Oleh : BAHARUDIN YUSUP AL AMIN NIM K
|
|
- Sudomo Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN AJARAN 2009/2010 Oleh : BAHARUDIN YUSUP AL AMIN NIM K Skripsi Ditulis dan diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sendiri. Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. SMP Negeri 3 Colomadu merupakan sekolah negeri yang mempunyai input atau masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang bervariasi karena prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar beraneka ragam. Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan KBM. Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru Mata Pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010 semester ganjil menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi Mata Pelajaran IPS siswa belum semuanya sesuai dengan KKM yaitu 65. Tabel 1 : Daftar Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP N 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2009/2010 : Kelas VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F VIII G Nilai rata-rata
3 3 Sumber : Daftar nilai Ujian Semester Ganjil siswa kelas VIII Mata pelajaran IPS Tahun Ajaran 2009/2010 Berdasarkan Tabel 1, maka dapat diketahui bahwa siswa kelas VIII G merupakan siswa kelas VIII yang nilai 1 rata-ratanya paling rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa kelas VIII yang lain. Sedangkan untuk persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII G dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 2 : Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII G SMP N 3 Colomadu pada Mata Pelajaran IPS Tahun Pelajaran 2009/2010 : Kriteria Jumlah siswa Persentase Tuntas 25 62,5 % Tidak tuntas 15 37,5 % Jumlah % Sumber : Daftar nilai Semester Ganjil siswa kelas VIII G Mata pelajaran IPS Tahun Ajaran 2009/2010. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh kesimpulan rata-rata nilai mata pelajaran IPS kelas VIII G adalah 70 sedangkan nilai siswa yang diatas atau sama dengan 65 sebanyak 25 siswa sedangkan 15 siswa belum tuntas. Faktor yang menyebabkan ketuntasan belajar kurang optimal adalah pemilihan metode pembelajaran. Metode mengajar guru masih secara tradisional. Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Adapun penyampaian metode ceramah guru menerangkan atau menguraikan materi pelajaran secara lisan, sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat uraian dari guru. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran tradisional lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi.
4 4 Namun kenyataan yang terjadi pada siswa kelas VIII G adalah sebagian besar merupakan siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah. Hal ini yang menyebabkan pencapaian kompetensi belajar siswa kelas VIII G paling rendah. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan model pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Selain itu juga memacu keaktifan siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu sesama teman. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (G1) dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
5 5 Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid dalam melakukan penyelidikan terhadap topik yang telah diidentifikasikan. Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan mereka selidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan hasil secara keseluruhan di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis investigasi kelompok ini merupakan kelompok yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuannya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut, setiap siswa dalam kelompok mengerjakan apa yang telah menjadi tugasnya dalam lembar kerja kegiatan secara mandiri yang telah disiapkan dan teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk saling memberi kontribusi, saling tukar-menukar dan mengumpulkan ide. Setelah itu anggota kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. Langkah terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok mengkoordinasikan rencana yang akan dipresentasikan di depan kelompok yang lebih besar. Teknik presentasi dilakukan di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi, sedangkan kelompok yang lain menunggu giliran untuk mempresentasikan, mengevaluasi dan memberi tanggapan dari topik yang tengah dipresentasikan. Peran guru dalam GI adalah sebagai sumber dan fasilitator. Di samping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa mereka mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi di dalam interaksi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan, guru menyimpulkan dari masing-masing kegiatan kelompok dalam bentuk rangkuman. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: " PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN AJARAN 2009/2010."
6 6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Proses belajar mengajar masih terfokus pada guru belum terfokus pada siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. 2. Prestasi belajar ekonomi siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan, padahal penerapan model tradisional kurang efektif dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM khususnya di kelas VIII SMP Negeri 3 Colomadu belum menyeluruh sehingga prestasi belajar kurang optimal. C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah: 1. Subjek Penelitian Siswa kelas VIII (G) semester genap SMP Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/ Objek Penelitian Obyek penelitian ini adalah: a. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). b. Keaktifan siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu. c. Prestasi belajar siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
7 7 dapat di rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dalam meningkatkan keaktifan siswa kelas VIIIG? 2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010? E. Tujuan Penelitian Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Peningkatan keaktifan siswa kelas VIII G dalam proses pembelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi melalui penggunaan model pembelajaran Group Investigation (GI). 2. Peningkatan pencapaian hasil belajar IPS Bidang Kajian Ekonomi siswa kelas VIII G SMP N 3 Colomadu tahun pelajaran 2009/2010 melalui penggunaan model pembelajaran Group Investigation (GI). F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi belajar siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis 1. Bagi sekolah yaitu sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. 2. Bagi guru memberikan berbagai manfaat pembelajaran kooperatif Group Investigation (G1) dalam meningkatkan peran serta siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran
8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tugas utama guru adalah menciptakan suasana proses belajar mengajar di dalam kelas agar terjadi interaksi kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. Salah satu keberhasilan belajar tergantung pada metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tujuan belajar dapat tercapai, guru harus memiliki strategi-strategi tertentu. Salah satu langkah untuk memiliki strategi tersebut adalah penguasaan terhadap teknik-teknik penyajian atau biasa disebut dengan metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru. Metode atau method secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis (Muhibbin Syah, 1995: 202). Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik (Roestiyah, 2001: 1). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara (langkah) yang ditempuh dan direncanakan sebaik-baiknya untuk usaha yang bersifat sadar, disengaja, dan bertanggungjawab yang secara sistematis dan terarah pada pencapaian tujuan pengajaran. Salah satu metode yang perlu dikembangkan seiring dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah metode pembelajaran kooperatif.
9 9 Belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar dengan memberi peluang untuk berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran (Suhaida Abdul Kadir, 2002: 54). Metode pembelajaran 7 kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya. Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih ketrampilanketrampilan tertentu (A. Suhaenah Supamo, 2001: 156). Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Metode pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik tertentu, yaitu: a. Tujuan kelompok Sebagian besar metode belajar kelompok ini mempunyai beberapa bentuk tujuan kelompok. b. Pertanggungjawaban individu Pertanggung jawaban individu dicapai dengan dua cara pertama memperoleh skor kelompok. Cara yang kedua dengan memberikan tugas khusus yaitu setiap siswa diberi tanggung jawab untuk setiap bagian dari tugas kelompok. c. Kesempatan untuk sukses Keunikan dalam metode belajar kelompok ini yaitu menggunakan metode scoring yang menjamin setiap siswa memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam kelompok mereka. d. Kompetisi antar kelompok Adanya kompetisi antar kelompok berarti memotivasi siswa untuk ikut aktif dan berperan dalam pembentukan konsep suatu materi. (Slavin, 1995: 12). Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) akan sangat terasa dampak positifnya terhadap siswa karena model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) memiliki ciri dan tujuan utama yang berbeda
10 10 dengan model pembe;ajaran tradisional. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama. b. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula. d. Penghargaan lebih mengutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan utama, yaitu: a. Pencapaian akademik Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan pada siswa yang berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat mengajari siswa yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan terhadap siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang materi atau bahan ajar; sedangkan siswa yang berpencapaian rendah lebih tertarik dalam belajar. b. Penerimaan atau perbedaan Efek atau dampak yang kedua dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas terhadap orang lain yang berbeda ras, kebudayaan, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. c. Mengembangkan kemampuan sosial Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Keadaan seperti ini bertujuan untuk memperkecil ketidaksepahaman antara individu yang dapat memicu tindak kekerasan dan seringnya timbul ketidakpuasan ketika mereka dituntut untuk bekerjasama (Arends, 1997: ). Ada beberapa alasan yang mendasari dikembangkan pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
11 11 informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. 10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. 11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasinya juga (Nurhadi, 2004: 116). Roger dan David Johnson dalam Lie Anita (2008: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b) Tanggungjawab perseorangan Setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c) Tatap muka Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja. d) Komunikasi antar anggota unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka. e) Evaluasi proses kelompok Ealuasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru
12 12 agar siswa selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan perbaikan dari pembelajaran tradisional. Berikut ini perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional. Tabel 3 : Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajara Tradisional. Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar tradisional Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan adanya siswa saling membantu, dan saling yang mendominasi kelompok atau memberikan motivasi sehingga ada menggantungkan diri pada kelompok. interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, Jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang. lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus memberikan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota Akuntabilitasi individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok yang lainnya hanya enakenak saja di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong Kelompok belajar biasanya homogen. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
13 13 kelompok. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok, yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Sumber : (Trianto, 2007: 43-44) Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. Suhaida Abdul Kadir (2002: 59) menyebutkan bahwa berbagai metode belajar kooperatif yang sedang berkembang yaitu: a) Belajar Bersama (Learning Together) oleh Johnson et al. di University of Minnesota. b) Belajar dalam Bentuk Tim Siswa (Student Team Learning) oleh Slavin et al. di Johns Hopkins University. c) Jigsaw oleh Aronson et al. di University of Texas. d) Investigasi Kelompok (Group Investigation) oleh Sharan et al. di Tel Aviv University. e) Pendekatan Berstruktur oleh Kagan di University of California, Riverside. Belajar kooperatif cenderung menaikkan pencapaian pada semua tugas sekolah yang terkait, superioritas atas belajar kompetitif dan individualistik yang lebih jelas tampak dalam belajar konseptual dalam dan tugas-tugas pemecahan masalah (Usman H.B, 2001: 305). Langkah langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 : Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif. Fase lndikator Kegiatan Guru 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motovasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. 2 Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompokkelompok 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas.
14 14 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. 6 Memberi penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok. Sumber : (Trianto, 2007: 43-44) Apabila diperhatikan langkah-iangkah model pembelajaran kooperatif pada tabel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lain, di antaranya: (a) Meningkatkan kemampuan siswa. (b) Meningkatkan rasa percaya diri. (c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian (d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Metode pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan. b) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk. c) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. d) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar (Slavin, 1995:2). Melihat kelemahan-kelemahan ini maka dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif diperlukan seorang guru yang mampu menjadikan kondisi kelas yang kondusif dan sepenuhnya menguasai tentang metode pembelajaran kooperatif sehingga proses pelaksanaannya akan menjadi lancar dan siswa dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, serta siswa dapat bersaing secara positif. 2. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) Dasar-dasar model Group Investigation dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan teman-temannya dari Universitas Tel Aviv. Metode Gl ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
15 15 Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Dalam menggunakan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Arends, 1997: ). Investigasi kelompok adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, guru dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam perencanaan bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, kapasitas, dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Dalam hal ini kelompok merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses ini. Perencanaan kelompok merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal. Metode investigasi kelompok adalah perpaduan sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. Investigasi kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam pembelajaran kelas (Suhaida Abdul Kadir, 2002: 67). Dalam model ini terdapat 3 konsep utama, yaitu: a) Penelitian (inquiry) yaitu proses perangsangan siswa dengan menghidupkan suatu masalah. Dalam proses ini siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa sendiri atau diberikan oleh guru. b) Pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung. c) Dinamika kelompok, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagai ide dan pendapat serta
16 16 saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi. Spencer Kagan (1985: 72) mengemukakan bahwa metode GI memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut: a) Mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok Tingkatan ini menekankan pada permasalahan, siswa meneliti, mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang berisikan kisi-kisi; dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Dalam hal ini peran dari guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan. b) Merencanakan tugas belajar Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi. Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas. c) Menjalankan investigasi Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan. d) Menyiapkan Laporan Akhir Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. e) Mempresentasikan hasil akhir Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab. f) Mengevaluasi Pada tahap ini siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik dari pengalaman afektif mereka. Sedangkan guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan.
17 17 Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun (2000: 51) dalam model Group Investigation ini guru hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat. Di dalam metode ini seyogyanya guru membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap: 1) Tahap pemecahan masalah 2) Tahap pengelolaan kelas 3) Tahap pemaknaan secara perorangan 3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Belajar merupakan kebutuhan setiap orang sebab dengan belajar seseorang dapat memahami dan mengerti tentang suatu kemampuan sehingga kecakapan dan kepandaian yang dimiliki dapat ditingkatkan. Sebagai individu yang sedang belajar mempunyai kepentingan agar berhasil dalam belajar. Prestasi dapat dicapai setelah terjadi proses interaksi dengan lingkungan dalam jangka waktu tertentu. Prestasi dapat berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sosial. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari prestasi yang dicapainya. Prestasi menurut Zainal Arifin (1990: 3) Prestasi adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Belajar menurut Sardiman A (2004:23) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
18 18 Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Prestasi belajar siswa merupakan interaksi antar faktor-faktor dari dalam diri siswa dan juga faktor-faktor yang ada di luar siswa tersebut. Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kesulitan belajar yang dapat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) yaitu: 1). Siswa merasa sukar mencerna materi karena menganggap materi tersebut sulit. 2). Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai yang rendah. 3). Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri dalam belajar. 4). Siswa mengeluh tidak bisa berkonsentrasi. 5). Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar. 6). Konsep diri yang rendah. 7). Gangguan emosi. b. Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu: 1) Kemampuan atau keadaan sosial ekonomi. 2) Kekurangmampuan guru dalam materi dan strategi pembelajaran. 3) Tugas-tugas non akademik. 4) Kurang adanya dukungan dari orang-orang di sekitamya. 5) Lingkungan fisik (A. Suhaenah Supamo, 2001: 52-57). c. Indikator Prestasi Belajar Indikator prestasi belajar dapat dilihat dari tercapainya batas ketuntasan belajar siswa yaitu dengan mendapatkan nilai diatas 65 ( KKM). Indikator ini untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Pengukuran prestasi belajar ini dilakukan menggunakan hasil tes. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengetahui pemahaman siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, kuis, tes formatif maupun tes sumatif. d. Fungsi Prestasi
19 19 Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuantujuan pengajaran (Nana Sudjana, 1991:3). Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b. Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. (Zainal Arifin, 1990: 3). a. Pengertian Keaktifan Belajar 4. Keaktifan Belajar Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. Keaktifan memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha (Nana Sudjana,1991). Belajar menurut Sardiman A.M (2004:23) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. b. Indikator Keaktifan Belajar Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Beberapa diantaranya adalah turut serta dalam memberikan pendapat atau gagasan, bertanya pada guru apabila belum memahami
20 20 persoalan. Proses pembelajaran ini melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan seta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap. Menurut Nana Sudjana (1991:61) keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dalam hal : 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan permasalahan. 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis. 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Menurut T. Raka Joni dalam A.Tabrani Rusyan (1989: ) indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Adanya prakarsa peserta didik dalam kegiatan belajar, yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan urunan pendapat tanpa secara eksplisit diminta, misalnya di dalam diskusi-diskusi, atau cara kerja kegiatan belajar, dan kesediaan mencari alat dan sumber. 2) Keterlibatan mental peserta didik di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang tengah berlangsung ditunjukkan dengan pengikatan diri pada tugas kegiatan, baik secara intelektual maupun secara emosional, yang dapat di amati dalam bentuk terpusatnya perhatian serta pikiran siswa kepada tugas yang dihadapi, serta komitmen untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya secara tuntas. 3) Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator. 4) Peserta didik belajar dengan pengalaman langsung (experimential learning). 5) Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar-mengajar. 6) Kualitas interaksi belajar antar peserta didik, baik intelektual maupun emosional. c. Jenis Aktivitas Belajar
21 21 Paul B. Dierich dalam A. Tabrani Rusyan (1989:178), menjelaskan bahwa membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan belajar siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut: 1) Visual activities. seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain, dan sebagainya. 2) Oral activities, seperti menanyakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya 3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik pidato, dan sebagainya. 4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, angket, laporan, tes, menyalin, dan sebagainya. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. Dalam penelitian ini kegiatan belajar sebagai aspek keaktifan siswa dibatasi: visual activities, oral activities, listening activities dan writing activities. Pembatasan ini disesuaikan dengan Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi. B. Kerangka Pemikiran 1. Peranan Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa. Pembelajaran yang selama ini dilakukan di dalam kelas belum berhasil untuk membuat siswa lebih aktif dan menunjukkan motivasi atau ketertarikan mengikuti Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi. Ketiadaan variasi dalam model pembelajaran membuat proses belajar terasa menjemukan bagi sebagian siswa. Selain itu, siswa masih terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual sehingga kerjasama antar siswa masih kurang. Siswa yang bersikap tertutup dan malu bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi yang belum dimengerti. Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi, ditunjukkan dengan
22 22 kurangnya antusiasme siswa dalam bertanya dan jarang terjadi diskusi kelas. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Bidang Kajian ekonomi. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam pelaksanaannya siswa dilibatkan secara langsung, mulai dari perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill). Dengan demikian siswa selau aktif dan selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta belajar bermakna dan siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan kompetensi siswa. 2. Peranan Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa kurang optimal. Asumsi dasar yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang optimal tersebut adalah karena metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar belum melibatkan keaktifan siswa secara keseluruhan. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa yang memiliki pencapaian kompetensi belajar relatif tinggi. mereka lebih aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Sebaliknya siswa yang mempunyai pencapaian kompetensi belajar relatif rendah, mereka lebih pasif menerima pengetahuan dari guru tanpa berusaha untuk mencari informasi lebih mendalam. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) akan dapat berhasil apabila ada kerjasama antara siswa yang dituntut untuk selalu aktif dan guru sebagai fasilitator yang memberi kemudahan dalam belajar. Guru mempersiapkan strategi belajar yang selalu berpusat pada siswa, melakukan
23 23 penilaian secara berkesinambungan dan menyeluruh didukung fasilitas sekolah yang lengkap dan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa untuk membantu memahami materi yang dipelajarinya. Proses pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit yang dapat mereka diskusikan dengan siswa yang lain. Siswa yang aktif dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan metode GI diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Kondisi awal Tindakan Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok penelitian. Merencanakan investigasi di dalam kelompok. Melaksanakan investigasi. Menyiapkan laporan akhir. Mempresentasikan laporan akhir. Evaluasi pencapaian. Keaktifan dan Prestasi belajar rendah Siklus I Kondisi Akhir Siklus n Peningkatan keaktifan siswa yang ditandai dengan pencapaian batas minimal 75% kelompok aktif dalam menjalankan investigasi kelompok, menyiapkan laporan akhir dan presentasi hasil kerja kelompok Peningkatan hasil belajar 75% siswa pada tes formatif yang ditandai dengan tercapainya nilai batas tuntas keberhasilan belajar siswa yaitu: 65.
24 24 Gambar 1: Skema kerangka pemikiran pelaksanaan pembelajaran GI C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan: a. Peran serta siswa dalam menjalankan invetigasi kelompok dan menyiapkan laporan akhir. b. Keaktifan dalam presentasi hasil kerja kelompok. 2. Melakukan tanya jawab untuk mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan: a. Pemahaman konsep siswa tentang materi yang digunakan dalam proses pembelajaran. b. Kolaborasi siswa dan guru untuk mengevaluasi proses belajar sehingga siswa mampu menguasai semua subtopik yang disajikan. D. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan yang dapat mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian Dwi Rahayu Widyaningsih dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat IPS Ekonomi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Kelas Penjualan di SMK Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Hasil penelitian lain yang relevan adalah penelitian dari I Gusti Ngurah Japa (2008) yang berjudul Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Terbuka melalui Investigasi bagi siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu. Setelah diterapkannya metode investigasi dalam pemecahan masalah matematika terbuka, cara belajar siswa mengalami peningkatan. Dalam belajar siswa tampak
25 25 aktif, kreatif, produktif, antusias, dan disiplin serta kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika juga cenderung meningkat BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2009/2010, yang beralamat di Jl. Bandara Adi Sumarmo-Colomadu, Karanganyar Alasan pemilihan SMP Negeri 3 Colomadu dan kelas VIII G, karena pertama, sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Kedua, Guru yang mengajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi belum mengenal banyak mengenai pembelajaran kooperatif. Ketiga, terdapat permasalahan kurangnya keaktifan dan rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII G pada Mata Pelajaran IPS Bidang Kajian Ekonomi. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 sampai dengan April 2010 untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 5 : Rincian Kegiatan, Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No Jenis kegiatan 1 Persiapan survey awal sampai penyusunan proposal 2 Penentuan informan, penyiapan peralatan dan instrumen Bulan Nov'09 Des 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10 Apr 10
26 26 3 Pengumpulan data 4 Analisis data 5 Penyusunan laporan Keterangan : : minggu ke- 24 B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu. Pertimbangannya adalah pertama, terdapat permasalahan kurangnya keaktifan dan rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu. Kedua, karena kelas VIII G SMP Negeri 3 Colomadu belum pernah digunakan penelitian Group Investigation (GI), sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Ketiga, peneliti memiliki hubungan baik dengan guru mata pelajaran. 2. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), yang meliputi : a. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. b. Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar. c. Prestasi belajar siswa C. Metode Penelitian Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang dilakukan kelas. Pengertian kelas di sini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, namun sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Menurut Kasihani Kasbolah (2001:11) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam
27 27 bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memeperbaiki dan atau meningkatkan kuantitas pembelajaran. Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas bahwa penelitian ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi lebih bersifat untuk mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada. Pendekatan yang digunakan adalah model kemmis dan Mc Taggar dalam Kasihani Kasbolah (2001 : 63-65) yang berupa model spiral. Dalam perencanaan, kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali sebagai dasar untuk suatu ancang-ancang masalah. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Menurut Nana Syaodih (2006:220) observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Tujuan dari observasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan mengamati proses pembelajaran di kelas saat guru tengah memberikan materi pelajaran. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipatif karena peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan hanya berperan sebagai pengamat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Data yang dikumpulkan dalam pengamatan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). 2. Wawancara
Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation
Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dalam meningkatkan kompetensi mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 Oleh : Islamiyatun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang
II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pemahaman siswa adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pemahaman Siswa Pemahaman siswa adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi - materi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak guru yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Banyak guru yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan diskusi. Diskusi ini biasanya dibangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi
7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat
10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI)
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SKRIPSI Oleh: SITI ROHANA NIM. K4304006
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.
Lebih terperinciRatih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA DALAM MENGIDENTIFIKASI SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI METODE STAD PADA SISWA KELAS III SEMESTER II SD NEGERI 2 RAWOH KECAMATAN KARANGRAYUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan
7 B A B II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan keterangan guru, berpikir, berpendapat, berbuat, bertanya, dan berbagai aktifitas baik fisik
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
Lebih terperinciKata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berhasil
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada
Lebih terperinciII. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model pembelajaran
16 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model merupakan bentuk yang tergambar dari awal sampai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.
6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.
Lebih terperincipengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tijauan Pustaka 1. Pengertian Pembelajaran Group Investigation (GI) Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi OLEH:
Lebih terperinci* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 151-156 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses
Lebih terperinciPENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT
PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PENGUASAAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 NGUTER
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO Nike Rahayu Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT Rosmiati 1, Yusrizal 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi
Lebih terperinciOleh Saryana PENDAHULUAN
PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana
Lebih terperinciRahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK
PENGGUNAAN ALGA SIAPA-AKU PADA MATERI KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 MERBAU MATARAM Rahayu Dwi Mastuti Widayati rahayuwidayati25@yahoo.co.id
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SKRIPSI Oleh: SUPRIYANI FERIYATI NIM. K4303062 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciaspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,
Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu aspek saja, tetapi terjadi
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DILENGKAPI
Lebih terperinciStudi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)
Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun
16 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Ngesti
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU KELAS V PADA SEKOLAH BINAAN
School Action Research IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU KELAS V PADA SEKOLAH BINAAN Abstrak IMAM HADI SANTOSA, S.Pd.MM 1) 1) Pengawas sekolah Dabin
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi Abstrak : Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN PUSTAKA a. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SLB sampai SMP/MTS
Lebih terperinciNICO SATYA YUNANDA A54F100019
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian
69 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Fokus penelitian ini adalah peningkatan aktivitas bermain melalui belajar kelompok pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Abadi Penawar Jaya Kecamatan
Lebih terperinci