mengenai Pemilihan Jenis Tanaman Kebun-Talun: Suatu Kajian Pengambilan Keputusan Oleh 3 Salah satu paket teknologi itam yang dianjurkan berdasarkan petunjuk intensifikasi pembudidayaan ikan Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian Tahun 1997 (Hasibuan 2003:5) 21

10 Dinamika Usaha Tani Perkebunan Petani menggunakan metode pendekatan emik, dan penjelasan tentang pilihan didasarkan perspektif petani, dengan metode studi kasus. Penelitian menunjukkan bahwa petani memilih satu jenis tanaman untuk dibudidayakan karena mempunyai beberapa alasan. Alasan yang utama adalah supaya mendapatkan hasil yang banyak atau maksimal, dan juga agar hasilnya beragam. Alasan-alasan lainnya adalah kemudahan dalam memelihara, mudah dalam pemasarannya, harga stabil atau bahkan naik. Beberapa alasan tersebut menunjukkan orientasi pada tingkatan produktivitas, kegunaan untuk konsumsi keluarga, komoditi pasar, dan kontinuitas (harian, bulanan, tahunan). Petani memilih jenis tanaman yang pada satu sisi dapat menghasilkan produk yang dapat langsung dikonsumsi keluarga (kebutuhan subsistensi), dan pada sisi yang lain dapat dipasarkan untuk memperoleh pendapatan berupa uang (cash income). Hal ini menunjukkan bahwa petani berada pada dua pijakan, satu kaki pada tradisi dan kaki yang lain pada modernisasi. Oleh karena itu, komposisi jenis tanaman kebun talun sebagian tidak berubah (petai, jengkol, durian, kelapa) dan sebagian lain mengalami perubahan (cengkeh, sengon) sebagai upaya penyesuaian terhadap perubahan kebutuhan petani. Jenis tanaman yang baru diusahakan berorientasi untuk dijual (komersial) sedangkan jenis tanaman lama diorientasikan untuk dikonsumsi sendiri dan juga dijual. Alih Komoditi Pertanian Beserta Faktor Yang Mempengaruhinya Hasibuan (2011) dengan penelitian Alih Fungsi Lahan Tebu Menjadi Lahan Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Tandem dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan analisis finansial memperoleh hasil penelitian bahwa tingkat pendapatan usaha tani kelapa sawit lebih menguntungkan dari pada usaha tani tebu. Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tebu ke kelapa sawit adalah tingkat pendapatan usaha tebu mengalami kerugian sebesar Rp per ha per musim tanam sedangkan usaha tani kelapa sawit menguntungkan sebesar Rp per ha per tahun. 22

11 Tinjauan Teoritis Dari penelitian Purba (2009) mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun dan mengambilan data pada yaitu pada PT. Perkebunan Nusantara IV dengan menggunakan pendekatan analisis ordinary least square (OLS) menyimpulkan bahwa: pertama, harga teh dan jumlah tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan sedangkan harga tandan buah segar (TBS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi (konversi) tanaman perkebunan teh menjadi perkebunan kelapa sawit. Kedua, TBS dan jumlah tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan teh ke kelapa sawit. Ketiga, Menurunya tenaga kerja perkebunan teh setelah ada konvesi lahan selama periode tahun dengan rata-rata 725,67 HOK per tahun. Keempat, produktivitas tenaga kerja perkebunan teh menurun setelah ada konversi lahan selama periode tahun dengan rata-rata 1,09 ton per ha per tahun. Kelima, Produktivitas teh menurun selama periode tahun dengan rata-rata 61,55 ton per ha per tahun. Asni (2005) dalam penelitiannya Analisis Produksi, Pendapatan dan Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Labuan Batu dengan menggunakan Ordinary Least Square sebagai analisis data pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan modal terhadap produksi pada sawah dan kelapa sawit rakyat, serta menganalisis pengaruh faktor sosial, ekonomi dan fisik lahan terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuan Batu. Asni berkesimpulan bahwa: pertama luas lahan dan produksi sawah di Kabupaten Lebuan Batu mengalami perubahan setiap tahun, sedangkan luas dan produksi kelapa sawit rakyat mengalami peningkatan. Disebabkan sebagian petani mengalih fungsikan lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit. Kedua faktor yang signifikan mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat adalah pendidikan, pendapatan dan kesempatan menabung. Kecenderungan lahan sawah yang dialih fungsikan adalah lahan sawah bukan irigasi teknis. Ketiga usaha tani kelapa sawit lebih efisien dibandingkan dengan usaha tani padi sawah. 23

12 Dinamika Usaha Tani Perkebunan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non Pertanian Beserta Faktor Yang Mempengaruhinya Beberapa penelitian yang telah ditunjukkan sebelumnya merupakan penelitian pengambilan keputusan dan alih komoditi pada sektor pertanian. Pada bagian ini peneliti ingin menunjukkan beberapa penelitian lain yaitu penelitian mengenai alih fungsi lahan (konversi lahan) yaitu alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Penelitian konversi dari lahan pertanian menjadi non pertanian lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan penelitian alih komoditi. Penelitian tersebut diantaranya oleh Munir (2008) mengenai Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani (Kasus: Desa Candimulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah) yang menggunakan metode penelitian survei dengan deskriptif korelasional menunjukkan bahwa, konversi lahan pertanian menjadi pertambangan pasir dan batu diawali oleh jatuhnya harga komoditi pertanian masyarakat dan juga karena kelangkaan sarana produksi pertanian (SAPROTAN). Tiap tahun lahan pertanian desa Candimulyo digali pasir dan batunya sehingga kini tampak seperti bukit berongga. Dari penelitian ini faktor pendorong terjadinya konversi lahan di Candimulyo berawal dari keinginan para petani untuk mempertahankan kehidupannya karena penghasilan dari bercocok tanam dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ada juga hal lain seperti faktor internal yang meliputi umur petani (30-40 tahun), tingkat pendidikan (tidak sekolah atau berpendidikan rendah), jumlah tanggungan keluarga (lebih dari empat orang), luas kepemilikan lahan (lahan sempit di bawah 0.25 ha). Sedangkan faktor eksternalnya meliputi pengaruh tetangga, pengaruh investor dan pengaruh kebijakan pemerintah (konversi lahan yang terjadi adalah kebijakan pemerintah daerah). Dari perhitungan statistik, konversi lahan pada kasus ini berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani karena hasil pertambangan lebih dapat dinikmati setiap hari, sedangkan untuk hasil pertanian harus menunggu sampai musim panen tiba (tiga sampai empat bulan). Dampak positif dari konversi lahan yang kini dirasakan masyarakat adalah tingkat kesejahteraan yang meningkat serta berkurangnya 24

13 Tinjauan Teoritis tingkat pengangguran karena kebanyakan masyarakat yang awalnya menganggur kini ikut bekerja menjadi buruh penambangan pasir dan batu. Sedangkan dampak negatif yang dirasakan adalah perubahan sikap masyarakat yang selalu ingin mengambil keuntungan dari orang lain dan juga dampak lingkungan seperti kerusakan lahan pertanian yang menyebabkan rawannya bencana banjir dan longsor. Akhmad (2011) dengan penelitiannya mengenai Dampak Pengembangan Lokasi Perumahan Sederhana Sehat Terhadap Ekonomi Petani di Pinggiran Kota Palu menunjukkan bahwa pendapatan petani berbeda antara sebelum dan sesudah melepaskan tanah pertaniannya untuk dijadikan perumahan. Yang terjadi adalah berkurangnya bahkan hilangnya mata pencaharian dan pendapatan petani juga dari lahan pertanian hilang. Penelitian Sihaloho et al (2004) mengenai Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agrarian (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, kota Bogor, Jawa Barat) dengan metode kualitatif, mengemukakan beberapa hal yang merupakan kesimpulan dari penelitiannya. Pertama, faktor faktor yang menyebabkan konversi dibagi manjadi dua, yaitu aras makro, meliputi kebijakan pemerintah yang memberikan iklim kondusif bagi transformasi peruntukan suatu kawasan dan perubahan penduduk alamiah dan non alamiah (migrasi masuk lebih besar dari migrasi keluar). Di aras makro, terdiri dari keterdesakan ekonomi, investasi pihak pemodal, proses alih fungsi hak milik atas tanah, dan proses pengadaan tanah. Kedua, berdasarkan faktor-faktor penggerak utama konversi lahan serta dilengkapi pihak pelaku, pemanfaatan konversi dan proses konversi dilakukan, maka tipologi konversi yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja terdiri dari 7 tipologi yaitu: 1. Konversi gradual-berpola sporadis; diakibatkan oleh dua faktor penggerak utama yaitu lahan yang tidak atau kurang produktif dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi. Sebagai petani, warga membutuhkan lahan yang lebih produktif. Setelah menjual tanah pertama yang dimiliki, petani membeli tanah lain. Namun demikian ada juga petani yang tidak dapat membeli 25

14 Dinamika Usaha Tani Perkebunan tanah pengganti karena uang hasil penjualan digunakan keluarga petani untuk kebutuhan yang mendesak. 2. Konversi sistematik berpola enclave ; dikarenakan lahan kurang produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk meningkatkan nilai tambah. 3. Konversi sebagai respon atas pertumbuhan penduduk (population growth driven land conversion); di mana dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal. Pertumbuhan penduduk tersebut yaitu baik secara alami (natural) maupun karena migrasi. 4. Konversi disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven land conversion); Konversi ini disebabkan oleh dua faktor utama yaitu keterdesakan ekonomi (menjual lahan kepada pendatang) dan perubahan kesejahteraan (menjual lahan karena ekonomi semakin baik dan juga karena ingin menikmati fasilitas seperti listrik, air, akses ke jalan, sekolah dekat ke tmpat pekerjaan dan lain-lain). 5. Konversi tanpa beban ; Konversi yang disebabkan satu faktor penggerak utama yaitu keinginan untuk mengubah nasib hidup yang lebih baik dari keadaan sebelumnya dan ingin keluar dari kampung dan atau kelurahan. Pola ini berhubungan dengan pola konversi masalah sosial dalam hal ingin mengubah nasib. Hal lain yang menyebabkannya adalah kondisi sarana dan prasarana di wilayah perkampungan. 6. Konversi adaptasi agraris; adalah konversi karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah. Hal ini dilakukan dengan menjual lahan yang kurang produktif dan kemudian membeli lahan pertanian yang produktif dengan tujuan dapat meningkatkan hasil pertanian. 7. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk atau tanpa pola; konversi ini diakibatkan oleh berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan, 26

15 Tinjauan Teoritis termasuk sistem waris yang tidak dijelaskan secara spesifik dalam konversi adaptasi demografi. Masih menurut penelitian Sihaloho et al (2004), pola konversi yang umum terjadi pada daerah penelitian mereka adalah konversi sistemik berpola enclave, dan pola konversi yang unik atau spesifik lokal adalah konversi masalah sosial dan konversi adaptasi agraris. Ketiga, konversi lahan pertanian berimplikasi pada perubahan atau struktur agraria yang menghasilkan ketimpangan struktur agraria lahan terhadap kehidupan masyarakat, menyangkut pola penguasaan lahan, pola nafkah dan hubungan pola produksi. Konversi lahan yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja umumnya merupakan kehendak PT yang ingin menguasai lahan yang akan digunakan untuk berbagai kepentingan. Pola nafkah, khususnya pada generasi yang muda sudah beralih ke sektor industri dalam hal ini usaha bengkel. Ketimpangan struktur agraria berimplikasi terhadap kehidupan atau kesejahteraan masyarakat. Melalui konversi lahan, perubahan hak atas tanah jelas telah berubah dan juga secara perlahan merubah budaya bertani khususnya pada generasi muda yang lebih senang bekerja di luar sektor pertanian seperti bengkel sandal dan sepatu. Beberapa penelitian sebelumnya, baik pengambilan keputusan petani, alih komoditi dan konversi lahan sudah cukup baik. Namun demikian, penelitian yang telah dilakukan khususnya alih komoditi masih lebih banyak pada perkebunan besar milik swasta (PT) dan belum banyak peneliti yang berfokus pada alih komoditi petani perkebunan rakyat. Untuk penelitian pengambilan keputusan petani, penelitian sebelumnya telah menentukan variabel atau faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani kemudian dilakukan pengujian dari sampel yang diambil dengan cara kuantitatif. Namun pada penelitian yang dilakukan peneliti, penentuan variabel atau faktorfaktor tersebut tidak akan ditentukan dari awal, melainkan setelah melihat fakta dan hasil penelitian di lapangan. Secara keseluruhan, penelitian sebelumnya lebih banyak melakukan penelitian mengenai alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Untuk itu, penelitian ini akan berusaha untuk mengkaji lebih mendalam masalah keputusan petani dalam mempertahankan atau beralih menjadi petani komoditi 27

16 Dinamika Usaha Tani Perkebunan lain. Penelitian ini juga akan menggunakan metode yang berbeda dari beberapa peneliti sebelumnya dan akan dilakukan pada objek petani perkebunan yang belum banyak diteliti oleh penelitian sebelumnya. Selain tempat dan waktu yang berbeda, masalah kompleks pada keputusan dan usaha pertanian yang terus terjadi dibeberapa wilayah, mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Kerangka Berpikir Gambar 1. Kerangka Berpikir Secara sederhana, lingkup kajian yang peneliti maksud dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. yang akan menggambarkan bagaimana perjalanan keputusan yang diambil oleh dua kelompok petani. Dimulai dari awal petani tersebut memilih untuk bertani kakao kemudian bagaimana mereka sekarang ini dihadapkan terhadap pilihan-pilihan yang baru. Terdapat dua pilihan yang tersedia bagi petani, yaitu pilihan untuk mempertahankan lahan dan usaha 28

17 Tinjauan Teoritis perkebunan kakao, atau pilihan kedua yaitu beralih mengusahakan komoditi perkebunan lain (alih komoditi). Sebagai fokus utama, peneliti akan mengkaji secara mendalam keputusan petani untuk memilih satu diantara kedua pilihan tersebut melalui alasan atau faktor yang mempengaruhinya. Setelah mengetahui alasan atau faktor tersebut, peneliti merasa perlu untuk melihat berapa sumbangan pendapatan usaha pertanian kakao terhadap ekonomi rumah tangga petani. Gambaran ekonomi rumah tangga petani secara umum juga perlu dilihat melalui pendapatan dan konsumsinya sebagai pendukung bagi permasalahan utama tulisan ini. Sebagai tambahan, peneliti akan melihat bagaimana sistem pengolahan dan hasil atau pendapatan petani komoditi lain (bukan kakao) yang komoditinya dijadikan petani kakao sebagai tanaman perkebunannya yang baru. 29

18

19

PENUTUP. Enam. Rangkuman dan Kesimpulan

PENUTUP. Enam. Rangkuman dan Kesimpulan Enam PENUTUP Rangkuman dan Kesimpulan Dari uraian sekaligus analisis hasil penelitian pada bagian Lima, dapat dirangkum sebagai berikut: Dalam sebuah usaha pertanian, petani selalu dihadapkan dengan berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Satu. Pentingnya Pertanian

PENDAHULUAN. Satu. Pentingnya Pertanian Satu PENDAHULUAN Pentingnya Pertanian Pertanian merupakan salah satu sektor yang penting bagi masyarakat dan negara. Nurmala et al (2012:96) dalam konteks mikro mengatakan bahwa pentingnya sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agraria Pengertian agraria menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 1960 (UU No.5 Tahun 1960) adalah seluruh bumi, air dan ruang angkasa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sumberdaya Lahan Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Penggolongan pertanian terbagi atas dua macam, yakni

Lebih terperinci

Dari rumusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konversi hak-hak atas tanah adalah penggantian/perubahan hakhak atas tanah dari status yang lama

Dari rumusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konversi hak-hak atas tanah adalah penggantian/perubahan hakhak atas tanah dari status yang lama KONVERSI RH Pengertian Konversi Beberapa ahli hukum memberikan pengertian konversi yaitu : A.P. Parlindungan (1990 : 1) menyatakan : Konversi itu sendiri adalah pengaturan dari hak-hak tanah yang ada sebelum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) 1

Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) 1 ISSN : 1978-4333, Vol. 01, No. 02 5 Konversi Lahan Pertanian Dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) 1 Martua Sihaloho 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka

BAB I PENDAHULUAN. juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hakekat mahluk hidup adalah terpenuhinya kebutuhan secara jasmani dan juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama di Indonesia. Sektor pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan di Indonesia seperti ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166 INDEKS A adopsi teknologi 94, 100, 106, 111, 130, 171, 177 agregat 289, 295, 296, 301, 308, 309, 311, 313 agribisnis 112, 130, 214, 307, 308, 315, 318 agroekosistem 32, 34, 35, 42, 43, 52, 55, 56, 57,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pemerintahan di Indonesia merencanakan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap pembangunan pertanian. Target utamanya adalah program swasembada pangan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep marketable dan marketed surplus, serta faktor-faktor yang memepengaruhinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menunjang perkembangan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor pertanian merupakan sektor penghasil devisa bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini Indonesia masih merupakan negara petanian, artinya petanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Pertanian Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti sebagai tempat hidup, tempat mencari nafkah. Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sangat mengandalkan sektor pertanian dan sektor pengolahan hasil pertanian sebagai mata pencarian pokok masyarakatnya. Sektor

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial

BAB VIII PENUTUP. Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial BAB VIII PENUTUP Penelitian dengan tema kebijakan hutan rakyat dan dinamika sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Banyumas ini mengambil tiga fokus kajian yakni ekonomi politik kebijakan hutan rakyat,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, dari jumlah penduduk tersebut sebagian bekerja dan menggantungkan sumber perekonomiannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan Setiap individu atau masyarakat tentunya mengalami suatu perubahan. Lambat atau cepat perubahan itu terjadi tergantung kepada banyaknya faktor di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Alih Fungsi Lahan dan Faktor-Faktor Penyebabnya Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Pendapatan Petani Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun, penentuan Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran 151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. Upaya pemenuhan kebutuhan ini, pada dasarnya tak pernah berakhir, karena sifat kebutuhan

Lebih terperinci

2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengambilan Keputusan Usahatani

2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengambilan Keputusan Usahatani 2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengambilan Keputusan Usahatani Pengambilan keputusan adalah tindakan untuk memilih salah satu dari berbagai alternatif yang mungkin. Sedangkan pengambilan keputusan menurut Besluitneming

Lebih terperinci

PERTANIAN.

PERTANIAN. PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan I. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

ANALISIS PERMASALAHAN WILAYAH

ANALISIS PERMASALAHAN WILAYAH 3 ANALISIS PERMASALAHAN WILAYAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MASALAH DAN POTENSI WILAYAH : 3 (tiga) kali tatap muka pelatihan selama 200 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian

Lebih terperinci