PERJANJIAN KERJA BERSAMA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NO : DIR/061 DIR/ NO : PKB 007/DPP-SP/2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERJANJIAN KERJA BERSAMA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NO : DIR/061 DIR/ NO : PKB 007/DPP-SP/2011"

Transkripsi

1 PERJANJIAN KERJA BERSAMA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NO : DIR/061 DIR/ NO : PKB 007/DPP-SP/2011 Yang bertanda tangan di bawah ini: I. Gatot Mudiantoro Soewondo dan Felia Salim, masing-masing, Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut sesuai dengan demikian berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan beserta perubahan perubahannya yang terakhir sebagaimana termaktub dalam Akta No. 46 tanggal 18 Mei 2011 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi, SH. Notaris di Jakarta, yang telah dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat No. AHU-AH tanggal 6 Juli 2011 dan karenanya berwenang bertindak untuk dan atas nama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta, dengan alamat Jalan Jenderal Sudirman Kavling 1, untuk selanjutnya disebut : Pengusaha II. Agus Setia Permana dan Rosady T.A. Montol masing-masing, Ketua Umum dan Sekretaris Jendral Dewan Pengurus Pusat Serikat Pekerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, dengan demikian berwenang bertindak untuk dan atas nama Serikat Pekerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang telah tercatat pada Kantor Departemen Tenaga Kerja Jakarta Pusat dengan bukti pencatatan No.62/I/P/VI/2001 tanggal 21 Juni 2001 berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta, dengan alamat Jl. Pejompongan V No. 24 Jakarta Pusat, untuk selanjutnya disebut: Serikat Pekerja Pengusaha dan Serikat Pekerja untuk selanjutnya secara bersama-sama disebut Para Pihak, bertindak dalam kedudukannya dan kewenangannya masing-masing tersebut di atas terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Landasan kebijakan sumber daya manusia PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk adalah Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan Perubahannya serta perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. 2. Hubungan kerja di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dilandasi semangat kemitraan dan kebersamaan dengan asas kekeluargaan yang membangkitkan jiwa persatuan bagi semua Pekerja/Pegawai PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk untuk bersinergi menyumbangkan pikiran dan tenaganya secara optimal ke arah pencapaian tujuan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dalam suasana kerja yang harmonis. 3. Landasan tersebut sejalan dengan tujuan dasar Hubungan Industrial yaitu terwujudnya tingginya produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat, terwujudnya kedisiplinan, sikap dan etos kerja yang menjamin kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan kerja Pekerja/Pegawai serta kepastian jalannya Perusahaan. Disadari bersama guna mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan adanya Perjanjian Kerja Bersama antara Pengusaha dan Serikat Pekerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak Hal 1

2 dan kewajiban Para Pihak yang dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerja Bersama yang secara keseluruhan mampu mendorong kemajuan Perusahaan dan semangat kerja untuk meningkatkan kesejahteraan Pekerja/Pegawai Berdasarkan hal-hal di atas, Para Pihak bersepakat untuk membuat Perjanjian Kerja Bersama dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Istilah-Istilah Dalam Perjanjian Kerja Bersama ini yang dimaksud dengan: 1. Ahli waris adalah setiap orang yang menurut hukum ditetapkan sebagai ahli waris dari Pekerja/Pegawai. 2. Anggota adalah Pekerja/Pegawai Perusahaan yang menjadi anggota Serikat Pekerja. 3. Atasan Langsung adalah Pekerja/Pegawai yang secara struktural langsung mensupervisi Pekerja/Pegawai bawahannya. 4. Competency Profile adalah sejumlah kompetensi yang dipersyaratkan untuk menduduki suatu posisi jabatan baik yang bersifat behavioral (perilaku) dan fungsional (teknis). 5. Hari Kerja adalah hari yang ditetapkan oleh Pengusaha bagi Pekerja/Pegawai untuk melaksanakan pekerjaan. 6. Home Base adalah kota tempat unit yang diberi kewenangan untuk melakukan penerimaan Pekerja/Pegawai yang bersangkutan sebagai Pekerja/Pegawai Tetap, umumnya unit yang pertama kali menandatangani/menerbitkan surat perjanjian kerja (pada masa trainee/kontrak/pelatihan) atau yang tercantum dalam perjanjian kerja 7. Hubungan Industrial adalah sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi jasa perbankan yang terdiri dari unsur Pengusaha, Pekerja/Pegawai, dan Pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Jam Kerja adalah waktu yang ditetapkan oleh Pengusaha bagi Pekerja/Pegawai untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Pengusaha. 9. Keluarga Langsung dari Pekerja/Pegawai adalah suami/istri yang sah dan diakui oleh Pengusaha, anak-anak yang sah, ayah/ibu dan mertua laki-laki/perempuan dari Pekerja/Pegawai. 10. Keluarga Pekerja/Pegawai adalah seorang istri/suami yang sah, anak kandung dan anak angkat yang disahkan oleh pengadilan sampai dengan jumlah 3 (tiga) orang berusia tidak lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun, belum menikah dan masih dalam tanggungan Pekerja/Pegawai. 11. Kerja Lembur adalah Pekerjaan yang dilakukan melebihi waktu kerja, dilaksanakan atas permintaan tertulis dari Pengusaha dengan persetujuan dari Pekerja/Pegawai. 12. Lingkungan Kerja adalah keseluruhan tempat dimana Pekerja/Pegawai melaksanakan tugas/tanggung jawab/pekerjaan yang diberikan Pengusaha. Hal 2

3 13. Lingkungan Perusahaan adalah keseluruhan tempat yang berada di bawah penguasaan Pengusaha atau milik Perusahaan atau tempat Perusahaan menjalankan kegiatannya atau tempat Pekerja/Pegawai melakukan tugas yang ditetapkan oleh Perusahaan. 14. Mangkir adalah ketidakhadiran Pekerja/Pegawai tanpa keterangan. 15. Masa Persiapan Pensiun adalah program persiapan menghadapi masa pensiun normal bagi Pekerja/Pegawai yang mulai dapat dilaksanakan 1 (satu) tahun sebelum masa pensiun normal dimana Pekerja/Pegawai yang bersangkutan tidak aktif bekerja di Perusahaan namun tetap diberikan penghasilan secara penuh dari Pengusaha. 16. Pedoman Kepegawaian adalah segala peraturan yang mengatur tentang tata kerja Perusahaan yang berkaitan dengan bidang kepegawaian, Budaya Kerja dan Pelatihan antara lain Buku Pedoman Kepegawaian, Buku Penyuluhan, Surat Keputusan Direksi, Surat Edaran, Instruksi atau suplemen suplemen ketentuan yang bersifat lembaran lepas atau lembar elektronik yang tidak bertentangan dengan isi Perjanjian Kerja Bersama. 17. Pedoman Perusahaan adalah panduan Perusahaan yang memuat ketentuanketentuan/peraturan-peraturan bagi Pekerja/Pegawai dalam melaksanakan pekerjaan, teknis operasional, hukum, yang sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Perusahaan. 18. Pekerja/Pegawai adalah setiap orang yang bekerja di Perusahaan dengan menerima Upah/Gaji atau imbalan dalam bentuk lain dengan status Pekerja/Pegawai Tetap atau Pekerja/Pegawai Tidak Tetap, kecuali anggota Komisaris dan anggota Direksi. 19. Pekerja/Pegawai Tetap adalah Pekerja/Pegawai yang bekerja pada Perusahaan dengan status tetap untuk waktu tidak tertentu maksimum sampai dengan usia pensiun. 20. Pekerja/Pegawai Tidak Tetap adalah Pekerja/Pegawai yang bekerja pada Perusahaan dengan status tidak tetap berdasarkan surat perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu. 21. Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Pekerja/Pegawai untuk kepentingan Perusahaan dalam suatu hubungan kerja dengan menerima Upah/Gaji. 22. Pemutusan Hubungan Kerja adalah berakhirnya hubungan kerja karena sanksi administratif yang mengakibatkan berakhirnya hubungan kerja antara Pekerja/Pegawai dan Pengusaha. 23. Pengakhiran Hubungan Kerja adalah berakhirnya hubungan kerja karena faktor-faktor diluar sanksi administratif yang mengakibatkan berakhirnya hubungan kerja antara Pekerja/Pegawai dan Pengusaha. 24. Pengusaha adalah Direksi Perusahaan selaku organ Perusahaan yang menjalankan Perusahaan. 25. Pensiun adalah berakhirnya hubungan kerja karena Pekerja/Pegawai memasuki usia pensiun yang ditetapkan dalam PKB. 26. Penugasan Negara adalah penugasan yang diberikan oleh instansi yang berwenang untuk dan atas nama Negara guna melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan tugas Negara. 27. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) untuk selanjutnya disebut PKB adalah Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara Serikat Pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha, yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban Para Pihak. Hal 3

4 28. Perusahaan adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan berikut perubahan-perubahannya, berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta, dengan alamat Jalan Jenderal Sudirman Kavling Pimpinan Perusahaan adalah anggota Direksi serta Pekerja/Pegawai yang karena jabatannya mempunyai tugas/wewenang untuk memimpin Perusahaan atau unit organisasi Perusahaan termasuk Pekerja/Pegawai yang menduduki jabatan/posisi Wakil Pemimpin atau jabatan/posisi yang dapat dipersamakan dengan tenaga pimpinan. 30. Posisi adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab dan wewenang Pekerja/Pegawai dalam organisasi Perusahaan. 31. Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang Pekerja/Pegawai yang dapat dinilai atau diukur tingkat produktivitasnya berdasarkan faktor-faktor penilaian yang ditetapkan Pengusaha. 32. Serikat Pekerja adalah Serikat Pekerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. berdasarkan Anggaran Dasar yang tercatat pada Departemen Tenaga Kerja Jakarta Pusat dengan bukti pencatatan No.62/I/P/VI/ 2001 tanggal 21 Juni 2001 berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dengan alamat Jalan Pejompongan V No Tim Pemantau PKB adalah tim yang ditugaskan oleh masing-masing pihak guna memantau pelaksanaan PKB. 34. Uang Muka Gaji (UMG) adalah fasilitas yang disediakan dan diberikan oleh Perusahaan untuk Pekerja/Pegawai dengan tujuan meningkatkan taraf hidup Pekerja/Pegawai. 35. Unit Kerja adalah unit atau kelompok yang melaksanakan kegiatan operasional maupun non operasional yang diatur oleh Pengusaha. 36. Upah/Gaji adalah hak Pekerja/Pegawai yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan atau balas jasa dari Pengusaha atas suatu Pekerjaan yang ditetapkan dan dibayarkan menurut ketentuan penggajian yang ditetapkan oleh Pengusaha. Pasal 2 Asas-Asas Pelaksanaan PKB berlandaskan pada: 1. Asas kekeluargaan; 2. Asas kepastian hukum; 3. Asas kepatuhan; 4. Asas saling percaya dan konsistensi; 5. Asas tidak menyalahgunakan wewenang; 6. Asas keadilan dan pengharapan yang wajar; 7. Asas kebijaksanaan dan kepatutan; 8. Asas kesetaraan; 9. Asas itikad baik. Pasal 3 Ruang Lingkup (1) Pengusaha dan Serikat Pekerja mengakui bahwa PKB terbatas pada hal-hal yang diatur dalam pasal-pasal PKB dengan tetap memperhatikan segala hak Para Pihak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal 4

5 (2) PKB dibuat antara Pengusaha dengan Serikat Pekerja, mengatur hubungan kerja, syarat kerja, norma perlindungan, tata tertib Perusahaan dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan ketenagakerjaan. (3) PKB mengikat dan berlaku bagi Pengusaha, Serikat Pekerja, dan Pekerja/Pegawai. (4) Pengusaha, Serikat Pekerja dan Pekerja/Pegawai wajib mentaati/menjalankan isi dari PKB dengan sebaik-baiknya dan berhak menegur pihak lainnya apabila tidak mengindahkan isi dari PKB. Pasal 4 Tujuan dan Fungsi PKB (1) Menciptakan kondisi seoptimal mungkin agar kelancaran kegiatan operasional Perusahaan dilaksanakan dengan tata cara yang efektif dan efisien demi kemajuan Perusahaan dan Kesejahteraan Pekerja/Pegawai berdasarkan waktu, syarat dan suasana kerja yang baik serta pemberian Upah/Gaji maupun Tunjangan yang pantas sesuai taraf hidup yang layak bagi kehidupan Pekerja/Pegawai dan keluarganya. (2) Melaksanakan sepenuhnya ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang bidang Ketenagakerjaan dan peraturan perundangan-undangan lainnya. (3) Membangun hubungan kerja dalam Perusahaan dengan menjaga keharmonisan, ketenangan, ketentraman dan ketertiban berdasarkan Hubungan Industrial. (4) Menerapkan dan mendudukkan pada porsinya segala peraturan, hak-hak dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dipenuhi oleh Pengusaha, Serikat Pekerja dan Pekerja/Pegawai. (5) Merupakan pedoman untuk menyelesaikan setiap perselisihan/perbedaan pendapat menyangkut Hubungan Industrial antara Pengusaha, Serikat Pekerja dan Pekerja/Pegawai. BAB II JAMINAN PARA PIHAK Pasal 5 Jaminan Bagi Pengusaha (1) Serikat Pekerja mengakui bahwa Pengusaha berhak untuk mengelola dan menjalankan usahanya sesuai dengan garis kebijakan Perusahaan, sepanjang tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, PKB dan ketentuan internal perusahaan (2) Serikat Pekerja menjamin pelaksanaan hak dasar Anggota sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Serikat Pekerja dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab senantiasa membantu Perusahaan mengoptimalkan kinerja Pekerja/Pegawai untuk menunjang keberhasilan Perusahaan mencapai tujuannya dan menjaga kelangsungan usaha dan kelancaran operasional Perusahaan. (4) Serikat Pekerja berkomitmen dalam memilih pengurus Serikat Pekerja adalah Pekerja/Pegawai yang memiliki karakter baik dan menunjukkan kinerja yang baik di Perusahaan, sehingga dapat menjadi teladan yang baik. Hal 5

6 Pasal 6 Jaminan Bagi Serikat Pekerja (1) Pengusaha wajib memperlakukan setiap pengurus Serikat Pekerja sebagai Pekerja/Pegawai dalam hak dan kewajibannya. Pengusaha dilarang melakukan tekanan-tekanan antara lain berupa intimidasi, teror, diskriminasi, mutasi terhadap setiap pengurus Serikat Pekerja sehubungan dengan keterlibatannya dalam fungsi tersebut. (2) Pengusaha secara sukarela memberikan bantuan finansial maupun non finansial kepada Serikat Pekerja dalam melaksanakan aktifitasnya yang sebelumnya telah diajukan oleh SP dan menurut pertimbangan pengusaha dapat diberikan. (3) Pengusaha memberikan ijin meninggalkan Pekerjaan pada waktu tertentu bagi pengurus Serikat Pekerja untuk hal-hal: a. Menghadiri pertemuan/rapat, seminar, konferensi, kongres, munas atau latihanlatihan/kursus yang berhubungan dengan ketenagakerjaan maupun organisasi Serikat Pekerja, baik di dalam maupun di luar negeri. b. Memenuhi panggilan dari Badan Pemerintah atau Instansi terkait dengan bidang ketenagakerjaan atau demi kepentingan negara serta tugas-tugas dan kewajiban lainnya yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Mengikuti suatu kegiatan yang berkaitan dengan Serikat Pekerja dengan keseluruhan jumlah ijin dalam 1 (satu) tahun paling banyak 15 hari kerja untuk keseluruhan kegiatan yang diikuti. (4) Pengusaha mengakui bahwa Serikat Pekerja merupakan wakil yang sah bagi Anggota baik secara perorangan maupun kolektif dalam bidang ketenagakerjaan. (5) Pengusaha memusyawarahkan dengan Serikat Pekerja dalam menetapkan kebijakan di bidang kepegawaian yang berkaitan dengan syarat kerja dan kesejahteraan Pekerja/Pegawai. BAB III BENTURAN KEPENTINGAN Pasal 7 Benturan Kepentingan (1) Dalam rangka menghindarkan benturan kepentingan, Pekerja/Pegawai yang menduduki jabatan tertentu dan atau tugas dan fungsinya dapat menimbulkan pertentangan kepentingan Pengusaha dan Serikat Pekerja atau karena jabatannya mewakili kepentingan Pengusaha tidak dapat menjadi pengurus Serikat Pekerja. (2) Pekerja/Pegawai sebagaimana dalam Ayat (1) tersebut di atas adalah Pekerja/Pegawai yang menduduki jabatan Pemimpin yang membidangi fungsi sumber daya manusia, pengawasan internal, kepatuhan, jaringan distribusi, keuangan, dan sekretaris perusahaan. (3) Dalam hal Pekerja/Pegawai telah menjadi pengurus Serikat Pekerja, yang selanjutnya menduduki jabatan karena mutasi dan memenuhi kriteria pada Ayat (2) di atas maka Pekerja/Pegawai yang bersangkutan masih dapat menjabat sebagai pengurus Serikat Hal 6

7 Pekerja sampai berakhirnya periode kepengurusan Serikat Pekerja yang bersangkutan. (4) Untuk pertama kalinya, pengurus Serikat Pekerja yang saat ini memenuhi kriteria Ayat (2) di atas masih dapat menjabat sebagai pengurus Serikat Pekerja sampai berakhirnya periode kepengurusan Serikat Pekerja yang bersangkutan. (1) Hak Pekerja/Pegawai: BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 8 Hak dan Kewajiban Pekerja/Pegawai a. Pekerja/Pegawai berhak atas Upah/Gaji sebagai imbalan atas Pekerjaan yang dilakukannya. b. Pekerja/Pegawai berhak atas Upah lembur untuk kelebihan Jam Kerja dari waktu yang ditetapkan dalam PKB dengan mendasarkan kepada ketentuan yang berlaku dibidang ketenagakerjaan. c. Pekerja/Pegawai berhak memperoleh cuti. d. Pekerja/Pegawai berhak memperoleh penggantian biaya kesehatan sesuai dengan PKB. e. Pekerja/Pegawai berhak mengemukakan pendapat, usul dan saran yang baik demi membangun perbaikan kinerja khususnya dan kemajuan Perusahaan pada umumnya. f. Pekerja/Pegawai berhak untuk mengajukan pengakhiran hubungan kerja sesuai dengan PKB. g. Pekerja/Pegawai berhak Pensiun sesuai ketentuan yang berlaku. h. Pekerja/Pegawai berhak untuk memperoleh informasi tentang kebijakan Perusahaan dalam hal Kepegawaian. i. Pekerja/Pegawai untuk jabatan non pimpinan berhak mengajukan mutasi atas permintaan sendiri 1 (satu) kali selama masa kerjanya. j. Pekerja/Pegawai berhak mengajukan tuntutan hak apabila Pengusaha melanggar kesepakatan sebagaimana yang tertuang dalam PKB sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. k. Pekerja/Pegawai berhak untuk memperoleh perlindungan atas : k.1. keselamatan dan kesehatan kerja; k.2. moral dan kesusilaan; dan k.3. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. (2) Kewajiban Pekerja/Pegawai: a. Pekerja/Pegawai wajib berperilaku dan bertindak sesuai Visi, Misi, Budaya Kerja Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Prinsip 46, Code of Conduct dan Good Corporate Governance. b. Pekerja/Pegawai wajib menjaga nama baik Perusahaan. Hal 7

8 c. Pekerja/Pegawai wajib mentaati PKB, tata tertib dan segala bentuk peraturan yang berlaku di lingkungan Perusahaan. d. Pekerja/Pegawai wajib melaksanakan semua tugas/perintah dan Pekerjaan yang diberikan oleh Pimpinan Perusahaan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggung jawab sepanjang sesuai dengan ketentuan Perusahaan yang berlaku. Dalam hal Pimpinan Perusahaan memberikan tugas/perintah yang bertentangan dengan ketentuan Perusahaan maka Pekerja/Pegawai wajib menolak perintah/tugas tersebut dan pada hari yang sama penolakan tersebut dilaporkan secara tertulis kepada atasan Pimpinan Perusahaan dengan tembusan Quality Assurance Unit yang bersangkutan atau melalui sarana yang tersedia di Perusahaan. e. Dalam hal tugas/perintah Pimpinan Perusahaan sebagaimana huruf d di atas tidak dapat diketahui secara jelas bertentangan dengan ketentuan Perusahaan maka Pekerja/Pegawai dapat melaksanakan tugas/perintah tersebut. Pelaksanaan tugas/perintah tersebut dilaporkan dituangkan dalam formulir dan pada hari yang sama Pekerja/Pegawai melaporkan secara tertulis kepada atasan Pimpinan Perusahaan dengan tembusan Quality Assurance Unit yang bersangkutan atau melalui sarana yang tersedia di Perusahaan. f. Pekerja/Pegawai wajib bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Perusahaan. g. Pekerja/Pegawai wajib menciptakan dan memelihara suasana kerja dan lingkungan kerja yang mendorong produktivitas dan harmonis. h. Pekerja/Pegawai wajib saling menghormati dengan sesama Pekerja/Pegawai. i. Pekerja/Pegawai wajib menjaga kesopanan serta norma kesusilaan dan norma pergaulan yang baik dalam lingkungan Perusahaan. j. Pekerja/Pegawai wajib memberikan contoh dan teladan yang baik di lingkungan kerja. (1) Hak Pengusaha: Pasal 9 Hak dan Kewajiban Pengusaha a. Memberikan Pekerjaan atau perintah yang layak kepada Pekerja/Pegawai selama waktu kerja. b. Menugaskan Pekerja/Pegawai untuk bekerja lembur/shift dengan memperhatikan Pasal 25 PKB. c. Menetapkan peraturan di lingkungan Perusahaan termasuk tata tertib. d. Menempatkan Pekerja/Pegawai di unit kerja manapun di Perusahaan sesuai dengan kebutuhan Perusahaan. e. Memberikan pembinaan dan sanksi administratif kepada Pekerja/Pegawai yang melanggar peraturan di lingkungan Perusahaan termasuk tata tertib yang diatur dalam PKB. f. Memutuskan hubungan kerja dengan memperhatikan PKB dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal 8

9 g. Menetapkan anggaran dan sasaran kerja Perusahaan. (2) Kewajiban Pengusaha: a. Memberikan Upah/Gaji, Upah Lembur dan fasilitas-fasilitas lain kepada Pekerja/Pegawai sesuai PKB yang disesuaikan dengan kemampuan Perusahaan serta perundang-undangan yang berlaku. b. Memenuhi/memberikan hak-hak Pekerja/Pegawai sesuai PKB maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Memperhatikan, memelihara keselamatan dan kesehatan kerja Pekerja/Pegawai serta mengupayakan terbentuknya ruangan kerja yang bebas asap rokok. d. Mentaati perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. e. Menampung, memperhatikan dan semaksimal mungkin memenuhi aspirasi Pekerja/Pegawai yang disesuaikan dengan kemampuan Perusahaan. f. Memberikan perlindungan hukum kepada Pekerja/Pegawai yang mengalami permasalahan hukum dalam rangka menjalankan tugas untuk kepentingan Perusahaan yang diatur dalam ketentuan Perusahaan. g. Mengupayakan terciptanya hubungan industrial yang harmonis. h. Memberikan perlindungan kepada Pekerja/Pegawai yang melaporkan adanya indikasi/dugaan perbuatan pelanggaran dengan ketentuan: h.1 Pelaporan dilakukan dengan itikad baik dan disertai identitas pelapor. h.2 Disampaikan sesuai sarana yang tersedia di Perusahaan. (1) Hak Serikat Pekerja Pasal 10 Hak dan Kewajiban Serikat Pekerja a. Mengajukan inisiatif pembuatan maupun perubahan PKB kepada Pengusaha; b. Mewakili Anggota dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial; c. Mewakili Anggota dalam lembaga ketenagakerjaan; d. Memberikan bimbingan kepada para Anggota; e. Melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan fungsinya sebagai Serikat Pekerja namun tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku; f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pengusaha mengenai syarat-syarat kerja; g. Menyampaikan aspirasi Anggota kepada Pengusaha. (2) Kewajiban Serikat Pekerja a. Melindungi dan membela kepentingan Anggota dari pelanggaran hak-haknya dan memperjuangkan kepentingannya; b. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan Anggota dan keluarganya; Hal 9

10 c. Mengupayakan terciptanya hubungan industrial yang harmonis; d. Melaporkan setiap terjadinya perubahan/penggantian pengurus kepada Pengusaha. e. Melakukan pembinaan kepada Anggotanya untuk senantiasa mengoptimalkan kinerja di Perusahaan. BAB V HUBUNGAN KERJA Pasal 11 Status Pekerja/Pegawai Status Pekerja/Pegawai terdiri dari: a. Pekerja/Pegawai Tetap; dan b. Pekerja/Pegawai Tidak Tetap. Pasal 12 Penerimaan 1. Persyaratan umum penerimaan Pekerja/Pegawai di Perusahaan a. WNI atau WNA pemegang visa dengan maksud bekerja di Indonesia. b. Berusia minimal 18 tahun. c. Berbadan dan berjiwa sehat. d. Berkelakuan baik. e. Lulus seleksi yang diadakan oleh Perusahaan. f. Bersedia menandatangani surat perjanjian kerja. g. Bersedia mematuhi setiap peraturan/tata tertib yg berlaku di dalam Perusahaan. 2. Penerimaan Pekerja/Pegawai adalah hak dan wewenang Pengusaha, yang dalam pelaksanaannya: a. Memperhatikan kepentingan Perusahaan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta Pedoman Kepegawaian. b. Penerimaan Pekerja/Pegawai baru melalui jalur rekrutmen tenaga berpengalaman dengan syarat mengacu pada Competency Profile yang ditentukan oleh Pengusaha, dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan atau pengembangan bisnis. c. Perusahaan memprioritaskan Pekerja/Pegawai untuk mengisi jabatan yang lowong sesuai dengan persyaratan dan kualifikasi yang dibutuhkan Perusahaan. Hal 10

11 Pasal 13 Penempatan dan Pengembangan Karir Pekerja/Pegawai (1) Pengusaha mengelola sumber daya manusia antara lain dengan menerapkan sistem/pola pengembangan Pekerja/Pegawai yang didasarkan pada jenjang jabatan yang berbasis kompetensi dengan mengacu pada prinsip persamaan hak, asas keadilan dan asas transparansi untuk semua grade posisi Pekerja/Pegawai. (2) Untuk kepentingan jalannya usaha atau guna meningkatkan kinerja atau pengembangan karir Pekerja/Pegawai, Pengusaha berhak menempatkan dan memutasikan Pekerja/Pegawai dari satu posisi ke posisi lain. (3) Pengusaha memberikan pertimbangan khusus terhadap permohonan mutasi yang diajukan oleh pekerja yang sudah 3 (tiga) tahun terus menerus menduduki suatu posisi tertentu ke posisi lain sesuai dengan ketersediaan posisi yang kosong, persyaratan jabatan dan kelancaran operasional Perusahaan. (4) Mutasi dilaksanakan pada kesempatan pertama. Dalam hal terdapat kesepakatan antara Pengusaha dan Pekerja/Pegawai maka mutasi dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan kalender sejak surat keputusan mutasi diterima oleh Pekerja/Pegawai. (5) Pelaksanaan mutasi dilakukan dengan memperhatikan prestasi kerja, kecakapan, disiplin, konduite dan keahlian/kemampuan Pekerja/Pegawai, masa kerja, jangka waktu serta kebutuhan dan kepentingan Perusahaan yang dilakukan secara obyektif dan tidak diperkenankan adanya penyimpangan atas sistem yang ada. (6) Pemimpin Unit dilarang menahan mutasi Pekerja/Pegawai yang sudah menerima surat keputusan mutasi. (7) Bila Pekerja/Pegawai dipindahkan atau dimutasikan atas kebutuhan Perusahaan dari satu daerah ke daerah lain tetap memperhatikan kesejahteraan dan fasilitas. (8) Ketentuan penempatan dan pengembangan karir Pekerja/Pegawai diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. Pasal 14 Penilaian Kinerja Pekerja/Pegawai (1) Pekerja/Pegawai berhak atas penilaian prestasi kerja secara periodik. (2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud Ayat (1) digunakan antara lain: a. Bagi Pekerja/Pegawai Tetap untuk melakukan penyesuaian Upah/Gaji, pemberian reward, rencana penempatan dan/atau pengembangan, serta pengakhiran hubungan kerja Pekerja/Pegawai. b. Bagi Pekerja/Pegawai Tidak Tetap untuk menentukan dapat tidaknya diangkat sebagai Pekerja/Pegawai Tetap atau untuk menentukan perpanjangan/pembaharuan atau pengakhiran hubungan kerja, sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku. (3) Pengusaha wajib melaksanakan penilaian secara transparan dan obyektif serta dikomunikasikan dengan Pekerja/Pegawai. Hal 11

12 Pasal 15 Masa Kerja (1) Masa kerja dihitung sejak diterima sebagai Pekerja/Pegawai di Perusahaan. (2) Masa Kerja dihitung dengan formula sebagai berikut : Hal 12

13 Pasal 18 Beasiswa (1) Perusahaan menyelenggarakan program Beasiswa kepada Pekerja/Pegawai yang memenuhi syarat untuk meraih pendidikan formal/profesi tertentu dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan Perusahaan. (2) Beasiswa dapat dibiayai oleh Perusahaan dan/atau Pihak Ketiga. (3) Bagi Pekerja/Pegawai yang menerima program Beasiswa wajib menjalani Masa Ikatan Dinas. (4) Ketentuan pelaksanaan mengikuti program Beasiswa diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. BAB VI TATA TERTIB Pasal 19 Tata Tertib Tata Tertib Pekerja/Pegawai diatur sebagai berikut : a. Wajib mengenakan TPP, Pakaian Kerja yang sesuai dengan etika kesopanan, kerapian dan mengenakan atribut-atribut lainnya sesuai ketentuan yang ditetapkan perusahaan. b. Wajib mengikuti upacara bendera. c. Wajib mematuhi ketentuan waktu kerja dan ketentuan dispensasi ketidakhadiran di kantor. Pasal 20 Waktu Kerja (1) Hari kerja Perusahaan adalah 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu, kecuali bagi Pekerja/Pegawai tertentu yang karena sifat Pekerjaannya ditetapkan lain oleh Pengusaha dengan lama jam kerja tetap mengacu pada Ayat (2) pasal ini. (2) Waktu kerja Perusahaan pada hari kerja paling lama sebagai berikut: a. Waktu kerja siang hari: 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. b. Waktu kerja malam hari: 7 (tujuh) jam dalam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam dalam 1 (satu) minggu. (3) Waktu istirahat Pekerja/Pegawai adalah sekurang-kurangnya setengah jam dan selama-lamanya 1 (satu) jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Untuk posisi tertentu pengaturan pelaksanaan waktu istirahat diserahkan kepada pemimpin unit organisasi. (4) Unit kerja dapat memberlakukan waktu kerja secara bergilir termasuk dalam hari libur resmi/hari raya sesuai dengan kepentingan masing-masing unit kerja. Hal 13

14 (5) Segala kegiatan yang dilaksanakan di luar waktu kerja dan diluar kerja lembur, dilaksanakan secara musyawarah dengan Pekerja/Pegawai yang bersangkutan dan/atau Serikat Pekerja. (6) Setiap Pekerja/Pegawai wajib mencatatkan kehadirannya (waktu datang dan pulang) dengan menggunakan alat pencatat yang telah disediakan Pengusaha, dalam hal karena pertimbangan tertentu, pekerja/pegawai tidak dapat mencatatkan kehadirannya di unit kerja, wajib memberitahukan kepada atasannya. (7) Pencatatan kehadiran melalui alat pencatat yang tersedia, harus dilakukan sendiri oleh Pekerja/Pegawai. Setiap tindakan membuat data kehadiran seolah-olah benar baik dilakukan sendiri maupun dibantu oleh rekan dari Pekerja/Pegawai, maka kepada para Pekerja/Pegawai tersebut dikenakan sanksi administratif. (8) Pekerja/Pegawai yang datang terlambat dan tidak mencatatkan kehadirannya dianggap mangkir. (9) Pekerja/Pegawai yang hendak meninggalkan Pekerjaan pada Jam Kerja karena sesuatu keperluan, wajib mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Atasan Langsung pada unit yang bersangkutan. (10) Pekerja/Pegawai yang meninggalkan tugas/kantor tanpa ijin dari Atasan Langsung, maka atas pertimbangan tertentu dalam bentuk tertulis, atasan dapat mengubah status kehadirannya menjadi mangkir dan diinformasikan secara tertulis kepada Pekerja/Pegawai yang bersangkutan. (11) Pekerja/Pegawai yang tidak masuk kerja dengan alasan sakit sebanyak 2 (dua) hari berturut-turut wajib menyerahkan surat keterangan sakit dari dokter pada hari pertama kehadirannya. (12) Pekerja/Pegawai yang tidak masuk kerja karena sakit semata-mata berdasarkan surat keterangan istirahat dokter (tanpa didahului rawat inap) selama 10 (sepuluh) hari berturut-turut dalam 1 bulan atau lebih dari 22 (dua puluh dua) hari kerja dalam 1 (satu) tahun maka Pengusaha dapat memerintahkan Pekerja/Pegawai untuk memeriksakan kesehatannya pada dokter yang ditunjuk dan atas beban Perusahaan, dan Pekerja/Pegawai wajib memenuhi perintah Perusahaan untuk memeriksakan kesehatan pada dokter yang ditunjuk Perusahaan. (13) Pekerja/Pegawai yang tidak masuk kerja oleh karena alasan yang sah, pada hari itu juga wajib menginformasikan ketidakhadirannya kepada Atasan Langsung. BAB VII PENGHASILAN Pasal 21 Sistem Penggajian (1) Sistem Penggajian kepada Pekerja/Pegawai ditetapkan berdasarkan Upah/Gaji bulanan yang disebut Total Cash (2) Kebijakan umum sistem penggajian yang diterapkan di Perusahaan menggunakan sistem range, bersifat clean wages dengan menganut asas pay for position and performance dan asas no work no pay (3) Besarnya Total Cash yang diterima Pekerja/Pegawai ditetapkan berdasarkan: a. Status Kepegawaian Hal 14

15 b. Posisi yang dijabat c. Hasil Evaluasi Jabatan d. Prestasi dan Kinerja e. Indeks Konjungtur (4) Pengusaha membuat dan memelihara Data Upah/Gaji Pekerja/Pegawai. (5) Perusahaan akan melakukan peninjauan range gaji Pekerja/Pegawai paling lambat 2 (dua) tahun Pasal 22 Upah/Gaji Bagi Pekerja/Pegawai Yang Ditahan Pihak Berwajib, Mangkir, Penugasan Negara atau Ditempatkan di Luar Perusahaan (1) Pekerja/Pegawai yang ditahan oleh pihak berwajib yang terkait dengan pelaksanaan tugas kedinasan, dan Pekerja/Pegawai tersebut memperoleh perlindungan hukum berdasarkan Surat Keputusan Perlindungan Hukum, mendapat upah/gaji dan fasilitas sebagaimana Pekerja/Pegawai aktif. (2) Pekerja/Pegawai yang ditahan oleh pihak berwajib karena diduga melakukan tindak pidana yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud Ayat (1), maka Pengusaha tidak wajib membayar Upah/Gaji tetapi wajib memberikan bantuan kepada Keluarga Pekerja/Pegawai dengan perhitungan sebagai berikut: a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25% (dua puluh lima perseratus) dari Upah/Gaji; b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35% (tiga puluh lima perseratus) dari Upah/Gaji: c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45% (empat puluh lima perseratus) dari Upah/Gaji; d. Untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih : 50% (lima puluh perseratus) dari Upah/Gaji. (3) Pekerja/Pegawai yang tidak masuk kerja tanpa keterangan (mangkir) diberikan Upah/Gaji sebesar proporsional berdasarkan jumlah kehadiran pada hari kerja. (4) Pekerja/Pegawai yang mendapatkan Penugasan Negara : a. Perusahaan wajib membayar upah/gaji Pekerja/Pegawai apabila dalam menjalankan kewajiban negara pegawai tidak mendapat upah/gaji atau tunjangan lainnya dari negara; b. Perusahaan wajib membayar selisih upah/gaji Pekerja/Pegawai apabila jumlah imbalan yang diperolehnya selama menjalankan kewajiban negara kurang dari yang biasanya diterima dari Perusahaan; c. Perusahaan tidak wajib membayar upah Pekerja/Pegawai, apabila dalam menjalankan kewajiban negara tersebut Pekerja/Pegawai menerima imbalan dan tunjangan lainnya yang besarnya sama atau lebih dari upah/gaji yang biasa diterima dari Perusahaan. (5) Pekerja/Pegawai yang ditempatkan/ ditugaskan oleh Perusahaan pada perusahaan lain: a. Perusahaan wajib membayar upah/gaji dan fasilitas/tunjangan Pekerja/Pegawai apabila dalam melaksanakan pekerjaan, Pekerja/Pegawai tidak mendapat upah/gaji atau fasilitas/tunjangan lainnya dari perusahaan tersebut ; Hal 15

16 b. Perusahaan wajib membayar selisih upah/gaji atau fasilitas/tunjangan Pekerja/Pegawai apabila jumlah upah/gaji atau fasilitas/tunjangan yang diperoleh pada perusahaan tersebut kurang dari yang biasanya diterima dari Perusahaan; c. Perusahaan tidak wajib membayar upah Pekerja/Pegawai, apabila jumlah upah/gaji atau fasilitas/tunjangan yang diperoleh pada perusahaan tersebut besarnya sama atau lebih dari upah/gaji atau fasilitas/tunjangan yang biasa diterima dari Perusahaan. (6) Ketentuan pelaksanaan Upah/Gaji dan fasilitas Pekerja/Pegawai yang ditahan pihak berwajib, Pekerja/Pegawai mangkir, penugasan ke perusahaan lain, dan Penugasan Negara diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. Pasal 23 Penyesuaian Upah/Gaji (1) Pengusaha wajib meninjau dan menyesuaikan Upah/Gaji setiap setahun sekali selambat-lambatnya bulan Maret dan diberlakukan sejak bulan Januari tahun yang bersangkutan. (2) Penyesuaian Upah/Gaji Pekerja/Pegawai sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mempertimbangkan: a. Hasil survey penggajian pada industri perbankan nasional termasuk harga kebutuhan hidup. b. Kemampuan Perusahaan. c. Prestasi dan Kinerja individu Pekerja/Pegawai. d. Posisi Upah/Gaji Pekerja/Pegawai dalam range Gaji sesuai dengan grade. (3) Penyesuaian Upah/Gaji sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2), dirumuskan secara bersama-sama melalui Tim Remunerasi yang beranggotakan perwakilan Pengusaha dan perwakilan Serikat Pekerja. Pasal 24 Tunjangan Hari Raya Keagamaan (1) Pengusaha wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan masing - masing agama yang dianut oleh Pekerja/Pegawai kepada seluruh Pekerja/Pegawai yang besarnya ditetapkan sebagai berikut: a. Pekerja/Pegawai yang masa kerjanya 12 (dua belas) bulan atau lebih secara terus menerus, diberikan THR paling sedikit 1,5 (satu setengah) kali Total Cash. b. Pekerja/Pegawai yang bermasa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih tapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, diberikan secara proporsional dengan perhitungan: Jumlah bulan masa kerja x tarif THR 12 paling sedikit 1,5 (satu setengah) kali Total Cash. c. Masa kerja Pekerja/Pegawai dihitung mulai dari tanggal bekerja di Perusahaan sampai dengan tanggal hari pertama Hari Raya Keagamaan masing-masing agama yang dianut oleh Pekerja/Pegawai pada tahun yang bersangkutan. Hal 16

17 (2) THR diberikan kepada seluruh Pekerja/Pegawai yang pembayarannya dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sebelum Hari Raya Keagamaan masingmasing agama yang dianut oleh Pekerja/Pegawai. (3) Bagi Pekerja/Pegawai yang melaksanakan Cuti Diluar Tanggungan maka THR diberikan secara proporsional. (4) Prosedur pelaksanaan pembayaran THR diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. BAB VIII LEMBUR Pasal 25 Upah Lembur (1) Pada dasarnya lembur bukan merupakan kewajiban, tetapi merupakan kesepakatan antara Pekerja/Pegawai dan Pimpinan Perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak dapat ditunda. (2) Pelaksanaan jam lembur dan perhitungan kerja lembur mengacu pada ketentuan perundang undangan di bidang ketenagakerjaan. (3) Perusahaan wajib membayar upah lembur kepada Pekerja/Pegawai sesuai dengan pelaksanaan Kerja Lembur. (4) Prosedur dan syarat-syarat pelaksanaan lembur serta perhitungan upah lembur diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. BAB IX REWARD Pasal 26 Reward (1) Pemberian reward merupakan penghargaan Perusahaan atas kinerja dan prestasi Pekerja/Pegawai yang bentuk dan besarnya disesuaikan dengan kemampuan dan strategi remunerasi Perusahaan. (2) Jenis reward sebagaimana dimaksud Ayat (1), antara lain berupa Jasa Produksi, Insentif atau penghargaan lainnya. (3) Dalam hal Perusahaan memperoleh laba maka Pengusaha memberikan jasa produksi kepada Pekerja/Pegawai yang dibayarkan paling lambat satu bulan setelah publikasi laporan keuangan tahunan. (4) Ketentuan pelaksanaan dan pembayaran reward disesuaikan dengan masing-masing jenis reward dan diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. Hal 17

18 BAB X FASILITAS KESEJAHTERAAN Pasal 27 Cuti Tahunan (1) Pekerja/Pegawai diberikan hak cuti tahunan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jenjang jabatan Manajer ke atas mendapatkan hak cuti 18 hari kerja. b. Jenjang jabatan Asisten Manajer ke bawah: b.1. Masa kerja lebih dari 10 (sepuluh) tahun, mendapatkan hak cuti 18 (delapan belas) hari kerja b.2. Masa kerja lebih dari 5 (lima) tahun s/d 10 (sepuluh) tahun, mendapatkan hak cuti 15 (lima belas) hari kerja b.3. Masa kerja s/d 5 (lima) tahun, mendapatkan hak cuti 12 (dua belas) hari kerja (2) Pekerja/Pegawai yang baru diangkat sebagai Pekerja/Pegawai tetap, cuti tahunan pertama kali diberikan setelah masa kerja paling sedikit 6 (enam) bulan terus menerus sejak tanggal pengangkatan dan diberikan secara proporsional. (3) Pekerja/Pegawai yang berhenti bekerja, pemberian hari cuti dan ongkos perjalanan cuti tahunannya diberikan secara proporsional. (4) Pekerja/Pegawai yang menjalani Cuti Tahunan diberikan Ongkos Perjalanan Cuti Tahunan sebesar 1 (satu) kali Total Cash. (5) Memperhatikan kepentingan Pengusaha atau kepentingan Pekerja/Pegawai, cuti tahunan dapat dilaksanakan dalam beberapa bagian, salah satu bagiannya paling sedikit selama 3 (tiga) hari kerja. (6) Apabila hari libur yang ditetapkan Pemerintah dan hari libur yang diakui oleh Perusahaan jatuh pada masa cuti Pekerja/Pegawai, maka hari tersebut tidak dihitung sebagai bagian dari cuti Pekerja/Pegawai. (7) Hak cuti tahunan harus dilaksanakan dalam tahun yang bersangkutan, apabila dipandang perlu dapat dilakukan penangguhan maksimal 6 (enam) bulan sejak berakhirnya periode cuti. (8) Bagi Pekerja/Pegawai yang ditempatkan di luar Home Base atau kota kelahiran, mendapatkan tambahan waktu/hari di luar hak cutinya apabila yang bersangkutan melaksanakan cuti dan dipergunakan untuk kembali ke Home Base atau ke kota kelahiran, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Tambahan waktu/hari dihitung berdasarkan lama perjalanan yang ditempuh paling banyak 6 (enam) hari kalender untuk pergi dan kembali ke tempat tugas. b. Diberikan 1 (satu) kali setiap tahun cuti c. Jenjang jabatan AVP kebawah. d. Waktu tempuh perjalanan lebih dari 24 (dua puluh empat) jam perjalanan darat ataupun laut. (9) Ketentuan pelaksanaan cuti tahunan diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. Hal 18

19 Pasal 28 Cuti Besar (1) Pekerja/Pegawai tetap yang mempunyai masa kerja 5 (lima) tahun berturut-turut berhak atas cuti besar selama 1 (satu) bulan kalender apabila diambil sekaligus, atau 22 (dua puluh dua) hari kerja apabila diambil secara parsial. (2) Pekerja/Pegawai yang menjalani cuti besar diberikan Ongkos Perjalanan Cuti sebesar 3 (tiga) kali Total Cash. (3) Memperhatikan kepentingan Pengusaha atau kepentingan Pekerja/Pegawai, cuti besar dapat dilaksanakan dalam beberapa bagian, salah satu bagiannya adalah selama 5 (lima) hari kerja. (4) Ketentuan mengenai cuti besar dan perhitungan masa kerja Pekerja/Pegawai untuk keperluan penghitungan hak cuti besar diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. Pasal 29 Cuti Haid, Melahirkan dan Keguguran (1) Pekerja/Pegawai wanita yang menderita sakit saat haid tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid, serta kepada Pekerja/Pegawai yang bersangkutan dapat diberikan cuti haid dan harus dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter. (2) Pekerja/Pegawai wanita yang melahirkan berhak memperoleh cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan kalender dengan tetap menerima Upah/Gaji dan pelaksanaannya diambil 1½ (satu setengah) bulan sebelum dan 1½ (satu setengah) bulan setelah melahirkan sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan/bidan yang diajukan oleh pegawai/pekerja. (3) Cuti melahirkan tidak mengurangi hak cuti tahunan dan cuti besar. (4) Pekerja/Pegawai wanita yang hamil dan mengalami keguguran yang tidak disengaja dan/atau menggugurkan dengan alasan medis, mendapatkan cuti sesuai dengan surat keterangan dari dokter kandungan/bidan yang merawat, selama 1½ (satu setengah) bulan kalender setelah mengalami keguguran/pengguguran atau sesuai dengan surat keterangan dari dokter kandungan/bidan yang merawat dengan tetap menerima Upah/Gaji. Pasal 30 Cuti di Luar Tanggungan (1) Cuti diluar tanggungan Perusahaan adalah ijin meninggalkan Pekerjaan dalam waktu relatif lama hanya untuk keperluan kesehatan keluarga Pekerja/Pegawai tanpa mendapat Upah/Gaji dan fasilitas lainnya. (2) Permohonan cuti diluar tanggungan wajib diajukan paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sebelumnya untuk mendapat persetujuan dari Pengusaha. (3) Jangka waktu cuti di luar tanggungan Perusahaan pada Ayat (1), tidak boleh melebihi 3 (tiga) bulan dan hanya dapat diambil 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun. Hal 19

20 (4) Ketentuan dan prosedur pelaksanaan cuti diluar tanggungan diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian Pasal 31 Menunaikan/Menjalankan Kewajiban Beragama (1) Pengusaha wajib memberikan waktu yang secukupnya kepada Pekerja/Pegawai untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agama atau kepercayaannya masing-masing. (2) Atas permohonan Pekerja/Pegawai, Pengusaha memberikan ijin untuk melaksanakan perjalanan suci umat beragama yang diwajibkan oleh ajaran agamanya dan diberikan 1 (satu) kali selama bekerja di Perusahaan dalam waktu yang diperlukan tanpa mengurangi hak-hak Pekerja/Pegawai. (3) Ketentuan pelaksanaan perjalanan suci umat beragama diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. Pasal 32 Istirahat Sakit (1) Istirahat sakit berkepanjangan dapat diberikan kepada Pekerja/Pegawai berdasarkan rekomendasi dokter yang menyatakan bahwa karena sakitnya Pekerja/Pegawai tidak dapat menjalankan Pekerjaan dan membutuhkan perawatan/penyembuhan dalam waktu lama disertai dengan medical record, dengan kondisi: a. Sakit menahun atau berkepanjangan sehingga tidak dapat menjalankan pekerjaannya secara terus menerus; b. Setelah sakit lama kemudian masuk bekerja kembali tetapi tidak lebih dari 4 (empat) minggu kemudian sakit kembali. (2) Pekerja/Pegawai yang menjalani istirahat sakit dinyatakan berakhir apabila hadir dan aktif di Perusahaan paling sedikit selama 4 (empat) minggu berturut-turut serta ybs. bekerja sesuai dengan kinerja sebagaimana mestinya (full day job). (3) Bagi Pekerja/Pegawai yang diberikan istirahat sakit sebagaimana Ayat (1) mendapat Upah/Gaji sebagai berikut: Bulan ke-1 s.d. bulan ke-12 Bulan ke-13 s.d. bulan ke % X Total Cash 75 % X Total Cash (4) Pengusaha berhak untuk meminta second opinion kepada dokter/rumah sakit lain yang ditunjuk Pengusaha terkait istirahat sakit berkepanjangan Pekerja/Pegawai. (5) Ketentuan dan prosedur pelaksanaan istirahat sakit diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kepegawaian. Hal 20

CONTOH SISTEM PERUSAHAAN YANG DIBANGUN OLEH BUDI CAHYADI

CONTOH SISTEM PERUSAHAAN YANG DIBANGUN OLEH BUDI CAHYADI CONTOH SISTEM PERUSAHAAN YANG DIBANGUN OLEH BUDI CAHYADI BANDUNG TAHUN 2012 CONTOH PERATURAN PERUSAHAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Perusahaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e bahwa manusia, sebagai makhluk ciptaan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Karyawan PT Jurnalindo Aksara Grafika, dengan penuh kesadaran, ikhlas serta didorong oleh semangat berkoperasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA UBLINDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

Bab 2 KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK. Strategic Governance Policy. Kebijakan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Bab 2 KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK. Strategic Governance Policy. Kebijakan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bab 2 KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK Kebijakan Strategik Tata Kelola Perusahaan Perum LKBN ANTARA Hal. 7 Bagian Kedua KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK II.1. Kebijakan GCG ANTARA ANTARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) DEWAN KOMISARIS, DIREKSI DAN KOMITE-KOMITE PENUNJANG DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) DEWAN KOMISARIS, DIREKSI DAN KOMITE-KOMITE PENUNJANG DEWAN KOMISARIS PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) DEWAN KOMISARIS, DIREKSI DAN KOMITE-KOMITE PENUNJANG DEWAN KOMISARIS Pedoman dan Tata Tertib Kerja Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa informasi merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER 01 /MBU/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER 01 /MBU/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA NOMOR : PER 01 /MBU/2011 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 28 MEI 2015

RANCANGAN DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 28 MEI 2015 RANCANGAN DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 28 MEI 2015 1. Beberapa ketentuan dalam MENIMBANG diubah dan disesuaikan dengan adanya

Lebih terperinci

PEDOMAN ETIKA DAN PERILAKU CODE OF CONDUCT. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

PEDOMAN ETIKA DAN PERILAKU CODE OF CONDUCT. PT Jasa Marga (Persero) Tbk PEDOMAN ETIKA DAN PERILAKU CODE OF CONDUCT 2011 0 Daftar Isi Bab I. 2 PENDAHULUAN 2 Latar Belakang 2 Landasan Penyusunan Code of Conduct... 3 Visi dan Misi Perusahaan... 3 Tata Nilai Perusahaan... 3 Maksud,

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN (CODE OF CORPORATE GOVERNANCE)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN (CODE OF CORPORATE GOVERNANCE) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN (CODE OF CORPORATE GOVERNANCE) BAB I, PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik/Good Corporate Governance (GCG), tetap memperhatikan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2011 TENTANG TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

infopelni162@pelni.co.id

infopelni162@pelni.co.id PELNI Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Pelayaran Nasional Indonesia TATA LAKSANA KERJA DIREKSI dan DEWAN KOMISARIS [Board Manual] PELNI i PERNYATAAN KOMITMEN BERSAMA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS Perusahaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 TENTANG PENERAPAN PRAKTEK GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN ETIKA USAHA & TATA PERILAKU. Bab Ib I Pendahuluan 1. Latar Belakang

PEDOMAN ETIKA USAHA & TATA PERILAKU. Bab Ib I Pendahuluan 1. Latar Belakang PEDOMAN ETIKA USAHA & TATA PERILAKU Bab Ib I Pendahuluan 1. Latar Belakang Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) merupakan bagian dari pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) PT Sarana

Lebih terperinci

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN U M U M Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBUK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBUK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBUK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa pembangunan bidang ekonomi khususnya

Lebih terperinci

UUD HAM NO. 39 TAHUN 1999 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UUD HAM NO. 39 TAHUN 1999 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 UUD HAM NO. 39 TAHUN 1999 BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci