Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Imunokromatografi Tuberkulosis Dibandingkan dengan Kultur Lowenstein-Jensen
|
|
- Shinta Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 106 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Imunokromatografi Tuberkulosis Dibandingkan dengan Kultur Lowenstein-Jensen Sensitivity and Specifity Immunochromatographic Tuberculosis (ICT Tuberculosis) Compared with Lowenstein-Jensen Culture Della Jannah 1, Indah Rahmawati 1 dan Lantip Rujito 1 ABSTRACT Background: Tuberculosis remains major cause of morbidity and mortality in the world. Approximately one third of the world s population is infected with Mycobacterium tuberculosis, and it is estimated that 8 million new cases occur each year. It is difficult to diagnose TB in early phase because the symptoms are not specific. The gold standard for TB diagnosis is the culture of M. tuberculosis. It can be performed on a variety of specimens. It is much more sensitive than microscopy but requires more qualified personnel and takes a longer time to provide results. One alternative to support tuberculosis diagnosis is immunochromatographic tuberculosis (ICT Tuberculosis) test. The ICT Tuberculosis test is a test based on the detection of immunoglobulin G (IgG) antibodies directed against antigens secreted by Mycobacterium tuberculosis during active infection. Design and Method: This research used diagnostic test with cross sectional approach. Sampling technique used was a consecutive sampling. Sputum and sera from 27 patients suspected of having pulmonary tuberculosis who visit to Klinik Paru RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto were obtained. ICT Tuberculosis test s results were compared with sputum culture. Result: The sensitivity and specificity of the ICT Tuberculosis test were 55,6% and 100%, respectively. Conclusion: The analysis results in this research showed that ICT Tuberculosis test could not be used to diagnosis TB, (Sains Medika, 1 (2) : ). Keywords: culture of M. tuberculosis, diagnostic test, Immunochromatographic tuberculosis ABSTRAK Pendahuluan: Tuberkulosis (TBC) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian di dunia. Sepertiga dari populasi dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, dan diperkirakan 8 juta kasus baru terjadi setiap tahun. Diagnosa TBC pada tahap awal sangat sulit dilakukan karena gejala tidak spesifik. Standard emas untuk diagnosa TBC adalah kultur Mycobacterium tuberculosis pada berbagai spesimen karena jauh lebih sensitif dibandingkan mikroskopis, tetapi memerlukan kualifikasi personil dan waktu yang lebih panjang untuk memberikan hasil. Salah satu alternatif untuk mendukung diagnosa TBC adalah Tes Immunochromatographic TBC (Tuberculosis ICT). Tes ICT berdasar pada deteksi immunoglobulin G (IgG) terhadap antigen yang disekresi oleh Mycobacterium tuberculosis aktif selama infeksi. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan uji diagnostik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Dahak dan serum dari 27 pasien yang diduga memiliki TBC paru diperoleh dari pasien yang datang ke Klinik Paru RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil uji ICT TBC dibandingkan dengan kultur dahak. Hasil Penelitian: Sensitifitas dan spesifisitas dari Uji ICT TBC yang diperoleh adalah 55,6% dan 100%. Kesimpulan: Analisis hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Uji ICT TBC tidak dapat digunakan untuk diagnosa TBC, (Sains Medika, 1 (2) : ). Kata kunci : Immunochromatographic tuberculosis, kultur M. tuberculosis, uji diagnostik 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
2 Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Imunokromatografi Tuberkulosis 107 PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium tuberculosis dan ditandai dengan pembentukan tuberkel serta nekrosis kaseosa pada jaringan (Komala, 1998). Proses terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB Paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dijumpai dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuklei, khususnya yang didapat dari pasien TB Paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam atau BTA (Sudoyo et al., 2006). TB masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Satu dari tiga populasi dunia diperkirakan telah terinfeksi TB dan tujuh sampai delapan juta kasus baru terjadi setiap tahunnya (WHO, 2003). Sebanyak 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia diperkirakan terjadi di negara berkembang. Demikian juga kematian wanita akibat penyakit TB lebih tinggi daripada kematian akibat kehamilan, persalinan, dan nifas. Sekitar 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Orang dewasa diperkirakankan kehilangan sekitar 3-4 bulan waktu kerjanya, sehingga berakibat pada penurunan pendapatan tahunan rumah tangganya sebesar 20-30% jika mereka menderita TB. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak terhadap kehidupan sosial, yaitu penderita TB cenderung dikucilkan masyarakat (Depkes, 2006). Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total penderita TB di dunia (Depkes, 2006). Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1985 dan survei kesehatan nasional 2001, TB Paru menempati peringkat nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahun terjadi kasus baru tuberkulosis, dengan kematian karena tuberkulosis sekitar (Kalma, 2003). Angka penemuan kasus TB Paru mengalami peningkatan hampir setiap tahunnya di Kabupaten Banyumas. Pada tahun 2007, angka penemuan kasus TB Paru meningkat sebesar 4% dari tahun sebelumnya (DKK Banyumas, 2008). Diagnosis TB pada tahap dini cukup sulit dilakukan, karena gambaran klinis yang timbul tidak spesifik. Pemeriksaan gejala klinis yang timbul, pemeriksaan fisik,
3 108 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 radiologis dan pemeriksaan laboratoris, dibutuhkan untuk diagnosis TB. Diagnosis pasti adalah dengan ditemukannya M. tuberculosis pada pemeriksaan biakan dahak atau kultur. Teknik kultur memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, tetapi dibutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh hasilnya, yaitu lebih dari satu minggu. Selain itu, dibutuhkan tenaga yang memiliki keahlian khusus untuk dapat mengerjakannya. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang cepat, sensitif dan spesifik untuk menegakkan diagnosis TB Paru (Kalma, 2003). Salah satu alternatif pemeriksaan penunjang untuk TB Paru adalah pemeriksaan immunochromatographic (ICT), suatu teknik pemeriksaan komponen kekebalan dengan memisahkan campuran zat-zat berdasarkan perbedaan afinitas relatif zat tersebut yang diharapkan tepat guna dan berdaya guna (Kalma, 2003). ICT TB dirancang untuk mendeteksi antibodi terhadap M. tuberculosis. Prosedur ini dapat diselesaikan dalam waktu 20 menit dan tidak memerlukan peralatan serta keterampilan khusus (Ongut et al., 2006). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sensitivitas pemeriksaan ICT pada pasien suspek TB Paru dengan menggunakan whole blood, serum dan plasma masingmasing adalah 83, 65 dan 70%, sedangkan spesifisitasnya adalah 46, 67 dan 56% (Gounder et al., 2002). Sumber lain menyatakan bahwa sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan imunokromatografi tuberkulosis berturut-turut sebesar 33,3% dan 100% (Ongut et al., 2006). Selain itu, ada pula sumber yang menyatakan sensitivitasnya berada diantara 70-92% dengan spesifisitas diantara 92 dan 93% (Grobusch et al., 2006). Hasil penelitian pemeriksaan imunokromatografi masih beragam dan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo belum pernah melakukan pemeriksaan ICT TB, tetapi metode pemeriksaan tersebut sudah sering dilakukan pada pasien tuberkulosis yang menjalani rawat inap. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pemeriksaan ICT Tuberkulosis kepada pasien karena biaya pemeriksaan yang tidak murah. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam penelitian uji diagnostik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel penelitian diperoleh dengan metode consecutive sampling dari
4 Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Imunokromatografi Tuberkulosis 109 Klinik Paru RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada bulan Januari 2009 sampai dengan Maret Kriteria inklusi sampel penelitian antara lain: penderita suspek TB Paru dewasa kasus baru, yaitu pasien dengan gejala klinis batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan yang belum pernah mendapat pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sebelumnya (Depkes RI, 2006). Kriteria eksklusi yang ditetapkan antara lain: penderita yang sedang mengkonsumsi obat yang bersifat imunosupresan seperti kortikosteroid dan anti kanker (data diperoleh dari kuesioner). Variabel prediktor dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan imunokromatografi tuberkulosis, sedangkan variabel outcome adalah kultur. Hasil pemeriksaan imunokromatografi Merek SD Rapid TB, made in Korea berupa skala nominal yaitu negatif dan positif. Hasil pemeriksaan dianggap positif jika muncul warna pada kedua garis, baik Test line maupun Control line (T dan C). Dikatakan negatif jika hanya garis kontrol yang memberikan warna. Apabila garis kontrol tidak memberikan warna, artinya pemeriksaan harus diulang dengan menggunakan komponen yang baru. Hasil pemeriksaan kultur berupa skala nominal dikotom, yaitu positif dan negatif. Hasil dikatakan positif apabila didapatkan koloni berwarna putih kekuningan pada media kultur dan negatif apabila tidak didapatkan koloni berwarna putih kekuningan. Analisis data dalam uji diagnostik ini memberikan nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif, dan rasio kemungkinan negatif. HASIL PENELITIAN Karakteristik pasien TB paru yang dilibatkan dalam sampel penelitian ini disajikan pada Tabel 1, dan hasil pemeriksaan ICT dan Lowenstein Jensen disajikan pada tabel 2.
5 110 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 Tabel 1. Karakteristik Responden Tabel 2. Hasil uji diagnostik Keterangan: PEMBAHASAN Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa sensitivitas pemeriksaan ICT Tuberkulosis terhadap kultur Lowenstein-Jensen sebesar 55,6%. Hal ini berarti bahwa kemampuan pemeriksaan ICT Tuberkulosis dalam mendiagnosis pasien dengan hasil positif dan benar menderita TB adalah sebesar 55,6%. Nilai spesifisitas pemeriksaan ICT Tuberkulosis terhadap kultur Lowenstein-Jensen adalah 100%, artinya kemampuan pemeriksaan ICT Tuberkulosis dalam mendiagnosis pasien dengan hasil negatif dan benar tidak menderita TB adalah sebesar 100%. Nilai duga positif 100% berarti probabilitas seseorang menderita penyakit apabila hasil uji diagnostiknya positif adalah 100%. Nilai duga negatif 81,8% artinya probabilitas seseorang tidak menderita sakit apabila hasil uji diagnostiknya negatif adalah 81,8%. Statistik lain yang diperoleh dari uji diagnostik adalah rasio kemungkinan. Rasio kemungkinan negatif sebesar 0,44 artinya kemungkinan seseorang untuk tidak sakit jika hasil ujinya negatif adalah sangat lemah. Rasio kemungkinan positif tidak terhingga (~)
6 Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Imunokromatografi Tuberkulosis 111 artinya sangat kuat kemungkinan seseorang untuk sakit jika hasil ujinya positif. Nilai rasio kemungkinan yang tidak terhingga didapat karena spesifisitas hasil penelitian sebesar 100%. Akan tetapi, kecil sekali kemungkinan ada suatu uji yang menunjukkan ketepatan 100%. Hal ini dapat terjadi karena dalam penelitian ini menggunakan jumlah sampel minimal. Besar sensitivitas dan spesifisitas hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di Makasar dengan jumlah sampel 96 menunjukkan sensitivitas sebesar 64% dan spesifisitas 100% (Kalma, 2003). Penelitian di Itali menunjukkan sensitivitas sebesar 56,7% dan spesifisitas 90,4% (Bartoloni et al., 2003). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemeriksaan serologis mempunyai spesifisitas yang tinggi dan sensitivitas yang lebih rendah (Senol et al., 1995). Hasil penelitian yang dilakukan di Ghana, menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ICT Tuberkulosis dari 310 sampel masing-masing sebesar 80% dan 98,2% (Adjei et al., 2003). Di China penelitian serupa dengan jumlah sampel 152 menunjukkan sensitivitas pemeriksaan ICT Tuberkulosis sebesar 89% dan spesifisitas 74% (Bartoloni et al., 2003). Penelitian di Brazil dengan sampel sebanyak 70 menunjukkan sensitivitas sebesar 83% dengan spesifisitas 46% (Gounder et al., 2002). Hal yang mungkin menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian di negara-negara lain di antaranya adalah perbedaan antigen yang digunakan pada masing-masing penelitian (Perkins et al., 2003) dan perbedaan tempat penelitian yang berhubungan dengan frekuensi penyakit pada masing-masing populasi (Bartoloni et al., 2003) atau perbedaan etnik (Senol et al., 2007). Tingginya nilai sensitivitas pemeriksaan di Ghana, Brazil, dan China dapat dikarenakan daerah tersebut merupakan endemik TB. Pada wilayah endemik, keadaan respons imun terus - menerus mengalami stimulasi sehingga antibodi yang melawan antigen yang disekresikan M. tuberculosis berada dalam jumlah yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian di Uganda yang menemukan bahwa proporsi paling tinggi dari respons antibodi positif terjadi pada sampel serum dari daerah endemik TB (Senol et al., 1995). Faktor lain yang mungkin mempengaruhi rendahnya sensitivitas pemeriksaan ICT Tuberkulosis pada penelitian ini adalah respons imun yang rendah pada pasien
7 112 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 lanjut usia (> 60 tahun). Dalam penelitian ini, pasien berusia >60 tahun dengan hasil kultur positif sebanyak 4 orang dan hanya 1 orang yang memberi hasil pemeriksaan ICT TB positif (25%). Pasien berusia > 60 tahun dengan hasil kultur positif sebanyak 5 orang, dimana 4 diantaranya memberi hasil positif pada pemeriksaan ICT TB (80%). Respons serologi pada seseorang dipengaruhi oleh luasnya lesi, durasi paparan oleh antigen serta sistem imun (Senol et al., 1995). Salah satu faktor yang mempengaruhi sistem imun adalah usia. Pada anak-anak, sistem imunitas belum terbentuk secara matang, sehingga belum berfungsi secara maksimal. Sementara itu, pada usia > 60 tahun, sistem imunitas mengalami penurunan, baik dalam respons imun primer maupun respons imun sekunder. Respons imun primer diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan sel B, sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Respons imun sekunder mempunyai fungsi untuk menangkap dan mempresentasikan antigen dengan efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang disensitisasi oleh antigen spesifik dan merupakan tempat utama produksi antibodi (Baratawidjaja, 2006). Fungsi sistem imunitas tubuh antara lain: membantu perbaikan Deoxiribo Nucleic Acid (DNA) manusia; mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain; serta menghasilkan antibodi. Menurunnya sistem imunitas tubuh pada usia lanjut menyebabkan fungsinya (immunocompetence) pun menurun, diantaranya adalah berkurangnya jumlah produksi imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua (Fatmah, 2006). World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa untuk menggantikan baku emas, dalam hal ini adalah kultur, sebuah pemeriksaan serologi harus memiliki sensitivitas >80% dan spesifisitas >95% (Senol et al., 1995). Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa pemeriksaan ICT Tuberkulosis tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk diagnosis TB, karena sensitivitasnya hanya sebesar 55,6% walaupun nilai spesifisitasnya 100%. Walaupun demikian, pemeriksaan ICT Tuberkulosis dapat bermanfaat untuk membantu pada kasus-kasus sulit seperti pada kasus dengan derajat kesakitan pasien sangat tinggi sehingga pasien tidak mampu mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan bakteriologis (Kalma, 2003). Spesifisitas pemeriksaan ICT Tuberkulosis yang tinggi menunjukkan bahwa pemeriksaan tersebut dapat digunakan untuk keperluan menyingkirkan diagnosis
8 Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Imunokromatografi Tuberkulosis 113 (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan mengenai seberapa perlu pemeriksaan ICT Tuberkulosis dilakukan serta kapan pemeriksaan ICT Tuberkulosis ini dapat diberikan, mengingat biaya pemeriksaan yang cukup mahal. KESIMPULAN Sensitivitas pemeriksaan ICT TB adalah 55,6%, artinya kemampuan pemeriksaan ICT TB dalam diagnosis pasien dengan hasil positif dan benar menderita TB Paru adalah sebesar 55,6%. Spesifisitas pemeriksaan ICT TB adalah 100%, artinya kemampuan pemeriksaan ICT TB dalam diagnosis pasien dengan hasil negatif dan benar tidak menderita TB paru adalah sebesar 100%. SARAN Perlunya evalusai lebih lanjut dari penelitian ini dengan menambah jumlah sampel penelitian. Penggunaan ICT Tuberkulosis sebaiknya tidak dijadikan cek rutin karena biaya yang mahal. DAFTAR PUSTAKA Adjei, A. Anthony, H. Armah, O.A. Duah, T. Adiku, and I.F.A. Hesse., 2003, Evaluation of a Rapid Serological Chromatographic Immunoassay for the Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis in Accra, Ghana, Journal of Infectious Diseases, 56: Baratawidjaja, K.G., 2006, Imunologi Dasar, Edisi 7, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: Depkes, 2006, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 3-4. DKK., 2008, Case Detection Rate, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Fatmah, 2006, Respon Imunitas yang Rendah Pada Usia Lanjut, Artikel. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. Gounder, C., F.C. Mello., M.B. Conde., W.R. Bishai, A.L. Kritski, R.E. Chaisson, et al., 2002, Field Evaluation of a Rapid Immunochromatographic Test for Tuberculosis, Journal of Clinical Microbiology, 40 (6): Grobusch, M.P., D. Schurmann, S. Schwenke, D. Teichmann, and E. Klein, 1998, Rapid Immunochromatographic Assay for Diagnosis of Tuberculosis, Journal of Clinical Microbiology, 36 (11): 3443.
9 114 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 Kalma, 2003, Deteksi Antibodi Spesifik terhadap Mycobacteritrm tuberculosis dalam Serum Penderita Tuberkulosis Paru Menggunakan AIM TB Rapid Card, Airlangga University Library, (5), Komala, P., S. Komala, A.H. Santoso, J.R. Sulaiman, dan Y. Rienita, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta. Ongut, G., D. Ogunc., F. Gunseren., C. Ogus., L. Donmez., D. Colak., et al., 2006, Evaluation of the ICT Tuberculosis test for the Routine Diagnosis of Tuberculosis, BMC Infectious Diseases, 6 (37). Perkins, D. Mark, Marcus B. Conde, M. Martins, and Afranio L. Kritski, 2003, Serologic Diagnosis of Tuberculosis Using a Simple Commercial Multiantigen Assay, American College of Chest Physicians, 123: Sastroasmoro, S. dan S. Ismael, 2002, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta. Senol, G., O.F. Erer, Y.A. Yalcin, M. Coskun, A.T. Gunduz, C. Bicmen, M. Ertas and S.A. Ozkan, 2007, Humoral Immune Response Againts 38-kDa and 16-kDa mycobacterial Antigents in Tuberculosis, European Respiratory Journal, 29 (1): Sudoyo, A., B. Setyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata, dan S. Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga dapat mengenai
Lebih terperinciNILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciSAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung
Lebih terperinciABSTRAK. Emil E, ; Pembimbing I: Penny Setyawati M., dr, SpPK, M.Kes. PembimbingII :Triswaty Winata, dr., M.Kes.
ABSTRAK VALIDITAS PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM SPUTUM PASIEN TERSANGKA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN TERHADAP KULTUR M.tuberculosis PADA MEDIA OGAWA Emil E, 1010115; Pembimbing I: Penny
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) yang dapat mengenai berbagai organ tubuh, tetapi paling sering mengenai
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Tuberkulosis, Mikroskopis Zn, Kultur LJ, Sensitivitas, Spesifisitas
ABSTRAK SPESIFISITAS DAN SENSITIVITAS PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TBC DIBANDINGKAN PEMERIKSAAN KULTUR TBC PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 Penyakit tuberculosis
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes
iv ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Gabby Ardani L, 2010.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Gejala utama adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). TB paling sering menjangkiti paru-paru dan TB paru sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis (MTB). Angka insidensi, mortalitas, dan morbiditas penyakit TB
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch menemukan penyakit penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan
Lebih terperinciMulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT
Hubungan Tingkat Kepositivan Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi Toraks pada Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda Aceh Mulyadi *,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia, WHO, baru-baru ini membunyikan tanda bahaya untuk mewaspadai serangan berbagai penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, wabah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciPerbandingan Penampilan Diagnostik Pemeriksaan Tuberculosis Antigen Rapid Test Kit Antara Sputum Dan Serum Pasien Tuberkulosis Paru.
Perbandingan Penampilan Diagnostik Pemeriksaan Tuberculosis Antigen Rapid Test Kit Antara Sputum Dan Serum Pasien Tuberkulosis Paru. Didik T, B Rina AS, Selvi L ABSTRACT Introduction: Tuberculosis is still
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium
Lebih terperinciBAB I PANDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Mycobacterium Tuberculosis (MTB) telah. menginfeksi sepertiga pendududk dunia (Depkes RI,
BAB I PANDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mycobacterium Tuberculosis (MTB) telah menginfeksi sepertiga pendududk dunia (Depkes RI, 2002). Tahun 1993 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible disease adalah penyakit yang secara klinik terjadi akibat dari keberadaan dan pertumbuhan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA
ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.
Lebih terperinciS T O P T U B E R K U L O S I S
PERKUMPULAN PELITA INDONESIA helping people to help themselves * D I V I S I K E S E H A T A N * S T O P T U B E R K U L O S I S INGAT 4M : 1. MENGETAHUI 2. MENCEGAH 3. MENGOBATI 4. MEMBERANTAS PROGRAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Tuberkulosis paru Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam
Lebih terperinciTUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K)
TUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K) TB paru problem kesehatan global MODALITAS TES CEPAT MENDETEKSI DR-TB & DS-TB TB Resisten Obat meningkat TB HIV +++ METODE DETEKSI KASUS YANG LAMBAT PASIEN TB HIV + PASIEN DIAGNOSIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di seluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh
Lebih terperinciINTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3
INTISARI GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DENGAN DIAGNOSIS TB PARU DENGAN ATAU TANPA GEJALA HEMAPTO DI RSUD ULIN BANJARMASIN PADA TAHUN 2013 Ari Aulia Rahman
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014), merupakan kuman aerob yang dapat
Lebih terperinciANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Aan Sunani, Ratifah Academy Of Midwifery YLPP Purwokerto Program Study of D3 Nursing Poltekkes
Lebih terperincirepository.unimus.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Penyakit TBC merupakan penyakit menular
Lebih terperinciPenyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Dr. Rr. Henny Yuniarti 23 Maret 2011 Penyebab Tuberkulosis Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Cara Penularan Sumber penularan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) atau dalam program kesehatan dikenal dengan TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO
KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO Dian Wahyu Laily*, Dina V. Rombot +, Benedictus S. Lampus + Abstrak Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TBC yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia adalah pembunuh menular yang paling banyak membunuh orang muda dan orang dewasa di dunia. TBC membunuh 8000 orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,
Lebih terperinciMarieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract
551 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 1, NOMOR 1 JUNI 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU DENGAN PERILAKU PEMBUANGAN DAHAK DI PUSKESMAS REWARANGGA KECAMATAN ENDE TIMUR KABUPATEN ENDE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya Tuberkulosis terjadi pada paru, tetapi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting dalam membantu kita untuk melakukan aktivitas kehidupan serta rutinitas sehari-hari. Bila
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri tahan asam (Suriadi dan
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
1 GAMBARAN HASIL AKHIR PENGOBATAN PASIEN TB PARU BTA POSITIF YANG MENGGUNAKAN STRATEGI DOTS TIDAK MENGALAMI KONVERSI SPUTUM SETELAH 2 BULAN PENGOBATAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2004-2012 Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman. Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer (Versitaria dan Kusnoputranto, 2011).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Laporan World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya, yaitu bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan
Lebih terperinciABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID
ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Melisa, 2010, Pembimbing I : Penny S.M., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam (BTA) dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut
Lebih terperinciIndonesia dalam rangka percepatan Millenium Development Goals (MDGs) mentargetkan penemuan kasus baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 1993 mendeklarasikan penyakit Tuberkulosis (TB) sebagai kedaruratan global akibat dari semakin meningkatnya penyakit dan kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang begitu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama adalah batuk selama dua minggu atau lebih,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa situasi Tuberkulosis (TB) dunia semakin memburuk, dimana jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK. vi ABSTRACT... vii RINGKASAN
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN
Prevalensi pre_treatment BAB 4 HASIL PENELITIAN Sebanyak 1857 orang penduduk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penduduk laki-laki sebanyak 878 orang dan penduduk wanita sebanyak 979 orang. Gambar 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN
KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN 2009-2013 SKRIPSI OLEH : Steven Hermantoputra NRP : 1523011019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah besar kesehatan masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah penyebab kematian karena infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Sebagian besar kematian
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciBAB II. Meningkatkan Pengetahuan dan, Mirandhi Setyo Saputri, Fakultas Farmasi UMP, 2014
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciKARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA TAHUN 2013 ABSTRAK
KARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA TAHUN 213 Intan Astariani 1, I Wayan Putu Sutirta Yasa 2, A.A. Wiradewi Lestari
Lebih terperinci