PUTUSAN Nomor 58/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. Dalam hal ini diwakili oleh:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PUTUSAN Nomor 58/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. Dalam hal ini diwakili oleh:"

Transkripsi

1 PUTUSAN Nomor 58/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diajukan oleh: [1.2] 1. Indonesian Human Rights Committee For Social Justice (IHCS) Dalam hal ini diwakili oleh: Nama : Gunawan Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta/21 Januari 1976 Warga Negara : Indonesia Pekerjaan : Ketua Eksekutif IHCS Alamat : Jalan Mampang Prapatan XV Nomor 8A, Tegal Parang, Jakarta Selatan Sebagai Pemohon I; 2. Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Dalam hal ini diwakili oleh: Nama : Yuna Farhan Warga Negara : Indonesia Pekerjaan : Sekretaris Jenderal Forum Indonesia Alamat : Jalan Kalibata Utara II Nomor 78 RT/RW.011/02, Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan Sebagai Pemohon II;

2 2 3. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Dalam hal ini diwakili oleh: Nama : Abdul Waidi Warga Negara : Indonesia Pekerjaan : Sekretaris Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Alamat : Jalan Cililitan Kecil III Nomor 12, Kramatjati, Jakarta Timur Sebagai Pemohon III; 4. Prakarsa Masyarakat Untuk Negara Kesejahteraan dan Pembangunan Alternatif (PRAKARSA) Dalam hal ini diwakili oleh: Nama : Setyo Budiantoro Warga Negara : Indonesia Pekerjaan : Direktur Eksekutif Perkumpulan PRAKARSA Alamat : Jalan Rawa Bambu I Blok A Nomor 8-E RT.010 RW. 06, Kelurahan/Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan Sebagai Pemohon IV; 5. Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) Dalam hal ini diwakili oleh: Nama : Ramadhaniati Warga Negara : Indonesia Pekerjaan : Sekretaris Eksekutif Nasional ASPPUK Alamat : Jalan Pintu II TMII Nomor 37 A, RT. 015 RW. 03, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur Sebagai Pemohon V; 6. Trade Union Rights Centre (TURC) Dalam hal ini diwakili oleh: Nama : Surya Tjandra

3 3 Warga Negara : Indonesia Pekerjaan : Direktur TURC Alamat : Jalan Masjid III/1, Pejompongan, Benhil, Jakarta Pusat Sebagai Pemohon VI; 7. Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Dalam hal ini diwakili oleh: Nama : M. Riza Adha Damanik Warga Negara : Indonesia Pekerjaan : Sekretaris Jenderal KIARA Alamat : Jalan Lengkeng Blok J Nomor 5, Perumahan Kalibata Indah, Jakarta Selatan; Sebagai Pemohon VII; 8. Nama : Dani Setiawan Warga Negara : Indonesia Pekerjaan : Mahasiswa Pascasarjana Alamat : Jalan Abdul Wahab RT.003 RW.003 Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok; Sebagai Pemohon VIII; Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal Mei 2012, 30 Mei 2012, 5 Juni 2012, 6 Juni 2012, dan 7 Juni 2012 memberi kuasa kepada 1. Ecoline Situmorang, S.H., 2. Henry David Oliver Sitorus, S.H., 3. Riando Tambunan, S.H., 4. B.P. Beni Dikty Sinaga, S.H., 5. M. Zaimul Umam, S.H., M.H., 6. Priadi, S.H., 7. Tegar Yusuf, S.H., 8. Janses E. Sihaloho, S.H., 9. M. Taufiqul Mujib, S.H., 10. Ridwan Darmawan, S.H., 11. Anton Febrianto, S.H., 12. Arif Suherman, S.H., 13. Dhona El Furqon, S.H.I., dan 14. Ahmad Marthin Hadiwinata, S.H., kesemuanya adalah Advokat dan Pembela Hak-Hak Konstitusional yang tergabung dalam TIM ADVOKASI KOALISI APBN UNTUK KESEJAHTERAAN, beralamat di Jalan Mampang Prapatan XV Nomor 8A, Tegal

4 4 Parang, Jakarta Selatan, 12790, baik bertindak sendiri-sendiri maupun bersamasama untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai para Pemohon; [1.3] Membaca permohonan para Pemohon; Mendengar keterangan para Pemohon; Mendengar dan membaca keterangan tertulis Pemerintah; Mendengar dan membaca keterangan tertulis Ahli para Pemohon; Memeriksa bukti-bukti para Pemohon; Membaca kesimpulan para Pemohon dan Pemerintah; 2. DUDUK PERKARA [2.1] Menimbang bahwa para Pemohon telah mengajukan permohonan bertanggal 11 Juni 2012 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal 11 Juni 2012 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 205/PAN.MK/2012 dan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi dengan Nomor 58/PUU-X/2012 pada tanggal 18 Juni 2012 yang telah diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 9 Juli 2012, yang pada pokoknya sebagai berikut: A. PENDAHULUAN Tujuan didirikannya Republik Indonesia adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka memajukan kesejahteraan umum Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kewajiban dan tanggung jawab kepada negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar, menjamin pemenuhan hak-hak asasi manusia seperti hak hidup yang layak, hak atas kesehatan, jaminan sosial dan sebagainya. Bahwa salah satu instrumen negara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di

5 5 tingkat pusat dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di tingkat propinsi dan kabupaten/kota. Tetapi, setidaknya 10 tahun setelah reformasi, APBN belum berpihak kepada warga negara, terutama orang miskin. Prioritas belanja APBN belum diperuntukkan bagi pengentasan kemiskinan, memberdayakan warga negara yang miskin atau mendekatkan akses bagi orang miskin supaya segera terbebas dari beban kemiskinannya. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, alokasi belanja yang diperuntukkan bagi orang miskin masih terlalu kecil dibandingkan dengan belanja lain seperti belanja pegawai, pembayaran utang dan sebagainya. Dua aktor kunci perencanaan, penyusunan dan penetapan APBN adalah Pemerintah dan DPR. Kedua institusi inilah yang memikul amanat konstitusi untuk memajukan kesejahteraan umum. Untuk itulah Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan kewajiban negara memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar, menjamin setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kewajiban negara ini diabaikan oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran Hal ini dibuktikan Undang-Undang a quo tidak mengalokasikan anggaran untuk kesehatan sesuai perintah Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan melanggengkan ketidakadilan antara pusat dan daerah. Berdasarkan apa yang telah disampaikan di atas maka jelas dan berdasar hukum, demi tegaknya amanat konstitusi dan demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia, para Pemohon mengajukan Uji Materiil terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 yang bertentangan dengan Konstitusi. B. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

6 6 Kewenangan Mahkamah Konstitusi menguji Undang-Undang baik formil maupun materiil, diakui keberadaannya dalam sistem hukum Indonesia, sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945, dalam Pasal 24 (1), menyatakan: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya. dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Sedangkan pengaturan mengenai kewenangan hak uji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar tersebut terdapat dalam Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, yang selengkapnya menentukan sebagai berikut: Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang- Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang- Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Bahwa Pasal 1 angka (3) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, menyatakan bahwa Permohonan adalah permintaan yang diajukan secara tertulis kepada Mahkamah Konstitusi mengenai pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Selain itu Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan mengatur secara hirarki kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 lebih tinggi dari undang-undang, oleh karenanya setiap ketentuan undang-undang tidak boleh bertentangan dengan

7 7 Undang-Undang Dasar Maka jika terdapat ketentuan dalam Undang- Undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, maka ketentuan Undang-Undang tersebut dapat dimohonkan untuk diuji melalui mekanisme pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 di Mahkamah Konstitusi; Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut jelas bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk melakukan pengujian secara materiil, yaitu untuk melakukan pengujian sebuah produk Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945; C. KEDUDUKAN DAN HAK KONSTITUSIONAL PARA PEMOHON Bahwa Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, menyatakan para Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang, yaitu: Perorangan warga negara Indonesia; Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; Badan hukum publik atau privat, atau; Lembaga negara. Dalam penjelasan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Hak Konstitusional adalah hakhak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945; Bahwa hak konstitusional sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya meliputi hak untuk tidak diberlakukan secara sewenang-wenang, perlindungan hak asasi manusia dan kekayaan alam yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Bahwa atas ketentuan di atas, maka terdapat dua syarat yang harus dipenuhi untuk menguji apakah Pemohon memiliki legal standing (dikualifikasi sebagai Pemohon) dalam permohonan pengujian Undang-Undang tersebut. Adapun syarat yang pertama adalah kualifikasi bertindak sebagai Pemohon

8 8 sebagaimana diatur dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Syarat kedua adalah adanya kerugian Pemohon atas terbitnya Undang-Undang tersebut (vide : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 133/PUU-VII/2009 ); Bahwa para Pemohon adalah badan hukum privat dan perorangan warga negara Indonesia (individu), yang bergerak, berminat dan didirikan atas dasar kepedulian untuk dapat memberikan perlindungan dan penegakan konstitusi, keadilan sosial dan hak asasi manusia, yang berbadan hukum privat dan didirikan berdasarkan akta notaris; Bahwa walaupun demikian tidak semua organisasi dapat atau bisa mewakili kepentingan publik (umum) akan tetapi hanya organisasi yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh berbagai Undang-Undang maupun yurisprudensi, yaitu: Berbentuk badan hukum; Dalam AD/ART secara tegas menyebutkan tujuan didirikan organisasi tersebut; Secara rutin telah melakukan kegiatan yang telah diamanatkan oleh AD/ART nya tersebut; Bahwa dalam hal ini para Pemohon terdiri dari individu dan berbagai organisasi non-pemerintah (badan privat) yang dikenal telah memperjuangkan hak asasi manusia, serta memperjuangkan terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sejahtera, adil dan makmur khususnya dalam bidang anggaran negara di mana hal tersebut tercermin dalam AD/ART dan aktifitas sehari-hari para Pemohon; C.1. PEMOHON BADAN HUKUM PRIVAT Bahwa Pemohon organisasi telah mendapatkan status hukum sebagai badan hukum privat, sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris, adapun para Pemohon adalah sebagai berikut: 1) Indonesia Human Rights Committee For Social Justice (IHCS)

9 9 Bahwa Pemohon I tercatat di Akta Notaris Ny. Nurul Muslimah Kurniati, S.H., dengan Nomor Akta 16 tanggal 16 Februari Bahwa dalam akta Pasal 7 mengenai tujuan organisasi ini adalah: Organisasi ini bertugas untuk memperjuangkan tata dunia yang damai, adil, dan makmur. Menghapus ketidakadilan global yang disebabkan oleh negara dan modal. Dan dunia yang bebas dari kemiskinan, kelaparan, peperangan dan perbudakan serta bebas dari neo-kolonialisme dan imperialisme. Di tingkatan nasional adalah terciptanya negara demokratis yang menghormati, memenuhi, dan melindungi hak asasi manusia serta mewujudkan keadilan sosial bagi warganya. Organisasi ini berperan memajukan dan membela hak asasi manusia serta mewujudkan keadilan sosial. Selanjutnya dalam Pasal 9 menyatakan: Fungsi Organisasi ini berfungsi: Membela korban pelanggaran hak asasi manusia melalui advokasi litigasi dan non litigasi. Memfasilitasi korban-korban pelanggaran hak asasi manusia untuk berubah menjadi pejuang hak asasi. Melakukan advokasi kebijakan publik untuk menciptakan sistem negara yang demokratis dan menghormati, memenuhi dan melindungi hak asasi masnusia. Melakukan inisiatif jalan pemenuhan hak asasi manusia, keadilan sosial, pembaruan sistem ekonomi, poltik, hukum dan keamanan, serta penyelesaian konflik kekerasan bersenjata; Bahwa keberadaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 akan melanggengkan ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilindungi oleh Undang-Undang (judicial violence) sebagai akibat dari pengaturan anggaran negara yang tidak

10 10 berkeadilan serta tidak berpihak pada kepentingan warga negara Indonesia sehingga tujuan pendirian organisasi Pemohon I akan terhalangi. Bahwa Pemohon I sesuai dengan AD/ART telah melakukan advokasi terhadap masyarakat adat, komunitas buruh, tani, nelayan, mahasiswa dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 Pemohon I akan mengalami kesulitan dalam mewujudkan tujuan advokasi di bidang terwujudnya keadilan sosial bagi warga negara Indonesia. 2) Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Bahwa Pemohon II tercatat berdasarkan akte Notaris Henry Siregar SH, dengan Nomor Akta 6 tanggal 20 September Bahwa tujuan didirikannya Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran ini sebagaimana dinyatakan dalam Mukadimah Statuta Pemohon II adalah: Untuk menjamin politik anggaran yang pro rakyat dengan prinsip akuntabel dan partisipatif, maka transparansi menjadi strategi perjuangan. Atas dasar itu, Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) didirikan dalam rangka menuntut dipenuhinya hakhak rakyat untuk terlibat dalam seluruh proses penganggaran, mulai dari proses penyusunan, pembahasan, pelaksanaan anggaran sampai pada evaluasinya. Fitra bersama seluruh komponen rakyat membangun gerakan transparansi anggaran hingga terciptanya anggaran negara yang memenuhi kesejahteraan dan keadilan rakyat. Perjuangan FITRA atas anggaran ditujukan untuk pemenuhan hakhak ekonomi, sosial, budaya dan politik. Bahwa selanjutnya dalam Pasal 2 Statuta FITRA disebutkan bahwa visi didirikannya FITRA adalah: Terwujudnya kedaulatan rakyat terhadap anggaran. Dalam Pasal 3 Statuta FITRA disebutkan pula bahwa untuk mewujudkan hal tersebut FITRA mengemban misi:

11 11 1. Mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam perencanaan, pelaksanaan, dan kontrol anggaran negara; 2. Meperjuangkan anggaran negara yang berbasis dan berorientasi pada kebutuhan rakyat; 3. Menjadi acuan bagi wacana dan gerakan transparansi anggaran di dan bagi Indonesia. Bahwa sifat dan tujuan didirikannya FITRA sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Statuta adalah: 1. Sifat organisasi FITRA adalah inklusif, berpihak pada rakyat, sensitif gender dan independen. 2. FITRA bertujuan mewujudkan transformasi sosial menuju tatanan yang demokratis guna terwujudnya kedaulatan rakyat dalam pengelolaan sumber-sumber kehidupan rakyat melalui advokasi transparansi anggaran publik. Dan untuk mencapai visi, misi, sifat serta tujuannya itu, di dalam Pasal 5 Statuta FITRA dijelaskan tentang stategi dan kegiatan FITRA yang meliputi: 1. Strategi FITRA adalah advokasi anggaran 2. Kegiatan FITRA meliputi: a. Pengorganisasian rakyat b. Pendidikan c. Kampanye d. Riset e. Dialog kebijakan f. Litigasi g. Konsultasi Legal drafting dan conter legal drafting Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Pemohon II sangat berkepentingan secara hukum untuk mengajukan judicial review terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011

12 12 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, karena dengan diberlakukannya Undang-Undang a quo yang sifatnya diskriminatif dan tidak berperspektif keadilan akan sangat bertentangan dengan tujuan didirikannya FITRA. Bahwa selama ini Pemohon II telah memperjuangkan anggaran ditujukan untuk pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan politik melalui riset dan advokasi kebijakan anggaran. Bahwa Undang-Undang a quo menurut hemat Pemohon II sangat tidak memenuhi syarat anggaran negara yang memenuhi kesejahteraan dan keadilan rakyat, baik dari segi transparansi dan akuntabilitas perencanaan, pelaksanaan, maupun kontrol anggaran negara. Selain itu menurut hemat Pemohon II, alokasi anggaran negara dalam Undang-Undang a quo sangat tidak berpihak kepada kebutuhan rakyat. 3) Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Bahwa Pemohon III tercatat berdasarkan Akta Notaris Nirmawati Marcia, SH, dengan Nomor Akta 3 tanggal 15 Juli Bahwa Pemohon III tercatat berdasarkan Akta Notaris Nirmawati Marcia,S.H., dengan Nomor Akta 57 tanggal 16 November Bahwa dalam Pasal 5 Anggaran Dasar Pemohon III disebutkan bahwa maksud dan tujuan organisasi ini adalah: a. Mengembangkan pengetahuan dan pemikiran Islam tentang pendidikan dan pengembangan masyarakat. b. Meningkatkan peranan Pondok Pesantren di dalam pembangunan Nasional di Indonesia pada umumnya dan pengembangan masyarakat pada khususnya. c. Mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam kearah terwujudnya kecerdasan dan kesejahteraan hidup masyarakat dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. d. Menyebarkan pengetahuan dan pemikiran Islam tentang peranan dan peran serta masyarakat dalam pengembangan masyarakat.

13 13 Maksud dan tujuan tersebut, perhimpunan melakukan berbagai kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang, peraturan hukum yang berlaku dan maksud dan tujuan perhimpunan, antara lain dengan: a. Pengkajian dan penelitian masalah-masalah pendidikan Islam, sosial budaya, dan ekonomi, penyelenggaraan kerjasama dengan lembagalembaga atau organisasi lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama serta sejalan dengan tujuan dan maksud organisasi ini. b. Usaha-usaha produktif lainnya yang sesuai dengan maksud dan tujuan perhimpunan serta yang dapat memberikan landasan kuat bagi kemandirian himpunan. Bahwa selama ini Pemohon III telah banyak melakukan advokasi untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam kearah terwujudnya kecerdasan dan kesejahteraan hidup masyarakat. Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, maka Pemohon III memiliki kepentingan hukum dan konstitusional untuk mengajukan uji materiil Undang-Undang a quo karena pemberlakuan Undang-Undang a quo akan menghalangi Pemohon III untuk mencapai maksud dan tujuan didirikannya organisasi, utamanya dalam meningkatkan peranan Pondok Pesantren di dalam pembangunan nasional di Indonesia pada umumnya dan pengembangan masyarakat pada khususnya dan mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam kearah terwujudnya kecerdasan dan kesejahteraan hidup masyarakat dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagai akibat dari ketidak-berpihakan Undang-Undang a quo terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. 4) Prakarsa Masyarakat Untuk Negara Kesejahteraan Dan Pembangunan Alternatif (PRAKARSA) Bahwa Pemohon IV tercatat berdasarkan Akta Notaris Nurul Larasati SH, dengan Nomor Akta 03 tanggal 31 Agustus 2004 dan Akta Nomor 02 tanggal

14 14 07 Maret Bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) Akta Pemohon IV, dinyatakan bahwa tujuan dari didirikannya organisasi ini adalah: Tujuan utama PRAKARSA adalah ikut serta membangun dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis, adil, dan makmur melalui penelitian dan pelatihan dan melalui meningkatnya gagasan dan kepemimpinan dan pemecahan masalah dari organisasi non pemerintah kepada pemerintah dan masyarakat. Adapun mengenai fungsi dan usaha-usaha dari PRAKARSA sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 akta adalah: a. Sebagai sistem pendukung bagi terciptanya gagasan dan inovasi dikalangan organisasi non pemerintah dan gerakan sosial Indonesia b. Mendukung organisasi non-pemerintah dan kelompok warga Negara (citizen groups) Indonesia dalam memperoleh latihan dan kecakapan ilmu-ilmu sosial dan berpikir tentang pengalaman dan good practices dalam gagasan dan inovasi tentang perobahan sosial di Indonesia dan di luar Indonesia. c. Menyelenggarakan penelitian dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan keahlian dan ketrampilan tingkat lanjut kepada pimpinan dan staf ornop dalam bidang kebijakan dan manajemen. d. Menyediakan hasil-hasil riset yang relevan dengan upaya-upaya dan kerja-kerja organisasi non-pemerintah. e. Menyediakan jaringan-jaringan peneliti dari universitas dalam dan luar negeri yang relevan dengan riset dan program aksi organisasi nonpemerintah tersebut. Bahwa Pemohon IV selama ini telah melakukan penelitian dan pelatihan untuk meningkatkan gagasan dan kepemimpinan serta pemecahan masalah dari organisasi non pemerintah kepada pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis, adil, dan makmur. Berdasarkan tujuan dibentuknya PRAKARSA, maka Pemohon IV menjadi sangat berkepentingan untuk mengajukan permohonan judicial review,

15 15 dengan alasan bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 adalah merupakan suatu bentuk pengaturan anggaran negara yang tidak berpihak kepada rakyat, sehingga berpotensi untuk menghalangi tujuan utama PRAKARSA untuk ikut serta membangun dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis, adil, dan makmur. 5) Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) Bahwa Pemohon V tercatat berdasarkan Akta Notaris Lilawati, S.H., dengan Nomor Akta 02 tanggal 07 Desember Bahwa dalam Pasal 3 Anggaran Dasar Pemohon V disebutkan bahwa tujuan organisasi ini adalah: 1. Menguatnya gerakan Perempuan Usaha Kecil (PUK)-Mikro agar mampu memperjuangkan hak dan kepentingannya. 2. Menguatnya posisi dan kondisi PUK-mikro dalam akses dan control terhadap sumber daya ekonomi. 3. Menguatnya kapasitas Ornop anggota dalam memfasilitasi gerakan PUKmikro. 4. Terbangunnya solidaritas dan kerjasama antar Ornop, PUK-mikro dan komponen masyarakat sipil lainnya untuk menghadapi bentuk-bentuk ketidakadilan, terutama ketidakadilan gender. Bahwa selanjutanya dalam Pasal 4 ditentukan: untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan ASPPUK meliputi: 1. Pendampingan PUK-mikro oleh Ornop anggota. 2. Advokasi kebijakan untuk memperjuangkan hak dan kepentingan PUKmikro. 3. Membangun dan menguatkan jaringan pasar bagi produk PUK-mikro. 4. Peningkatan kapasitas Ornop anggota dalam advokasi, networking dan fund raising. Berdasarkan visi di atas, Pemohon V melakukan advokasi dan pendampingan kepada perempuan usaha kecil yang menjadi korban

16 16 pelanggaran hak asasi manusia, termasuk juga dalam hal diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 yang dapat berpotensi melanggar hak-hak perempuan dampingan Pemohon V, yang mana Undang-Undang a quo merupakan pengaturan anggaran yang tidak mencerminkan keadilan dan mengurangi anggaran kesehatan di mana perempuan merupakan kaum rentan dalam hal terjadinya pengurangan angggaran terkait jaminan kesehatan. 6) Trade Union Rights Centre (TURC) Bahwa Pemohon VI tercatat berdasarkan akta notaris Sukawaty Sumadi, S.H dengan Nomor 22 tanggal 27 Desember Bahwa dalam Akta Pendirian Pemohon VI pada Pasal 4 disebutkan bahwa TURC bertujuan untuk mendukung terwujudnya gerakan buruh Indonesia yang kuat dan independen Bahwa selanjutnya, dalam Pasal 5 akta pendirian Pemohon VI dijelaskan pula bahwa untuk mencapai tujuannya, TURC menugaskan dirinya sendiri untuk: 1. Menjalankan segala aktifitas dan usaha di bidang kajian, pendidikan, dan advokasi di bidang hukum perburuhan dan menyebarluaskan hasilnya. 2. Membantu serikat buruh atau kelompok-kelompok buruh atas permintaannya sendiri dan/atau atas inisitaif TURC, untuk menjadi serikat buruh yang kuat dan independen dan paham hak-hak asasi serikat buruh yang dilindungi oleh hukum nasional maupun hukum internasional melalui kegiatan pendidikan dan advokasi hukum perburuhan. 3. Mengadakan kerjasama saling menguntungkan dengan organisasi internasional yang dilakukan sejalan dengan maksud dan tujuan TURC Bahwa selama ini Pemohon VI telah melakukan dibidang kajian, pendidikan, dan advokasi di bidang hukum perburuhan bagi tercapainya kesejahteraan kaum buruh yang menjadi masyarakat dampingannya. Bahwa Pemohon VI sesuai dengan tujuan berdirinya, maka Pemohon VI menjadi sangat berkepentingan untuk mengajukan permohonan judicial

17 17 review, dengan alasan bahwa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 karena sangat berkaitan dengan pemenuhan dan perlindungan hak atas jaminan sosial bagi rakyat, utamanya kaum buruh. 7) Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Bahwa Pemohon VII tercatat dalam Akta Notaris H. Dana Sasmita, SH, Nomor Akta 29 tanggal 13 Maret Bahwa maksud dan tujuan lembaga ini didirikan, sebagaimana dilihat dari Pasal 7 sampai dengan Pasal 10 Akta tersebut yaitu: - Bahwa Pasal 7 menyatakan: Visi Rakyat berdaulat mengelola sumber Daya Perikanan secara Adil dan Berkelanjutan; - Bahwa Pasal 8 menyatakan: Misi Memperjuangkan keadilan kelautan dan perikanan; - Bahwa Pasal 9 menyatakan: Tujuan Untuk memperkuat nelayan dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar memperoleh perlindungan dan kesejahteraan hidup yang layak dari Pemerintah Republik Indonesia; - Bahwa Pasal 10 menyatakan: Program Dalam menjalankan Visi dan Misi KIARA ditetapkan program sebagai berikut: a. Reformasi kebijakan; b. Illegal, unregulated, unreported fishing (IIUF); c. Industri pertambakan udang dan mangrove;

18 18 d. Pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang adil dan berkelanjutan. Seperti yang tertuang baik dalam akta maupun dalam AD/ART Pemohon VII telah secara rutin melakukan berbagai kegiatan bersama-sama dengan nelayan, baik dalam kegiatan pendidikan, advokasi, maupun kampanye yang betujuan untuk merubah kebijakan agar berpihak pada nelayan; Bahwa dengan adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, visi misi dan tujuan Pemohon VII agar rakyat berdaulat mengelola sumber daya perikanan secara adil dan berkelanjutan, terhalangi dan juga berpotensi menghambat perjuangan keadilan kelautan dan perikanan. Bahwa selain itu, keberadaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 menghambat upaya penguatan nelayan dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar memperoleh perlindungan dan kesejahteraan hidup yang layak dari Pemerintah. Salah satu bentuk advokasi kebijakan publik adalah judicial riview, untuk itu Pemohon VII memandang perlu untuk melakukan uji materiil Undang-Undang a quo di Mahkamah Konstitusi; C.2. PEMOHON PERORANGAN 8) Dani Setiawan Bahwa Pemohon VIII adalah warga negara perseorangan yang berprofesi sebagai pekerja sosial dan peneliti lepas yang selama ini aktif melakukan kerja-kerja advokasi dalam bidang anggaran dan utang bagi kemakmuran rakyat. Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012

19 19 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, yang anggaran kesehatan kurang dari 5% maka akses Pemohon VIII terhadap pelayanan kesehatan menjadi terhalangi. Bahwa pemberlakuan Undang-Undang a quo juga berpotensi menghalangi tujuan perjuangan Pemohon VIII dengan mengingat bahwa terdapat peningkatan utang dalam APBNP, yang mana beban utang tersebut tidak ditujukan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian Pemohon VIII memiliki kepentingan konstitusional untuk mengajukan uji materiil Undang-Undang a quo. D. FAKTA-FAKTA HUKUM 1. Bahwa pada Sidang Paripurna tanggal Maret 2012, DPR mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012 menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran Bahwa ketika DPR dan Pemerintah membahas Rancangan Undang- Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012, organisasiorganisasi masyarakat yang selama ini bekerja untuk kesejahteraan masyarakat, memberikan penolakan terhadap Rancangan Undang- Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012 tersebut dengan cara melakukan aksi massa yang terdapat pada setiap penjuru daerah, memberikan masukan kepada DPR-RI dan Pemerintah, namun masukan yang telah disampaikan diabaikan; 3. Bahwa dalam dalam Sidang Paripurna tanggal Maret 2012 penolakan dengan aksi yang dilakukan oleh rakyat-rakyat di segala penjuru daerah itu adalah merupakan cermin ketidak setujuan rakyat terhadap pengesahan Undang-Undang tersebut karena masyarakat menilai bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang a quo akan sangat tidak berpihak pada kesejahteraan hidup mereka.

20 20 4. Bahwa Sidang Paripurna kali ini berlangsung alot terkait dengan pembahasan harga BBM (bahan bakar minyak), yang diwarnai dengan lobi, pemandangan fraksi-fraksi, hujan interupsi dan pemungutan suara atau voting. 5. Bahwa apa yang disampaikan DPR dalam sidang tersebut tidaklah substansial dan mendasar dalam memandang perekonomian, minyak bumi serta APBN. Semua hanya menyederhanakan masalah naik atau tidaknya harga bahan bakar minyak (BBM). 6. Bahwa secara substansi, DPR tidak secara tegas menyatakan bahwa harga BBM tidak boleh ditentukan oleh mekanisme pasar sebagaimana mandat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, yang juga telah diperkuat oleh putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 tentang Uji Materiil Undang-Undang Migas, dimana harga BBM tidak boleh berdasarkan atas persaingan usaha. 7. Bahwa yang menjadi kekeliruan mendasar dalam pengelolaan minyak bumi Indonesia hari ini adalah hilangnya hak menguasai negara (HMN) atas tambang minyak mulai dari sumur, kilang, dan tangki, yang berdampak pada berkurangnya penerimaan negara dan pasokan minyak bumi sehingga tidak mampu melindungi tujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 8. Bahwa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, seharusnya membahas penerimaan negara yang kurang, sehingga akhirnya yang direnegosiasi tidak hanya tambang migas tetapi juga renegosiasi kontrak tambang minerba dan pencabutan ijin pengusahaan dan hak guna usaha yang berpengaruh buruk terhadap pendapatan negara, di kehutanan, perkebunan, perikanan, dan sumber daya air. 9. Bahwa pembahasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, sangat penting untuk membahas persoalan utang Pemerintah. Kita tidak

21 21 bisa menutup mata bahwa setiap tahun porsi anggaran negara (APBN) untuk pembayaran cicilan pokok dan bunga utang sangat besar, tetapi nilai saldo utang Pemerintah terus bertambah. 10. Bahwa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 yang menetapkan alokasi dana bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) dan infrastruktur pedesaan dalam APBNP 2012 telah menyebabkan ketidakpastian dalam pelaksanaan anggaran negara dan rendahnya akuntabilitas. 11. Bahwa alokasi anggaran kesehatan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 sangat rendah berkisar 3,4%, di bawah ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 171 ayat (1) yang menyatakan: Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara diluar gaji pegawai. 12. Bahwa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 tidak mengalokasikan anggaran untuk menstimulus pelaksanaan pembaruan agraria, yang berintikan pada renegosiasi kontrak pertambangan, redistribusi lahan melalui land reform, dan water reform (perairan pesisir dan sumber daya air), yang berguna tidak saja dalam rangka memperbaiki penerimaan negara, tetapi juga dalam rangka redistribusi sumber daya produktif untuk kemakmuran rakyat dan keadilan sosial. 13. Bahwa dalam perubahan Undang-Undang a quo, Dewan Perwakilan Rakyat telah menyisipkan Pasal 7 ayat (6a) yang bersifat inkonstitusional karena menyerahkan kenaikan BBM pada mekanisme pasar. Untuk itu menjadi hak konstitusional setiap warga negara untuk mengajukan gugatan judicial review (uji materiil) Undang-Undang APBN-P Tahun 2012 ke Mahkamah Konstitusi, tidak saja karena melanggar Pasal 33

22 22 UUD 1945, tetapi juga untuk mendorong APBN sebagai realisasi progresif dalam mencapai tujuan sebesar-besar kemakmuran rakyat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 14. Bahwa faktanya dalam Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, perhitungan ICP yang dijadikan sebagai dasar perhitungan harga BBM tidak bersifat terbuka, sehingga bertentangan dengan amanat Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 yang menyatakan bahwa seharusnya harga Bahan Bakar Minyak dan harga Gas Bumi dalam negeri ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan kepentingan golongan masyarakat tertentu dan mempertimbangkan mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. 15. Bahwa yang harus digarisbawahi, berdasarkan pengalaman judicial review Undang-Undang APBN Perubahan Tahun 2011 yang lalu, pemerintah memandang Undang-Undang APBN sebagai Undang- Undang yang bersifat khusus (lex specialis), sehingga tidak perlu mengacu ke Undang-Undang lain, dan bahwa Undang-Undang APBN adalah Undang-Undang baru yang bisa mengabaikan Undang-Undang yang terdahulu. Logika inilah yang kemudian digunakan pemerintah dalam menggunakan harga pasar sebagai penentu harga BBM dalam Undang-Undang APBN Perubahan Tahun 2012, tanpa mempertimbangkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU- I/2003. E. ALASAN-ALASAN PENGAJUAN PERMOHONAN UJI MATERIIL UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012 dan UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012.

23 23 1) Bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 bertentangan dengan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo menyatakan: dalam hal harga rata-rata minyak Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan rata-rata sebesar 15 persen dalam enam bulan terakhir dari harga minyak internasional yang diasumsikan dalam APBN-P Tahun Anggaran 2012, maka pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya. Bahwa Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo jika di perbandingkan dengan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menunjukan pengelolaan keuangan negara tidak bersifat terbuka dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bahwa ketidakterbukaan pengelolaan keuangan tersebut dapat dicermati melalui kehadiran Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo. Pasal tersebut lahir tidak melalui mekanisme pembahasan Rancangan Undang-undang pada umumnya tapi lahir secara lobi para partai politik yang kemudian diputuskan secara voting. Hal itu mengakibatkan Pasal 7 ayat (6a) lebih mengandung muatan lobi dan bersifat sebangun dengan rezim liberalisasi harga bahan bakar minyak karena menggantungkan penentuan harga bahan bakar minyak hanya melalui Indonesian Crude Price (ICP) dan harga minyak internasional. Bahwa bila dibaca secara sistematis Pasal 15a Undang-Undang a quo muncul sebagai akibat disetujuinya Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo yang artinya bila dihubungkan dengan asas kausalitas maka Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo haruslah dibahas terlebih dahulu sebelum Pasal

24 24 15a Undang-Undang a quo sebagai acuan dalam menentukan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) dalam Pasal 15a Undang-Undang a quo. Bahwa pembahasan Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo yang tidak melalui rapat dengar pendapat umum (RDPU), disatu sisi telah mematikan asas partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan pembentukan Undang- Undang sebagaimana telah dijamin dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 2) Bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 bertentangan dengan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo menyatakan: dalam hal harga rata-rata minyak Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan rata-rata sebesar 15 persen dalam enam bulan terakhir dari harga minyak internasional yang diasumsikan dalam APBN-P Tahun Anggaran 2012, maka pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya. Bahwa Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan: 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bahwa Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 memiliki dua unsur yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan, yaitu hak menguasai negara dan sebesar-besar kemakmuran rakyat, dua kalimat tersebut tidaklah terpisah, akan tetapi sebuah fungsi guna melindungi hak-hak warga negara,

25 25 dalam pengertian hak menguasai negara itu ada dalam rangka melindungi tujuan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bahwa BBM yang merupakan hasil kekayaan alam Indonesia dan merupakan cabang produksi yang terkait dengan hajat hidup orang banyak harus di bawah penguasaan negara dan diperuntukkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo, telah memberikan mandat kepada Pemerintah guna menentukan harga BBM. Seakan Pasal ini menjalankan perintah Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, akan tetapi Pasal ini tidak menjadikan sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam penentuan harga BBM yang akan dilakukan oleh Pemerintah. Kenyataannya, penentuan harga BBM ditentukan oleh harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan minyak mentah dunia. Hal ini justru menunjukan bahwa dasar pertimbangan Pemerintah dalam menentukan harga BBM adalah melalui mekanisme pasar, bukan penguasaan negara untuk melindungi tujuan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bahwa seharusnya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) mempertimbangkan juga kepentingan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana telah diputus oleh Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 dalam uji materiil Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang dalam salah satu pertimbangannya menyatakan: Menurut Mahkamah, seharusnya harga Bahan Bakar Minyak dan harga Gas Bumi dalam negeri ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan kepentingan golongan masyarakat tertentu dan mempertimbangkan mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. Oleh karena itu Pasal 28 ayat (2) dan ayat (3) tersebut harus dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945; 3) Bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo menyatakan:

26 26 dalam hal harga rata-rata minyak Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan rata-rata sebesar 15 persen dalam enam bulan terakhir dari harga minyak internasional yang diasumsikan dalam APBN-P Tahun Anggaran 2012, maka pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya. Bahwa Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo, dapat dinyatakan bahwa penetapan harga bahan bakar minyak sesuai dengan ICP, sama saja menetapkan harga bahan bakar minyak sesuai dengan harga minyak internasional. Hal ini tentunya bertentangan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 tentang uji materiil Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yang menyatakan bahwa: seharusnya harga Bahan Bakar Minyak dan harga Gas Bumi dalam negeri ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan kepentingan golongan masyarakat tertentu dan mempertimbangkan mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. Bahwa selanjutnya Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo yang mensyaratkan jangka waktu 6 (enam) bulan untuk menaikan harga bahan bakar minyak telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan naiknya harga sebagian bahan pokok dipasaran. Harga-harga kebutuhan masyarakat sudah terlanjur banyak yang naik, sedangkan para pelaku pasar justru menikmati ketidakpastian ini dengan menaikan hargaharga kebutuhan masyarakat untuk tetap mendapatkan laba tertinggi dan melakukan akumulasi modal. Dengan demikian jelaslah bahwa Pasal 7 ayat (6a) Undang-Undang a quo telah menimbulkan ketidakpastian hukum sehingga bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar ) Bahwa terkait dengan dana bantuan langsung sementara masyarakat sebesar 17,08 triliun rupiah dan dana infrastruktur pedesaan sebesar 7,8 triliun rupiah sebagaimana terdapat pada Pasal 15A dan Pasal 15B

27 27 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Bahwa Pasal 15A Undang-Undang a quo menyatakan: dalam rangka membantu masyarakat berpendapatan rendah agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat berpendapatan rendah akibat gejolak harga dialokasikan anggaran untuk bantuan langsung sementara masyarakat sebesar Rp ,00 (tujuh belas triliun delapan puluh delapan miliar empat ratus juta rupiah) termasuk anggaran untuk pengamanan pelaksanaan (safeguarding). Bahwa Pasal 15B Undang-Undang a quo menyatakan: Dalam rangka menyediakan infrastruktur pedesaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, handal, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat pedesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur pedesaan, meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan, meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam memfasilitasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan di pedesaan dialokasikan anggaran untuk bantuan pembangunan infrastruktur pedesaan sebesar Rp ,00 (tujuh triliun delapan ratus delapan puluh tiga miliar tiga ratus juta rupiah) termasuk anggaran untuk pengaman pelaksanaan (safeguarding). Bahwa Pasal 28D (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Bahwa dana bantuan langsung sementara masyarakat sebesar Rp. 17,08 triliun dan dana infrastruktur perdesaan sebesar Rp. 7,8 triliun menimbulkan ketidakpastian hukum dengan alasan sebagai berikut: Pertama, bahwa besaran kedua dana kompensasi tersebut tidak mempunyai dasar dan pertimbangan yang matang; Kedua, bahwa Dana bantuan langsung sementara masyarakat sebesar Rp. 17,08 triliun dan dana infrastruktur

28 28 perdesaan sebesar Rp. 7,8 triliun berkaitan erat dengan Pasal 7 ayat (6a) dan merupakan satu kesatuan. Yang berarti besaran dana kompensasi tergantung pada ada tidaknya kenaikan BBM. Pasal 7 ayat (6a) yang menggantungkan naik turunnya harga BBM berdasarkan harga minyak memungkinkan harga BBM mengalami kenaikan dan penurunan. Sehingga penetapan dana kompenasasi BBM tidak logis dan menimbulkan ketidakpastian hukum karena tidak dapat dipertanggungjawabkan peruntukannya. Bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat (6a) kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM di masa yang akan datang belum bisa diprediksi masa pemberlakuannya pada saat ini sehingga menjadi tidak logis dan tidak mempunyai dasar apabila besaran dana kompensasi ditentukan dalam Undang-Undang ini. Bahwa besaran dana kompensasi tersebut seharusnya sudah dapat ditentukan jika kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sudah bisa diprediksi pemberlakuannya. Bahwa ketika tidak terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) maka alokasi anggaran dana kompensasi juga belum bisa digunakan (diparkir), ironinya pada saat yang sama negara tidak mampu mencukupi kebutuhan alokasi anggaran untuk kesehatan, pendidikan, jaminan sosial, perlindungan lahan pertanian pangan, alat utama sistem persenjataan, infrastruktur dan lain-lain. Bahwa dana yang dialokasikan sebagaimana dalam Pasal 15A dan Pasal 15B berupa dana bantuan langsung sementara masyarakat sebesar Rp. 17,08 triliun dan dana infrastruktur pedesaan sebesar Rp. 7,8 triliun akan lebih baik apabila dialokasikan atau dipergunakan untuk anggaran kesehatan yang telah diperintahkan oleh Undang-Undang kesehatan yang besarannya masih kurang dari 5% dari total APBN di luar gaji. Dengan demikian berdasarkan dalil-dalil yang telah para Pemohon sampaikan maka penetapan dana kompensasi sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 15A dan Pasal 15B Undang-Undang a quo bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 58/PUU-X/2012

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 58/PUU-X/2012 RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 58/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM dan Penentuan Besaran Anggaran Untuk Bantuan Dana Langsung I. PEMOHON 1. Indonesian Human Rights Committee

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 60/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN NOMOR 60/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 F PUTUSAN NOMOR 6/PUU-IX/211 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan terhadap UUD 1945

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan terhadap UUD 1945 RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XI/2013 Definisi Kebutuhan Dasar Manusia, Tanggungjawab Kecukupan Produksi Pangan Pokok Dalam Negeri dan Cadangan Pangan, Definisi Pelaku Usaha, serta Praktek

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi I. PEMOHON 1. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) diwakili oleh Ir. H. Said Iqbal, M.E. dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 87/PUU-XI/2013 Kemudahan Memperoleh Lahan Pertanian dan Kelembagaan Petani

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 87/PUU-XI/2013 Kemudahan Memperoleh Lahan Pertanian dan Kelembagaan Petani RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 87/PUU-XI/2013 Kemudahan Memperoleh Lahan Pertanian dan Kelembagaan Petani I. PEMOHON 1. Indonesian Human Rights Committee For Social Justice (IHCS), dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi I. PEMOHON 1. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) diwakili oleh Ir. H. Said Iqbal,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 50/PUU-X/2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 50/PUU-X/2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 50/PUU-X/2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum I. PEMOHON 1. Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS) diwakili

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi I. PEMOHON 1. Perhimpinan Magister Hukum Indonesia (PMHI) yang diwakili oleh Muhammad Fadli Nasution,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi I. PEMOHON 1. Perhimpinan Magister Hukum Indonesia (PMHI) yang diwakili oleh Muhammad Fadli

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Tommy Albert M. Tobing, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 21 Maret 2013

KUASA HUKUM Tommy Albert M. Tobing, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 21 Maret 2013 RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia I. PEMOHON 1. Yayasan Bina Desa Sadajiwa, dalam

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 67/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 67/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 67/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 57/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 57/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 57/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 111/PUU-XIV/2016 Pengenaan Pidana Bagi PNS Yang Sengaja Memalsu Buku-Buku atau Daftar-Daftar Untuk Pemeriksaan Administrasi I. PEMOHON dr. Sterren Silas Samberi. II.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia I. PEMOHON 1. Yayasan Bina Desa Sadajiwa, dalam hal ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka I. PEMOHON Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), dalam hal ini diwakili oleh Drs. H. Muhaimin Iskandar,

Lebih terperinci

PERKARA NOMOR 60/PUU-IX/2011

PERKARA NOMOR 60/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA ----------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 60/PUU-IX/2011 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan I. PEMOHON Barisan Advokat Bersatu (BARADATU) yang didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif I. PEMOHON Drs. H.M. Bambang Sukarno, yang selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon II. KEWENANGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XVI/2018 Pengendalian Impor Komoditas Perikanan dan Garam

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XVI/2018 Pengendalian Impor Komoditas Perikanan dan Garam RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XVI/2018 Pengendalian Impor Komoditas Perikanan dan Garam I. PEMOHON Gerakan Poros Maritim Indonesia (GEOMARITIM) dalam hal ini diwakili oleh Baharudin Farawowan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XV/2017 Mekanisme Pengangkatan Wakil Kepala Daerah yang Berhenti Karena Naiknya Wakil Kepala Daerah Menggantikan Kepala Daerah I. PEMOHON Dr. Ahars Sulaiman, S.H.,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H. SALINAN PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih I. PEMOHON Taufiq Hasan II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan UmumPresiden

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan I. PEMOHON 1. Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS); 2. Perkumpulan Sawit Watch; 3. Aliansi Petani Indonesia

Lebih terperinci

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan Makalah WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan Yogyakarta, 13-15 November 2007 Judicial Review UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Oleh

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XV/2017 Larangan Iklan Rokok

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XV/2017 Larangan Iklan Rokok RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XV/2017 Larangan Iklan Rokok I. PEMOHON 1. Pemuda Muhammadiyah, diwakili oleh Dahnil Anzar Simanjuntak dalam kedudukannya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin.

Lebih terperinci

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan I. PEMOHON Sri Sudarjo, S.Pd, SH, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XVI/2018 Masa Jabatan Pimpinan MPR dan Kewajiban Badan Anggaran DPR Untuk Mengonsultasikan dan Melaporkan Hasil Pembahasan Rancangan UU APBN Kepada Pimpinan DPR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XVI/2018 Kewenangan Asosiasi Menyelenggarakan Pendidikan Profesi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XVI/2018 Kewenangan Asosiasi Menyelenggarakan Pendidikan Profesi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XVI/2018 Kewenangan Asosiasi Menyelenggarakan Pendidikan Profesi I. PEMOHON Sabela alias Sabela Gayo, selanjutnya disebut sebagai Pemohon. II. OBJEK PERMOHONAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 92/PUU-XII/2014 Hak Untuk Mendapat Pendidikan Bagi Anak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 92/PUU-XII/2014 Hak Untuk Mendapat Pendidikan Bagi Anak RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 92/PUU-XII/2014 Hak Untuk Mendapat Pendidikan Bagi Anak I. PEMOHON 1. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Darmanto selaku Ketua

Lebih terperinci

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 114/PUU-XII/2014 Syarat Peserta Pemilu I. PEMOHON 1. Song Sip, S.H., S.Pd., M.H., sebagai Pemohon I; 2. Sukarwanto, S.H., M.H., sebagai Pemohon II; 3. Mega Chandra Sera,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017 Persentase Presidential Threshold Pada Pemilihan Umum I. PEMOHON Habiburokhman, SH., MH. Kuasa Hukum: Kris Ibnu T Wahyudi, SH., Hisar Tambunan, SH., MH.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 I. PEMOHON Perkumpulan Hisbut Tahrir Indonesia, organisasi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah I. PEMOHON PT. Gresik Migas, dalam hal ini diwakili oleh Bukhari dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara I. PEMOHON Bachtiar Abdul Fatah. KUASA HUKUM Dr. Maqdir Ismail, S.H., LL.M., dkk berdasarkan surat

Lebih terperinci

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 91/PUU-XIV/2016 Pemberlakuan Tunjangan Aparatur Sipil Negara Profesi Guru dan Dosen yang Berbeda dengan Aparatur Sipil Negara Non Guru dan Dosen I. PEMOHON Ahmad Amin,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I);

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Yuda Kusumaningsih (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XV/2017 Pembebanan Pajak Penerangan Jalan Kepada Pengusaha

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XV/2017 Pembebanan Pajak Penerangan Jalan Kepada Pengusaha RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XV/2017 Pembebanan Pajak Penerangan Jalan Kepada Pengusaha I. PEMOHON Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), yang dalam hal ini diwakili oleh Ketua Umum yaitu

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 37/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA. Kuasa Hukum Wisye Hendrarwati., SH., MH, dkk II. III. OBJEK

Lebih terperinci

I. PEMOHON Indonesian Human Rights Comitee for Social Justice (IHCS) yang diwakilkan oleh Gunawan

I. PEMOHON Indonesian Human Rights Comitee for Social Justice (IHCS) yang diwakilkan oleh Gunawan RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 67/PUU-X/2012 Tentang Surat Pernyataan Mengundurkan Diri Bakal Calon Kepala Daerah yang berasal dari Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017 Kelembagaan Penyelenggara Pemilu di Aceh I. PEMOHON 1. Hendra Fauzi (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Robby Syahputra (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), dalam hal ini

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim I. PEMOHON Teguh Satya Bhakti, S.H., M.H. selanjutnya disebut

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 45/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 45/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 45/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai I. PEMOHON Drs. H. Choirul Anam dan Tohadi, S.H., M.Si. KUASA HUKUM Andi Najmi Fuadi, S.H., M.H, dkk, adalah advokat

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 5/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang Notaris dan Formasi Jabatan Notaris

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 5/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang Notaris dan Formasi Jabatan Notaris RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 5/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang Notaris dan Formasi Jabatan Notaris I. PEMOHON Muhammad Thoha, S.H., M.Kn. II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materil

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata I. PEMOHON Moch. Ojat Sudrajat S. II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 Organisasi Notaris

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 Organisasi Notaris RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 Organisasi Notaris I. PEMOHON 1. DR. Raden Mas Soenarto, S.H., SpN, M.H., M.Kn, sebagai Pemohon I; 2. H. Teddy Anwar, S.H., SpN., sebagai Pemohon II;

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak konstitusional setiap orang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok I. PEMOHON 1. Perkumpulan Forum Pengusaha Rokok Kretek (Pemohon I); 2. Zaenal Musthofa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 Wewenang DPR Memanggil Paksa Setiap Orang Menggunakan Kepolisian Negara Dalam Rapat DPR Dalam Hal Pihak Tersebut Tidak Hadir Meskipun Telah Dipanggil

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON 1. H. Patrice Rio Capella, S.H., Pemohon I; 2. Ahmad Rofiq, S.T., Pemohon

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 73/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 73/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 73/PUU-XV/2017 Persyaratan Partai Politik Menjadi Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Indonesia Kerja (PIKA), partai politik berbadan hukum, disahkan dari Menkumham RI.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota I. PEMOHON 1. Sutrisno, anggota DPRD Kabupaten Pati, sebagai Pemohon I; 2. H. Boyamin, sebagai Pemohon II. KUASA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P I. PEMOHON 1. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), diwakili oleh Alvon Kurnia

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa dalam menjamin hak konstitusional

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial I. PEMOHON 1. Perseroan Terbatas Papan Nirwana, dalam hal ini diwakili oleh Susy Sandrawati

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali I. PEMOHON 1. Su ud Rusli, (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. H. Boyamin, (selanjutnya disebut sebagai Pemohon

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 106/PUU-XII/2014 Larangan Rangkap Jabatan di Lembaga Negara Lain dan Menjadi Anggota Partai Politik bagi Anggota BPK I. PEMOHON 1. Ai Latifah Fardhiyah 2. Riyanti,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 60/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 60/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 60/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), dalam hal ini diwakili

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak konstitusional setiap orang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap I. PEMOHON Julkifli, SH. Kuasa Hukum Ahmad Irawan, SH., Dading Kalbuadi, SH., M.Kn.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold I. PEMOHON Partai Nasional Indonesia (PNI) KUASA HUKUM Bambang Suroso, S.H.,

Lebih terperinci

PENANAMAN MODAL ECOLINE SITUMORANG

PENANAMAN MODAL ECOLINE SITUMORANG JUDICIAL REVIEW UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL OLEH: ECOLINE SITUMORANG Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS) Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota I. PEMOHON Agus II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.

Lebih terperinci

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015. RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XIV/2016 Waktu Penyelesaian, Produk Hukum penyelesaian BNP2TKI, dan Proses Penyelesaian Sengketa Antara TKI dengan PPTKIS Belum Diatur Di UU 39/2004 I. PEMOHON

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat I. PEMOHON Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia Kuasa Hukum Dr. Arrisman, SH., MH., Dr. Zainal

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi I. PEMOHON Habel Rumbiak, S.H., Sp.N, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 104, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5248) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Solidaritas Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Grace Natalie Louisa dan Raja Juli Antoni

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas I. PEMOHON 1. Yayasan FITRA Sumatera Utara, dalam hal ini diwakili oleh Irvan Hamdani HSB,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebebasan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas I. PEMOHON 1. Yayasan FITRA Sumatera Utara, dalam hal ini diwakili oleh Irvan Hamdani

Lebih terperinci